BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - BAB I Eza Kemal F.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses menua (aging process) adalah suatu proses menghilangnya secara

  perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita dan proses ini terjadi secara terus menerus (berlanjut) secara ilmiah. Menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi stressor dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya dan sangat individual. Adakalanya seorang yang masih muda umurnya, namun terlihat tua dan begitu juga sebaliknya. Banyak faktor yang mempengaruhi penuaan seseorang seperti genetik (keturunan), asupan gizi, kondisi mental, pola hidup, lingkungan, dan pekerjaan sehari-hari (Darmojo & Martono, 2004). Orang yang mengalami penuaan pada usia lanjut biasa dikenal dengan sebutan lansia (lanjut usia).

  Lansia menurut Stanley dan Beare (2007) berdasarkan karateristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak

  1 dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam masyarakat Amerika, seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi sebagai kepala dari garis keturunan keluarganya. Dengan bertambahnya usia pada lansia maka semakin banyak masalah yang mereka alami baik dari segi fisik, mental, spiritual, dan psikososial. Masalah kesepian pada lansia di Indonesia menurut Darmojo dan Martono (2004) merupakan masalah psikososial terbesar kedua setelah masalah pelupa.

  Masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia pada umumnya adalah kesepian, kesepian merupakan perasaan terasing (terisolasi atau kesepian) adalah perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa berbeda dengan orang lain (Probosuseno, 2007). Kesepian terjadi saat klien mengalami terpisah dari orang lain dan mengalami gangguan sosial (Copel, 1987 dalam Maryam, 2008). Dalam banyak kasus kesepian menyebabkan kesehatan fisik dan mental mengalami penekanan karena mereka tidak mempunyai teman berbelanja dan makan bersama (Murray, 1991 dalam Sabri, 2003).

  Penyebab umum terjadinya kesepian ada tiga faktor, faktor yang pertama adalah faktor psikologis yaitu harga diri rendah pada lansia disertai dengan munculnya perasaan-perasaan negatif seperti perasaan takut, mengasihani diri sendiri dan berpusat pada diri sendiri. Faktor kedua yang mempengaruhi kesepian adalah faktor kebudayaan dan situasional yaitu terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya dimana keluarga yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini lebih banyak menitipkan lansia ke panti dengan alasan kesibukan dan ketidakmampuan dalam merawat lansia. Faktor ketiga adalah faktor spiritual yaitu agama seseorang dapat menghilangkan kecemasan seseorang dan kekosongan spiritual seringkali berakibat kesepian (Martin dan Osborn, 2001). Hal itu menandakan bahwa kasus kesepian hampir atau mungkin dirasakan oleh semua para lansia dan belum lagi jumlah lansia yang tiap tahunnya semakin bertambah.

  Jumlah lansia di seluruh dunia tahun 2025 menurut perkiraan WHO akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang. Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data Susenas Badan Pusat Statistik 2012 menunjukkan lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Tengah Menurut data (Badan Pusat Statistik, 2013), jumlah lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2010 adalah sebanyak 2.323.542 jiwa, kemudian jumlah lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami penurunan pada tahun 2011 adalah sebanyak 2.283.048 jiwa, lalu jumlah lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas, pada tahun 2012 adalah sebanyak 2.460.406 jiwa mengalami peningkatan. Dan untuk di kabupaten Cilacap jumlah lansia menurut data Badan Pusat Statistik (2008-2012) sebanyak 118.936 jiwa pada tahun 2008, terjadi penurunan pada tahun 2009 yaitu sejumlah 101.114 jiwa, kemudian mengalami peningkatan secara drastis pada tahun 2010 yaitu 116.489 jiwa, dan terjadi penurunan kembali secara signifikan pada tahun 2011 yaitu 114.476 jiwa, sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan lagi yaitu sejumlah 123.021 jiwa.

  Lansia yang tinggal di rumah pada dasarnya bisa mengalami kesepian karena berbagai macam faktor apalagi dengan lansia yang tinggal di panti. Jumlah lansia yang terdapat di Panti Dewanata Cilacap saat ini berjumlah 90 jiwa, dari pengalaman praktek dilihat dari pola hidup dan aktivitas sehari-hari para lansia mayoritas melakukan aktivitasnya secara mandiri tanpa ada interaksi dengan yang lain. Kemudian para lansia juga kebanyakan menghabiskan waktunya untuk menyendiri dibanding melakukan kegiatan bersama lansia lain, merasa terasing, merasa tidak ada yang peduli dengan dirinya serta sulit mendapatkan teman.

  Untuk menguatkan peneliti bahwa hal tersebut merupakan salah satu dari tanda kesepian, maka peneliti melakukan studi pendahuluan pada hari Sabtu 1 November 2014 dengan membagikan kuisioner skala kesepian menurut UCLA (University of California, Los Angeles) kepada 20 orang lansia yang berbeda dan didapatkan hasil bahwa 18 lansia tersebut mengalami kesepian.

  Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian, yaitu “Gambaran Kesepian Dan Cara Lansia Mengatasi Kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap”.

B. RUMUSAN MASALAH

  

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Bagaimana gambaran kesepian dan cara lansia mengatasi kesepian

  di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap? ”.

