Awan Putih Mengambang Di Cakrawala - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Seri Bacaan Sastra Anak Nusantara
Pusat Bahasa
DAD MURNIAH
33
R
66
"Aku tanyakan paaa Eyang Kakung ah, mengapa
awan putih selalu menarik jika dia bergumpal dan berjalan
pelan di atas cakrawala ," kata Andini sambil berbalik menuju rumah Eyangnya.
Kembali Andini mencari eyang kakungnya yang baru
pulang dari pertemuan dengan temantemannya . Andini selalu haus mendengar cerita dari eyangnya. Dia mendapat
Wii"
banyak pengalaman dari ceritacerita yang didongengkan
oleh eyang kakungnya itu. Masih beberapa hari lagi dia
tinggal di rumah eyang . Ibu Andini sudah pulang ke Jakarta
dan Andini akan dijemput oleh Ibunya jika hari sekolah sudah akan dimulai.
MENGAMBANG
01 CAKRAWALA
Eyang kakung dan eyang putri senang ada Andini bersarna mereka. Ada teman berbincangbincang bagi eyang
putri, dan ada orang yang akan memakan setiap makanan
yang dimasaknya. eyang kakung senang karena Andini
I I i'll
00002537
tekun mendengar setiap ceritanya. Andini adalah cucu
yang baik. 8agi kedua eyang itu, Andini bagai segumpal
ERPUSTA
awan putih yang berjalan pelan di atas cakrawala dibantu
PUSAT BAH
oleh tiupan angin.
PERPUSTAttAAN
PUSAT BAHAS
64
"lya, begitu Andini. Nah, sudah sana kamu ke Eyang
Putri. Kita sudah ditunggu untuk makan malam, yuk!" kata
Eyang Kakung sambil menarik Andini masuk ke dalam rumah.
Malam itu, setelah makan, Andini duduk manis di dekat eyang putri dan ibunya. Dengan telaten dijawabnya setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh eyang putrinya. Pertanyaan itu berkisar tentang sekolah dan seputar teman
w~"
sekolahnya. Mereka ngobrol hingga larut malam . Dan , Andini tidur terlalu malam sehingga esok harinya Andini bangun kesiangan. Eyang kakung sudah pergi ke tempat pertemuan dengan teman-temannya . Andini lalu mandi dan
sarapan menjelang tengah hari. Dia mencoba memunguti
ulat-ulat di pohon kaca piring setelah makan , tetapi Andini
tidak dapat menahan rasa geli melihat ulat itu menggeliatgeliat ketika dia tarik dari dedaunan yang sudah separuh digigiti oleh ulat itu. Bosan dengan mencari ulat, Andini berjalan perlahan-Iahan ke luar halaman dan menyusuri jalan
kompleks perumahan yang ditempati eyangnya .
Di belakang kompleks itu terdapat sawah yang membentang hingga kaki Gunung Siamet. Saat itu udara cerah
dan langit membiru . Sosok Gunung Siamet di kejauhan begitu jelas terlihat. Jurang-jurang di gunung itu membentuk
alur-alur gelap dan hutan seakan suatu bercak hijau kebiruan . Beberapa tempat terlihat memerah , kata Eyang itu
MENGAMBANG
01 CAKRAWALA
Bagian Kedelapan
I ~
p~
AWAN PUTIH
V133
, -MUR.
I.
t'\..
Awan Putlh Mengambang di Cakrawala
oleh
Dad Mumiah
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional
Jalan Daksinapati Barat IV. Rawamangun, Jakarta 13220
Perwajahan oleh Ibrahim Abubakar
Tata rupa sampul dan ilustrasi oleh Oerip Widodo
Diterbitkan pertama kali oleh
Bagian Proyek Pembina an Buku Saslra Indonesia dan Daerah-Jakarta
Pus at Bahasa. 2003
Andini masih menatap mulut Eyang Kakungnya yang
bergerak-gerak saat menyampaikan cerita mengenai Naga
Taksaka yang menggigit Raja Agung Astina karena karmanya.
"Nah, begitulah kisah hidup manusia. Parikesit seba-
lsi buku ini. baik sebagian maupun seluruhnya,
dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
lanpa izin tertulis dari penerbit,
kecuali dalam hal pengutipan
unluk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah .
gai raja yang agung tidak menyangka bahwa ajalnya hanya
karena ular nag,~'
kata Eyang Kakung Andini.
"Bag us sekali, Eyang!" jawab Andini.
"Manusia itu ternyata sifatnya bermacammacam ya,
Eyang! Kasihan Parikesit! Hanya karena tidak dijawab per-
ISBN 9796853574
tanyaannya oleh Begawan Samiti, langsung marah!"
"Itulah, Andini!" kat a Eyang Kakungnya kembali, "Barang siapa berbuat baik, kelak akan menerima kebaikan
pula. Demikian pula sebaliknya, siapa yang menanamkan
benih kejahatan akan memetik buahnya yang kurang menyenangkan," tambah Eyang Kakung Andini.
"Oh, begitu ya Eyang!" jawab Andini.
62
yang menentukan kehidupan. Parikesit masih melihat awan
bergerak perlahan menjauhi cakrawala, tetapi tetap meng-
= =KATA PENGANTAR
,.,
~
KEPALA PUSAT BAHASA
ambang. Kemudian, jatuhlah tubuh Parikesit ke atas pembaringan dengan senyum. Seluruh Astina dan rakyatnya
berkabung karena raja agung meninggal dalam kutukan .
Masalah kesastraan di Indonesia tidak terlepas dari
kehidupan masyarakat pendukungnya. Dalam kehidupan
masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan
baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru,
globalisasi, maupun sebagai dampak perkembangan teknologi informasi yang amat pesat. Kondisi itu telah mempengaruhi perilaku masyarakat Indonesia. Gerakan reforrnasi yang bergulir sejak 1998 telah mengubah paradigma
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tatanan kehidupan yang serba sentralistik telah
berubah ke desentralistik, masyarakat bawah yang menjadi sasaran (objek) kini didorong menjadi pelaku (subjek)
dalam proses pembangunan bangsa. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi tersebut, Pusat Bahasa berupaya
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan bacaan sebagai salah satu upaya perubahan orientasi dari budaya dengar-bicara menuju budaya baca-tulis
serta peningkatan minat baca di kalangan anak- anak.
Sehubungan dengan itu, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, melalui Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah Jakarta, secara berkelanjutan menggiatkan penyusunan buku bacaan sastra
vi
61
anak dengan mengadaptasi dan memodifikasi teks-teks
kecil yang menakutkan. Ulat itu melompat dekat kaki Pari-
cerita sastra lama ke dalam bentuk dan format yang dise-
kesit dan berubah menjadi seekor ular naga raksasa . lidah
suikan dengan selera dan tuntutan bacaan anak masa ki-
ular itu terjulur dan matanya merah menyala, serta taring-
ni. Melalui langkah ini diharapkan terjadi dialog budaya
antara anak-anak Indonesia pada rnasa kini dan penda-
nya berkilat-kilat. Pandangan mata ular itu melemaskan tu-
hulunya pad a masa lalu agar mereka akan semakin me-
Parikesit melihat seleret sinar putih memasuki ruang-
ngenal keragaman budaya bangsa yang merupakan jati
diri bangsa Indonesia.
Bacaan keanekaragaman budaya dalam kehidupan
Indonesia baru dan penyebarluasannya ke warga masyarakat Indonesia dalam rangka memupuk rasa saling memiliki dan mengembangkan rasa saling menghargai diha-
lang belulang manusia yang menatapnya.
an.
"Jika demikian , ajalku telah sampai. Kutukan itu terjadi
juga karena aku menghina brahmana . Aku harus menerima
karma ini!"
Parikesit lalu menarik napas dalam-dalam dan mulai
rapkan dapat menjadi salah satu sarana perekat bangsa.
membentuk sikap yang menghadapkan badan ke arah Ti-
Buku sastra anak ini merupakan upaya memperkaya bacaan sastra anak yang diharapkan dapat memper-
mur. Secepat kilat, naga yang lidahnya bercabang itu me-
luas wawasan anak tentang budaya masa lalu para pendahulunya.
Atas penerbitan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para penyusun bu-
nancapkan taringnya ke tubuh Parikesit. Setelah itu , naga
tersebut menghilang perlahan-Iahan tak berwujud .
Langit menjadi redup. Terdengar suara kidung sayupsayup dan bunga-bunga berjatuhan dari tangkainya bagai
gerimis. Parikesit memandang sekitar alam dari puncak
ku ini. Kepada Sdr. Teguh Dewabrata, Pemimpin Bagian
Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah-
menara . 8adannya menggigil antara panas dan dingin . De-
Jakarta beserta staf, saya ucapkan terima kasih atas usa-
ngan tersenyum dipandanglah awan-awan yang menggan-
ha dan jerih payah mereka dalam menyiapkan penerbitan
tung di atas cakrawala. Dia mulai merasakan tubuhnya ter-
buku ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan pula ke-
angkat seakan melayang . Dia mulai menyadari bahwa se-
pada Sdr. Oerip Widodo yang telah membantu menjadi
ilustrator dalam penerbitan ini.
gala sesuatu itu tidak abadi. Apa yang diciptakan akan di-
Mudah-mudahan buku Awan Putih Mengambang di
Cakrawala ini dibaca oleh segenap anak Indonesia, bah-
hancurkan , apa yang terbang tinggi akan jatuh ke bawah .
Maut tidak membenci atau mencintai seseorang. Karmalah
vii
60
pada punggawa istana. Kata brahmana kepada punggawa
istana.
kan oleh guru, orang tua, dan siapa saja yang mempunyai
perhatian terhadap cerita rakyat Indonesia demi mem-
"Jambu ini saya hadiahkan untuk Raja Parikesit seba-
perluas wawasan kehidupan masa lalu yang banyak me-
gai salah satu sarana penolak bala. Semoga dapat diterima
miliki nilai yang tetap relevan dengan kehidupan masa
oleh junjunganku," kata brahmana itu sambil menyembah .
kini.
Setelah menyerahkan jambu tersebut, brahmana itu lalu
menghilang . Ternyata brahmana itu adalah jelmaan dari
Taksaka yang kemudian diam-diam menyusup ke buah
jambu dalam keranjang yang dibawa oleh punggawa Kerajaan itu.
Punggawa Kerajaan membawa keranjang itu ke atas
menara. Dengan perlahan-Iahan dia menapaki tangga menara menuju pintu. Setelah mengetuk pintu, punggawa itu
menyembah sambi I berkata.
"Raja yang agung, ini ada persembahan dari seorang
brahmana sebagai salah satu penolak bala bagi paduka,"
kata punggawa itu sambil menundukkan kepala.
Parikesit membuka pintu menara dan menerima sekeranjang buah jambu berwarna merah segar. Kesegaran
jambu itu menarik selera Parikesit.
Pada waktu malam, ketika merasa sudah tidak ada
ancaman lagi yang berkaitan dengan kutukan Srenggi, diambillah jambu merah itu untuk dimakan .
Ketika jambu akan digigitnya, Parikesit terkejut. Dari
dalam jambu yang segar dan menggiurkan itu muncul ulat
Dr. Dendy Sugono
59
SALAM PEMBUKA
gunakan. Namun, Kasyapa tidak mundur niatnya menolong
Raja Parikesit. Dalam hatinya mengatakan masih ada beberapa kesaktian lagi yang belum saya keluarkan . Kesaktian Kasyapa membuat takjub Taksaka dan taktik Taksaka
Adik-adik,
berhasil untuk sedikit memusnahkan kesaktian Kasyapa .
Cerita Awan Putih Mengambang di Cakrawala ini ka-
Taksaka memuji dan menyembah Begawan Kasyapa kare-
kak persembahkan kepadamu. Cerita lama ini kakak tulis
na telah mengeluarkan beberapa kesaktian . Kasyapa dada-
kembali dengan menggunakan kosakata yang mudah
nya mengembang karena mabuk pujian. Akhirnya , mereka
dipahami oleh kalian. Sumber penulisan cerita ini diambil
dari bag ian pertama buku The Adiparvan, 1933, karya
berpisah masingmasing menuju Astina dengan tujuannya .
V.S. Suthankar, suntingan Poona.
Semoga cerita ini dapat merangsang minat bacamu,
memberikan tambahan jiwa, memperkaya imajinasi, dan
diharapkan dapat memperluas wawasan keindonesianmu.
Naga Taksaka mengubah dirinya menjadi seorang
brahmana dengan membawa sekeranjang jambu yang segar dan menarik selera. la berjalan melalui jalan pintas
mendahului Kasyapa menuju Astinapura.
Pada hari itu yang menu rut ramalan Srenggi sebagai
Selamat membaca.
hari ajal Parikesit, puncak menara di jaga ketat. Brahmana
dan pendeta Kerajaan tidak habishabisnya berdoa agar
Dad Murniah
Raja Astina selamat dari kutukan Srenggi, anak Begawan
Samiti.
Menjelang sore hari tidak ada tandatanda kedatangan
Naga Taksaka . Doadoa tetap terdengar di seluruh penjuru
istana. Ketika itu datang lagi seorang brahmana membawa
jambu segar yang berwarna merah dalam sebuah keranjang. Brahmana itu bergabung dengan brahmana lainnya
dan sebelum itu dia sempat menyerahkan keranjang ke-
58
Kasyapa setiap hari berjalan berkelana ke pelosok-pelosok
~_
DAETRJSI
daerah Kerajaan Astina. Oi tengah jalan, Kasyapa bertemu
dengan naga Taksaka, tetapi Kasyapa belum pernah megenal naga itu. Lalu, Kasyapa menyapa .
KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT BAHASA .. ... ... .. v
"Siapakah engkau yang melewati jalanku?"
"Hai brahmana, hendak ke mana jalanmu?" tanya Tak-
SALAM PEMBUKA .. . .... ...... ...... .. .... .. .. , ..... .. .. .. ....... viii
saka.
"Aku Kasyapa, " jawab brahmana itu, "Aku akan ke
OAFTAR lSi ... .. . ......... ... ...... ........... .... .. ............... . ix
istana Raja Parikesit. Tidak tahukah kamu bahwa Srenggi
hari ini mengutuk Parikesit akan mati digigit oleh seekor
naga?" jelas Kasyapa.
'Wahai brahmana, memangnya engkau mampu menolong Parikesit menghindari kutukan itu? Apa kesaktianmu ,
1. PERJALANAN UBURAN ANOINI .......... .. .............. 1
2. PADANG KURUSETRA ... ..... .... .. , ' " .... " ... .. , .. ... .. 15
3. KERAJAAN ASTINA .. .. ....... .... .. .. .. .... .. ............ .. 22
coba tunjukkan padaku!" tantang Taksaka.
