Deskripsi Tingkat Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang Kelas XI Tahun Ajaran 20102011 dan Implikasinya pada Pelayanan Bimbingan Klasikal

  

Deskripsi Tingkat Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang

Kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011

dan Implikasinya pada Pelayanan Bimbingan Klasikal

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Disusun oleh : Dwi Ayu Ningrum

NIM : 06 1114 015

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

  

DESKRIPSI TINGKAT KARAKTER SISWA SMA KOLESE

LOYOLA SEMARANG KELAS XI TAHUN AJARAN 2010/2011

DAN IMPLIKASINYA PADA PELAYANAN BIMBINGAN

KLASIKAL

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Disusun oleh:

Dwi Ayu Ningrum

NIM : 06 1114 015

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  

MOTTO

“Kesadaran adalah matahari/ Kesabaran adalah bumi/

  Keberanian menjadi cakrawala/ Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata- kata//”

  (W.S. Rendra dalam Paman Doblang, dipopulerkan oleh Kantata Takwa) PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  1. Sang Hyang, kekuatan di luar diriku

2.

  Papah A‟ing, Mamah Naily, Koko, Adikku Antoni „Tumuk‟ yang sangat aku cintai

  3. Keluarga baruku: Papah Edy, Mamah Okky, dan Dek Intan yang sangat kusayang

  4. Mas Bintang, pelengkap hidupku

  5. SMA Kolese Loyola, tempatku belajar dan hidup

  6. Kemajuan Ilmu Pengetahuan

  7. Bangsa dan negaraku, Indonesia

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 9 Juni 2011 Peneliti Dwi Ayu Ningrum

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dwi Ayu Ningrum

  NIM : 061114015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Deskripsi Tingkat Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang Kelas

  

XI Tahun Ajaran 2010/2011 dan Implikasinya pada Pelayanan Bimbingan

Klasikal”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet

atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 9 Juni 2011 Yang Menyatakan, Dwi Ayu Ningrum

  

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KARAKTER SISWA SMA KOLESE

LOYOLA SEMARANG KELAS XI TAHUN AJARAN 2010/2011

DAN IMPLIKASINYA PADA PELAYANAN BIMBINGAN

  

KLASIKAL

Dwi Ayu Ningrum

Universitas Sanata Dharma

  

2011

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan

tujuan: (1) Memberikan gambaran tentang tingkat karakter siswa SMA Kolese

Loyola Semarang kelas XI tahun ajaran 2010/2011 dan (2) Memberikan

sumbangan berupa usulan Satuan Pelayanan Bimbingan dalam rangka

pengembangan karakter para siswa SMA Kolese Loyola Semarang.

  Subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para siswa

SMA Kolese Loyola Semarang kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011. Populasi

penelitian ini adalah 240 orang dan sebanyak 87 orang di antaranya (36,2%)

bertindak sebagai subjek penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik simple random sampling (teknik sampling acak sederhana)

dengan pertimbangan bahwa teknik ini mampu memberikan kesempatan atau

peluang yang sama bagi seluruh anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel

penelitian.

  Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala karakter yang

berisi 98 item pernyataan baik yang bersifat favorable maupun unfavorable yang

disusun berdasarkan pedoman skala Likert dengan pilihan jawaban sebanyak

empat buah. Teknik analisis data yang dipakai adalah kategorisasi jenjang

(ordinal) berdasarkan pendapat Azwar (2009: 108). Kategorisasi ini terdiri dari

lima jenjang, meliputi kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat

tinggi.

Hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut: (1) Tingkat karakter siswa

SMA Kolese Loyola Semarang kelas XI tahun ajaran 2010/2011 yang termasuk

dalam kategori “sangat tinggi”: 8 orang atau 9,2%; “tinggi”: 64 orang atau 73,6%;

“sedang”: 13 orang atau 14,9%; “rendah”: 2 orang atau 2,3%; dan “sangat

rendah” adalah 0% atau tidak ada seorangpun. Secara umum, rata-rata tingkat

karakter subjek penelitian termasuk dalam kategori “tinggi”. (2) Usulan Satuan

Pelayanan Bimbingan yang disusun peneliti dikembangkan peneliti berdasarkan

hasil penelitian dan pembahasan terhadap indikator-indikator dalam aspek tertentu

yang termasuk da lam kategori rendah dan sedang, yaitu “Kemampuan Memahami Sudut Pandang Orang Lain

  ”, “Pengambilan Keputusan”, “Kontrol Diri”, “Empati”, “Kehendak, dan ”Kebiasaan”.

