BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga - WAHYU SETIAWAN BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

  (Friedman, 2010).

  Keluarga menurut Burges (1963) dalam Friedman (2010) adalah sekumpulan yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi atau ikatan sebuah keluarga yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga dan adanya interaksi dan kumunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga seperti suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, saudara dan saudari.

  Friedman (2010) yang menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan atau perkawinan atau juga adopsi kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan memepertahankan budaya yang umum serta untuk meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarganya yang tinggal dalam satu rumah.

  Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan yang tinggal di suatu tempat yang berada dibawah satu atap dalam keadaan yang saling ketergantungan antara anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga yang lainnya yang berada dalam satu rumah.

  Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari satu atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan yang anggota keluarga dapat hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap mempertahankan satu sama lain yang berinterasi satu dengan yang lain dan masing-masing mempunyai peran sosial yang dapat menciptakan dan mempertahankan budaya serta dapat meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota keluarganya.

2. Fungsi Keluarga

  Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu : a.

  Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilannya sangat dipengaruhi fungsi afektif tampak pada kegembiraan dan kebahagiaan dalam meberikan perhatian terhadap keluarga yang tinggal dalam satu rumah untuk memberikan rasa nyaman dan menciptakan keharmonisan terhadap anggota keluarganya.

  Komponen yang perlu dalam afektif :

  1) Saling mengasuh

  Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota yang lainnya. Kemampuan dalam memberikan kasih sayang akan meningkat dengan adanya hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar untuk memberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga atau masyarakat.

2) Saling menghargai.

  Bila anggota kekuarga saling menghargai dan mengakui keberadaan hak setiap anggota keluarga dan selalu mempertahankan seuatu hal yang positif. 3)

  Ikatan dan identifikasi Ikatan keluarga dimulai sejak adanya ikatan atau pasangan sepakat melalui hidup baru. Orang tua harus mengidentifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuannya.

  b.

  Fungsi Sosialisasi Dimana fungsi ini mengembangkan dan tempat untuk melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah.

  c.

  Fungsi Reproduksi Fungsi ini berfungsi untuk mempertahankan generasi yang ada atau menjaga kelangsungan keluarganya.

  d.

  Fungsi Ekonomi

  Fungsi ekonomi dalan keluarga secara umum memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dalam satu keluarga.

  e.

  Fungsi Perawatan Kesehatan Untuk mempertahankan keadaan diamana menjaga anggota keluarganya agar tetap sehat dan tetap memiliki produktifitas tinggi keluarga juga mampu untuk melakukan fungsi dengan baik, keluarga juga harus melakukan tugas kesehatan keluarga. Adapun tugas keluarga dalam melakukan kesehatan keluarga yaitu ada lima menurut Friedman (2010) yang meliputi :

  1) Mengenal masalah kesehatan

  Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan, kaji sejauh mana keluarga mengenal fakta tentang pengertian, tanda dan gejala serta faktor yang dapat menyebabkan dan mempengaruhi persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan. 2)

  Mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat dan hal yang perlu dirasakan keluarga, yaitu sejauh mana keluarga mengenal mengenai sifat dan luasnya masalah, apakan masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi, apakah keluarga merasa takut akan akibta dari penyakitnya, apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatannya, apakan keluarag dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, pakah keluarag percaya terhadap tenaga kesehatan dan apakah keluarga mendapat informasi yang jelas terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

  3) Melakukan perawatan di rumah bagi anggota keluarga yang sakit

  Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tentang kemampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit dapat dilakukan dengan cara menggali sejauh mana keluarga mengetahui tentang keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran komplikasi, dan cara perawatannya), sejauh mana keluarga mengetahui sifat dan perkembangan keperawatan yang dibutuhkan, sejauh mana keluaraga mengetahui faasilitas kesehatan yang diperlukan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit dan bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. 4)

  Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan Untuk mengetahui sejauh mana keluarga mampu dan dapat memodifikasi atau memelihara lingkungan rumah yang sehat (dari segi fisik, psikis, sosial, ekonomi) hal yang perlu dilakukan pengkajian, yaitu sejauh mana keluarag mengetahui sumber-sumber keluarga yag dimiliki, sejauh mana dapat melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, sejauh mana sikap dan pandangan keluarga terhadap sanitasi dan sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga.

