BAB II KAJIAN TEORI A. Menulis 1. Pengertian Menulis - PERBEDAAN PENGARUH PENGGUNAAN METOD INQUIRY DENGAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII DI MTs MAARIF NU I PURWOKERTO BARAT - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORI A. Menulis 1. Pengertian Menulis Menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena melibatkan unsur

  kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi tulisan. Unsur-unsur tersebut akan menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Agar komunikasi lewat lambang tulis berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan, penulis harus mampu menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur dan lengkap.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 1497), pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan ide si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud penulis dapat diketahui banyak orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan idenya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya.

  Menulis didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komuniksi tulis palimg tidak terdaapat empat unsur yang terlibat:

  10 penulis sebagai penyampai pesaan (penulis), pesan atau isi tulissan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan ( Suparno dan Yunus, 2007: 1.3 ).

  Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Pada hakikatnya penulis juga memiliki kekurangan karena ia tidak dapat memperoleh masukan langsung dari pembaca dan terkadang tidak memperoleh masukan sama sekali, Hermer (dalam Aziez, 2015: 174).

  Johnson (dalam Sigit, 2013: 1-2) menyatakan bahwa “writing is having

  ideas, organizing ideas, and communicating ideas” (menulis adalah menemukan

  ide, mengorganisasi ide dan mengkomunikasikan ide). Menulis juga diartikan sebagai sebuah kegiatan menemukan ide, mengorganisasikan juga mengkomunikasikan ide tersebut sehingga dapat dinikmati oleh oraang lain. Komunikasi ide itu tentu saja bukan secara lisan, tetapi dengan rangkaian kata-kata sehingga membentuk sebuah tulisan (Sigit, 2013: 2).

  Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan.Nurgiantoro (2001: 298) menyatakan bahwa dilihat dari segi kemampuan berbahasa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. Sedangkan pengertian secara umum menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa.

  Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan dan untuk menyampaikan pesan (komunikasi) melalui bahasa tulis sebagai alat atau medianya, sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu: penulis, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

2. Tujuan Menulis

  Pada dasarnya tujuan menulis adalah sebagai alat komunikasi dalam bentuk tulisan. Setiap jenis tulisan tentunya memiliki tujuan. Tujuan-tujuan tersebut tentunya sangat beraneka ragam. Tarigan (2008: 24) menyatakan bahwa tujuan menulis adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembaca. Tarigan (2008: 24) membagi tujuan menulis dilihat dari penulisnya yang belum berpengalaman sebagai berikut: 1)

  Memberitahukan atau mengajar (wacana informatif) Seorang penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain. Tulisan yang ada pada media cetak tersebut seringkali memuat informasi tentang kejadian atau peristiwabaik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal.

  2) Meyakinkan atau mendesak(wacana persuasif)

  Melalui tulisan seorang penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya danmengharapkanpembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna. 3)

  Menghibur atau menyenangkan(estetik) Fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas. 4)

  Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api (wacana ekspresif) Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.

  Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 25-26), membagi tujuan menulis menjadi tujuh bagian sebagai berikut: a. Assigment Purpose (Tujuan Penugasan) Yaitu menulis yang dilakukan untuk tujuan menyelesaikan tugas bukan atas kemauan sendiri(misalnya paraa siswa yang diberi tugas merangkum buku atau sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

  b. Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik) Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin mendorong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya. Ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karya seseorang.

  c. Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan oleh seorang penulis.Dengan membaca tulisan tersebut diharapkan pembaca dapat meyakini dan mempercayai kebenarannya (misalnya menulis poster tentang bahaya narkoba).

  d. Informational Purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan) Tujuan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. Informasi yang dituliskan dapat memberikan keterangan/penerangan yang jelas kepada pembaca sehingga pembaca mendapatkan gambaran tentang informasi yang dimaksud.

  e. Self-expressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri) Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri seorang pengarang kepada pembaca sehingga pembaca dapat mengetahui identitas dan latar belakang penulis.

  f. Creative Purpose (Tujuan Kreatif) Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri, tetapi “keinginan kreatif’’ disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian misalnya novel dan cerpen.

  g. Problem solving purpose (Tujuan Pemecahan Masalah) Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca (misalnya adalah menulis skripsi, tesis, dan karya ilmiah).

  Depdikbud (dalam Sukirno, 2013: 4-5) menyatakan bahwa tujuan kegiatan menulis kreatif yaitu memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan suatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak tanduk manusia pada sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal atau imajinasi pembacanya, dan menarik suatu maknaa baru diluar apa yang diungkapkan secara tersurat.Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran menulis kreatif adalah agar (1) siswa dapat berkomunikasi dengan diri sendiri dan atau orang lain, (2) siswa dapat mendokumentasikan hal-hal penting atau mengesankan yang diperoleh, (3) siswa dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan (4) menyalurkan bakat minat melalui tulisan.

  Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis haruslah mempunyai tujuan yang nyata. Dimana para penulis harus bisa meyakinkan, memberitahukan, menghibur dan mengekspresikan emosi.

  Semi (2007: 14-22) mengatakan bahwa setiap orang yang hendak menulis tentu mempunyai niat atau maksud dalam hati atau pikiran apa yaang hendak dicapainya dengan menulis itu. Niat atau maksud itulah yang dinamakan tujuan menulis. Secara umum, tujuan orang menulis adalah sebagai berikut:

  1. Untuk Menceritakan Sesuatu Setiap orang memiliki pengalaman hidup, pemikiran, perasaan, imajinasi, dan intuisi yang sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan dengan maksud agar pembaca ikut merasakan pengalaman atau pengetahuan yang dialami penulis.

  2. Untuk Memberikan Petunjuk atau Pengarahan Dalam kehidupan sehari-hari , banyak dijumpai tulisan yang tujuannya memberi petunjuk atau pengarahan tentang sesuatu, misalnya cara belajar yang baik, petunjuk cara membuat kue, dan lain-lain.

  3. Untuk Menjelaskan Sesuatu Setiap orang dapat menulis tulisan yang tujuannya menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan pembaca menjadi bertambah, dan pemahaman pembaca tentang topik yang disampaikan menjadi lebih baik.

  4. Untuk Meyakinkan Ada kalanya orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. Suatu ketika, seseorang ingin mengajak orang lain untuk percaya dengan pandangannya karena dia merasa apa yang dipikirkannya dan dilakukannya merupakan sesuatu yang benar.

5. Untuk Merangkum

  Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Merangkum tidak hanya dilakukan pada saat membaca, tetapi juga pada saat mendengarkan sesuatu misalnya ceramah atau menulis pengalaman penting yang dialami pada hari itu.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis memiliki tujuan untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, memberikan hiburan, dan sebagainya. Menulis juga dapat memberi arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan suaatu kejadian/ peristiwa, memberikan informasi tentang sesuatu disuatu tempat pada suatu waktu, meringkas atau membuat rangkuman.

3. Fungsi Menulis

  D’Angelo (dalam Tarigan 2008: 22) menyatakan bahwa pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.

  Menulis sangat penting bagi pendidikan karena para pelajar akan merasa mudah dan nyaman dalam berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.

  Tulisan membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, dan kejadian-kejadian yang hanya dalam proses menulis yang aktual.

  Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat, khususnya dalam dunia pendidikan. Menulis dapat menghasilkan ide-ide baru yang kreatif, menulis dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dan pemecahan masalah. Dengan menulis, seseorang dapat menyerap dan memproses informasi lebih banyak sehingga wawasan dan pengetahuannya akan bertambah. Selain itu kegiatan menulis dapat menjadi pengalaman yang produktif dan berharga.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis

  Graves (dalam Suparno dan Yunus, 2007: 1.4) menyatakan bahwa seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Sedangkan berdasarkan pengamatan di lapangan ada beberapa faktor yang mempengaruhikemampuan menulis seseorang, diantaranya adalah (a) takut untuk memulai, (b) tidak tahu kapan harus memulai, (c) pengorganisasian, dan (d) bahasa. Faktor-faktoritulah yang dapat menyebabkan setiap orang memiliki kemampuan menulis yang berbeda .

  Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis.Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun, di mana pun, seseorang dapat melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan.

5. Syarat-syarat Menulis

  Keterampilan dasar dalam menulis, diperlukan pemahaman tentang hakikat kegiatan menulis yang harus dipunyai dan harus dilalui sebelum dan selama menulis. Tulisan yang baik adalah tulisan yang berisi gagasan atau topik yang mampu menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca. Menurut Semi, (2007:42), syarat untuk menghasilkan tulisan yang baik dalam menulis sebaiknya menguasai tiga keterampilan dasar, yaitu: 1)

  Keterampilan Berbahasa Menulis merupakan suatu kegiatan memindahkan bahasa lisan ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan lambang-lambang grafem. Oleh sebab itu, tidak mungkin orang akan lancar menulis apabila tidak memiliki keterampilan berbahasa tulis. Keterampilan berbahasa tulis, pada dasarnya sama dengan keterampilan dengan berbahasa lisan karena sama-sama berbentuk pencurahan gagasan dengan menggunakan lambang bahasa.

  Keterampilan menggunakan bahasa tulis yang dimaksud adalah pemakaian semua unsur bahasa, yaitu: ejaan, kata, ungkapan, kalimat, dan pengembangan paragraf. Semua unsur bahasa ini hendaknya digunakan dengan tepat dan efektif, yang selalu disesuaikan dengan tujuan, isi dan latar belakang pembaca.

