KEHARMONISAN KELUARGA POLIGAMI PRESPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974

  

KEHARMONISAN KELUARGA POLIGAMI

PRESPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 (Studi Kasus Keluarga Poligami di Desa Sumber Agung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) SKRIPSI

  Diajukan Untuk Mempenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjan dalam Hukum Islam Oleh Fadhil Yahya Budi Utomo

  21112012

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

  

KEHARMONISAN KELUARGA POLIGAMI

PRESPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG NO 1 TAHUN 1974

  

(Studi Kasus Keluarga Poligami di Desa

Sumber Agung, Kecamatan Klego,

Kabupaten Boyolali)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Mempenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjan dalam Hukum Islam

  

Oleh

Fadhil Yahya Budi Utomo

21112012

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

  “Jahatilah masa mudamu sebelum masa tua menghancurkanmu” PERSEMBAHAN

  Untuk orang tua tercintaku dan

orang-orang yang terus bersama dalam

do‟a serta kasih sayang.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi Rabbialamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Robbi yang Maha Rahman dan Maha Rahim yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Dengan petunjuk dan tuntunanNya, penulis mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan suritauladan dalam berahklakul karimah sehingga kita dapat ilmu pengetahuan, sehingga dapat menjadikan kita bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

  Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan, kemauan dan bantuan semua pihak, maka penyusunan skripsi dengan judul:

  “KEHARMONISAN KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus Keluarga Poligami di Desa Sumber bisa terselesaikan.

  Agung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali )

  Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih yang tiada taranya kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I.,M.Si., selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.

  4. Bapak Dr. H. M. Irfan Helmy, Lc., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

  5. Bapak Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

  6. Orang tua tercinta Bapak M Wahib, Jarwoto dan Ibu Ngaisah, Harsini dan semua saudara saudaraku, Mbak Indri, Izah, Iroh, Dek Asngat, Ageng, Akbar yang terus mendoakan tanpa henti hingga sampai saat ini.

  7. Bapak Kyai H Sonwasi Ridwan, K .H Abdul Basith, K.H Zunaidi, K Dimyati Kharomen, K Muhidin, K Murtadho yang selalu membimbing dan tidak lelah dalam memberikan ilmu serta doanya untuk kesuksesan di dunia sampai akhirat.

  8. Kang Abdul Rosid, M Khoribudin Ihsan, Rio Abinowo, Asdi kuswanto, Sholihul Hadi, Arif ridho, M Hendri, adek Ulun Nayyiroh yang sesalu menemani dan memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi.

  9. Dan kepada semua teman-teman kelas AS 2012, mas Abdul Majid Wawan Rosadi, M Alvin Fuadi, Mirza Ghulam Ahmad, yang ikut serta dalam kelancaran skripsi.

  10. Sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) kota Salatiga, sahabat M Arfan Affandy, Azis S, M Amin Agil P, Ridha Ayu W, Alm Ridhanengtyas Fadzilah yang telah

11. ABSTRAK

  Budi Utomo, Fadhil Yahya. 2017. Keharmonisan Keluarga Poligami (Studi kasus

  Keluarga poligami di Desa Sumber Agung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali )skripsi . Jurusan Hukum Keluarga Islam. Fakultas Syariah. Institut

  Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. H Muh Irfan Helmy, Lc, M.A

  Kata Kunci : Poligami, keharmonisan dan keadilan keluarga, KHI

  Penelitian ini merupakan upaya untuk menggali keharmonisan keluarga poligami . Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan keharmonisan keluarga poligami , (2) Bagaimana penerapan keadilan dalam keluarga poligami.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang

  

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia . Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif, yaitu

  penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

  Data temuan di lapangan menunjukkan bahwa para pelaku poligami ini melakukan poligami bersadarkan dengan syariat Islam, tidak semata-mata hanya menuruti hawa nafsu belaka, mereka mempunyai tujuan yang jelas dan pasti disaat melakukan poligami. Para pelaku poligami menerapkan keharmonisan keluarga poligami dengan system yang sama dengan pola menunjung nilai komunikasi antara pihak istri pertama dan istri kedua terjalin degan baik dan menciptkan keharmoisan keluarga poligami. Untuk penerapan Keadilan dalam keluarga poligami ini para pelaku berbeda satu sama yang lain, untuk bpak WB menerapkan keadilan itu tidaklah harus sama satu sama lain akan tetapi memajukan kemaslahatan keluarga dulu, sedangkan untuk bapak MD menerapakan keadilan ini dengan pola beliau menjunjung rasa tangung jawab dan menuruti keinginan istri dan anak.

