ANALISA USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA SKRIPSI

ANALISA USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN

  

IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp)

DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

SKRIPSI

MUHAMMAD ISA

  

08C10432097

PROGRAM STUDI PERIKANAN

ANALISA USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN

  

IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp)

DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

SKRIPSI

MUHAMMAD ISA

  

08C10432097

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

  

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

  

LEMBAR PENGESAHAN

  Judul Skripsi : Analisa Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Kabupaten Aceh Barat Daya

  Nama : Muhammad Isa NIM :

  08C10432097 Program Studi : Perikanan

  Menyetujui, Komisi Pembimbing

  Ketua Anggota

  Erlita, S.Pi Dewi Fithria, S.P, M.P

  NIDN: 0108117203 Mengetahui,

  Dekan Fakultas Perikanan Ketua Prodi Perikanan dan Ilmu Kelautan

  

Yusran Ibrahim, S.Pi Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si

  NIDN: 0121057802

  LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

  Skripsi/tugas akhir dengan judul

ANALISA USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN

  IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

  Yang disusun oleh Nama : Muhammad Isa NIM : 08C10432097 Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan Prodi : Perikanan Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 06 Agustus 2014 dengan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima Susunan dewan penguji

  1. Erlita, S.Pi (Dosen penguji I)

  2. Dewi Fithria, S.P, M.P (Dosen penguji II)

  3. Said Mahjali, MM (Dosen Penguji III)

  4. Safrizal, M.Sc (Dosen Penguji IV)

  Alue Peunyareng, 06 Agustus 2014 Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

  

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

  Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi” Analisa Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) Di Kabupaten Aceh Barat Daya” adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak, diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

  Meulaboh, Agustus 2014 Penulis

ANALISA USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN

  

IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) DI

KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

Oleh

  1) 2 ) 2)

Muhammad Isa Erlita, S.Pi Dewi Fithria, S.P, M.P

  

ABSTRAK

  Ikan lele sangkuriang (Clarias sp) menjadi salah satu komoditi hasil perikanan yang sangat digemari oleh masyarakat Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat potensi usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di Kabupaten Aceh Barat Daya. Metode Analisis data secara deskritif kuantitatif dengan teknik survey menggunakan kuesioner. Sampel yang digunakan sebanyak 5 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang (Keuntungan, R/C ratio, Payback Period dan Break Event Point) di Kabupaten Aceh Barat Daya adalah sebagai berikut; keuntungan berkisar 6.986.677 – 15.948.750 rupiah per periode, R/C ratio berkisar 1,5 – 2,17 per rupiah, Payback period berkisar 3,3 – 6,8 bulan, dan Break event point berkisar 10.138 – 14.115 rupiah per kg. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di Kabupaten Aceh Barat Daya layak dilaksanakan.

  Kata kunci: Analisa, usaha budidaya, lele sangkuriang

  

ANALYSIS THE GROWOUT CULTURED SANGKURIANG

CATFISH IN THE DISTRICT OF ACEH BARAT DAYA

By

  1) 2) 2)

Muhammad Isa Erlita, S.Pi Dewi Fithria, S.P, M.P

  

ABSTRAK

  Sangkuriang catfish became the commodity that is very popular fishery result in Aceh society. The objective of this study was to determine the prospect growout cultured sangkuriang catfish in district of Aceh Barat Daya. The analysis through deskriptif quantitative with survey using questioner. The sample that used is as many as 5 respondests. The results showed that the growout cultured sangkuriang catfish in district of Aceh Barat Daya were; profit was around about 6.986.677 – 15.948.750 rupiah/period, R/C ratio was around about 1,5 – 2,17/rupiah, Payback period was around about 3,3 – 6,8 month, and Break event point was around about 10.138 – 14.115 rupiah/kg. The conclusion of this research was the growout cultured sangkuriang catfish in district of Aceh Barat Daya feasible to be implemented.

  Key words: Analysis, cultured, sangkuriang catfish

  

RINGKASAN

MUHAMMAD ISA. 08C10432097. ANALISA USAHA BUDIDAYA

PEMBESARAN

  IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) DI

KABUPATEN ACEH BARAT DAYA. DI BAWAH BIMBINGAN IBU

ERLITA, S.Pi DAN IBU DEWI FITHRIA, S.P, M.P

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014, di Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya pada lima gampong (Gampong: Sikabu, Babahrot, Kuta Tinggi, Alue Sungai Pinang dan Kuta Jempa). Sampel yang digunakan sebanyak lima responden (tiap-tiap gampong satu responden). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat potensi dan permasalahan dalam usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di Kabupaten Aceh Barat Daya.

