INTISARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH - Repository IPDN

  

INTISARI

PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 50 TAHUN 2007

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

  IPDN-KEMDAGRI

  

Biodata Narasumber

  • • Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

  • Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
  • NIP : 19770304 1995 11 1 001
  • Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
  • Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
  • Instansi : Kampus IPDN Jatinangor • Alamat : Komp. Singgasana Pradana Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
  • Email/HP : - 08122445916

KETENTUAN UMUM

  • Kerjasama daerah adalah kesepakatan antara gubernur dengan

  gubernur atau gubernur dengan bupati/walikota atau antara bupati/walikota dengan bupati/walikota yang lain, dan atau gubernur, bupati/walikota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban. (pasal 1 butir no 1). G dgn G G dgn B/W

  • Kerjasama menimbulkan hak&

   B/W dgn B/W kewajiban G/B/W dgn Pihak ketiga

  • Pihak ketiga adalah departemen/ lembaga pemerintah

  nondepartemen atau sebutan lain, perusahaan swasta yang berbadan hukum, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, yayasan, dan lembaga di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum. (Pasal 1 butir no 3). Departemen/LPND Perusahaan swasta berbadan hukum

  • PIHAK

   KETIGA BUMN BUMD Koperasi Yayasan Lembaga lain (dalam negeri) yang berbadan hukum

  • Badan kerja sama adalah suatu forum untuk melaksanakan

  kerja sama yang keanggotaannya merupakan wakil yang ditunjuk dari daerah yang melakukan kerja sama. (Pasal 1 butir 4).

  • Surat Kuasa adalah naskah dinas yang dikeluarkan oleh kepala

  daerah sebagai alat pemberitahuan dan tanda bukti yang berisi PEMBERIAN MANDAT atas wewenang dari kepala daerah kepada pejabat yang diberi kuasa untuk bertindak atas nama kepala daerah untuk menerima naskah kerja sama daerah, menyatakan persetujuan pemerintah daerah untuk mengikatkan diri pada kerja sama daerah, dan/atau menyelesaikan hal-hal lain yang diperlukan dalam pembuatan kerja sama daerah. (Pasal 1 butir no. 5).

  • Prinsip kerja sama daerah :

   a. EFISIENSI ( upaya pemerintah daerah melalui kerja sama untuk menekan biaya guna memperoleh suatu hasil tertentu atau menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil yang maksimal). Contoh : kerja sama pengelolaan sampah, air bersih dlsb.

   b. EFEKTIVITAS (upaya pmerintah daerah melalui kerja sama untuk mendorong pemanfaatan sumber daya para pihak secara optimal dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan masyarakat).

   c. SINERGI (upaya untuk terwujudnya harmoni antara pemerintah, masyarakat dan swasta untuk melakukan kerja sama demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat). Contoh : pelatihan tenaga kerja oleh BLK.

   d. SALING MENGUNTUNGKAN (pelaksanaan kerja sama harus dapat memberikan keuntungan bagi maisng-masing pihak dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat). Contoh : pengelolaan taman kota oleh pihak swasta, dengan imbalan hak memasang iklan perusahaan.

  

e. KESEPAKATAN BERSAMA (persetujuan para pihak untuk melakukan

kerja sama).

   f. IKTIKAD BAIK (kemauan para pihak untuk secara sungguh-sungguh melaksanakan kerja sama).

   g. MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN NASIONAL DAN KEUTUHAN WILAYAH NKRI (seluruh pelaksanaan kerja sama harus dapat memberikan dampak positif tergadap upaya mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan masyarakat dan memperkokoh NKRI). Contoh : pengelolaan pulau-pula terdepan.

   h. PERSAMAAN KEDUDUKAN ( persamaan dalam kesederajatan dan kedudukan hukum bagi para pihak yang melakukan kerja sama daerah). i. TRANSPARANSI (adanya proses keterbukaan dalam kerja sama daerah). j. KEADILAN (adanya persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan para pihak dalam melaksanakan kerja sama daerah). k. KEPASTIAN HUKUM (bahwa kerja sama yang dilakukan dapat mengikat secara hukum bagi para pihak yang melakukan kerja sama). Contoh : Kerja sama jangka panjang sumber daya alam dapat dipertahankan sesuai perjanjian meskipun terjadi pergantian rezim pemerintahan daerah.

