BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi 1. Pengertian - Efektifitas akupresur di titik Meridian PMS xuehai (sp10) terhadap tingkat nyeri menstruasi (dysmenorrhea) pada mahasantri Pondok Pesantren K. H Sahlan Rosjidi Universitas Muhammadiyah Semarang - Repos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi 1. Pengertian Menstruasi merupakan aktivitas bersiklus yang melibatkan

  peluruhan endometrium (Andrew, 2009). Perempuan yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungan yang disebut menstruasi (Syaifuddin, 2006).

  Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2007). Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai perempuan mencapai usia 45-50 tahun (Kinanti, 2009).

  Menstruasi merupakan pengeluaran darah secara teratur setiap bulannya yang berasal dari dinding rahim perempuan. Menstruasi terjadi karena luruhnya lapisan dinding rahim yang keluar melalui berupa darah yang dikenal dengan istilah darah menstruasi

  vagina (Fajaryati, 2011).

  Berdasarkan uraian diatas maka menstruasi dapat didefinisikan sebagai luruhnya lapisan dinding rahim (endometrium) berupa darah yang keluar melalui vagina setiap bulannya secara periodik dengan batas usia mencapai 45-50 tahun (Syaifuddin, 2006 ; Wiknjosastro, 2007 ; Andrew, 2009 ; Kinanti, 2009).

2. Siklus Menstruasi

  Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari. Panjang siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia seseorang. Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang

  8 sampai 7-8 hari. Pada setiap perempuan biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang dikeluarkan rata-rata 33,2 kurang lebih 16 cc (Wiknjosastro, 2007).

  Pada siklus menstruasi, mukosa rahim disiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi (Pudiastuti, 2010).

  Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi yaitu : Siklus Endometrium. Permukaan endometrium secara lengkap kembali secara normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase yaitu : a.

  Fase menstruasi Pada fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai perdarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum

  basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama 5 hari (rentang 3-6

  hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH

  (Luteinizing Hormone) menurun atau pada kadar terendahnya

  selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormone) baru mulai meningkat.

  b.

  Fase ploriferasi / folikuler Fase ploriferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi, misalnya hari ke-10 siklus 24, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari menjadi setebal kurang lebih 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase ploriferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

  c.

  Fase sekresi / luteal Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,

  endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

  d.

  Fase iskemi / premenstrual

  Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai

  10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan

  implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis.

  Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

3. Hormon yang Berpengaruh pada Menstruasi

  Sejumlah hormon yang berpengaruh pada menstruasi (Pudiastuti, 2010), ialah : a.

  Progesterone Hormon progesteron berpengaruh terhadap siklus menstruasi dan ovulasi, yang dikeluarkan oleh indung telur. Saat perempuan mengalami ovulasi, hormon progesteron akan membantu mempersiapkan lapisan bagian dalam rahim atau endometrium untuk menerima sel telur yang telah dibuahi oleh sperma. Meski berperan penting, namun terkadang hormon ini memicu rasa tidak nyaman. Misalnya, dua minggu sebelum menstruasi, hormon ini akan menyebabkan perut terasa kembung, nyeri pada payudara dan munculnya jerawat serta perubahan emosional.

  b.

  LH (Luteinizing Stimulating Hormone) Hormon LH bertugas membantu tubuh mengatur siklus menstruasi dan ovulasi. Karenanya, hormon ini juga memiliki peranan dalam masa pubertas. Hormon ini diproduksi di kelenjar hipofisis (pituitary) di otak. Umumnya, kadar hormon LH pada perempuan akan meningkat saat menstruasi dan setelah menopause. c.

  FSH (Follicle Stimulating Hormone) Hormon ini membantu mengendalikan siklus menstruasi, dan produksi sel telur pada ovarium yang dikeluarkan oleh hipofisis lobus depan. Kadar hormon FSH yang rendah dapat menandakan seorang perempuan tidak mengalami ovulasi, hipofisis tidak memproduksi hormon dengan cukup, atau dapat juga menandakan kehamilan.

  d.