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif – kuantitatif melalui survey menggunakan kuesioner. Selanjutnya data dianalisis dan ditabulasikan ke dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter kelayakan usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang (Keuntungan, R/C ratio, Payback Period dan Break Event Point) di Kabupaten Aceh Barat Daya adalah sebagai berikut; keuntungan berkisar 6.986.677 – 15.948.750 rupiah per periode, R/C ratio berkisar 1,5 – 2,17 per rupiah, Payback period berkisar 3,3 – 6,8 bulan, dan Break event point berkisar 10.138 – 14.115 rupiah per kg.

  Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di Kabupaten Aceh Barat Daya layak dilaksanakan.

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Desa Alue Sungai Pinang Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal 02 September 1988, dari ayah yang bernama Amiruddin dan ibu bernama Marlita. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Alue Seulaseh selama 6 tahun. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri No. 1 Blang Pidie. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Swasta Kuta Jeumpa dan lulus pada tahun 2007. Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh dan diterima di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan Program Studi SI Perikanan. Selama diperkuliahan, penulis menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BBI Kuta Cane Aceh tenggara dengan judul Teknik Pembenihan Ikan Nila Gesit Secara Alami. Kemudian, penulis menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) di Desa Pulau Raga, Beutong Bawah Kabupaten Nagan Raya.

  Selanjutnya, penulis menyelesaikan tugas akhir/skripsi dengan judul “Analisa Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Kabupaten Aceh Barat Daya”, dan telah menyelesaikan ujian sarjana pada tanggal 06 Agustus 2014.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan skripsi ini dengan judul Analisa Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Kabupaten Aceh Barat Daya.

  Terselesaikannya laporan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

  1. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan.

  2. Bapak Yusran Ibrahim, S.Pi selaku ketua Prodi Perikanan.

  3. Ibu Erlita, S.Pi (Dosen penguji I), Ibu Dewi Fithria, S.P, M.P (Dosen penguji II), Bapak Said Mahjali, MM (Dosen penguji III), dan Bapak Safrizal, M.Sc (Dosen penguji IV), yang telah banyak memberikan masukan-masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi penulis, baik yang berupa kritik maupun saran.

  4. Kepada seluruh staf Dosen pengajar yang selama ini telah banyak memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis, baik yang sifatnya teori maupun lapangan.

  5. Ayahanda (Amiruddin) dan Ibunda (Marlita) yang selalu senantiasa memberikan dukungan, bimbingan dan nasehat yang baik.

  6. Teman-teman saya yang selalu membantu dan memberikan masukan- masukan yang bermanfaat.

  Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.

  Meulaboh, Agustus 2014

  

DAFTAR ISI

  15 2.7 Panen dan Pasca Panen ...............................................................

  4.3 Permasalahan yang Dialami Petani Lele Sangkuriang di - Kabupaten Aceh Barat Daya.......................................................

  25

  24 4.2 Daerah Lokasi Penelitian.....................................................................

  24 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat Daya..................................

  23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

  22 3.6 Analisa Data ........................................................................................

  21 3.5 Analisa Usaha ............................................................................

  20 3.4 Metode Pengambilan Data..........................................................

  20 3.3 Jenis Penelitian............................................................................

  20 3.2 Alat dan Bahan............................................................................

  20 3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................

  18 III. METODE PENELITIAN .........................................................................

  17 2.8 Modal ..........................................................................................

  13 2.6 Hama dan Penyakit .....................................................................

  Halaman

  9 2.5 Sarana Produksi ..........................................................................

  6 2.4 Fasilitas .......................................................................................

  5 2.3 Pemilihan Lokasi ........................................................................

  3 2.2 Kualitas Air .................................................................................

  2.1 Biologi dan Ekologi Ikan Lele Sangkuriang...............................

  3

  2 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

  2 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................

  2 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................

  1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................

  1 1.1 Latar Belakang ............................................................................

  I. PENDAHULUAN......................................................................................

  ABSTRAK ......................................................................................................... v

RINGKASAN .................................................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR....................................................................................... ix DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv

  25

  V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

  54 5.1 Kesimpulan..........................................................................................

  54 5.2 Saran....................................................................................................

