Bianglala Budaya Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan 1918-2013 - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
BIANGLALA BUDAYA REKAM JEJAK 95 TAHUN KONGRES
KEBUDAY
AAN 1918-2013NUNUS SUP ARDI
Pangantar Prof. Dr. H.A.R. Tilaar DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYMN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYMN
2013 BIANGLALA BUDAY A Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan ( 1918-2013) Copyright@Nunus Supardi, 2013
Bayu lsworo Sampul
Bayu lsworo Tata letak
Dendy Sugono Penyunting Bahasa
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KTD)
BIANGLALA BUDAY A Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan (1918-2013)ISBN: 978-602-17669-1-0 ii
UNTUK MEMPERINGATI
95 TAHUN KONGRES KEBUDAYAAN (1918--2013), MENUJU KEMAJUAN BUDAYA BANGSA iii
PRAKATA
Selama ini kalau berbicara tentang Kongres Kebudayaan (KK), perhatian oranglebih tertuju pada KK yang diselenggarakan sesudah Indonesia merdeka. Belum
pernah terdengar pembicaraan bahwa sebelum Indonesia merdeka juga pernah
diselenggarakan kongres yang sama. Termasuk di kalangan budayawan dan seniman,
peristiwa budaya itu tidak banyak yang memperbincangkannya.Tahun 1994 dalam
buku berjudul "Dr. KRT Wediodiningrat, Perjalanan Seorang Putra Bangsa 1879-1952"
disebut tentang penyelenggaraan dan keterlibatan dr. Radjiman dalam Kongres
Kebudayaan Jawa tahun 1918.Tahun 2001 ketika diselenggarakan pameran foto yang
diberi judul "Java lnstituut dalam Foto", di dalam buku katalog yang disusun oleh
Jaap Erkelens, ada tulisan singkat beserta beberapa foto mengenai kongres-kongres
yang diselenggarakan sebelum Indonesia merdeka. Tulisan singkat itu mendorong
penulis untuk mengetahui lebih jauh tentang isi dari kongres itu. Ternyata semua
kegiatan itu terekam dengan baik dalam majalah "Djawa" dan bahkan untuk KK yang
pertama telah diterbitkan dalam bentuk buku presiding kongres secara lengkap. Data
mengenai penyelenggaraan kongres itu sebagian tersimpan di perpustakaan Museum
Sonobudoyo Yogyakarta.KK pertama diberi nama Congres voor Javaansche Cultuur Ontwikkeling,
a tau Kongres Gun a Membahas Pengembangan Kebudayaan Jawa. Kongres pertama
diselenggarakan tahun 1918 di Surakarta.Gagasan untuk menyelenggarakan KK itu
muncul dari seorang bumiputra, Mangkunegoro VII.Setelah KK pertama disusul
olehkongres-kongres berikutnya. Sebelum Indonesia merdeka telah berlangsung
7 kali kongres. Dengan demikian, KK pertama itu telah menjadi motor penggerak
diselenggarakannya kongres-kongres berikutnya hingga Indonesia merdeka. Kongres
kebudayaan terakhir diselenggarakan tahun 2008 di Bogor. Dengan demikian, sejak
Indonesia merdeka tahun 1945 sampai dengan tahun 2008 telah berlangsung sebanyak
8 kali KK. Mengapa peristiwa budaya dan termasuk peristiwa bersejarah itu justru tidak
pernah diperbincangkan orang?Mungkin karena kongres sebelum Indonesia merdeka
dianggap belum memiliki arti penting bagi perkembangan kebudayaan bangsa. Atau
karena kongres itu diselenggarakan pada masa penjajahan dan yang diperbincangkan
baru mencakup kebudayaan Sunda, Jawa, Madura, dan Bali saja?Terlepas dari masalah penting atau tidak penting, berbobot ataupun kurang
berbobot, atau materi yang dibahas sudah luas atau belum, sebagai peristiwa budaya
sepatutnya tidak dibiarkan tersembunyi dan tidak diketahui apa yang sesungguhnya
telah terjadi. Setidak-tidaknya dari peristiwa itu kita dapat memahami dinamika
pemikiran para pendahulu kita dalam memajukan kebudayaan bangsa, seperti halnya
upaya yang dilakukan di bidang lain seperti bidang-bidang politik, agama, pendidikan
dan ekonomi. Lebih-lebih kongres itu sendiri digagas dan dilaksanakan oleh kaum
terpelajar bumiputra. lni berarti mereka tidak hanya telah memiliki kesadaran
berbangsa dalam arti ingin menjadi "satu bangsa merdeka", tetapi juga telah memiliki
kesadaran berkebudayaan dalam arti telah memikirkan tentang konsep, kebijakan,