SUBYEK KERJA SAMA

  • Para pihak yang menjadi subyek kerja sama dalam kerja sama

  daerah meliputi :

   a. gubernur;

   b. bupati;

   c. walikota; dan d. pihak ketiga. (Pasal 3).

OBYEK KERJA SAMA

  • Obyek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan

  yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik. (Pasal 4) - lihat PP Nomor 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah dengan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. - lihat PP Nomor 23 Tahun 2006 tentang BLU.

BENTUK KERJA SAMA

  • Kerja sama daerah dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja

    sama. (Pasal 5).
  • Perjanjian kerja sama daerah dengan pihak ketiga wajib memperhatikan prinsip kerja sama dan obyek kerja sama.

TATA CARA KERJA SAMA DAERAH

  • Tata cara kerja sama daerah dilakukan dengan :

   a. KDH atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan rencana kerja sama kepada KDH yang lain dan pihak ketiga mengenai obyek tertentu.

   b. Apabila para pihak menerima, rencana kerja sama tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama

dan menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama yang paling

sedikit memuat : 1. subyek kerja sama; 2. obyek kerja sama; 3. ruang lingkup kerja sama;

  4. hak dan kewajiban para pihak; 5. jangka waktu kerja sama; 6. pengakhiran kerja sama; 7. keadaan memaksa; dan 8. penyelesaian perselisihan.

  c. KDH dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama melibatkan perangkat daerah terkait dan dapat meminta pendapat dan saran para pakar, perangkat daerah provinsi, Menteri dan Menteri/Pimpinan LPND terkait.

  d. KDH dapat menerbitkan Surat Kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk kerja sama.

  e. Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis diatur dengan Peraturan Mendagri. (Pasal 7).

  • Pelaksanaan perjanjian kerja sama DAPAT dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah. (Pasal 8).

PERSETUJUAN DPRD

  • Rencana kerja sama daerah yang membebani daerah dan

  masyarakat HARUS mendapat persetujuan dari DPRD dengan ketentuan apabila biaya kerja sama belum teranggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan dan/atau menggunakan dan/ atau memanfaatkan aset daerah. (Pasal 9).

  • Kerja sama daerah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan

  tugas dan fungsi dari SKPD dan biayanya sudah teranggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan tidak perlu mendapat persetujuan dari DPRD. (pasal 10).

  • Untuk mendapatkan persetujuan dari DPRD terhadap kerja

  sama daerah yang membebani daerah dan masyarakat, gubernur/bupati/walikota menyampaikan surat dengan melampirkan rancangan perjanjian kerjasama KDH kepada ketua DPRD dengan memberikan penjelasan mengenai :

   a. tujuan kerja sama;

   b. obyek yang akan dikerjasamakan;

   c. hak dan kewajiban meliputi : 1. besarnya kontribusi APBD yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kerja sama, dan 2. keuntungan yang akan diperoleh berupa barang, uang, atau jasa.

   d. jangka waktu kerja sama; dan

   e. besarnya pembebanan yang dibebankan kepada masyarakat

  • Surat gubernur tembusannya disampaikan kepada Mendagri

    dan Menteri/Pimpinan LPND terkait. (Pasal 11 ayat 2).
  • Surat bupati/walikota tembusannya disampaikan kepada gubernur dan Mendagri serta Menteri/Pimpinan LPND terkait.

  (Pasal 11 ayat 3).

  • Rancangan perjanjian kerja sama dinilai oleh DPRD PALING

  LAMA 45 (empatpuluhlima) hari kerja sejak diterima untuk memperoleh persetujuan. (Pasal 12 ayat 1).

  • Apabila rancangan perjanjian kerja sama, DPRD menilai kurang

  memenuhi prinsip kerja sama, PALING LAMA 15 (limabelas) hari kerja sejak diterima sudah menyampaikan pendapat dan sarannya kepada KDH. (Pasal 12 ayat 2).

