REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN JAWI WETAN GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 45 Repository - UNAIR REPOSITORY

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ii

  iii

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

  iv

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rekonstruksi Laporan Keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik Berdasarkan PSAK No.45”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

  Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Prof. Dr. H. Muslich Anshori, SE., M.Sc., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

  2. Drs. Agus Widodo M., M.Si., Ak., CMA., selaku Ketua Program Studi AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

  3. Dra. Yustrida Bernawati Remiasa, M.Si.,Ak.,CMA., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, pikiran, kesabaran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi.

  4. Seluruh dosen dan staf Departemen Akuntansi Universitas Airlangga. ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  5. Pak Budi dan Bu Heny, orang tua terbaik yang masih tabah, sabar dan tak henti-hentinya mendoakan anaknya agar tugas akhir ini segera diselesaikan.

  6. Teman–teman dari Akuntansi Unair 2010, terima kasih telah diberikan kesempatan menjadi bagian dari kalian.

  7. Saudara-saudara kontrakan, Cak Kris, Sandy, Rizchi, Blek, Kiwo, Azka, Cesar, Fajar, Pak RT, Romi, Bihin, Torino, Ainul, Mando, Angga, Indra yang telah memberikan berbagai pengalaman yang layak dikenang.

  8. Teman-teman Begundal yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih, terima kasih, dan terima kasih sudah menemani penulis selama menempuh studi di Unair, dan juga Yono yang bersedia menyediakan tempat bagi kami berkumpul.

  9. Cak ri “The master of coffee” yang menyediakan kopi terbaik sehingga penulis tahan begadang untuk menyelesaikan skripsi ini.

  10. Teman-teman SMAK Stella Maris Surabaya, Wihandy, Rio, dll yang selalu memberi “semangat” kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  11. Teman–teman baik diluar Akuntansi Unair lainnya, yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan doa yang mereka berikan.

  12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

  v

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.

  vi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepada pengelola dalam sebuah organisasi. Gereja sebagai organisasi nirlaba juga perlu menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan, proses penyusunan dan bentuk laporan keuangan GKJW Jemaat Gresik dan bagaimana bentuk laporan yang tepat sesuai dengan PSAK No.45.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara dengan bagian keuangan gereja, pendeta, dan mengumpulkan dokumen terkait dengan laporan keuangan GKJW Gresik.

  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disusun GKJW Gresik berbentuk model AB yaitu hanya mencatat pendapatan dan pengeluaran saja. Hal ini dikarenakan GKJW Gresik tidak mengadopsi standar PSAK No. 45. Selain itu GKJW Gresik juga tidak mencatat aset dan nilai aset tetap yang dimilikinya karena semua aset diatasnamakan Majelis Agung.

  Kata kunci: Akuntabilitas, laporan keuangan, PSAK No. 45, gereja, organisasi nirlaba.

  vii

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ABSTRACT THE JAWI WETAN CHRISTIAN CHURCH’S FINANCIAL STATEMENT RECONSTRUCTION BASE ON PSAK NO.45 Financial statement is one of the real form from accountability.

  Accountability was needed for reponsibility of resourches what have been believed to management of organization. Church is nonprofit organization also to prepare financial statement as the kind of responsibility. This study aims to understand accounting policy what have been used, process in the preparation and form of financial statement to the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik, and what kind of finacial statement what appropiate with PSAK No.

  45. This study use descriptive quality method for methode approch. In the collecting datas needed with process by interview to financial department in the church and the document what supporting for financial statement in the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik.

  The result for this study shows financial statement what preparation by the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik still unpretentious. Thus, the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik never get socialiszation so far about PSAK No. 45. Beside, the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik too not record the fix asset what had. Key words: Accountability, financial statement, PSAK No. 45, church, nonprofit organization

  viii

  

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

   LEMBAR PENGESAHAN .......................... Error! Bookmark not defined.

  PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............. Error! Bookmark not defined.

