Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pendidikan Kewirausahaan
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Ini
adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “Pais” yang berarti “Anak” dan kata “Ago” yang
berarti “Aku membimbing”. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak (Hadi, 2008 :
17). Menurut UU No. 20 tahun 2003 pengertian pendidikan adalah sebuah usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(sumber http://www.lebahmaster.com) .
Sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan dan dipelajari di berbagai
negara, misalnya Belanda dikenal sebagai “ondernemer” dan di Jerman dikenal dengan
“unternehmer”. Selain itu, di berbagai negara kewirausahaan memiliki banyak tanggung
jawab, antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut
kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal,
perekrutan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lainlain. Pada 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di berbagai negara seperti di

Eropa, Amerika, Kanada. Bahkan semenjak 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan
kewirausahaan, manajemen usaha kecil (small business management) atau manajemen usaha
baru (new venture management). Pada 1980-an, hampir 500 sekolah di AS memberikan

8
Universitas Sumatera Utara

9

pendidikan kewirausahaan. Sekarang di Indonesia, pendidikan kewirausahaan sudah
dipelajari di berbagai sekolah dan perguruan tinggi.
Yuyun Wirasmita dalam Suryana (2010 : 13) menyatakan bahwa kewirausahaan dan
wirausaha merupakan faktor produksi aktif yang dapat menggerakkan dan memanfaatkan
sumber daya lainnya seperti sumber daya alam, modal, dan teknologi, sehingga dapat
menciptakan kekayaan dan kemakmuran melalui penciptaan lapangan kerja, penghasilan, dan
produk yang dibutuhkan masyarakat.
Menurut Dewanti (2008 : 3) kewirausahaan diambil dari kata wira dan usaha. Wira
adalah suatu bentuk kepahlawanan dalam memperjuangkan sesuatu penuh dengan
keberanian. Usaha adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencapai kemenangan dalam
memperjuangkan sesuatu. Wirausaha berarti kemampuan memiliki ide kreatif dan berperilaku

dapat memperjuangkan usahadengan keputusan pengambilan resiko secara bijak untuk
meningkatkan kualitas hidup.
Sedangkan kewirausahaan sendiri menurut Soetadi (2010 : 4) adalah orang-orang
yang

memiliki

kemampuan

melihat

dan

menilai

kesempatan-kesempatan

bisnis,

mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat,

mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan
inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan
pendapatan.
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha harus mampu
melihat adanya peluang, menganalisa peluang, dan mengambil keputusan untuk mencapai
keuntungan yang berguna bagi dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya dan kelanjutan
usahanya sebelum peluang tersebut dimanfaatkan oleh orang lain. Wirausaha berhasil
biasanya memacu sebuah mimpi dan berusaha untuk merealisasikannya karena adanya
kepercayaan yang tinggi akan kesuksesan yang dapat diraih.

Universitas Sumatera Utara

10

Suryana (2003 : 13) memberikan batasan bahwa ilmu kewirausahaan adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluan dengan berbagai resiko yang
mungkin dihadapinya. Maka pendidikan kewirausahaan menurut Wibowo (2011 : 30)
merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui institusi
pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan sebagainya.

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewirausahaan
Tujuan pendidikan kewirausahaan untuk mahasiswa/i dan dunia pendidikan menurut
Hendro ( 2011 :11) yaitu :
1. Pendidikan saja tidak cukup untuk bekal masa depan. Dahulu saya berpikir
pendidikan saja sudah cukup membuat Indonesia mandiri, tetapi sekarang mengapa
tetap saja kita terbelakang? Ternyata kita tidak hanya cukup menguasai ilmu yang
umum saja. Bangsa ini membutuhkan orang-orang yang sanggup mengubah
‘kesulitan’ menjadi ‘peluang’ dan memberikan kontribusi bagi perusahaan.
2. Kewirausahaan bisa diterapkan di semua bidang pekerjaan dan kehidupan. Dengan
demikian, kewirausahaan sangat berguna sebagai ‘bakal’ masa depan mahasiswa/i
bila ingin berkarir di bidang apa pun.
3. Ketika lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan atau terkena PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja), kewirausahaan bisa menjadi langkah alternatif untuk
mencari nafkah dan bertahan hidup.
4. Agar sukses didunia kerja atau usaha, tidak cukup hanya pandai bicara. Yang
dibutuhkan adalah bukti nyata/realitas. Oleh karena itu, kewirausahaan adalah ilmu
nyata yang bisa mewujudkannya.
5. Memajukan