  

ABSTRACT

DESCRIPTION OF THE CHARACTER LEVEL OF GRADE 11

STUDENTS OF LOYOLA COLLEGE SENIOR HIGH SCHOOL,

SEMARANG, SCHOOL YEAR 2010/2011 AND ITS IMPLICATIONS TO

THE CLASSROOM GUIDANCE SERVICES

  

Dwi Ayu Ningrum

Sanata Dharma University

2011

This descriptive research aimed: (1) to understand the character level of

grade 11 students of Loyola College Senior High School, Semarang, School Year

2010/2011 and (2) to propose classroom guidance modules to develop the

character of the students of Loyola College Senior High School, Semarang.

  The subjects of the research were grade 11 students of Loyola College

Senior High School, Semarang, School Year 2010/ 2011. The population were

240 students and there were 87 students (36.2% of the population) involved as the

subjects of the research. The sampling procedure used was simple random

sampling technique considering that the technique gave the members of the

population the same opportunity to be the sample of the research.

  The research instrument was a Likert Scale with four answer options to

measure the character level of the students. The scale consisted of 98 favorable

and unfavorable items. The data was analyzed using level of categorization

(ordinal) based on Azwar (2009: 108). The level of categorization were very low,

low, average, high, and very high.

  The findings showed that (1) the character level of the students were as

followed: 8 students (9.2%) were categorized as having very high character level,

64 students (73.6%) were in high level, 13 students (14.9 %) were in average

level, 2 students (2.3 %) were in low level and no one was in very low level; (2)

the writer proposed modules for classroom guidance services based on the

findings and discussion on indicators of aspects that were in low and average

level. These modules involved topics on “Perspective Taking”, “Decision

Making”, “Self Control”, “Empathy”, “Willingness”, and “Habit”

KATA PENGANTAR

  Peneliti mengucapkan puji syukur dan terima kasih yang tak terhingga

pada Allah Bapa di surga sebab atas kemurahan hati-Nya yang kudus, peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Peneliti juga mengucapkan puji

syukur dan terima kasih atas perantaraan doa Ibu Maria yang sungguh sangat

membantu peneliti dalam proses pengerjaan skripsi yang berat ini.

  Skripsi ini tidak akan sempurna tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, secara khusus, peneliti ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan skripsi ini.

2. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. selaku Kaprodi BK yang telah memberikan izin penelitian.

  3. Ibu A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. selaku sekretaris Prodi BK Universitas Sanata Dharma sekaligus sebagai editor abstrak dalam skripsi ini. Terima kasih atas perhatian dan bantuan ibu demi kelancaran proses penelitian, proses ujian sarjana, hingga kesempurnaan skripsi ini.

  4. Bruder Y. Triyono, SJ, SS, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang selama proses penulisan skripsi telah dengan sabar dan tekun membimbing penulis. Terima kasih untuk diskusi panjang dan pengetahuan yang semakin mengembangkan diri peneliti.

  5. Rama Dr. C.B. Mulyatno, Pr. selaku dosen Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan masukan mengenai validitas isi demi kesempurnaan instrumen yang dipakai dalam penelitian ini.

  6. Ibu Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. serta Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku dosen penguji. Terima kasih atas perhatian dan masukan yang diberikan demi kesempurnaan penelitian ini.

  7. SMA Kolese Loyola Semarang, terutama Pater Winandoko, SJ, M.Ed. selaku Kepala SMA Kolese Loyola Semarang yang telah memberikan izin penelitian di SMA Kolese Loyola; Bapak Edy selaku Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian serta kelengkapan administrasi penelitian; Ibu Ida Widuri selaku guru BK kelas XI yang telah meluangkan jam pelajaran BK untuk menyelenggarakan penelitian ini; serta seluruh keluarga besar SMA Kolese Loyola yang telah memberikan dukungan moral.

  8. SMA Kolese De Britto, terutama Bapak Agus Hariyanto, S.Pd., S.E. selaku Kepala SMA Kolese De Britto yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ujicoba di SMA Kolese De Britto serta Ibu Dety yang dengan sabar membimbing peneliti serta meluangkan beberapa jam pelajaran BK untuk menyelenggarakan penelitian ujicoba.

  9. Mas Bintang yang telah banyak membantu, memberikan masukan, semangat di saat-saat sulit, serta perhatian dan doa sepenuhnya demi kelancaran skripsi ini.