dan strategi untuk menyongsong masa depan kebudayaannya. Mereka tidak hanya
iv
memikirkan masalah kebudayaan suku bangsa Sunda, Jawa, Madura, dan Bali, tetapi
sudah mengarah pada pemikiran kebudayaan bangsa atau kebudayaan nasional
Indonesia. Bila peristiwa itu dibandingkan dengan yang terjadi di bidang bahasa
mungkin tidak terlalu berbeda jauh.Pada masa sebelum Indonesia merdeka masalah
bahasa juga pernah diperbincangkan dalam kongres.Tahun 1938, 7 tahun sebelum
Indonesia merdeka di Surakarta atas inisiatif kaum terpelajar telah dilangsungkan
Kongres Bahasa Indonesia. Kongres itutelah dicatat dan diakui sebagai Kongres Bahasa
Indonesia yang pertama. Banyak orang mengetahui tentang hal itu, terutama kalangan
senimari, budayawan dan ahli bahasa bahkan pelajar. Mengapa hal yang sama tidak
berlaku pada Kongres Kebudayaan?Setelah selesai mengumpulkan data penyelenggaraan Kongres Kebudayaan
dan kemudian diterbitkan dengan judul "Kongres Kebudayaan 1918-2003" tahun
2007, timbul niat penulis untuk merevisi buku tersebut dengan memasukkan Kongres
Kebudayaan Indonesia 2008 di Bogor. Dalam perjalanan melakukan pengumpulan
data, ditemukan banyak data penyelengg13raan kongres-kongres lainnya seperti
kongres: Pancasila, kebudayaan daerah, bahasa, linguistik, sastra, kesenian, sejarah,
arkeologi, antropologi, kebatinan, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Kesemuanya
itu merupakan unsur dari kebudayaan sehingga juga menjadi bagian dari perjalanan
sejarah kebudayaan bangsa. Selain itu, setelah reformasi kecenderungan masing
masing suku bangsa untuk menyelenggarakan kongres sendiri meningkat, seperti
kongres-kongres kebudayaan: Jawa, Sunda, Minangkabau, Madura, Bali, Banjar, Aceh,
dsb. Di bidang bahasa telah berlangsung kongres bahasa Aceh, Lampung, Madura,
Cirebon, Tegal, Makassar, Gorontalo dsb.Di bidang sastra telah berlangsung kongres
Sastra Indonesia, Sastra Jawa, kongres Cerita Pendek Indonesia, dsb. Data itu terus
berkembang dan sampai dengan tahun 2013 terkumpullah sekitar kali kongres dan
221
konferensi kebudayaan selama 95 tahun mulai dari KK pertama1918 sampai dengan
2013. Tujuan utama penulisan buku ini selain memperingati 95 tahun berlangsungnya
KK pertama juga ingin mengangkat dan memperkenalkan berbagaikongres sebagai
peristiwa budaya yang selama ini masih terabaikan. Kongres ataupun konferensi
kebudayaan sebagai peristiwa budaya masih luput dari perhatian kita baik mengenai
makna semua keputusan kongres maupun tindak lanjut sebagai bentuk realisasi
keputusan kongres.Banyak sekali ide, gagasan, saran, pendapat yang pernah
dilontarkan dalam kongres dari para pendahulu kita yang dapat dijadikan bahan
renungan dalam menyusun konsep, kebijakan, dan strategi pemajuan kebudayaan
di masa-masa selanjutnya. Melalui penghimpunan data semua kegiatan kongres dan
konferensi yang pernah berlangsung diharapkan peristiwa-peristiwa budaya itu dapat
diakui sebagai peristiwa budaya yang bersejarah.Sebagai contoh dalam buku "Sejarah
Kebudayaan Indonesia" 8 jilid yang terbit tahun 2009, perihal KK tidak masuk sebagai
bagian dari sejarah kebudayaan Indonesia. Satu-satunya kongres yang disebut dalam
·buku yang membahas tentang "Bahasa, Sastra dan Aksara" adalah Kongres Bahasa.
ltupun hanya terbatas pada Kongres Bahasa Indonesia I (1938) dan II (1954). Yang agak
mengherankan, ada penjelasan di dalam buku itu bahwa Kongres Bahasa Indonesia
Ill (1978) dan seterusnya tidak dimasukkan sebagai peristiwa budaya yang bersejarah,
alias belum menjadi sejarah. Bunyi lengkap penjelasan itu sebagai berikut: "lhwal
Kongres Bahasa Ill (maksudnya kongres 1978) dan seterusnya tidal< dijabarl<an di sini, v karena pertemuan-pertemuan itu belum lagi menjadi sejarah, melainkan merupakan bagian dari pengalaman kita sekarang".
(Akhadiati lkram (Editor Tema), 2009: hal.16) Apa betul Kongres Bahasa Indonesia, 1978, 1983,1988, 1991 dst. belum menjadi sejarah? Lalu sebatas waktu berapa tahun statu peristiwa dapat dimasukkan ke dalam se j arah? .
