BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori - PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR HOTEL, RESTORAN DAN PARIWISATA YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2016 - UMBY repository

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

  1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2013). Secara umum laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut (Sujarweni, 2017).

  Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi para pemakain laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi (Hery, 2015).

  2. Jenis Laporan Keuangan Menurut Sujarweni (2017), “ Dalam praktiknya, secara umum ada lima jenis laporan keuangan yang bisa disusun, yaitu: a. Neraca yaitu laporan yang menggambarkan posisi keungan dari suatu perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada suatu saat tertentu. b. Laporan laba rugi Yaitu laporan mengenai pendapatan, beban dan laba atau rugi suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.

  c. Laporan perubahan ekuitas Yaitu laporan yang menjadikan perubahan modal karena penambahan dan pengurangan dari laba/rugi dan transaksi pemilik.

  d. Laporan arus kas Yaitu laporan yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Laporan arus kas memberi gambaran penggunaan kas pada tiga bagian aktivitas dari sebuah perusahaan yang berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran kas. Tiga bagian dalam aktivitas dalam laporan arus kas bagian yaitu kas dari aktivitas operasi, kas dari aktivitas investasi, kas dari aktivitas pendanaan.

  3. Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2017) agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan dapat mencapai target yang telah direncanakna sebelumnya atau tidak. Analisis laporan keuangan merupakan suatu metode yang membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan melalui informasi yang didapat dalam laporan keuangan (Hery, 2015). Menurut Harahap (2015) analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan yang lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

  4. Rasio Keuangan

a. Pengertian Rasio Keuangan

  Menurut Kasmir (2017) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antar satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka angka yang diperbandingkan dapat dalam satu periode maupun beberapa periode. Hasil rasio keuangan ini untuk menilai hasil kinerja manajemen apakah dapat menilai kemampuan manajemen dan memperedayakan sumber perusahaan secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebuah evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan kedepan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Menurut Hery (2015) rasio keungan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

b. Rasio Likuiditas

  Menurut Kasmir (2017) rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang berupa hutang-hutang jangka pendek (Sujarweni, 2017). Rasio likuiditas terdiri dari:

1) Rasio lancar ( Current Ratio)

  Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk memukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia. Dengan kata lain, rasio lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar. (Hery, 2015). Rumusnya yaitu: Rasio Lancar = Sumber Hery (2015) Analisis Laporan keuangan

2) Quick Ratio (Rasio Lancar)

  Merupakan rasio yang diguakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid (Sujarweni, 2017). Rumusnya yaitu: Rasio Lancar = Sumber Sujarweni (2017) Analisis Laporan keuangan

3) Cash Ratio (Rasio Kas)

  Merupakan rasio yang diguakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank (Sujarweni, 2017). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio kas:

  Rasio kas = Sumber Hery (2015) Analisis Laporan keuangan

c. Rasio Profitabilitas

  Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini dapat dibedakana menjadi dua jenis yaitu rasio tingkat pengembalian atas investasi dan Rasio Kinerja Operasi. Rasio Tingkat Pengembalian atas Investasi adalah rasio yang digunakan untuk menilai kompensasi finansial atas penggunaan aset atau ekuitas terhadap laba bersih (laba setelah bunga dan pajak). Rasio ini terdiri atas:

1) Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets)

  Merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas penggunaan aset perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rumusnya yaitu:

  Return on Assets =

  Sumber Hery (2015) Analisis Laporan keuangan

  2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)

  Merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas penggunaan ekuitas perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rumusnya yaitu:

  Return on Equity =

  Sumber Hery (2015) Analisis Laporan keuangan

  3) Margin Laba Kotor ( Gross Profit Margin)

  Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya presentase laba kotor atas penjualan bersih. Rumusnya yaitu:

  Gross Profit Margin =

  Sumber Hery (2015) Analisis Laporan keuangan

  4) Margin Laba Operasional ( Operating Profit Margin)

  Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya presentase laba operasional atas penjualan bersih. Rumusnya yaitu :

  Operating Profit Margin =

  Sumber Hery (2015) Analisis Laporan keuangan

5) Margin Laba Bersih ( Net Profit Margin)

  Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya prsentase laba bersih atas penjualan bersih. Rumusnya yaitu :

  Net Profit Margin =

  Sumber Hery (2015) Analisis Laporan keuangan

d. Rasio Penilaian atau Rasio Ukuran Pasar

  Merupakan rasio yang digunakan untuk mengestimasi nilai intristik perusahaan (nilai saham). Rasio ini terdiri atas :

1) Laba Per Lembar Saham Biasa ( Earning Per Share)

  Menurut Kasmir (2017) rasio laba per lembar saham merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebalinya dengan rasio yang tinggi kesejahteraan pemegang saham meningkat. Menurut Hery (2015) rasio per lembar saham merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Rasio ini menunjukan ketertarikan antara jumlah laba bersih dengan bagian kepemilikan pemegang saham dalam perusahaan investasi. Rumusnya yaitu:

  Earning Per Share = Sumber: Syahrial dan Purba (2013) Analisis Laporan Keuangan.

  2) Rasio Harga terhadap Laba ( Price Earning Ratio)

  Merupakan rasio yang menunjukan hasil perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan dengan laba per lembar saham. Lewat rasio ini, harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tesebut dalam setahun (Hery, 2015) Rumusnya yaitu:

  Price Earning Ratio = x100%

  Sumber : Syahrial dan Purba (2013) Analisis Laporan Keuangan

  3) Imbal Hasil Dividen ( Dividend Yield)

  Merupakan rasio yang menggunakan hasil perbandingan antara dividen tunai perlembar saham dengan harga pasar perlembar saham. Rasio ini digunakan untuk mengukur return (imbal hasil) atas investasi saham. Lewat rasio ini, investor dapat mengukur besaran dividen yang dibagikan terhadap nilai investasi yang telah ditanamkannya. Bagi emiten dividend yield dapat digunakan sebagai ukuran daalam menetapkan kebijakan dividen. (Hery,

  Dividend Yield = x 100%

  Sumber: Syahrial dan Purba (2013) Analisis Laporan Keuangan

  4) Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio )

  Merupakan rasio yang menunjukan hasil perbandingan antara dividen tunai per lembar saham dengan laba per lembar saham.

  Rasio ini menggambarkan jumlah laba dari setiap lembar saham yang dialokasikan dalam bentuk dividen. Sama hal nya dengan

  dividend yield , rasio ini juga dapat digunakan sebagai salah satu

  proksi (pendekatan) dalam menetapkan kebijakan dividen, yaitu suatu pengambilan keputusan oleh emiten mengenai besarnya dividen tunai yang akan dibagikan oleh pemegang saham (Hery: 2015). Rumusnya yaitu:

  = Sumber: Syahrial & Purba (2013) Analisis Laporan Keuangan

  5) Rasio Harga terhadap Nilai Buku ( Price to Book Value Ratio)

  Merupakan rasio yang menunjukan hasil perbandingan antara harga pasar perlembar saham dengan nilai buku perlembar saham. Rasio ini diguanakan untuk mengukur tingkat harga saham apakah

  overvalued atau undervalued. Semakin rendah nilai PBV sutau

  saham maka saham tersebut dikategorikan under

  valued , dimana sangat baik untuk investasi jangka panjang. Namun kualitas dan kinerja fundamental emiten. Oleh sebab itu nilai PBV juga harus dibandingkan dengan PBV saham emiten lain dalamindustri yang sama. Apabila terlalu jauh perbedaannya maka sebaiknya perlu dianalisis lebih lanjut. (Hery, 2015) Rumusnya yaitu: Sumber: Syahrial & Purba (2013) Analisis Laporan Keuangan

  5. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan aktivitas untuk menganalisis laporan keuangan dengan cara membandingkan satu akun dengan akun lainnya yang ada dalam laporan keuangan, perbandingan tersebut bisa antar akun dalam laporan keuangan neraca maupun rugi laba (Sujarweni, 2017). Analisis Rasio merupakan bagian analisis keuangan. Analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan (Hery, 2015).