  DAFTAR ISI

  SAMPUL LEMBAR BERLOGO JUDUL …………………………………………………………………………. i NOTA PEMBIMBING ……………………………………………………….. ii PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………………………… iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………………. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. v KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vi ABSTRAK……………………………………………………………………… ix DAFTAR ISI..…………………………………………………………………… x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1 B. Rumusan Masalah ........................................................................7 C. Tujuan Penelitian..........................................................................7 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................7 E. Penegasan Istilah ........................................................................ 8 F. Kajian Pustaka ............................................................................ 9 G. Metode Penulisan Skripsi ...........................................................12 H. Sistematika Penulisan .................................................................17

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Poligami ...................................................................19 B. Sejarah Poligami ........................................................................20 C. Dasar Hukum Poligami ..............................................................23 D. Pandangan Ulama tentang Poligami ..........................................25 E. Pengertian Keluarga Harmonis dan Sakinah …………..…….. 27 F. Keadilan Suami terhadap Istri sesuai Landasan Keluarga Sakinah……………………………………………………...… 48 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran lokasi penelitian ..................................................... 55 B. Latar belakang melakukan poligam......................................... 60 C. Bentuk manajemen keharmonisan dan keadilan keluarga

  poligami................................................................................... 62

  BAB IVANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Faktor Pendorong Suami Melakukan Poligami......................................................................................67 B. Analisis Bentuk Manajemen Keharmonisan dan Keadilan Keluarga Poligami……………………………………………...76 C. Analisis Terhadap Hukum Islam dan UU No 1 Tahun 1974….78

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................. 82 B. Saran ........................................................................................ 83 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….. 84 LAMPIRAN …………………………………………………… 85

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang- Undang No 1 tahun 1974 Bab 1 pasal 1 “

  perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kelak berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

  Perkawinan menurut KHI pasal 2 bab 2 “perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

  Poligami adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa atau lebih dari satu istri dalam waktu yang bersamaan, bukan saat ijab qabul melainkan dalam menjalani hidup berkeluarga.

  Pada umumnya poligami dinilai hanya akan menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara para istri dan anak-anaknya. Akibatnya ketenangan dan ketentraman sebuah rumah tangga beranjak jadi rusak. Identik dengan penderitaan seorang istri tua (pertama) beserta anak- anaknya. Dengan kata lain, masyarakat begitu meyakini bahwa tak akan pernah ada poligami yang harmonis. Semua poligami pasti berdampak buruk, terutama psikologis sang istri pertama akan terguncang dengan kebijakan suaminya.

  Ada pula dampak buruk dari poligami menurut (Muthahari, 2007:120). Walaupun benar bahwa jiwa yang sebernarnya dari perkawinan ialah perasaan dan sentiment, dan benar juga bahwa emosi yang terasa dalam hati tidak berada dalam bawah control manusia, seperti membagi jasad fisik dan menyerahkannya kepada orang lain. Disini menerangkan beberapa dampak poligami.

  Poligami memang telah membuat perempuan, entah istri pertama atau kedua, menjadi sangat berobsesi memperebutkan sang suami. Ini adalah bentuk lain dari proses dehumanisasi itu. Merekapun berusaha mati- matian mencari bantuan dari yang bersifat fisik yang mempercantik diri dan membuat semenarik mungkin bagi suaminya, samapai usaha- usaha “ gaib” seperti berdukun mencari bantuan dari orang pintar atau psikolog. Sikap lain yang dilakukan perempuan korban poligamiadalah marah-marah, mengamuk, merajuk, kabur dan lainya. mereka merasa kehilangan kepercayaan dan pembunuhan karakter kepada wanita (K.H Husein Muhammad,2005:)

  Tak cuma kehilangan kepercayaan diri, poligami membuat perempuan merasa kehilangan keimanan dan keyakinannya. Ini terjadi karena segala penderitaan mereka yang tak mampu mereka “atasi” sering sekali diartikan orang-orang yang memojokkannya sebagai kelemahan imanatau bahkan dianggap tidak menjalankan agamanya dengan benar. Lebih pedih lagi karena yang menyatakan itu adalah suaminya sendiri.(K.H Husein Muhammad,2005:xl)

  Tidak dapat dipungkiri lagi, banyak kaum muslim yang saalah dalam berpligami, menyimpang dari yang disyariatkan Allah. Mereka kerap keliru menggunakan rukhsah (keringanan) tentang bolehnya berpoligami. Dengan begitu yang salah bukan hukum islamnya, tetapi penerapanya. Ini bisa disebabkan kekurangfahaaman mereka terhadap ajaran agama, atau karena keburukan akhlak mereka.(Dr.M Syafii Antonio M.Ec, 2010:32)

  Dari Segi Pandang Moral yaitu moralitas menuntut bahwa seseorang harus mengguranggi dan memerangi hawa nafsunya sampai kepada tingkat yang paling rendah, karena adalah watak manusia bahwa semakin seseorang memberikan kebebasan kepada hawa nafsunya maka semakin bertambah dan semakin terangsang hawa nafsu itu.(Muthahari, 2007:124).

  Didalam dinamika kehidupan atau berkeluarga pastinya ada kekurangan dan kelebihan, diatas sudah diterangkan sikap kekurangan keluarga poligami, disisi lain pastinya ada dampak positif dari poligami karena perbuatan poligami tidaklah perbuatan yang dilarang syariat dan menimbulkan dosa.