10. Keluarga di rumah, atas kasih sayang, dukungan moral, dan material yang sungguh berguna demi proses kelancaran skripsi ini.

  11. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, terima kasih untuk wawasan, pengetahuan, serta ilmu yang dibagikan sehingga memperkaya diri peneliti

  12. Kawan-kawan Joint Society for Nature, Pakempalan Sedherek Alumni Loyola Ngayogyakarta Hadiningrat, GMNI komisariat APMD atas diskusi, perhatian, dan kerja sama demi perkembangan diri peneliti

  13. Semua orang yang berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian beri membawa anugerah bagi banyak orang.

  Peneliti menyadari bahwasannya skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu dengan rendah hati peneliti meminta saran dan kritik yang membangun

dari segenap pembaca yang budiman. Semoga skripsi ini dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan Bimbingan dan Konseling.

  Dwi Ayu Ningrum

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii

  

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5 E. Definisi Operasional ................................................................................. 6

BAB II KAJIAN TEORETIS ................................................................................. 8

A. Pengantar .................................................................................................. 8

  B. Pengertian Karakter .................................................................................. 9

  C. Tingkat Karakter ..................................................................................... 12

  D. Sumber Karakter .................................................................................... 15

  E. Kendala Pembentukan Karakter ............................................................. 19

  F. Aspek-aspek Karakter ............................................................................. 25

  G. Karakter dalam Konteks Pendidikan di SMA Kolese Loyola ............... 38

  H. Peran BK dalam Pembentukan Karakter Siswa ..................................... 42

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 48

A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 48 B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 49 C. Instrumen Penelitian ............................................................................... 50

  1. Jenis Alat Ukur ................................................................................ 50

  2. Format Pernyataan pada Skala ........................................................ 51

  3. Penentuan Skor (scoring) ................................................................ 51

  4. Kisi-kisi Skala ................................................................................. 52

  D. Ujicoba Alat Ukur .................................................................................. 54

  E. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur yang digunakan ......................... 55

  1. Validitas Alat Ukur ......................................................................... 55

  2. Uji Daya Beda ................................................................................. 57

  3. Reliabilitas Alat Ukur ..................................................................... 61

  F. Teknik Analisis Data yang Digunakan ................................................... 62

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 68

A. Deskripsi Data secara Umum ................................................................. 68

  B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 69

  C. Pembahasan ............................................................................................ 81

  1. Tingkat Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 ................................................................. 81

  2. Karakter Siswa kelas XI SMA Kolese Loyola dilihat dari Rata-rata skor tiap aspek Karakter ................................................................. 86

  3. Usulan Satuan Pelayanan Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter Para Siswa ........................................................................ 88

  

BAB V USULAN SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN DALAM RANGKA

PENDIDIKAN KARAKTER ..................................................................... 96

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 119

A. Kesimpulan .......................................................................................... 119 B. Saran ..................................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 125

LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Skala Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas

  XI Tahun Ajaran 2010/2011 Sebelum Uji Coba ................................ 53

Tabel 2 Distribusi Skala Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas

  XI Tahun Ajaran 2010/2011 Setelah Uji Coba (urutan sebelum diacak) ............................................................................................................. 59

Tabel 3 Distribusi Skala Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas

  XI Tahun Ajaran 2010/2011 (urutan sebenarnya) ............................. 60

Tabel 4 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Siswa SMA Kolese Loyola

kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 ..................................................... 65

Tabel 5 Norma Kategorisasi Skor Tiap Item Skala Karakter Siswa SMA

Kolese Loyola Kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 ............................ 67

Tabel 6 Kategorisasi Tingkat Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang

Kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 .................................................... 69

Tabel 7 Rata-rata skor item dalam tiap aspek karakter pada Skala Karakter

Siswa SMA Kolese Loyola Semarang Kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 ........................................................................................... 70

  

Tabel 8 Identifikasi Tingkat Perolehan Skor Item pada Skala Karakter Siswa

SMA Kolese Loyola Semarang Kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 .. 71

  

Tabel 9 Identifikasi Tingkat Perolehan Skor Item yang berada di Tingkat

Rendah dalam tiap aspek pada Skala Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang Kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 yang dikelompokkan berdasarkan indikatornya ......................................... 72

  

Tabel 10 Identifikasi Tingkat Perolehan Skor Item yang berada di Tingkat

Sedang dalam tiap aspek pada Skala Karakter Siswa SMA Kolese Loyola kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 yang dikelompokkan berdasarkan indikatornya ................................................................... 73