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  ix

  x

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xi

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  xii

   ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh laporan posisi keuangan ................................................24Gambar 2.2 Contoh laporan aktivitas bentuk A .............................................25Gambar 2.3 Contoh laporan aktivitas bentuk B .............................................26Gambar 2.4 Contoh laporan aktivitas bencuk C bagian 1 ..............................27Gambar 2.5 Contoh laporan aktivitas bencuk C bagian 2 ..............................28Gambar 2.6 Contoh laporan arus kas metode langsung .................................30Gambar 2.7 Contoh laporan arus kas metode langsung .................................31Gambar 2.8 Contoh laporan arus kas metode tidak langsung ........................32Gambar 2.9 Contoh laporan arus kas metode tidaklangsung .........................33Gambar 2.10 Kerangka berpikir .....................................................................37

  xiii

  

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Usulan daftar tabel inventaris GKJW Gresik .................................78Tabel 4.2 Usulan bentuk laporan posisi keuangan GKJW Gresik .................81Tabel 4.3 Usulan bentuk laporan arus kas GKJW Gresik ..............................82Tabel 4.4 Usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik .............................83Tabel 4.5 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik ...............84Tabel 4.6 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik ...............85Tabel 4.7 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik ...............86Tabel 4.8 Usulan bentuk laporan perubahan aktivitas bersih tidak terikat

  GKJW Gresik.................................................................................86

Tabel 4.9 Usulan bentuk catatan atas laporan keuangan ...............................87

  xiv

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Laporan keuangan berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelola organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Laporan keuangan menjadi penting karena didalamnya memuat informasi mengenai bagaimana organisasi mengelola sumber keuangan yang ada, berapa besar sumber daya yang dimiliki, serta apa saja pencapaian yang telah diraih dengan sumber daya tadi (Nainggolan, 2012:3).

  Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepada pengelola dalam sebuah organisasi.

  Akuntabilitas pada organisasi yang berorientasi laba diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada pihak-pihak yang berkepentingan misalnya, pemegang saham dan kreditur. Organisasi nirlaba mempertanggungjawabkan dana yang diterima dari anggota maupun penyumbang lain.

  Organisasi dalam masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu organisasi komersial yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya, organisasi pemerintah yang dibiayai oleh masyarakat melalui pajak atau retribusi, dan organisasi nirlaba yang dibiayai masyarakat lewat donasi atau sumbangan (Nainggolan, 2012:2).

  1

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Karakteristik organisasi yang berorientasi laba berbeda dengan organisasi nirlaba. Perbedaan utama terletak pada cara organisasi nirlaba memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Organisasi nirlaba memperoleh dana dari para anggota maupun dari penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian, dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk, sehingga sering kali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.

  Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang, dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran kas masuk menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba tersebut, seperti kreditor dan pemasok dana lainnya.

  Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. (IAI, 2010:45.1).

  Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan PSAK No.45 sebagai acuan dalam mengatur laporan keuangan organisasi nirlaba. Laporan keuangan organisasi nirlaba diharapkan dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi dengan adanya standar yang berlaku umum.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik merupakan salah satu bentuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba Gereja ini lebih berfokus pada aktivitas pelayanan-pelayanan kepada masyarakat. Sebagai sebuah organisasi GKJW dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan dana yang diperoleh dari penyumbang atau di gereja biasa disebut jemaat. Salah satu bentuk pertanggungjawaban gereja adalah berupa laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan ini adalah untuk menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi keinginan para penyumbang, anggota pengurus gereja, dan pihak lain yang menyediakan dana bagi gereja.

  Penelitian sebelumnya mengenai PSAK No.45 yang diteliti oleh Makatita (2011) juga membahas tentang kebijakan akuntansi dan laporan keuangan yang bertempat di GPIB Eben-Haezer Surabaya. Makatita mengungkapkan bahwa Gereja GPIB Eben-Haezer Surabaya dalam pembuatan laporan keuangannya mempunyai standar laporan keuangan sendiri. Laporan keuangan GPIB Eben-Haezer masih terlalu sederhana yakni hanya terdapat laporan arus kas saja, sedangkan dalam PSAK No. 45 terdapat laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan catatan atas laporan keuangan yang seharusnya dibuat oleh organisasi nirlaba. Dalam laporan keuangan GPIB Eben-Haezer juga tidak terdapat pencatatan mengenai harga perolehan aset sehingga nilai aset-aset GIPB Eben-Haezer tidak diketahui jumlahnya.

  Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Chrisdianto (2005). Dari penelitian yang dilakukan di Gereja Katolik di Surabaya ditemukan bahwa standar akuntansi yang digunakan Gereja Katolik masih jauh dari

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  tujuan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena dalam penyelenggaraannya belum ada standar pasti yang digunakan sebagai dasar pelaksaan. Saat itu PSAK No. 45 masih belum ada dan masih menggunakan pendekatan APB No.4. Standar akuntansi yang sudah ada tidak dapat digunakan dalam transaksi keuangan gereja karena ada beberapa perbadaan karakteristik dalam transaksi keuangan Gereja Katolik. Perbedaan karakteristik tersebut terjadi karena kegiatan operasional Gereja Katolik berdasarkan pada Alkitab sebagai buku pedoman dan sumber ajaran umat Katolik.

  Praktik penyusunan laporan keuangan gereja memiliki perbedaan sesuai dengan bentuk dan sinode gereja. Berdasarkan fakta yang ditemukan maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana praktik akuntansi yang dijalankan oleh Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik, di tengah keterbatasan standar akuntansi yang mengatur tentang laporan keuangan organisasi nirlaba sekarang ini.

  Melalui penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi bagaimana praktik dan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan pada Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik dan membandingkan dengan PSAK No. 45 sebagai standar yang berlaku umum. Karena merupakan organisasi nirlaba, Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik diharapkan memiliki laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku umum yang sesuai dengan PSAK No. 45 sehingga dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk memperoleh informasi tentang keuangan gereja agar

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kepentingan pelaksanaan program-program gereja selanjutnya.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. “Apa kebijakan akuntansi yang diterapkan Gereja Kristen Jawi Wetan

  (GKJW) Jemaat Gresik?”

  b. “Bagaimana penyusunan dan bentuk laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik?”

  c. “Bagaimana bentuk laporan keuangan yang tepat ditinjau dari PSAK No.45 tentang laporan keuangan organisasi nirlaba?”

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan di GKJW Jemaat Gresik.

  b. Untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan dan bentuk laporan keuangan GKJW Jemaat Gresik.

  c. Untuk mengetahui bagaimana bentuk laporan yang tepat sesuai dengan PSAK No.45.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  1.4 Manfaat Penelitian

  1. Bagi penulis, untuk menambah keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di universitas serta membandingkannya dengan praktik yang sesungguhnya terutama mengenai penerapan PSAK No.45 tentang penyusunan laporan keuangan pada organisasi nirlaba.

  2 Bagi subyek penelitian, dalam hal ini Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik dapat memperoleh pengetahuan mengenai standar laporan keuangan yang berlaku umum yang sesuai dengan PSAK No.45 serta cara penerapannya pada laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik.

  3 Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

  1.5 Sistematika Skripsi

  Secara garis besar kerangka dari sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang muncul karena

  dalam praktiknya ditemukan bahwa setiap gereja dalam penyusunan laporan keuangannya memiliki perbedaan sesuai dengan bentuk dan sinode gereja tersebut. Dari latar belakang masalah tersebut maka disusunlah perumusan masalah, kemudian tujuan penelitian dibuat untuk mengarahkan penelitian ini,

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh, serta sistematika skripsi.

  BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang meliputi teori

  dan konsep mengenai sistematika laporan keuangan organisasi nirlaba yang sesuai dengan PSAK No.45. teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada yaitu kesesuaian laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik dengan standar akuntansi yang berlaku umum, khususnya PSAK No.45.

  BAB 3 : METODE PENELITIAN Bab ini berisi pedoman pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan,

  yang terdiri dari pendekatan kualitatif melalui kasus yang dipergunakan, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber penelitian, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis yang dipergunakan.

  BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian yang berupa gambaran umum

  mengenai laporan keuangan di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik serta pembahasan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan evaluasi kebijakan akuntansi dan laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Gresik setelah dibandingkan dengan standar akuntansi yang berlaku umum yaitu, PSAK No.45.

  BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab 4

  serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan simpulan tersebut untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Stakeholder Theory

  Tujuan organisasi yang akan dicapai bukan hanya untuk kepentingan manajemen saja tetapi juga menyangkut kepentingan stakeholder. Tujuan ini sesuai dengan Stakeholder Theory yang menyatakan bahwa organisasi bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (jemaat, kreditur, donatur, dan pihak lain). Dengan demikian keberadaan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada organisasi tersebut. Gray, Kouhy, dan Adams yang dikutip dari buku Ghozali menyatakan bahwa: kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehinggaaktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerfull stakeholder, semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan

  stakeholder nya.

  Untuk mendapatkan dukungan pemangku kepentingan, gereja harus dapat memberikan laporan keuangan yang relevan, reliable, dan sesuai dengan standar yang berlaku umum yaitu PSAK No. 45.

  9

2.1.2. Pengertian Gereja

  Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: ekklesia yang berarti dipanggil keluar (ek = keluar; klesia dari kata kaleo = memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti: 1. Arti pertama ialah 'umat', atau lebih tepat, 'persekutuan' orang

  Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orangJadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung.

  2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.

  3. Arti ketiga ialahlam agama Kristen.

  Geren lain-lain.

  4. Arti keempat ialah

  5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah”

  Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah

  Di Indonesia terdapat jenis-jenis gereja yang berbeda. Kebanyakan merupakan gereja suku atau wilayah. Misalnya Gereja HKBP yang merupakan ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  gereja orang Batak ataupun Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang merupakan gereja wilayah yang hanya ada di Jawa Timur.

2.1.3. Gereja Kristen Jawi Wetan

  Pada tanggal 15 Oktober 1931, Pengurus Pusat Nederlandch Zendeling-

  genootschap

  (NZG) yaitu Serikat Misionaris Negeri Belanda yang berada di Rotterdam, Belanda, menerbitkan surat keputusan Konsul Jenderal Th.

  Boetzelaer van Dubbeldam, yang menetapkan keberadaan jemaat-jemaat Kristen Jawa yang berada di bawah pembinaan NZG dan Java Comite akan dipersatukan dalam suatu wadah gereja di Jawa Timur.

  Pada 11 Desember 1931, diresmikanlah pendirian GKJW sebagai wadah yang dimaksud dalam keputusan Pengurus Pusat NZG. Pada saat berdiri nama GKJW adalah Pasamuwan-Pasamuwan Kristen Djawi ing Tanah Djawi

  Wetan

  . Pengakuan resmi pemerintah dinyatakan dalam Blesuit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 53 (Staatsblad No.372) pada tanggal 27 Juni 1932 dengan nama Oost-Javaansche Kerk yang kemudian menjadi Greja

  Kristen Djawi Wetan (GKDW).

  GKJW telah menetapkan bahwa keberadaannya hanya dibatasi di Jawa Timur. Sehingga tidak akan dijumpai adanya GKJW di luar Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan isi Tata dan Pranata GKJW yang berbunyi “Greja Kristen Jawi Wetan adalah bagian dari Gereja yang Esa, yang dilahirkan, ditumbuhkan dan dipelihara oleh Tuhan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus di Jawa Timur” (Majelis Agung GKJW, 1996:2).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Dalam menjalankan kiprah bergerjanya, GKJW berpedoman pada beberapa bidang, yaitu:

  1. Bidang Teologi Bidang ini menangani hal-hal dan kegiatan yang berhubungan dengan pergumulan firman Tuhan dan pembinaan iman warga jemaat. Contoh kegiatan pelayanannya, misalnya menyiapkan bahan untuk Pemahaman Alkitab, pembinaan iman warga dengan berbagai model kegiatan (ceramah, retret, sarasehan, katekisasi). Secara ideal sebenarnya bidang teologi selalu melandasi setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh jemaat.