  Dr. M. Yusuf Musa berkata: Saya ingat ketika saya sendiri dan sebagian teman-teman saya bangsa mesir ketika di Paris pada tahun 1948 diundang untuk mengadiri Muktamar Pemuda International di Kota Munich( Jerman Barat). Pokok persoalan yang menjadi bagian dari kami dan teman-teman dari Mesir untuk dibahas adalah problem bertambahnya jumlah kaum wanita di Jerman Barat sesudah perang Dunia dengan beberpa kali lipat dari jumlah kaum laki-laki, dan dimintakan agar dapat diberikan jalan pemecahan sebaik muungkin. Sesudah diajukan semua cara-cara pemecahan yang merreka kenal disana tetapi ditolaknya, lalu saya dan teman-teman saya mengajukan jalan pemecahan tungal yang bersiafat fihrah, yaitu poligami. Pendapat ini pertama kali diterima dengan penuh rasa sinis, tetapi sesudah melalaui pembahasan yang jujur dan mendalam, maka para muktamirin, berpendapat bahwa hanya inilah jalan yang tepat.( Sayid Sabiq, 1990:162)

  Hal ini dilakukan demi kepentingan kekutan dan pertahana. Seorang penyidik bangsa Jerman telah membahas dengan tajam tentang bagaimana suburnya keturunan di kalangan masyaratkat Islam yang menurutnya dipandang sebagai slah satu unsur kekuatan masyarakatislam. Karena laki- laki untuk berketurunan labih besar dari pada perempuan, sebab laki-laki telah memiliki persiapan kerja seksual sejak baligh sampai tua, sedangkan perempuan dalam masa haid tidak memilikinya, di mana masa haid ini datang setiap bulan yang temponya terkadang sampai sepuluh hari, dan dalam begitupula selama masa nifaas (sehabis melahirkan anak) yang temponya terkadang sampai empat puluh hari ditambahi lagi dengan masa hamil dan menyusui. Kesangupan perempuan untuk beranak berakhir sekiat umur empat puluh lima sampai lima puluh tahun, sedangkan di pihak laki- laki masih subur sampai dengan lebih dari enam puluh tahun. Dengan persoalan yang sedemikian lebih baik melakukan pologami dari pada melakukan zina, harus diingat bahwa islam sangat keras di dalam mengharamkan zina.(Sayid Sabiq,1990 : 163) Terdapat pada SuratAn Nur Ayat 02

  نإ للها نيد في ةفأر امبه مك ذخأت لاو ةدلج ةئ ا م امهنم دحاو لك اودلجاف تيازلا و ةينازلا

  ) 2 (

  يننمؤلما نم ةفئاط امبهاذع دهشيلو رخلاا مويلاو للهاب ن ونمؤت متنك Artinya, “perempuan yang zina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan jangnlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama allah, jika kamu beriman kepada allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan hukuman mereka disaksikan dari orang- orang yang beriman”

  Selanjutnya adakalanya istri mandul atau menderita sakit yang tak ada harapan sembuh, padahal masih tetap berkeinginan untuk melajutkan hidup bersuami istri, padahal suami masih ingin mempunyai anak-anak sehat lagi pintardan seorang istri yang dapat mengurus keperluan-keperluan rumah tangganya. Dengan keadaan seperti itu maka pemecahan terakhir dalam keluarga adalah poligami, dari pada suami menceraiakan istri dalam kondisi sperti iu tetapi tetap berkeinginan bersuami istri. Maka berpoligami bisa menjadi pemecahan permasaalahan keluarga seperti itu( Sabiq, 1990 : 165 )

  Dalam hal ini penulis menemukan dua keluarga poligami yang harmonis, yang bisa membina keluarga poligami yang masih tetap dalam koridor-koridor Syariat Islam. Tentu tidakaklah mudah dalam membina dua kelauarga yang berbeda sifat dalam kehidupan sehari- hari dan tetap bisa membagi keadilan dalam berkeluarga.

  Di desa Sumber Agung kec. Klego kab. Boyolali, ada beberapa keluarga yang melakukan poligami yang harmonis. Bahkan ada salah satu keluarga poligami tinggal satu rumah dengan dua orang istri yang menikah sejak tahun 2005 sampai sekarang. Di lihat dari Dalam keluarga yang lain hampir sama kondisi kehidupan sehari- harinya, yang membedakan ialah dalam keluarga ini istri pertama dan istri kedua tidak tinggal dalam satu rumah, melainkan masih dalam satu lingkungan. Keluarga mereka pun juga berjalan harmonis sejak tahun 2008 sampai sekarang. Meskipun beda rumah tetapi para istri tersebut tidak ada kecemburuan yang mengakibatkan perceraian dalam keluarga poligami tersebut.