  2) Keterampilan Penyajian

  Keterampilan penyajian adalah keterampilan menyusun gagasan sehingga kelihatan semuanya kompak dan rapi antara yang satu bagian dengan bagian yang lain memperlihatkan kaitan atau hubungan yang harmonis. Pada umumnya penyajian tulisan dapat dibagi dua, yaitu cara deduktif dan cara induktif. Cara deduktif artinya penyajian yang dimulai dari penyampaian gagasan pokok kemudian ulasan dan penjelasan. Sebaliknya, penyajian secara induktif merupakan penyajian yang dimulai dari uraian atau penjelasan kemudian disampaiakan dengan cara yang baik. Cara penyajian tulisan sangat penting dikuasai. Setiap jenis tulisan harus disampaikan dengan cara yang tepat menurut aturan yang berlaku umum. 3)

  Keterampilan Perwajahan Keterampilan perwajahan adalah keterampilan menata bentuk fisik sebuah tulisan sehingga sebuah tulisan tersebut elihatan rapih dan indah dipandang mata. Dalam keterampilan perwajahan yang harus diketahui ialah, (1) penataan tifografi, seperti pemakaian huruf yang ukurannya lebih besar, huruf miring, kalimat yang digarisbawahi, dan menata tata muka kulit depan; (2) bagaimana memilih format, ukuran, dan jenis kertas yang tepat. Kedua hal tersebut sangatlah penting. Dalam menentukan bentuk fisik tulisan yang baik dapat dilakukan dengan cara melihat atau berpedoman kepada karya tulis seseorang.

6. Tahapan-tahapan Menulis

  Menulis adalah suatu proses kreatif yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif. Kegiatan menulis diibaratkan sebagai seorang arsitektur yang akan membangun sebuah gedung.Sebuah sistem kerja yang kreatif memerlukan langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Kegiatan menulis juga memerlukan tahapan-tahapan tertentu di dalam prosesnya. Tahapan-tahapan menulis menurut Semi (2007: 46) terbagi menjadi tiga, yaitu a) tahap pratulis, b) tahap penulisan, dan c) tahap penyuntingan. Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 11) tahap-tahap menulis terdiri dari enam langkah, yaitu: a) draf kasar, b) berbagi, c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan kembali, f) evaluasi.

  Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan mengenai tahap-tahap dalam menulis yaitu: 1)

  Tahap Pratulis Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan menulis. Tahap ini terletak pada sebelum melakukan penulisan. Di dalam tahap pratulis terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penulis. Mulai dari menentukan topik yang akan ditulis. Penulis mempertimbangkan pemilihan topik dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca. 2)

  Tahap Pembuatan Draf yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara kasar. Pada kegiatan ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan dari pada tata tulisnya sehingga semua pikiran, gagasan, dan perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan. 3)

  Tahap Revisi Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa menambah yang kurang atau mengurangi yang lebih, menambah informasi yang mendukung, mempertajam perumusan penulisan, mengubah urutan penulisan pokok-pokok pikiran, menghilangkan informasi yang kurang relevan, dan lain sebagainya. penulis berusaha untuk menyempurnakan draf yang telah selesai agar tulisan tetap fokus pada tujuan.

  4). Tahap Penyuntingan Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali kegiatan membaca draf.

  Tulisan pada draf kasar masih memerlukan beberapa perubahan. Kegiatan selama tahap penyuntingan adalah meneliti kembali kesalahan dan kelemahan pada draf kasar dengan melihat kembali ketepatannya dengan gagasan utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria penerbitan.

  4) Tahap Publikasi

  Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses menulis. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mempublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan misalnya mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan sebagainya. Dapat pula dengan berbagi tulisan dengan berbagai pembaca.

B. Teks Berita 1. Hakikat Teks Berita

  Keberadaan berita menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kebutuhan akan laporan terkini telah menjadi sesuatu yang amat penting bagi masyarakat, bukan hanya masyarakat kalangan atas, tetapi juga masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dengan kemajuan teknologi memudahkan masyarakat untuk mengakses berita seperti di televisi, radio, majalah, koran, internet, dan lain-lain. Kemajuan dunia jurnalis juga menuntut kita untuk terampil menulis berita dan memahami apa itu berita.

  Berita merupakan salah satu bentuk dari tulisan. Sudarman (2008: 76) mengemukakan bahwaberita adalah laporan tercepat tentang suatu peristiwa, fakta atau hal baru, menarik dan perlu diketahui oleh masyarakat umum. Djuraid (2009:

  11) menyatakan bahwa berita adalah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan dimedia massa. Menurut Kosasih dan Restuti (2009: 89) berita adalah peristiwa yang mengandung hal yang menarik, luar biasa, dan terkini (baru). Memang tidak semua peristiwa layak dan perlu diberitakan.

  Akan tetapi, peristiwa yaang layak diberitakan itu adalah peristiwa yang penting dan menarik.

