PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY LABORATORIUM IPA - Digital Library Universitas Muhammadiyah Purwokerto

PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY LABORATORIUM IPA

  Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  Sisunandar, Ph.D PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY LABORATORIUM IPA

  Pengantar Penulis

  aboratorium merupakan salah satu fasilitas utama di

PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN

  sekolah atau universitas dimana seluruh siswa melakukan

SAFETY LABORATORIUM IPA

  Penulis

  aktivitasnya guna memecahkan suatu masalah atau sekedar

  L Sisunandar, Ph.D

  mengulangi eksperimen yang pernah dilakukan orang dengan

  Editor

  menggunakan pendekatan saintifik. Dengan adanya fasilitas

  Arifin Suryo Nugroho

  tersebut maka sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi

  Desain Cover

  siswa. Salah satu laboratorium yang sangat penting dimiliki dan

  Marjeck dikembangkan oleh sekolah adalah laborartorium IPA (sains). Tata Aksara

  Namun demikian, pengembangan dan pengelolaan labora-

  Dimaswids

  torium IPA di Indonesia masih sangat terbatas. Meskipun hampir

  Cetakan I: November 2015

  semua sekolah menengah di Indonesia telah memiliki laboratorium

  Penerbit

  IPA tetapi peralatan yang dimiliki masih terbatas, bahkan mayoritas

PUSTAKA PELAJAR

  peralatan masih ketinggalan jaman. Hal yang menggembirakan

  Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167

  saat ini adalah mulai adanya kesadaran dari para guru IPA

  Telp. 0274 381542, Faks. 0274 383083

  untuk menggunakan laboratorium, sebagai sarana pembelajaran,

  

  namun kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium masih

  Bekerja sama dengan

  sangat terbatas dalam mengembangkan kemampuan analisis

  UM Purwokerto Press

  dan pemecahan masalah bagi siswa. Lebih-lebih masih banyak

  ISBN:

  ditemukan anggapan laboratorium adalah fasilitas pelengkap di sekolah sehingga jika ada

  <a href="http://www.iceni.com/unlock-pro.htm"> `ˆÌi`Ê܈̅Ê̅iÊ`i“œÊÛiÀȜ˜ÊœvÊ</a> <a href="http://www.iceni.com/unlock-pro.htm"> ˜vˆÝÊ*ÀœÊ* Ê `ˆÌœÀÊ</a> Sisunandar, Ph.D

  Perencanaan, P bahkan acara makan-makan masih dilakukan di laboratorium. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak kesehatan dan keselamatan kerja yang kurang baik bagi orang yang melakukannya.

  Kesehatan dan keselamatan kerjadi laboratorium (safety lab) menjadi hal dasar yang HARUS diperhatikan sebelum seseorang masuk dan melakukan kegiatan di laboratorium. Peraturan di laboratorium yang otoriter dan berbunyi HARUS dan TIDAK

  Daftar Isi

  PERNAH juga wajib disosialisasikan dengan baik kepada pihak pengguna. Pemahaman yang bagus tentang kesehatan dan keselamatan kerja oleh para kepala laboratorium juga sangat di- butuhkan dalam menegakkan aturan dan memastikan para pengguna bisa bekerja dengan aman dan selamat.

  Buku ini menguraikan secara detail perencanaan dan Pengantar Penulis pengembangan laboratorium IPA, desain laboratorium, pedoman Daftar Isi safety dengan bahan kimia, bahan biologi maupun fire safety. Semoga Daftar Tabel buku ini bisa dimanfaatkan oleh para pengelola laboratorium IPA, Daftar Gambar para siswa maupun mahasiswa yang akan bekerja di laboratorium

  BAB I PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM IPA IPA maupun para pengguna laboratorium IPA pada umumnya. A. Pendahuluan Penulis menghaturkan terima kasih kepada seluruh jajaran B. Peran Laboratorium dalam Pengajaran IPA

  pimpinan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Rektor dan

  C. Persepsi Guru terhadap Peranan Laboratorium dalam para Wakil Rektor, Dekan FKIP, Ketua Program Studi Pendidikan Pengajaran IPA

  Biologi, dan Penerbit Pustaka Pelajar bekerja sama dengan UM

  D. Arah pengembangan Laboratorium IPA Abad 21 Purwokerto Press yang telah menerbitkan naskah buku ini. Purwokerto, Oktober 2015

  BAB II DESAIN LABORATORIUM IPA Sisunandar A. Pendahuluan B. Standar Laboratorium Sains C. Standar Ruang Persiapan (Preparation Room) D. Perabotan dan Peralatan Laboratorium BAB III PEDOMAN UMUM SAFETY DI LABORATORIUM A. Pendahuluan B. Peraturan Umum Keselamatan Kerja di Laboratorium 1. Makan, Minum dan Merokok ..

  23 Sisunandar, Ph.D

  Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  2. Alat Pelindung Diri (Personal Protection

  Equipments /PPE)

  BAB IV BEKERJA DENGAN BAHAN KIMIA A. Pendahuluan B. Safety dengan Bahan Kimia

  1. Cara Bahan Kimia Masuk ke dalam Tubuh

  2. Cara Bekerja dengan Bahan Kimia secara Aman

  DAFTAR TABEL

  3. Cara Penyimpanan Bahan Kimia

  a. Symbol Bahan Kimia

  b. Lokasi Penyimpanan

  C. Material Safety Data Sheets (MSDS) atau Lembar Data Keselamatan Bahan

  D. Prosedur Penanganan Limbah

  4.1 Jenis bahan yang disimpan di ruang terbuka dan ketentuan

  BAB V BEKERJA DENGAN BAHAN BIOLOGI

  maksimum untuk setiap bahan bagi setiap ruang laboratorium

  A. Pendahuluan berukuran 50 m2 (OHS The University of Queensland, B. Klasifikasi laboratorium yang Bekerja dengan Bahan 2010).