  Masyarakat sekitar desa Sumber Agung tidak menganggap mereka seperti keluarga poligami pada umumnya, dimana yang menjadi korban dalam poligami ialah istri pertama beserta anak-anaknya, dan suami lebih cenderung terhadap istri kedua beserta anak-anaknya. Disisi lain untuk istri yang kedua dari keluarga poligami tersebut juga tidak menutup diri terhadap masyarakat untuk membaur dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya yang terjadi dalam keluarga poligami istri kedua lebih menutup diri terhadap masyarakat, karena merasa mereka merebut suami dan orang tua dari keluarga lain.

  Dengan pemaparan diatas penulis tertarik melakukan penilitian, bagai mana para suami melakukan keharmonisan dan keadilan dalam kelauarga poligami yang terjadi di Desa Sumber Agung,Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Sesuai dengan judul skripsi penulis

  “KEHARMONISAN KELUARGA POLIGAMI PRESPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO 1 TAHUN 1974 “ (Studi Kasus di Desa Sumber Agung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali).

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana konsep keharmonisan keluarga dalam hukum Islam? 2. Apa latar belakang melakukan poligami? 3. Bagaimana manajemen keharmonisan dan keadilan keluarga poligami di

  Desa Sumber Agung, Kecamatan Klego, Kab Boyolali? 4. Bagaimana keharmonisan keluarga poligami sesuai prespektif Hukum

  Islam dan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 ? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui konsep keharmonisan keluarga dalam hukum Islam.

  2. Untuk mengetahui latar belakang melakukan poligami.

  3. Untuk mengetahui manajemen keharmonisan dan keadilan keluarga poligami di Desa Sumber Agung, Kec Klego, Kab Boyolali.

  4. Untuk mengetahui presfektif Hukum Islam dan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang keharmonisan keluarga poligami.

D. Kegunaan Penelitian

  Pelaksaan penelitian diharapkan akan mnfaat, baik secara teorotik maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Manfaat Teoritik.

  Manfaat Teoritik dari penulis s kripsi ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang berbagai persoalan yang berhubungan dengan pernikahan.

2. Manfaat Praktis

  Adapun manfaat praktisnya adalah memberikan tambahan wacana bagi dunia akademis, masyarakat serta dapat memberikan pandangan yang baik bahwa pernikahan poligami sebenarnya juga bisa menjadi keluarga yang rukun, harmonis dan sesuai ajaran islam.

E. Penegasan Istilah 1.

  Pologami Secara etimologis atau loghowi bahwa kata poligami berasal dari bahasa yunani gabungan dari dua kata poli dan polus yang berarti banyak.

  Serta gamien dan gomus yang berarti perkawinan. Dengan demikkian poligami berarti perkawinan yang banyak. Secara termilogi atau istilah poligami adalah salah satu perkawinan yang pihak memiliki atau mengawini beberapa jenis dalam waktu yang bersamaan. Dalam Hukum Islam poligami berarti suatu perkawinan yang dilakukan oleh salah satu pihak(suami) menggawini beberapa (lebih dari satu) istri dalam satu waktu yang bersamaan. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatan bersifat poligami yaitu perkawinan yang dilakukan karena adanya sebab- sebab tertentu yang mengakibatkan seseorang melakukan hal tersebut. Selain poligami dikenal juga poliandri, sebaliknya justru istri yang mempunyai beberapa suami dalam waktu bersamaan. Akan tetapi, dibandingkan dengan poligami, bentuk poliandri tidak banyak dipraktek.(Mulia, 2000:2)

2. Keharmonisan keluarga

  Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang dapat mengantarkan seseorang hidup lebih bahagia, lebih layak dan tentram. Menurut Basri keluarga harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang rukun, bahagia, bersih, disiplin, saling menghargai, pemaaf, tolong menolong dalam kebaikan, saling menghargai, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, bebakti kepada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang dalam hal yang positif serta memenuhi dasar keluarga (Basri, 1996 : 111)

F. Tinjauan Pustaka

  Banyak karya ilmiah atau penulisan yang membahas tentang kasus kasus poligami, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terus dikaji dan ditelusuri lebih dalam lagi. Banyaknya kasus yang berhubungan dengan perkawinan poligami mendorong penulis untuk mengungkap fenomena tersebut dengan mengamati dalam praktek kehidupan pasangan poligami. Dengan demikian diharapkan penelitian ini tidak sama dengan yang sudah ada. Pada umumnya kajian kasus poligami hanya terbatas pada teori saja, seperti pada penulisan skripsi yang ditulis oleh sudibyo (2001:25) yang berjudul “konsep keadilan dalam berpoligami menurut hukum islam “.

  Sudibyo menjelaskan bahwa konsep adil dala perkawinan poligami harus sesuai dengan apa yang ada di dalam aturan Islam serta penerapan konsep keadilan yang benar menurut Al- Qur‟an dan Hukum Tuhan. Menurutnya, adil di sini tidak hanya adil dalam pemberian nafkah saja akan tetapi pembagian terhadap cinta dan kasih sayang kepada istri-istri seperti pembagian jatah malam, nafkah lahir maupun batiniah. Bukan hanya itu, adil terhadap pemberian kasih sayang yang diberikan kepada anak-aaknya secara penuh dan tidak berbuat aniaya atau melantarkan kependidikanya, kesehatan dan masa depan mereka.