perekonomian


Indonesia

dan

menjadi

lokomotif

peningkatan

kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

11

6. Meningkatkan pendapatan keluarga dan daerah yang akan berjuang pada kemajuan
ekonomi bangsa.
7. Membudayakan sikap unggul, perilaku positif, dan kreatif.

8. Menjadi bekal ilmu untuk mencari nafkah, bertahan hidup, dan berkembang.

2.1.1.3 Jenis Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
Mengingat masih tingginya tingkat pengangguran di kalangan terdidik, khususnya
para alumni perguruan tinggi maupun tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, mulai
tahun 1977 Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan (Dekdikbud) telah terpanggil
untuk aktif mengembangkan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi, dengan
menyediakan sejumlah anggaran kompetitif untuk enam jenis pengembangan budaya
kewirausahaan. Enam kegiatan itu adalah :
a. Kuliah Kewirausahaan (KWU)
b. Kuliah Kerja Nyata Usaha (KKN-U)
c. Klinik Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK)
d. Magang Kewirausahaan (MKU)
e. Karya Alternatif Mahasiswa (KAM), mulai tahun 2001 berubah menjadi Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM)
f. Inkubator Wirausaha Baru (INWUB)

2.2.1 Latar Belakang Keluarga
2.2.1.1 Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara (dalam Abu & Nur, 2001 : 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang
terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Di dalam bahasa Jawa kuno kawula berarti

Universitas Sumatera Utara

12

hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah
anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai suatu
kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya
secara keseluruhan.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat
ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati,
seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar
bekerja sama, bantu-membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang
peranan sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan
tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Sobur, 2003 : 248- 249).
Menurut Soerjono (2004 : 23) Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefenisikan sebagai

sekumpulan orang yang tinggal di suatu rumah yang masih mempunyai hubungan darah
karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain sebagainya. Keluarga terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil
yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih memiliki peran-peran tertentu, yaitu:
a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi
anggota, di mana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
b.

Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi
kebutuhan anggotanya.

c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
d. Keluarga batih merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi
awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

13


2.2.1.2 Ciri-ciri Keluarga
Iver dan Page (dalam Su’adah, 2005 : 22) memberikan ciri-ciri umum keluarga yang
meliputi :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan
perkawianan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan
kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.
Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Tirtahardja dan Sulo, 2000 : 169), suasana
kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan
orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat
pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah
pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja.
Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan pemberi contoh.
Orang tua berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat
membentuk kepribadian anak tersebut. Salah satu unsur kepribadian adalah motivasi.

Motivasi anak untuk berwirausaha tergantung pada pengaruh positif yang diberikan sesama
anggota keluarga. Latar belakang orang tua yang merupakan wirausahawan juga dapat
menimbulkan motivasi anak untuk berwirausaha. Dorongan dari anggota keluarga terhadap
anak juga dapat memotivasinya untuk menjadi wirausahawan.

Universitas Sumatera Utara

14

2.2.1.3 Lingkungan Keluarga
Slamet (dalam Suranto, 2011 : 12-14) merangkumkan bahwa lingkungan keluarga
terdiri dari :

a. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap cara belajar dan
berpikir anak. Ada orang tua yang mendidik secara otoriter, ada yang demokratis, dan
ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap keluaraga.
b. Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluaraga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anakanaknya. Demi kelancaran berwirausaha, perlu adanya relasi yang baik dalam
keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih

sayang, disertai dengan bimbingan untuk mensukseskan wirausaha.
c. Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering
terjadi di dalam keluarga di mana seseorang berada dan belajar. Suasana rumah
merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana
rumah yang gaduh/ramai sembrawut tidak akan memberikan ketenangan pada anak
yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok
pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak
bosan di rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajar kacau sehingga untuk
memikirkan masa depannya pun tidaklah terkonsentrasi dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