Memang, masuk ke dalam buku sejarah atau tidak, KK tetap sebagai peristiwa
sejarah yang penting. Seperti dikatakan oleh Putu Wijaya, dalam bukunya yang berjudul
NgEH; bahwa sebuah peristiwa bisa menjadi penting kalau dia mendapat eksposing.Akan tetapi sebuah peristiwa yang penting tidak dengan sendirinya jadi tidak penting
kalau tidak diekspos. Peristiwa budaya meskipun tidak diekspos menurut Putu akan
tetap saja penting. Meskipun peristiwa budaya itu telah berlangsung lama dan tidak
diketahui banyak orang, tetapi akhirnya suatu saat akan diakui sebagai peristiwa
budaya yang penting, karena peristiwa budaya itu lebih merupakan pengalaman
spiritual. Meskipun tanpa publikasi dia bisa menunggu waktu. Dia akan merambat terus
perlahan-lahan, membangun sesuatu di dalam diri manusia, kadangkala tanpa disadari
oleh manusianya sendiri, sampai pada suatu saat sejarah itu akan umendusin, terkejut
dan buru-buru mencatatnya, kemudian diakui sebagai salah satu prasasti penting" (Putu Wijaya, 1997: hal. 47)Sesuai dengan tujuan penulisan buku ini, maka judulnya menjadi "Bianglala
Budaya: Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan (1918-2013)". Buku ini pada
dasarnyamerupakan himpunan yang menggambarkan secara singkat tentang tujuan,
tema, kapan, dan di mana kongres berlangsung serta hasil-hasilnya. Selain itu, juga
dipaparkan mengenai hubungan "benang merah" antara Kongres Kebudayaan
sebelum dan sesudah Indonesia merdeka serta dengan kongres-kongres ikutan lainnya
seperti disebut di atas. Keseluruhan kongres itu setelah dirangkai dapat diibaratkan
telah membentuk 11bianglala" atau pelangi yang indah menggambarkan pergulatan
pemikiran budayawan, seniman, dan kaum terpelajar bumiputra sebelum Indonesia
merdeka hingga kini tentang konsep, kebijakan, dan strategi dalam memajukan
kebudayaan bangsa dari tahun ke tahun selama 95 · tahun. Di dalam buku ini sengaja
dimasukkan pula rekam jejak Kongres Kebudayaan Melayu dan Kongr�s Bahasa Melayu
yang diselenggarakan oleh Negara tetangga, Malaysia. Sebagai diketahui hubungan
antara kebudayaan termasuk bahasa Melayu di Indonesia dan di Malaysia sangat dekat
karena secara geografi budaya kedua bangsa itu merupakan satu rumpun. Seperti
dikatakan oleh Dr. Rais Yatim sebagai pemakalah pada Kongres Diaspora Indonesia
2013 di Jakarta: "Saya ke mari untuk bersama-sama menyatakan bahawa kita satu. Kita
satu dalam arena sejarah, budaya dan cara hid up yang seharusnya tidal< boleh dipisahkan
antara satu sama lain" (Dr. Rais Y.atim, 2013:4) .Dalam penyajiannya, isi buku ini dibagi menjadi 5 Bagian yang masing-masing 1. bagian dilengkapai dengan daftar isi sebagai berikut.
BAGIAN I berjudul "KONGRES KEBUDAYAAN". Pada bagian ini paparan dimulai dari KK Masa Penjajahan (1918-1945) mengenai latar belakang penyelenggaraan KK pertama 1918 (penggagas, tema, pemakalah, dan kesimpulan) disambung
dengan uraian kongres-kongres berikutnya: 1919, 1921, 1924, 1926, 1929, dan 1937. Papa ran berikutnya berisi gambaran singkat KK sesudah Indonesia merdeka, dimulai vi dari Masa Awal Kemerdekaan Masa Pembangunan (1969-1998) dan (1945-1965),
Masa Reformasi (1998 hingga sekarang). Secara berurutanpaparan dimulai dari KK 2. 1948, 1951, 1954, 1957, 1960, 1991, 2003, dan 2008.
BAGIAN II, berjudul "KONGRES PANCASILA, PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, DANDIASPORA INDONESIA". Dalam bagian ini dipaparkan hasil-hasil Kongres Pancasila dan 2013. lsi paparan antara lain mengenai latar
2009, 2010, ,2011, 2012, belakang penyelengga\aan kongres dan rekomendasi kongres. Pada bab ini juga dipaparkan hasil perbincangan mengenai masalah pendidikan dan kebudayaan, termasuk di kalangan generasi muda. Selain itu, juga dipaparkan mengenai penyelenggaraan Kongres Diaspora Indonesia yang telah berlangsung
2 kali, yakni tahun 2012 dan 2013. Selain membahas aspek-aspek sosial, ekonomi, diplomasi, teknologi, pendidikan, ilmu pengetahuan, kongres ini juga membahas masalah pengenalan kebudayaan di mancanegara.