  Estrogen Hormon estrogen diproduksi oleh ovarium, kemudian dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi oleh korteks adrenal dan plasenta pada ibu hamil. Hormon ini berfungsi membantu perkembangan dan perubahan tubuh saat pubertas, termasuk perkembangan secara seksual, memastikan jalannya ovulasi dalam siklus menstruasi bulanan, keluarnya air susu ibu setelah persalinan serta berpengaruh dalam menentukan suasana hati dan juga proses penuaan.

4. Klasifikasi Gangguan Menstruasi

  Menurut Wiknjosastro (2007), gangguan menstruasi dapat di golongkan dalam : a.

  Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan : 1)

  Hipermenorea (menoragia) Hipermenorea ialah perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari hari).

  2) Hipomenorea

  Hipomenorea ialah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasanya.

  a.

  Kelainan siklus

  1) Polimenorea

  Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).

  2) Oligomenorea

  Disini siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari.

  3) Amenorea Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.

  1) Perdarahan diluar menstruasi

  2) Gangguan lain yang ada hubungan dengan mentruasi

  1) Premenstrual tension (ketegangan pra menstruasi)

  2) Mastodinia

  3) Mittelschmers (rasa nyeri pada ovulasi)

  4) Dysmenorrhea (nyeri menstruasi) B.

   Nyeri Menstruasi 1. Pengertian

  Nyeri menstruasi atau dysmenorrhea adalah nyeri menstruasi yang memaksa perempuan untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari. Istilah

  Dysmenorrhea berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau

  nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhea yang artinya flow (aliran). Jadi Dysmenorrhea adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009).

  Nyeri menstruasi atau dysmenorrhea merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Prawiroharjo, 2007).

  Nyeri menstruasi atau dysmenorrhea dapat diartikan sebagai suatu ketidaknyamanan tertentu selama hari-hari pertama atau kedua menstruasi yang umum terjadi dan ditandai dengan kram perut, nyeri abdomen , sakit punggung dan pegal pada kaki (Wong, 2008).

  Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa nyeri menstruasi adalah suatu ketidaknyamanan yang dirasakan perempuan pada saat mengalami menstruasi yang ditandai dengan adanya nyeri

  abdomen, sakit punggung selama hari-hari pertama atau kedua

  menstruasi terjadi sehingga dapat mengganggu aktivitas yang akan dilakukan sehari-hari (Prawiroharjo, 2007 ; Wong, 2008 ; Proverawati & Misaroh, 2009).

2. Klasifikasi Nyeri Menstruasi

  Dysmenorrhea primer

  Dysmenorrhea primer yaitu nyeri menstruasi tanpa ditemukan keadaan patologi pada panggul.

  b.

  Dysmenorrhea sekunder

  Dysmenorrhea sekunder yaitu nyeri menstruasi yang berhubungan

  dengan berbagai keadaan patologis di organ genetalia, misalnya

  Menurut Prawiroharjo (2011), dysmenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi : a.

  penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome.

  Selain itu menurut (Biben dalam Suarbawa, 2010) menjelaskan pembagian derajat dysmenorrhea ada 3 derajat, yaitu: a.

  Ringan : Berlangsung beberapa saat, sembuh dengan istirahat, hilang tanpa pengobatan, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar tetapi berlokasi di perut bagian bawah.

  b.

  Sedang : Nyeri menyebar di bagian perut bawah, memerlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari- hari.

  c.

  Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, sakit pinggang, diare dan rasa tertekan.

  endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks,

3. Etiologi Nyeri Menstruasi

  Menurut Wiknjosastro (2007) penyebab dysmenorrhea dibedakan menjadi 2, yaitu penyebab dysmenorrhea primer dan penyebab dysmenorrhea sekunder.

  a.

  Penyebab dysmenorrhea primer Faktor yang mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea primer yaitu : perubahan hormon, sosial budaya, lingkungan dan dukungan orang terdekat, kecemasan dan nilai agama.