  2. Bidang Persekutuan Bidang ini bertugas menangani, melayani dan mengembangkan kegiatan untuk mengentalkan semangat kebersamaan/ persekutuan, mulai dari anak sampai dengan usia lanjut. Sesuai dengan kategori pelayanannya maka bidang pelayanan ini bertujuan agar setiap warga bisa mengambil peranan demi terwujudnya persekutuan dengan Tuhan dan sesamanya dengan sebaik-baiknya. Disamping itu dengan adanya bidang pelayanan ini diharapkan setiap jemaat- secara kategorial- terwadahi kebutuhannya untuk bersekutu.

  3. Bidang Kesaksian Bidang ini bertugas mengadakan pembinaan bagi warga jemaat agar mampu menyatakan jatidirinya sebagai orang percaya terutama ditengah kehidupannya bersama dengan orang-orang lain. Diharapkan melalui cara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  hidup yang baik dan benar kehadirannya di masyarakat dapat menjadi saksi akan kasih Tuhan Yesus. Pada hakekatnya semua orang percaya terpanggil untuk bisa menjadi saksi Kristus didalam hidupnya.

  4. Bidang Pelayanan Cinta Kasih Kegiatan di bidang ini secara khusus menangani pelayanan untuk mewujudkan cinta kasih Tuhan Allah kepada dunia dan segala isinya agar terwujud kesejahteraan lahir batin. Hal utama dalam pelayanan ini adalah upaya gereja/ orang-orang percaya untuk turut serta bekerja bersama dengan Tuhan agar bumi ini benar-benar disuasanai oleh kasih, sukacita, keadilan, kebenaran dan damai sejahtera bagi seluruh dunia.

  Dengan demikian kegiatan pada bidang ini bukan hanya memberi sembako atau pengobatan gratis untuk yang kekurangan, namun juga termasuk kedisiplinan untuk turut serta menjaga memelihara keutuhan ciptaan. Misalnya: tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan kekerasan kepada sesama, mau berhemat menggunakan sumber-sumber alam, membela hak mereka yang tertindas.

  5. Bidang Penatalayanan Bidang ini menangani pembinaan dalam hal sumber daya manusia, harta milik gereja, juga bagaimana meningkatkan daya, dana dan sarana bagi perkembangan dan pertumbuhan gereja. Misalnya bagaimana talenta dan potensi warga jemaat bisa benar-benar diberdayakan untuk memenuhi panggilan Tuhan agar keberadaan gereja benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Dalam hal “struktur” pelayanannya, GKJW menampakkan diri dalam bentuk persekutuan-persekutuan. Ada tiga macam persekutuan yang terdapat di GKJW, yaitu:

  1. Persekutuan se-Tempat Persekutuan ini juga disebut sebagai Jemaat (persekutuan yang dewasa dari warga di suatu tempat yang mampu memenuhi panggilan dan melaksanakan kegiatan pelayanan), misalnya: Jemaat Sitiarjo, Jemaat Ngawi. Pada tingkat persekutuan ini penanggung jawab semua kegiatan pelayanan adalah Majelis Jemaat. Majelis Jemaat biasanya memilih beberapa orang untuk duduk dalam Pelayan Harian Majelis Jemaat (PHMJ). PHMJ inilah yang menjadi pelaksana harian dari tugas kemajelisan. Jabatan di PHMJ adalah sama dengan jabatan pada Majelis Jemaat. Contohnya, Ketua Majelis Jemaat adalah juga ketua PHMJ, demikian pula jabatan lainnya. Untuk mempertajam pelaksanaan program dan memberdayakan warga jemaat, maka Majelis Jemaat dalam melaksanakan lima bidang pelayanan dibantu oleh komisi-komisi pembinaan atau kepanitiaan untuk suatu kegiatan tertentu.

