BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Relevan - Dida Rizmaya Takarina BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Relevan Penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Wawancara

  dengan M edia Video dalam Acara “Kick Andy” Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri

  4 Purwokerto Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Atik Agustin Rahayu, dengan judul “Peningkatan Kemampuan Mennyimak Wawancara melalui model Pembelajaran

  

Cooperative Script dengan Media Rekaman pada Siswa Kelas VII D SMP N 2 Kroya

  Cilacap tahun ajaran 2012-2013.Penelitian ini relevan karena sama-sama meneliti tentang kemempuan menyimak wawancara, perbedaanya terletak pada penelitian Atik Agustin Rahayu menggunakan teknik cooperative script dan dengan media rekaman sedangkan penelitian ini menggunaka n media pemebelajaran video acara “Kick

  A ndy”. Data pada penelitian sebelumnya menunjukan hasil peningkatan, sebelum dilakukan nilai rata-rata kelas yaitu 69,12, siswa yang tuntas hanya 19 siswa atau 51,35%. Setelah dilakukan tindakan siklus 1 melalui model pembelajaran cooperative

  

scipt dengan media rekaman, hasil nilai siswa meningkat yang mencapai nilai tuntas

belajar 24 siswa atau 64,86%.

  Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran audio (rekaman) maupun audio visual (video) acara “Kick Andy” memiliki kontribusi terhadap pembelajaran menyimak wawancara. Dengan media audio (rekaman) yang hanya merangsang indra pendengaran mampu menunujukan keefektifan. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada menyimak wawancara. Diharapkan oleh peneliti dengan menggunakan

  8 media audio visual akan lebih merangsang keberhasilan kemampuan menyimak. Hasil tersebut menjadi salah satu dasar pertimbangan peniliti ingin peningkatan dalam hasil belajar menyimak wawancara akan lebih meningkat apabila menggunakan media audio visual yang diharapkan akan lebih merangsang ketertarikan pada kegiatan menyimak wawancara dalam penelitian tindakan kelas.

B. Menyimak Wawancara 1. Pengertian Menyimak Wawancara

  Salah satu kemampuan berbahasa adalah kemampuan menyimak. Setiap orang dapat melakukan kegiatan menyimak. Menyimak dapat berlangsung jika ada bunyi lambang-lambang bahasa lisan yang didengar. Secara sederhana istilah menyimak dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan mendengarkan dengan baik-baik, memahami isi dan menangkap makna dari apa yang didengar.Tarigan (2015:31) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apersiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.Hermawan (2012:30) menyimak bukan hanya sekedar aktivitas mendengarkan, tetapi merupakan sebuah proses mendengarkan untuk memperoleh berbagai fakta, bukti atau informasi.Syamsul (2014:35) wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dan fakta.

  Sedangkan menurut Hendrikus (1991:114) wawancara adalah dialog antara para peliput berita dengan tokoh terkemuka mengenai masalah-masalah aktual atau masalah-masalah khusus yang menarik.Sanjaya(2010:96) wawancara atau interview diartikan sebagai teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisanbaik secara tatap muka atau melalui media. Moleong (2010: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan pewawancara dan terwawancara.

  Sedangkan menurut Esterberg dalamSugiyono (2015:317) wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab.

  Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulakan. Menyimak wawancara adalah kegiatan seseorang mendengarkan dengan penuh perhatian dan pemahaman. Dalam kegiatan menyimak wawancara seseorang akan memperoleh data, fakta dan informasi. Data, fakta dan informasi akan diungkapkan oleh narasumber diperoleh melalui tanya jawab antara pewawancara dan narasumber. Jadi menyimak bukanlah sekedar hanya mendengar, melainkan proses pemahaman untuk memahami sebuah pesan.

2. Tujuan Menyimak Wawancara

  Logan (1972) Shorpe (1979) dalam Tarigan (2015:60-61) berpendapat bahwa tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam antara lain :a) Memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran, dengan kata lain menyimak untuk belajar. b) Menyimak dengan pemahaman pada penikmatan sesuatu yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni) menikmati keindahan audial. c) Menyimak untuk mengevaluasi mengetahui baik buruk dan logis tidaknya sesuatu yang disimak. d) Menyimak agar dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimaknya misalnya (pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik, lagu, dialog, diskusi, atau perdebatan). e)Menyimak untuk mendapat ide-ide yang diperoleh dari sang pembicara. f)Menyimak dengan maksud untuk belajar seperti belajar bahasa asing. g)Menyimak dengan maksud dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

  h) Menyimak untuk menyakinkan diri terhadap sesuatu masalah.

  Tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menagkap isi, serta memahami makna yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran Tarigan (2015:35). Jadi situasi apapun harus diusahakan untuk selalu menentukan tujuan yang ingin didapatkan dari menyimak tersebut. Misalnya agar lebih memahami topik yang sedang dipelajari, atau agar mampu menangkap hasil simakan dengan lebih baik. Jadi dapat disimpulkan tujuan menyimak adalah, memeproleh informasi, memperoleh ide- ide dan mendapatkan hiburan seperti menyimak musik, lagu dan sebagainya. Syamsul (2014:33) wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak wawancara adalah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk memperoleh ide-ide, informasi dan fakta mengenai suatu masalah atau peristiwa yang disampaikan oleh narasumber.

3. Ragam Menyimak a. Menyimak Ekstensif

  Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran. Menyimak ekstensif tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru Brouthon (1978) dalam Tarigan (2015:41-40).Menyimak ekstensif berbeda dengan menyimak intensif. Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan secara bebas dan tidak perlu adanya bimbingan. Kegiatan menyimak ekstensif dilakukan tidak bersungguh-sungguh atau bisa dikatakan dengan menyimak kebetulan. Menyimak ekstensif bisa dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti kegiatan mendengar radio, percakapan orang berjalan di depan kita, pengumuman atau kegiatan yang kebetulan lainnya.

  b. Menyimak Sosial Menyimak sosial atau menyimak konversasional ataupun menyimak sopan.

  Menyimak sosial biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir Dawson (1963) dalam Tarigan (2015:40). Menyimak sosial bisa dikatakan juga kegiatan menyimak secara kebetulan. Menyimak sosial secara kebetulan tetapi dengan penuh perhatian. Seperti menyimak ketika ibu sedang membacakan sebuah cerita atau bisa ketika sedang bercengkrama dengan lawan bicara. Dalam menyimak sosial diharapkanmampu memberikan respon terhadap lawan bicara dengan sikap sopan dan perhatian penuh.

  c. Menyimak Sekunder

  Menyimak sekunder adalah menyimak sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan. Menyimak yang dilakukan tidak sengaja ketika sesorang sedang melakukan aktivitas dan mempengaruhi respon kita terhadap aktivitas yang sedang kita lakukan. Semisal menjadi bersemangat setelah mendengar musik yang didengar, atatu pun bisa menjadi marah ketika mendengar suara orang sedang bertengkar di luar rumah kita sedangkan hari sedang begitu panas menambah suasana hati menjadi tidak nyaman Dawson (1963) dalam Tarigan 2015:41).Menyimak sekunder ialah menyimak secara kebetulan. Tetapi menyimak sekunder berbeda dengan menyimak ekstensif dan menyimak sosial, walaupun menyimak sekunder sama-sama menyimak secara kebetulan namun menyimak sekunder mampu memberikan pengaruh terhadap penyimak. Seperti kegiatan mendengar musik yang mampu memberikan semangat mampu mempengaruhi semangat kita, sama halnya jika mendengarkan musik sedih respon kita juga bisa ikut bersedih.

  d. Menyimak Estetik

  Menyimak estetik ataupun yang disebut menyimak apresiatif adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak. Termasuk de dalam menyimak secara kebetulan : 1)Menyimak musik, puisi, pembacaan, atau drama radio dan rekaman-rekaman. 2)Menikmati cerita, puisi,teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa,atau aktor Dawson (1963) dalam Tarigan (2015:41).Menyimak estetik ialah kegiatan menyimak secara kebetulan. Menyimak estetik dikatakan menyimak kebetulan namun memiliki tujuan. Tujuan menyimak ekstetik ialah menyimak penuh apresiasi atau perhatian untuk memperhatikan bahan simakan.Seperti yang dijelaskan di atas yaitu kegiatan menyimak pembacaan puisi dan sebagainya. Jadi dalam menyimak estetik diharapkan memberi apresiasi terhadap bahan simakan.

  e. Menyimak Pasif

  Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa- gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa Nida (1957) dalam Tarigan (2015:41).Menyimak pasif merupakan kegiatan menyimak kebetulan yang tidak memiliki pengupayaan atau tujuan yang sadar. Menyimak pasif bisa dilakukan dalam kegiatan sehar-hari. Seperti kegiatan seseorang memiliki teman dari daerah yang berbeda. Setiap hari penyimak mendengarkan bahasa daerah yang tidak dikuasai pada awalnya. Selanjutnya beberapa tahun kemudian, karena seringnya mendengar bahasa daerah tersebut ia menjadi paham akan bahasa daerah yang sering ia dengar. Setelah memahami penyimak mampu menggunakan bahasa tersebut dalam keseharian.