  1) Perubahan hormon

  Ketika waktu berlalu selama kurang lebih 21-35 hari dan sel telur tidak dibuahi, maka produksi estrogen dan progesteron mengalami penurunan, dan pada saat yang bersamaan uterus mulai melepaskan hormon prostaglandin yang berfungsi dalam membantu pelepasan jaringan serta darah ekstra yang telah menumpuk di dalam rahim. Hormon ini mendorong otot rahim untuk berkontraksi sehingga perut terasa sakit hingga menimbulkan mual pada sebagian perempuan. Otot rahim yang berkontraksi berfungsi dalam mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim yang menebal sebelumnya agar luruh menjadi darah menstruasi.

  2) Sosial Budaya

  Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya dapat membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan reaksi perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri.

  3) Lingkungan dan Dukungan Orang Terdekat

  Lingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapat mempengaruhi nyeri seseorang. Pada beberapa pasien yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, perlindungan. Walaupun nyeri tetap terasa, tetapi kehadiran orang yang dicintainya akan dapat meminimalkan rasa kecemasan dan ketakutan. Apabila keluarga atau teman tidak ada seringkali membuat nyeri pasien tersebut semakin tertekan. Pada anak-anak yang mengalami nyeri kehadiran orang tua sangat penting. 4)

  Kecemasan Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Secara klinik, kecemasan pasien menyebabkan menurunnya kadar serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter yang memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada susunan saraf pusat. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan sensasi nyeri. 5)

  Nilai Agama Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan penderitaan sebagai cara untuk membersihkan dosa.

  Pemahaman ini membantu individu menghadapi nyeri dan menjadikan sebagai sumber kekuatan. Pasien dengan kepercayaan ini mungkin menolak analgetik dan metode penyembuhan lainnya, karena akan mengurangi persembahan mereka.

  b.

  Penyebab dysmenorrhea sekunder

  Dysmenorrhea sekunder berhubungan dengan kelainan congenital

  atau kelainan organik di pelvis. Rasa nyeri yang timbul pada

  dysmenorrhea sekunder ini biasanya berhubungan dengan

  gangguan ginekologis seperti endometriosis, radang pelvis, kista ovarium , dan kongesti pelvis.

4. Cara Mengukur Nyeri Menstruasi

  Menurut Ningsih (2011), pengukuran intensitas nyeri menstruasi pada penelitian ini menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Alat ini digunakan sebagai pengganti pendeskripsian kata nyeri. Numeric menggunakan angka 0 pada garis paling kiri dan

  Rating Scale (NRS)

  angka 10 pada garis paling kanan. Angka 0 berarti tidak ada keluhan nyeri haid, 1-3 nyeri ringan (masih dapat ditahan, masih dapat beraktivitas dan masih dapat berkonsentrasi belajar), 4-6 nyeri sedang (nyeri menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, aktivitas terganggu, sulit atau susah berkonsentrasi belajar), 7-9 nyeri berat (nyeri menyebar ke pinggang, paha atau punggung, tidak nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat untuk beraktivitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar), 10 nyeri sangat berat (nyeri menyebar ke pinggang, kaki dang punggung, tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, tidak bertenaga, tidak dapat beraktivitas, tidak dapat bangun dari tempat tidur, terkadang sampai pingsan).

  Numeric Rating Scale (NRS) merupakan skala yang mudah

  dipahami dan digunakan. Alat ini juga sudah diuji validitas berdasarkan penelitian Flaherty (2008). Menurut Skala penilaian NRS digunakan untuk menggantikan penilaian dengan deskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala yang paling efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik (Perry & Potter, 2005).

  Adapun skala nyeri digambarkan sebagai berikut :

  1

  2

  3

  4

  

5

  6

  7

  8

  9

  10 Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri

  nyeri sangat berat

  Gambar 2.1 Skala intensitas nyeri 5.

   Penanganan Nyeri Menstruasi

  Penanganan dysmenorrhea pada umumnya dibagi menjadi 2 yaitu penanganan secara farmakologis maupun secara non- farmakologis.

  a.

  Penanganan farmakologis Menurut Wiknjonosastro (2007), penanganan secara farmakologis yang dapat digunakan pada dysmenorrhea antara laian adalah : 1)

  Pemberian analgetik Adapun obat-obatan analgetik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat yang sering beredar dipasaran seperti novalgin, ponstan, acet- aminophen dan yang lainnya.