  2. Persekutuan se-Daerah Persekutuan ini adalah persekutuan warga GKJW di dalam suatu daerah, yang terdiri dari beberapa jemaat. Penataan pelayanan pada persekutuan se-Daerah ini diatur oleh Majelis Daerah, contohnya: Majelis Daerah Malang 1, Majelis Daerah Besuki Timur. Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-harinya Majelis Daerah melimpahkan kepada Pelayan Harian

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Majelis Daerah. Mengapa demikian? Karena Majelis Daerah dalam setahun hanya bersidang sebanyak 2 (dua) kali. Sedangkan Pelayan Harian Majelis Daerah sedikitnya mengadakan rapat sekali dalam dua bulan. Dalam prakteknya bisa sekali sebulan, bahkan lebih mengingat tingkat kegiatan yang semakin padat. Sidang Majelis Daerah merupakan forum tertinggi pengambilan keputusan tertinggi untuk lingkup daerah. Sebagaimana di lingkup Jemaat, maka di lingkup Majelis Daerah ini pun Pelayan Harian Majelis Daerah dibantu oleh Komisi-komisi Pembinaan Daerah untuk merealisasikan ke-lima bidang pelayanannya. Saat ini di GKJW terdapat 12 Majelis Daerah, yaitu meliputi: Surabaya Timur I, Surabaya Timur II, Surabaya Barat, Malang I, Malang II, Malang III, Malang IV, Kediri Utara, Kediri Selatan, Besuki Barat, Besuki Timur, Madiun.

  3. Persekutuan se-Jawa Timur Persekutuan ini adalah persekutuan warga GKJW di seluruh Jawa Timur.

  Inilah yang disebut dengan GKJW, yang meliputi jemaat-jemaat se Jawa Timur. Penanggung jawab penataan dan pelayanan GKJW adalah Majelis Agung GKJW. Dalam kegiatan sehari-harinya dijalankan oleh Pelayan Harian Majelis Agung. Sedangkan pelaksanaan program untuk kelima bidang pelayanannya dilakukan oleh Dewan-dewan Pembinaan. Sama dengan di jemaat, jabatan di Majelis Agung adalah sama dengan jabatan di Pelayan Harian Majelis Agung.Pada lingkup persekutuan inilah GKJW juga menjalin kerjasama secara oikumenis dengan berbagai gereja baik di

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Indonesia maupun di luar negeri. Bahkan sudah sejak lama GKJW mengembangkan pergaulannya secara lebih programatis dengan lembaga keagamaan lain.Struktur di atas tidak bersifat hirakhis (Majelis Agung tidak lebih tinggi daripada Majelis Daerah atau Majelis Jemaat, dan sebaliknya), melainkan satu sama lain berhubungan sebagai persekutuan yang menyatu dalam semangat “Patunggilan kang Nyawiji” yaitu Greja Kristen Jawi Wetan.

  2.1.4. Laporan Keuangan sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Gereja

  Setiap organisasi tidak terkecuali gereja tentu memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kegiatan operasionalnya kepada pihak internal maupun eksternal. Pertanggungjawaban ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan gereja telah tercapai.. Hal ini sesuai dengan SFAC No.1 yang menyatakan bahwa akuntansi keuangan bukan sekedar penghubung antara manajemen (dalam hal ini pengelola gereja) dan pihak luar (dalam hal ini jemaat, kreditur, donatur, dan pihak lain) secara akuntabilitas, melainkan lebih bermakna dari itu, yaitu sebagai alat pertanggungjawaban manajemen.

  Pertanggungjawaban manajemen terlihat pada, apakah semua sumber daya ekonomi yang dipercayakan kepada manajemen telah benar-benar digunakan secara menguntungkan dan terlindungi dari hal-hal yang merugikan.

  2.1.5. Kebijakan Akuntansi

  Untuk membuat suatu laporan keuangan dibutuhkan dasar maupun peraturan dalam proses penyusunannya. Dasar maupun peraturan ini dalam organisasi biasa disebut dengan kebijakan akuntansi. Dalam sebuah organisasi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  harus mempunyai kebijakan akuntansi yang konsisten pada setiap periode karena pengguna laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan, kinerja, dan arus kas.