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

  Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesepian

  dan cara lansia mengatasi kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

2. Tujuan Khusus

  a) Mendeskripsikan jenis kesepian yang dialami lansia b) Mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya kesepian c) Mendeskripsikan cara lansia mengatasi kesepian

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran, dan manfaat dalam pengembangan ilmu kesehatan, khususnya keperawatan gerontik sehingga dapat menambah wawasan ilmu berkenaan dengan

  gambaran kesepian dan cara mengatasi kesepian pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

2. Secara Praktis

a) Bagi Peneliti

  Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam penelitian untuk mengembangkan cara berpikir secara ilmiah melalui kegiatan penelitian dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi penelitian selanjutnya.

  b) Bagi Institusi Pendidikan

  Menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai studi literatur di perpustakaan atau referensi mengenai pengetahuan tentang gerontik, khususnya tentang masalah kesepian dan cara mengatasi kesepian pada lansia.

  c) Bagi Pembaca

Sebagai informasi bahwa kesepian merupakan sesuatu hal yang paling

sering dialami lansia serta sebagai bahan referensi hal-hal yang dilakukan

lansia untuk mengatasi rasa kesepiannya.

  d) Bagi Peneliti Selanjutnya

  Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan terhadap penelitian selanjutnya tentang kesepian dan cara mengatasi kesepian pada lansia.

E. PENELITIAN TERKAIT 1.

  Rahmawati dan Puspitawati (2010), penelitian yang berjudul pengatasan kesepian pada warakawuri di usia lanjut. Penelitian ini adalah kualitatif yang dilakukan dengan wawancara dan observasi pada 3 lansia warakawuri yaitu istri dari anggota Tentara Nasional Indonesia yang telah meninggal dunia. Hasil penelitian menunjukkan pengatasan kesepian yang dilakukan oleh lansia antara lain pengingkaran seperti menangis, merenung dan menonton televisi. Lalu dengan aktif isolasi atau meningkatkan aktivitas yaitu dengan bekerja, membaca dan mengisi teka-teki silang, mengerjakan sesuatu yang disenangi. Pengatasan kesepian juga dilakukan dengan kontak sosial atau jaringan dukungan sosial yaitu dengan menelepon, berkunjung ke rumah teman, bergabung dalam kelompok dan organisasi, serta ikut dalam kegiatan sosial. Pengatasan terakhir yaitu dengan pengatasan mental, yaitu memperkuat agama dan keyakinan.

  dapat

  Lansia melakukan pengatasan kesepian dengan salat dan mengaji

  lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, membuat hati subjek tenang, lega dan lebih berpasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berkebun karena memang sudah hobi, kemudian menonton televisi, untuk iseng dan mengisi waktu luang, serta merenda untuk selingan. Pengatasan kesepian juga dengan membaca, dan mengisi teka teki silang dapat menemani menjelang tidur, membuat cepat tertidur dan untuk mengisi waktu, dengan merenung agar dapat terhibur, dengan menangis agar dapat menyalurkan

  

perasaan dan membuat hati lega, dengan mengerjakan pekerjaan rumah agar

dapat menghibur, merasa sibuk, melupakan kesepiannya dengan menelepon

dan berkunjung ke rumah teman agar tidak merasa bosan di rumah, dengan

ikut dalam kegiatan di kompleks perumahan agar kesepiannya hilang, merasa

sibuk, melupakan kesepiannya dan dapat bersama-sama dengan teman-teman.

Kemudian dengan pergi ke makam suami agar dapat mengeluarkan beban

yang ada.

  Persamaan dengan penelitian yaitu sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan cara pengatasan kesepian.

  Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu gambaran kesepian dan cara lansia mengatasi kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

  2. Rokach dan Orzeck (2004), dengan penelitian yang berjudul coping with . Penelitian ini dilakukan loneliness in old age: a cross-cultural comparison pada

  141 lansia yaitu 36 jiwa dengan kewarganegaraan Kanada dan 105 jiwa dengan kewarganegaraan Portugal. Usia rata-rata dari 141 peserta kisaran 60-83 tahun. 15% peserta yang tunggal, 38% menikah, dan 47% menjanda, berpisah atau bercerai.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa Kanada memiliki skor yang lebih tinggi daripada Portugis untuk pengatasan kesepian dalam kategori Refleksi, Penerimaan, menjauhkan, penolakan, Agama, dan Iman. Skor subskala rata-rata pria dan wanita di dua budaya tidak berbeda secara signifikan karena tidak ada nilai rata-rata laki-laki lintas budaya. Nilai rata-rata perempuan di lintas budaya berbeda secara signifikan (F ( 6,76) = 2.30, p <.05).

  Persamaan dengan penelitian yaitu sama-sama menggunakan variable pengatasan kesepian pada lansia.

  Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu gambaran kesepian dan cara lansia mengatasi kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap dan menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan pada penelitian rokach dan Orzeck (2004) membahas pengatasan kesepian pada lansia yang berbeda kultur budaya.

  3. Meltzer, Bebbington, Dennis, Jenkins, McManus, dan Brugha (2012), dengan penelitian yang berjudul feeling of loneliness among adults with

  

mental disorder . Penelitian ini Menggunakan metode desain sampel

  probabilitas acak, dengan jumlah responden 7461 orang dewasa diwawancarai dengan metode cross-sectional Survei di Inggris.

  Hasil penelitian menunjukan perasaan kesepian lebih umum terjadi pada wanita, orang-orang yang hidup sendiri, janda, bercerai atau berpisah, ekonomi yang rendah, yang tinggal di rumah sewa, dan orang yang memiliki utang. Kesepian terbesar ditemukan pada orang yang bercerai atau berpisah, dan bagi mereka yang mempunyai utang. Kesepian juga meningkat 20 kali lipat bagi orang yang memiliki gangguan mental.

  Dukungan sosial merupakan salah satu cara yang diperlukan dalam pengatasan kesepian untuk meminimalisir atau mengurangi tingkat kesepian.

  Persamaan dengan penelitian yaitu sama-sama menggunakan variabel kesepian.

  Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu gambaran kesepian dan cara lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap dan menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan pada penelitian Meltzer, dkk (2012) membahas perasaan kesepian pada orang dewasa dengan gangguan mental.