  6. Pasar Modal Berkembangnya suatu perusahaan berimplikasi pada bertambahnya kebutuhan sumber dana yang semakin besar. Oleh karena itu, perusahaan harus lebih giat untuk mencari tambahan sumber dana perusahaan. Salah satu cara mendapatkan sumber dana dari luar perusahaan adalah melalui pasar modal.

  Menurut Samsul (2006) secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara perminntaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun.

  Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualannya tersebut nantinya akan di gunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. (Fahmi: 2015)

  Menurut Hartono (2016) pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di pasar uang (misalnya bank komersial). Pasar modal merupakan saran perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham yang mengeluarkan obligasi.

  Menurut Samsul (2006) bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran, dan produk turunan yang biasa disebut derivative. Contoh produk derivative di pasar modal adalah indeks harga saham dan indeks kurs obligasi.

  Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bias diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik diterbitkan oleh pemerintah, public authorithies, maupun perusahaan swasta. (Husnan, 2015).

  Pasar modal memiliki peranan penting yaitu sebagai tempat penyaluran dana dari investor (pihak yang kelebihan dana) kepada perusahaan (pihak yang kekurangan dana) yang sudah go public. Tanpa adanya pasar modal, maka akses penyaluran dana tersebut kurang efisien. Sehingga perusahaan harus menanggung sendiri atas modal yang terus bertambah seiring berkembangnya perusahaan dan pada akhirnya akan mengganggu kegiatan perekonomian perusahaan.

  Disisi investor pasar modal mempunyai berbagai pilihan untuk berinvestasi sesuai dengan preferensi risiko mereka. Tanpa adanya pasar modal, maka para investor hanya bisa menginvestasikan dana mereka ke lembaga perbankan (selain alternatif investasi pada real

  ). Dengan adanya pasar modal maka para investor memilik

  assets

  alternatif investasi sesuai dengan resiko yang bersedia untuk mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan.

  7. Saham

a. Pengertian Saham

  Menurut Fahmi (2015) definisi saham adalah sebagai Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang di jelaskan kepada setiap pemegangnya. Persediaan yang siap untuk di jual. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS) (Samsul, 2006). Menurut Hartono (2016) saham (stock) adalah hak kepemilikan perusahaan yang dijual. Jika perusahaan hanya mengelurakan satu kelas saham saja, saham ini desebut dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas yang lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferen (preferred stock).

  b. Jenis Saham

  Menurut Hartono (2016) saham (stock) terdapat tiga jenis saham yaitu: 1) Saham Biasa (common stock)

  Saham biasa adalah saham yang mana jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham. Saham biasa sendiri memiliki hak untuk pemegangnya diantara hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, dan hak preemptif (hak presentasi).

  2) Saham Preferen (preferred stock) Saham preferen merupakan saham yang sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Pada saham ini sendiri memiliki banyak keistimewaan.

  3) Saham Treasuri (treasury stock) Saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.

  c. Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham

  Pada dasarnya semua bentuk investasi mengandung peluang tabungan dan deposito di bank memiliki risiko yang kecil karena tersimpan aman di bank, tetapi kelemahannya adalah mempunyai peluang keuntungan yang kecil dibanding dengan investasi saham. Investasi di properti misalkan rumah atau tanah, semakin lama harganya semakin tinggi, namun memiliki likuiditas yang kecil.