  Dalam PSAK No. 25 kebijakan akuntansi didefinisikan sebagai prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang dterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. (IAI, 2009:25.2)

  Dalam suatu kebijakan akuntansi, suatu entitas harus dapat menjelaskan tiga hal berikut: a. Pengakuan

  Pengakuan akuntansi mengacu pada pencatatan unsur-unsur dasar laporan keuangan. konsep pengakuan akuntansi mendefinisikan prinsip- prinsip dasar yang menentukan penentuan waktu, biaya, dan pengakuan untung rugi di dalam laporan keuangan.

  b. Pengukuran Pengukuran akuntansi mengacu pada berapa besar nilai yang harus diakui dan disajikan pada laporan keuangan.pengukuran akuntansi digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan suatu data akuntansi.

  c. Penyajian Penyajian merupakan cara bagaimana laporan keuangan disajikan agar pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah memahami isi laporan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  keuangan tersebut. Laporan keuangan tersebut juga harus disajikan secara wajar. (Makatita, 2011:8-9)

  2.1.6. Laporan Keuangan

  Akuntabilitas adalah salah satu prinsip yang dipegang teguh dalm menjalankan roda organisasi nirlaba. Untuk mencapainya, laporan keuangan dapat berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelolaan lembaga dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders). Laporan keuangan menjadi penting karena didalamnya memuat informasi mengenai bagaimana organisasi mengelola sumber daya yang ada, berapa besar sumber daya yang dimiliki, serta pencapaian apa saja yang telah diperoleh dengan sumber daya tadi. (Nainggolan, 2012:43)

  Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan salah satu regulasi yang dibuat untuk menyajikan laporan keuangan. PSAK No. 45 adalah salah satu regulasi yang akan dibahas yang mengatur tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba yang memiliki keunikan yang tidak ditemukan di laporan keuangan organisasi yang berorientasi laba misalnya adanya akun sumbangan.

  2.1.7. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK No. 45

  Laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui bagaimana keadaan suatu organisasi dan kemampuan organisasi tersebut untuk bertahan.

  Kebenaran dalam pembuatan laporan keuangan sangat diperlukan. Agar laporan keuangan dapat ditelusuri kebenarannya maka laporang keuangan tersebut harus diperiksa oleh pihak independen.

  Menurut PSAK No. 45 tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota entitaws nirlaba, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba. (IAI, 2010:45.4)

  Pihak pengguna laporan keuangan entitas nirlaba memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai: a. jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut; b. cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja mereka. (IAI, 2010:45.4)

  Laporan keuangan untuk entitas nirlaba terdiri atas laporan posisi keuangan (neraca), laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk entitas bisnis pada umumnya.

  Dalam paragraf 8 PSAK No. 45 dijelaskan secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:

  a. jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba;

  b. pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aset neto; c. jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya; ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  d. cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya; e. usaha jasa entitas nirlaba.

  Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam laporan keuangan biasanya melengkapi informasi dalam laporan keuangan yang lain. (IAI, 2010:45.5)

2.1.7.1. Laporan Posisi Keuangan

  Dalam lembaga komersial laporan posisi keuangan disebut juga dengan Neraca. Laporan ini memberikan informasi tentang besarnya aset atau harta lembaga dan sumber perolehan dari aset tadi (bisa dari hutang atau aktiva bersih) pada satu titik waktu tertentu. (Nainggolan, 2012: 44)

  Dalam PSAK No.45 dijelaskan bahwa laporan posisi keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor, dan pihak-pihak lain untuk menilai:

  a. kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan b. likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal. (IAI, 2010:45.5)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.

  Yang dimaksud pembatasan permanen adalah pembatasan terhadap:

  a. aset, seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau b. aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaanya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

  Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).

  Pembatasan temporer meliputi:

  a. sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu,

  b. investasi untuk jangka waktu tertentu,

  c. penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau

  d. pemerolehan aset tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya.

  Aset neto tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset neto tidak terikat dapat berasal dari sifat entitas nirlaba. Informasi mengenai batasan- batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. (IAI, 2010:45.7)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Gambar 2. 1 Contoh Laporan Posisi Keuangan Entitas Nirlaba Laporan Posisi Keuangan

31 Desember 20X2 dan 20X1 (dalam jutaan Rupiah)

  20X2

  20X1 Aset: Kas dan setara kas 188 1.150 Piutang bunga 5.325 4.175

  Persediaan dan biaya dibayar di muka 1.525 2.500 Piutang lain-lain 7.562 6.750 Investasi Lancar 3.500 2.500 Properti investasi 13.025 11.400 Aset Tetap 154.250 158.975 Investasi jangka panjang 545.175 508.750 Jumlah Aset 730.550 696.200 Liabilitas dan Aset Neto: Utang dagang 6.425 2.625 Pendapatan diterima di muka yang dapat dikembalikan