  54 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

  55

  

DAFTAR TABEL

  Tabel Halaman 1. Alat dan bahan dalam penelitian ...................................................

  20 2. Tempat-tempat lokasi penelitian ...................................................

  25 3. Harga biaya tetap (Responden I)...................................................

  29 4. Harga biaya tetap (Responden II) .................................................

  34 5. Harga biaya tetap (Responden III) ................................................

  39 6. Harga biaya tetap (Responden IV) ................................................

  43 7. Harga biaya tetap (Responden V) .................................................

  48 8. Penerimaan rata-rata usaha petani lele sangkuriang .....................

  53

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Lele Sangkuriang (Clarias sp) .............................................................

  3

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi cukup besar untuk melakukan pengembangan budidaya ikan air tawar. Salah satu komoditas ikan air tawar yang sangat potensial adalah ikan lele. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan ini sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, pemasarannya relatif mudah, dan modal yang dibutuhkan relatif rendah (Effendie, 2003).

  Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, dan lebih tahan penyakit. Namun demikian, perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah dan penggunaan induk yang berkualitas rendah. Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik dengan cara silang balik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele sangkuriang (Nasrudin, 2010). Belakangan ini lele sangkuriang sangat populer di Aceh, seperti sangkuriang sangat cerah, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya warung- warung atau rumah makan yang menyediakan menu ikan lele. Namun demikian, tidak semua petani ikan di Aceh dapat memahami sepenuhnya bagaimana cara pembudidayaan lele sangkuriang yang baik, terutama dalam kegiatan budidaya pembesarannya. Sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.

  1.2. Perumusan Masalah

  Pengembangan budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki prospek yang sangat baik. Selain memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap lingkungan, lele sangkuriang juga banyak diminati oleh masyarakat dan memiliki nilai jual di pasar. Namun dalam pelaksanaannya, para petani lele sangkuriang juga terkadang dihadapi oleh berbagai permasalahan, seperti ketersediaan modal, masalah pakan, dlll. Analisa usaha diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dan pendapatan para petani lele sangkuriang di Kabupaten Aceh Barat Daya.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dalam usaha budidaya pembesaran lele sangkuriang di Kabupaten Aceh Barat Daya, dan mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi para pembudidaya serta cara penanggulangannya.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu gambaran dan informasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi dan Ekologi Ikan Lele Sangkuriang

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang

  Menurut Lukito (2002), kedudukan ikan lele sangkuriang dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut: Phyllum: Chordata, Kelas:

  

Pisces, Subkelas :Teleostei, Ordo: Ostariophysi, Subordo: Siluroidea, Famili:

Clariidae, Genus: Clarias, Spesies: Clarias sp.

  

Gambar 1. Lele sangkuriang (Clarias sp)

  Secara umum morfologi ikan lele sangkuriang tidak memiliki banyak perbedaan dengan lele dumbo yang selama ini banyak dibudidayakan. Hal tersebut dikarenakan lele sangkuriang merupakan hasil persilangan dari induk lele dumbo. Tubuh ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk tubuh memanjang, berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng dengan mulut yang relatif lebar. Ikan lele sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal, yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Pada sirip dada dijumpai sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri dan dapat berbentuk seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah untuk membantu mengikat oksigen dari udara. Mulutnya terdapat di bagian ujung dan terdapat empat pasang sungut. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang. Ikan lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan dan bersifat karnivora dan kanibal, yaitu memangsa jenisnya sendiri jika kekurangan jumlah pakan dan lambat memberikan pakan (Najiyati, 1992).

  2.1.2. Habitat

  Menurut Suyanto (1999), habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lingkungan hidup bagi ikan lele.

  2.1.3. Tingkah Laku

  Ikan lele Sangkuriang ini memiliki sifat yang sama dengan lele dumbo yaitu hidup di air tawar. Jika ikan ini mengalami stres atau kaget maka warna tubuhnya akan berubah menjadi terang. Ikan lele memiliki patil yang tidak beracun dan pertumbuhannya cepat. Salah satu sifat lele sangkuriang yaitu suka meloncat kedarat terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena lele sangkuriang merupakan hewan yang banyak melakukan aktivitas dimalam hari ( nocturnal ).

  Sifat ini akan tampak saat lele sangkuriang akan mencari makan. Itulah sebabnya lele sangkuriang akan lebih suka berada ditempat gelap dibanding ditempat yang terang (Sunarma, 2004).