  Biologi

  6.1 Tanda dan klasifikasi api berdasarkan British Standard(The

  1. Laboratorium Level 1 - Biosafety Dasar University of Cambridge London Fire Officer, 2011)

  2. Laboratorium Level 2 - Biosafety Dasar

  3. Laboratorium Level 3 - Biosafety Khusus

  4. Laboratorium Level 4 - Biosafety Maksimum

  BAB VI FIRE SAFETY A. Sumber Api B. Penyimpanan Bahan Kimia Mudah Terbakar C. Aturan Keselamatan Kerja D. Alat Pemadam Kebakaran E. Prosedur Penyelamatan BAB VII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  2.9 Beberapa model desain ruang persiapan dan penyimpanan serta tata letak perabot yang dibutuhkan di dalam ruang persiapan (Piggott, 2010)..

  3.4 Beberapa jenis sarung tangan yang sering digunakan di laboratorium seperti disposable latex gloves, disposable nitrile gloves, nitrile gloves, autoclave gloves dan cryogenic gloves (searah jarum jam; Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012).

  3.3 Kaca mata pengaman (safety glasses; kiri), goggles (tengah) dan face shields (kanan) merupakan pelindung mata dengan proteksi yang khusus (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)..

  3.2 Jas lab dan sepatu tertutup harus selalu digunakan jika berada di dalam ruangan laboratorium (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)..

  3.1 Tanda dilarang merokok, makan dan minum selama berada di dalam laboratorium yang harus tertempel di ruang laboratorium..

  2.12 Diagram tampak muka lemari asam (Education Department, 1995) dan gambar lemari asam yang umum digunakan laboratorium IPA (Piggott, 2011)

  2.11 Tata letak meja dan kursi yang kurang bagus (atas) dan tata letak yang direkomendasikan untuk memudahkan guru mengawasi aktivitas seluruh siswa (Piggott, 2011)..

  2.10 Jarak aman bagi siswa untuk beraktivitas. Ukuran dalam milimeter (Piggott, 2011)

  2.8 Ruang persiapan yang juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan yang diletakkan di antara dua laboratorium sehingga memudahkan akses ke dalam ruang persiapan (Motz et al., 2007).

  DAFTAR GAMBAR

  2.7 Semua udara yang masuk ke dalam laboratorium harus sebanding dengan semua udara yang keluar dari laboratoium (TSI Incorporated, 2010)

  2.6 Denah laboratorium yang banyak digunakan di sekolah menengah di Inggris (Piggott, 2011)

  2.5 Denah laboratorium yang dapat digunakan oleh guru untuk melakukan demonstrasi ataupun praktikum berkelompok di USA (National Research Council, 2006)

  2.4 Denah laboratorium sains yang direkomendasikan oleh asosiasi guru sains nasional untuk digunakan di sekolah menengah di USA (Biehle et al., 1999)

  2.3 Denah laboratorium biologi yang banyak digunakan di Hong Kong (Education Department, 1995)

  2.2 Denah laboratorium kimia yang banyak digunakan di Hong Kong (Education Department, 1995)

  2.1 Denah laboratorium Fisika yang banyak digunakan di Hong Kong (Education Department, 1995)

  3.5 Masker bedah yang umum digunakan untuk melindungi pernafasan dari mikroorganisme (kiri), N-95 yang dapat digunakan untuk melindungi pernafasan dari debu dan mikroorganisme (tengah) serta air purifying respirator yang dapat digunakan untuk melindungi pernafasan dari berbagai partikel, gas maupun uap (kanan; Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

  4.1 Symbol bahan kimia dari NFPA (kiri) dan symbol dari HMIS digunakan di laboratorium (kanan) (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

  4.9 Contoh lembar data keselamatan bahan dalam bahasa

  4.2 Symbol bahan kimia dari Eropean Union. Dari kiri ke kanan Indonesia : korosif; mudah terbakar; oksidatif; mudah meledak (atas):

  5.1 Symbol biohazard yang harus ditempel didepan pintu berbahaya; iritan; beracun; toksik bagi lingkungan (bawah) laboratorium yang bekerja dengan makluk hidup (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

  5.2 Model laboratorium biosfatey level 1 (WHO, 2004)

  4.3 Symbol bahan kimia dari pemerintah Canada. Dari kiri ke

  5.3 Model laboratorium biosfatey level 2 yang menyediakan kanan, tabung gas dan aerosol; Mudah terbakar; oksidatif; autoklaf di luar laboratorium (WHO, 2004) sangat beracun (atas). Beracun; biohazard; korosif; reaktif

  5.4 Model laboratorium biosafety level 3 yang memiliki double (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012) pintu, autoklaf yang tersedia di dalam laboratorium serta

  4.4 Simbol yang diusulkan oleh United Nations untuk dipakai udara dengan aliran ke arah dalam laboratirum (WHO, 2004) secara global oleh seluruh perusahaan kimia. Dari kiri ke

  6.1 Symbol bahan cair mudah terbakar, bahan padat mudah kanan: mudah terbakar; berbahaya; oksidatif; beracun terhadap terbakar, dapat terbakar secara spontan dan bahan yang dapat lingkungan; korosif; tabung gas; mudah meledak; berbahaya terbakar jika kontak dengan air bagi kesehatan manusia; sangat beracun (Laboratory and

  6.2 Aplikasi tabung pemadam kebakaran sangat tergantung Chemical Safety Committee, 2012) dari bahan sumber kebakaran (The University of Cambridge