  

Tabel 11 Identifikasi Tingkat Perolehan Skor Item yang berada di Tingkat

Tinggi dalam tiap aspek pada Skala Karakter Siswa SMA Kolese Loyola kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 yang dikelompokkan berdasarkan indikatornya ................................................................... 76

  

Tabel 12 Identifikasi Skor Item yang berada di Tingkat Sangat Tinggi pada

Skala Karakter Siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas XI Tahun Ajaran 2010/2011 yang dikelompokkan berdasarkan indikatornya ... 79

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Penelitian Lampiran 2 Tabulasi Skor Penelitian Lampiran 3 Skala Ujicoba Lampiran 4 Tabulasi Skor Penelitian Ujicoba Lampiran 5 Reliabilitas Skala Ujicoba Lampiran 6 Reliabilitas Skala Penelitian Lampiran 7 Surat-surat Keterangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para leluhur serta tradisi yang ada dalam masyarakat telah

  mengajarkan banyak hal tentang kebaikan. Nilai-nilai kehidupan dan keutamaan-keutamaan yang dimiliki sebagai temuan peradaban manusia membawa setiap orang mencapai keselarasan dan harmoni dalam kehidupan. Nilai-nilai kehidupan itulah yang sering disebut sebagai nilai- nilai moral. Nilai-nilai moral ini diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi dengan tujuan membawa kebahagiaan bagi setiap umat manusia. Berkenaan dengan hal itu, nilai-nilai moral sering dikaitkan dengan karakter seseorang. Lickona (1991: 51) menggambarkan orang yang berkarakter sebagai orang yang mampu memiliki pemahaman, perasaan, serta tindakan moral yang mencerminkan kebenaran dan kebaikan Di sisi lain, kehidupan modern saat ini dinilai cenderung meminggirkan nilai-nilai kehidupan. Alasannya, kehidupan modern lebih mengedepankan pola-pola yang bersifat instan, dalam arti serba cepat, serba mudah, dan menghindari pertimbangan-pertimbangan yang rumit. Nilai-nilai hidup yang ada bahkan terkadang dapat dikompromikan dengan kepentingan pribadi yang lebih mendesak. Dengan kata lain, karakter yang sejatinya menjadi tombak kekuatan kepribadian seseorang kurang dianggap sebagai sesuatu hal yang penting. Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku pendidikan.

  Manusia adalah sebuah sistem yang terdiri dari dimensi-dimensi yang saling membangun, di antaranya dimensi biologis atau fisik, psikologis, sosial, motorik, intelektual, dan moral. Idealnya, semua dimensi harus mendapat perhatian secara seimbang sebab kehidupan akan semakin bermakna jika seseorang mampu mengembangkan segala dimensi yang ada dalam dirinya (baik secara personal maupun sosial). Demikian halnya berlaku juga dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang utuh sejatinya mencakup segala dimensi yang ada dalam diri manusia.

  Pendidikan bisa terjadi di mana saja

  • – di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat
  • – dan lewat siapa saja (orang tua, saudara, guru, teman, bahkan orang tak dikenal sekalipun).

  Seringkali para pendidik mengukur keberhasilan seseorang hanya dari hasil yang dicapai. Di sekolah misalnya, dimensi intelektual atau akademik lebih ditonjolkan lewat perlombaan menjadi siswa terpandai dalam pelajaran ilmu pasti ataupun ilmu hafalan. Pendidikan karakter seperti etika, budi pekerti, sopan santun, dan tata krama yang sebenarnya menjadi bagian integral dalam pendidikan cenderung dilupakan.

  Sayangnya, ketimpangan antara intelektual dan karakter ini cenderung kurang disadari dengan baik oleh para pelaku pendidikan dan orang tua zaman sekarang. Hal tersebut bisa dilihat dari gejala yang terjadi sekarang bahwa orang tua jauh lebih bangga bila anaknya bisa menduduki peringkat pertama berturut-turut ketimbang melihat anaknya aktif dalam kegiatan sosial. Untuk hal ini, pendidikan karakter mutlak dibutuhkan oleh setiap orang.