2.1.4. Makanan

  Seperti halnya sifat biologi ikan lele dumbo terdahulu, ikan lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, 2006).

2.2. Kualitas Air

  2.2.1. Oksigen Terlarut

  Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup ikan.Ikan lele dapat hidup pada perairan yang nilai kandungan oksigen terlarutnya rendah, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut arborescen organ. Meskipun lele sangkuriang mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah, namun untuk menunjang agar ikan lele dapat tumbuh secara optimal diperlukan lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang cukup. Menurut Lukito (2002), kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan lele sangkuriang yaitu sebesar 6 ppm.

  Sedangkan menurut Boyd (1982), konsentrasi oksigen terlarut yang menunjang pertumbuhan dan proses reproduksi ikan lele yaitu lebih dari 5 ppm.

  2.2.2. Suhu

  Suhu memiliki peranan yang penting dalam perairan karena suhu air akan lele sangkuriang berkisar antara 22-32°C (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, 2006). Sedangkan menurut Lukito (2002), suhu yang baik untuk pertumbuhan lele sangkuriang yaitu berkisar antara 24-26

  C.

2.2.3. Tingkat Keasaman (pH)

  PH memiliki peranan penting dalam bidang perikanan karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Menurut Arifin (1991), tinggi rendahnya suatu pH dalam perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme pada ikan. Suyanto (1999), menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk lele berkisar antara 6,5-8,5. Sedangkan menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2006), bahwa nilai pH yang baik untuk pertumbuhan lele berkisar 6-9.

2.3. Pemilihan Lokasi

  Pemilihan lokasi untuk pembesaran lele sangkuriang sangat terkait dengan lahan. Lahan adalah tanah yang akan digunakan untuk membangun fasilitas produksi. Oleh karena lele sangkuriang akan dibesarkan ditempat ini, maka memilih lahan tidak boleh sembarangan. Hal ini akan berkaitan erat dengan kelangsungan hidup lele sangkuriang, manajemen usaha, penyediaan sarana produksi, dan pemasaran hasil. Untuk menetapkan sebidang tanah sebagai lahan usaha, harus didasarkan pada beberapa pertimbangan pokok, yaitu syarat lahan, luas lahan, jenis tanah, dan air. Pertimbangan lainnya adalah izin usaha dan pola hidup masyarakat setempat (Soetomo, 2002).

  2.3.1. Syarat Lahan

  Memilih lahan untuk membangun fasilitas produksi lele sangkuriang tidak hanya melihat dari harganya yang murah, tetapi harus disesuaikan dengan persyaratannya agar bisa menerapkan kaidah-kaidah atau cara budidaya ikan yang baik. Selain itu, proses produksi juga dapat berjalan dengan lancar sehingga produksi bisa mencapai hasil yang maksimal. Pemilihan lahan untuk fasilitas produksi lele sangkuriang harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, dan sosial. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

  a. Dekat dengan sumber air, tetapi bukan merupakan daerah banjir

  b. Kualitas airnya baik, tidak tercemar oleh limbah industri dan logam berat

  c. Air mengalir secara kontinu sepanjang musim

  d. Jenis tanahnya baik e. Luas lahan disesuaikan dengan jumlah produksi (Soetomo, 2002).

  2.3.2. Luas Lahan

  Luas lahan harus ditentukan sebelum usaha pembesaran lele sangkuriang dimulai. Penentuan luas lahan didasarkan pada luas lahan produktif dan luas lahan yang tidak porduktif. Lahan produktif adalah lahan yang langsung digunakan untuk membangun fasilitas utama, misalnya kolam pembesaran. Sedangkan lahan yang tidak produktif adalah lahan yang digunakan untuk fasilitas pendukung, seperti rumah karyawan, kantor, gudang, dan ruang pertemuan (Soetomo, 2002).

  2.3.3. Jenis Tanah

  Jenis tanah perlu diperhatikan dan perlu diketahui sebelum dijadikan Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap biaya operasional, seperti ketersediaan pakan dan produktifitas kolam. Tidak semua jenis tanah dapat digunakan sebagai lahan kegiatan pembesaran lele sangkuriang karena tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan air kolam. Kolam yang subur akan mudah menumbuhkan pakan alami yang dibutuhkan oleh ikan. Adapun tanah yang baik dalam pembuatan kolam lele sangkuriang adalah jenis tanah lempung berpasir (tanah liat) karena tanah ini mengandung pasir 30% sehingga mudah dibuat kolam dengan pematang yang kokoh dan kondisi tanahnya subur (Soetomo, 2002) .