  4.5 Kompatibilitas penyimpanan bahan kimia. Bahan kimia London Fire Officer, 2011) kelompok tertentu tidak boleh disimpan ditempat yang sama dengan kelompok bahan kimia yang tidak kompatibel. (OHS The University of Queensland, 2010). S1: dipisahkan dengan jarak 3 m atau lebih dengan ventilasi yang baik. S2: Dipisahkan dengan jarak 5 m atau lebih; S3: dipisahkanjarak 3 m untukPGIII atau 5m untuk PG II. S4:Harus ditempatkan diruang terpisah. A dan B: umumnya kompatible tetapi harus dicek MSDS untuk memastikannya;C. harus dipisahkan minimal 3 (lebih lanjut lihat http://education.qld.gov.au/ health/pdfs/healthsafety/guideline-managing-chemicals.pdf)

  4.6 Tanda dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar atau makanan dan minuman yang harus ditempel dipintu kulkas

  4.7 Tanda yang harus tertera pada bahan yang bersifat racun atau karsinogen

  4.8 Contoh MSDS bahan kimia 2,4-dichlorophenoxy acetic acid (2,4-D), salah satu zat pengatur tumbuh auksin yang banyak

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Bab I PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM IPA A. Pendahuluan

  ains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena alam berdasarkan observasi dan eksperimen secara ilmiah. Hampir semua orang percaya bahwa laboratorium memiliki peran

  S

  yang sangat penting dalam pendidikan sains. Di dalam laboratorium, siswa dapat melakukan kegiatan penelitian, pengamatan dan berbagai aktivitas lainnya sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran menjadi lebih baik. Oleh karena itu di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 42 ayat 2 mewajibkan setiap sekolah untuk memiliki laboratorium guna menun jang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Bunyi pasal tersebut adalah:

  “(2) Setiap satuan pendidikan wajid memiliki sarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuanpendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, danruang/ untuk dievaluasi (Russel and Weaver, 2008). tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pem-

  B. Peran Laboratorium dalam Pengajaran IPA belajaran yang teratur dan berkelanjutan”.

  Di dalam Pengajaran IPA materi pembelajaran dapat diungkap- Disamping sekolah wajib memiliki laboratorium, Sekolah juga kan melalui pengajaran tentang fakta, teori maupun prinsip tentang diwajibkan untuk memiliki peralatan dengan jenis dan jumlah yang hukum alam (Sumintono et al., 2010). Pengajaran ini umumnya sesuai dengan rasio jumlah siswa. Dalam PP No.19 tahun 2005 pasar dilakukan dengan cara siswa mempelajari buku teks di kelas secara 43 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa: klasikal. Pengajaran model ini merupakan kecenderungan umum

  “(1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu kurikulum sains di Negara berkembang termasuk Indonesia. pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium

  Dalam model yang umum diterapkan di negara maju, peng- komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan ajaran sains dilakukan melalui pengembangan kemampuan siswa pendidikandinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal dalam memecahkan maalah sains melalui metode ilmiah. Kegiatan peralatan yang harus tersedia. (2) standar jumlah peralatan pengajaran umumnya dilakukan di laboratorium dengan melibatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalama rasio peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Kegiatan praktikum di minimal jumlahperalatan per peserta didik”. laboratorium telah dibuktikan mampu meningkatkan sikap kritis,

  Meskipun pemerintah, sekolah maupun pendidik menyadari ketrampilan proses sains maupun sikap ilmiah siswa. betapa pentingnya peranan laboratorium dalam menunjang pen-

  Istilah laboratorium sekolah (lab) dan praktikum sering didikan, namun kondisi laboratorium di banyak sekolah masih digunakan dalam pendidikan, namun definisi yang tepat masih memprihatinkan. Hasil penelitian di salah satu kota di Indonesia jarang ditemukan. Pada umumnya lab atau praktikum didefinisikan menunjukkan bahwa dukungan semua pihak untuk mengem- sebagai suatu aktivitas secara luas tentang kegiatan siswa berinteraksi bangkan laboratorium sebagai sarana pembelajaran masih dan suatu bahan untuk mengobservasi dan memahami fenomena sangat kurang sehingga sekolah memiliki keterbatasan peralatan alam (Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007). Sudah bertahun-tahun

  (Sumintono et al., 2010). Disamping masih ditemukan sebagian para pelaku pendidikan percaya bahwa sains tidak dapat berarti sekolah yang tidak memiliki sarana laboratorium sehingga tidak apa-apa tanpa adanya kegiatan praktikum di laboratorium sekolah. mematuhi peraturan pemerintah tersebut juga masih banyak

  Banyak kegiatan di laboratorium dirancang untuk dilakukan sekolah yang telah memiliki laboratorium namun pemanfaatannya secara individu, sementara kegiatan lain dirancang untuk dilakukan masih sangat minim , 24 september 2012). secara berkelompok dalam group yang kecil ataupun dalam group

  Ada juga yang melaporkan bahwa meskipun sekolah memiliki yang besar melalui demonstrasi. laboratorium tetapi tidak digunakan untuk kegiatan pengajaran IPA

  Peranan guru dalam melakukan kegaitan laboratorium juga (Sumintono et al., 2010). Meskipun banyak juga sekolah yang telah bervariasi mulai dari kegiatan yang berorientasi kepada guru memanfaatkan laboratorium sebagai tempat pembelajaran namun ataupun kegiatan yang terbuka dan berorientasi kepada sisiwa. Oleh apakah pemanfaatan tersebut telah efektif untuk meningkatkan karena itu berdasarkan orientasi dan tingkat kesulitannya, kegiatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran juga masih jarang praktikum di laboratorium biasa dibagi menjadi 4 level, yaitu