  Begitu juga karya dari Siti Mulyani (1997:18) yang mengangkat tema “Poligami Dalam Prespektif Keadilan Gender” dalam karyanya bahwa poligami yang dilakukan oleh suami terhadap istri adalah suatu perbuatan yang sangat merendahkan kaum perempuan karena terdapat unsur diskriminasi sosial maupun kejiwaan. Tidak hanya itu, jika dilihat dari sisi suami itu sendiri maka tampak jelas unsure yang terkamdung di dalamnya lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang kepemtingan dari sisi kaum perempuan yang jelas-jelas lenih merasakan dampak dampak dari poligami itu sendiri. Jelas disini bahwa, kaum perempuan merakasan diskriminasi sosial karena adanya sebab yang menjadi alasan-alasan bagi suami untuk berpoligami seperti yang telah disebutkan diatas. seperti pada penulisan skripsi yang ditulis oleh Sudibyo (2001:25) yang berjudul "Konsep Keadilan Dalam Berpoligami menurut Hukum Islam".

  Sudibyo menjelaskan bahwa konsep adil dalam perkawinan poligami harus sesuai dengan apa yang ada di dalam aturan Islam serta penerapan konsep keadilan yang benar menurut Al- Qur‟an dan hukum Tuhan. Menurutnya, adil di sini tidak hanya adil dalam pemberian nafkah saja tetapi juga adil terhadap pembagian terhadap cinta dan kasih sayang kepada istri-istrinya seperti pembagian jatah malam, nafkah lahiriah maupun batiniah. Bukan hanya itu, adil terhadap pemberian kasih sayang kepada anak-anaknya pun harus diperhatikan yaitu dengan memberikan hak-haknya secara penuh dan tidak berbuat aniaya kepada mereka.

  M Sholihan

  (1994:30 )“Poligami Dalam Perspektif Fazlur Rahman"

  menjelaskan bahwa Fazlur Rahman memaparkan pendapat bahwa adanya kontradiksi di antara izin untuk beristri sampai empat orang dan keharusan untuk berlaku adil kepada mereka dengan pernyataan tegas bahwa keadilan terhadap istri-istri tersebut adalah mustahil. Menurut penafsiran yang tradisional izin untuk berpoligami itu mempunyai kekuatan hukum, sedang keharusan untuk berbuat adil kepada mereka walaupun sangat penting, terserah kepada kebaikan si suami (walaupun Hukum Islam yang tradisional memberikan hak kepada kaum wanita untuk meminta pertolongan atau perceraian apabila mereka dianiaya atau dikejami oleh suami mereka). Dari sudut pandang agama yang normatif keadilan terhadap istri yang memiliki posisi lemah ini tergantung kepada kebaikan suami, walaupun pasti akan dilanggar. Sebaliknya modernis-modernis muslim cenderung untuk mengutamakan keharusan untuk berbuat adil tersebut, bahwa perlakuan adil tersebut adalah mustahil, mereka mengatakan bahwa izin untuk berpoligami itu hanya untuk sementara waktu dan tujuan tertentu saja. Beliau memang membenarkan pendapat di atas bahwa izin berpoligami merupakan hukum, sedang sanksinya adalah untuk mencapai ideal moral yang harus diperjuangkan masyarakat karena poligami itu tidak dapat dihilangkan begitu saja.

  Dari karya-karya di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang melakukan poligami tidak mudah, di dalamnya terdapat ketentuanketentuan yang harus dijalankan. Serta banyak kontradiksi yang terjadi tentang hal tersebut, dan hal inilah yang ingin penulis bahas lebih lanjut karena perkawinan poligami masih belum ada pemecahan yang ada khususnya praktek di lapangan.

  Hal inilah yang membuat peneliti mencoba menggali kembali tentang keharmonisan dan keadilan poligami, meskipun telah banyak pula para peneliti yang mengangkat tema di atas. Sedikit berbeda dengan karya-karya ilmiah lainnya disini penulis mengemukakan penelitian secara lapangan, yang lebih terperinci secara utuh berdasarkan fakta yang ada, bagaimana pelaku mengatur dan membentuk keharmonisan beserta pola keadilan yang dilakukan dalam keluarga poligami.

G. Metode Penelitian

  Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu, sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, menggembangkan dan mengguji suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan menggunakan metode-metode tertentu (Hadi, 1997 : 30 ). Adapun metode yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

   Pendekatan dan Jenis Penilitian

  Dalam penulis skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan empiris, yaitu sebagai usaha mendekati masalah penelitian untuk memperoleh fakta atau kenyataan yang sebenarnya menggenai pelaksaan keharmonisan dan keadilan keluarga poligami.

  Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang mencoba menggungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistic-kontektual) melalui penggumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri penelitian sebagai instrument kunci.

2. Kehadiaran Peneliti

  Dalam penulisan skripsi ini peniliti menggunakna metode dua arah di mana ada interaksi anatara peneliti dengan subyek penilitian. Dalam hal ini peneliti menggunkan pendekatan spikologis untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan tujuna penelitian, yaitu dengan mencari informan guna melengkapi data. Kehadiran penelitian disini mencoba menggali lebih jauh tentang poligami dan melibatkan secara langsung subyek peniliti, dengan kata lain penelitian ini telah diketahui oleh subyek penelitian.

  3. Lokasi Penelitian

  Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di Desa Sumber Agung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Kerena salah satu tempat terjadinya keharmonisan keluarga poligami dan peniliti menemukan dua kasus perkawinan tersebut.

  4. Sumber Data a.

  Data Primer Data ini merupakan sejumlah keterangan-keterangan dan fakta langsung yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak yangdipandang mengetahui obyek yang diteliti. Yaitu dengan mencari informan yang terpecaya dan mengetahui kondisi dari informan seperti keluarga, tetangga, orang-orang dekat, maupun langsung kepada subyek penelitian.

  b.

  Data Sekunder Data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka berupa buku, leteratur, dokumen-dokumen resmi, Al-

  Qur‟an dan Al- Hadits yang berhubungna dengan obyek masalah.

  c.

  Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah: 1)

  Dokumentasi, yaitu karya-karya yang memberikan informasi tentang perkawinan poligami secara umum.

  2) Wawancara, yaitu pengumpulan data dimana penulis mengadakan tanya jawab secara langsung dengan data terkait. Wawancara akan dilakukan terhadap pelaku maupun orang terdekat seperti, keluarga, tetangga, maupun pihak-pihak yang mengetahui praktik perkawinan poligami di Desa Sumber Agung.

  3) Observasi, yaitu penelitian menggamati apakah benar ekspresi yang diperlihatkan subyek penelitian sesuai dengan respon verbal yang diberikannya (Mulyana, 2006:30)

  Lebih lanjut menurut Patton (Poerwandari, 1998:23) hasil observasi menjadi data yang penting karena : 1)

  Penelitian akan mendapatkan pemahaman labih baik tentang konteks hal yang diteliti atau terjadi.

  2) Observasi memungkinkan peniliti untuk bersikap terbuka, berorentasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

  Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan umtuk dipengaruhi berbagai konseptualisasi tentang topic yang diamati akan berkurang. 3)

  Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal- hal yang menyangkut penilitian, dankarena berbagai sebab tidak diungkapoleh informan secara terbuka dalam wawancara, seperti kegiatan informan sehari-hari, hubungan informan dengan pasanganya, keadaan rumah, dan lingkungan tempat tinggal dan lainya.

5. Teknik Analisa Data

  Dalam penulisan ini, setelah data yang diperoleh, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode yaitu:

  1. Metode induksi, yaitu cara berfikir dari pernyataan yang bersifat khusus untuk ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.

  2. Metode deduksi, yaitu cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum untuk ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

  6. Pengecekan Keabsahan Data

  Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknis untuk memeriksa keabsahan suatu data. Keabsahan data dalam penilitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber, menurut Patton (2002:180) berarti membandingkan dan mengecek baliik derajat kepercayaan suatu informaasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2002:178).

  7. Tahap-Tahap Penelitian

  penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap, pertama pra lapangan, penelitian menetukan topic penelitian, mencari informasi tentang adanya praktek perkawinan poligami. Tahap selanjutnya penelitian terjun langsung ke lapangan untuk mencari informan atau pelaku dan melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu pelaku perkawinan poligami, keluarga, tokoh agama atau masyarakat dan tenaga pelaku perkawinan poligami. Tahap terahkir yaitu penyusunan laporan atau penelitiaan dengan cara menganalisis data atau temuan kemudian memaparkan dengan narasi deskriptif.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penilitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan penilitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan: Bab ini menerangkan Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah ,Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,Metode Penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian,

  kehadiran peneliti, Lokasi penitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data. Tahap-Tahap Penelitia, dan Sitematika Penulisan.

  Bab II Kajian Pustaka: Bab ini berisi tentang poligami, keluarga harmonis dan keluarga sakinah. Bab III Pelaksanaan Penelitian dan Pembahasan:Praktik Keharmonisan

  dan Peneparan Keadilan keluarga Poligami Di Desa Sumber Agung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.