2.3.4. Air

  Air merupakan faktor utama dan mutlak diperlukan dalam kegiatan pembesaran lele sangkuriang. Sebagai media hidup ikan, air perlu diketahui sebelum memulai usaha. Berhasil atau tidaknya pembesaran lele tersebut sangat ditentukan oleh kondisi airnya. Kualitas air yang baik dapat memberikan hasil yang memuaskan. Sebaliknya, kualitas air yang kurang baik tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Ada dua faktor yang harus diperhatikan pada air, yaitu sumber dan kualitas airnya (Effendie, 2003).

  1. Sumber Air Air untuk kolam pembesaran lele sangkuriang dapat berasal dari sungai, irigasi, atau saluran air kecil. Ketiga sumber air itu memiliki kelebihan dan kekurangan, terutama bila ditinjau dari segi ekonomis dan skala usahanya. Dari ketiga jenis sumber air ini, air yang berasal dari saluran kecil cocok untuk kolam yang sempit atau kecil karena tidak diperlukan pembuatan bendungan atau pintu

  2. Kualitas Air Faktor utama yang harus diperhatikan dari air adalah kualitasnya.

  Kelangsungan hidup ikan tergantung dari kualitas air karena kualitas air sangat berpengaruh pada keseimbangan fisiologis dan organ-organ tubuh ikan serta akan berdampak pada pertumbuhan dan reproduksi ikan. Tiga sifat air yang perlu diperhatikan yaitu sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi. Parameter sifat fisika seperti warna, kekeruhan dan suhu. Parameter sifat kimia seperti oksigen, karbondioksida, pH, dan amoniak. Sedangkan parameter sifat biologi seperti adanya binatang-binatang yang hidup diperairan tersebut (Effendie, 2003).

2.4. Fasilitas

  Fasilitas untuk memproduksi lele sangkuriang terdiri dari bangunan utama, yaitu bangunan yang langsung digunakan untuk budidaya dan bangunan pendukung, yaitu bangunan yang tidak langsung digunakan untuk kegiatan budidaya, tetapi sangat mendukung kegiatan produksi. Bangunan utama dalam pembesaran lele adalah kolam pembesaran. Sementara fasilitas pendukung meliputi rumah karyawan atau rumah jaga, kantor dan gudang (Soetomo, 2002).

2.4.1. Kolam Pembesaran

  Kolam pembesaran lele sangkuriang adalah tempat untuk memelihara benih yang berasal dari kolam pendederan (atau benih beli) hingga menjadi ikan lele

  2

  siap konsumsi.Ukuran luas kolam bisa bervariasi dari 200-500 m atau tergantung pada sistem budidaya yang diterapkan. Bila sistem budidaya intensif, luas kolam

  2

  pembesaran lele biasanya hanya berukuran 50-100 m . Kolam pembesaran lele

  1. Kolam Tanah Lele sangkuriang pada dasarnya senang hidup dalam keadaan air yang agak tenang dengan kedalaman yang cukup sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor, dan miskin akan kandungan oksigen terlarut. Dengan kondisi demikian, lele sangkuriang dapat dipelihara dan tetap bisa tumbuh dengan baik di berbagai jenis kolam.

  A. Kolam Irigasi Kolam irigasi adalah kolam yang memperoleh pengairan dari sumber irigasi.

  Penggunaan kolam irigasi untuk pembesaran lele sangkuriang sangat dianjurkan karena pengairan kolam ini selalu tersedia sepanjang waktu dan jauh dari kekhawatiran kemungkinan kekurangan air. Dengan demikian, proses pembesaran dapat berjalan sepanjang tahun. Disamping itu, penentuan luas kolam irigasi juga lebih leluasa sehingga kolam bisa dibuat dengan berbagai bentuk dan ukuran.