  f. Menyimak Intensif

  Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara bebas dan lebih umum serta perlu di bawah bimbingan guru Broughton (1978) dalam Tarigan (2015:44).Menyimak intensif yaitu kegiatan menyimak yang bersungguh-sungguh dan penuh konsentrasi. Kegiatan menyimak dilakukan bukan karena kebetulan melainkan keinginan sendiri. Dalam kegiatan menyimak intensif akan mendapatkan informasi dan penuh pemahaman. Kegiatan menyimak ini perlu adanya bimbingan atau kontrol dari seorang guru semisal. Kegiatan ini seperti kegiatan pembelajaran di kelas, siswa menyimak yang disampaikan guru, dan ada gguru yang membimbing siswa daalm menyimak.

  g. Menyimak Kritis

  Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan dan kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat Dawson (1963) dalam Tarigan (2015:46).Menyimak kritis bukanlah menyimak secra kebetulan. Menyimak kritis yaitu menyimak yang memiliki tujuan. Menyimak kritis dapat diartikan menyimak untuk dapat mengomentari bahan simakan yang disampaikan pembicara. Seperti kegiatan sedang menyimak prsentasi yang disampaikan teman di kelas. Setelah menyimak presentasi penyimak mampu mengomentari kesalahan atau memberikan saran.

h. Menyimak Konsentratif

  Menyimak konsentratif yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang mencakup dalam menyimak konsertatif ini, yaitu: 1) Mengikuti petunjuk- petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan. 2) Mencari dan merasakan hubungan- hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab-akibat. 3) Mendapat atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.4) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam. 5) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran, ataupun pengorganisasiannya. 6) Memehami urutan ide-ide sang pembicara. 7) Mencari dan mencatat hal fakta-fakta penting Anderson (1972) Dawson(1963) dalam Tarigan (2015:49).Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang bukan secara kebetulan. Menyimak konsertatif ialah menyimak keinginan sendiri untuk melakukan kegiatan menyimak. Kegiatan menyimak ini bertujun untuk mendapapatkan informasi dan memahami ide-ide dari sangpembicara.

  Kegiatan menyimak ini seperti kegiatan menyimak di dalam kelas atau acara seminar.

i. Menyimak Interogatif

  Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi Dawson (1963) dalam Tarigan

  (2015:49).Menyimak interogatif adalah bukan kegiatan secra kebetulan. Kegiatan menyimak interogatif memiliki tujuan. Tujuanya untuk memberikan respon terhadap bahan simakan berupa mengajukan sebuah pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan bahan simakan. Kegiatan ini dapat berlangsung didalam kelas atau kegiatan menyimak yang dibutuhkan konsentrasi penuh.

4. Faktor Pengaruh Menyimak

  Tarigan (2015:105) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak :1). Faktor fisik: bahwa seseorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan dan kualitas dalam menyimak. 2). Faktor psikologis: faktor psikologi antara lain mencakup masalah-masalah mengenai prasangka, keegosentrisan, kepicikan, kebosanan, dan sikap yang tidak baik terhadap pembicara atau bahan pembicaraan. Namun dalam faktor psikologis juga terdapat faktor psikologis yang positif, misalnya tertarik pada bahan simakan, pembicara yang menarik hati akan membuat minat penyimak menjadi lebih tertarik dalam kegiatan menyimak. 3). Faktor pengalaman: pengalaman merupakan faktor penting dalam kegiatan menyimak. Kurangnya atau tiadanya minat pun merupakan pengalaman dalam bidang yang akan disimak itu. 4). Faktor sikap: sikap kita pada topik pembicaraan akan sangat berpengaruh dalam menyimak, karena jika kita minat dengan bahan pembicaraan maka sikap kita akan menyimak dengan baik, dan sebaliknya. 5). Faktor Motivasi: motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang dalam kegiatan menyimak. Seseorang akan berhasil menjadi penyimak yang baik jika memiliki motivasi dalam melakukan kegiatan menyimak, motivasi untuk memperoleh suatu hal yang baik dari hasil menyimak. 6). Faktor kelamin: jenis kelamin sangat berpengaruh dalam kegiatan menyimak, berikut penjelasan gaya menyimak pria dan wanita. Wanita lebih subjektif, sensitif, cenderung memihak dan simpatik. Sedangkan gaya pria menyimak lebih objektif, keras hati, rasional dan netral. 7). Faktor lingkungan: lingkungan berpengaruh bagi penyimak, jika lingkungan dalam kegiatan menyimak tidak nyaman maka kegiatan menyimak berlangsung tidak menyenangkan. Misalnya kegiatan menyimak di dalam kelas, apabila dalam proses pemebelajaran menyimak kondisi kelas ramai dan kotor, maka siswa dalam mengikuti kegiatan menyimak menjadi tidak nyaman. 8). Faktor peranan dalam masyarakat: kemauan menyimak dapat juga dipengangaruhi oleh peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya guru dan pendidik, memiliki ketertarikan menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-siaran radio atau televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan.