  • KDH dalam waktu PALING LAMA 14 (empatbelas) hari kerja

  telah menyempurnakan rancangan perjanjian kerja sama dan menyampaikannya kembali kepada DPRD. ( Pasal 12 ayat 3).

  • Apabila dalam waktu PALING LAMA 15 (limabelas) hari kerja

  sejak diterimanya surat KDH sbgmn dimaksud ayat (3), DPRD belum memberikan persetujuan, dinyatakan telah memberikan persetujuan. (Pasal 12 ayat 4).

  • Gubernur wajib menyampaikan salinan setiap perjanjian kerja sama kepada Menteri/Pimpinan LPND terkait dan DPRD.
  • Bupati/walikota wajib menyampaikan salinan setiap perjanjian

  kerja sama kepada Gubernur, Menteri/Pimpinan LPND terkait dan DPRD. (Pasal 12 ayat 6).

HASIL KERJA SAMA

  • Hasil kerja sama daerah DAPAT berupa uang, surat berharga

  dan aset, atau nonmaterial berupa keuntungan. (Pasal 13 ayat 1).

  • Hasil kerja sama daerah yang menjadi hak daerah yang berupa

  uang HARUS disetor ke kas daerah sebagai pendapatan asli daerah sesuai peraturan perundang-undangan. (Pasal 13 ayat 2).

  • Hasil kerja sama daerah yang menjadi hak daerah berupa

  barang, harus dicatat sebagai aset pada pemerintah daerah yang terlibat secara proporsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 13 ayat 3).

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

  • Apabila kerja sama antardaerah dalam satu provinsi terjadi

  perselisihan, dapat diselesaikan dengan cara :

   a. musyawarah; atau b. Keputusan Gubernur. (Pasal 14 ayat 1).

  • Keputusan Gubernur BERSIFAT FINAL DAN MENGIKAT.

   (Pasal 14 ayat 2).

  • Apabila kerja sama daerah provinsi dengan provinsi lain atau

  antara provinsi dengan kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi atau antara daerah kabupaten/kota dengan daerah kabupaten atau daerah kota dari provinsi yang berbeda terjadi perselisihan, dapat diselesaikan dengan cara :

   a. musyawarah; atau b. Keputusan Menteri. (Pasal 15 ayat 1). * Keputusan Menteri BERSIFAT FINAL DAN MENGIKAT. (Pasal 15 ayat 2).

  • Apabila kerja sama daerah dengan pihak ketiga terjadi

  perselisihan, diselesasikan sesuai kesepakatan penyelesaian perselisihan yang diatur dalam perjanjian kerja sama. (Pasal 16 ayat 1).

  • Apabila penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud

  pada ayat (1) tidak terselesaikan, perselisihan diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 16 ayat 2).

PERUBAHAN KERJA SAMA DAERAH

  • Para pihak dapat melakukan perubahan atas ketentuan kerja sama daerah. ( Pasal 17 ayat 1).
  • Mekanisme perubahan atas ketentuan kerja sama daerah diatur

  sesuai kesepakatan masing-masing pihak yang melakukan kerja sama. (Pasal 17 ayat 2).

  • Perubahan ketentuan kerja sama daerah dituangkan dalam perjanjian kerja sama setingkat dengan kerja sama induknya.

  (Pasal 17 ayat 3).

BERAKHIRNYA KERJA SAMA DAERAH

  • Kerja sama berkahir apabila :

   a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam perjanjian;

   b. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai;

  

c. terdapat perubahan mendasar yang mengakiatkan perjanjian

kerja sama tidak dapat dilaksanakan; d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian;

   e. dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;

   f. muncul norma baru dalam peraturan perundang-undangan;

   g. obyek perjanjian hilang;

  

h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional, atau

i. berakhirnya masa perjanjian. (Pasal 18).