  B. Kolam Tadah Hujan Kolam tadah hujan adalah kolam yang hanya mendapat sumber air dari air hujan. Kolam tadah hujan ini dibuat bila disekitar lokasi tidak terdapat sumber air irigasi atau air tanah. Jadi, sumber air untuk mengisi air kolam sepenuhnya berasal dari air hujan. Oleh karena mengandalkan air hujan maka curah hujan akan menentukan jumlah atau volume air kolam. Namun, kolam air diam ini masih cukup baik untuk pembesaran lele sangkuriang karena lele ini mampu hidup dalam kondisi air yang minim oksigen, asal proses persediaan air selama produksinya cukup. Untuk menjamin tersedianya air selama proses produksi, jenis

  C. Kolam Rawa Kolam rawa adalah kolam yang dibangun di daerah dataran rendah, tetapi bukan daerah pasang surut.Umumnya kolam rawa bersifat sangat asam (pH rendah, kurang dari 4). Sifat tanah dan air kolam yang asam sebenarnya tidak cukup baik untuk pembesaran lele sangkuriang. Namun hal ini dapat diatasi dengan teknik reklamasi (pencucian). Caranya, kolam rawa tersebut dialiri air baru untuk mempercepat proses material asam dan selanjutnya dibuang ke perairan yang lebih luas. Upaya lain untuk menaikan pH pada kolam rawa adalah dengan pengapuran. Biasanya efek kapur akan sangat membantu bila terlebih dahulu kolam direklamasi sebelum dikapur. Pengapuran dilakukan di dasar kolam dan selanjutnya untuk menjaga stabilitas air dapat ditambahkan kapur dengan dosis yang lebih rendah.

  2. Kolam Beton Kolam beton adalah kolam yang bagian dasar kolam dan pematangnya dibeton sehingga tidak mudah rusak. Pematang beton dibuat tegak lurus. Untuk

  2 luas kolam 100 m , lebar pematang cukup dibuat dengan lebar 30-40 cm.

  Ketinggian pematang 1-1,5 m dengan konstruksi dasar kolam melandai ke titik pusat pintu pengeluaran dengan kemiringan 5-10%. Saluran pemasukan air berupa pipa PVC berdiameter 3 inci dipasang agak menjulur ke tengah dengan ketinggian dari permukaan air minimal 50 cm karena lele suka melompat mengikuti aliran air masuk. Pipa pengeluaran diusahakan agar dapat mengeluarkan lapisan dasar karena lapisan tersebut banyak mengandung bahan endapan lumpur dan sisa-sisa

  3. Kolam Terpal Kolam terpal adalah jenis kolam yang menggunakan terpal sebagai bahan utamanya dan didukung oleh bahan lainnya. Jenis kolam ini bisa dibongkar pasang sehingga bisa di pindahtempatkan. Selain itu, biaya untuk pembuatan kolam ini juga tidak terlalu mahal dan proses pembuatannya relatif mudah dan praktis. Namun kelemahannya adalah kolam ini tidak bisa bertahan lama.

  Jenis kolam terpal ada dua, yaitu kolam terpal yang terletak di atas permukaan tanah dan kolam terpal yang berada di dalam tanah. Konstruksi pada kolam terpal yang berada di atas tanah menggunakan kerangka yang bisa dibuat dari bambu, pipa ledeng, dan batu bata. Sementara kolam terpal yang berada di dalam tanah merupakan kolam tanah biasa yang dilapisi terpal di bagian dasar dan dindingnya. Sama seperti jenis kolam lainnya, kolam terpal juga dilengkapi dengan saluran pemasukan air dan saluran pengeluaran air untuk menjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air.

2.4.2. Fasilitas Pendukung

  Fasilitas pendukung usaha lele sangkuriang adalah rumah untuk karyawan, kantor dan gudang. Rumah karyawan bisa dibangun di dekat kolam pembesaran sehingga memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Kantor merupakan ruangan yang digunakan untuk manajemen kepegawaian, tata usaha, tempat transaksi, dan tempat menerima tamu. Gudang didirikan untuk menyimpan alat dan sarana produksi yang penting, seperti pakan, pupuk, dan lain-lainnya.

  Gudang dan kantor ini dapat dibuat secara berdampingan. Ukurannya masing-

2.5. Sarana Produksi

  Dalam budidaya lele sangkuriang, selain fasilitas harus memadai, sarana produksi pun harus tersedia. Hal ini bertujuan agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar dan target produksi dapat tercapai. Jumlah sarana produksi yang harus disediakan tergantung dari skala usaha dan target usaha yang akan dicapai (Nasrudin, 2010).

2.5.1. Benih

  Benih adalah anak ikan yang akan dipelihara pada masa pembesaran. Benih yang akan dipelihara pada masa pembesaran adalah benih yang telah berukuran 7- 9 cm dengan berat antara 2,30-3,60 g. Jenis lele yang akan dibesarkan dipilih dari jenis lele sangkuriang karena telah terbukti memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan lele lokal maupun lele dumbo (Simanjutak, 1989).