  1.625 Utang Lain-Lain 2.187 3.250 Utang wesel

  2.850 Kewajiban tahunan 4.213 4.250 Utang jangka panjang 13.750 16.250 Jumlah Liabilitas 26.575 30.850 Aset Neto: Tidak Terikat 288.070 259.175 Terikat temporer (Catatan B) 60.855 63.675 Terikat permanen (Catatan C) 355.055 342.500 Jumlah Aset Neto 703.975 665.350 Jumlah Liabilitas dan Aset Neto 730.550 696.200

  Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan : PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1.7.2. Laporan Aktivitas

  Tujuan utama penyusunan laporan aktivitas adalah untuk menyediakan informasi mengenai: a. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto, b. hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan

  c. bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

  Dalam laporan aktivitas pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian diklasifikasikan sebagai berikut: a. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat.

  b. Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, bergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

  c. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau liabilitas) sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian dalam kelompok aset neto tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu kelompok atau beberapa kelompok perubahan dalam aset neto, entitas nirlaba dapat mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau nonoperasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain. (IAI, 2009:45.8-45.9) Contoh laporan aktivitas akan ditampilkan dalam gambar dibawah ini.

  Gambar 2. 2 Contoh Laporan Aktivitas Bentuk A

  Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat Bentuk A Perubahan Aset Neto Tidak Terikat Pendapatan dan Penghasilan: Sumbangan 21.600 Jasa Layanan 13.500 Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 14.000 Penghasilan dari investasi lain-lain (Catatan E) 2.125 Penghasilan bersih dari investasi jangka panjang yang belum terealisasi 20.570 Lain-lain 375 Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat 72.170 Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D) Pemenuhan program pembatasan 29.975 Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan 3.750 Berakhirnya pembatasan waktu 3.125 Jumlah aset yang telah berakhir pembatasannya 36.850 Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan lain 109.020 Beban dan Kerugian: Program A 32.750 Program B 21.350 Program C 14.400 Manajemen dan umum 6.050 Pencarian dana 5.375 Jumlah Beban (Catatan F) 79.925 Kerugian akibat kebakaran 200 Jumlah Beban dan Kerugian 80.125 Kenaikan Jumlah Aset Neto Tidak Terikat 28.895 Perubahan Aset Neto Terikat Temporer: Sumbangan 20.275 Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 6.450 Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 7.380 Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan (75) Aset neto terbebaskan dari pembatasan (Catatan D) (36.850) Penurunan Aset Neto Terikat Temporer (2.820) Perubahan Dalam Aset Neto Terikat Permanen: Sumbangan Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan 700 Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 300 dari investasi jangka panjang (Catatan E) 11.550 Kenaikan Aset Neto Terikat Permanen 12.550 Kenaikan Aset Neto 38.625 Aset Neto Pada Awal Tahun 665.350 Aset Neto Pada Akhir Tahun 703.975 Organisasi Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk Tahun Yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20X1 (dalam jutaan Rupiah) ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Gambar 2. 3 Contoh Laporan Aktivitas Bentuk B Laporan Aktivitas Entitas Nirlaba Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20x2 (dalam jutaan rupiah) Terikat Temporer Permanen Tidak Terikat Terikat Jumlah

  Pendapatan,penghasilan, dan sumbangan lain Jasa Layanan 13.500 13.500 Sumbangan 21.600 20.275 700 42.575 Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 14.000 6.450 300 20.750 Lain-lain terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 20.570 7.380 11.550 39.500 Penghasilan neto terealisasikan dan belum Penghasilan investasi lain (Catatan E) 2.125 2.125 375

Berakhirnya pembatasan waktu 3.125 (3.125)

Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan 3.750 (3.750)

Pemenuhan program pembatasan 29.975 (29.975)

Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D): Jumlah pendapatan, penghasilan dan sumbangan 109.020 (2.745) 12.550 118.450 Terikat Temporer Permanen Jumlah Tidak Terikat Terikat