  • Kerja sama daerah dapat berakhir sebelum waktunya

  berdasarkan permintaan salah satu pihak dengan ketentuan :

   a. menyampaikan secara tertulis inisiatif pengakhiran kerja sama kepada pihak lain;

   b. pihak yang mempunyai inisiatif menanggung resiko baik finansial maupun resiko lainnya yang ditimbulkan sebagai akibat pengakhiran kerja sama. (Pasal 19 ayat 1). * Pengakhiran kerja sama ini tidak akan mempengaruhi penyelesaian obyek kerja sama yang dibuat dalam perjanjian atau dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, sampai terselesaikannya obyek kerja sama tersebut. (Pasal 19 ayat 2).

  • Kerja sama daerah tidak berakhir karena pergantian pemerintahan di daerah. (Pasal 20).
  • Menteri/Pimpinan LPND, kepala daerah dan pimpinan DPRD

  yang melakukan kerja sama bertanggung jawab :

   a. menyimpan dan memelihara naskah asli kerja sama daerah, dan

   b. menyusun daftar naskah resmi dan menerbitkan himpunan kerja sama daerah. (Pasal 21).

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

  • Mendagri melakukan pembinaan dan pengawasan umum atas

  kerja sama antardaerah provinsi atau antarkabupaten/kota dari lain provinsi. (Pasal 22 ayat 1).

  • Menteri dan Pimpinan LPND terkait melakukan pembinaan dan

  pengawasan teknis atas kerja sama antardaerah provinsi atau antarkabupaten/kota dari lain provinsi. (Pasal 22 ayat 2).

  • Pembinaan dan pengawasan dimulai dari penjajakan,

  negosiasi, penandatanganan, pelaksanaan sampai pengakhiran kerja sama. (Pasal 22 ayat 3).

  • Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan diatur dalam Peraturan Mendagri. (Pasal 23).

BADAN KERJA SAMA

  • Dalam rangka membantu KDH melakukan kerja sama dengan

  daerah lain yang dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5 (lima) tahun, KDH DAPAT membentuk badan kerja sama. (Pasal 24 ayat 1). Contoh (lama) : BKSP- Jabotabek

Badan kerja sama terseut BUKAN perangkat daerah. (ayat 2).

  • Pembentukan dan susunan organisasi badan kerja sama ditetapkan dengan keputusan bersama KDH. (ayat 3).

  Tugas badan Kerja sama :

   a. membantu melakukan pengelolaan, monitoring, dan evaluasi atas pelaksanaan kerja sama;

   b. memberikan masukan dan saran kepada KDH maisng-masing mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada permasalahan, dan c. melaporkan pelaksanaan tugas kepada KDH masing-masing. (Pasal 25 ayat 1). * Biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas badan kerja sama menjadi tanggung jawab bersama KDH yang melakukan kerja sama. (Pasal 25 ayat 2).

KETENTUAN PERALIHAN

  • Pada saat berlakunya PP ini, kerja sama antardaerah yang

  sedang berjalan tetap berlaku sampai dengan berkahirnya kerja sama. (Pasal 26).

  • Pada saat ditetapkannya PP ini, maka penyelesaian

  perselisihan kerja sama antardaerah yang ada sebelum berlakukan PP ini, diselesaikan sesuai PP ini. (Pasal 27).

  KETENTUAN PENUTUP

PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. (Pasal 28).

   Ditetapkan dan diundangkan tanggal 22 Agustus 2007. LN Tahun 2007 Nomor 112. TLN Nomor 4761.

  Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami Amiin.

  TERIMAKASIH TERIMAKASIH Atas Perhatiannya Atas Perhatiannya

Mohon Maaf Kalau

  

Mohon Maaf Kalau

Kurang Kurang Memuaskan!!!! Memuaskan!!!!

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TATA KERJA ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DALAM MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

0 32 16

HUBUNGAN TATA KERJA ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DALAM MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

0 4 16

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

0 5 16

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

0 3 16

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

0 0 87

KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN aOLL TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

0 1 135

LEMBARAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG SERI D NOMOR 3 TAHUN 2 003 PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

0 0 61

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 8

KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN aOLL TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

0 0 135

IMPLIKASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PERMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN REMISI KEPADA JUSTICE COLLABORATOR SEBAGAI UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 0 15