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA Level 0: permasalahan, metode pemecahan masalah dan cara Hofstein, 2007; Russel and Weaver, 2008; Singer et al., 2006), namun menginterpretasikan kegiatan praktikum telah diberikan beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kegiatan praktikum dengan jelas di buku petunjuk praktikum ataupun buku kurang produktif dan membingungkan karena sering dilakukan teks. Dalam hal ini siswa hanya melakukan observasi atau tanpa pemikiran matang tentang tujuan dari kegiatan tersebut pengalaman terhadap suatu fenomena. Pada level ini siswa (Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007). Oleh karena itu agar kegiatan juga dapat belajar menguasai teknik tertentu laboratorium menjadi lebih bermakna maka sangat disarankan

  Level 1: Petunjuk praktikum mengungkapkan permasalahan dan agar siswa diberi keleluasaan dalam memanipulasi alat dan bahan cara kerja sedangkan cara menginterprestasikan hasil tidak (level 2 dan 3) agar dapat membantu pengetahuan mereka dalam diberikan sehingga siswa dapat menemukan hubungan memahami konsep sains (Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007). suatu fenomena yang tidak diketahui sebelumnya dari

  C. Persepsi Guru terhadap Peranan Laboratorium dalam

  buku teks

  Pengajaran IPA

  Level 2: Petunjuk praktikum hanya mengungkapkan problem yang Meskipun hampir seluruh guru percaya bahwa laboratorium ingin dipecahkan, sedangkan metode dan pemecahan memiliki peran yang sangat penting dalam pengajaran IPA. Hasil masalah dibiarkan terbuka sehingga memacu siswa men- penelitian Sumintono et al., 2010, menunjukkan bahwa hampir jadi lebih kreatif seluruh guru (97%) percaya bahwa praktek laboratorium merupakan

  Level 3: Siswa hanya dikonfrontasikan dengan suatu fenomena , bagian dari pelajaran IPA. Hampir seluruh guru percaya bahwa tetapi problem, metode dan pemecahan masalahnya tidak dengan praktikum siswa mampu menemukan fakta dan prinsip diberikan. dalam sains, mampu memecahkan masalah, membantu siswa

  Tentu saja kegiatan pada level 0 dan 1 akan memberikan berpikir kritis serta mampu meningkatkan kemampuan kerjasama pengalaman yang lebih banyak kepada siswa dibandingkan dengan antar siswa. level 2 dan 3, namun sisiwa perlu memiliki kemampuan untuk

  Dalam pelaksanaannya, kegiatan praktikum di laboratorium bertanya dan mengembangkan rencana penelitian sehingga kegiat- masih memiliki banyak kendala. Hampir 75% dari guru hanya an praktikum sangat diharapkan mulai ditingkatkan dari level melakukan praktikum kurang dari 5 kali setiap semesternya. Hampir 0 sampai level 3 secara bertahap. Oleh karena itu pengembangan 60% guru menyatakan bahwa peralatan dan bahan praktikum kegiatan pembelajaran laboratorium harus dilakukan secara ber- merupakan kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan, meskipun tingkat sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan demikian ke- sebagian guru (19%) menyatakan ruangan laboratorium yang giatan laboratorium akan memberikan makna yang lebih dalam terbatas dan 12% guru menyatakan tidak adanya laboran menjadi bagi siswa dibandingkan pembelajaran yang hanya mementingkan kendala utama (Sumintono et al., 2010). hafalan fakta dan teori.

  Praktikum di laboratorium juga dapat menjadi kurang efektif Meskipun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa karena kemampuan guru dalam mengelola kegiatan praktikum kegiatan laboratorium dapat meningkatkan pemahaman siswa ter- masih rendah. Hal ini terbukti dengan adanya guru yang menya- hadap sains, memberi pengalaman praktis maupun sikap ilmiah takan bahwa hasil praktikum yang gagal (24 %) ataupun kelas bagi para siswa (Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007; Kipniz and

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

D. Arah Pengembangan Laboratorium IPA Abad 21

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  tidak terkendali (39%). Bahkan, evaluasi kegiatan praktikum hanya dilakukan dengan melihat laporan hasil praktikum (40%) maupun test tertulis (22%; Sumintono et al., 2010).

  Hampir semua pendidik percaya bahwa laboratorium me- rupakan sarana utama dalam meningkatkan pemahaman siswa. Bahkan di US, laboratorium telah dikenalkan kepada siswa sejak tingkat taman kanak-kanak (preschool) dengan tujuan memberi kesempatan kepada seluruh siswa agar terbiasa dengan dan benda-benda di lingkungan sekitar (National_Science_Teachers_ Assosiation, 2007). Pada level yang lebih tinggi (sekolah dasar), para siswa sudah mulai diperkenalkan untuk melakukan penelitian, bertanya, menganalisis hasil penelitian, berdebat tentang bukti-bukti yang ditemukan, membangun pengertian tentang konsep science dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkatan sekolah menengah, kegiatan di laboratorium dilakukan setiap minggu , mengumpulkan data setiap minggu dan mempresentasikan hasilnya (National_Science_Teachers_Assosiation, 2007).

  Di dalam memasuki abad 21, pengajaran IPA harus di Indonesia harus lebih memfokuskan kegiatan kepada para peserta didik dan bukan pada guru dan focus pada pengetahuan dan bukan hafalan. Kegiatan laboratorium harus berorientasi ke masa depan sehingga kegiatan laboratorium harus memiliki tujuan mampu mendukung melahirkan generasi peneliti dan teknisi yang handal di masa depan. Kegiatan laboratorium tersebut harus bertujuan untuk:

  1. meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai bahan ajar 2. mengembangkan pemikiran dengan alasan yang rasional dan ilmiah 3. memahami kompleksitas suatu fenomena 4. mengembangkan ketampilan praktis 5. memahami sains