  Sekolah merupakan institusi pendidikan formal yang bertanggung jawab membantu diri siswa menjadi manusia-manusia yang utuh dan optimal. Namun seperti yang telah diungkap sebelumnya, masih banyak sekolah yang hanya mementingkan kognitif siswa dan melupakan dimensi- dimensi yang lain, termasuk karakter. Apabila hal ini dibiarkan, banyak dimensi dalam diri siswa yang tidak mendapatkan tempat untuk berkembang; karakter mereka juga tidak akan berkembang dan yang terpenting mereka tidak akan bahagia baik secara personal maupun sosial.

  Berkaca pada kemungkinan ini, sekolah harus menjadi garda depan dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan. Tidak cukup memperkenalkan berbagai nilai, sekolah harus dapat membuat siswa memahami, menginternalisasikan, serta bertindak sesuai dengan nilai yang dihidupi para siswa (Lickona, 1991: 38).

  Komitmen pendidikan untuk mengembangkan karakter siswa telah menjadi ciri khas utama SMA Kolese Loyola Semarang. SMA ini mendidik siswa untuk memiliki kepribadian dewasa yang berkarakter serta keterampilan yang luas. Hal itu tercermin dalam visi-misi sekolah secara umum untuk mendidik manusia yang memiliki kualitas 3C, yaitu competence, conscience, and compassion (berkompeten, berhati nurani benar, dan berkepedulian sosial). Maka dari itu, selain mengembangkan kemampuan akademik, SMA Kolese Loyola memberikan ruang yang sangat luas untuk mengembangkan karakter.

  Masalahnya, hingga saat ini belum ditemukan penelitian yang mengkaji karakter siswa di sekolah. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tingkat karakter siswa SMA Kolese Loyola kelas XI tahun ajaran 2010/2011. SMA Kolese Loyola dipilih peneliti karena komitmennya yang tinggi terhadap diri siswa, khususnya dalam karakter; apalagi bahasan mengenai karakter sesuai dengan visi dan misi sekolah. Selain itu, subjek penelitian yang disasar peneliti yaitu para siswa yang duduk di kelas XI didasarkan atas pertimbangan para siswa kelas XI dianggap telah mampu beradaptasi dengan lingkungan Sekolah Menengah Atas.

  Dengan penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana karakter siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas XI tahun ajaran 2010/2011.

  Oleh karena SMA Kolese Loyola memberikan ruang yang cukup luas dalam mengembangkan karakter, maka penelitian ini membantu SMA Kolese Loyola dalam mendeskripsikan sejauh mana tingkat karakter para siswa. Selain itu, hasil penelitian yang ada difokuskan pada tindak lanjut yang bisa dilakukan sekolah (melalui bidang Bimbingan dan Konseling) untuk mengembangkan karakter para siswa.

  B. Perumusan Masalah

  1. Bagaimana gambaran umum tingkat karakter siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas XI tahun ajaran 2010/2011?

  2. Berdasarkan tingkat karakter yang diperoleh dan pengkajian tiap aspek karakter, Satuan Pelayanan Bimbingan apa yang dapat diusulkan dalam rangka mengembangkan karakter siswa SMA Kolese Loyola kelas XI tahun ajaran 2010/2011?

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

  1. Memberikan gambaran tentang tingkat karakter siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas XI tahun ajaran 2010/2011

  2. Memberikan sumbangan berupa usulan Satuan Pelayanan Bimbingan dalam rangka pengembangan karakter para siswa SMA Kolese Loyola Semarang

  D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dirinci sebagai berikut :

  1. Bagi bidang BK di SMA Kolese Loyola Semarang, dapat memberikan masukan mengenai pelayanan bimbingan yang sesuai untuk menjawab kebutuhan pendidikan dan karakter siswa SMA Kolese Loyola Semarang

  2. Bagi SMA Kolese Loyola Semarang, penelitian ini memberikan gambaran tentang tingkat karakter para siswanya sehingga pihak sekolah mampu mengambil tindakan lebih lanjut dengan bekerja sama dengan pihak-pihak yang terkait untuk meningkatkan mutu sekolah selain dari sisi akademik

  3. Bagi siswa SMA Kolese Loyola Semarang (khususnya kelas XI tahun ajaran 2010/2011), penelitian ini memberikan gambaran tingkat karakter mereka secara umum sehingga mereka dapat mengevaluasi diri mereka agar terdorong untuk menjadi pribadi yang memiliki kepribadian yang semakin baik

  4. Bagi peneliti lain, penelitian ini merupakan pijakan awal untuk mengembangkan kerangka pikir tentang tingkat karakter para siswa SMA Kolese Loyola Semarang terlebih dalam rangka penyempurnaan penelitian

E. Definisi Operasional

1. Karakter merupakan pemahaman, perasaan, dan perilaku yang mencerminkan kebenaran dan kebaikan (Lickona, 1991: 51).

  Sebagaimana hal tersebut dapat diukur dengan menggunakan metode dan instrumen yang dipakai dalam penelitian ini.