3· berjudul
BAGIAN Ill, "KONGRES KEBUDAYAANDAERAH DAN KONGRES
ini berisi gambaran tentang kongres-kongres yang berkaitan LAINNYA".Bagian dengan kebudayaan seperti kongres: Kebudayaan Daerah (Jawa, Sunda, Bali, Madura, Ban jar, Minangkabau, dsb ), sejarah, arkeologi, antropologi, kesenian, perpustakaan, perbukuan, dll. Pada bagian ini juga dipaparkan mengenai Kongres Kebudayaan Melayu yang diselenggarakan oleh pemerintah Malaysia yang mempunyai hubungan sejarah dengan keberadaan budaya Melayu di wilayah Republik Indonesia. j BAGIAN IV, ber udui"KONGRES BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH".
4· Pada bagian ini dipaparkan seluruh kongres bahasa dan sastra Indonesia dan daerah yang pernah berlangsung. Juga dimasukkan Kongres Bahasa dan Persuratan Melayu yang diselenggarakan oleh pemerintah Malaysia yang sebagaimana kita ketahui bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu-Riau. berjudul Setelah menjelajahi perjalanan BAGIAN V, "CATATAN REKAM JEKAK".
5· selama Kongres Kebudayaan beserta kongres-kongres lainnya, pada bagian
95 ini dipaparkan mengenai "benang merah" yang menghubungkan antara kongres sebelum Indonesia merdeka dan sesudah merdeka. Juga secara sekilas dipaparkan mengenai realisasi dari keputusan dan rekomendasi kongres. Sebelum seluruh paparan ditutup dengan kesimpulan, dipaparkan secara singkat mengenai arti dan makna KK sebelum Indonesia merdeka dalam menumbuhkan kesadaran berbudaya bangsa dan sebagai tonggak sejarah bagi penyelenggaraan KK maupun sebagai peritiwa sejarah kebudayaan bangsa. Beberapa kesulitan dalam menghimpun data akhirnya sedikit dapat teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Berkat bantuan rekan-rekan di Museum Sonobudoyo, Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional
(BPNST) Bandung, BPNST Pontianak, BPNST Banda Aceh, Balai Bahasa Aceh, Balai Bahasa Jawa Timur, Balai Bahasa Lampung dan Aceh, Lembaga Basa Jeung Sastra Sunda (LBSS), Dinas Kebudayaan Bali, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata vii
.
Jawa Tengah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Selatan, Lembaga Sensor Film, Badan Kerja sama Kesenian Indonesia (BKKI) Jakarta, Lingkar Budaya Indonesia (LSI) saya ucapkan terima kasih. Kepada Ketua Lembaga Sensor Film, Dr. Mukhlis PaEni dan Kepala Sekretariat LSF, Sdri. Pudji Rahayu, SH, MM beserta seluruh staf juga saya sampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala bantuan untuk merealisasikan buku ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada Prof. Dr. H.A.R.Tilaar atas kesedian beliau memberikan
Pengantar pada buku ini. Juga kepada Dr. Dendy Sugono yang banyak memberikansaran mengenai isi dan judul. Secara khusus saya ucapkan terima kasih pula kepada
lbu Adiwoso, Sdr. Sudarmadji Damais, Sdr. Chandra Halim yang dengan sabar dan
tulus membantu meluruskan dan menerjemahkan teks dari bahasa Belanda ke
bahasa Indonesia. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh jajaran
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah membantu dalam penertiban
buku ini.Terakhir, kepada isteriku beserta anak,cucu, dan menantu tercinta juga saya
ucapkan terima kasih yang paling dalam karena selain terus memberikan semangat
untuk menyelesaikan buku ini juga merelakan suami, ayah, dan kakek berbulan dan
bertahun "menikahi'' komputer dan buku.Sekelumit himpunan rekam jejak Kongres Kebudayaanselama 95 tahun yang
berlangsung dari sebelum dan sesudah Indonesia merdeka ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan, terutama kelengkapan data dari beberapa kongres. Mudah-mudahan
buku ini dapat membuat kita ' .'mendusin" dan mengakui seluruh perjalanan KK dan
berbagai kongres lainnya selama 95 tahun itu sebagai peristiwa budaya yang penting
bagi sejarah kebudayaan Indonesia seperti yang dimaksud oleh Putu Wijaya dalam
bukunya yang berjudui"NgEh".Jakarta, 19 Agustus 2013.
Penulis Nunus Supardi Pemerhati budaya/
Anggota Badan Pekerja Kongres Kebudayaan viii
PENGANTAR
PROF. DR. HAR TILAAR
Kebudayaan baru akan timbul jika kecerdasan budi dari rakyat kita sudah bettumbuh
sempurna, masak dan tenteran sebab budaya itu anaknya budi. Adanya kultur baru
tidak akan melenyapkan bagian-bagian dari kultur lama yang memang kuat dan berakar
sangat dalam, lagipula dapat dikatakan sudah bersatu denganjiwanya bangsa".