  6. merangsang siswa untuk tertarik dalam bidang sains 7. mengembangkan kemampuan bekerja kelompok. Kegiatan laboratorium yang mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut membutuhkan kesiapan tenaga pendidik dan sekolah untuk menyediakan kegiatan praktikum yang mumpuni. Hal ini hanya dapat dilakukan jika suatu sekolah telah mapan dengan tenaga pendidik yang terlatih. Akan tetapi jika kondisi suatu Negara atau sekolah tidak memungkinkan memiliki laboratorium yang ideal, maka alternatif –alternatif untuk melakukan kerja di laboratorium dapat diganti tanpa harus meninggalkan kegiatan eksplorasi dengan hal-hal sebagai berikut:

  1. Guru melakukan demonstrasi suatu percobaan dan merekam nya. Kemudian video tersebut dapat ditunjukkan kepada siswa pada waktu yang tepat. Pada saat ini siswa lebih menyukai menonton video dari pada melakukan pekerjaan penelitian sendiri. Meskipun teknik ini memerlukan banyak biaya pada awalnya, namun investasi tersebut hanya dilakukan sekali dan dapat digunakan berkalikali tanpa harus mengeluarkan biaya kembali.

  2. Beberapa kegiatan laboratorium tidak mungkin dilakukan karena biayanya yang mahal dan waktu yang lama misalnya dalam bidang rekayasa genetika, tidak memungkinkan misal nya struktur dan anatomi manusia, berbahaya misalnya meng gunakan asam atau basa kuat dll., maka kegiatan laboratorium dapat diganti dengan simulasi komputer. Yang perlu dilakukan oleh sekolah hanya membeli software dan menggunakannya bersama-sama dengan siswa sehingga siswa memiliki pemahaman yang lebih baik tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar.

  3. Beberapa website juga menyediakan laboratorium virtual yang bisa diakses secara gratis sehingga para pendidik dan siswa dapat melakukan kegiatan secara bersama-sama. Website tersebut antara lain: atapun http://ocw.mit.edu/courses/.

Bab II DESAIN LABORATORIUM IPA A. Pendahuluan Hampir semua pelaku pendidikan percaya bahwa untuk

  belajar sains, siswa membutuhkan pengalaman melakukan kegiatan penelitian dan pengamatan secara langsung. Dengan melakukan aktivitas tersebut maka pemahaman siswa terhadap sains menjadi lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua guru IPA di Indonesia percaya bahwa praktikum di laboratorium merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelajaran sains (Sumintono et al., 2010). Oleh karena itu di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 42 ayat 2 mewajibkan setiap sekolah untuk memiliki laboratorium guna menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

  Hasil survey yang dilakukan di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah menunjukkan bahwa hampir semua sekolah mene ngah pertama maupun sekolah menengah atas telah memiliki labora- torium sains. Namun laboratorium yang ada masih banyak yang belum sesuai dengan kebutuhan. Hampir seluruh guru IPA di sekolah menyatakan bahwa kondisi laboratorium mereka masih perlu diperbaiki guna meningkatkan kualitas layanan kepada para siswa. Jumlah peralatan dan bahan praktikum juga masih kurang

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  sehingga sedikit mengganggu jalannya praktikum yang mereka selenggarakan hanya 2 – 5 kali setiap semesternya.

  Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan laboratorium sebagai sumber belajar sains bagi para siswa adalah laboratorium sekolah yang dibangun kurang memperhatikan desain laboratorium yang baik. Laboratorium adalah investasi yang mahal dan diharapkan bisa difungsikan untuk jangka waktu yang sangat lama. Desain laboratorium yang kurang baik akan berpengaruh terhadap kurang baik terhadap aktivitas guru, laboran maupun para siswa yang bekerja di laboratorium (Piggott, 2011). Oleh karena itu komunikasi yang baik antara arsitek bangunan, desiner laboratorium, pengembang dengan guru sains dan para laboran merupakan hal yang sangat penting dalam membangun sebuah laboratorium dengan standar tinggi untuk pendidikan dan pengajaran.

  Kendala lain yang dihadapi adalah belum adanya standar laboratorium yang ditetapkan secara nasional yang bisa dijadikan acuan bagi sekolah apabila akan memperbaiki kondisi laboratorium ataupun membangun laboratorium yang baru. Buku ini bukan merupakan dokumen keputusan pemerintah tentang desain standar laboratorium sekolah, namun isi dari buku ini dapat digunakan sebagai referensi apabila sekolah akan membangun atau merenovasi laboratorium agar menjadi lebih optimal dalam memberi layanan bagi para siswa.

  Desain suatu laboratorium harus memenuhi tiga sayarat, yaitu kesehatan dan keamanan kerja, rasa nyaman dan efisien energi (TSI Incorporated, 2010). Laboratorium harus didesain untuk memenuhi keamanan dan kesehatan kerja bagi orang-orang yang bekerja di laboratorium tersebut. Banyak bahan-bahan kimia atau bahan bahan biologi yang berbahaya dan digunakan dalam kegiatan laboratorium. Oleh karena itu keamanan dan keselamatan kerja harus menjadi prioritas utama. Kenyamanan laboratorium juga harus menjadi perhatian karena laboratorium yang pengap dan panas karena kurang udara juga dapat mengganggu kesehatan para pekerja disamping tidak membuat betah para pekerja. Oleh karena itu laboratorium harus memiliki ventilasi yang baik sehingga membuat para pekerja menjadi nyaman.

  Standar laboratorium berikut dapat digunakan sebagai referensi dalam mendesain laboratorium sains.