  2) Terapi hormonal

  Tujuan dari terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan tujuan untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dysmenorrhea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu menstruasi tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. Selain itu hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan menurunkan produksi prostaglandin karena atrofi endometrium desidual. 3)

  Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin Terapi ini memegang peranan yang penting terhadap penangan primer. Obat-obatan termasuk disini seperti

  dysmenorrhea indometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih

  70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami perbaikan. Sebaiknya obat ini diberikan sebelum menstruasi dimulai misalnya satu sampai tiga hari sebelum menstruasi dan pada saat hari pertama menstruasi.

  b.

  Penanganan non-farmakologis Laila (2011) mengulaskan bahwa ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri non-farmakologis, yaitu : 1)

  Kompres hangat Suhu panas dapat meminimalkan ketegangan otot. Setelah otot rileks, rasa nyeri pun akan berkurang. Kompres hangat dapat menggunakan kompres handuk ataupun botol yang berisi air hangat. Pengompresan dapat dilakukan pada daerah yang terasa kram seperti pada perut ataupun pinggang bagian belakang. 2)

  Istirahat Istirahat pada saat menstruasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tidur, duduk sambil menenangkan diri ataupun bersantai sambil menonton televisi. Beristirahat ketika menstruasi diperlukan untuk merilekskan otot-otot yang tegang saat berkontaksi meluruhkan lapisan endometrium.

  3) Olahraga

  Berolahraga secara teratur dapat mengurangi stres yang timbul ketika PMS (Pre Menstruasi Syndrome) ataupun saat menstruasi. Selain itu berolahraga juga dapat meningkatkan produksi hormone endorphin otak yang merupakan penawar rasa sakit yang alami dalam tubuh. 4)

  Minum air putih Minum air putih sebanyak 8 gelas sehari mampu mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Minum air putih saat menstruasi dilakukan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah dan melancarkan peredaran darah.

  5) Melakukan pemijatan

  Pemijatan dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Pemijatan dilakukan dengan ringan dengan jari telunjuk membuat gerakan melingkar pada perut bagian bawah. 6)

  Melakukan yoga Yoga merupakan salah satu tradisi India kuno yang telah lama dikenal dan mampu memberikan efek yang baik untuk kesehatan terutama asana yoga yang identik dengan pengaktifan seluruh bagian tubuh. Asana yoga mampu mempercepat dan menstimulasi sistem pertahanan tubuh, serta mengubah pola penerimaan rasa sakit ke fase yang lebih menenangkan. 7)

  Teknik relaksasi Relaksasi merupakan metode alami dalam mengatasi nyeri.

  Cara melakukannya pun mudah yaitu dengan menenangkan pikiran lalu mengambil nafas dalam-dalam selama 5 detik kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian tubuh menjadi lebih rileks. Dalam kondisi rileks, tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan hormon-hormon yang menyebabkan stress. Karena hormon seks yaitu progesterone dan estrogen serta hormon stress yaitu adrenalin berasal dari blok kimiawi yang sama maka dengan mengurangi stress, produksi dari kedua hormon seks tersebut juga berkurang. 8)

  Counterpressure

  Counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara

  meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis. Tekanan pada Counterpressure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik Counterpressure dapat menyebabkan peningkatan

  endhorphin , yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri

  karena merangsang produksi hormon endhorphin yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah. 9)

  Melakukan akupresur Tujuan dari pengobatan nyeri dysmenorrhea dengan teknik akupresur adalah untuk menyeimbangkan hormon yang berlebihan karena pada dasarnya dysmenorrhea merupakan sakit yang berhubungan dengan ketidakseimbangan hormon.

C. Akupresur 1. Pengertian

  Akupresur merupakan ilmu penyembuhan yang berasal dari Tionghoa sejak lebih dari 500 tahun yang lalu. Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berdasarkan pada teori keseimbangan yang bersumber dari ajaran Taoisme. Taoisme mengajarkan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok, yang disebut kelompok Yin dan kelompok Yang. Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh (garis aliran energi atau

  meridian) untuk menurunkan nyeri atau mengubah fungsi organ (Widyaningrum, 2013).