  Menulis berita merupakan hal yang sulit dilakukan bagi sebagian orang. Dalam menulis berita seseorang harus mengerti apa yang disebut berita. Kriteria atau nilai-nilai apa saja yang layak ditulis dalam berita juga harus diperhatikan dalam penulisan berita. Selain itu, penulisan berita juga harus memperhatikan unsur-unsur yang harus ada dalam berita serta teknik penulisan berita.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2012: 179 ) berita diartikan sebagai laporan tercepat mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan orang banyak. Rolnicki, dkk (2008: 2-3) menyebutkan bahwa berita dapat didefinisikan sebagai “hard news” atau “soft news”. Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa karena biasanya berisi berita yang “terkini” yang baru saja terjadi atau akan terjadi. Soft news (berita ringan) biasanya kurang penting karena isinya menghibur, walau kadang juga memberi informsi penting.

  Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berita adalah laporan tercepat tentang suatu kejadian atau peristiwa berupa ide atau fakta terbaru yang benar, menarik, penting bagi sebagian besar khalayak dan patut untuk dipublikasikan melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media internet.

2. Jenis-jenis Berita Berdasarkan masalah yang dicakup berita dibagi menjadi beberapa jenis.

  Masalah di sini biasanya merujuk kepada aspek kehidupan yang ada di tengah- tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan manusia, yaitu: aspek sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Tetapi, seiring dengan perkembangan masyarakat, keempat aspek ini terasa tidak memadai lagi dan perlu dipecah lagi menjadi berbagai aspek.Berdasarkan lingkup pemberitaan biasanya berita dibagi menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional.

  Sebuah berita disebut berlingkup lokal apabila peristiwa yang dilaporkannya terjadi di sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau di kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup nasional apabila pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dirasakan di negara lain, sedangkan sebuah berita disebut berlingkup internasional jika melibatkan banyak negara di dunia.

  Djuraid (2009 :46-66) membagi berita menjadi berita politik, berita ekonomi, berita kriminal, berita olahraga, berita seni, berita hiburan, dan keluarga, berita pendidikan, serta berita pemerintahan. Pembagian jenis berita ini memudahkan pembaca dalam mencari informasi yang dibutuhkan dalam surat kabar. Pembaca yang ingin membaca berita politik misalnya, dapat langsung membuka surat kabar atau majalah pada halaman berita politik. Pembaca tidak perlu membuka satu per satu berita dari halaman awal sampai akhir untuk mencari berita yang dibutuhkan.

  Pembagian jenis berita yang bermacam–macam ini disebabkan oleh segmentasi berita sesuai dengan perkembangan masyarakat. Seiring perkembangannya, kini muncul banyak media dengan segmen baru seperti media khusus anak, wanita, olahraga dan lain sebagainya. Beragamnya jenis berita pada dasarnya mempunya tujuan yang sama yaitu memberikan informasi kepada pembaca atau masyarakat.Namun demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jenisnya berita terbagi menjadi berita politik, berita ekonomi, berita kriminal, berita olahraga, berita seni, berita hiburan, berita keluarga, berita pendidikan, dan berita pemerintahan.

3. Sifat Berita

  Untuk melihat macam berita, ditentukan oleh materi, kejadian, sifat peristiwa dan cara penulisannya.Peristiwa tentang kecelakaan kereta api yang menewaskan puluhan orang tentu tidak mungkin hanya ditulis sepanjang dua alinea. Begitu juga sebaliknya, sebuah peresmian kantor instansi oleh istri bupati tidak perlu ditulis panjang sampai satu layar komputer.

  Berdasarkan isi materinya (contens), secara umum sifat berita dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1)

  Berita Berat (hard news) Yaitu berita yang bersifat “keras”, yang dapatmenimbulkan dampak psikologis yang tidak mengenakkan bagi pembaca karena menguras emosi serta energi yang tinggi pada pembaca.

  2) Berita Sedang (middle range news)

  Yaitu berita yang tidak keras dan juga tidak ringan. Berita sedang dapat memberikan dampak psikologis yang tidak sama antara pembaca yang satu dengan pembaca lainnya. Biasanya yang terkait dengan berita tersebut dapat memberikan dampak psikologis yang lebih dalam dibandingkan dengan pembaca yang tidak ada sangkut pautnya. 3)

  Berita Ringan (soft news) Yaitu berita yang materi beritanya bernuansa ringan. Berita ringan bersifat menghibur dan ada unsur humornya, Sudarman (2008; 88).

4. Nilai Berita

  Sebelum menulis berita, yang penting untuk diketahui oleh penulis adalah nila-nilai apa saja yang terdapat dalam sebuah berita. Ketika seorang penulis menulis sebuah berita, maka penulis harus menyampaikan berita tersebut secara cepat kepada pembacanya. Di sini nilai kedekatan wilayah menjadi sangat penting.