  2. Siswa SMA Kolese Loyola Semarang kelas XI tahun ajaran 2010/2011 adalah para remaja putra dan putri yang mengenyam bangku pendidikan kelas XI tahun ajaran 2010/2011 di SMA Kolese

  Loyola Semarang yang berusia antara 16-18 tahun yang bertindak sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini.

  3. Pelayanan Bimbingan Klasikal merupakan suatu corak bantuan yang memanfaatkan kelompok struktural yang sudah terbentuk yaitu unit/ satuan kelas (Winkel, 2004: 545).

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pengantar Meski masih lembut, proses pembentukan karakter anak sudah

  dimulai sejak dalam kandungan. Proses itu terjadi melalui komunikasi batin sang ibu dengan janin. Kecuali itu, ilmuwan telah membuktikan bahwa pembentukan karakter memiliki unsur genetis (Damon, 2002: 50).

  Setiap orang menghendaki adanya hidup yang bermakna baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Tugas sekolah adalah membantu para siswa merintis kehidupan bermakna itu. Karakter adalah faktor yang sangat menentukan bagi kebermaknaan hidup seseorang.

  Dengan demikian, sekolah memiliki kewajiban penuh untuk melaksanakan pendidikan karakter.

  Pembicaraan tentang karakter mulai menguat gaungnya di Amerika ketika dalam kehidupan sehari-hari terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja, seperti kurangnya rasa saling menghargai, terjadi bullying di mana-mana, serta kekerasan. Dalam bukunya berjudul “Moral Matters: Five Ways to Develop the Moral Life of Schools

  ”, Stengel dan Tom (2006: 16) mengungkapkan bahwa sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki tanggung jawab dalam menanamkan berbagai macam nilai, khususnya nilai keberanian dan kepedulian. Menurut mereka, sekolah memiliki tugas untuk mengajarkan kepada para siswa tentang bagaimana memecahkan masalah secara damai.

  Berkaitan dengan usaha pengembangan karakter di atas, Bab II dalam skripsi ini akan menguraikan tentang pengertian karakter, tingkat karakter, sumber-sumber karakter, kendala-kendala karakter, aspek-aspek karakter, karakter dalam konteks pendidikan di SMA Kolese Loyola, serta peran BK dalam pembentukan karakter siswa.

B. Pengertian Karakter

  Seorang filsuf Yunani yang bernama Aristoteles (dalam Lickona, 1991: 59) mendefinisikan karakter sebagai “the life of right conduct – right conduct in relation to other persons and in relation to one- self”. Artinya, karakter dipandang sebagai kehidupan yang dibangun atas dasar perbuatan-perbuatan yang benar, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Perbuatan benar terhadap diri sendiri tersebut misalnya penguasaan diri dan ugahari. Sedangkan perbuatan benar terhadap orang lain dapat dilihat dari perbuatan yang mencerminkan kebaikan hati dan bela rasa.

  Lain halnya dengan definisi yang diungkapkan oleh Aristoteles, seorang filsuf bernama Michael Novak (dalam Lickona, 1991: 50) mendefinisikan karakter sebagai “A compatible mix of all those virtues identified by religious traditions, literary stories, the sages, and persons of common sense down through history”. Novak meyakini bahwa tidak semua orang memiliki semua keutamaan yang ada, oleh sebab itu orang

yang satu dengan orang yang lain memiliki karakter yang berbeda.

  Sebagai gambaran, ahli psikologi moral dari Universitas Oxford yaitu Doris (2010: 359) mengungkapkan bahwa : “Good character involves knowledge of the good, wanting what is good for its own sake, long-standing, emotional dispositions that favor good action, and long-standing habits of responding to one’s knowledge, desires, and emotions with good actions.” Karakter merupakan bagian dari kepribadian seseorang, sedangkan kepribadian tidak dapat dipisahkan dari akhlak, budi pekerti, moral, nilai, etika, dan estetika seseorang. Hal tersebut berlaku demikian sebab segala sesuatu yang menggambarkan kebaikan seperti akhlak, moral, dan lain-lain akan menjadi landasan perilaku seseorang sehingga tampak dan membentuk menjadi budi pekertinya sebagai wujud kepribadian orang tersebut (Sjarkawi, 2006: 34). Karakter juga sering diasosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan (Koesoema, 2007: 80). Di sini, istilah karakter disamakan dengan kepribadian.