5. Jenis-jenis Wawancara

  Nurgiantoro (2010:96) wawancara dapat dibedakan menjadi 2. Wawancara menurut Nurgiantoro dijelaskan sebagai berikut. Wawancara secara terpimpin dan wawancara secara bebas. Wawancara terpimpin ialah wawancaa yang pihak pewawancara atau mengevaluasi telah menyiapkan sejumlah pertanyaan secara sistematis. Wawancara sebaiknya responden diberi kebebasan untuk menjawab berbagai pertanyaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasan di bawah ini:

a. Wawancara Terpimpin

  Dalam wawancara terpimpin pihak pewawancara atau mengevaluasi telah menyiapkan sejumlah pertanyaan secara sistematis. Demikian pula halnya dengan jawaban yang diharapkan dari responden juga sudah dipersiapkan sehingga dalam menjawab pertanyaan itu responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan. Wawancara terpimpin seperti wawancara dalam acara televisi. Wawancara yang menghadirkan artis sebagai narasumber dan diberi pertanyaan seputar kehidupannya. Namun dalam wawancara ini narasumber diberikan pilihan dalam menjawab prtanyaan-pertanyaan dari pewawancara, misal jawaban yang harus dipilih untuk menjawab iya atau tidak untuk mewakili jawaban dari pertanyaan- pertanyaan pewawancara.

b. Wawancara Bebas

  Dalam wawancara bebas sebaiknya responden diberi kebebasan untuk menjawab berbagai pertanyaan sesuai dengan pendapatnya. Wawancara bebas tanpa dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh pewawancara. Pewawancara tidak membuat aturan-aturan sehingga responden bebas menjawab sesuai dengan keingingannya tidak ditentukan oleh pewawancara.Wawancara bebas ialah seperti kegiatan wawancara seperti dalam acara talk show. Wawancara menghadirkan narasumber yang memiliki kisah atau perjalanan menarik. Dalam wawancara bebas pewawancara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada narsumber, dan narsumber memberika jawaban sesuka hatinya. Wawancara ini juga dilakukan ketika ingin mendapatkan informasi dan fakta dari seseorang yang penting seperti mewawancarai artis atau pejabat negara atau narasumber yang lain.

  Sedangkan menurut Syamsul (2014:36) wawancara ada beberapa macam, antara lain :

  1) Wawancara berita (news-peg interview), yaitu wawancara yamg dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi, atau pandangan in-terviewee tentang suatu masalah atau peritiwa. 2) Wawancara pribadi (personal interview), yaitu wawancara untuk memeperoleh data tentang diri-pribadi dan pemikiran interviewee. Berita yang dihasilkannya berupa profil interviewee, meliputi identitas diri, perjalanan hidupnya, dan pandangan-pandangannya.

  3) Wawancara eksklusif (exclusive interview), yaitu wawancara yang dilakukan seorang wartawan atau lebih (tetapi berasal dari satu media) secara khusus dengan

  interviewee, berkaitan dengan masalah tertentu di tempat yang telah disepakati bersama oleh pewawancara dan interviewe.

  4) Wawancara sambil lalu (casual interview), yaitu wawancara yang dilakukan tidak secara khusus, berlangsung secara kebetulan, tidak ada perjanjian terlebih dahulu.

  5) Wawancara keliling (man-in-the street interview), yaitu wawancara yang dilakukan seorang wartawan dengan menghubungi berbagai interviwee secara terpisah, yang satu sama lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis.