Bab IV Pelaksanaan Penelitian dan pembahasan: Analisis data Latar Belakang , Keharmonisan dan keadilan , Tinjauan KHI Keluarga Poligami Di Desa Sumber Agung, Kecamtan Klego, Kabupaten Boyolali. Bab V Penutup:Berisi Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka Lampiran

BAB II POLIGAMI, KELUARGA HARMONIS DAN KELUARGA SAKINAH A. POLIGAMI MENURUT HUKUM ISLAM Secara etimologis atau loghowi bahwa kata poligami berasal dari bahasa yunani gabungan dari dua kata poli dan polus yang berarti banyak. Serta gamien dan gomus yang berarti perkawinan. Dengan demikkian

  poligami berarti perkawinan yang banyak. Secara termilogi atau istilah poligami adalah salah satu perkawinan yang pihak memiliki atau mengawini beberapa jenis dalam waktu yang bersamaan. Dalam Hukum Islam poligami berarti suatu perkawinan yang dilakukan oleh salah satu pihak(suami) menggawini beberapa (lebih dari satu) istri dalam satu waktu yang bersamaan. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatan bersifat poligami yaitu perkawinan yang dilakukan karena adanya sebab-sebab tertentu yang mengakibatkan seseorang melakukan hal tersebut. Selain poligami dikenal juga poliandri, sebaliknya justru istri yang mempunyai beberapa suami dalam waktu bersamaan. Akan tetapi, dibandingkan dengan poligami, bentuk poliandri tidak banyak dipraktek.(Mulia, 2000:2)

  Poligami dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka mempu nyai makna “sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan” (KBBI, 2005: 885).WJS. Poerwadarminta (1976:763) mengartikan sebagai adat seorang laki-laki beristri lebih dari seorang.Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Populer, poligami adalah perkawinan antara seorang dengan dua orang atau lebih, namun cenderung diartikan perkawinan satu orang suami dengan dua istri atau lebih ( Partanto dan Al-Barry, 1994:606)

  Menurut istilah, (Mulia, 2004:43) merumuskan poligami merupakan ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatan bersifat poligami.

  Dalam (Ghazaly, 2003:129) yang dimaksud poligami adalah seorang laki-laki beristri lebih dari seorang, tetapi dibatasi paling banyak adalah empat orang. Karena melebihi dari empat berarti mengingkari kebaikan yang disyariatkan Allah bagi kemaslahatan hidup suami istri.

  Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa poligami adalah perkawinan yang dilakukan seorang laki-laki (suami) yang mempunyai lebih dari seorang istri atau banyak istri dalam waktu yang sama dan dalam Islam dibatasi hanya empat istri.

B. Sejarah Poligami

  Sebelum datangnya Islam, masyarakat (Arab khususnya) sebenarnya telah mengenal dan mempraktikkan poligami. Banyak dari mereka bahkan mempunyai istri lebih dari satu. Ada yang memiliki lima orang istri bahkan ada yang sampai delapan istri (Iffah Qanita, 2016:17). Bangsa-bangsa terdahulu seperti Yahudi memperbolehkan penganutnya berpoligami, bahkan tanpa batasan tertentu ( Hasan, 2006:269). Selain bangsa Yahudi praktik poligami juga dilakukan oleh bangsa Ibrani dan juga Cicilia.

  Syed Ameer dalam bukunya The Spirit Of Islam (Api Islam) menyatakan bahwa sistem poligami sudah meluas dan berlaku pada beberapa bangsa sebelum Islam. Pada tingkatan tertentu dalam perkembangan sosial, poligami merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan. Peperangan yang sering terjadi antara kabilah mengakibatkan banyak korban, mengurangi jumlah laki-laki dan dalam sisi yang lain menambah jumlah wanita, serta adanya kekuasaan mutlak kepalakepala suku menjadi awal mula kebiasaan poligami. Bangsa yang menjalankan poligami diantaranya adalah bangsa Barat purbakala, orang Hindu dan Israil (Supardi Mursalin, 2007:17).Selain itu juga bangsa Media dahulu kala, Babilonia, Assiria dan ParsiSejarah mencatat para Nabi pun melakukan praktik poligami. Nabi Sulaiman a.s misalnya, memoligami seratus wanita dan sejumlah nabi lainnya yang berasal dari bangsa Bani Israil (Sa‟dany, 2009:158).

  Islam datang pada keadaan dimana sistem poligami telah menjadi sebuah kebiasaan atau tradisi dikalangan masyarakat Arab dan juga bangsa-bangsa terdahulu.Nabi Muhammad ketika diutus oleh Allah kepada bangsa Arab tidak lantas melarang paktik poligami karena perintah Allah membolehkan poligami dengan memberi batasan jumlah istri ( Mursalin, 2007:20).

  Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa seorang sahabat bernama Ghailan bin Salamah ats-Tsaqafi, seorang jahili yang masuk Islam, ketika itu memiliki sepuluh istri. Lalu, Nabi Muhammad saw menyuruhnya untuk memilih empat istrinya dan melepaskan enam istrinya yang lain (Sunan Ibnu Majah No. Hadis 1953).

  Dalam riwayat yang lain sa habat Urwah bin Mas‟ud yang berkata: “Ketika aku masuk Islam, aku memiliki sepuluh orang istri, empat orang berasal dari bangsa Quraisy dan satu dari putri Abu Sufyan.” Lalu, Rasulullah saw. memerintahkanku untuk memilih empat diantara mereka dan membebaskan yang lainnya. Lalu, aku pun memilih empat dari semua istriku dan membebaskan yang lainnya, sebagaimana perintah Rasulullah saw (Al Baihaqi, No.Hadist 13163).