15

d. Keadaan ekonomi keluarga
Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Tak jarang faktor kesulitan ekonomi justru
menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil. Adapun keluarga yang
ekonominya berlebihan, orang tua cenderung mampu memenuhi kebutuhan anak
termasuk masalah pendidikan anak termasuk bisa melanjutkan ke jenjang yang tinggi.
Kadangkala kondisi serba berkecukupan tersebut membuat orang tua kurang perhatian
pada anak karena sudah merasa memenuhi semua kebutuhan anaknya, akibatnya anak
malas untuk belajar dan prestasi yang diperoleh tidak akan baik.
e. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Kadang-kadang anak yang
mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib member pengertian dan dorongan,
membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di sekolah maupun di
masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa percaya dirinya.
f. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam
kehidupannya. Kepada anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan dan diberi contoh
figur yang baik, agar mendorong anak menjadi semangat dalam meniti masa depan
dan karirnya ke depan. Hal ini juga dijelaskan oleh Soemanto (dalam Supartono, 2004
: 50) mengatakan bahwa cara orang tua dalam meraih suatu keberhasilan dalam
pekerjaan merupakan modal yang baik untuk melatih minat, kecakapan, dan
kemampuan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan yang diingini
anak.

Universitas Sumatera Utara

16

2.2.1.4 Faktor Keluarga sebagai Penentu Keberhasilan
Sobur (2003 : 248-249) menyatakan bahwa faktor keluarga sebagai penentu
keberhasilan terdiri dari :
1. Kondisi Ekonomi Keluarga
Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan
keluarga. Faktor kekurangan ekonomi menyebabkan suasana rumah menjadi muram
sehingga anak kekurangan gairah untuk belajar. Namun, faktor kesulitan ini bisa juga
malah menjadi pendorong bagi anak untuk berhasil. Kadangkala keadaan ekonomi
yang berlebihan menyebabkan orang tua menjadi kurang perhatian terhadap belajar
anak, karena merasa telah memenuhi seluruh kebutuhan anak, sehingga anak malas
belajar dan mandiri sehingga cenderung menganggap “santai” masa depannya
termasuk masalah karir.
2. Hubungan emosional orang tua dan anak
Hubungan emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh dalam keberhasilan
anak. Sebaiknya orang tua menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak.
Hubungan orang tua dan anak jangan acuh tak acuh karena akan menyebabkan anak
menjadi frustasi. Orang tua terlalu keras akan menyebabkan hubungan orang tua akan
menjadi “jauh” atau hubungan yang terlalu dekat antara anak dan orang tua akan
mengakibatkan anak selaku “tergantung”.
3. Cara mendidik orang tua
Ada keluarga yang mendidik anaknya secara diktaktor militer, ada yang demokratis
yang menerima pendapat semua anggota keluarga, tetapi ada juga keluarga yang acuh
tak acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. Cara orang tua mendidik anaknya
akan berpengaruh terhadap cara belajar dan hasil belajar yang diperoleh seseorang.
2.2.1.5 Fungsi Keluarga

Universitas Sumatera Utara

17

Dalam (Setiadi, 2008 : 7) fungsi keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan
sebagai berikut :
a. Fungsi biologis
1. Untuk meneruskan keturunan
2. Memelihara dan membesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4. Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosial pada anak
2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3. Mematuhi nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi Pendidikan

Universitas Sumatera Utara

18

1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
2. Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam memenuhi
perannya sebagai orang dewasa.
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