6. Standar Kompetensi Menyimak Wawancara

  Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada sekolah biasanya terbagi dalam empat aspek yakni menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Aspek yang difokuskan dalam penelitian ini adalah tentang keterampilan menyimak. Dalam Silabus Bahasa Indonesia untuk SMP dan MTs kelas VII yang diberlakukan oleh pemerintah dinyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia dibagi menjadi dua aspek, yaitu kemampuan kebahasaan dan kemampuan kesusastraan. Masing-masing aspek ini dibagi lagi menjadi empat sub aspek, yaitu : menyimak, berbicara, membaca, menulis.Menyimak dalam KTSP disebut juga sub aspek mendengarkan. Sub ini memiliki beberapa standar kompetensi, yaitu standar kompetensi aspek kebahasaan dan standar kompetensi aspek kesusastraan. Berikut ini standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) keterampilan menyimak wawancara yang dijadikan penelitian ini pada kelas VII semester 2 pada jenjang pendidikan SMP/MTs.

  a. Standar Kompetensi Memahami wacana lisan melalui kegiatan menyimak wawancara.

  b. Kompetensi Dasar Mampu menuliskan dengan singkat hal-hal penting dikemukakan oleh narasumber dalam wawancara.Jadi aspek yang dinilai menyimak didasarkan kompetensi dasar yang yang ditetapkan dalam kurikulum dan tujuan dari penilaian pembelajaran menyimak harus sesuai dengan kompetensi dasar khususunya dalam indikator. Dalam penelitian ini yaitu peneliti akan meneliti kemampuan mengungkapkan kembali menyimak wawancara pada siswa kelas VII H di SMP N 4 Purwokerto. Siswa dianggap berhasil dalam mengungkapkan kembali menyimak wawancara apabila siswa mampu memenuhi aspek penilaian yang telah ditentukan.

  Aspek penilaian yang ditentukan terdiri atas aspek pemahaman isi informasi, detail isi, penggunaan bahasa dan tanda baca hasil kerja siswa dalam lembar evaluasi.

C. Media Pendidikan 1. Pengertian Media Pendidikan

  Kata “media” berasal dari bahasa Latin medius yang berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Gerlach (2005) dalam Arsyad (2007:3) mengatakan bahwa media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

  Dalam proses pembelajaran, media sering diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memeproses dan menyusun kembali informal visual atau verbal.Menurut Briggs (1970) dalam Sadiman (2009:6) berpendapat bahwa media adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar sama halnya pendapat menurut Hamalik (1986:15) media merupakan alat komunikasi guna mengefektifkan proses pembelajaran.

  Menurut Smaldino (2011:7) Media merupakan perantara atau sarana komunikasi yang membawa informasi. Sedangkan menurut Kurniawan (2013:70) media pembelajaran adalah sarana, alat, atau bahan yang digunakan dalm pembelajaran dengan tujuan sebagai bahan, sarana, dan alat bantu siswa dalam memahami materi belajar.

  Dari beberapa pendapat ahli mengenai media pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat fisik atau bahan perantara penyampaian pesan dan informasi secara efektif. Media pembelajaran mampu merangsang siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran. Mampu membangkitkan semangat siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajarann. Media pembelajaran juga untuk mencapai tujuan pendidikan yang inovasi. Dengan menggunakan media maka pembeljaran menjadi lebih menarik dan efektif.

2. Jenis Media

  Leshindalam Arsyad (2007:81) mengelompokan kedalam lima jenis sebagai berikut: a) Media berbasis manusia. b) Media berbasis cetak. c) Media berbasis visual. d)Media berbasis audio-visual, yakni video, film, telelvisi. e) Media berbasis komputer. Sedangkan menurut Bretz dalam Sadiman (2009) membagi media dalam delapan jenis media, yakni : a) Media audio visual gerak. b) Media audio visual diam.

  c) Media audio semi gerak. d) Media visual gerak. e) Media visual diam. f) Media semi gerak. g) Media audio. h) Media cetak. Dari pendapat para ahli mengenai jenis- jenis media dapat disimpulkan. Bahwa seiring perkembangnya teknologi penggunaan media pembelajaran semakin bervariasi. Semua hal dapat dijadikan media dalam pembelajaran, namun harus sesuai dengan kebutuhan. Dari mulai media berbasis manusia contohnya guru atau instruktur. Media visual seperti bagan, grafik, dan pemandangan alam. Media audio yakni rekaman, radio. Media cetak yakni buku, modul dan sebagainya. Selanjutnya media audio visual seperti video, atau tayangan televisi.

3. Prinsip Memilih Media

  Menurut Kurniawan (2013: 87) mengatakan bahwa memilih media belajar harus ada 4 prinsip yang harus dilandasi : a) Media belajar harus terjangkau, tidak harus mahal. b) Media belajar sesuai dengan karakterisitik materi belajar yang akan disampaikan. c) Media belajar harus menarik. d) Media belajar harus akrab dengan kehidupan siswa dan tidak membahayakan serta bertentangan dengan norma yang ada.