  1. Ukuran dan Lokasi

  Ruangan laboratorium sebaiknya berbentuk persegi empat atau yang mendekati dengan ukuran tertentu. Standar yang berlaku di Inggris menyebutkan bahwa setiap siswa membutuhkan ruang seluas sekitar 3 m 2 . Oleh karena itu ukuran standar laboratorium yang diperuntukkan bagi 30 siswa seluas 90 m 2 dengan rasio perbandingan panjang dan lebar antara 1: 0,8 atau 1: 1,1 (Piggott,

  2011). Departemen pendidikan Hong Kong mewajibkan setiap laboratorium sains memiliki ukuran sekitar 120 m 2 dengan lebar minimal dari 7 m di setiap sisinya (Gambar 2.1 - 2.3; Education Department, 1995).

  Ruang laboratorium sebaiknya tidak memiliki pilar (tiang) di tengahnya sehingga pemandangan guru tidak terganggu. Setiap laboratorium wajib memiliki ruang persiapan (preparation room) yang dapat digunakan untuk menyiapkan kegiatan praktikum, perbaikan peralatan maupun penyimpanan alat dan bahan. Satu ruang persiapan dapat digunakan untuk satu atau dua laboratorium yang berdekatan. Ruang persiapan disarankan memiliki ukuran sekitar 45 m 2 (Education Department, 1995).

B. Standar Laboratorium Sains

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 2.1 Denah laboratorium Fisika yang banyak digunakan di Hong Kong

  (Education Department, 1995).

Gambar 2.2 Denah laboratorium kimia yang banyak digunakan di Hong Kong

  (Education Department, 1995). Lokasi laboratorium sangat disarankan untuk berdekatan satu dengan yang lain sehingga memudahkan administrasi dan penge- lolaannya. Apabila banguna laboratorium bertingkat, maka tempat penyimpanan bahan kimia atau laboratorium kimia perlu mendapat perhatian khusus. Laboratorium tersebut harus ditempat kan pada bagian paling atas untuk menjaga bahaya gas atau debu yang keluar dari bahan kimia atau lemari asam.

Gambar 2.4 Denah laboratorium sains yang direkomendasikan oleh asosiasi guru sains nasional untuk

  digunakan di sekolah menengah di USA (Biehle et al., 1999).

Gambar 2.3 Denah laboratorium biologi yang banyak digunakan di Hong Kong

  Denah laboratorium yang banyak digunakan di laboratorium (Education Department, 1995). sains di banyak negara sangat bervariasi, tergantung kondisi ekonomi dan pendidikan yang ada di negara tersebut. Denah laboratorium

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA yang banyak digunakan di Hong Kong seperti laboratorium Fisika, Kimia maupun Biologi nampak pada Gambar 2.1-2.3. sedangkan denah laboratorium yang banyak digunakan di US (Gambar 2.4 dan

  2.5) dan Inggris dapat dilihat di Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Denah laboratorium yang banyak digunakan di sekolah menengah di Inggris

  (Piggott, 2011).

  2. Pintu Masuk

  Setiap laboratorium sebaiknya memiliki dua pintu masuk yang berlokasi di ujung ruangan (Education Department, 1995). Salah satu pintu tersebut harus berfungsi sebagai pintu darurat yang harus bisa dibuka dari dalam. Semua pintu dan jalan harus tidak terhalangi dari apapun seperti meja dan kursi sehingga tidak mengganggu jika terjadi kondisi darurat. Salah satu dari pintu masuk tersebut sebaiknya merupakan pintu dengan dua daun pintu sehingga memudahkan akses keluar masuk jika ada peralatan laboratorium yang berukuran besar.

  3. Ventilasi

Gambar 2.5 Denah laboratorium yang dapat digunakan oleh guru untuk melakukan demonstrasi

  Laboratorium harus didesain untuk kenyamanan, kesehatan ataupun praktikum berkelompok di USA (National Research Council, 2006). dan keselamatan kerja. Ruangan laboratorium yang terlalu pengap dan panas akan menurunkan produktivitas para pekerja di laboratorium. Oleh karena itu ventilasi yang menjadi tempat keluar masuknya udara ke dalam laboratorium memiliki peran penting dalam menjaga suhu laboratorium agar tetap nyaman. Prinsip dasarnya adalah jumlah udara yang masuk ke dalam laboratorium harus sama dengan jumlah udara yang keluar dari laboratorium (Gambar 2.7) atau udara yang masuk ke dalam laboratorium harus

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA keluar sehingga volume udara di dalam laboratorium selalu tetap Ruang persiapan sebaiknya ditempatkan bersebelahan atau konstant (TSI Incorporated, 2010). dengan laboratorium. Jika terdapat dua atau lebih laboratorium, maka ruang persiapan harus diletakkan pada posisi sentral yang mudah dijangkau seperti pada Gambar 2.8.

Gambar 2.7 Semua udara yang masuk ke dalam laboratorium harus sebanding dengan semua udara

  yang keluar dari laboratoium (TSI Incorporated, 2010).

C. Standar Ruang Persiapan (Preparation Room)

Gambar 2.8 Ruang persiapan yang juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan yang diletakkan di

  Ruang persiapan memiliki fungsi mendukung kegiatan

  antara dua laboratorium sehingga memudahkan akses ke dalam ruang persiapan (Motz et

  praktikum yang dilakukan di laboratorium. Ruangan ini berfungsi al., 2007). untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

  2. Peralatan

  kegiatan praktikum, pemeliharaan dan perbaikan peralatan labora- Ruang persiapan harus didesain secara cermat sehingga torium, serta untuk menyimpan bahan-bahan yang telah digunakan. perabot, peralatan dan bahan yang disimpan dapat tertata dengan

  Apabila ruangan yang sangat terbatas maka ruang preparasi juga baik. Meja pada ruangan ini sebaiknya setinggsi sekitar 90 cm digunakan untuk menyimpan ruang penyimpanan alat dan bahan. sehingga memudahkan para laboran atau guru untuk bekerja.