Lalu, beradu tandinglah Taksaka dan Kasyapa . Bebe-
4. KELAHIRAN PARIKESIT ...... ..... ... .. .... . ..... . .. . ..... . 32
rapa kesaktian Kasyapa dan Taksaka silih berganti diperlihatkan. Sebuah pohon beringin yang diserang Taksaka
terbakar dan hangus menjadi abu. Kasyapa membaca
mantra dan menghidupkan pohon itu kembali. Mantra itu
hanya dapat digunakan satu kali sehingga setelah pameran
5. PARIKESIT MENJAOI RAJA .... ......... ...... .. .... .. ... 40
6. KUTUKAN SRENGGI ... ... ..... ... ..... ........ ... ... .... .. .47
7. AJAL SEORANG RAJA ...... ... .. ..... . ... .. ........ ..... .. 57
kesaktian itu, Kasyapa tidak dapat menghidupkan sesuatu
yang telah mati. Mantra itu sebetulnya merupakan andalan
Kasyapa untuk menolong Parikesit. Tetapi, karena Kasyapa sombong dan senang disanjung , kesaktian yang seharusnya tidak digunakan di tempat itu malahan sudah di-
8. AWAN PUTIH .... ....... .. ........... ..... ... ...... . ........ .. 63
56
"Aku bukan peminta-minta. Aku adalah raja agung dari
bangsa Kuru. Mengapa aku harus mencari obat penawar
bisa ular? Aku dapat menyelamatkan diriku sendiri!"
~
-
. Bagian Pertama
PERJALANAN LIBURAN ANDINI
Utusan Begawan Samiti akhirnya pulang ke pertapaan
dan melaporkan kepada Begawan Samiti.
"Baik buruk hidup dan nasib manusia tergantung dari
karmanya ketika hidup," kata sang begawan.
Sementara itu, Parikesit memerintahkan untuk membangun sebuah menara yang tinggi. Para pekerja bergegas
Dua anak tangga dilompati Andini dengan napas yang
menyelesaikan menara yang akan digunakan sebagai tem-
tersenggal-senggal. Dalam hati dia menyalahkan dirinya
pat berlindung Parikesit dari gigitan ular.
sendiri. Bukanlah Ibunya telah membangunkannya berkali-
Saat hari kutukan Srenggi tiba , menara itu selesai di-
kali agar segera bergegas menyiapkan diri. Andini waktu itu
bangun. Dindingnya tinggi dan kukuh serta sukar dicapai
hanya membuka matanya sebelah , mengintip jarum jam
manusia maupun ular. Parikesit naik ke menara. Dari atas
yang berada di kamarnya .
menara itu dia dapat melihat pemandangan yang menakjubkan . Wilayah Kerajaan tampak dari jendela menara .
Gerumbul perkampungan yang saling dihubungkan oleh
jalan setapak terlihat jelas.
"Ah, masih pukul 04.00. Masih lama!" gerutunya sambi! kembali memel uk guling dan menghadap ke tembok.
Itulah kesalahannya . Andini terpaksa harus tergesagesa ketika Ibunya sudah siap berangkat dan meneriaki di-
Di atas cakrawala menggantung awan putih yang
rinya yang masih asyik memeluk guling. Perjalanan dari ru-
bergerak perlahan di dorong oleh hembusan angin. Pera-
mah ke stasiun Gambir memerlukan waktu yang lama, ya-
saan Parikesit terasa ringan membayangkan dirinya berada
di atas awan dan bergerak perlahan mengamati wilayah
Krajaan Astina yang dipimpinnya.
itu sekitar satu setengah jam. Itu pun jika tidak pada saat
orang-orang akan berangkat bekerja. Tapi, syukurlah , walau dengan degup jantung memburu, Andini dan Ibunya
sampai juga di stasiun Gambir tepat sepuluh menit sebelum keberangkatan kereta Taksaka menuju Yogyakarta. la
55
2
dan ibunya akan turun di Purwokerto, stasiun sebelum Yogyakarta, tepatnya di daerah kaki Gunung Siamet.
"Srenggi, kamu lihat sendiri bagaimana Kresa menderita karena kata-kataku yang terhambur tanpa kusadari.
Sesungguhnya, Ibunya tidak tahan untuk berlama-
Seharusnya aku hati-hati, tetapi aku melakukan itu karena
lama duduk di kereta api, apalagi jika kereta dipenuhi de-
terkejut ketika mendengar tindakanmu menyumpahi Raja
ngan pedagang asong yang tidak mengenal sopan-santun
Parikesit. Sekarang coba cabut sumpahmu atas Raja Pari-
menyodorkan barang dagangannya hingga menyentuh hi-
kesit itu, Srenggi!" kata Begawan Samiti. Namun, Srenggi
dung pembeli. Untunglah Andini naik kereta yang bebas
menolak permintaan itu.
dari pedagang asong dan hanya berhenti di stasiun besar,
Cirebon dan Purwokerto.
Andini adalah cucu semata wayang eyang dari Ibunya.
"Aku pantang untuk menarik sumpah. Parikesit telah
menghina Ayah dan aku tidak dapat membiarkannya," kata
Srenggi kepada Ayahnya.
la seperti Ibunya anak tunggal , tidak beradik dan tidak ber-
"Jika begitu, anakku," kata Begawan Samiti, "Pergilah
kakak, sedangkan dari Ayah, Andini mempunyai saudara
engkau menghadap Raja Parikesit untuk memberitahukan
sepupu banyak. Ayahnya adalah anak keenam dari sem-
kepadanya agar segera mencari alat penawar agar sera-
bilan bersaudara yang semuanya laki-Iaki dan rata-rata me-
pahmu tidak mengenai dirinya."
reka mempunyai anak lebih dari tiga. Ayahnya berasal dari
Semarang. Kedua orang tua Ayah Andini sudah lama meninggal. Kini ia hanya bereyang pad a orang tua Ibunya.
"Tidak Ayah, aku tidak mau pergi menghadap Parikesit," jawab Srenggi.
Akhirnya, Begawan Samiti menyuruh orang untuk
Eyang Kakung, begitulah sapaan Andini kepada ka-
memberitahu tentang sumpah serapah yang diucapkan
keknya , sangat memanjakannya. Eyang adalah pensiunan
Srenggi kepada Raja Parikesit. Begawan Samiti juga ber-
wedana di dekat kota Purwokerto. Kakek Andini mempu-
pesan agar Parikesit mencari obat penawar untuk menghin-
nyai kebun cengkih dan ladang nanas yang amat luas . Be-
dari kutukan itu. Ketika utusan Begawan Samiti tiba dan
lum lagi beberapa hektar sawah yang selalu menghasilkan
menyampaikan pesan Begawan Samiti kepada Raja Pari-
berton-ton padi jika panen, serta kebun kelapa yang terle-
kesit, utusan itu mendapat marah dari Raja Parikesit. la
tak di kaki Gunung Siamet. Andini sangat senang jika
merasa begawan itu telah menghinanya.
eyang kakungnya mengajak ke kebun cengkih. Apalagi jika
54
3
Dengan tiba-tiba Kresa yang berdiri di dekat Srenggi
pohon cengkih dipenuhi oleh bunga. Dia akan berlari ke-
menjatuhkan dirinya dan berubah menjadi seek or musang.
sana kemari memungut bunga cengkih yang berjatuhan
Dengan menguik-nguik, musang itu mendekati kaki Bega-
dan aroma bunga cengkih seakan membuat Andini terbuai
wan Samiti. Orang tua itu tertegun melihat hasil ucapan
di daratan yang tenang dan damai yang dapat melupakan
yang keluar dari mulutnya itu .
kesumpakan kehidupan yang selalu dia lihat di Jakarta.
"Dewa penguasa dunia, ampunilah hambamu," kata
Eyang kakung Andini sebetulnya bukan asli orang Ba-
Begawan Samiti. Dia sangat menyesal telah mengatakan
nyumas atau Purwokerto, tapi berasal dari sebuah desa ke-
semacam kutukan kepada Kresa . Itu dilakukan karena Be-
cil di wilayah Solo. Beliau senang tinggal di daerah Banyu-
gawan Samiti merasa kaget bahwa anaknya Srenggi telah
mas karena alamnya indah, tanahnya subur, dan suasana-
menyumpahi Parikesit. Lalu, dia berkata kepada musang
nya tenang untuk hid up sebagai seorang pensiunan . Eyang
jelmaan Kresa .
kakung Andini mempunyai hobi mendongeng. Andini dari
"Wahai Kresa , itu memang menjadi karmamu . Jika ka-
kecil sudah mendengar bermacam-macam dong eng dari
mu ingin berubah menjadi manusia lagi, kamu harus ber-
eyangnya. Ini yang membuat Andini selalu menunggu de-
tapa . Tidak boleh makan unggas dan buah-buahan selama
ngan tidak sabar hari-hari liburan sekolah untuk mendengar
tiga tahun. Kelak jika semua itu engkau jalankan dengan
dongeng eyangnya yang selalu menambah pengalaman hi-
kepasrahan diri serta ketenangan hatimu, akan datang
dupnya .
seorang anak laki-Iaki kecil yang akan memukulmu dengan
"Bu , Papa nanti menyusul kita ke rumah Eyang nggak
ranting pohon dadap Saat itulah engkau kembali menjadi
ya?" tanya Andini kepada Ibunya ketika kereta mulai berge-
manusia," kata Begawan Samiti.
rak meninggalkan setasiun Gambir.
Musang itu kemudian berlari dengan cepat meninggal-
"Rasanya tidak An . Papa sibuk sekali!" jawab Ibunya.
kan Begawan Samiti sambil menguik-nguik nyaring . Sepe-
Mungkin ibunya juga tidak dapat berlama-Iama di rumah
ninggal musang jelmaan Kresa itu, Begawan Samiti me-
eyang . Jika menjemput Andini nanti, ibunya berjanji akan
nasihati Srenggi agar mencabut sumpah serapahnya ke-
membujuk papa Andini untuk ikut.
"Bu, Eyang pasti sudah tidak sabar menunggu kita,
pada Parikesit.
ya!"
53
4
"Ayah, Kresa melihat peristiwa itu dari balik semak,
"Iya, kamu tidak lupa membawa bingkisan roti Mantou
dan ketika aku datang lang sung diceritakan hal terse but
untuk Eyang?"
kepadaku," jawab Kala Srenggi.
"Enggak, Bu!" jawab Andini sambil menengok ke luar
jendela. Stasiun Manggarai baru saja dilewati dan sebentar
"Oh, Kresa! Kresa! Rupanya engkau pengadu domba
lagi akan sampai di stasiun Jatinegara. Taksaka juga tidak
seperti musang layaknya!" kata Begawan Samiti tanpa
berhenti di sana.
sadar.
Perjalanan Iiburan memang selalu menyenangkan ba-
J,:'" : lra,i;J (
(..-"
""Ill; ~
r... k,i-1... "
V'
r::->
gi Andini. Dia melihat situasi yang berbeda pada kota-kota
atau daerah yang dilewatinya. Dia dapat memandang dari
~
tz
0
"l.'
\
..;
kaca jendela kereta api dusun-dusun dengan segala aktivitas penghuninya memulai kehidupan di pagi hari. Dan,
yang paling disukai Andini adalah awan-awan yang seakan
menggantung di lang it mengikutinya bergerak sepanjang
jalan. Tiang-tiang yang berbaris di pinggir rei kereta api
bergerak lari meninggalkannya. Demikian pula, pepohonan
yang berjajar rapi di sepanjang rei kereta. Ada gerak yang
bergegas seakan waktu tak memberi kesempatan untuk
sekadar memperlihatkan pucuk daun yang baru tumbuh
kepada Andini. Itu suasana yang selalu dinikmatinya ketika
naik kereta api.
Pengalaman
tersebut
selalu
diceritakan
kepada
eyangnya ketika Andini tiba di rumah eyangnya. Dan, sang
eyang dengan sabar mendengarkan celoteh si cucu . Dengan bersemangat Andini akan menceritakan kepada
eyangnya bagaimana pohon dadap yang tegak di areal
"Engkau seperti musang layaknya!"
52
5
katnya kedua tangannya tinggi-tinggi. Sambil menengadah-
persawahan di sekitar bukit yang tampak, seakan telanjang
kan muka dia berseru.
tak berdaun, hanya tinggal tulang-tulang batang pohonnya.
'Wahai dewa di angkasa, kabulkanlah permintaanku
Dari pucuk-pucuk ranting
menyembul
kelopak
merah
ini! Dalam waktu tujuh hari, mampuslah Parikesit, raja ku-
membara menjadikan pohon dadap itu seakan bercahaya
rang ajar, digigit Naga Taksaka!"
dari kejauhan .
Tiba-tiba petir dan guruh terdengar membelah langit,
Eyang Andini akan membawa Andini berjalan-jalan
bumi bergetar hebat mendengar sumpahnya. Setelah bumi
sambil bercerita atau menunjukkan nama-nama pohon atau
reda dengan getarannya, Srenggi meneruskan perjalanan-
apa pun yang belum diketahui Andini.
nya menuju ke tempat Ayahnya berada. Kebetulan Bega-
Tahun lalu , Andini dan eyang kakung berjalan-jalan di
wan Samiti baru saja menyelesaikan tapanya . Tanpa ber-
pedesaan di sekitar Gunung Siamet. Beberapa dusun di
tanya-tanya mengenai keadaan ayahnya, Srenggi langsung
daerah pegunungan memang mengesankan. Di sana ter-
bercerita.
dapat rumah-rumah kecil berdinding bambu setengah ber-
"Ayah, aku tadi menyumpahi Parikesit agar mati digigit
dinding papan, dan atapnya terbuat dari seng . Jika hujan
Naga Taksaka . Dia kurang ajar Ayah , berani sekali dia
curahnya nyaring terdengar menimpa atap terse but. Di se-
menghinamu!" teriak Srenggi.
kitar halaman terdapat beberapa ekor ayam sedang me-
Begawan Samiti terkejut mendengar kata-kata Sreng-
ngais-ngais tanah mencari cacing atau serangga yang dapat dimakannya. Di pinggiran jalan setapak beberapa ekor
gi.
"Jagat dewa batara! Apa yang akan terjadi pad a Ke-
kambing ditambat dengan tiang pancang yang dipakukan di
rajaan Astina? Srenggi! Tidak semestinya kau menyumpah-
tanah . Kambing itu memakan rumput yang tumbuh sepan-
nyumpah tanpa mengetahui duduk persoalannya !" hardik
jang pinggiran jalan setapak terse but. Tali pengikat kam-
Begawan Samiti dengan marahnya.
bing sengaja dibbuat tidak terlalu panjang. Hal itu dilakukan
"Dari siapa kamu tahu perbuatan Parikesit terhadapku?" tanya Begawan Samiti memandang anaknya.
agar kambing tidak terlibat-libat oleh tali tambatannya.