  Bagaimanapun bila terjadi suatu peristiwa di suatu daerah kemudian ditulis oleh penulis, maka masyarakat sekitar wilayah tempat peristiwa itu terjadi sangat berkepentingan terhadap berita tersebut.

  Nilai berita sangat penting untuk diketahui sebelum menulis karena akan menjadi panduan bagi seorang wartawan untuk memutuskan suatu kejadian, informasi, atau keadaan layak diberitakan atau tidak. Nilai berita tersebut adalah, (1) aktual, (2) kedekatan, (3) penting, (4) luar biasa, (5) tokoh, (6) eksklusif, (7) ketegangan, (8) konflik, (9) human interest, (10) seks, (11) progresif, (12) trend, (13) humor ( Djuraid, 2009: 13-44). Secara garis besar Septiawan (2005: 18-20) serta Rolnicki, dkk (2008: 8-14) menyebutkan ada sepuluh elemen yang ada dalam berita yaitu (1) kesegeraan (immediacy) atau ketepatan waktu (timeliness) adalah elemen paling essensial dari kebanyakan berita, (2) kedekatan atau kemiripan bukan hanya berarti kedekatan geografis tetapi juga kdekatan minat, dan terkadang disebut dampak (impact), (3) konsekuensi berhubungan dengan daya tarik yang lebih luas dengan arti penting dan dengan efek berita pada pembaca, (4) kemenonjolan (prominence) sebagai satu unsur berita, mencakup orang, tempat, sesuatu dan situasi yang dikenal publik karena kemakmurannya, posisi sosialnya, prestasinya atau publisitas sebelumnya yang positiv atau negatif, (5) drama bisa menambah vitalitas dan warna berita karena berisi misteri, ketegangan, komedi, kejadian aneh dan ganjil, (6) keganjilaan atau keanehan hampir selalu membuat fakta menjadi menarik, (7) konflik adaalah elemen berita yang paling sering muncul di media massa, (8) seks sebagai bagian intregral dari kehidupan manusia, memiliki nilai berita dan seks dapat diberitakan secara dewasa, informative dan nonsensasional, (9) emosi dan naluri atau (insting) adalah berita yang paling banyak dibaca di media cetak, (10) kemajuan (progress) berkaitan dengan perubahan signifikan untuk kemajuan kebaikan umat manusia.

  Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Sumadiria (dalam Sudarman 2008:80-88). Ia menjabarkan 11 unsur-unsur berita sebagai nilai berita (news

  value ), yaitu:

  1) Keluarbiasaan (unusualness)

  Keluarbiasaan yang dimaksud misalnya fatsun: apabila seseorang digigit anjing itu bukanlah berita, tetapi jika orang menggigit anjing barulah itu berita luar biasa. Menurut Haris Sumadiria, nilai berita luar biasa itu paling tidak dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, dan dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut (baik dalam bentuk jiwa maupun harta) serta menyangkut kemungkinan perubahan aktivitas masyarakat;

  2) Kebaruan (newsness)

  Berita adalah sesuatu yang terbaru. Presiden yang baru dilantik, walikota yang baru diangkat, artis yang baru melahirkan, pejabat yang baru masuk penjara, semua itu merupakan berita;

  3) Akibat (impact)

  Berita adalah sesuatu yang memiliki akibat atau dampak. Suatu peristiwa atau hal tidak jarang menimbulkan dampak, terutama dampak dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berdampak pada kenaikan harga sembako, dll.

  4) Aktual (actual)

  Berita adalah apa yang terjadi hari ini. Semakin aktual berita itu semakin tinggi pula nilai beritanya.

  5) Kedekatan (proximity)

  Adalah berkaitan dengan jauh dekatnya peristiwa itu dengan kehidupan masyarakat atau khalayak. Secara umum kedekatan terbagi dua, yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Semakin dekat berita itu dengan khalayak, semakin menarik untuk dibaca.

  6) Informasi (information)

  Merupakan hal penting yang sering dibutuhkan oleh masyarakat. Informasi merupakan segala sesuatu yang dapat menghilangkan ketidakpastian.

  7) Konflik (conflict)

  Berita adalah konflik (news is conflict) segala sesuatu yang mengandung konflik merupakan sumber berita yang tidak pernah kering. Misalnya, keberadaan PT Freeport akan menjadi berita yang menarik selagi masih terdapat konflik dengan masyarakat Papua.

  8) Orang penting (public figure) Berita berkaitan dengan orang-orang penting, seperti: pejabat, artis, orang- orang terkenal, selebriti. Misalnya Ratu Elizabeth melakukan kunjungan kenegaraan, untuk menuliskan berita tersebut membutuhkan izin dari yang bersangkutan.

  9) Ketertarikan manusiawi (human interest)

  Suatu peristiwa kadang dapat menimbulkan efek emosi yang berarti pada diri khalayak. Berita yang demikian merupakan berita yang dapat memiliki nilai

  human interest.