  5) Menggunakan fasilistas kesehatan

  Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang dapat dilakukan, yaitu menggali sejauh mana keluarga memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan yang ada, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas yang dalam memberikan pelayanan kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan yang ada dapat dijangkau oleh keluarga.

  3. Tipe dan Bentuk Keluarga. Bentuk keluarga menurut (Friedman, 2008 ) a. Secara tradisional

  1) Keluarga inti ( Nuclear Family ).

  Keluarga yang hanya tediri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi.

  2) Keluarga besar ( Extented Family ).

  Keluarga inti ditambah dengan keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek-nenek, paman-bibi).

b. Secara modern

1) Tradisional Nuclear.

  Keluarga inti yang didalamnya terdapat sangsi-sangsi yang harus dipatuhi oleh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

  2) Reconstituted Nuclear.

  Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri yang tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya.

  3) Niddle Age

  Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua- duanya bekerja dirumah anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan.

  4) Dyadic Nuclear.

  Suami atau istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang kedua atau salah satunya bekerja diluar.

  5) Single Parent.

  Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.

  6) Dual Carrier.

  Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa adanya seorang anak.

  7) Commuter Married.

  Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.

  8) Single Adult.

  Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendirian yang tidak adanya keinginan untuk menikah.

  9) The Generation.

  Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

  10) Intitusional.

  Anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.

  11) Comunal.

  Satu rumah tediri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anaknya yang bersama-sam memfasilitasi.

  12) Group Marriage.

  Suatu perumahan yang terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu menikah dengan yang lainnya dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

  13) Unmaried Parent And Child.

  Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, adanya adopsi.

  14) Cohibin Coupel.

  Dua orang atau pasangan yang tinggal dalam satu rumah tetapi pasangan tesebut tidak menikah.

15) Gay And Lesbian Family.

  Keluarga yang dibentuk dalam pasangan yang berjenis kelamin yang sama.

4. Tahap Dan Perkembangan Keluarga.

  Meskipun setiap perkembangan keluarga mempunyai pekembangan yang berbeda dan unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Friedman, (2010) yang dibagi menjadi : a.

  Pasangan baru Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga yang syah yaitu melalui proses perkawinan.

  b.

  Kelahiran dengan anak pertama Keuarga yang menanti kelahiran anak pertama dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan.

  c.

  Keluarga dengan pra sekolah Tahap ini dimulai dari kelahiran anak pertama berusia 2,5 bulan dan berakhir pada anak berusia 5 tahun.

  d.

  Keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai saat anak masu sekolah usia 6 tahundan berakhir pada usia 13 tahun. e.

  Keluarga dengan anak remaja Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir sampai dengan 6-7 tahun kemudian yaitu pada saat anak meninggalkan rumah atau orang tuanya.

  f.

  Keluarga peralihanusia muda dewasa Pada tahap ini anak dimulai pada saat pertama kali meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak trakhir meninggalkan rumah dan lama tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga.

  g.

  Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satunya meninggal.

  h.

  Keluarga lanjut usia Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam pekembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut pada saat salah satu pasangan meninggal bahkan keduanya meninggal.

5. Struktur Keluarga.

  Menurut Friedmen, (2010) tentang struktur keluarga, keluarga itu sendiri merupakan struktur yang melukiskan subsistem sebagai dimesi struktural bahwa keluarga merupakan semacam sekelompok unit tekecil yang khusus digunakan oleh keluarga yang didalamnya mencakup struktural komunikasi yaitu struktural peran, nilai komunikasi dan kekuasaan. Struktur keluarga itu sendiri terdiri dari, yaitu : a.