Andini dengan eyangnya melihat pedagang mengangkuti bergunung-gunung buah nanas ke dalam truk untuk dibawa ke pasar-pasar kota . Sementara itu, buruh pemetik
51
6
"Apa kau bilang!?" teriak Srenggi mendengar cerita
buah nanas masih mondar-mandir antara tepi jalan dan ladang nanas dengan membawa bakul berisi buah-buah na-
Kresna tentang sikap Raja Parikesit terhadap ayahnya.
"Kurang ajar, Raja Astina itu berani menghina Ayah-
nas.
Perjalanannya dengan sang eyang membawanya ke
kU!" ucap Srenggi dengan geram .
"Coba ulangi lagi kata-katamu dan jangan mencoba
arah timur laut. Oari daerah itu tampak jurang-jurang memaparkan suatu pemandangan yang indah sekali. Ladang-
membohongiku," bentak Srenggi pada Kresa .
ladang luas terhampar dibatasi oleh lereng gunung . Se-
"Iya, tadi kulihat Parikesit dengan pongah membentak-
buah sungai besar turun dari bukit dan mengalir menuju
bentak Begawan Samiti. Tangannya menunjuk-nunjuk mu-
sela-sela jurang dan muncul kembali di lembah yang jauh
ka Begawan dan suaranya menggelegar sehingga binatang
di bawah bukit.
yang sedang berlalu di dekat situ lari terbirit-birit. Kemudian
Sebuah dusun terlihat di lembah di tengah-tengah an-
Begawan Samiti mUkanya dilempar dengan ular oleh Pari-
tara punggung bukit. Beberapa bangunan rumah terpam-
kesit. Itu di leher Begawan terjuntai ular yang mati," kata
pang, atapnya berkilauan karena terbuat dari seng, tetapi ti-
Kresa menceritakan kejadian yang dilihatnya dengan di-
dak semua, beberapa menggunakan atap rumbia, atap
tambah-tambahi sehingga membuat Srenggi semakin ma-
yang terbuat dari anyaman daun rumbia yang dijepit de-
rah.
Sambil berjalan-jalan terburu -buru ke arah ayahnya
ngan bambu, dan gumpalan-gumpalan asap ke luar dari
rumah-rumah itu meninggalkan bekasnya di langit. Balai
dia bersungut-sungut.
desa dapat ditandai dari adanya pohon banyan yang besar.
"Aku punya ternan seekor naga yang sangat sakti.
Oi seberangnya terbentang sawah-sawah dengan pema-
Biar! Aku akan minta tolong kepadanya untuk menghajar-
tangnya yang kelihatan jelas dan tajam. Oi belakang balai
mu Parikesit!" kata Srenggi dengan suara bagaikan gele-
desa itu terdapat rumah-rumah penduduk yang halaman-
gar.
nya saling berdekatan, rapi berderet, dan pohon-pohon ke-
Sambil terus melangkah diikuti oleh Kresa, tangan
lapa menjulang dari balik rumah-rumah yang diselimuti ka-
Srenggi mematah-matahkan ranting pohon di kanan-kiri ja-
but tipis. Sayap-sayap burung kuntul berkilauan ketika me-
Ian yang dia lewati. Oengan tiba-tiba dia berhenti. Oiang-
reka terbang di atas sawah, samar-samar kelihatan dari
7
50
Setelah puas berteriak-teriak menyalurkan amarahnya
jauh di tengahtengah awan, kemudian mereka lenyap, ter-
kepada 8egawan Samiti, Parikesit pun pergi. Hatinya sa-
lebur dalam kabut dan tidak kelihatan lagi. Kenangan se-
ngat sedih karena belum pernah diperlakukan seperti itu
perti itu yang membuat Andini selalu ingin kembali ke tem-
oleh orangorang yang pernah ditemuinya. la merasa sa-
pat Eyangnya . Awanawan menggantung tepat di tentang
ngat terhina . Dan, yang menambah kekesalannya adalah
matanya berbatasan dengan cakrawala, seperti pemanda-
kegagalannya untuk menangkap kijang berkulit emas.
ngan yang dijumpainya di kereta api, selalu awan putih
Tanpa sepengetahuan Parikesit, tingkah laku Raja Pa-
menggumpal dan indah yang dilihatnya.
rikesit kepada 8egawan Samiti tersebut diketahui oleh se-
Pukul 12.15 menit sampailah Taksaka di stasiun Pur-
seorang dari balik gerumbul semak. Dia adalah teman
wokerto . Andini membantu Ibunya menurunkan tas dari ba-
Srenggi yang bernama Kresa . Srenggi adalah anak dari
gasi. Kemudian, ia berjalan di belakang Ibunya sambil me-
8egawan Samiti . Pada waktu itu Srenggi tidak ada di dekat
nenteng tas berisi kue Mantou. Dengan menghirup dalam-
Ayahnya. Dia sedang berjalanjalan mengunjungi Ibunya di
dalam udara yang segar, dia turun dari pintu kereta. Dari
kahyangankedewaan .
jauh dilihatnya eyang kakung melambaiIambaikan koran .
8ersamaan dengan perginya Parikesit dari hutan itu,
Ingin berlari Andini ke arah eyang, tapi ditahannya. Kasihan
datanglah Srenggi dengan bersenandung sambil melihat
Ibu yang kelihatan capai sambil menenteng tas harus ikut
pemandangan kanan kiri jalan yang dilewatinya. Sambil
berlarian di belakangnya nanti.
berjalan itu, tangannya mematahkan rantingranting pohon
Ciuman eyang kakung menghujani pipi dan ubun-
di dekatnya. Jadi, di belakang punggung Kala Srenggi, se-
ubunnya. Ibu menyalami eyang dan mencium tangannya
maksemak terlihat berantakan karena patahan dahan atau
dengan hormat. Wajahwajah penuh rindu saling bertatap-
ranting yang dilakukannya. Suara gaduh dan gemeretak
an. Segera Andini bergegas menuju tempat parkir.
terdengar dari kejauhan saat tubuh Kala Srenggi belum
"Kereta apa yang kamu naiki tadi, Andini?" tanya
muncul. Dengan tergopohgopoh Kresa menghampiri keda-
Eyang Kakungnya sambil memukul lembut kepalanya de-
tangan Srenggi dan tanpa basabasi menceritakan peris-
ngan gulungan koran .
tiwa yang menimpa Ayahnya, 8egawan Samiti.
49
8
"Kereta Taksaka, Yang! Enak deh! Tidak terasa gun-
"Wahai brahmana, aku Parikesit cucu Pandu, Raja
cangannya, tahu-tahu sudah sampai Purwokerto," jawab
Astina, apakah engkau melihat seekor kijang lewat di tem-
Andini sambil menggamit tangan Eyangnya.
pat ini? Ke mana arah kijang itu lari, tunjukkanlah padaku!"
"Kamu tahu apa arti Taksaka itu?" tanya Eyangnya.
Begawan Samiti pada saat itu sedang bertapa bisu,
nApa ya? Andini nggak tahu , Yang?"
melakukan tapa dengan berdiam diri. Ketika Parikesit me-
"Itu nama seekor naga yang besar sekali."
nanyakan tentang lewat tidaknya kijang di hadapannya .
"Nag a? Eyang, Eyang, ceritakan dong ... !" kata Andini.
Tak satu pun jawaban keluar dari mulutnya. Berulang kali
"Andini! Nanti saja, ya!" cegah Ibu Andini.
Parikesit bertanya, namun Begawan Samiti tetap tidak
"Memang kenapa, Bu?" tanya Andini.
menjawab.
"Ya, nanti. Kita juga belum ketemu Eyang Putri, 'kan ,"
jawab Ibunya.
"Eyang Kakung janji , ya! Nanti akan cerita mengenai
Taksaka , kan?" tanya Andini kepada Eyangnya.
"Iya, iya! Kamu selalu tidak sabar jika mendengar sebuah cerita," jawab Eyang Andini.
Parikesit sebagai keturunan bangsa Kuru , cucu Pandu, dan Raja Agung Astina, pengganti tunggal Raja Yudistira merasa brahmana itu telah menghinanya karena
tidak mau menjawab pertanyaannya. Parikesit tersinggung
dan marah. Secara emosional dia melihat bangkai seekor
ular tergeletak tidak jauh dari tempat brahmana itu duduk
Andini berlari memutari mobil eyangnya dan membuka
bersila . Parikesit mengambil bangkai ular dengan busurnya
pintu depan untuk duduk. Perjalanan dari stasiun menuju
yang panjang. Kemudian, bangkai tersebut dikalungkan ke
ke rumah Eyang sekitar tiga puluh menit. Andini merasa
leher Begawan Samiti sambiI berkata kasar penuh amarah.
senang menghirup udara desa tempat eyangnya bermukim .
"Terhadap penghinaanmu, inilah balasanku, wahai
Akhirnya, mereka sampai juga di rumah yang terletak
brahmana yang tidak tahu diri. Pertanyaan dari raja pe-
di pinggir jalan sebuah kota kecil. Rumah kecil dan asri.
nguasa dunia tidak kau jawab sedikit pun. Aku muak me-
Halaman belakangnya luas ditanami berbagai pohon buah.
lihat kebisuanmu. Sekarang rasakan bau busuk ular di le-
Jambu biji, mangga , rambutan, dan beberapa pohon bunga
hermu sepuas hatimu . Inilah hukuman bagi brahmana yang
seperti pohon cempaka, kenanga, kaca piring, kamboja
tidak patuh pada rajanya!"
9
48
Pada suatu hari, Parikesit dan pengiringnya mengadakan perburuan ke hutan. Peralatan untuk menangkap dan
jepang, kemuning jepang, melati, dan menur, sem uanya
ada di sana.
membawa binatang buruan disiapkan oleh punggawa is-
Ketika sampai di rumah eyangnya, ia segera berlari
tana. Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan bagi
mencari eyang putrinya. Dengan berteriak-teriak kegirang-
Parikesit. Langit cerah dan berwarna biru. Angin berhem-
an Andini menyerahkan roti mantou kesukaan eyang putri-
bus pelan dan matahari bersinar cemerlang.
nya.
Semangat Parikesit menyala-nyala untuk segera men-
Rupanya eyang putri Andini sudah menyiapkan ma-
cari binatang buruan di hutan. Dia berjalan mengikuti cara
kanan kesukaan Andini, kue klepon yang terbuat dari
jalan Arjuna yang seakan tidak menjejak tanah dan
tepung ketan ditaburi dengan kelapa parut. Betapa senang-
mematahkan ranting-ranting semak di hutan . Dengan mem-
nya Andini. Mulutnya penuh dengan kue klepon. Eyangnya
bawa busur berjalanlah ia memasuki hutan belantara. Ter-
juga menyiapkan makan siang berupa sroto, makanan khas
lihat olehnya seekor kijang yang berbulu keemasan . Hati
Banyumas, dengan lauk rempela ati bacem, serta mendo-
Parikesit begitu terpikat akan kijang itu yang berlari lebih
an.
cepat dan lincah daripada Parikesit. Dengan napas yang
Andini beristirahat sambil berceloteh kepada eyang
terengah-engah dilompatinya semak-semak, ditebasnya
putrinya hingga tanpa sadar akhirnya ia tertidur kecapaian.
ranting pohon yang menghalangi larinya . Namun, Parikesit
Eyang putrinya membiarkan Andini tidur di sofa tengah ru-
sia-sia berlari kencang. Sampai akhirnya ia kehilangan
mah. Dengan berjingkat dia masuk ke ruang belakang dan
jejak kijang. Dengan perlahan-Iahan, Parikesit mengendap-
berbincang-bincang dengan Ibu Andini.
endap mencari sosok kijang emas.
Sore hari , Andini bang un dengan perasaan segar. Se-
Langkah kakinya membawa Parikesit ke arah seorang
telah mandi, dia duduk di luar rumah mendekati eyang ka-
brahmana yang sedang bertapa di hutan itu. Brahmana
kungnya yang sedang meneliti daun bunga kaca piring .
terse but bernama Begawan Samiti. Begawan itu terlihat du-
Eyang tidak suka jika ada ulat bertelur di daun bunga itu.
duk di bawah pohon sepertinya kelelahan dan mengantuk.
Pasti daunnya akan gundul dan hanya akan terlihat tangkai
Bertanyalah Parikesit kepada brahmana yang sedang du-
bunga yang berwarna coklat. Gersang kesannya . "Tidak
duk bersila di tanah .
elok," kata Eyang.
10
Bagian Keenam
"Eyang, katanya mau cerita ular naga Taksaka. Bagaimana, Yang?" kat a Andini sambi I berdiri di dekat Eyangnya.
KUTUKAN SRENGGI
"Ya, sebentar .... " kata eyangnya dengan suara lembut.
"Sini Andini, ikut Eyang ." Eyang kakung mengajak
Andini ke kursi kesayangannya di teras .
"Begini ceritanya," katanya sambil meluruskan kakinya
Parikesit adalah ahli waris kegemaran berburu hewan.
ke bawah meja.
"Taksaka itu seekor naga raksasa yang telah membunuh seorang raja bernama Parikesit. "
"Mengapa Raja itu dibunuh , Eyang?" tanya Andini me-
Saat kecil , Parikesit sering ikut berburu dengan kakek-kakeknya. Dia paling senang membuntuti Kakek Arjuna . Suka
sekali dia memperhatikan bagaimana Arjuna mengintai buruannya, bagaimana Arjuna menandai bahwa buruannya
nyelidik.
"Ya, karena Raja itu terkena sebuah kutukan ," jawab
Eyang Andini sambi! mengelus kepala Andini .
melalui jalan itu . Dia ingat bagaimana kaki Arjuna seakan tidak menginjak ranting dan dengan cepat melesat mengejar
"Kutukan itu apa, Eyang?" tanya Andini kembali.
buruannya . Pada waktu itu Parikesit membuntuti Arjuna
"Kutukan itu adalah sumpah yang diucapkan oleh se-
yang sedang memburu seekor rusa berbadan besar. De-
seorang karena dia dendam atau sakit hati pada orang
ngan hati-hati dan tanpa bersuara, Arjuna memasang anak
lain ," jawab Eyang Andini.
panah di busurnya. Dan , sekali bidik, rusa itu menggelepar
"Mengapa Raja Parikesit sampai dikutuk orang , ya ,
Eyang?" Andini mengerutkan keningnya.