Ki Hadjar Dewantara, Februari 1936.
Buku Bianglala Budaya: Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan (1918-2013) hasil karya Sdr. Nunus Supardi bukan sekadar suatu buku sejarah melainkan merupakan bagian dari tonggak-tonggak budaya perjuangan kemerdekaan Indonesia yang patut dibaca dan dijiwai dalam upaya untuk membangkitkan kesadaran kolektif dari setiap warga negara Indonesia. Buku ini memaparkan buah pikiran para pemipim sejak Kongres Kebudayaan I tahun 1918 sampai dengan kongres ke-15 pada tahun 2008. Di samping itu masih terdapat berbagai jenis kongres dan konferensi yang berkenaan dengan aspek-aspek kebudayaan lainnya
yang menunjukkan kebhinnekaam budaya dari bangsa Indonesia sebagai hasil budi
dari seluruh rakyat Indonesia.Daniel Patrick Moynihan mengemukan dua postulat mengenai peranan
kebudayaan dalam kemajuan (progress) suatu ban gsa. Dia mengemukakan dua
postulat yaitu: Postulat pertama, yang mengatakan: tiThe central conservative truthis that it is culture, not politics, that determines the success of a society. The central
leberal truth is that politics can change a culture and save it from itself'.Baik pandangan
konsevatif maupun pandangan liberal mengenai peranan kebudayaan dalam kemajuan
suatu bangsa adalah benar. Acemoglu dan Robinson dalam bukunya Why Nation Fail
(2012) menunjukkan betapa kekuasaan (power) di dalam kehidupan umat manusia
menentukan kemakmuran ataupun kemiskinan suatu bangsa. Yangjelas ialah kekuasaan
politik demokratis yang memberikan kesempatan kepada anggota masyarakatnya
ix
untuk berkembang akan menghasilkan kemajuan (progress). Masyarakat Indonesia
pada Kongres Kebudayaan I tahun 1918 masih di bawah kungkungan kekuasaan
kolonialisme. Kebudayaan bangsa Indonesia dipandang sebagai kebudayaan yang
inferior dan apa yang datang dari Barat adalah yang terbaik. Kongres Kebudayaan 1918
mulai melahirkan kesadaran akan kebanggaan terhadap budaya sendiri. Kesadaram
akan kebudayaan sendiri melahirkan kebanggaan dan percaya diri dan dengan itulah
bangsa dan rakyat telah melahirkan Kebangkitan Nasional tahun Sumpah Pemuda
1908, tahun 1928 dan Revolusi Kemerdekaan tahun 1945.
Pada tanggal April diorganisasikan oleh Harvard Academy for 23-25 1999
International and Area Studies, di American AcadeDly of Arts and Sciences diadakan
simposii.Jm terkenal bertemakan Cultural Values and Human Progress telah mengambil
kesimpulan bahwa suatu ban gsa atau masyarakat menjadi lebih maju terletak pad a nilai
nilai kebudayaannya yang membentuk pandangan politik, ekonomi dan sosial. Hasil
E.
dari simposium yang terkenal itu dibukukan oleh Lawrence Harrison dan Samuel P.
Huntington, di dalam judul Culture Matters: How Values Shape Human Progress (2000 ).
Buku karya Sdr. Nunus Supardi menyajikan perjalanan kelahiran kesadaran
bangsa yang multikultural yang pada akhirnya bertekad mewujudkan Sumpah Pemuda
sebagai satu bangsa, satu tanah air Indonesia dan satu bahasa, bahasa Indonesia.
Secara perperinci buku ini sebagai salah satu tonggak budaya bangsa Indonesia
dalam rangka mengembangkan kesadaran kolektif dari negara-bangsa (nation-state)
1. Indonesia, menyajikan: Kebudayaan Indonesia merupakan bagian dari perjuangan kemerdekaan bangsa.Tidak mengherankan apabila banyak tokoh Boedi Oetomo menjadi penggagas Kongres Kebudayaan pertama
2. Kekayaan kebudayaan Nusantara dari budaya Jawa, Sunda, Madura dan Bali, dan
budaya-budaya lain di Nusantara.3· Kebudayaan bukan hanya mengenai seni dan tari atau bahasa tetapi meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia Indonesia yang tampak dalam berbagai kongres dan konferensi kebudayaan.
4· Hubungan yang erat antara pendidikan dan kebudayaan. Tokoh penggagas
Kongres Kebudayaan antara lain Dr. Radjiman, Pangeran Prangwadono atau Mangkunegoro VII, Tjokroaminoto, Sutatmo dll.Perjuangan kemerdekaan Indonesia bukan hanya di dalam bidang politik tetapi juga 5· di dalam bidang ekonomi dan sosial serta kebudayaan. Kemerdekaan kebudayaan bukan berarti menolak segala sesuatu yang datang dari luar tetapi memilih apa
yang baik dari luar untuk kemajuan kebudayaan sendiri (Ki Hadjar Dewantara).