  10) Kejutan (surprising) Sesuatu yang mengejutkan merupakan suatu berita (news is surprising).

  Kejutan biasanya datang tiba-tiba dan tak disangka. Misalnya keberhasilan pelajar Indonesia menjadi juara umum dalam perlombaan Science Olympiade.

  11) Seks(sex) Dalam dunia jurnalistik, seks juga berarti berita (news is sex). Berita yang berkaitan dengan seks misalnya perselingkuhan public figure, tindakan asusila, pelecehan dan sebagainya.

  Berbagai elemen berita tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan menjadi mata masyarakat untuk dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Beberapa elemen yang mendasari nilai berita tersebut harus dipaparkan dengan bahasa pelaporan berita dan penulisan yang tidak sama. Masing-masing elemen memiliki tempat khusus yang dibahas secara khusus melalui batasan- batasan yang mesti dipenuhi.

5. Konsep Berita

  Ada 8 unsur penting yang dapat dijadikan konsep berita menurut Moot (dalam Sudarman, 2008: 76) yaitu: 1)

  Berita sebagai laporan tercepat (nems as timely report) Konsep dasar berita, menitikberatkan pada aspek kecepatan (timely). Sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kecepatan menjadi sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang tidak dapat ditulis dengan cepat, dapat diakalinya dengan memberikan laporan yang lebih mendalam (in deept

  report) sehingga lebih baru.

  2) Berita sebagai rekaman (news as record)

  Berita yang tercetak dalam media massa cetak, merupakaan rekaman sebgai bahan dokumentsi. Sering kali di media massa mencatat hal-hal yang bersejarah, berharga, dan bernilai tinggi bagi kemanusiaan serta kebudayaan.

  3) Berita sebagai fakta objektif (news as objektive fact) Disebut sebagai fakta objektif karena merupakan suatu fakta dan objektif.

  Laporan berita harus mengungkapkapkan fakta apa adanya dan harus objektif tidak berat sebelah. Media massa bersifat publik (umum), jadi harus memenuhi ketentuan umum termasuk memenuhi standar kode etik jurnalistik didalamnya. 4)

  Berita sebagai interpretasi Dalam suatu kehidupan yaang kompleks seperti menyangkut bidang politik, ekonomi atau ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca mengerti. Pembaca perlu diberi penjelasan tentang latar belakang, sebab akibat, situasi dan hubungannya dengan hal-hal lain, mengapa sesuatu itu terjadi berdasarkan interpretasi atau pemahaman wartawan atau penulis. 5)

  Berita sebagai sensasi (news as sensation) Di sini terdapat unsur subjektif, yaitu berita dapat mengejutkan (shock), dan mnggetarkan atau mengharukan (thirills) bagi pembacanya. Terdapat pemberitaan yang serius mengenai kejadian-kejadian tertentu, misalnya tentang korupsi pejabat.

  6) Berita sebagai minat insani (news as human interest)

  Dalam hal ini, menariknya bukan karena pentingnya berita yang dilaporkan, tetapi karenaa sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia), menimbulkan perasaan terharu prihatin, senang dan lain sebagainya. 7)

  Berita sebagai ramalan (news as prediction) Di sini penulis berita cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan dari masa kini dn masa lalu, karena minaat pembca terutama terletak paadaa masa depan. Pada umumnya, yang diharapkan dari berita selain erupakan informasi mengenai kejadian terkini, juga ramalan yang masuk akal mengenai masa depan.

  8) Berita sebagai gambar (news as picture)

  Selain berita disampaikan dalam bentuk kata-kata, berita juga dapat disampaikan dalam bentuk gambar. Ilustrasi gambar dalam media massadapat menghibur, biasanya lebih lugas, jujur dan apa adanya.

  Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa delapan konsep utama berita yang tersebut di atas harus dikuasai oleh seorang penulis dalam mencari, menyusun, dan menyiarkan berita.

6. Teknik Penulisan Berita Teknik menulis berita pada umumnya mengikuti bentuk piramida terbalik.

  Bagian awal merupakan ruang penulis untuk ringkasan isi berita yang lazimnya tidak lebih dari 35 kata. Pada bagian ringkasan pesannya mesti memiliki kelengkapan informasi yang mencakup unsur-unsur pemberitaan 5 W + 1 H, yakni: what (peristiwa apa yang diberitakan), who (siapa saja yang terlibat dengan peristiwa), when (waktu peristiwanya, kapan saajaa terjadinya), where (tempat peristiwa berlangsung, di mana saja kejadiannya), why (mengapa peristiwa itu terjadi, faktor-faktor yang menyebabkan peristiwa terjadi), dan how (bagaimana peristiwa terjadi). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan berupa pengembangan detil-detil, fakta-fakta dan hal-hal lain (Septiawan Santana K, 2005: 22-23).