  Berkowitz memilih kata-kata sendiri untuk mendefinisikan karakter sebagai “An individual’s set of psychological charateristics that affect that person’s ability and inclination to function morally”. Secara sederhana, Berkowitz menambahkan bahwa karakter berisi muatan karakteristik psikologis yang menentukan seseorang berbuat baik atau tidak (Damon, 2006: 48).

  Bertahun-tahun lamanya telah terjadi perdebatan tentang apa yang disebut sebagai karakter. Ada yang mengatakan bahwa karakter merujuk pada pembahasan filosofis, ideologi pedagogik, bahkan politik dan konsep-konsep lain. Namun pertanyaan itu terjawab oleh Damon (2002: 42) yang menyatakan bahwa karakter merupakan bahasan tentang anak.

  Lickona (1991: 51) sendiri mendalami karakter yang dituangkan dalam bukunya berjudul “Educating for Character”. Ia berpendapat bahwa karakter merupakan pendekatan untuk pendidikan nilai yang berisi tentang nilai-nilai operatif yang mengarah pada tindakan nyata. Menurutnya, karakter terdiri dari tiga bagian yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu pemahaman moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik benang merah bahwa karakter tidak hanya dimaknai sebatas pemahaman tentang apa yang benar dan baik, tetapi juga diikuti dengan perasaan mencintai kebenaran dan kebaikan, serta dibuktikan melalui perbuatan nyata yang mencerminkan kebenaran dan kebaikan seperti yang telah disebutkan.

  Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa secara komprehensif pengertian karakter adalah pemahaman, perasaan, dan tindakan yang mencerminkan kebenaran dan kebaikan. Dalam arti, seseorang dapat dikatakan memiliki karakter yang baik tidak hanya diukur dari pengetahuan seseorang tentang sesuatu yang benar dan baik, namun ia juga mencintai serta menjalankan sesuatu yang ia pahami dan cintai itu dalam kehidupan nyata. Ia memaknai sesuatu yang benar dan baik itu sebagai kebiasaan pemikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan perbuatan (Lickona. 1991: 51).

C. Tingkat Karakter

  Karakter terbentuk dari berbagai proses. Berkowitz (dalam Damon, 2002: 50) berpendapat bahwa sejak ditemukannya bukti bahwa karakter juga mendapat pengaruh genetika, para ilmuwan meyakini bahwa karakter

berkembang sejak kelahiran atau bahkan lebih awal (prenatal stage).

  Berkowitz (dalam Damon, 2002: 50) kemudian melakukan penelitian untuk menentukan tahap-tahap karakter yang terdiri dari karakter masa bayi dan batita, masa kanak-kanak, dan masa remaja yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Karakter masa bayi dan batita (Infant and Toddler Character

  Development ) Pada masa ini, anak mulai belajar untuk mengenali keutamaan tertentu yang mencakup empati, mengembangkan konsep terhadap seseorang, serta membentuk ikatan emosional dengan seseorang yang merawatnya (biasanya ibu). Tahap ini berlangsung sampai usia anak mencapai satu tahun.

  2. Karakter masa kanak-kanak Pada masa ini, anak mulai belajar untuk mengendalikan dirinya, mengenal rasa bersalah, serta belajar untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (perspective-taking). Roy Baumeister (dalam

  Damon, 2002: 52) percaya bahwa kontrol diri merupakan keutamaan yang utama dibandingkan keutamaan-keutamaan yang lain.

  3. Karakter Remaja Pada umumnya karakter remaja merupakan kelanjutan dari apa yang mereka dapat pada masa bayi dan kanak-kanak. Sebagai tambahan, Berkowitz (dalam Damon, 2002: 53) mengungkapkan bahwa ada 2 (dua) hal besar yang terjadi pada masa remaja (dalam hal karakter), yaitu penalaran moral (moral-reasoning) dan identitas moral (moral-identity). Karena bahasan penelitian ini menyangkut remaja, maka dua hal tersebut (penalaran moral dan identitas moral) akan dijelaskan lebih dalam sebagai berikut:

  a. Penalaran Moral (moral-reasoning) Kohlberg (dalam Gunarsa, 1981: 199) percaya bahwa penalaran moral remaja berada pada tahap norma interpersonal, di mana penilaian moral (baik dan buruk) didasarkan oleh penilaian masyarakat. Dengan kata lain, sesuatu dikatakan baik bila sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat sekitarnya (dapat diterima oleh lingkungan masyarakat sekitar). Sebaliknya, sesuatu dikatakan buruk jika bertentangan atau berlawanan.