  Sedangkan menurut Arsyad (2007: 75) yang harus diperhatikan dalam memilih media antara lain : a) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. b) Media harus selaras dengan kebutuhan pembelajaran. c) Media yang praktis karena media yang mahal dan memakan waktu lama bukan jaminan sebagai media yang terbaik. d) Media mudah digunakan. e) Media yang digunakan adalah media yang efektif untuk kelompok besar, sedang atau kecil. f)Media harus memiliki kualitas baik semisal media visual maka gambar yang disajikan harus jelas dan baik. Dari pendapat di atas mengenai prinsip pemilihan media dapat disimpulkan, bahwa dalam tujuan pembelajaran perlu adanya media yang mendukung proses berjalannya pembelajaran. Memilih media juga harus memperhatikan seberapa penting dan efektifnya penggunaan media. Memilih media yang mahal dan lama dalam waktu pembuatannya tidak menjamin keberhasilan atau keselarasan dalam pembelajaran, yang terpenting dalam memilih media harus seuai dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran itu sendiri.

D. Media Video

  Menurut Azhar Arsyad (2007: 49) video adalah gambaran suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video memiliki daya tarik sendiri dalam melukisakan gamabar hidup dan suara. Video digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan memperngaruhi sikap. Sussell dan Lowther dalam Smaldino (2011: 404) juga mengungkapkan bahwa video dalam durasi beberapa menit menyediakan fleksibelitas maksimum bagi guru dan meningkatkan pembelajaran secara spesifik terkait dengan kebutuhan siswa. Sedangkan menurut Nugent dalam Smaldino (2011: 404) Video digunakan guru untuk memperkenalkan sebuah topik, menyajikan konten, menyediakan perbaikan, dan meningkatkan pengayaan. Media video termasuk ke dalam media audio visual, media audio visual menurut Anitah (2008:49) yaitu media yang dapat dilihat dan juga diperdengarkan.

  Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan. Media video ialah untuk menyajikan sebuah gambaran dari suatu topik, informasi yang ditayangkan untuk memperjelas siswa terhadap materi yang diajarkan. Media video ini dapat membantu guru dalam menerangkan materi konsep-konsep yang rumit kepada siswa menjadi lebih mudah dengan tayangan media video. Walaupun dengan durasi hanya beberapa menit namun media video mampu memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran dalam penyampaian materi.Penggunaan video ini didasarkan pada pendapat Baugh dalam Arsyad (2007:10) yang mengemukakan bahwa belajar dengan menggunakan indera ganda, pendengaran dan pandangan akan lebih memberikan keuntungan bagi siswa dalam pembelajaran. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indra dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya. Sementara Dale dalam Arsyad (2007:10) memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui indra pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya 12%.

E. Acara ” Kick Andy”

  Acara “Kick Andy” merupakan program acarawawancara yangmenarik yang ditayangkan di televisi. Acara yang menghadirkan narasumber, ahli dalam bidangnya atau tema yang sudah ditentukan. Program ini disajikan secara menarik mulai dari tema yang bervariasi, narasumber yang menginspirasi dan pembawaan pewawancara yang membawakan acara dengan bahasa yang baik, mudah dipahami dan terkadang membuat suasana lucu.Acara yang ditayangkan di Metro Tv yang dipandu oleh Andy F. Kick Andy tayang setiap hari jumat pukul 20.05 WIB dan tayangan ulangnya dapat disaksikan pada hari Minggu pukul 13.05 WIB. Tak jarang narasumber yang didatangkan dari tempat terpencil yang karya dan kisah hidupnya menjadi inspirasi banyak orang. Sehingga acara ini layak untuk dijadikan sebagi tontonan disetiap usia, bahkan untuk dijadikan sebuah media pembelajaran karena memiliki kelebihan dalam mengangkat tema yang selalu menginspirasi siswa dalam pembelajaran.

  Talk show ialah program wicara. Program di televisi yang menyajikan

  pembicaraan sesuatu permasalahan atau hal menarik. Membicarakan sesuatu yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat, program ini termasuk wawancara yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, tokoh yang diundang untuk dapat mengemukakakan pendapatnya Wibowo (2007:67-81). Program talk show wawancara yang baik di televisi memerlukan persiapan-persiapan yang cukup banyak. Persiapan dalam menyajikan program tersebut agar penonton yang hadir dan menyaksikan talk

  

show memperoleh sesuatu yang sungguh-sungguh berguna dan penonton tidak merasa

bosan dan ditinggalkan penonton.