  Pada dasarnya akupresur berarti teknik pemijatan yang dilakukan pada titik-titik tertentu ditubuh, untuk menstimulasi titik- titik energi. Titik-titik tersebut adalah titik-titik akupuntur. Tujuannya adalah agar seluruh organ tubuh memperoleh

  “chi” yang cukup

  sehingga terjadi keseimbangan

  “chi” tubuh. “Chi” adalah energi yang

  mengalir melalui jaringan di berbagai meridian tubuh dan cabang- cabangnya. Cara meningkatkan energi tubuh tersebut pada akupresur dilakukan dengan cara memberikan tekanan jari-jari tangan dan pemijatan (Hadibroto, 2006).

  Akupresur adalah penggunaan teknik sentuhan untuk menyeimbangkan saluran energi dalam badan atau Qi. Energi atau kekuatan hidup dalam bahasa Cina disebut

  “Qi” bergerak dalam tubuh

  dalam jalur tertentu atau saluran yang disebut meridian. Aliran energi dalam meridian sangat berpengaruh terhadap keseimbangan. Jika energi berkurang dalam satu atau lebih, maka meridian kesehatan tubuh akan terpengaruhi (Charandabi, 2011).

  2. Manfaat Akupresur

  Akupresur terbukti bermanfaat untuk pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, rehabilitasi (pemulihan) serta meningkatkan daya tahan tubuh. Melalui terapi akupresur penyakit pasien dapat disembuhkan karena akupresur dapat digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakit, dan dipraktekkan ketika dalam keadaan sakit. Selain itu, akupresur juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh walaupun tidak sedang dalam keadaan sakit (Fengge, 2012).

  3. Komponen-komponen Penting dalam Akupresur untuk Dysmenorrhea a.

  Meridian (Cing Luo) Meridian berasal dari kata cing luo yang artinya suatu sistem saluran membujur dan melintang secara teratur dan tersebar di seluruh tubuh. Fungsi dari meridian adalah media dimana chi, jin-

  ye, darah (xue) mengalir dan bersirkulasi. Meridian yang berperan

  penting pada dysmenorrhea yaitu meridian Ren Mai yaitu meridian yang memelihara rahim dan segala organ dalam perut, meridian

  Chong yaitu meridian yang memelihara rahim, otot perut dan otot

  pinggul, serta meridian Dai yang mengikat semua meridian dengan mengelilingi pinggul, masalah perut dan punggung (Hartono, 2012).

  b.

  Acupoint (Akupresur Point)

  Acupoint terletak di seluruh tubuh, dekat dengan permukaan kulit

  dan terhubung satu sama lain melalui jaringan yang komplek dari meridian. Setiap acupoint mempunyai efek khusus pada sistem tubuh, atau organ tertentu. Menstimulasi dan memijat secara lembut titik tersebut akan terjadi perubahan fisiologis tubuh dan akan mempengaruhi keadaan mental dan emosional. Acupoint ini merupakan titik yang sensitif dan mempunyai efek tertentu yang terletak di sepanjang meridian akupuntur. Kebanyakan acupoint ini terletak bilateral atau di dua sisi tubuh, oleh sebab itu akupresur dilakukan pada kedua sisi tubuh kecuali acupoint yang terletak di bagian tengah tubuh (Turana, 2004).

4. Letak Titik Meridian PMS Xuehai (SP 10)

  Titik meridian PMS Xuehai (SP10) merupakan salah satu

  acupoint pertemuan limpa, hati dan saluran ginjal yang terletak di

  meridian limpa. Titik ini di tunjukkan dalam penyakit darah, dalam arti mengembalikan darah yang berlimpah ke dalam lautan. Titik ini mudah di akses serta dapat diberikan tanpa bantuan dari staf medis (Charandabi, 2011).

  Titik meridian PMS Xuehai (SP10) ini merupakan titik yang digunakan untuk memperkuat limpa, mengembalikan keseimbangan Yi dan Yang, darah, hati, serta ginjal dan memperlancar peredaran darah serta suplai darah (Wong, 2010).