"Karena dia menyakiti orang lain sehingga orang yang
disakiti itu dendam dan kemudian mengutuknya."
"Jadi, kalau disakiti orang, kita harus mengutuk orang
itu ya , Eyang?" tanya Andini lagi.
i
tanpa sempat berlari dari hadapan Arjuna. Parikesit sangat
mengagumi Arjuna. Dari Arjunalah Parikesit menjadi senang berburu . Setiap kesempatan luang digunakan untuk
kesenangannya berburu rusa atau binatang lainnya di
hutan belantara.
11
46
Parikesit dikaruniai seorang putra bernama Janame-
"Ya tidak, Andini, tidak! Jika kita disakiti oleh orang lain
jaya. Hidupnya bahagia dikelilingi oleh punggawa-pungga-
sebisa-bisa kita memaafkan orang yang menyakiti kita itu.
wa kerajaan yang cakap.
Kita tidak boleh dendam, dan jag a diri kita agar jangan
sampai kita mengutuknya, " kata Eyang Andini.
"Mengapa begitu, Eyang?" tanya Andini.
"Ya, agar kita tidak akan seperti Raja Parikesit yang
akhirnya harus meninggal karena sebuah kutukan"
"Siapa sih, Yang, Raja Parikesit?" tanya Andini ingin
tahu .
"Oia keturunan dari Raja Astina. 8eginilah ceritanya.
Oahulu ada sebuah keluarga yang memimpin Kerajaan
Astina . Nama keluarga itu adalah Kuru. Mereka mempunyai
keturunan bernama Destarata dan Pandu," jelas Eyang
Andini.
Lalu, si Eyang bercerita mengenai kehidupan Pandawa dan Kurawa. Mereka adalah saudara sepupu yang tidak
rukun. Ayah mereka adalah dua orang bersaudara Putra
Maharaja Astina . Yang sulung bernama Destarata dan
adiknya bernama Pandu Dewanata. Sejak lahir, Destarata
buta. Oleh karena itu, ia tidak dapat dinobatkan menjadi
raja sebagai pengganti ayahnya. Akhirnya, Pandu Oewanatalah yang dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya.
Destarata menikah dengan Dewi Gendari. Mereka
mempunyai 100 orang putra, yang kemudian terkenal seba-
45
12
gai keluarga Kurawa . Putra yang sulung bernama Duryu-
bergerak maju menuju ke barat daya, dan sampailah di
dana . Adik-adiknya semua laki-Iaki , hanya satu yang
bekas Kerajaan Dwaraka yang sudah musnah terendam di
perempuan, namanya Dushala. Destarata juga mempunyai
bawah samudra karena perang saudara. Mereka kemudian
anak laki-Iaki dari dayangnya yang diberi nama Yuyutsu .
berbelok ke utara dan berjalan terus ke arah itu. Akhirnya,
Adapun Pandu, ia menikah dengan Kunti dan berputra
mereka dapat mendaki Gunung Himawan dan kemudian
tiga orang, yaitu Yudistira, 8ima, dan Arjuna. Pandu juga
menuruninya hingga berhadapan dengan daratan pasir
mempunyai istri yang lain, Dewi Madrim namanya. Dari
yang luas membentang. Di kejauhan mereka melihat pun-
Madrim, Pandu mendapatkan putra bernama Nakula dan
cak tertinggi, puncak Gunung Meru tempat perjalanan ter-
Sadewa, mereka kembar. Anak-anak Pandu ini kemudian
akhir yang mereka inginkan.
terkenal dengan sebutan keluarga Pandawa Lima.
Sepeninggal Pandawa, Parikesit menata kembali pe-
Kedua keluarga itu tinggal di Kerajaan Astina . Karena
merintahan kerajaan Astina . Parikesit adalah raja muda
mereka cucu Raja Astina, selayaknyalah mendapat pendi-
yang pandai. la menguasai sastra dan ilmu perang. la me-
dikan dari seorang guru besar. Guru yang mendidik mereka
merintah dengan bijaksana. Kebijaksanaannya sampai ke
dalam keahlian perang dan pemerintahan adalah Dorna.
ujung dunia. Pertanian dan perkebunan semakin maju. 8e-
Ketika kecil mereka bersama-sama dididik olah tubuh dan
berapa perbaikan irigasi dilakukan pada bangunan-bangun-
juga olah pemikiran. Namun, Pandawa Lima mempunyai
an jalan air yang sudah tua. Perdagangan meningkat. Ke-
kemampuan yang lebih unggul dari Kurawa .
sen ian dan kesusastraan berkembang pesat.
Perselisihan di antara mereka sering terjadi karena ra-
Kekayaan Kerajaan Astina terpancar dari bangunan
sa iri hati. Anak-anak Kurawa merasa iri karena Pandawa
istananya yang indah. Balairung istana dihiasi dengan
keterampilannya melebihi mereka.
taburan emas manikam, berkilau-kilauan jika tertimpa sinar
Pandawa Lima sejak kecil sudah tidak berayah . Pandu
pelita atau bulan pada malam hari. Kereta-kereta kerajaan
Dewanata meninggal terkena kutukan ketika sedang berja-
dibuat dari emas. 8aju kuda disulam dengan emas. Keka-
lan-jalan dengan Dewi Madrim di hutan . Pandu pernah
yaan itu sebanding dengan kebijaksanaan Parikesit dalam
membunuh sepasang rusa yang sedang berkasih-kasihan .
memerintah Kerajaan Astina.
Pandu tidak tahu bahwa rusa yang sedang berkasih-
13
44
"Tidak, istriku, kamu harus menjaga Parikesit agar dia
tidak merasa kehilangan kita," jawab Arjuna.
kasihan itu adal ah jelmaan dewa dari kahyangan. Dewa
dan dewi itu sedang turun dari kahyangan menjadikan
"Maafkan aku Kanda, jika aku memikirkan kepentingan
dirinya sebagai rusa untuk berkasih-kasihan, tetapi Pandu
diriku sendiri, itu karena rasa cintaku yang besar kepada
membunuhnya. Saat itu Pandu dikutuk bahwa dia akan
Kanda," jawab Sumbadra.
meninggal saat sedang berkasih-kasihan dengan istrinya .
"Ooakan kami agar kami kuat melakukan darma
InI,
Akhirnya, Pandu meninggal oleh kutukan itu saat berkasihkasihan dengan Dewi Madrim dihutan dan Oewi Madrim
Oinda Sumbadra," kata Arjuna kembali.
"Iya, Kanda . Ooaku akan kulantunkan selalu untuk
ikut
membunuh
dirinya.
Kanda Yudistira, Sima, Arjuna, dan Adik-adikku Nakula ,
dikendalikan
Sadewa, serta Orupadi," jawab Sumbadra.
Pandawa lima dewasa.
oleh
Kerajaan
Oestarata
Astina
menunggu
sementara
hingga
para
untuk
Oewi Gendari, Ibu dari Kurawa merasa sangat takut
memberitahukan keputusannya yang akan menjauhkan diri
jika Yudistira, anak pertama dari Pandawa lima dewasa,
dari hal-hal yang bersifat keduniaan. Yudistira melepaskan
kelak menggantikan kepemimpinan Destarata. Gendari
semua perhiasan kerajaan yang dikenakan dan mengena-
berharap anak-anaknya dapat lebih pandai dari Pandawa
kan pakaian yang terbuat dari kulit kayu . Oemikian pula
lima, tetapi tak satu pun dari 100 anaknya yang mampu
Sima, Arjuna, Nakula, Sadewa, dan Orupadi.
menyaingi kelebihan Pandawa lima.
Yudistira kemudian mengundang rakyatnya
Teguh maksud dan tujuannya , para Pandawa ini mela-
Kebencian sang Ibu menular pada anak-anaknya , Ku-
kukan perjalanan melalui banyak negara dan menyebe-
rawa. Oengan berbagai jalan Ibu dan anak berusaha untuk
rangi lautan serta sungai. Yudistira memimpin rombongan .
menyingkirkan kehidupan Pandawa lima. Dengan cara apa
Oi belakangnya Sima , Arjuna, Nakula, Sadewa , Orupadi,
pun Pandawa lima dibantu Ibu Kunti dapat mempertahan-
dan seekor anjing . Mereka tiba di laut yang airnya berwar-
kan dirinya.
na merah . Arjuna membuang busur panah dan tempat panahnya ke dalam ombak laut merah itu.
Ketika Yudistira dewasa, dia diangkat menjadi Raja
Astina . Kebijaksanaan dan kebajikan Yudistira dalam me-
Para Pandawa itu kemudian berbelok ke selatan.
merintah kerajaan menimbulkan iri hati dan dengki di an-
Ketika mereka tiba di pantai utara laut garam, mereka
tara anak-anak Oestarata, terutama Ouryudana. la me-
43
14
ngusir Yudistira dan adik-adiknya dari Kerajaan Astina de-
Dastarata, Gandari, dan Kunti akhimya hidup di hutan
ngan mengadakan permainan dadu yang membuat Pan-
dengan mengenakan pakaian dari kulit kayu dan berpuasa
dawa kalah .
untuk tidak makan dan minum. Dastarata memasukkan ke-
Pandawa dihukum lima tahun atas kekalahannya ber-
•
rikil ke dalam mulutnya dan hanya hidup dari udara. la tidak
main dadu dengan tinggal di hutan belantara tanpa mem-
mau berbicara sepatah pun dengan orang lain. Gandari hi-
perlihatkan diri. Ketika hukuman lima tahun selesai dan
dup dengan minum air saja, sementara Kunti masih makan
Pandawa meminta untuk memegang tampuk pemerintahan
satu kali sebulan. Dan, ketika hutan terbakar, Dastarata,
kerajaan kembali, keinginan itu ditolak. Pandawa Lima
Gandari, dan Kunti duduk menghadap ke timur, memusat-
tetap bersabar dan mereka tidak mau memaksakan ke-
kan daya pikirnya dengan diam seperti tiang-tiang kayu .
hendak untuk meminta kembali Kerajaan Astina . Pandawa
Mereka musnah terbakar api.
hanya minta izin untuk mengelola kerajaan di Indraprasta
Lima belas tahun kemudian, yaitu tiga puluh lima ta-
dan diakui keberadaannya, tetapi permintaan itu juga dito-
hun sesudah perang di Padang Kurusetra , Yudistira memu-
lak. Kurawa mengusir keluarga Pandawa untuk segera me-
tuskan untuk menjauhkan diri dari dunia mengikuti jejak
nyingkir dari Kerajaan Astina . Pandawa merasa diperlaku-
Dastarata, Gendari, dan Kunti.
kan tidak adil , dan akhirnya muncullah perlawanan kepada
"Sudah saatnya kita meninggalkan istana."
saudaranya sendiri. Terjadilah pertempuran yang dilaksa-
Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, dan Drupadi setuju.
nakan di sebuah padang bernama Kurusetra. Kuru adalah
Yudistira kemudian menobatkan Parikesit, anak Abimanyu ,
nama nenek moyang dari Pandawa dan Kurawa, sedang-
menggantikan dirinya menjadi Raja . Kata Yudistira kepada
kan setra adalah nama padang yang sangat luas.
Sumbadra.
"Parikesit, cucumu akan menjadi penerus raja bangsa
Kuru. la akan memerintah di Astinapura . Rawatlah dia. Jaga agar dia tidak bertindak bertentangan dengan darma ."
"Aku tidak boleh ikut Kanda Arjuna ke hutan?" tanya
Sumbadra.
42
telah ditentukan, Yudistira memanggil adik-adiknya untuk
memberitahu keinginan ibu, paman, dan bibinya itu.
"Adik-adikku, ibu kita serta paman dan bibi kita akan
Bagian Kedua
PADANG KURUSETRA
pergi dari kerajaan ini untuk melakukan darma mereka sebelum ajal mereka sampai," kat a Yudistira kepada adikadiknya.
"Apakah menjalankan darma itu harus dengan pergi ke
hutan untuk menyiksa diri, Kanda?" Tanya Sima kepada
Yudistira.
Pertempuran antara keluarga Pandawa dan Kurawa
"Sima, kamu sebetulnya sudah tahu syarat-syarat me-
berlangsung selama delapan belas hari lamanya. Prajurit
lakukan darma di hari tua. Ya, memang harus begitu. Dan
dari kedua belah pihak banyak yang berguguran. Pence-
itu adalah keinginan dari orang tua kita" jawab Yudistira .
gahan peristiwa itu sudah dilakukan, tetapi dari pihak Ku-
"Iya Kanda Yudistira, aku juga sudah tahu. Apa mung-
rawa tetap bersikukuh mempertahankan Negara Astina
kin syarat-syarat itu tidak harus dikerjakan dengan menyik-
yang sebetulnya bukan hak mereka. Kematian saudara-
sa diri pergi ke hutan. Tapi, baiklah kalau itu memang ke-
saudara Duryudana membuat perasaan Duryudana sema-
inginan dari orang tua kita," jawab Sima .
kin berang dan semangat untuk menghancurkan keluarga
"Ya sudah kalau begitu. Adik-adikku, hari ini orang tua
Pandawa tidak surut. Dendam yang semakin membara di
kita akan berangkat ke hutan tempat mereka melakukan
hati Duryudana membutakan mata hatinya sebagai se-
darma. Mari kita bersama-sama mengantar mereka, " kat a
orang manusia. Di sisi lain, Duryudana malu untuk undur
Yudistira.
diri karena terlanjur mengorbankan banyak prajurit dan juga
Keinginan Yudistira untuk mengantar ke hutan tempat
saudara-saudaranya. Dia bertindak sebagai pahlawan wa-
mereka melakukan darma ditolak oleh Dastarata, Gendari,
lau dia memperjuangkan sesuatu yang tidak benar. Ketika
dan Kunti. Mereka tidak mau diantar. Dengan berjalan kaki
Duryudana sedang kebingungan di pinggir sungai, datang-
mereka keluar dari istana yang megah. Saju kerajaan yang
biasa mereka kenakan sudah ditanggalkan.
lah Sima dengan gagah perkasa membawa senjatanya
yang terkenal bernama Gada Rujakpala.
41
16
"[)uryudana , sedang apa gerangan kau di situ! Pemim-
lam hal sandang serta pangan. Pajak rakyat rendah. Raja
pin yang tidak berhati, yang telah mengorbankan saudara
taklukkan Astina selalu mengirimkan upeti dengan perasa-
dan prajuritnya , apa yang akan kau lakukan!"
an senang tanpa dipaksa. Mereka menyerahkan barang-
"Aku akan bersikap sebagai seorang pemimpin, Sima"
kata Duryudana sedikit gemetar melihat kegarang;an Sima.