2.3.1 Motivasi Wirausaha
2.3.1.1 Pengertian Motivasi
Istilah motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti gerak atau
dorongan untuk bergerak. Atau bisa disebut dengan motif yang diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak

atau

berbuat guna mencapai suatu tujuan. Berbagai ahli memberikan definisi tentang motivasi,
motivasi menurut Sumadi Suryabrata (dalam Djali, 2011 : 101) motivasi merupakan keadaan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu
guna pencapaian suatu

tujuan tertentu. Dan

menurut Greenberg juga mengemukakan

motivasi merupakan proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku
kearah suatu tujuan.
A. W. Bernard memberikan pengertian motivasi (dalam Purwa, 2012 : 319) sebagai
fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu yang
sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi
menurut Gray dkk. (dalam Ginting, 2008 : 88) adalah hasil sejumlah proses, yang bersifat
internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusisme
dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Menurut pendapat A.M. Sardiman (2004:75), motivasi dapat dikatakan sebagai

Universitas Sumatera Utara

19

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan dari subjek belajar itu dapat dicapai. Dikatakan keseluruhan karena
pada umumnya ada beberapa motif yang sama-sama menggerakan siswa untuk belajar.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perannya yang khas
adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Dari pendapat para tokoh diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
merupakan kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu,
termasuk didalamnya adalah kegiatan belajar.
Persoalan motivasi ini, dapat juga dikatakan dengan persoalan minat. Minat
diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang memilih ciri- ciri atau arti
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah

tentu

akan

membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan
kepentingan sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa
seseorang kepada seseorang. Menurut Sardiman (2004 : 76) minat timbul tidak secara tibatiba atau spontan melainkan akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada waktu
belajar. Oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu untuk ingin
terus belajar.
2.3.2 Pengertian Wirausaha
Wirausaha atau wiraswasta menurut Priyono dan Soerata (2005 : 111) berasal dari
kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani atau pejuang; “swa” berarti sendiri; dan
kata ”sta” berarti berdiri. Dari asal katanya “swasta” berarti berdiri di atas kaki sendiri atau
berdiri di atas kemampuan sendiri. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa wirausahawan

Universitas Sumatera Utara

20

atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas
diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang
mempunyai sifat-sifat kewirausahaan atau kewiraswastaan seperti keberanian mengambil
resiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan
dan kemampuan sendiri.Wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan menemukan
dan mengevaluasi peluang-peluang menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan
yang sudah ada sebelumnya, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan bertindak
untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu (Kasmir, 2006: 15).
Menurut Meredith (2000: 5) para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai
kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumbersumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang
tepat guna memastikan sukses. Seorang wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak
memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan

tidak akan membuat

seseorang menjadi wirausaha yang

sukses. Sebaliknya, memiliki kemampuan dan pengetahuan tetapi tidak disertai kemauan
tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan.
2.2.1.3 Ciri-ciri Motivasi
Ciri-ciri motivasi menurut Sardiman (2007 : 83) adalah sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai).
b.

Ulet menghadapi kesulitan (Tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi setinggi mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang
dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d.

Lebih senang bekerja mandiri

Universitas Sumatera Utara

21

e.

Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulangulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f.

Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g.

Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h.

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

2.2.1.4 Faktor-faktor Pendorong Wirausahawan untuk Berwirausaha
Faktor-faktor yang mendorong wirausahawan untuk berwirausaha antara lain :
1. Faktor modal
Untuk memulai usaha terlebih dahulu diperlukan sejumlah uang. Modal dapat
diartikan sebagai keahlian seseorang. Dengan keahlian tertentu seseorang dapat
bergabung dengan mereka yang memiliki modal uang untuk menjalankan usaha.
2. Faktor Pengalaman
Pengalaman dalam hal ini yakni pengalaman pribadi pengusaha tersebut atau
pengalaman orang lain yang telah berhasil melakukan usaha. Pengalaman ini
merupakan pedoman atau guru agar tidak melakukan kesalahan dalam menjalankan
usaha.
3. Faktor Pendidikan
Latar belakang pendidikan seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha,
seperti bisnis dan manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi
kesuksesan seseorang dalam mengembangkan usahanya. Tanpa adanya pendidikan
seseorang wirausaha tidak mempunyai pengetahuan tentang bagaimana menyusun
laporan keuangan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal,
seperti dari SMA atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non formal seperti pelatihan
tentang UKM atau kursus.
4. Minat dan bakat