  Struktur peran keluarga Serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberiakan. Struktur peran keluarga dibagi menjadi dua yaitu :

  1) Struktur peran formal

  Perilaku dimana keluarga melakukan posisi normal dalam keluarga yang bersifat homogen yang didalam keluarga mempunyai peran. 2)

  Struktur peran informal Dimana suatau peran tertutup yang bersifat tidak tampak kepermukaan dan hanya memenuhi kebutuhan emosional.

  b.

  Pola komunikasi Serangkaian rute yang memberikan informasi untuk mencapai penerimaan dalam keluarga yang meliputi aliran informasi yang mengungkapkan hubungan, peran keluarga dan popularitas individu dalam keluarga. Komunikasi dipandang sebagai kunci bagi sebuah keluarga yang berhasil mengidentifikasi terhadap adanya pesan yang berisi perintah atau sebuah instruksi.

  c.

  Struktur kekuatan keluarga Kekuasaan didefinisikan dengan kemampuan, baik kemampuan potensial aupun aktual dari seorang individu untuk pengontrol mempengaruhi dan mengubah tingkah laku seseorang.

  Dasar-dasar kekuasaan keluarga, yaitu : 1)

  Kekuasaan atau wewenang yang sah Kekuasaan yang sah kadang disebut juga wewenang yang primer, dimana satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota keluarga yang lain. 2)

  Kekuasaan yang tidak berdaya atau putus asa Tipe kekuasaan ini merupakan bentuk penting dari kekuasaan sah yang yang didasarkan pada hak yang diterima secara umum dari mereka yang tidak berdaya. 3)

  Kekuasaan referen Kekuasaan referen mempunyai arti semacam kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang tertentu terhadap orang lain karena identitas positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif dari seorang anak dengan orang tua, serta biasanya orang tua menjadi model peran. 4)

  Kekuasaan penghargaan Kekuasaan penghargaan berhasil dari adanya harapan bahwa orang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang positif tejadi ketaatan seseorang. 5)

  Kekuasaan dominasi atau paksaan Penggunaan kekuasaan ini berdasarkan persepsi dan kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin akan menghubungkan dengan ancaman, paksaan atau bahkan sampai kekerasan dari individu lain jika mereka tidak taat atau tidak mematuhinya.

  6) Kekuasaan manajemen ketegangan

  Kekuasaan ini diturunkan dari kontrol dimana dicapai oleh pasangan dengan megoreksi keterangan dan konflik yang ada dalam keluarga dengan menggunakan perdebatan.

  d.

  Nilai-nilai keluarga Nilai-nilai dalam keluarga diidentifkasi sebagai suatu sistem ide, sikap dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar yang mengikat bersama-sama dalam seluruh anggota keluarga didalam suatu budaya yang merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-norma yang dapat menentukan pemahaman individu terhadap sifat serta makna kehidupan, pola prilaku yang dianggal menjadi hak dari sebuah anggota keluarga.

6. Proses Dan Strategi Koping Keluarga.

  Menurut Friedman (2010) dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga ada beberapa peran yang dapat dilakukan oleh perawat diantaranya : a.

  Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

  b.

  Menjadi pengenal dan pengamat serta kebutuhan keluarga.

  c.

  Koordinator atau menjadi pelayan kesehatan dan perawatan keluarga.

  d.

  Menjadi fasilitator dalam pelayanan kesehatan. e.

  Menjadi penyuluh, pendidik dan konsultan kesehatan.

  Strategi koping internal dilakukan dengan cara mengandalkan kelompok keluarga yang lebih banyak menggunakan pengungkapan bersama. Strategi koping eksternal dilakukan dengan cara mencari dukungan sepiritual peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

7. Keluarga Sebagai Klien.

  Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga, (Friedman, 2010) yang membagi keluarga kedalam bidang kesehatan yang dapat dilakukan, yaitu : a.

  Dapat mengenal masslah kesehatan disetiap anggotanya yang menngalami masalah b.

  Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keuarga yang bermasalah dengan kesehatannya.

  c.

  Memberikan keperawatan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat membantu dirinya sendiri yang cacat atau usianya yang terlalu masih muda.

  d.

  Mempertahankan suasan dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan anggota keluarga yang lainnya.

  e.