  Keseragaman benih perlu diperhatikan agar pertumbuhan semua benih serempak. Benih yang terlalu besar akan menghabiskan pakan dalam jumlah yang banyak sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat. Sementara benih yang terlalu kecil akan kalah merebut pakan sehingga konsumsi pakannya lebih sedikit.

  Akibatnya, pertumbuhannya akan terhambat. Untuk mendapatkan benih yang seragam, perlu dilakukan seleksi. Baskom berlubang yang besar bisa digunakan untuk seleksi benih. Adapun cara seleksinya sebagai berikut:

  a. Masukan benih ke dalam baskom yang berlubang-lubang. Ukuran lubang diameter ini sekitar 1,5 cm.

  b. Goyang-goyangkan baskom sehingga ukuran lele yang terlalu kecil akan lolos c. Sementara benih yang tertinggal dalam baskom adalah benih yang berukuran besar. Benih-benih itulah yang akan digunakan dalam pembesaran (Simanjutak, 1989).

2.5.2. Pakan

  Sarana produksi kedua yang harus disediakan dalam pembesaran lele sangkuriang adalah pakan. Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada hewan ternak (baik berupa bahan organik maupun anorganik) yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatannya. Zat pakan adalah bagian dari bahan pakan yang dapat dicerna, dapat diserap dan bermanfaat bagi tubuh (ada 6 macam zat pakan: air, mineral, karbohidrat, lemak, protein dan vitamin). Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel- sel yang rusak dan untuk tumbuh (Mujiman, 2000).

  Pakan yang dimakan ikan berasal alam (disebut pakan alami) dan dari buatan manusia (disebut pakan buatan). Dalam praktiknya, pakan alami sudah terdapat secara alami dalam perairan kolam tempat pemeliharan ikan. Pakan alami sangat bagus diberikan pada ikan yang masih dalam stadia benih. Sedangkan pakan buatan diramu dari beberapa bahan baku yang memilii kandungan nutrisi spesifik. Bahan baku diolah secara sederhana atau diolah di pabrik secara masal dan menghasilkan pakan buatan berbentuk pellet, tepung, remeh atau crumble dan pasta (Mujiman, 2000).

2.6. Hama dan Penyakit

2.6.1. Hama

  Hama ikan adalah hewan yang berukuran lebih kecil, sama atau lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Menurut Afriantono dan Liviawaty (1992), Secara umum hama ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan sifat hidupnya, yaitu :

  1. Predator Predator secara harfiah diartikan sebagai pemangsa. Pada dasarnya predator adalah binatang yang sifatnya karnivora (pemakan daging) dengan cara memangsa atau menyantap targetnya. Predator adalah hewan pemangsa yang secara sengaja maupun tidak sengaja masuk ke areal budidaya ikan dan memangsa ikan yang dibudidayakan. Jenisnya dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat dan beberapa jenis serangga/insekta air. Contohnya seperti ikan gabus atau pemangsa lainnya seperti linsang, ular atau burung.

  2. Kompetitor Kompetitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak. Hama ini tidak dikehendaki keberadaannya dalam wadah atau areal budidaya. Contohnya ikan sejenis yang berukuran lebih besar, kepiting, katak, keong dan sebagainya.

  3. Pengganggu/Pencuri Pengganggu adalah organisme atau aktivitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang ada juga literatur yang mengelompokkan hama ketiga ini dalam istilah ”pencuri”, yang merupakan hama menakutkan bagi petani ikan.

2.6.2. Penyakit

  Menurut Yuasa (2003), Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit internal yaitu berupa kelainan genetik, saraf dan metabolik. Sedangkan penyakit eksternal terdiri dari penyakit patogen (bersifat parasit; penyakit viral, jamur dan bakteri) dan non patogen (bersifat lingkungan atau kualitas air dan nutrisi; pH, zat beracun, kekurangan nutrisi, kelarutan gas, dll).