"Jika sebelumnyc;l kamu dapat
menakl~
' k~
hatimu
yang angkara i
Pusat Bahasa
DAD MURNIAH
33
R
66
"Aku tanyakan paaa Eyang Kakung ah, mengapa
awan putih selalu menarik jika dia bergumpal dan berjalan
pelan di atas cakrawala ," kata Andini sambil berbalik menuju rumah Eyangnya.
Kembali Andini mencari eyang kakungnya yang baru
pulang dari pertemuan dengan temantemannya . Andini selalu haus mendengar cerita dari eyangnya. Dia mendapat
Wii"
banyak pengalaman dari ceritacerita yang didongengkan
oleh eyang kakungnya itu. Masih beberapa hari lagi dia
tinggal di rumah eyang . Ibu Andini sudah pulang ke Jakarta
dan Andini akan dijemput oleh Ibunya jika hari sekolah sudah akan dimulai.
MENGAMBANG
01 CAKRAWALA
Eyang kakung dan eyang putri senang ada Andini bersarna mereka. Ada teman berbincangbincang bagi eyang
putri, dan ada orang yang akan memakan setiap makanan
yang dimasaknya. eyang kakung senang karena Andini
I I i'll
00002537
tekun mendengar setiap ceritanya. Andini adalah cucu
yang baik. 8agi kedua eyang itu, Andini bagai segumpal
ERPUSTA
awan putih yang berjalan pelan di atas cakrawala dibantu
PUSAT BAH
oleh tiupan angin.
PERPUSTAttAAN
PUSAT BAHAS
64
"lya, begitu Andini. Nah, sudah sana kamu ke Eyang
Putri. Kita sudah ditunggu untuk makan malam, yuk!" kata
Eyang Kakung sambil menarik Andini masuk ke dalam rumah.
Malam itu, setelah makan, Andini duduk manis di dekat eyang putri dan ibunya. Dengan telaten dijawabnya setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh eyang putrinya. Pertanyaan itu berkisar tentang sekolah dan seputar teman
w~"
sekolahnya. Mereka ngobrol hingga larut malam . Dan , Andini tidur terlalu malam sehingga esok harinya Andini bangun kesiangan. Eyang kakung sudah pergi ke tempat pertemuan dengan teman-temannya . Andini lalu mandi dan
sarapan menjelang tengah hari. Dia mencoba memunguti
ulat-ulat di pohon kaca piring setelah makan , tetapi Andini
tidak dapat menahan rasa geli melihat ulat itu menggeliatgeliat ketika dia tarik dari dedaunan yang sudah separuh digigiti oleh ulat itu. Bosan dengan mencari ulat, Andini berjalan perlahan-Iahan ke luar halaman dan menyusuri jalan
kompleks perumahan yang ditempati eyangnya .
Di belakang kompleks itu terdapat sawah yang membentang hingga kaki Gunung Siamet. Saat itu udara cerah
dan langit membiru . Sosok Gunung Siamet di kejauhan begitu jelas terlihat. Jurang-jurang di gunung itu membentuk
alur-alur gelap dan hutan seakan suatu bercak hijau kebiruan . Beberapa tempat terlihat memerah , kata Eyang itu
MENGAMBANG
01 CAKRAWALA
Bagian Kedelapan
I ~
p~
AWAN PUTIH
V133
, -MUR.
I.
t'\..
Awan Putlh Mengambang di Cakrawala
oleh
Dad Mumiah
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional
Jalan Daksinapati Barat IV. Rawamangun, Jakarta 13220
Perwajahan oleh Ibrahim Abubakar
Tata rupa sampul dan ilustrasi oleh Oerip Widodo
Diterbitkan pertama kali oleh
Bagian Proyek Pembina an Buku Saslra Indonesia dan Daerah-Jakarta
Pus at Bahasa. 2003
Andini masih menatap mulut Eyang Kakungnya yang
bergerak-gerak saat menyampaikan cerita mengenai Naga
Taksaka yang menggigit Raja Agung Astina karena karmanya.
"Nah, begitulah kisah hidup manusia. Parikesit seba-
lsi buku ini. baik sebagian maupun seluruhnya,
dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
lanpa izin tertulis dari penerbit,
kecuali dalam hal pengutipan
unluk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah .
gai raja yang agung tidak menyangka bahwa ajalnya hanya
karena ular nag,~'
kata Eyang Kakung Andini.
"Bag us sekali, Eyang!" jawab Andini.
"Manusia itu ternyata sifatnya bermacammacam ya,
Eyang! Kasihan Parikesit! Hanya karena tidak dijawab per-
ISBN 9796853574
tanyaannya oleh Begawan Samiti, langsung marah!"
"Itulah, Andini!" kat a Eyang Kakungnya kembali, "Barang siapa berbuat baik, kelak akan menerima kebaikan
pula. Demikian pula sebaliknya, siapa yang menanamkan
benih kejahatan akan memetik buahnya yang kurang menyenangkan," tambah Eyang Kakung Andini.
"Oh, begitu ya Eyang!" jawab Andini.
62
yang menentukan kehidupan. Parikesit masih melihat awan
bergerak perlahan menjauhi cakrawala, tetapi tetap meng-
= =KATA PENGANTAR
,.,
~
KEPALA PUSAT BAHASA
ambang. Kemudian, jatuhlah tubuh Parikesit ke atas pembaringan dengan senyum. Seluruh Astina dan rakyatnya
berkabung karena raja agung meninggal dalam kutukan .
Masalah kesastraan di Indonesia tidak terlepas dari
kehidupan masyarakat pendukungnya. Dalam kehidupan
masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan
baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru,
globalisasi, maupun sebagai dampak perkembangan teknologi informasi yang amat pesat. Kondisi itu telah mempengaruhi perilaku masyarakat Indonesia. Gerakan reforrnasi yang bergulir sejak 1998 telah mengubah paradigma
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tatanan kehidupan yang serba sentralistik telah
berubah ke desentralistik, masyarakat bawah yang menjadi sasaran (objek) kini didorong menjadi pelaku (subjek)
dalam proses pembangunan bangsa. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi tersebut, Pusat Bahasa berupaya
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan bacaan sebagai salah satu upaya perubahan orientasi dari budaya dengar-bicara menuju budaya baca-tulis
serta peningkatan minat baca di kalangan anak- anak.
Sehubungan dengan itu, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, melalui Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah Jakarta, secara berkelanjutan menggiatkan penyusunan buku bacaan sastra
vi
61
anak dengan mengadaptasi dan memodifikasi teks-teks
kecil yang menakutkan. Ulat itu melompat dekat kaki Pari-
cerita sastra lama ke dalam bentuk dan format yang dise-
kesit dan berubah menjadi seekor ular naga raksasa . lidah
suikan dengan selera dan tuntutan bacaan anak masa ki-
ular itu terjulur dan matanya merah menyala, serta taring-
ni. Melalui langkah ini diharapkan terjadi dialog budaya
antara anak-anak Indonesia pada rnasa kini dan penda-
nya berkilat-kilat. Pandangan mata ular itu melemaskan tu-
hulunya pad a masa lalu agar mereka akan semakin me-
Parikesit melihat seleret sinar putih memasuki ruang-
ngenal keragaman budaya bangsa yang merupakan jati
diri bangsa Indonesia.
Bacaan keanekaragaman budaya dalam kehidupan
Indonesia baru dan penyebarluasannya ke warga masyarakat Indonesia dalam rangka memupuk rasa saling memiliki dan mengembangkan rasa saling menghargai diha-
lang belulang manusia yang menatapnya.
an.
"Jika demikian , ajalku telah sampai. Kutukan itu terjadi
juga karena aku menghina brahmana . Aku harus menerima
karma ini!"
Parikesit lalu menarik napas dalam-dalam dan mulai
rapkan dapat menjadi salah satu sarana perekat bangsa.
membentuk sikap yang menghadapkan badan ke arah Ti-
Buku sastra anak ini merupakan upaya memperkaya bacaan sastra anak yang diharapkan dapat memper-
mur. Secepat kilat, naga yang lidahnya bercabang itu me-
luas wawasan anak tentang budaya masa lalu para pendahulunya.
Atas penerbitan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para penyusun bu-
nancapkan taringnya ke tubuh Parikesit. Setelah itu , naga
tersebut menghilang perlahan-Iahan tak berwujud .
Langit menjadi redup. Terdengar suara kidung sayupsayup dan bunga-bunga berjatuhan dari tangkainya bagai
gerimis. Parikesit memandang sekitar alam dari puncak
ku ini. Kepada Sdr. Teguh Dewabrata, Pemimpin Bagian
Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah-
menara . 8adannya menggigil antara panas dan dingin . De-
Jakarta beserta staf, saya ucapkan terima kasih atas usa-
ngan tersenyum dipandanglah awan-awan yang menggan-
ha dan jerih payah mereka dalam menyiapkan penerbitan
tung di atas cakrawala. Dia mulai merasakan tubuhnya ter-
buku ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan pula ke-
angkat seakan melayang . Dia mulai menyadari bahwa se-
pada Sdr. Oerip Widodo yang telah membantu menjadi
ilustrator dalam penerbitan ini.
gala sesuatu itu tidak abadi. Apa yang diciptakan akan di-
Mudah-mudahan buku Awan Putih Mengambang di
Cakrawala ini dibaca oleh segenap anak Indonesia, bah-
hancurkan , apa yang terbang tinggi akan jatuh ke bawah .
Maut tidak membenci atau mencintai seseorang. Karmalah
vii
60
pada punggawa istana. Kata brahmana kepada punggawa
istana.
kan oleh guru, orang tua, dan siapa saja yang mempunyai
perhatian terhadap cerita rakyat Indonesia demi mem-
"Jambu ini saya hadiahkan untuk Raja Parikesit seba-
perluas wawasan kehidupan masa lalu yang banyak me-
gai salah satu sarana penolak bala. Semoga dapat diterima
miliki nilai yang tetap relevan dengan kehidupan masa
oleh junjunganku," kata brahmana itu sambil menyembah .
kini.
Setelah menyerahkan jambu tersebut, brahmana itu lalu
menghilang . Ternyata brahmana itu adalah jelmaan dari
Taksaka yang kemudian diam-diam menyusup ke buah
jambu dalam keranjang yang dibawa oleh punggawa Kerajaan itu.
Punggawa Kerajaan membawa keranjang itu ke atas
menara. Dengan perlahan-Iahan dia menapaki tangga menara menuju pintu. Setelah mengetuk pintu, punggawa itu
menyembah sambi I berkata.
"Raja yang agung, ini ada persembahan dari seorang
brahmana sebagai salah satu penolak bala bagi paduka,"
kata punggawa itu sambil menundukkan kepala.
Parikesit membuka pintu menara dan menerima sekeranjang buah jambu berwarna merah segar. Kesegaran
jambu itu menarik selera Parikesit.
Pada waktu malam, ketika merasa sudah tidak ada
ancaman lagi yang berkaitan dengan kutukan Srenggi, diambillah jambu merah itu untuk dimakan .
Ketika jambu akan digigitnya, Parikesit terkejut. Dari
dalam jambu yang segar dan menggiurkan itu muncul ulat
Dr. Dendy Sugono
59
SALAM PEMBUKA
gunakan. Namun, Kasyapa tidak mundur niatnya menolong
Raja Parikesit. Dalam hatinya mengatakan masih ada beberapa kesaktian lagi yang belum saya keluarkan . Kesaktian Kasyapa membuat takjub Taksaka dan taktik Taksaka
Adik-adik,
berhasil untuk sedikit memusnahkan kesaktian Kasyapa .
Cerita Awan Putih Mengambang di Cakrawala ini ka-
Taksaka memuji dan menyembah Begawan Kasyapa kare-
kak persembahkan kepadamu. Cerita lama ini kakak tulis
na telah mengeluarkan beberapa kesaktian . Kasyapa dada-
kembali dengan menggunakan kosakata yang mudah
nya mengembang karena mabuk pujian. Akhirnya , mereka
dipahami oleh kalian. Sumber penulisan cerita ini diambil
dari bag ian pertama buku The Adiparvan, 1933, karya
berpisah masingmasing menuju Astina dengan tujuannya .
V.S. Suthankar, suntingan Poona.
Semoga cerita ini dapat merangsang minat bacamu,
memberikan tambahan jiwa, memperkaya imajinasi, dan
diharapkan dapat memperluas wawasan keindonesianmu.
Naga Taksaka mengubah dirinya menjadi seorang
brahmana dengan membawa sekeranjang jambu yang segar dan menarik selera. la berjalan melalui jalan pintas
mendahului Kasyapa menuju Astinapura.
Pada hari itu yang menu rut ramalan Srenggi sebagai
Selamat membaca.
hari ajal Parikesit, puncak menara di jaga ketat. Brahmana
dan pendeta Kerajaan tidak habishabisnya berdoa agar
Dad Murniah
Raja Astina selamat dari kutukan Srenggi, anak Begawan
Samiti.
Menjelang sore hari tidak ada tandatanda kedatangan
Naga Taksaka . Doadoa tetap terdengar di seluruh penjuru
istana. Ketika itu datang lagi seorang brahmana membawa
jambu segar yang berwarna merah dalam sebuah keranjang. Brahmana itu bergabung dengan brahmana lainnya
dan sebelum itu dia sempat menyerahkan keranjang ke-
58
Kasyapa setiap hari berjalan berkelana ke pelosok-pelosok
~_
DAETRJSI
daerah Kerajaan Astina. Oi tengah jalan, Kasyapa bertemu
dengan naga Taksaka, tetapi Kasyapa belum pernah megenal naga itu. Lalu, Kasyapa menyapa .
KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT BAHASA .. ... ... .. v
"Siapakah engkau yang melewati jalanku?"
"Hai brahmana, hendak ke mana jalanmu?" tanya Tak-
SALAM PEMBUKA .. . .... ...... ...... .. .... .. .. , ..... .. .. .. ....... viii
saka.
"Aku Kasyapa, " jawab brahmana itu, "Aku akan ke
OAFTAR lSi ... .. . ......... ... ...... ........... .... .. ............... . ix
istana Raja Parikesit. Tidak tahukah kamu bahwa Srenggi
hari ini mengutuk Parikesit akan mati digigit oleh seekor
naga?" jelas Kasyapa.
'Wahai brahmana, memangnya engkau mampu menolong Parikesit menghindari kutukan itu? Apa kesaktianmu ,
1. PERJALANAN UBURAN ANOINI .......... .. .............. 1
2. PADANG KURUSETRA ... ..... .... .. , ' " .... " ... .. , .. ... .. 15
3. KERAJAAN ASTINA .. .. ....... .... .. .. .. .... .. ............ .. 22
coba tunjukkan padaku!" tantang Taksaka.