  F.

  

Kriteria Penilaian Kemampuan Mengungkapkan Kembali Menyimak

Wawancara

  Dalam penelitian ini untuk menguji kemampuan mengungkapkan kembali menyimak wawancara siswa kelas VII H SMP Negeri 4 Purwokerto tahun pelajaran 2015-2016. Peneliti menetapkan sebuah pedoman penilaian. Peneliti memodifikasi pedoman penilaian menurut Nurgiantoro (2010:367 ). Peneliti memofifikasi untuk lebih memperjelas peneliti dalam menilai evaluasi siswa. Peneliti mengambil 4 aspek untuk menilai hasil evaluasi siswa. Berikut tabel pedoman penilaian kriteria menyimak :

Tabel 2.1 Kriteria penilaian menyimakTabel 2.2 Pedoman penilaian kemampuan mengungkapkan kembali menyimak

  2

  3

  4

  5

  Teks hasil menyimak wawancara cukup detail

  Teks hasil menyimak wawancara sangat detail sesuai dengan video wawancara. (10-9). Teks hasil menyimak detail sesuai dengan video wawancara.(8-7)

  1 Pemahaman detail isi teks hasil menyimak wawancara

  Skor tertinggi

  Dinilai Deskripsi Skor Bobot

  No Aspek yang

  

wawancara

  Tabel di atas ialah penelitian menurut Nurgiantoro(2010:367) yang menjelaskan kriteria penilaian menyimak. Dari tabel kriteria menyimak di atas, peneliti memodifikasi penilaian untuk diterapkan dalam penelitian. Peneliti mengambil beberapa aspek dari peneltian di atas sebagai acuan penilaian. Peneliti memilih aspek pemahaman detail, pemahaman isi, ejaan, dan menambahkan penggunaan bahasa baku. Penggunaan bahasa baku untuk menilai penggunaan bahasa pada lembar kerja siswa. Penilaian ini juga menyangkut penggunaan ejaan atau tanda baca yang digunakan siswa pada penulisan pada lembar kerja siswa.

  No Aspek yang Dinilai Tingkat Kefasihan

  7 Kebermaknaan penuturan Jumlah Skor :

  6 Ejaan dan tata tulis

  5 Ketepatan struktur kalimat

  4 Ketepatan diksi

  3 Ketepatan Organisasi teks

  2 Pemahaman detail isi teks

  1 Pemahaman isi teks

  5

  4

  3

  2

  1

  10 Aspek yang Skor

  No Deskripsi Skor Bobot Dinilai tertinggi sesuai dengan video wawaancara.(6-5).

  2 Teks hasil menyimak wawancara kurang sesuai dengan video wawancara.(4-

  1 3). Teks hasil menyimak wawancara tidak sesuai dengan video wawancara.(2- 1)

  2 Pemahaman isi

  5 Isi informasi semuanya informasi sangat sesuai dengan video wawancara.(6)

  4 Isi informasi semuanya sesuai dengan video wawancara.(5)

  2

  10

  3 Isi informasi cukup sesuai dengan video wawancara.(4)

  2 Isi informasi kurang sesuai dengan video wawancara.(3)

  1 Isi informasi tidak sesuai dengan video wawancara.

  3 Penggunaan

  5 Penggunaan bahasa baku bahasa baku sudah sangat benar dalam dalam penulisan laporan penulisan penulisan menyimak wawancara laporan

  4 Penggunaan bahasa baku, menyimak sudah benar dalam penulisan wawancara leporan menyimak wawancara.

  3 Penggunaan bahasa baku, belum cukup benar dalam

  1

  5 penulisan laporan menyimak wawancara

  2 Penggunaan bahasa baku, kurang benar dalam penulisan laporan menyimak wawancara.

  1 Penggunaan bahasa baku tidak benar dalam penulisan laporan menyimak wawancara Aspek yang Skor

  No Deskripsi Skor Bobot Dinilai tertinggi

  4 Penggunaa Penggunaan ejaan dan tanda

  5 ejaan dan baca sudah sangat benar tanda baca dalam penulisan hasil dalam menyimak wawancara penulisan hasil

  4 Penggunaan ejaan dan tanda menyimak baca sudah benar dalam wawancara penulisan hasil menyimak wawancara.

  3 Penggunaan ejaan dan tanda baca belum cukup benar

  1

  5 dalam penulisan hasil menyimak wawancara.