  Sedangkan jika berinvestasi emas, kita akan bergantung pada fluktuatif harga emas. Begitu juga dengan investasi saham, mempunyai potensi keuntungan dan risiko sesuai dengan prinsip investasi yaitu high, risk hight return, low risk low return. Semakin tinggi potensi keuntungan yang akan terjadi, maka semakin tinggi pula risiko kerugian yang mungkin terjadi, demikian pula sebaliknya. Khusus untuk investasi saham, peluang keuntungan yang mungkin akan terjadi antara lain:

  1) Dividen Menurut Hadi (2013) dividen merupakan keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham yang bersumber dari kemampuan emiten untuk mencetak laba bersih dari operasinya. Laba bersih dimaksud adalah pendapatan bersih setelah pajak (income after tax). Pembagian dividen berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividend yang dibagikan emiten kepada pemegang saham dapat berupa dividen tunai (cash

  dividend ) yang berarti setiap pemegang saham diberikan deviden deviden saham (stock deviden) yang berarti setiap pemegang saham diberikan saham baru dalam porsi tertentu.

  2) Keuntungan Modal (capital again) Menuruh Hadi (2013) capital again merupakan keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga jual dengan harga beli (harga jual lebih tinggi daripada hasil beli).

  Kerugian investasi dalam bentuk saham yaitu apabila investor menjual saham pada harga yang lebih rendah dari pada harga saat membeli saham yang dinamakan capital loss. Menurut Hadi (2013)

  

capital loss merupakan kerugian yang dialami oleh para investor

  dari selisih harga beli dan harga jual (harga beli lebih tinggi dari pada harga jual). Dan apabila emiten mengalami kerugian, maka para pemegang saham tidak akan menerima deviden diakhir perioede tersebut. Selain itu terdapat risiko terbesar dalam investasi saham yaitu risiko likuidasai, dimana emiten dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau dibubarkan. Dalam hal ini para pemegang saham mendapat prioritas pengembalian paling akhir setelah semua kewajiban emiten terpenuhi. Jika terdapat sisa setelah memenuhi kewajiban, maka sisa tersebut akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham secara proporsional.

  8. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

  Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama yaitu mencari keuntungan atas investasi tersebut.

  Salah satu keuntungan investasi saham yaitu mendapatkan capital

  again yang berasal dari selisih harga saat membeli saham dengan

  harga saat menjual saham, dimana harga saham saat dijual lebih tinggi dibanding harga saham saat dibeli. Harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran terhadap saham itu sendiri di pasar, sehingga harga saham memiliki keterkaitan dengan pasar suatu saham. Semakin banyak investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan (permintaan), sedangkan sedikit investor yang ingin menjual saham tersebut (penawaran) maka harga saham tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya juga semakin tinggi investor ingin menjual saham tersebut (penawaran), sedangkan semakin sedikit investor yang ingin membeli saham (permintaan) maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Menurut Widiatmojo (2012) Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut dicantumkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC

  (Over the counter market )

  b. Macam-macam Harga Saham

  Darmadji dan Fakhrudin (2011) mengelompokkan harga saham di pasar modal sebagai berikut: 1) Previous price adalah harga suatu saham pada penutupan hari sebelumnya di pasar saham.

  2) Opening price adalah harga saham pertama kali di saat pembukaan sesi 1 perdagangan.

  3) Highest price adalah harga tertinggi suatu saham yang pernah terjadi dalam periode perdagangan hari tersebut.

  4) Last price adalah harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. 5) Change price adalah harga yang menunjukan selisih antara opening price dan last price.

  c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

  Harga saham selalu mengalami fluktuatif, pergerakan baik kenaikan maupun penurunan harga saham. Harga saham dipasar modal dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut. Semakin banyak orang membeli saham suatu perusahaan, maka harga saham perusahaan tersebut akan cenderung mengalami penurunan. Menurut Arifin (2007), faktor-faktor yang menjadi pemicu fluktuasinya saham adalah:

  1) Kondisi fundamental emiten

  Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakinbaik kerja emiten maka semakin bak pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Untuk mengetahui kondisi emiten dalam posisi baik tu buruk, kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio keuangan.

  2) Hukum permintaan dan Penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran berada pada urutan kedua setelah faktor fundamental, karena begitu investor tahu kondisi fundamental perusahaan, tentunya mereka akan melakukan transaksi baik menjual membeli saham perusahaan tersebut.

  Transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuatif harga saham.

  3) Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI) Suku bunga ini penting untuk di perhitungkan, karena pada umumnya investor saham selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi kondisi fundamental perusahaan, karena hampir semua perusahaan yang terdaftar di bursa mempunyai pinjaman bank.

  4) Valuta asing Dalam perekonomian global dewasa ini, hampir tidak ada satupun pengaruh valuta asing, khususnya terhadah US dollar. Ketika dolar naik para investor akan berbondong-bondong menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dolar, otomatis harga saham akan menurun.

  5) Dana asing di bursa Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada kecenderungan transaksi saham sedikit tergantung pada investor asing tersebut.

  6) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Sebenarnya indeks harga saham gabungan lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi, dan menjadi ukuran kenaikan atau penurunan harga saham.

  9. Analisis Sekuritas Analisis sekuritas dapat digunakan untuk memprediksi harga saham yang akan datang. Analisis sekuritas ini sangat penting bagi para investor. Menurut Husnan (2015) teknik analisis yang digunakan dalam penilaian harga saham ada dua, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

  a. Analisis Fundamental (Fundamental Analysis) mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental mempelajari aspek-aspek fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan deviden, kekayaan, biaya, dan evaluasi manajemen perusahaan yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.

  b. Analisis Teknikal (Technical Analysis) Husnan (2015) analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah harga saham mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang.

B. Penelitian Terdahulu

  Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh rasio yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, yang nantinya penelitian tersebut akan dijadikan

  Viandita dkk, 2013 mengenai pengaruh debt ratio, price earning ratio,

  

earning per share , dan size terhadap harga saham pada perusahaan industri

  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Hasil penelitiannya secara simultan variebel debt ratio, price earning ratio, earning per share dan

  

size mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara

  parsial hanya variabel earning per share saja yang berpengaruh terhadap harga saham.

  Suharno 2016, mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial variabel return on assets, total assets turn over, price earning ratio berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan variabel current ratio dan

  

debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Secara

  simultan current ratio, return on assets, total assets turn over, price

  

earning ratio, debt to equity ratio bersama-sama berpengaruh terhadap

harga saham.

  Wuryaningrum dan Budiarti 2015, mengenai pengaruh rasio keuangan

terhadap harga saham perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2012-2014. Hasil penelitiannya menunjukkan secara parsial current ratio,

debt to asset ratio,return on equity, earning per share berpengaruh terhadap

harga saham, sedangkan variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap

harga saham. Secara simultan current ratio, debt to asset ratio, return on equity,

earning per share, debt to equity ratio berpengaruh terhadap harga saham.

  Setiyawan (2014), mengenai pengaruh Current Ratio, Inventory

  

Turnover , Time Interest Earned dan Return On Equity terhadap harga

  saham pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI 2009-2012. Hasil penelitian tersebut menunjukkan Current ratio,

  

Inventory Turnover, Time Interest Earned dan Return On Equity secara

parsial dan simultan berpengaruh terhadap harga saham.

  Gerald, dkk (2017), mengenai pengaruh return on asset (ROA), Return

  

On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share

  (EPS) terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 di BEI tahun 2013-2016. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa return on assets dan return on equity tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Net prof margin dan earning per share berpengaruh terhadap harga saham.

  Hermawanti dan Hidayat (2016), mengenai pengaruh earning per

  

share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equtity (DER), Return

on Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham.

  Studi kasus pada perusahaan Go Public Sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Hasil penelitian menunjukkan

  

Earning Per Share (EPS), Return on Assets (ROA), dan Return On Equity

  (ROE) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan Price

  

Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial tidak

  berpengaruh terhadap harga saham. Secara simultan Earning Per Share

  

Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga

saham.