  Sama seperti ikan lainnya, lele sangkuriang tidak terlepas dari ancaman hama dan penyakit. Menurut Amri (2008), Penyakit yang menyerang lele sangkuriang umumnya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung, misalnya kualitas air (terutama suhu) di bawah standar atau akibat stres karena penanganan yang salah sehingga ikan sakit. sedangkan organisme patogen yang menyerang berupa Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea

  

sp., dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan organisme patogen dapat dilakukan

  dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik serta pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam secara baik. Jika perlu memperbaiki kondisi air kolam dengan menambahkan bahan probiotik. Sedangkan pengobatan ikan yang sudah terserang

2.7. Panen dan Pasca Panen

  Ikan lele sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15- 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit (Nasrudin, 2010).

  Setelah semua kegiatan pemanenan selesai, maka ikan-ikan tersebut siap untuk dipasarkan. Menurut Kotler (2001), pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Dengan kata lain, pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

2.8. Modal

  Modal adalah sejumlah uang atau barang yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah usaha. Modal juga dapat digunakan untuk mengembangkan usaha yang telah dijalankan untuk membuat usaha tersebut menjadi lebih besar skalanya dibandingkan waktu sebelumnya. Modal tersebut dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri adalah modal yang didapatkan dari pendanaan yang diperoleh dari diri sendiri. Sedangkan modal pinjaman adalah modal yang didapatkan dari pihak luar dan bukan dari diri sendiri (Rahardi, 1998).

2.8.1. Arus Biaya

  1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai kegiatan itu berlangsung sampai kegiatan tersebut mulai berjalan. Contoh biaya investasi pada kegiatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang adalah : pengadaan lahan, pembuatan kolam, pembelian bahan dan peralatan, dan lain-lain.

  2. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pembelian peralatan, sewa lahan, kolam, dan kantor/rumah jaga, yang lebih dicenderungkan kepada biaya penyusutan.

  3. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat variabel atau dapat berubah-ubah sesuai dengan a. Upah tenaga kerja Upah tenaga kerja merupakan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja atas jasa yang dipakai untuk membuat produksi.

  b. Pembelian bahan baku Pembelian bahan baku berupa benih ikan lele sangkuriang yang selanjutnya akan dibesarkan di kolam pembesaran.

  c. Biaya bahan pendukung Biaya bahan pendukung berupa pembelian pakan dan obat-obatan, guna menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang yang akan dibesarkan.

  d. Biaya transportasi Biaya transportasi (BBM) merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai biaya oprasional dalam perjalanan. Contohnya saat melakukan pemasaran ikan di tempat-tempat yang telah ditargetkan (pasar ikan, rumah makan, masyarakat, dll).

  4. Biaya Total Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

  5. Biaya Penyusutan Biaya Penyusutan adalah penurunan atau pengurangan nilai modal suatu alat tahan lama akibat pertambahan umurnya. Contohnya biaya penyusutan pada

III. METODE PENELITIAN

  3.1. Waktu danTempat

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014, di Kabupaten Aceh Barat Daya. Lokasi penelitian: Gampong Alue Sungai Pinang, Gampong Babahrot, Gampong Sikabu, Gampong Kuta Jempa dan Gampong Kuta Tinggi.

  3.2. Alat dan Bahan

  Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

  Tabel 1. Alat dan bahan dalam penelitian

  No Alat/Bahan Fungsi

  1 Lembar kuesioner Lembar pertanyaan Untuk menyimapan informasi atau hasil

  2 Buku catatan keterangan yang didapat Untuk mencatat keterangan-keterangan yang

  3 Pulpen didapat

  4 Kamera photo Sebagai dokumentasi

  3.3. Jenis Penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif – kuantitatif. Menurut Nawawi (2005: 63), Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan obyek penelitian (seseorang lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana. Sedangkan penelitian

  Pada penelitian ini dilakukan survey dengan cara pemberian kuesioner dan wawancara kepada para responden, dimana para responden tersebut masing- masing merupakan pembudidaya ikan yang sedang menggeluti usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 5 responden dari 10 total populasi, atau sekitar 50%. Gay dan Diehl (1992), mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka hasilnya akan semakin representatif. Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimunya adalah 10% dari populasi.

  Adapun 5 (lima) informan yang menjadi responden adalah sebagai berikut:

  1. Abdul Rahman (35 thn) : Gampong Sikabu

  2. Amiruddin (48 thn) : Gampong Babahrot

  3. Anwar (38 thn) : Gampong Kuta Tinggi

  4. Muklis (32 thn) : Gampong Alue Sungai Pinang

  5. Herman (28 thn) : Gampong Kuta Jempa

3.4. Metode Pengambilan Data

3.4.1. Data Primer