Universitas Sumatera Utara

22

Minat atau bakat sudah ada dan dapat timbul dari dalam diri seseorang. Artinya
ketertarikan pada suatu bidang usaha tertanam dalam dirinya. Namun, seseorang yang
memiliki minat dari dalam atau bakat dari keturunan akan lebih mudah dan lebih cepat
beradaptasi dalam mengembangkan usahanya.
5. Faktor Keluarga
Karena terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam
berwirausaha, sehingga secara sengaja atau tidak sengaja seseorang dapat menjiwai
pekerjaan dalam berwirausaha. Biasanya usahanya tersebut akan diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Berkiprah dalam dunia usaha bukan suatu hal yang
baru dirasakan karena semuanya telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan
rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha.

2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Variabel
Alat
Peneliti
Penelitian
Penelitian
Analisis
Tri Febri Pengaruh
Variabel
Regresi
Hardianti Pengetahuan
independen
: logistik
(2015)
Kewirausahaan, Pengetahuan
Kepribadian,
Kewirausahaan
dan
(X1),
Lingkungan
Kepribadian
terhadap
(X2),
Keinginan
Lingkungan
untuk
(X3).
Berwirausaha
pada
Variabel
Mahasiswa
dependen :
Program Studi Keinginan
Manajemen
untuk
Fakultas
Berwirausaha
Ekonomi dan (Y).
Bisnis
Universitas
Sumatera Utara
Defani
Pengaruh
Variabel
Regresi

Hasil Penelitian
Pengaruh
pengetahuan
kewirausahaan
tidak signifikan,
kepribadian
berpegaruh positif
tapi
tidak
signifikan,
dan
lingunan
berpengaruh
positif
dan
signifikan.

Variabel

konsep

Universitas Sumatera Utara

23

Sembiring konsep
diri,
(2015)
pembelajaran
kewirausahaan
dan lingkungan
keluarga
terhadap minat
berwirausaha
pada
mahasiswa
prodi
manajemen
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis
USU
tahun 2011

Fitriani
Tobing
(2010)

Independen:
Linier
Konsep
Diri Berganda
(X1),
Pembelajaran
Kewirausahaan
(X2),
Lingkungan
Keluarga (X3)

diri berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
minat
berwirausaha.
Variabel
Pembelajaran
Kewirausahaan
berpengaruh
positif
dan
Variabel
signifikan
Dependen:
terhadap
minat
Minat
berwirausaha.
Berwirausaha
Variabel
(Y)
Lingkungan
Keluarga
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
minat
berwirausaha.
Pengaruh
Variabel
Regresi
Konsep diri dan
Konsep
Diri, independen:
linier
lingkungan
Prestasi Belajar konsep
diri berganda keluarga
Mata
Kuliah (X1), prestasi
berpengaruh
Kewirausahaan, belajar
positif
dan
mata
dan
kuliah
signifikan.
Lingkungan
kewirausahaan
Sementara
Keluarga
(X2),
dan
prestasi
belajar
terhadap Minat lingkungan
tidak berpengaruh
Berwirausaha
keluarga (X3).
signifikan
(Studi Kasus:
terhadap
minat
Mahasiswa
berwirausaha
Variabel
Politeknik
dependen:
Negri Medan)
Minat
berwirausaha
(Y).