  Mempertahankan hubungan timbak balik antara keluarga dan lembaga kesehatan ( pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada ).

8. Peran Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga.

  Peranan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat (Mansjoer, 1996), yaitu : a.

  Pengenalan tentang betapa pentingnya kesehatan dan perawat membantu tentang adanya penyimpangan tentang keadaan normal dari kesehatannya.

  b.

  Pemberi pelayanan kesehatan terhadap anggota keluarga yang sakit.

  c.

  Memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

  d.

  Memberikan fasilitas kesehatan dengan mudah yang dapat dijangkau oleh keluarga dan membantu mencari solusi untuk memecahkan.

  e.

  Pendidikan kesehatn dapat merubah perilaku keluarga yang dari tidak sehat utnuk menjadi sehat pada nantinya.

  f.

  Memberikan penyuluhan bahkan dapat memberikan petunjuk tentang asuhan keperawtan keluarga.

  Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perawat tidak dapat bekerja sendirian, melainkan bekerja sama dengan tim yang lain yang memiliki profesi yang sama untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik, benar dan dapat dimengerti oleh masyarakat.

B. Masalah Kesehatan 1. Pengertian

  Rheumatoid artritis merupakan gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ penyakit ini yang merupakan salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya pada pasien biasanya terjadi distraksi sendi progresif walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi. (Andreas dan Wilson, 2005 ).

  Rheumatoid artritis merupakan peradangan yang kronis sistemik progresif yang lebih banyak terjadi pada wanita dengan perbandingan 3 : 1 dengan pada kasus pria yang berusia pada 25 sampai 35 tahun. ( Long, B.C , 1996 ).

  Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian yang diberikan melalui prakatek keperwatan kepada keluarga yang membantu masalah kesehatan keluarga tesebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Friedman, 2010).

  Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan keluarga sangat membantu dalam proses pemeliharaan kesehatan yang ada di dalam masyarakat dan dalam melaksanakan proses kesehatan. Rhematoid artritis merupakan gangguan kronik yang menyerang pada organ dan sendi-sendi yang dapat mengakibatkan kekakuan, kebanyakan penderita penyakit rheumatoid artritis terjadi pada wanita yang berusia antara 25 tahun sampai dengan 35 tahun keatas dengan perbandingan dengan pria yaitu 3:1. Penyakit rheumatoid artritis cenderung menyerang menyerang pada wanita dibandingkan dengan laki- laki.

2. Anatomi Fisiologi

  Gambar II : I Anatomi tulang Sumber : Syarifudin (1996) Gambar II : II Aanatomi metacarpal Sumber : Syarifudin (1996) 3.

   Etiologi

  Penyebab penyakit arthritis rheumatoid belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen- antibodi), factor metabolic dan infeksi virus.

  Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab arthritis rheumatoid yaitu : a.

  Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus.

  b.

  Endokrin c.

  Autoimun d. Metabolic e. Factor genetic serta factor pemicu lainnya

  Pada saat ini, reumatoid artritis diduga disebabkan oleh faktor auto imun dan infeksi. Auto imun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita (Mansjoer, 1999).

4. Patofisiologi

  Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

  Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.

  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

  Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif (Mansjoer, 1999) 5.

   Tanda dan Gejala

  Menurut Doengoes (1999) dalam Friedman (2010), pada lansia, RA dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yang diantanya, yaitu : a.

  Kelompok 1 adalah RA klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat. Terdapat faktor rheumatoid, dan nodula- nodula rheumatoid sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.

  b.

  Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic Association untuk arthritis rheumatoid karena memiliki radang sinovitis yang terus menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.

  c.

  Kelompok 3, sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan penggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik. Jika tidak diistirahatkan, RA akan berkembang menjadi empat tahap :

  1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.

  2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.

  3) Jaringan ikat fibrosa yang kers menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total.

  Otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak sepewrti nodula- nodula mungkin terjadi.

6. Penata Laksana Umum

  Menurut Mansjoer (1999), penatalaksanaan pada rhematoid artritis diantaranya, yaitu : a.