Lalu, beradu tandinglah Taksaka dan Kasyapa . Bebe-
4. KELAHIRAN PARIKESIT ...... ..... ... .. .... . ..... . .. . ..... . 32
rapa kesaktian Kasyapa dan Taksaka silih berganti diperlihatkan. Sebuah pohon beringin yang diserang Taksaka
terbakar dan hangus menjadi abu. Kasyapa membaca
mantra dan menghidupkan pohon itu kembali. Mantra itu
hanya dapat digunakan satu kali sehingga setelah pameran
5. PARIKESIT MENJAOI RAJA .... ......... ...... .. .... .. ... 40
6. KUTUKAN SRENGGI ... ... ..... ... ..... ........ ... ... .... .. .47
7. AJAL SEORANG RAJA ...... ... .. ..... . ... .. ........ ..... .. 57
kesaktian itu, Kasyapa tidak dapat menghidupkan sesuatu
yang telah mati. Mantra itu sebetulnya merupakan andalan
Kasyapa untuk menolong Parikesit. Tetapi, karena Kasyapa sombong dan senang disanjung , kesaktian yang seharusnya tidak digunakan di tempat itu malahan sudah di-
8. AWAN PUTIH .... ....... .. ........... ..... ... ...... . ........ .. 63
56
"Aku bukan peminta-minta. Aku adalah raja agung dari
bangsa Kuru. Mengapa aku harus mencari obat penawar
bisa ular? Aku dapat menyelamatkan diriku sendiri!"
~
-
. Bagian Pertama
PERJALANAN LIBURAN ANDINI
Utusan Begawan Samiti akhirnya pulang ke pertapaan
dan melaporkan kepada Begawan Samiti.
"Baik buruk hidup dan nasib manusia tergantung dari
karmanya ketika hidup," kata sang begawan.
Sementara itu, Parikesit memerintahkan untuk membangun sebuah menara yang tinggi. Para pekerja bergegas
Dua anak tangga dilompati Andini dengan napas yang
menyelesaikan menara yang akan digunakan sebagai tem-
tersenggal-senggal. Dalam hati dia menyalahkan dirinya
pat berlindung Parikesit dari gigitan ular.
sendiri. Bukanlah Ibunya telah membangunkannya berkali-
Saat hari kutukan Srenggi tiba , menara itu selesai di-
kali agar segera bergegas menyiapkan diri. Andini waktu itu
bangun. Dindingnya tinggi dan kukuh serta sukar dicapai
hanya membuka matanya sebelah , mengintip jarum jam
manusia maupun ular. Parikesit naik ke menara. Dari atas
yang berada di kamarnya .
menara itu dia dapat melihat pemandangan yang menakjubkan . Wilayah Kerajaan tampak dari jendela menara .
Gerumbul perkampungan yang saling dihubungkan oleh
jalan setapak terlihat jelas.
"Ah, masih pukul 04.00. Masih lama!" gerutunya sambi! kembali memel uk guling dan menghadap ke tembok.
Itulah kesalahannya . Andini terpaksa harus tergesagesa ketika Ibunya sudah siap berangkat dan meneriaki di-
Di atas cakrawala menggantung awan putih yang
rinya yang masih asyik memeluk guling. Perjalanan dari ru-
bergerak perlahan di dorong oleh hembusan angin. Pera-
mah ke stasiun Gambir memerlukan waktu yang lama, ya-
saan Parikesit terasa ringan membayangkan dirinya berada
di atas awan dan bergerak perlahan mengamati wilayah
Krajaan Astina yang dipimpinnya.
itu sekitar satu setengah jam. Itu pun jika tidak pada saat
orang-orang akan berangkat bekerja. Tapi, syukurlah , walau dengan degup jantung memburu, Andini dan Ibunya
sampai juga di stasiun Gambir tepat sepuluh menit sebelum keberangkatan kereta Taksaka menuju Yogyakarta. la
55
2
dan ibunya akan turun di Purwokerto, stasiun sebelum Yogyakarta, tepatnya di daerah kaki Gunung Siamet.
"Srenggi, kamu lihat sendiri bagaimana Kresa menderita karena kata-kataku yang terhambur tanpa kusadari.
Sesungguhnya, Ibunya tidak tahan untuk berlama-
Seharusnya aku hati-hati, tetapi aku melakukan itu karena
lama duduk di kereta api, apalagi jika kereta dipenuhi de-
terkejut ketika mendengar tindakanmu menyumpahi Raja
ngan pedagang asong yang tidak mengenal sopan-santun
Parikesit. Sekarang coba cabut sumpahmu atas Raja Pari-
menyodorkan barang dagangannya hingga menyentuh hi-
kesit itu, Srenggi!" kata Begawan Samiti. Namun, Srenggi
dung pembeli. Untunglah Andini naik kereta yang bebas
menolak permintaan itu.
dari pedagang asong dan hanya berhenti di stasiun besar,
Cirebon dan Purwokerto.
Andini adalah cucu semata wayang eyang dari Ibunya.
"Aku pantang untuk menarik sumpah. Parikesit telah
menghina Ayah dan aku tidak dapat membiarkannya," kata
Srenggi kepada Ayahnya.
la seperti Ibunya anak tunggal , tidak beradik dan tidak ber-
"Jika begitu, anakku," kata Begawan Samiti, "Pergilah
kakak, sedangkan dari Ayah, Andini mempunyai saudara
engkau menghadap Raja Parikesit untuk memberitahukan
sepupu banyak. Ayahnya adalah anak keenam dari sem-
kepadanya agar segera mencari alat penawar agar sera-
bilan bersaudara yang semuanya laki-Iaki dan rata-rata me-
pahmu tidak mengenai dirinya."
reka mempunyai anak lebih dari tiga. Ayahnya berasal dari
Semarang. Kedua orang tua Ayah Andini sudah lama meninggal. Kini ia hanya bereyang pad a orang tua Ibunya.
"Tidak Ayah, aku tidak mau pergi menghadap Parikesit," jawab Srenggi.
Akhirnya, Begawan Samiti menyuruh orang untuk
Eyang Kakung, begitulah sapaan Andini kepada ka-
memberitahu tentang sumpah serapah yang diucapkan
keknya , sangat memanjakannya. Eyang adalah pensiunan
Srenggi kepada Raja Parikesit. Begawan Samiti juga ber-
wedana di dekat kota Purwokerto. Kakek Andini mempu-
pesan agar Parikesit mencari obat penawar untuk menghin-
nyai kebun cengkih dan ladang nanas yang amat luas . Be-
dari kutukan itu. Ketika utusan Begawan Samiti tiba dan
lum lagi beberapa hektar sawah yang selalu menghasilkan
menyampaikan pesan Begawan Samiti kepada Raja Pari-
berton-ton padi jika panen, serta kebun kelapa yang terle-
kesit, utusan itu mendapat marah dari Raja Parikesit. la
tak di kaki Gunung Siamet. Andini sangat senang jika
merasa begawan itu telah menghinanya.
eyang kakungnya mengajak ke kebun cengkih. Apalagi jika
54
3
Dengan tiba-tiba Kresa yang berdiri di dekat Srenggi
pohon cengkih dipenuhi oleh bunga. Dia akan berlari ke-
menjatuhkan dirinya dan berubah menjadi seek or musang.
sana kemari memungut bunga cengkih yang berjatuhan
Dengan menguik-nguik, musang itu mendekati kaki Bega-
dan aroma bunga cengkih seakan membuat Andini terbuai
wan Samiti. Orang tua itu tertegun melihat hasil ucapan
di daratan yang tenang dan damai yang dapat melupakan
yang keluar dari mulutnya itu .
kesumpakan kehidupan yang selalu dia lihat di Jakarta.
"Dewa penguasa dunia, ampunilah hambamu," kata
Eyang kakung Andini sebetulnya bukan asli orang Ba-
Begawan Samiti. Dia sangat menyesal telah mengatakan
nyumas atau Purwokerto, tapi berasal dari sebuah desa ke-
semacam kutukan kepada Kresa . Itu dilakukan karena Be-
cil di wilayah Solo. Beliau senang tinggal di daerah Banyu-
gawan Samiti merasa kaget bahwa anaknya Srenggi telah
mas karena alamnya indah, tanahnya subur, dan suasana-
menyumpahi Parikesit. Lalu, dia berkata kepada musang
nya tenang untuk hid up sebagai seorang pensiunan . Eyang
jelmaan Kresa .
kakung Andini mempunyai hobi mendongeng. Andini dari
"Wahai Kresa , itu memang menjadi karmamu . Jika ka-
kecil sudah mendengar bermacam-macam dong eng dari
mu ingin berubah menjadi manusia lagi, kamu harus ber-
eyangnya. Ini yang membuat Andini selalu menunggu de-
tapa . Tidak boleh makan unggas dan buah-buahan selama
ngan tidak sabar hari-hari liburan sekolah untuk mendengar
tiga tahun. Kelak jika semua itu engkau jalankan dengan
dongeng eyangnya yang selalu menambah pengalaman hi-
kepasrahan diri serta ketenangan hatimu, akan datang
dupnya .
seorang anak laki-Iaki kecil yang akan memukulmu dengan
"Bu , Papa nanti menyusul kita ke rumah Eyang nggak
ranting pohon dadap Saat itulah engkau kembali menjadi
ya?" tanya Andini kepada Ibunya ketika kereta mulai berge-
manusia," kata Begawan Samiti.
rak meninggalkan setasiun Gambir.
Musang itu kemudian berlari dengan cepat meninggal-
"Rasanya tidak An . Papa sibuk sekali!" jawab Ibunya.
kan Begawan Samiti sambil menguik-nguik nyaring . Sepe-
Mungkin ibunya juga tidak dapat berlama-Iama di rumah
ninggal musang jelmaan Kresa itu, Begawan Samiti me-
eyang . Jika menjemput Andini nanti, ibunya berjanji akan
nasihati Srenggi agar mencabut sumpah serapahnya ke-
membujuk papa Andini untuk ikut.
"Bu, Eyang pasti sudah tidak sabar menunggu kita,
pada Parikesit.
ya!"
53
4
"Ayah, Kresa melihat peristiwa itu dari balik semak,
"Iya, kamu tidak lupa membawa bingkisan roti Mantou
dan ketika aku datang lang sung diceritakan hal terse but
untuk Eyang?"
kepadaku," jawab Kala Srenggi.
"Enggak, Bu!" jawab Andini sambil menengok ke luar
jendela. Stasiun Manggarai baru saja dilewati dan sebentar
"Oh, Kresa! Kresa! Rupanya engkau pengadu domba
lagi akan sampai di stasiun Jatinegara. Taksaka juga tidak
seperti musang layaknya!" kata Begawan Samiti tanpa
berhenti di sana.
sadar.
Perjalanan Iiburan memang selalu menyenangkan ba-
J,:'" : lra,i;J (
(..-"
""Ill; ~
r... k,i-1... "
V'
r::->
gi Andini. Dia melihat situasi yang berbeda pada kota-kota
atau daerah yang dilewatinya. Dia dapat memandang dari
~
tz
0
"l.'
\
..;
kaca jendela kereta api dusun-dusun dengan segala aktivitas penghuninya memulai kehidupan di pagi hari. Dan,
yang paling disukai Andini adalah awan-awan yang seakan
menggantung di lang it mengikutinya bergerak sepanjang
jalan. Tiang-tiang yang berbaris di pinggir rei kereta api
bergerak lari meninggalkannya. Demikian pula, pepohonan
yang berjajar rapi di sepanjang rei kereta. Ada gerak yang
bergegas seakan waktu tak memberi kesempatan untuk
sekadar memperlihatkan pucuk daun yang baru tumbuh
kepada Andini. Itu suasana yang selalu dinikmatinya ketika
naik kereta api.
Pengalaman
tersebut
selalu
diceritakan
kepada
eyangnya ketika Andini tiba di rumah eyangnya. Dan, sang
eyang dengan sabar mendengarkan celoteh si cucu . Dengan bersemangat Andini akan menceritakan kepada
eyangnya bagaimana pohon dadap yang tegak di areal
"Engkau seperti musang layaknya!"
52
5
katnya kedua tangannya tinggi-tinggi. Sambil menengadah-
persawahan di sekitar bukit yang tampak, seakan telanjang
kan muka dia berseru.
tak berdaun, hanya tinggal tulang-tulang batang pohonnya.
'Wahai dewa di angkasa, kabulkanlah permintaanku
Dari pucuk-pucuk ranting
menyembul
kelopak
merah
ini! Dalam waktu tujuh hari, mampuslah Parikesit, raja ku-
membara menjadikan pohon dadap itu seakan bercahaya
rang ajar, digigit Naga Taksaka!"
dari kejauhan .
Tiba-tiba petir dan guruh terdengar membelah langit,
Eyang Andini akan membawa Andini berjalan-jalan
bumi bergetar hebat mendengar sumpahnya. Setelah bumi
sambil bercerita atau menunjukkan nama-nama pohon atau
reda dengan getarannya, Srenggi meneruskan perjalanan-
apa pun yang belum diketahui Andini.
nya menuju ke tempat Ayahnya berada. Kebetulan Bega-
Tahun lalu , Andini dan eyang kakung berjalan-jalan di
wan Samiti baru saja menyelesaikan tapanya . Tanpa ber-
pedesaan di sekitar Gunung Siamet. Beberapa dusun di
tanya-tanya mengenai keadaan ayahnya, Srenggi langsung
daerah pegunungan memang mengesankan. Di sana ter-
bercerita.
dapat rumah-rumah kecil berdinding bambu setengah ber-
"Ayah, aku tadi menyumpahi Parikesit agar mati digigit
dinding papan, dan atapnya terbuat dari seng . Jika hujan
Naga Taksaka . Dia kurang ajar Ayah , berani sekali dia
curahnya nyaring terdengar menimpa atap terse but. Di se-
menghinamu!" teriak Srenggi.
kitar halaman terdapat beberapa ekor ayam sedang me-
Begawan Samiti terkejut mendengar kata-kata Sreng-
ngais-ngais tanah mencari cacing atau serangga yang dapat dimakannya. Di pinggiran jalan setapak beberapa ekor
gi.
"Jagat dewa batara! Apa yang akan terjadi pad a Ke-
kambing ditambat dengan tiang pancang yang dipakukan di
rajaan Astina? Srenggi! Tidak semestinya kau menyumpah-
tanah . Kambing itu memakan rumput yang tumbuh sepan-
nyumpah tanpa mengetahui duduk persoalannya !" hardik
jang pinggiran jalan setapak terse but. Tali pengikat kam-
Begawan Samiti dengan marahnya.
bing sengaja dibbuat tidak terlalu panjang. Hal itu dilakukan
"Dari siapa kamu tahu perbuatan Parikesit terhadapku?" tanya Begawan Samiti memandang anaknya.
agar kambing tidak terlibat-libat oleh tali tambatannya.