  Mujiono dan Prijati 2017, mengenai pengaruh current ratio, debt to

  

equity ratio , return on asset, dan earning per share, terhadap harga saham

  perusahaan food and beverages 2013-2015. Secara simultan variabel

  

current ratio , debt to equity ratio, return on asset, dan earning per share

  berpengaruh terhadap harga saham perusahaan food and beverages 2013- 2015. Secara parsial variabel current ratio, return on assets, dan earning

  

per share berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan variabel debt to

equity ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham.

C. Kerangka Pemikiran

  Current Ratio (CR ) (X ) 1 )

  Return On Equity (ROE) (X 2 Harga Saham (Y) Earnings Per Share (EPS) ) (X 3 ) )

  Price Earning Ratio (PER) (X 4 Sumber: Penulis

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Keterangan: :Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen :Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama

D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2017). Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

  1. Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham

  Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. (Kasmir, 2017). Penelitian terdahulu yang mendukung bahwa current ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham dilakukan oleh Yuliana (2016) dan Reni (2015).

  Berdasarkan uraian diatas dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut: H

  1 : Current ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham

  

2. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham

  Menurut Kasmir (2017) Return On Equity (ROE), hasil pengembalian ekuitas atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih terhadap pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri semakin tinggi rasio ini, semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Penelitian terdahulu yang mendukung bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham dilakukan oleh Flodi (2014).

  Berdasarkan uraian diatas dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut: H : Return on equity berpengaruh terhadap harga saham.

  2

3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham

  Menurut Tandelilin (2010): “Perbandingan antara jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan akan diperoleh komponen

  earning per share (EPS). Bagi para investor, informasi EPS

  merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan”. Menurut Djarmadji dan Hendry (2011) para investor tertarik dengan Earning Per Share yang besar karena menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham dan merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Jumlah

  Earning Per Share tidak berarti akan dibagikan semua kepada

  pemegang saham karena berapapun jumlah yang akan dibagikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam membagikan deviden.

  Earning Per Share yang besar menandakan kemampuan perusahaan

  yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor dan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang akan ditanam pada perusahaan. Penelitian terdahulu yang mendukung bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham dilakukan oleh Arum dan Muzakar (2015). Berdasarkan uraian diatas dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut:

  H 3 : Earning per share berpengaruh terhadap harga saham.

4. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham

  Variabel Price Earning Ratio menunjukkan perbandingan harga saham yang dibeli dengan earning yang akan diperoleh dikemudian hari sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa investor yakin terhadap besarnya earning yang diberikan perusahaan, yang nantinya akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen di masa datang. Antara harga saham dan Price Earning Ratio memiliki hubungan yang kuat, dikarenakan Price Earning Ratio itu menunjukkan pertumbuhan laba dari perusahaan, dan investor akan tertarik terhadap pertumbuhan laba tersebut sehingga pada akhirnya akan memberikan efek terhadap harga saham. Penelitian terdahulu yang mendukung bahwa Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap harga saham dilakukan oleh Tamara, Suhadak dan Achmad

  (2013). Berdasarkan uraian diatas dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut: H

4 : Price earning ratio berpengaruh terhadap harga saham.

  Berdasarkan penejelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa current ratio, return on equity, earning per

  share, price earning ratio mempengaruhi harga saham perusahaan

  sehingga penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: H : Current ratio, return on equity, earning per share, price

  5 earning ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap

  harga saham

Dokumen yang terkait

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS DAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERCATAT DI BEI TAHUN 2010-2014

3 38 28

ENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 30

PENGARUH PROFITABILITAS DAN NILAI PASAR TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BEI BUDHI PAMUNGKAS GAUTAMA

0 0 28

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERCANTUM DI INDEKS LQ45 - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERCANTUM DI INDEKS LQ45 - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERCANTUM DI INDEKS LQ45 - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

ANALISIS PENGARUH RASIO - RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN WHOLESALE AND RETAIL TRADE YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI

0 1 24

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 25

PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA SUB SEKTOR KONSTRUKSI DAN BANGUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA -

1 38 23

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR PLASTIK DAN KEMASAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2014-2017 -

4 14 28