  Secara umumdalam menulis berita dapat menggunakan teknik deskripsi, narasi, eksposisi, . Menurut Sudarman (2008: 91) bahwa teknik deskripsi yaitu teknik penulisan berita dengan pola penuturan yang menggambarkan sesuatu yang diberitakan. Narasi yaitu teknik penulisan berita dengan pola tutur berdasarkan cerita dari orang lain. Eksposisi yaitu teknik penulisan berita yaang disertai dengan kiasan-kiasan tertentu dari penulisannya.

  Dijelaskan pula oleh Sudarman (2008: 92) bahwa unsur-unsur penulisan dengan 5W+1H, yaitu: 1) What, berarti peristiwa apa yang terjadi dan dilaporkan kepada khalayak. 2)

  Who, berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa itu. Siapa berarti mengacu kepada seseorang (manusia) yang dijaadikan berita.

  3) When, berarti kapan peristiwa itu terjadi. Ini berkitan dengan waktu peristiwa terjadi.

  4) Where, berarti di mana peristiwa itu terjadi. Ini berkaitan dengan tempat kejadian peristiwa itu terjadi.

  5) Why, berarti mengapa peristiwa itu terjadi. Ini berkaitan dengan alasan atau mencari penyebabnya mengapa peristiwa itu terjadi.

  6) How, berarti bagaimana jalannya peristiwa itu terjadi.

  Banyaknya fakta yang harus ditulis dengan waktu yang terbatas menyebabkan seorang jurnalis mencari cara yang paling mudah untuk menulis berita. cara itu dinamakan pola piramida terbalik. Dengan pola ini, pesan berita disusun secara deduktif, simpulan terlebih dahulu pada paragraf pertama, disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf berikutnya. Materi disusun sesuai dengan urutan terpentingnnya. Informasi yang disajikan, semakin ke bawah semakin kurang penting dan makin banyak detail. Jika digambarkan penulisan berita dengan sistem piramida terbalik dapat disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

  Judul Berita

  Teras Perangkai

  Titi Mangsa

  Tubuh Kaki

  

Gambar 2.1Piramida Terbalik

  Berdasarkan gambar di atas, menurut Sudarman (2008: 90) anatomi berita terdiri atas, judul berita (head line), merupakan identitas berita, titi mangsa (date

  

line ), berkaitan dengan kapan berita itu dibuat, pembuka berita (lead), yaitu

  kalimat pembuka pada paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan berita yang kita sampaikan, perangkai (bridge), adalah kata-kata penghubung antar teras berita dengan tubuh berita, tubuh (body), yaitu kalimat-kalimat, paragraf-paragraf yang merupakan kelanjutan dari teras berita, dan kaki berita (leg), yaitu bagian akhir dari penulisan berita.

  Metode penulisan sebuah berita menurut Kosasih dan Restuti (2009: 9) dengan menggunakan piramida terbalik digambarkan dalam gambar 2.2 berikut.

  Judul Berita Kepala Berita

  ( Lead) Badan Berita

  Ekor Berita

Gambar 2.2 Piramida Terbalik

  Dalam gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa unsur adiksimba diletakkan pada bagian awal yang biasa disebut lead atau kepala berita. Nilai yang paling penting terletak pada lead. Dari segi kepentingan berita semakin ke bawah semakin berkurang. Karena itu, jika seseorang tidak cukup waktu untuk membaca keseluruhan berita, dengan hanya membaca lead, dia telah cukup mendapatkan peristiwa penting.

C. Hakikat Pendekatan, Model, Metode, Teknik, dan Strategi Pembelajaran 1. Pendekatan

  Pendekatan, metode, dan teknik memiliki kaitan yang erat dan saling berkaitan. Ketiga istilah itu mempunyai hubungan berjenjang atau hierarkis, yang satu lebih tinggi dari yang lainnya. Pendekatan berada pada tingkat yang tertinggi, yang kemudian diturunkan atau dijabarkan dalam bentuk metode. Selanjutnya, metode dituangkan atau diwujudkan dalam sebuah teknik. Teknik inilah yang merupakan ujung tombak pengajaran karena berada pada tahap operasional atau tahap pelaksanaan pengajaran, Iskandarwassid dan Sunendar (2015: 40).

  Sanjaya (2014: 127) mengartikan pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati (KBBI, 2012: 306).

  Dapat dikatakan bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, banyak ahli yang menggunakan ketiga istilah itu dalam istilah yang berbeda, sering dicampurdukkan pengertian dan penggunaanya, tetapi tidak sedikit orang yang menyamakan pengertian ketiga istilah itu.