Andini dengan eyangnya melihat pedagang mengangkuti bergunung-gunung buah nanas ke dalam truk untuk dibawa ke pasar-pasar kota . Sementara itu, buruh pemetik
51
6
"Apa kau bilang!?" teriak Srenggi mendengar cerita
buah nanas masih mondar-mandir antara tepi jalan dan ladang nanas dengan membawa bakul berisi buah-buah na-
Kresna tentang sikap Raja Parikesit terhadap ayahnya.
"Kurang ajar, Raja Astina itu berani menghina Ayah-
nas.
Perjalanannya dengan sang eyang membawanya ke
kU!" ucap Srenggi dengan geram .
"Coba ulangi lagi kata-katamu dan jangan mencoba
arah timur laut. Oari daerah itu tampak jurang-jurang memaparkan suatu pemandangan yang indah sekali. Ladang-
membohongiku," bentak Srenggi pada Kresa .
ladang luas terhampar dibatasi oleh lereng gunung . Se-
"Iya, tadi kulihat Parikesit dengan pongah membentak-
buah sungai besar turun dari bukit dan mengalir menuju
bentak Begawan Samiti. Tangannya menunjuk-nunjuk mu-
sela-sela jurang dan muncul kembali di lembah yang jauh
ka Begawan dan suaranya menggelegar sehingga binatang
di bawah bukit.
yang sedang berlalu di dekat situ lari terbirit-birit. Kemudian
Sebuah dusun terlihat di lembah di tengah-tengah an-
Begawan Samiti mUkanya dilempar dengan ular oleh Pari-
tara punggung bukit. Beberapa bangunan rumah terpam-
kesit. Itu di leher Begawan terjuntai ular yang mati," kata
pang, atapnya berkilauan karena terbuat dari seng, tetapi ti-
Kresa menceritakan kejadian yang dilihatnya dengan di-
dak semua, beberapa menggunakan atap rumbia, atap
tambah-tambahi sehingga membuat Srenggi semakin ma-
yang terbuat dari anyaman daun rumbia yang dijepit de-
rah.
Sambil berjalan-jalan terburu -buru ke arah ayahnya
ngan bambu, dan gumpalan-gumpalan asap ke luar dari
rumah-rumah itu meninggalkan bekasnya di langit. Balai
dia bersungut-sungut.
desa dapat ditandai dari adanya pohon banyan yang besar.
"Aku punya ternan seekor naga yang sangat sakti.
Oi seberangnya terbentang sawah-sawah dengan pema-
Biar! Aku akan minta tolong kepadanya untuk menghajar-
tangnya yang kelihatan jelas dan tajam. Oi belakang balai
mu Parikesit!" kata Srenggi dengan suara bagaikan gele-
desa itu terdapat rumah-rumah penduduk yang halaman-
gar.
nya saling berdekatan, rapi berderet, dan pohon-pohon ke-
Sambil terus melangkah diikuti oleh Kresa, tangan
lapa menjulang dari balik rumah-rumah yang diselimuti ka-
Srenggi mematah-matahkan ranting pohon di kanan-kiri ja-
but tipis. Sayap-sayap burung kuntul berkilauan ketika me-
Ian yang dia lewati. Oengan tiba-tiba dia berhenti. Oiang-
reka terbang di atas sawah, samar-samar kelihatan dari
7
50
Setelah puas berteriak-teriak menyalurkan amarahnya
jauh di tengahtengah awan, kemudian mereka lenyap, ter-
kepada 8egawan Samiti, Parikesit pun pergi. Hatinya sa-
lebur dalam kabut dan tidak kelihatan lagi. Kenangan se-
ngat sedih karena belum pernah diperlakukan seperti itu
perti itu yang membuat Andini selalu ingin kembali ke tem-
oleh orangorang yang pernah ditemuinya. la merasa sa-
pat Eyangnya . Awanawan menggantung tepat di tentang
ngat terhina . Dan, yang menambah kekesalannya adalah
matanya berbatasan dengan cakrawala, seperti pemanda-
kegagalannya untuk menangkap kijang berkulit emas.
ngan yang dijumpainya di kereta api, selalu awan putih
Tanpa sepengetahuan Parikesit, tingkah laku Raja Pa-
menggumpal dan indah yang dilihatnya.
rikesit kepada 8egawan Samiti tersebut diketahui oleh se-
Pukul 12.15 menit sampailah Taksaka di stasiun Pur-
seorang dari balik gerumbul semak. Dia adalah teman
wokerto . Andini membantu Ibunya menurunkan tas dari ba-
Srenggi yang bernama Kresa . Srenggi adalah anak dari
gasi. Kemudian, ia berjalan di belakang Ibunya sambil me-
8egawan Samiti . Pada waktu itu Srenggi tidak ada di dekat
nenteng tas berisi kue Mantou. Dengan menghirup dalam-
Ayahnya. Dia sedang berjalanjalan mengunjungi Ibunya di
dalam udara yang segar, dia turun dari pintu kereta. Dari
kahyangankedewaan .
jauh dilihatnya eyang kakung melambaiIambaikan koran .
8ersamaan dengan perginya Parikesit dari hutan itu,
Ingin berlari Andini ke arah eyang, tapi ditahannya. Kasihan
datanglah Srenggi dengan bersenandung sambil melihat
Ibu yang kelihatan capai sambil menenteng tas harus ikut
pemandangan kanan kiri jalan yang dilewatinya. Sambil
berlarian di belakangnya nanti.
berjalan itu, tangannya mematahkan rantingranting pohon
Ciuman eyang kakung menghujani pipi dan ubun-
di dekatnya. Jadi, di belakang punggung Kala Srenggi, se-
ubunnya. Ibu menyalami eyang dan mencium tangannya
maksemak terlihat berantakan karena patahan dahan atau
dengan hormat. Wajahwajah penuh rindu saling bertatap-
ranting yang dilakukannya. Suara gaduh dan gemeretak
an. Segera Andini bergegas menuju tempat parkir.
terdengar dari kejauhan saat tubuh Kala Srenggi belum
"Kereta apa yang kamu naiki tadi, Andini?" tanya
muncul. Dengan tergopohgopoh Kresa menghampiri keda-
Eyang Kakungnya sambil memukul lembut kepalanya de-
tangan Srenggi dan tanpa basabasi menceritakan peris-
ngan gulungan koran .
tiwa yang menimpa Ayahnya, 8egawan Samiti.
49
8
"Kereta Taksaka, Yang! Enak deh! Tidak terasa gun-
"Wahai brahmana, aku Parikesit cucu Pandu, Raja
cangannya, tahu-tahu sudah sampai Purwokerto," jawab
Astina, apakah engkau melihat seekor kijang lewat di tem-
Andini sambil menggamit tangan Eyangnya.
pat ini? Ke mana arah kijang itu lari, tunjukkanlah padaku!"
"Kamu tahu apa arti Taksaka itu?" tanya Eyangnya.
Begawan Samiti pada saat itu sedang bertapa bisu,
nApa ya? Andini nggak tahu , Yang?"
melakukan tapa dengan berdiam diri. Ketika Parikesit me-
"Itu nama seekor naga yang besar sekali."
nanyakan tentang lewat tidaknya kijang di hadapannya .
"Nag a? Eyang, Eyang, ceritakan dong ... !" kata Andini.
Tak satu pun jawaban keluar dari mulutnya. Berulang kali
"Andini! Nanti saja, ya!" cegah Ibu Andini.
Parikesit bertanya, namun Begawan Samiti tetap tidak
"Memang kenapa, Bu?" tanya Andini.
menjawab.
"Ya, nanti. Kita juga belum ketemu Eyang Putri, 'kan ,"
jawab Ibunya.
"Eyang Kakung janji , ya! Nanti akan cerita mengenai
Taksaka , kan?" tanya Andini kepada Eyangnya.
"Iya, iya! Kamu selalu tidak sabar jika mendengar sebuah cerita," jawab Eyang Andini.
Parikesit sebagai keturunan bangsa Kuru , cucu Pandu, dan Raja Agung Astina, pengganti tunggal Raja Yudistira merasa brahmana itu telah menghinanya karena
tidak mau menjawab pertanyaannya. Parikesit tersinggung
dan marah. Secara emosional dia melihat bangkai seekor
ular tergeletak tidak jauh dari tempat brahmana itu duduk
Andini berlari memutari mobil eyangnya dan membuka
bersila . Parikesit mengambil bangkai ular dengan busurnya
pintu depan untuk duduk. Perjalanan dari stasiun menuju
yang panjang. Kemudian, bangkai tersebut dikalungkan ke
ke rumah Eyang sekitar tiga puluh menit. Andini merasa
leher Begawan Samiti sambiI berkata kasar penuh amarah.
senang menghirup udara desa tempat eyangnya bermukim .
"Terhadap penghinaanmu, inilah balasanku, wahai
Akhirnya, mereka sampai juga di rumah yang terletak
brahmana yang tidak tahu diri. Pertanyaan dari raja pe-
di pinggir jalan sebuah kota kecil. Rumah kecil dan asri.
nguasa dunia tidak kau jawab sedikit pun. Aku muak me-
Halaman belakangnya luas ditanami berbagai pohon buah.
lihat kebisuanmu. Sekarang rasakan bau busuk ular di le-
Jambu biji, mangga , rambutan, dan beberapa pohon bunga
hermu sepuas hatimu . Inilah hukuman bagi brahmana yang
seperti pohon cempaka, kenanga, kaca piring, kamboja
tidak patuh pada rajanya!"
9
48
Pada suatu hari, Parikesit dan pengiringnya mengadakan perburuan ke hutan. Peralatan untuk menangkap dan
jepang, kemuning jepang, melati, dan menur, sem uanya
ada di sana.
membawa binatang buruan disiapkan oleh punggawa is-
Ketika sampai di rumah eyangnya, ia segera berlari
tana. Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan bagi
mencari eyang putrinya. Dengan berteriak-teriak kegirang-
Parikesit. Langit cerah dan berwarna biru. Angin berhem-
an Andini menyerahkan roti mantou kesukaan eyang putri-
bus pelan dan matahari bersinar cemerlang.
nya.
Semangat Parikesit menyala-nyala untuk segera men-
Rupanya eyang putri Andini sudah menyiapkan ma-
cari binatang buruan di hutan. Dia berjalan mengikuti cara
kanan kesukaan Andini, kue klepon yang terbuat dari
jalan Arjuna yang seakan tidak menjejak tanah dan
tepung ketan ditaburi dengan kelapa parut. Betapa senang-
mematahkan ranting-ranting semak di hutan . Dengan mem-
nya Andini. Mulutnya penuh dengan kue klepon. Eyangnya
bawa busur berjalanlah ia memasuki hutan belantara. Ter-
juga menyiapkan makan siang berupa sroto, makanan khas
lihat olehnya seekor kijang yang berbulu keemasan . Hati
Banyumas, dengan lauk rempela ati bacem, serta mendo-
Parikesit begitu terpikat akan kijang itu yang berlari lebih
an.
cepat dan lincah daripada Parikesit. Dengan napas yang
Andini beristirahat sambil berceloteh kepada eyang
terengah-engah dilompatinya semak-semak, ditebasnya
putrinya hingga tanpa sadar akhirnya ia tertidur kecapaian.
ranting pohon yang menghalangi larinya . Namun, Parikesit
Eyang putrinya membiarkan Andini tidur di sofa tengah ru-
sia-sia berlari kencang. Sampai akhirnya ia kehilangan
mah. Dengan berjingkat dia masuk ke ruang belakang dan
jejak kijang. Dengan perlahan-Iahan, Parikesit mengendap-
berbincang-bincang dengan Ibu Andini.
endap mencari sosok kijang emas.
Sore hari , Andini bang un dengan perasaan segar. Se-
Langkah kakinya membawa Parikesit ke arah seorang
telah mandi, dia duduk di luar rumah mendekati eyang ka-
brahmana yang sedang bertapa di hutan itu. Brahmana
kungnya yang sedang meneliti daun bunga kaca piring .
terse but bernama Begawan Samiti. Begawan itu terlihat du-
Eyang tidak suka jika ada ulat bertelur di daun bunga itu.
duk di bawah pohon sepertinya kelelahan dan mengantuk.
Pasti daunnya akan gundul dan hanya akan terlihat tangkai
Bertanyalah Parikesit kepada brahmana yang sedang du-
bunga yang berwarna coklat. Gersang kesannya . "Tidak
duk bersila di tanah .
elok," kata Eyang.
10
Bagian Keenam
"Eyang, katanya mau cerita ular naga Taksaka. Bagaimana, Yang?" kat a Andini sambi I berdiri di dekat Eyangnya.
KUTUKAN SRENGGI
"Ya, sebentar .... " kata eyangnya dengan suara lembut.
"Sini Andini, ikut Eyang ." Eyang kakung mengajak
Andini ke kursi kesayangannya di teras .
"Begini ceritanya," katanya sambil meluruskan kakinya
Parikesit adalah ahli waris kegemaran berburu hewan.
ke bawah meja.
"Taksaka itu seekor naga raksasa yang telah membunuh seorang raja bernama Parikesit. "
"Mengapa Raja itu dibunuh , Eyang?" tanya Andini me-
Saat kecil , Parikesit sering ikut berburu dengan kakek-kakeknya. Dia paling senang membuntuti Kakek Arjuna . Suka
sekali dia memperhatikan bagaimana Arjuna mengintai buruannya, bagaimana Arjuna menandai bahwa buruannya
nyelidik.
"Ya, karena Raja itu terkena sebuah kutukan ," jawab
Eyang Andini sambi! mengelus kepala Andini .
melalui jalan itu . Dia ingat bagaimana kaki Arjuna seakan tidak menginjak ranting dan dengan cepat melesat mengejar
"Kutukan itu apa, Eyang?" tanya Andini kembali.
buruannya . Pada waktu itu Parikesit membuntuti Arjuna
"Kutukan itu adalah sumpah yang diucapkan oleh se-
yang sedang memburu seekor rusa berbadan besar. De-
seorang karena dia dendam atau sakit hati pada orang
ngan hati-hati dan tanpa bersuara, Arjuna memasang anak
lain ," jawab Eyang Andini.
panah di busurnya. Dan , sekali bidik, rusa itu menggelepar
"Mengapa Raja Parikesit sampai dikutuk orang , ya ,
Eyang?" Andini mengerutkan keningnya.
"Karena dia menyakiti orang lain sehingga orang yang
disakiti itu dendam dan kemudian mengutuknya."