2.3 Kerangka Konseptual
Setiap lulusan perguruan tinggi pasti berharap untuk bisa mengaplikasikan ilmu yang
didapat di bangku perkuliahan melalui suatu profesi yang sesuai dengan pengetahuan dan
skill yang dimiliki. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, yang
saat ini sudah mencapai lebih dari 200 juta jiwa angka pengangguran berada pada kisaran

Universitas Sumatera Utara

24

5,81 persen dari tenaga kerja yang masuk kategori sebagai pengangguran terbuka BPS
(Badan Pusat Statistik) (Sumber: http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 20 Juni 2015).
Masyarakat di Indonesia banyak yang berpandangan bahwa menjadi PNS (Pegawai
Negeri Sipil) itu dapat menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan hidup sampai di hari
tua. Minat masyarakat untuk menjadi abdi Negara kian memuncak, terbukti sebanyak 2,6 jt
orang mendaftar menjadi calon PNS di tahun 2014 sementara pemerintah hanya membuka
lowongan

untuk

100

ribu

formasi

Aparatur

Negara

(Sumber:

http://www.liputan6.com/bisnis/read2118194/jumlah-pelamar-cpns-2014-tembus-26jt-orang
diakses pada 29 Januari 2016).
Pendidikan kewirausahaan merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental
kewirausahaan baik melalui institusi pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga
pelatihan, training dan sebagainya yang dapat meningkatkan motivasi berwirausaha.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tri Febri Hardianti (2015) yang berjudul
“Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Kepribadian, dan Lingkungan terhadap Keinginan
untuk Berwirausaha pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara” Pengaruh pengetahuan kewirausahaan tidak signifikan,
kepribadian berpegaruh positif tapi tidak signifikan, dan lingkunan berpengaruh positif dan
signifikan.
Faktor lain yang mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa adalah latar
belakang keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan
manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan
interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga akan terjadi interaksi sosial ketika seorang
anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja
sama, saling membantu. Semakin mendukung atau kondusifnya lingkungan keluarga maka
akan berpengaruh terhadap minat berwirausaha.

Universitas Sumatera Utara

25

Pada penelitian yang dilakukan oleh Defani Sembiring (2015) yang berjudul
“Pengaruh konsep diri, pembelajaran kewirausahaan dan lingkungan keluarga terhadap minat
berwirausaha pada mahasiswa prodi manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU tahun
2011”. Hasil menunjukkan bahwa Variabel konsep diri berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat berwirausaha. Variabel Pembelajaran Kewirausahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat berwirausaha. Variabel Lingkungan Keluarga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap minat berwirausaha.
Tantangan yang lain yang dihadapi oleh para lulusan universitas di Indonesia adalah
dengan diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekionomi Asean). MEA bisa menjadi ancaman
untuk mereka yang belum siap menghadapi perubahan. Karena MEA mencakup pasar bebas
seluruh masyarakat di ASEAN. Jadi generasi muda Indonesia harus bisa berkecimpung di
dunia internasional, bukan hanya di tanah air.
Dilihat dari tantangan yang ada akan lebih sulit untuk para lulusan menjadi pegawai
swasta maupun negeri karena lapangan pekerjaan yang sedikit dibandingkan dengan pencari
pekerjaan. Maka untuk itu perlunya pemberian motivasi berwirausaha bagi mahasiswa sejak
di bangku kuliah melalui pembekalan pendidikan kewirausahaan dan bisnis keluarga. Pada
akhirnya pilihan yang diambil para lulusan pun yaitu dengan membuka usaha sendiri atau
biasa disebut wirausahawan.

Pendidikan
Kewirausahaan (X1)
Motivasi
Berwirausaha (Y)
Latar Belakang
Keluarga (X2)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

26

2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Supranto (2003 : 327) adalah pernyataan tentang sesuatu yang
untuk sementara waktu dianggap benar, bisa juga diartikan akan diteliti sebagai jawaban
sementara dari suatu masalah.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dipaparkan,
maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap motivasi wirausaha.
2. Latar belakang keluarga berpengaruh positif terhadap motivasi untuk wirausaha.
3. Pendidikan

kewirausahaan

dan

latar

belakang

keluarga

berpengaruh

positif terhadap motivasi wirausaha

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsep Diri, Pembelajaran Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU tahun 2011

0 69 113

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

3 24 82

Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Lingkungan Eksternal Terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2 10 98

Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Lingkungan Eksternal Terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

0 0 9

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 10

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 2

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 7

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 2

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Konsep Diri, Pembelajaran Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU tahun 2011

0 0 9