  Nabi Muhammad saw. telah menyatakan kebolehan berpoligami, sekaligus menjadi pelaku poligami dan selalu memotivasi umatnya untuk mengikuti jejaknya, itulah sebabnya para sahabat beliau dikenal dalam sejarah sebagai pelaku poligami, juga orang-orang yang hidup dengan para sahabat (Sa‟dany, 2009:163).

  Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Muhammad saw adalah pelaku poligami, namun bukan berarti poligami Rosulullah atas dorongan nafsu syahwat tetapi berpoligaminya yaitu dalam rangka membina dan mempererat hubungan dengan kabilah-kabilah Arab ( Murti, 2005:160). Perlu kita ketahui bahwa Nabi Muhammad saw berpoligami pada usia sekitar lima puluh lima tahun yaitu ketika menikahi Saudah binti Zamah, seorang wanita Quraisy dari Bani. Amir yang merupakan janda dari Sakran bin Amr (Iffah Qanita, 2016:68), dan seterusnya bahwa Nabi Muhammad berpoligami dengan menikahi para janda kecualiAisyah.

  Hingga dewasa ini, praktik pernikahan poligami masih terus berlangsung di belahan bumi manapun.Sistem poligami ini masih berlaku dikalangan masyarakat Fiji, Australia, Tasmaniya, Tibet, Thailand dan juga di Indonesia ( Sunarto, 2015:26).

  C.

  

Dasar Hukum Poligami menurut Islam dan Hukum di Indonesia

  Hukum adalah aturan normatif yang mengatur pola perilaku manusia. Hukum tidak tumbuh di ruang fakum, melainkan tumbuh dari adanya aturan bersama ( Irianto, 2006:133). Begitu pula praktik pernikahan poligami ini mempunyai landasan yuridis.

  Dalam hukum Islam poligami diatur dalam Al- Qur‟an surat An-nisa ayat 3:

  ۖ ْنِإَف َعا َبُرَو َث َلَُثَو َٰنَْ ثَم ِءاَسِّنلا َنِم ْمُكَل َباَط اَم اوُحِكْناَف ٰىَماَتَيْلا ِفي اوُطِسْقُ ت الاَأ ْمُتْفِخ ْنِإَو

  

ۖ

) 3 ( اوُلوُعَ ت الاَأ َٰنَْدَأ َكِلَٰذ

  ْمُكُناَْيَْأ ْتَكَلَم اَم ْوَأ ًةَدِحاَوَ ف اوُلِدْعَ ت الاَأ ْمُتْفِخ Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu

  takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

  Selain dasar dalam Al- Qur‟an, poligami dalam hukum Islam dipertegas oleh adanya hadits dari Rosulullah yang memperbolehkan poligami dengan ketentuan adil.

  َم لُئِاَمُهُقِش َو ِةَماَيقِلا َموَي َءاَج اَُهُ اَدحٍإ َلاَمَف ِناَتَاَرمِا ُهَل تَناَك ن Barang siapa yang memiliki dua istri dan lebih memihak kepada salah satunya, maka dihari Kiamat nanti, ia akan datang dalam keadaan setengah badannya miring. (HR. Abu Daud No. Hadits 242)

  Dalam hukum positif yang ada di Indonesia, poligami diatur dalam pasal 3, 4 dan 5 Undang-undang No 1 Tahun 1974 dengan memberikan syarat bahwa poligami dapat dilaksanakan dalam beberapa keadaan, misalnya:

  1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri 2.

  Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

  3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan Sedangkan, dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) diatur pada

pasal 56 yang menyebutkan: 1. Suami yang hendak beristri lebih dari seorang harus mendapat izin dari pengadilan agama (PA).

  2. Pengajuan permohonan izin yang dimaksud pada ayat 1 dilakukan menurut tatacara sebagaimana diatur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975.

  3. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga, atau keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama (PA), tidak mempunyai kekuatan hukum.

  Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyatakan: pengadilan agama hanya memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: 1.

  Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.

  2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

  3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

  D.

  Pandangan Ulama tentang Poligami

  Dalam menafsirkan QS. An-Nisa ayat 4 di kalangan mufasir serta ulama mengalami beberapa perbedaan, ada yang memperbolehkan dan ada juga yang mengharamkan praktik pernikahan poligami. Beberapa ulama dan pandangannya tentang kebolehan berpoligami, misalnya:

1. Muhammad Hasbi ash-Shiddiqi

  Mencukupkan diri beristri satu dengan perempuan merdeka atau mencukupkan diri dengan budak-budak yang dimiliki lebih dekat dengan perilaku tidak curang. Beristri banyak sesungguhnya tidak diperbolehkan,kecuali dalam keadaan darurat, dan sangat kecil kemudaratannya.