  Menurut Gendo (2010) lokasi titik meridian PMS Xuehai ini terletak 2 cun di atas sudut medio-superior dari patella, di atas tonjolan bagian medial dari M.Quadrcep femoris. Indikasi penyakit yang paling cocok dengan titik ini adalah menyembuhkan menstruasi tidak teratur, kencing darah, sakit di dalam paha, kulit gatal-gatal yang seringkali terkait dengan asma atau alergi (ezcema).

  Gambar 2.2 Letak titik SP 10 5.

   Cara Kerja Akupresur

  Teknik akupresur dapat mengurangi sensasi-sensasi nyeri melalui peningkatan endorphin, yaitu hormon yang mampu menghadirkan rasa rileks pada tubuh secara alami, memblok reseptor nyeri ke otak. Penekanan titik akupresur dapat berpengaruh terhadap produksi endorphin dalam tubuh. Endorphin adalah pembunuh rasa nyeri yang dihasilkan sendiri oleh tubuh. Endorphin merupakan molekul-molekul peptid atau protein yang dibuat dari zat yang disebut beta-lipoprotein yang ditemukan pada kelenjar pituitary. Endorphin mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar endokrin tempat molekul tersebut tersimpan. Selian itu endorphin dapat mempengaruhi daerah- daerah pengindra nyeri di otak dengan cara yang serupa dengan obat opiat seperti morfin. Pelepasan endorphin di kontrol oleh sistem saraf. Jaringan saraf sensitif terhadap nyeri dan rangsangan dari luar, dan jika dipicu dengan menggunakan teknik akupresur akan menginstruksikan sistem endokrin untuk melepaskan sejumlah endorphin sesuai kebutuhan tubuh (Ridwan, 2015).

  6. Cara Penekanan

  Penekanan yang dilakukan adalah searah jarum jam sebanyak 30 putaran selama 3-5 menit. Dalam penekanan, sebaiknya jangan terlalu keras dan membuat pasien kesakitan. Penekanan yang benar harus dapat menciptakan sensasi rasa (nyaman, pegal, panas, gatal, perih, kesemutan dan lainnya). Apabila sensasi rasa dapat tercapai maka di samping sirkulasi chi (energi) dan xue (darah) lancar, juga dapat merangsang keluarnya hormon endorphin yaitu hormon sejenis morfin yang dihasilkan dari dalam tubuh untuk memberikan rasa tenang (Hartono, 2012).

  Penekanan dilakukan dengan ujung jari, pada saat awal harus dilakukan dengan lembut kemudian secara bertahap kekuatan penekanan ditambah sampai terasa sensasi yang ringan tetapi tidak sakit (Turana, 2004).

  7. Ukuran

  Pada akupresur satuan hitung yang digunakan adalah cun. Cun merupakan satuan hitung untuk panjang atau lebar jarak antara titik akupuntur dengan titik acuannya yang digunakan dalam penentuan titik akupuntur ataupun ilmu pijat turunannya seperti akupresur. Berbeda dengan centimeter, cun lebih fleksibel karena dalam perhitungan panjang atau kebar karena karena yang digunakan adalah tangan pasien sendiri. Lokasi titik meridian PMS xuehai (SP10) ini terletak 2 cun di atas patella bagian dalam (Dharmojono, 2001).

  8. Teknik Perangsangan Titik Akupresur

  Melemahkan : untuk mendapatkan efek yang melemahkan, pijatan dilakukan lebih dari 30-50 kali (pijatan standar 30 kali atau selama 2 menit) atau dengan memijat melawan arah meridian atau pijatan berlawanan dengan arah jarum jam.

  Diperhatikan saat tindakan menurut Hartono (2012), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan akupresur, antara lain : a.

  9. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Tindakan

  Netral (disesuaikan dengan kebutuhan) : untuk memperoleh efek netral cukup dengan melakukan pemijatan pada titik yang dimaksud sebanyak 30 kali.

  c.

  Menguatkan : efek menguatkan diperoleh dengan cara memijat 10- 30 kali, atau dengan memijat mengikuti arah jarum jam atau searah jalur meridian.

  b.

  Sebagaimana dikemukakan oleh Sukanta (2008) bahwa tiap pemijatan bisa mengakibatkan hal-hal berikut : a.