6. Kebudayaan Indonesia sebagai salah satu tonggak budaya dalam membangkitkan
kesadaran kolektif bangsa (Benny Hoed, 2013) adalah penting untuk membangun keindonesiaan, dalam membentuk identitas atau watak bangsa Indonesia dalam menghadapi gejolak "perubahan-global-tanpa jiwa" {Geoge Ritzer).
X
Buku Bianglala Budaya merupakan mutiara bangsa yang perlu terus-menerus
digosok sehingga semakin bersinar menuju kejayaan bangsa Indonesia masa depan.
Nilai-nilai budaya yang telah melahirkan perjuangan dan kemerdekaan bangsa
Indonesia perlu terus-menerus diperbaharui dan dikembangkan oleh para generasi
muda maupun oleh pemimpin bangsa. Buku ini patut dibaca dan dipelajari oleh setiap
warganegara Indonesia, para mahasiswa, para pakar ilmu politik, sejarah, kebudayaan,
pendidikan dan para pemimpin politik bangsa.Jakarta, 16 Juni 2013 H.A.R. Tilaar
Anggota Akademi llmu Pengetahuan Indonesia xi
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN
Assalammu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera bagi para pembacaPertama-tama kami sampaikan segala puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas terbitnya buku Bianglala Kebudayaan, Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan
- -
(1918 2013). Buku ini menyajikan dan memaparkan perjalanan sejarah Kongres
Kebudayaan yang pernah berlangsung sebelum dan sesudah Indonesia merdeka.
Sejak 1918 ketika Kongres Kebudayaan pertama digelar, sudah 15 kali Kongres
Kebudayaan diselenggarakan. Di luar itu terdapat 221 kegiatan kongres dan konferensi
yang juga tak bisa dipisahkan dari kebudayaan seperti Kongres Bahasa, Kongres Sastra,
dan sebagainya.Buku ini pada dasarnya merupakan himpunan yang menggambarkan secara
singkat tentang tujuan, tema, kapan, dan di mana kongres berlangsung serta hasil
hasilnya. Selain itu, dipaparkan juga mengenai 'benang merah' antara Kongres
Kebudayaan sebelum dan sesudah Indonesia · merdeka serta kongres-kongres yang
berkaitan lainnya. Dengan membaca buku ini, masyarakat akan menjadi tahu pergulatan
pemikiran budayawan, seniman, dan kaum terpelajar bumiputera sebelum Indonesia
merdeka hingga kini tentang konsep, kebijakan, dan strategi dalam memajukan kebudayaan bangsa dari tahun ke tahun. xii Dapat diyakini, buku ini akan menjadi bacaan yang diperlukan masyarakat,
utamanya para pemerhati dan praktisi serta peneliti kebudayaan, sekaligus menjadi
database tentang aneka penyelenggaraan Kongres Kebudayaan yang pernah
berlangsung di Indonesia selama kurun waktu 95 tahun. Semoga buku ini bermanfaat
bagi masyarakat dan mereka yang. berkepentingan untuk mengenal dan mencintai
Kebudayaan Indonesia.Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, September 2013 Dirjen Kebudayaan.
Kacung Marijan NIP. 196403251989011002 xiii
SAMBUTAN
KETUA BADAN PEKERJA
AAN KONGRES KEBUDAYINDONESIA
(BPKKI)
Kebudayaan adalah wujud pergulatan manusia untuk menyesuaikan diridengan lingkungannya.Romantika pergulatankehidupan manusia ini, tak pernah
habis diperbincangkan karena lingkungan dan tantangannya pun terus mengalami
perubahan dan perkembangan. Salah satu forum yang secara berkala mengkaji dan
memperbincangkan masalah kebudayaan adalah kongres Kebudayaan Indonesia yang
telah berlangsung sejak kongres kebudayaan pertama tanggal 5 sampai dengan 7 Juli
1918 hingga tahun 2013 ini.Apa yang dilakukan oleh sekumpulan kaum cendekiawan bumiputra sejak
sembilan puluh lima tahun yang laluhingga sekarang ini, tidak lain dari sebuah
tanggung jawab intelektual dalam upaya memuliakan kemanusiansebagai bangsa
yang berbudaya.Forum kongres kebudayaan beserta unsur-unsurnya yang pernah
berlangsung,tidak hanya puluhan kali tetapi bahkan telah ratusan kali.Rekam jejak itu telah dihimpun dalam sebuah buku berjudul Bianglala Budaya: Rekam Jejak 95 Tahun Ko ngres Kebudayaan (1918-2013). Buku yang ditulis oleh Sdr. ,
Nunus Supardi ini menjadi sangat pentingnya artinyaterutama untuk melihat secara
deskriptif dinamikaperjalanan bangsa dan kebudayaan Indonesia, melalui berbagai
kongres kebudayaan, bersama sekian banyak kongres dan konferensi lainnya yang
masih dalam kaitan dengan kebudayaan.xiv
Walau demikian buku inisesungguhnyatidak hanya memberi informasi
kronologistentang kongres kebudayaan sejak sebelum kemerdekaan hingga kini.