  Memberikan pendidikan kepada pasien mengenai dan penatalaksanaan yang dilakukan sehingga terjalin hubungan yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien sehingga pasien dapat berobat secara teratur.

  b.

  Rehabilitasi,bertujuan untuk meningkatkan kualitas pasien dengan cara mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dapat dilakukan dengan cara latihan pergerakan sendi misalnya fisioterapi, olah raga ringan pada saat bangun tidur dipagi hari.

7. Pathways

  Gambar II : III Reaksi peradangan Kekakuan sendi

  Nyeri Gangguan mobilitas

  Sinovial menebal Pannus Nodul Deformitas sendi

  Gangguan body image

  Infiltrasi kedalam os.subkondria Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis Kerusakan Kartilago ditulang Erosi kartilago Tendoa & ligumen melemah Adhesi pada permukaan sendi Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa

  Antikilosis tulang

  Resiko cidera

  Sumber : Doengoes, (2000)

8. Fokus Intervensi (NANDA NIC NOC)

  d.

  Menyebutkan faktor penyebab terjadi rematik

  f.

  2) Tanyakan kembali apa tanda-tanda rematik.

  1) Diskusi dengan keluarag tanda rematik dengan lembar balik bergambar.

  Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat e. Menyebutkan tanda/gejala rematik

  Tanyakan kembali arti rematik 3)

  Jelaskan arti rematik dengan lembar balik 2)

  Menyebutkan arti rematik 1)

  Diagnosa I : Nyeri kronik berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam merawat masalah (rematik).

  Tujuan : Setelah pertemuan 1 minggu gangguan rasa nyaman dapat diatasi.

  Menyebutkan tanda-tanda keterbatasan gerak.

  c.

  1) Jelaskan penyebab gangguan. Pergerakan dengan lembar balik. 2) Tanyakan kembali penyebab gangguan pergerakan.

  Menyebutkan penyebab keterbatasan gerak.

  b.

  1) Dengan menggunakan lembar balik jelaskan arti keterbatasan pergerakan.

  Menyebutkan arti keterbatasan bergerak.

  Intervensi : a.

  1) Jelaskan dengan model sendi tanda-tanda keterbatasan gerak.

  1) Jelaskan penyebab rematik dengan lembar balik

  2) Tanyakan kepada keluarga hal yang belum dimengerti

  3) Minta keluarga menjelaskan kembali penyebab rematik

  4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat g.

  Mengidentifikasi adanya rematik pada anggota keluarga 1)

  Bantu keluarga mengenali adanya masalah keterbatasan gerak karena rematik dengan menunjukkan adanya tanda pada lansia 2)

  Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat Diagnosa II : Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan KMK untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.

  Tujuan : Setelah pertemuan dua hari koping keluarga dapat diatasi. Intervensi : a.

  Menyebutkan manfaat fasilitas

  1)

  Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan terkait keluhan yang ada

  2)

  Motivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas kesehatan jika kebutuhan datang b.

  Menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat

  1)

  Jelaskan jarak, waktu buka, biaya masing-masing fasilitas kesehatan yang ada c.

  Memanfaatkan fasilitas kesehatan 1)

  Ajak keluarga untuk mengunjungi fasilitas kesehatan 2)

  Evaluasi pada kunjungan keluarga ke fasilitas kesehatan

  3) Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjungi fasilitas kesehatan

  Diagnosa III : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawatan anggota keluaraga yang terkena reamtik. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keerawatan selama dua hari pertemuan gangguan pola tidur tidak terjadi dan dapat beristirahat dengan nyaman. Intervensi : a.

  Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gangguan pola tidur 1) Jelaskan dengan keluarga tentang pengertian dan gangguan pola tidur. 2) Evaluasi penjelasan tentang pola tidur.

  b.

  Ketidakmampuan keluarga memutuskan tindakan untuk mengatasi gangguan pola tidur.

  1) Jelaskan dengan keluarga tentangakibat dan cara pencegahan gangguan pola tidur.

  2) Evaluasi penjelasan tentang pola tidur.