2. Model Pembelajaran

  Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran merupakanintegrasi dari berbagai elemen pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik, kurikulum, dan metode pembelajaran. Proses pembelajaran di era modern ini bukan hanya sekadar menyampaikan materi pembelajaran, melainkan sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Proses pembelajaran harus diarahkan agar peserta didik mampu mengikuti setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah.

  Tuntutan perubahan paradigma pembelajaran dalam menghadapi tuntutan dan kebutuhan zaman merupakan hal yang harus disikapi oleh para pendidik.

  Perkembangan globalisasi tentunya juga akan menyebabkan perubahan atau perkembangan kurikulum yang berlaku pada dunia pendidikan. Tuntutan dan kebutuhan zaman menjadi hal yang mendasari pengembangan konsep kurikulum pendidikan. Adapun konsep kurikulum pendidikan akan berdampak pada konsep pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Agar kegiatan dalam proses pembelajaran dapat terselenggara dengan efektif dan efisien maka para pendidik harus mengetahui hakikat model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

  Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012: 923) diartikan sebagaipola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Hamdani (2011: 147) menyebutkan bahwa model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan. Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Sagala (2010: 62) istilah model dapat dipahami sebagai sebagai suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.

  Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

  Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduanya disingkat SOLAT (Style of Learning and Teaching) Hanafiah dan Suhana (2010 : 41).

  Sedangkan menurut Joyce (dalam Ngalimun 2016: 7) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-peraangkat pembe;ajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

  Fathurrohman (2015: 31) menyebutkan bahwa model pembelajaran dalam perkembangannya berkembang menjadi banyak. Terdapat model pembelajaran yang kurang baik dipakai dan diterapkan, namun ada model pembelajaran yang baik untuk diterapkan. Ciri-ciri model pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut.

  1. Adanya keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap.

  2. Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran.

  3. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator, dan motivator kegiatan belajar peserta didik.

  4. Penggunaan berbagai metode, alat, dan media pembelajaran. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikaan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

3. Metode Pembelajaran

  Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan siswa banyak belajar proses, bukan hanyabelajar produk.

  Menurut Sanjaya (2014: 1470 metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dalam KBBI (2012: 910) metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

  Departemen Agama R.I (2002: 88) disebutkan bahwa metode adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yag dirancang oleh guru harus diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu dan lebih banyak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Peranan guru berubah, dari penyaji materi pembelajaran menjadi pemberi pengaruh dan pemberi kemudahan untuk terjadinya proses belajar siswa.

4. Teknik Pembelajaran

  Setiap pembelajaran mempunyai tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka pengajar harus mampu memilih teknik mengajar yang akan digunakan, dengan demikian peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan jika para pengajar mampu memahami dan menentukan strategi pembelajaran dengan baik. Untuk menguasai strategi itu, seorang pengajar harus menguasai teknik-teknuk penyajian mengajar.

  Dalam pelaksanaan proses pembelajaran ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengajar, di antaranya adalah pemahaman dan pengusaan teknik penyajian mengajar. Teknik yang digunakan pengajar untuk menyampaikan informasi tentu akan berbeda dengan teknik penyajian yang digunakan untuk mengajarkan keterampilan dan sikap. Seorang pengajar harus mengetahui dan memahami teknik-teknik penyajian dan sifat-sifat yang khas pada setiap teknik penyajian agar mampu dan terampil menggunakannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

  Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI, 2012:1422) Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan atau menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan metode. Oleh karena itu, teknik harus selaras dan serasi dengan pendekatan (Iskandarwassid dan Sunendar, 2015: 66). Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode (Sanjaya, 2014: 126).

  Bila pengajar mempunyai keterbatasaan pengetahuan dan penguasaan tentang disiplin ilmu maupun tentang cara mengajar yang baik, tentu ia akan berkutat dengan teknik yang sama, atau tidak berkembang, dan tanpa variasi. Dengan demikian , pembelajaran akan terkesan monoton dan membosankan. Setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengajar perlu mengkaji teknik mengajar yang sesuai dan memilih strategi-strategi yang memberikan peluang paling banyak bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu.

5. Strategi Pembelajaran

  Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran , pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KREATIVITAS SISWA

0 0 16

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT

0 1 14

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN HEURISTIK PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 13

PENGARUH PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN METAKOGNITIF

0 0 15

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Deskripsi Teori 1. Menulis Teks Deskripsi a. Pengertian Menulis Teks Deskripsi - PENERAPAN MODEL SINEKTIK BERORIENTASI BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA SMP - repo unpas

0 0 42

BAB II KAJIAN TEORITIS - PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN DIRECT INSTRUCTION (DI) - repo unpas

0 1 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODIFIKASI METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2015/2016 - Ra

0 0 87

BAB I - KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 35 PALEMBANG - Bina Darma e-Journal

1 2 19

BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy - HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA - repository perpustakaan

0 0 18

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan - PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 3 SOKARAJA TAHUN AJARAN 2012-2013 - repository perpustaka

0 3 25