  Untuk menentukan lokasi pemijatan yang benar ada beberapa cara yang dapat dilakukan Sukanta (2008), yaitu sebagai berikut : a.

  cun , dan lebar 4 jari sama dengan 3 cun.

  Dengan menggunakan pedoman lebar jari. Misalnya 1 jempol sama dengan 1 cun, lebar jari telunjuk dan jari tengah sama dengan 1,5

  c.

  Pembagian sama rata, dimana suatu bagian tubuh tertentu dibagi sama rata untuk mendapatkan titik yang tepat.

  b.

  Menggunakan tanda anatomis tubuh, seperti benjolan-benjolan tulang, garis siku atau garis telapak tangan, puting susu, batas rambut, kerutan lipatan tangan dan sebagainya.

  Kebersihan terapis Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun antiseptic sebelum dan sesudah melakukan tindakan sangatlah penting karena hal tersebut dilakukan dengan tujuan mencegah penularan penyakit antara terapis dengan pasien.

  b.

  Bagian-bagian yang tidak dapat di pijat Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi kulit terkelupas, tepat pada bagian tulang yang patah, dan tepat pada bagian yang bengkak.

  c.

  Pasien dalam kondisi gawat Penyakit-penyakit yang tidak boleh di pijat adalah tiga penyakit yang dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, yaitu ketika terjadi serangan jantung, gagal napas, dan penyakit pada syaraf otak misalnya stroke, pecah pembuluh darah, dan cedera otak. Apabila menemukan gejala demikian segera rujuk ke RS karena penanganan yang keliru dapat menyebabkan pasien mendapat pengobatan yang lebih baik.

D. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

  Sumber : Bobak (2004) ; Wiknjosastro (2007) ; Gendo (2010) ; Laila (2011) ; Prawiroharjo (2011) ; Fengge (2012)

  Penyebab dysmenorrhea primer : 1.

  Pengaruh hormon 2. Sosial budaya 3. Lingkungan dan dukungan orang terdekat

4. Kecemasan 5.

  Nilai agama Penanganan non-farmakologis : 1.

  Kompres hangat 2. Istirahat 3. Olahraga 4. Minum air putih 5. Melakukan pemijatan 6. Melakukan yoga 7. Teknik relaksasi 8. Counterpressure 9.

   Akupresur Fase iskemi / premenstrual Nyeri menstruasi

  / dysmenorhhea Dysmenorrhea primer Terapi farmakologi

E. Kerangka Konsep

  Adapun kerangka konsep pada penelitian tentang efektifitas akupresur di titik meridian PMS xuehai (SP10) terhadap tingkat nyeri menstruasi (dysmenorrhea) pada mahasantri di Pondok Pesantren K. H. Sahlan Rosjidi Universitas Muhammadiyah Semarang tahun 2018 adalah sebagai berikut : Variabel independen variabel dependen

  Gambar 2.3 Kerangka Konsep F.

   Variabel Penelitian

  Variabel penelitian adalah suatu ciri atau ukuran yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmojo, 2014).

  1. Variabel Independen (variabel bebas) Menurut Sugiyana (2008) dalam bahasa indonesia variabel ini disebut dengan variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau disebut juga variabel yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen didalam penelitian ini adalah akupresur di titik xuehai (SP10).

  2. Variabel Dependen (variabel terikat) Variabel dependen atau yang sering disebut variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

  Akupresur di titik xuehai (SP10)

  Nyeri menstruasi / dysmenorrhea variabel bebas (independen). Variabel dependen didalam penelitian ini adalah tingkat nyeri menstruasi / dysmenorrhea (Sugiyono, 2008).

G. Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dalam pembuktian upaya hipotesis, peneliti dapat melakukan percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori (Sugiyono, 2008).

  Hipotesis yang diharapkan pada penelitian ini adalah “Ada keefektifan antara akupresur di titik meridian PMS xuehai (S10) terhadap tingkat nyeri menstruasi (dysmenorrhea) pada mahasantri di Pondok Pesantren K.H. Sahlan Rosjidi Universitas Muhammadiyah Semarang ”.