  1. Ukuran dan Lokasi Seeting ruang persiapan dapat dilihat di Gambar 2.9.

  Ruang persiapan sangat dianjurkan memiliki ukuran yang memadai sebagai tempat menyiapkan praktikum dan menyimpan alat dan bahan. Rekomendasi umum yang digunakan untuk ruang 2 preparasi adalah minimal 0,5 m per siswa (Piggott, 2011). Jadi kalau 2 ada dua buah laboratorium masing-masing untuk 30 siswa (90 m ), maka ruang persiapan memiliki luas minimal 0,5 x 30 siswa x 2 lab = 2 30 m . Peruntukan ruang tersebut umumnya 30 % digunakan untuk area kerja, 40 % untuk penyimpanan alat dan 30 % untuk sirkulasi (Piggott, 2011).

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 2.9 Beberapa model desain ruang persiapan dan penyimpanan serta tata letak perabot

  yang dibutuhkan di dalam ruang persiapan (Piggott, 2010).

D. Perabot dan Peralatan Laboratorium

  Beberapa fasilitas yang direkomendasikan harus ada di laboratorium sains adalah sebagai berikut:

  1. Meja dan Kursi Setiap siswa diharuskan memiliki satu buah kursi yang ergonomis sehingga tidak menggangu pertumbuhan siswa. Dalam hal jarak antara meja satu dengan meja yang lain juga harus mendapat perhatian yang serius agar aktivitas setiap siswa tidak saling mengganggu (Gambar 2.10) dan memudahkan siswa siswa untuk bergerak.

  Gambar 2.10. Jarak aman bagi siswa untuk beraktivitas. Ukuran dalam milimeter (Piggott, 2011).

  Area kerja (meja) yang direkomendasikan untuk digunakan per siswa adalah adalah minimal 0.36 m 2 per siswa (Piggott, 2011). Ketinggian meja yang digunakan oleh siswa sekitar 80 cm. penempatan meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa sehingga guru bisa mengawasi seluruh aktivitas siswa secara maksimal.

  Sangat disarankan agar meja laboratorium tidak disusun berbanjar ke belakang, tetapi sebaiknya disusun melinkar sehingga guru bisa mengawasi aktivitasiswa dengan mudah (Gambar11).

  2. Meja Demonstrasi Meja yang digunakan untuk demonstrasi memiliki ketinggian yang sama dengan meja siswa dan memiliki semua fasilitas seperti air dan listrik. Di tempat ini juga bisa ditempatkan meja untuk Lemari asam sebaiknya tidak ditempatkan di sudut labora- menyimpan laptop atau tas milik guru selama guru melakukan torium atau di dekat pintu masuk utama. Lemari asam juga tidak aktivitas. Di dekat tempat ini juga bisa ditempatkan papan tulis boleh ditempatkan di jalan yang banyak dilalui orang. Hal ini karena maupun LCD projector yang dipasang secara permanen untuk orang yang berjalan di muka lemari asam dapat menyebabkan mendukung kegiatan laboratorium. udara di dalam lemari keluar ke ruang laboratorium. Sistem yang

  3. Lemari asam (Fume hood) digunakan dalam mengeluarkan udari dari dalam lemari asam

  Lemari asam (Gambar 2.12) adalah peralatan yang wajib harus sangat aman sehingga udara yang ada di dalam lemari asam tersedia di semua laboratorium yang menggunakan bahan kimia. tidak keluar dan membahayakan orang-orang yang bekerja di Lemari asambukanmerupakan alat untuk melindungi para siswa laboratorium. dan guru dari bahan kimia tetapi hanya merupakan tempat bekerja Lemari asam memiliki ukuran dan bentuk yang beragam jika menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya seperti asam kuat tergantung kepada pabrik yang membuatnya. Hal-hal yang harus atau basa kuat. diperhatikan jika memilih lemari asam antara lain bahan yang digunakan. Sebaiknya meja yang digunakan untuk membuat lemari asam berasal dari bahan yang tahan asam atau basa kuat. Demikian pula kipas penghisap (blower) yang digunakan untuk menghisap udara dari dalam lemari asam dan dikeluarkan ke luar laboratorium. Saluran udara untuk mengeluarkan udara dari ruang lemari asam harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesehatan orang di luar laboratorium.

  Hal lain yang HARUS selalu menjadi perhatian para pengelola laboratorium adalah kesalahan umum yang menggunakan lemari asam sebagai tempat penyimpanan bahan kimia. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa lemari asam bukan tempat menyimpan bahan kimia yang berbahaya atau mudah menguap. Penggunaan lemari asam untuk keperluan tersebut disamping menyalahi aturan, mem- bahayakan pihak pengguna yang lain, maupun menyebabkan cepat ausnya lemari asam khususnya blower akibat terjadinya korosi. Lemari asam harus selalu dijaga kebersihannya.

Gambar 2.11 Tata letak meja dan kursi yang kurang bagus (atas) dan tata letak yang direkomendasikan

  untuk memudahkan guru mengawasi aktivitas seluruh siswa (Piggott, 2011).

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA demonstrasi. Tegangan listrik yang ada di dalam laboratorium harus seragam sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam penggunaan daya untuk alat-alat tertentu. Listrikdi laboratorium juga harus terhubung dengan sirkuit utama sehingga apabila terjadi kecelakan kerja di laboratorium, maka mematikan listrik di seluruh laboratorium menjadi mudah dan kecelakaan dapat diisolasi.

  6. Air dan bak cuci

  Supply air di laboratorium harus dengan volume yang memadai dan tekanan yang cukup besar. Tekanan air yang cukup besar sangat penting untuk kondisi darurat misalnya untuk membasuh mata jika terjadi kecelakaan. Oleh karena itu tandon air yang disambung dengan pompa air sangat dianjurkan untuk digunakan di laboratorium sehingga tekanan air menjadi cukup besar.