"Jadi, kalau disakiti orang, kita harus mengutuk orang
itu ya , Eyang?" tanya Andini lagi.
i
tanpa sempat berlari dari hadapan Arjuna. Parikesit sangat
mengagumi Arjuna. Dari Arjunalah Parikesit menjadi senang berburu . Setiap kesempatan luang digunakan untuk
kesenangannya berburu rusa atau binatang lainnya di
hutan belantara.
11
46
Parikesit dikaruniai seorang putra bernama Janame-
"Ya tidak, Andini, tidak! Jika kita disakiti oleh orang lain
jaya. Hidupnya bahagia dikelilingi oleh punggawa-pungga-
sebisa-bisa kita memaafkan orang yang menyakiti kita itu.
wa kerajaan yang cakap.
Kita tidak boleh dendam, dan jag a diri kita agar jangan
sampai kita mengutuknya, " kata Eyang Andini.
"Mengapa begitu, Eyang?" tanya Andini.
"Ya, agar kita tidak akan seperti Raja Parikesit yang
akhirnya harus meninggal karena sebuah kutukan"
"Siapa sih, Yang, Raja Parikesit?" tanya Andini ingin
tahu .
"Oia keturunan dari Raja Astina. 8eginilah ceritanya.
Oahulu ada sebuah keluarga yang memimpin Kerajaan
Astina . Nama keluarga itu adalah Kuru. Mereka mempunyai
keturunan bernama Destarata dan Pandu," jelas Eyang
Andini.
Lalu, si Eyang bercerita mengenai kehidupan Pandawa dan Kurawa. Mereka adalah saudara sepupu yang tidak
rukun. Ayah mereka adalah dua orang bersaudara Putra
Maharaja Astina . Yang sulung bernama Destarata dan
adiknya bernama Pandu Dewanata. Sejak lahir, Destarata
buta. Oleh karena itu, ia tidak dapat dinobatkan menjadi
raja sebagai pengganti ayahnya. Akhirnya, Pandu Oewanatalah yang dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya.
Destarata menikah dengan Dewi Gendari. Mereka
mempunyai 100 orang putra, yang kemudian terkenal seba-
45
12
gai keluarga Kurawa . Putra yang sulung bernama Duryu-
bergerak maju menuju ke barat daya, dan sampailah di
dana . Adik-adiknya semua laki-Iaki , hanya satu yang
bekas Kerajaan Dwaraka yang sudah musnah terendam di
perempuan, namanya Dushala. Destarata juga mempunyai
bawah samudra karena perang saudara. Mereka kemudian
anak laki-Iaki dari dayangnya yang diberi nama Yuyutsu .
berbelok ke utara dan berjalan terus ke arah itu. Akhirnya,
Adapun Pandu, ia menikah dengan Kunti dan berputra
mereka dapat mendaki Gunung Himawan dan kemudian
tiga orang, yaitu Yudistira, 8ima, dan Arjuna. Pandu juga
menuruninya hingga berhadapan dengan daratan pasir
mempunyai istri yang lain, Dewi Madrim namanya. Dari
yang luas membentang. Di kejauhan mereka melihat pun-
Madrim, Pandu mendapatkan putra bernama Nakula dan
cak tertinggi, puncak Gunung Meru tempat perjalanan ter-
Sadewa, mereka kembar. Anak-anak Pandu ini kemudian
akhir yang mereka inginkan.
terkenal dengan sebutan keluarga Pandawa Lima.
Sepeninggal Pandawa, Parikesit menata kembali pe-
Kedua keluarga itu tinggal di Kerajaan Astina . Karena
merintahan kerajaan Astina . Parikesit adalah raja muda
mereka cucu Raja Astina, selayaknyalah mendapat pendi-
yang pandai. la menguasai sastra dan ilmu perang. la me-
dikan dari seorang guru besar. Guru yang mendidik mereka
merintah dengan bijaksana. Kebijaksanaannya sampai ke
dalam keahlian perang dan pemerintahan adalah Dorna.
ujung dunia. Pertanian dan perkebunan semakin maju. 8e-
Ketika kecil mereka bersama-sama dididik olah tubuh dan
berapa perbaikan irigasi dilakukan pada bangunan-bangun-
juga olah pemikiran. Namun, Pandawa Lima mempunyai
an jalan air yang sudah tua. Perdagangan meningkat. Ke-
kemampuan yang lebih unggul dari Kurawa .
sen ian dan kesusastraan berkembang pesat.
Perselisihan di antara mereka sering terjadi karena ra-
Kekayaan Kerajaan Astina terpancar dari bangunan
sa iri hati. Anak-anak Kurawa merasa iri karena Pandawa
istananya yang indah. Balairung istana dihiasi dengan
keterampilannya melebihi mereka.
taburan emas manikam, berkilau-kilauan jika tertimpa sinar
Pandawa Lima sejak kecil sudah tidak berayah . Pandu
pelita atau bulan pada malam hari. Kereta-kereta kerajaan
Dewanata meninggal terkena kutukan ketika sedang berja-
dibuat dari emas. 8aju kuda disulam dengan emas. Keka-
lan-jalan dengan Dewi Madrim di hutan . Pandu pernah
yaan itu sebanding dengan kebijaksanaan Parikesit dalam
membunuh sepasang rusa yang sedang berkasih-kasihan .
memerintah Kerajaan Astina.
Pandu tidak tahu bahwa rusa yang sedang berkasih-
13
44
"Tidak, istriku, kamu harus menjaga Parikesit agar dia
tidak merasa kehilangan kita," jawab Arjuna.
kasihan itu adal ah jelmaan dewa dari kahyangan. Dewa
dan dewi itu sedang turun dari kahyangan menjadikan
"Maafkan aku Kanda, jika aku memikirkan kepentingan
dirinya sebagai rusa untuk berkasih-kasihan, tetapi Pandu
diriku sendiri, itu karena rasa cintaku yang besar kepada
membunuhnya. Saat itu Pandu dikutuk bahwa dia akan
Kanda," jawab Sumbadra.
meninggal saat sedang berkasih-kasihan dengan istrinya .
"Ooakan kami agar kami kuat melakukan darma
InI,
Akhirnya, Pandu meninggal oleh kutukan itu saat berkasihkasihan dengan Dewi Madrim dihutan dan Oewi Madrim
Oinda Sumbadra," kata Arjuna kembali.
"Iya, Kanda . Ooaku akan kulantunkan selalu untuk
ikut
membunuh
dirinya.
Kanda Yudistira, Sima, Arjuna, dan Adik-adikku Nakula ,
dikendalikan
Sadewa, serta Orupadi," jawab Sumbadra.
Pandawa lima dewasa.
oleh
Kerajaan
Oestarata
Astina
menunggu
sementara
hingga
para
untuk
Oewi Gendari, Ibu dari Kurawa merasa sangat takut
memberitahukan keputusannya yang akan menjauhkan diri
jika Yudistira, anak pertama dari Pandawa lima dewasa,
dari hal-hal yang bersifat keduniaan. Yudistira melepaskan
kelak menggantikan kepemimpinan Destarata. Gendari
semua perhiasan kerajaan yang dikenakan dan mengena-
berharap anak-anaknya dapat lebih pandai dari Pandawa
kan pakaian yang terbuat dari kulit kayu . Oemikian pula
lima, tetapi tak satu pun dari 100 anaknya yang mampu
Sima, Arjuna, Nakula, Sadewa, dan Orupadi.
menyaingi kelebihan Pandawa lima.
Yudistira kemudian mengundang rakyatnya
Teguh maksud dan tujuannya , para Pandawa ini mela-
Kebencian sang Ibu menular pada anak-anaknya , Ku-
kukan perjalanan melalui banyak negara dan menyebe-
rawa. Oengan berbagai jalan Ibu dan anak berusaha untuk
rangi lautan serta sungai. Yudistira memimpin rombongan .
menyingkirkan kehidupan Pandawa lima. Dengan cara apa
Oi belakangnya Sima , Arjuna, Nakula, Sadewa , Orupadi,
pun Pandawa lima dibantu Ibu Kunti dapat mempertahan-
dan seekor anjing . Mereka tiba di laut yang airnya berwar-
kan dirinya.
na merah . Arjuna membuang busur panah dan tempat panahnya ke dalam ombak laut merah itu.
Ketika Yudistira dewasa, dia diangkat menjadi Raja
Astina . Kebijaksanaan dan kebajikan Yudistira dalam me-
Para Pandawa itu kemudian berbelok ke selatan.
merintah kerajaan menimbulkan iri hati dan dengki di an-
Ketika mereka tiba di pantai utara laut garam, mereka
tara anak-anak Oestarata, terutama Ouryudana. la me-
43
14
ngusir Yudistira dan adik-adiknya dari Kerajaan Astina de-
Dastarata, Gandari, dan Kunti akhimya hidup di hutan
ngan mengadakan permainan dadu yang membuat Pan-
dengan mengenakan pakaian dari kulit kayu dan berpuasa
dawa kalah .
untuk tidak makan dan minum. Dastarata memasukkan ke-
Pandawa dihukum lima tahun atas kekalahannya ber-
•
rikil ke dalam mulutnya dan hanya hidup dari udara. la tidak
main dadu dengan tinggal di hutan belantara tanpa mem-
mau berbicara sepatah pun dengan orang lain. Gandari hi-
perlihatkan diri. Ketika hukuman lima tahun selesai dan
dup dengan minum air saja, sementara Kunti masih makan
Pandawa meminta untuk memegang tampuk pemerintahan
satu kali sebulan. Dan, ketika hutan terbakar, Dastarata,
kerajaan kembali, keinginan itu ditolak. Pandawa Lima
Gandari, dan Kunti duduk menghadap ke timur, memusat-
tetap bersabar dan mereka tidak mau memaksakan ke-
kan daya pikirnya dengan diam seperti tiang-tiang kayu .
hendak untuk meminta kembali Kerajaan Astina . Pandawa
Mereka musnah terbakar api.
hanya minta izin untuk mengelola kerajaan di Indraprasta
Lima belas tahun kemudian, yaitu tiga puluh lima ta-
dan diakui keberadaannya, tetapi permintaan itu juga dito-
hun sesudah perang di Padang Kurusetra , Yudistira memu-
lak. Kurawa mengusir keluarga Pandawa untuk segera me-
tuskan untuk menjauhkan diri dari dunia mengikuti jejak
nyingkir dari Kerajaan Astina . Pandawa merasa diperlaku-
Dastarata, Gendari, dan Kunti.
kan tidak adil , dan akhirnya muncullah perlawanan kepada
"Sudah saatnya kita meninggalkan istana."
saudaranya sendiri. Terjadilah pertempuran yang dilaksa-
Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, dan Drupadi setuju.
nakan di sebuah padang bernama Kurusetra. Kuru adalah
Yudistira kemudian menobatkan Parikesit, anak Abimanyu ,
nama nenek moyang dari Pandawa dan Kurawa, sedang-
menggantikan dirinya menjadi Raja . Kata Yudistira kepada
kan setra adalah nama padang yang sangat luas.
Sumbadra.
"Parikesit, cucumu akan menjadi penerus raja bangsa
Kuru. la akan memerintah di Astinapura . Rawatlah dia. Jaga agar dia tidak bertindak bertentangan dengan darma ."
"Aku tidak boleh ikut Kanda Arjuna ke hutan?" tanya
Sumbadra.
42
telah ditentukan, Yudistira memanggil adik-adiknya untuk
memberitahu keinginan ibu, paman, dan bibinya itu.
"Adik-adikku, ibu kita serta paman dan bibi kita akan
Bagian Kedua
PADANG KURUSETRA
pergi dari kerajaan ini untuk melakukan darma mereka sebelum ajal mereka sampai," kat a Yudistira kepada adikadiknya.
"Apakah menjalankan darma itu harus dengan pergi ke
hutan untuk menyiksa diri, Kanda?" Tanya Sima kepada
Yudistira.
Pertempuran antara keluarga Pandawa dan Kurawa
"Sima, kamu sebetulnya sudah tahu syarat-syarat me-
berlangsung selama delapan belas hari lamanya. Prajurit
lakukan darma di hari tua. Ya, memang harus begitu. Dan
dari kedua belah pihak banyak yang berguguran. Pence-
itu adalah keinginan dari orang tua kita" jawab Yudistira .
gahan peristiwa itu sudah dilakukan, tetapi dari pihak Ku-
"Iya Kanda Yudistira, aku juga sudah tahu. Apa mung-
rawa tetap bersikukuh mempertahankan Negara Astina
kin syarat-syarat itu tidak harus dikerjakan dengan menyik-
yang sebetulnya bukan hak mereka. Kematian saudara-
sa diri pergi ke hutan. Tapi, baiklah kalau itu memang ke-
saudara Duryudana membuat perasaan Duryudana sema-
inginan dari orang tua kita," jawab Sima .
kin berang dan semangat untuk menghancurkan keluarga
"Ya sudah kalau begitu. Adik-adikku, hari ini orang tua
Pandawa tidak surut. Dendam yang semakin membara di
kita akan berangkat ke hutan tempat mereka melakukan
hati Duryudana membutakan mata hatinya sebagai se-
darma. Mari kita bersama-sama mengantar mereka, " kat a
orang manusia. Di sisi lain, Duryudana malu untuk undur
Yudistira.
diri karena terlanjur mengorbankan banyak prajurit dan juga
Keinginan Yudistira untuk mengantar ke hutan tempat
saudara-saudaranya. Dia bertindak sebagai pahlawan wa-
mereka melakukan darma ditolak oleh Dastarata, Gendari,
lau dia memperjuangkan sesuatu yang tidak benar. Ketika
dan Kunti. Mereka tidak mau diantar. Dengan berjalan kaki
Duryudana sedang kebingungan di pinggir sungai, datang-
mereka keluar dari istana yang megah. Saju kerajaan yang
biasa mereka kenakan sudah ditanggalkan.
lah Sima dengan gagah perkasa membawa senjatanya
yang terkenal bernama Gada Rujakpala.
41
16
"[)uryudana , sedang apa gerangan kau di situ! Pemim-
lam hal sandang serta pangan. Pajak rakyat rendah. Raja
pin yang tidak berhati, yang telah mengorbankan saudara
taklukkan Astina selalu mengirimkan upeti dengan perasa-
dan prajuritnya , apa yang akan kau lakukan!"
an senang tanpa dipaksa. Mereka menyerahkan barang-
"Aku akan bersikap sebagai seorang pemimpin, Sima"
kata Duryudana sedikit gemetar melihat kegarang;an Sima.
"Jika sebelumnyc;l kamu dapat
menakl~
' k~
hatimu
yang angkara i