Lebih dari itu, buku ini sesungguhnya adalah sebuah bunga rampai tentang konsep,
kebijakan dan strategi yang sangat bergunasebagai bahan masukan dalam memajukan
32 1945.
kebudayaan bangsa sesuai amanat Pasal UUD Dengan mengkaji berbagai
kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan oleh setiap kongres dan konferensi yang
terdapat dalam buku ini kita akanlebih arif untuk bertanya pada diri sendiri: Sejauh
manakah amanat itu telah dilaksanakan? Selamat membaca.15 2013 Jakarta, September Dr. Mukhlis PaEni Ketua BPKKI
XV
DAFTAR lSI
. . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Prakata iv
Pengantar Prof. Dr. HAR Tilaar ............................................... ix
Sambutan Direktur Jenderal Kebudayaan ..................................... xii
Sambutan Ketua Badan Pekerja Kongres Kebudayaan Indonesia (BPKKI) ........ xiv
Daftar lsi ............................................................... xvi
Daftar Tabel .............................................................. xxi
1 BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAGIAN 1 KONGRES KEBUDAYAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 A. Latar Belakang . . .. . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 B. Pengertian Kongres . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 C.
.
Sekilas Kebudayaan Masa Penjajahan . . .. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7 D. Ragam Penyelenggaraan Kongres . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11 .
E. Peristiwa Sejarah yang Terpinggirkan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12 BAB II KONGRES KEBUDAYAAN PRAK�MERDEKAAN .
15 A. Kongres Kebudayaan 1918 ............................................... 15
B. Kongres Kebudayaan 1919 ............................................... 39
C.Kongres Kebudayaan 1921 ............................................... 43 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Kongres Kebudayaan 1924 . . . so
E. Kongres Kebudayaan 1926 ............................................... 52
F.Kongres Kebudayaan 1929 ............................................... 56
G. Kongres Kebudayaan 1937 ............................................... 62
1945-1965 ) ..................... 69
BAB Ill KONG RES MASA AWAL KEMERDEKAAN ( . . . . . . . . . . . . . . . . A. JUMLAH DAN URUTAN KONGRES KEBUDAYAAN INDONESIA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
70
74 B. PENYELENGGARAAN KONGRES KEBUDAYAAN B.1. Kongres Kebudayaan 1948 ........................................... 74 B.2. Kongres Kebudayaan 1951 ........................................... 89 B.3. Kongres Kebudayaan 1954 .......................................... 105 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
- • B.4. Kongres Kebudayaan 1957
113
. . . . . . . . . . . . . . . . . • • . • . . . . . . . . . . . . . . . . • . • • • B.s. Kongres Kebudayaan 1960 . • • . . • • . . . . . • • . . • . . . • . ; 118
BAB IV KONGRES KEBUDAYAAN MASA PEMBANGUNAN 125 . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . A. TUNTUTAN MASYARAKAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . • . . . • . . . . 126 B. KONGRES KEBUDAYAAN 1991 . . . . . . . . • . . . . . . • • . . . . . . • . . . 128 BAB V KONGRES KEBUDAYAAN MASA REFORMASI 141 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • • • . • . . . • . • . • . • . • . . . . . • . . . A. Kongres Kebudayaan 2003 . . . . . . . . . . . . • . . • . . . . • • . . . • . . . . . . • . . . 142 B. Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 183 BAGIAN KONGRES PANCASILA, PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN DAN
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . · . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - . . .
DIASPORAN INDONESIA . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . • . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . 205
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
207
BAB II KONGRES PANCASILA . . .. . 211
. . . . . • . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . A. Kongres Panca_sila 2009 . . . . . . . . . . . . . · . . . . . . . . . . • . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 213 214B. Kongres Pancasila tl 2010 . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . .
216
C. Kongres Pancasila 2011 . . . . . . . . • . . • . . . . . . . . . . . . . . . • • . . . . . . . . . . . . . . . . • . • .
D. Kongres Pancasila 2012 . . . . . . . . . . • • . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . • . • . . . . . . . . . . • . . . . � .