  Kohlberg (1991: 82) menambahkan bahwa pada umumnya remaja memiliki kecenderungan mempertahankan dan memelihara tatanan sosial. Oleh sebab itu, bagi remaja, masyarakat adalah sumber yang menentukan benar atau tidaknya sesuatu. Hal ini dikarenakan remaja mendapatkan rasa hormat dengan berperilaku menurut kewajibannya

  • – dengan cara memelihara tata aturan sosial (Kohlberg, 1991: 82).

  Penalaran moral merupakan tahap pertumbuhan kemampuan kognitif dalam mempertimbangkan hal benar dan salah, termasuk dalam hal mengambil keputusan secara bijaksana serta membuat penilaian moral (Berkowitz dalam Damon, 2002: 53). Berkowitz juga menambahkan bahwa kriteria penilaian tentang benar dan salah yang dilakukan oleh remaja kebanyakan didasarkan atas patokan terhadap diri mereka sendiri. Secara konkret, patokan itu berupa dampak yang mungkin mereka terima atas perbuatan mereka sendiri

  • – dikatakan benar jika menimbulkan konsekuensi yang positif serta sebaliknya.

  b. Identitas Moral (Moral-identity) Identitas merupakan konsep diri seseorang terhadap dirinya sendiri. Dalam hal pembentukan identitas (konsep diri), masa remaja merupakan masa yang kritis (Berkowitz dalam Damon, 2002: 53). Moral berarti pola perilaku, prinsip-prinsip, konsep, dan aturan-aturan yang digunakan oleh individu atau kelompok yang berkaitan dengan baik dan buruk (Simpton dalam Azizah, 2006: 96). Jadi, identitas moral berarti konsep diri seseorang terhadap pola perilaku, prinsip-prinsip, konsep, dan aturan yang dipakai seseorang yang melambangkan kebaikan dan keburukan.

D. Sumber Karakter

  Karakter tidak muncul secara tiba-tiba. Dalam proses perkembangannya, ada berbagai pihak yang mengambil peran aktif dalam kehidupan karakter seseorang. Di bawah ini adalah sumber-sumber yang memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter seseorang, yaitu

meliputi keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, dan masyarakat.

  1. Keluarga Dalam situasi normal, keluarga adalah lembaga primer dalam menanamkan karakter yang baik. Menurut Berkowitz (dalam Damon, 2002: 52), keluarga (khususnya orang tua) merupakan pihak yang paling dominan memengaruhi karakter anak. Hal-hal seperti kasih sayang orang tua, kedisiplinan, menangkap respon terhadap tanda-tanda atau gejala perilaku anak, rasa menghargai anak, sampai diskusi terbuka yang dilakukan orang tua bersama anak sedikit banyak berdampak pada karakter anak. Keluargalah yang pertama kali melakukan interaksi dengan anak. Ia pula yang mendapat porsi yang lebih besar dibandingkan lembaga lain dalam mendidik anak.

  Dalam penelitian Berkowitz (dalam Damon, 2002: 55) ada beberapa tipe orang tua dalam mendidik anak serta pengaruhnya terhadap karakter anak. Tipe pertama adalah orang tua yang tanggap terhadap tanda-tanda perasaan dan perilaku anak, memberi kehangatan cinta, serta mencintai hubungan mereka dengan anak. Tipe ini menghasilkan karakter anak yang kuat dengan multi segi karakter. Orang tua yang membiasakan iklim demokrasi dan diskusi terbuka (tipe kedua) dapat menciptakan karakter menghargai orang lain, memiliki hati nurani, altruisme, harga diri, dan penalaran moral yang kuat. Lain halnya dengan tipe orang tua yang mendidik anaknya dengan memfokuskan diri pada dampak perilakunya terhadap perasaan orang lain (tipe ketiga) pada akhirnya dapat menciptakan karakter empati, hati nurani, altruisme, dan penalaran moral yang matang. Tipe terakhir adalah orang tua dengan pengharapan yang tinggi terhadap anak. Tipe ini menghasilkan karakter anak dengan kontrol diri, altruisme, dan harga diri yang tinggi.