  Gambar 2.12.

  Bak cuci (sink) direkomendasikan untuk tersedia di labora-

  Diagram tampak muka lemari asam (Education Department, 1995) dan gambar lemari asam yang umum digunakan laboratorium IPA (Piggott, 2011).

  torium dalam jumlah cukup. Setiap enam siswa direkomen dasikan

  4. Lemari tas memiliki satu buah bak cuci (Piggott, 2011). Rekomendasi bak

  Siswa biasanya membawa barang-barang seperti buku atau- cuci berupa stainless stell dengan ukuran 20 cm x 30 cm dengan pun tas ke dalam ruang laboratorium. Buku atau tas tersebut tidak kedalaman 15 cm. Setiap bak cuci dilengkapi dengan satu buah kran diijinkanuntuk ditempatkan di atas meja kerja atau diletakkan di air. Tidak direkomendasikan bahan untuk bak cuci menggunakan atas lantai. Hal ini akan menyebabkan bahaya yang serius serta risiko proselin atau batu cor arena sangat riskan menyebabkan alat gelas terhadap keselamatan yang tinggi. Oleh karena itu tambahan perabot pecah sewaktu dicuci. yang dapat digunakan untuk menyimpan barang-barang tersebut

  Di dekat pintu keluar dari laboratorium harus tersedia sangat dibutuhkan untuk kenyamanan kerja di laboratorium. Pada wastafel untuk mencuci tangan bagi seluruh orang yang telah umumnya perabot tersebut ditempatkan di dekat pintu utama tetapi selesai bekerja di laboratorium atau keluar dari laboratorium. Bak tidak mengganggu pintu utama tersebut. cuci ini harus khusus dan tidak boleh digunakan untuk mencuci alat

5. Listrik

  laboratorium. Di dekat wastafel harus dilengkapi dengan sabun cuci Socket (stop contact/colokan) harus ditempatkan di tempat cair dan tissue pengering. yang jauh dari air dengan jumlah yang memadai. Setiap siswa

  7. Fasilitas emergency sebaiknya memiliki satu buah socket di dalam laboratorium sains. Beberapa fasilitas darurat yang harus tersedia di dalam Oleh karena itu jumlah stop kontak yang ada di dalam laboratorium laboratorium adalah kotak P3K yang memiliki isi minimal berupa harus melebihi jumlah siswa yang paktikum di laboratorium antiseptik, cotton wool, palstik, bandages dengan beberapa ukuran, tersebut. Disampingitu socket juga harus tersedia di meja untuk pisau, gunting dan obat-obatan ringan.

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Bab III PEDOMAN UMUM SAFETY DI LABORATORIUM A. Pendahuluan

  ains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena alam berdasarkan observasi dan eksperimen secara ilmiah. Hampir semua pelaku pendidikan percaya bahwa untuk belajar sains,

  S

  siswa membutuhkan pengalaman melakukan kegiatan penelitian dan pengamatan yang dilakukan di laboratorium. Dengan melaku- kan aktivitas secara langsung tersebut maka pemahaman siswa terhadap sains menjadi lebih baik.

  Untuk melakukan kegiatan observasi dan eksperimen dalam membuktikan hukum dan teori dalam sains, keberadaan laboratorium menjadi sebuah keharusan (National Science Teachers Assosiation, 2007). Melalui proses dan kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium, siswa dapat merancang suatu eksperimen, memberikan alasan-alasan ilmiah, mencatat data hasil eksperimen, menganalisis data maupun mendiskusikan hasil eksperimen yang diperoleh. Keterampilan dan pengetahuan yang didapat dari kegiatan-kegiatan di laboratorium tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Meskipun dalam memahami materi pembelajaran dapat dilakukan dengan membaca, menggunakan simulasi komputer ataupun cara lainnya, namun

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  • Memahami prosedur keselamatan kerja
  • Berpakaian kerja untuk di laboratorium: menggunakan alat pelindung diri (personal protective equipment / PPE) selama berada di laboratorium
  • Mencuci tangan sebelum meninggalkan laboratorium
  • Membaca instruksi dengan baik sebelum melakukan percobaan
  • Memeriksa peralatan apakah sudah terpasang dengan

  Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

  peran laboratorium sebagai tempat siswa melakukan pembelajaran masih tetap tidak tergantikan. Agar sains dapat dipelajari dengan baik maka laboratorium harus menjadi bagian integral dari kurikulum sains (National Science Teachers Assosiation, 2007).

  Salah satu faktor yang harus dipenuhi sebelum, selama dan sesudah melakukan observasi dan ekperimen di laboratorium adalah masalah kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium (laboratory health and safety). Kebutuhan akan kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium akan semakin meningkat dengan semakin baiknya kualitas pendidikan dan semakin bertambahnya frekuensi penggunaan laboratorium untuk kegiatan penelitian, pendidikan dan pembelajaran (McQuillan and Coleman, 2008).

  Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium merupa- kan tanggung jawab semua orang baik orang yang bekerja di laboratorium tersebut maupun pihak management sekolah. Meski- pun penanggungjawab utama adalah orang-orang yang bekerja di laboratorium tersebut, namun pihak yang tidak terkait secara langsung dengan laboratorium seperti Dinas Pendidikan Kabupaten, Propinsi ataupun Kementrian Pendidikan turut bertanggungjawab dengan membuat peraturan yang dibutuhkan oleh laboratorium agar terjaga Keselamatan dan kesehatannya bagi para pengguna. Adalah sebuah keharusan bagi seluruh pihak yang terkait untuk memastikan bahwa laboratorium sebagai tempat penelitian dan pendidikan merupakan lingkungan yang aman dan sehat untuk digunakan beraktivitas (Committee on Prudent Practices in the Laboratory, 2011).