  2 Penggunaan ejaan dan tanda kurang benar dalam penulisan hasil menyimak.

  1 Penggunaan ejaan dan tanda baca tidak benar dalam penulisan hasil menyimak wawancara.

  Skor maksimal

  30 Skor maksimal = 30 Nilai = x 100

  Dari tabel di atas dijelaskan bahwa penilaian dalam menganalisis hasil pekerjaan siswa dalam kemampuan mengungkapkan kembali menyimak wawancara terdiri dari empat aspek penilaian. Aspek penilaian kemampuan mengungkapakan kembali menyimak wawancara yang pertama ialah aspek penilaian pemahaman detail isi. Penilaian detail isi untuk menilai butir pertama. Jika siswa mampu menuliskan 10 sampai 9 hal-hal penting yang disampaikan narasumber skornya 5, jika menuliskan 8 sampai 7 skornya 4, 6 sampai 5 skornya3, 4 sampai 3 skornya 2, dan jika hanya menyebutkan hal-hal penting yang disampaikan narasumber 2 sampai 1, hanya mendapatkan skor 1. Aspek ini memiliki bobot 2. Jadi skor yang didapat akan dikalikan 2.Aspek penilaian yang kedua ialah aspek penilaian pemahaman isi untuk butir soal kedua. Aspek kedua ini memiliki skor kriteria. Jika siswa mampu menuliskan 6 hal penting dalam menjawab butir soal kedua maka skor yang didapat adalah 5. Jika menuliskan 5 skornya ialah 4, jika 4 skornya 3, jika menuliskan 3 hal- hal penting yang disampaikan narasumber maka skornya 2, namun jika hanya menyebutkan 2 atau 1 hanya akan mendapat skor 1. Aspek ini memiliki bobot penskoran 2, jadi nantinya hasil skor akan dikali 2. Aspek yang ketiga adalah aspek penilaian kemampuan mengungkapkan kembali menyimak wawancara adalah aspek penggunaan bahasa baku dalam penulisan hasil kerja siswa, skor 5 jika ada 1 kesalahan penggunaan bahasa baku, skor 4 jika ada 2 kesalahan, skor 3 jika 3 kesalahan, skor 2 jika 4 kesalahan, dan skor 1 jika ada 5 kesalahan penulisan penggunaan bahasa baku pada lembar kerja siswa.

  Aspek selanjutnya ialah aspek penggunaan ejaan dan tanda baca. Penilaian ini digunakan untuk menilai penulisan hasil kemampuan mengemukakan kembali menyimak wawancara. Skor pertama pada aspek ini adalah skor 5 untuk 1 kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca. Skor 4 untuk 2 sampai 3 kesalahan, skor 3 jika ada 4 sampai 5 kesalahan, skor 2 untuk 6 sampai 7 kesalahan, dan skor 1 untuk 8 kesalahan atau lebih dalam penulisan pada lembar kerja siswa. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca dalam penulisan kemampuan mengungkapkan kembali menyimak wawancara memiliki bobot penilaian hanya 1, jadi skor yang diperoleh akan dikalikan 1. Aspek ini berkaitan dengan penggunaan tanda baca seperti koma, titik, tanda seru, atau huruf yang digunakan pada awal kalimat, penggunaan huruf pada penulisan nama orang atau pemenggalan kata pada penulisan menunjukan keterangan tempat.

  G. Kerangka Berpikir

  Kemampuan menyimak wawancara di SMP N 4 Purwokerto pada siswa kelas

  VII H masih rendah. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran menyimak guru belum menerapkan pembelajaran menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran menyimak. Dengan pembelajaran menyimak wawancara menggunakan media video acara

  ”Kick Andy”, siswa akan termotivasi. Penggunaan media dalam pembelajaan siswa akan tertarik mengikuti pembelajaran menyimak.Berdasarkan uraian tersebut peneliti tersebut ingin meningkatkan kemampuan menyimak wawancara dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

  ”Peningkatan Kemampuan Menyimak Wawawncara dengan Media Video Acara “Kick Andy” Siswa Kelas VII H SMP Negeri 4 Purwokerto Tahun Pelajaran 2015/2016”.

  H. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya.

  Berdasarkan kerangka berpikir di atas diajukan hipote sis “Media Video Acara “Kick Andy

  ” dapat meningkatkan kemampuan menyimak wawancara siswa kelas VII H SMP N 4 Purwokerto pada siswa kelas VII H Tahun Pelajaran 2015/2016.