219 -
E.- Kongres Pancasila V . . • . . . . . . . . . . 221
BAB Ill KONGRES PENDIDIKAN, PENGAJARAN, DAN KEBUDAYAAN 227
. • . • • • • • . . . . • . • . . .BAB IV KONGRES KEBUDAYAAN PEMUDA INDONESIA {KKPI) 233
. . . . • . . • • . . . • • • . . . . . • . • • • • . . • • . • . . . . .BAB V KONGRES DIASPORA INDONESIA 239
. . . . . . . . . . . • • . . . . • . . . . . . • • • . . . . . . . . . .A. Kongres Diaporan Indonesia I (2012) 241
B. Kongres Diaspora Indonesia II (2013) ..................................... 246
BAGIAN 3 KONGRES KEBUDAYAAN DAERAH DAN LAIN-LAINNYA ............... 255
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . • • . . • . . . . . . • . . . . BAB I PENDAHULUAN 257
BAB II KONGRES KEBUDAYAAN DAERAH .................................... 261
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .A. Kongres Lembaga Kebudayaan Rakyat 261
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . .B. Kongres Kebudayaan Minangkabau (KKM) 262
. . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . C. Kongres Kebudayaan Aceh 2005 . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . • . • . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . 266 D. Kongres Kebudayaan Madura • . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . 267E. Kongres Kebudayaan Bali I (KKB 1), 2008 272
F. Kongres Budaya Banjar (KBB) ........................................... 278
. . . . . . . . • . • . . . . . . • . . • . . • . . . . . . . . . . • • . • . G. Kongres Budaya Kalimantan Barat . . • . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . 282H. Kongres Kebudayaan Betawi, 2007 296
. . . . • . . . • . • . . . • • . • . . . . . . . . • . .I. Kongres Masyarakat Ad at Nusantara (KMAN) 297
• • . . • . . • . . . . . . . . . • . • . . J. Kongres Masyarakat Adat Dayak Kalimantan Tengah 305 xvii
K. Kongres Masyarakat Banda, Maluku 2010 ................................. 310
L. Kongres Masyarakat Adat Osing, Banyuwangi, 2011 . . • . . . . . • . . . . • . . . . . . . . . .311
BAB Ill BIDANG SEJARAH, ARKEOLOGI DAN EPIGRAFI ......................... 313
A. Kongres Sejarah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 313 B. Kongres Arkeologi . . . . . . . . . . • . . . . . . • . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 319 C. Kongres Prehistori . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . 324 D. Kongres Epigrafi 2001 . . . . • . . . • . • . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 324BAB IV KONG RES BIDANG PERBUKUAN DAN PERPUSTAKAAN ................. 325
A. Bidang Perbukuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . • . . . . 325 B. · Bidang Perpustakaan ................................................... 327 C. Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 328BAB V KONGRES BIDANG KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHAESA ... 331
A. Kongres Kebatinan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 333 B. Kongres Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Komunitas Adat dan Tradisi 2012 . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 337BAB VI KONGRES BIDANG ILMU PENGETAHUAN ............................. ·345
A. Kongres llmu Pengetahuan Nasionall1958 .............................. ·345 B. Kongres llmu Pengetahuan Nasionalll1962 . . . • . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 346 C. Kongres llmu Pengetahuan Nasionallll1981 • . . • . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . 346 D Kongres llmu Pengetahuan Nasional lV 1986 • • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 346 E. Kongres llmu Pengetahuan Nasional V 1991 . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 346F. Kongres llmu Pengetahuan Nasional Vl1995 .............................. 346
G. Kongres llmu Pengetahuan Nasional Vll1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . • . • . . . . . . . . . . 346H. Kongres llmu Pengetahuan Nasional VIII 2003 ............................. 347
I. Kongres llmu Pengetahuan NasionaiiX 2007 ............................. ·349
J. Kongres llmu Pengetahuan Nasional X 2011 . . . . . . . • . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . ·349BAB VII KONGRES BIDANG KESENIAN ....................................... 351
A. Konferensi Seni Tari Yogyakarta 1955 . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . • • . . . 352 B. Kongres Kesenian Indonesia (KKI) . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . ·354 C. Kongres Pewayangan . . . • . . . • . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 374 D. Kongres Reog Ponorogo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 381
BAB VIII KONGRES KEBUDAYAAN MELAYU . . . . • . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . 383
A. Kongres Kebudayaan Malayu 1958 ....................................... 384
B. Kongres Kebudayaan Melayu 1971 . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . .385
C. Kongres Kebudayaan Melayu II 2009 • . . . . . . • • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 392 BAB .
IX KONFERENSI KEBUDAYAAN . . . . . . . . . • • • • • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ·399
A. Konferensi Kebudayaan Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . � . . . . . . 399
B. Konferensi Nasional Kebudayaan Rakyat • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 403
xviii
. . . . . 403 C. Konferensi lnternasional Budaya Daerah (KIBD) .. .... ....... ...... ...
D. Konferensi lnternasional Renaissance Budaya Nusantara 2010 .............. 406
: .............. ....... 408 .E. Konferensi lnternasional Budaya Sunda (KIBS) ..... . ·