S SEJ 1205132 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Riwayat hidup seorang tokoh tidak pernah terlepas dari perjuangan yang
pernah ia lakukan semasa hidupnya. Begitu pula riwayat hidup Mohandas
Karamchand Gandhi, yang pernah hidup dan turut berjuang menentang perlakuan
diskriminatif yang didasarkan atas perbedaan ras oleh bangsa kulit putih terhadap
bangsa kulit berwarna yang ada di Afrika Selatan. Adapun perjuangan Gandhi ini
lebih khususnya diperuntukkan bagi orang-orang India yang tinggal dan menetap
di Afrika Selatan.
Kehadiran Gandhi di Afrika Selatan ini bukan tanpa alasan, melainkan
karena ia mendapat tawaran dari salah satu firma kepemilikan Dada Abdullah
Sheth seorang pedagang Muslim yang berasal dari Porbandar, salah satu wilayah
di India bagian barat. Firma ini menawarkan Gandhi untuk bekerja sebagai ahli
hukum di perusahaan tersebut dengan kontrak kerja selama satu tahun. Oleh
dorongan perasaan sedih atas kepergian ibunya, kesulitan menghadapi kasus
dalam prakteknya di Rajkot maupun di Bombay, keinginan melihat negara baru
dan mendapatkan pengalaman baru, maka tawaran ini diterima oleh Gandhi.
Selain itu, tawaran ini juga sesuai dengan latar belakang pendidikan Gandhi yang
merupakan seorang sarjana hukum.

Melihat keadaan Afrika Selatan baik sebelum maupun ketika kedatangan
Gandhi, wilayah paling selatan dari benua Afrika ini merupakan wilayah yang
masyarakatnya memiliki karakteristik multirasial. Masyarakat bumiputra Afrika
Selatan yang terdiri dari suku-suku seperti halnya suku Bushman, Hottentot, dan
Zulu, serta masyarakat pendatang yang terdiri dari orang-orang Asia termasuk di
dalamnya orang-orang India digolongkan dalam masyarakat kulit berwarna.
Masyarakat pendatang ini tidak hanya yang berasal dari Asia, tetapi beberapa
bangsa Eropa juga turut tercatat sebagai masyarakat pendatang di Afrika Selatan.
Bangsa-bangsa yang berasal dari Eropa ini kemudian digolongkan ke dalam
masyarakat kulit putih. Penggolongan antara ras kulit berwarna dan ras kulit putih
1
Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

ini dibentuk oleh orang-orang kulit putih sebagai pemegang dominasi kehidupan
sosial dan politik di Afrika Selatan semenjak kedatangan mereka.

Adapun kedatangan bangsa Eropa hingga berhasil mendirikan pemukiman
di Afrika Selatan ini pertama kali dimulai oleh orang-orang Belanda. Kemudian
setelah menetap beberapa lama, para pemukim yang berasal dari Belanda ini
disebut dengan bangsa Boer. Setelah terbentuk pemukiman-pemukiman orangorang Boer, mulai lagi berdatangan bangsa Eropa lainnya seperti yang berasal dari
Prancis, Jerman, dan Inggris. Bangsa yang disebut terakhir inilah, seperti yang
disebut Darsiti (2012, hlm. 350) pada rentang waktu antara tahun 1860 hingga
1870 mendatangkan orang-orang India ke Afrika Selatan. Tujuannya adalah untuk
dijadikan pekerja kontrak dengan lama kontrak selama lima tahun di perkebunan
gula, teh dan kopi yang ada di Natal, salah satu wilayah yang diduduki Inggris.
Pada perkembangan selanjunya, masyarakat kulit putih ini mendominasi
kehidupan sosial, politik, maupun ekonomi yang ada di Afrika Selatan.
Masyarakat kulit putih khususnya orang-orang Boer secara tegas menolak
integrasi dengan masyarakat kulit berwarna, baik dalam bidang sosial, politik,
maupun ekonomi. Penolakan integrasi ini secara langsung turut pula dirasakan
orang-orang India yang ada di Afrika Selatan. Secara nyata, penolakan integrasi
ini berbentuk perlakuan diskriminatif orang kulit putih terhadap orang India di
Afrika Selatan.
Adapun bentuk perlakuan diskriminatif orang kulit putih terhadap orang
India di antaranya adalah orang India dilarang memiliki hak tanah, berdagang,
maupun bertani. Orang India diperbolehkan memiliki tanah dan memiliki izin

mendirikan perumahan bila mereka telah membayar pajak sebesar 3 ponsterling,
orang India harus membawa surat izin bila ada keperluan keluar rumah di atas jam
9 malam, orang India dilarang menaiki gerbong kereta api kelas satu dan hanya
boleh menaiki gerbong kereta api kelas tiga yang merupakan tempat penyimpanan
barang bawaan penumpang, dan orang India dilarang berjalan di atas trotoar.
Bahkan perlakuan yang lebih diskriminatif lagi adalah setiap orang India di Natal
dihapuskan hak suaranya dan bagi pekerja kontrak asal India yang telah habis
masa kontraknya dan memutuskan untuk menetap di Afrika Selatan dikenakan

Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

pajak sebesar 3 ponsterling pertahun. Selanjutnya di Transvaal, pemerintah
mewajibkan setiap orang India di atas delapan tahun harus mendaftar dan diambil
sidik jarinya atau yang disebut dengan Black Act “Undang-Undang Hitam”.
Kemudian, ada lagi di wilayah Cape Colony yang pengadilan tinggi di wilayah

tersebut menetapkan pernikahan yang tidak secara Kristen dinyatakan tidak sah.
Secara langsung ketetapan mengenai pernikahan ini membuat pernikahan setiap
orang India di Afrika Selatan yang beragama Hindu, Islam, dan Parsi menjadi
tidak sah secara hukum (Fischer, 1967, hlm. 30-55).
Diskriminasi yang dilakukan orang kulit putih di Afrika Selatan ini tidak
melihat perbedaan manusia antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini salah
satunya dapat dilihat dari keberagaman ras yang dimiliki manusia itu sendiri.
Adapun menurut Harsojo (1967, hlm. 52) mengemukakan bahwa, keberagaman
ras ini dapat dilihat dari bentuk badan, bentuk kepala, bentuk air muka dan tulang
rahang bawah, bentuk hidung, warna kulit, warna mata, dan bentuk serta warna
rambut. Namun yang paling membedakan di antara keberagaman ras manusia ini
adalah warna kulit.
Perbedaan warna kulit ini pada umumnya digolongkan dalam beberapa
warna. Ada yang memiliki warna kulit putih, kuning, merah, cokelat, dan ada
yang hitam. Perbedaan warna kulit ini terkadang dimanfaatkan oleh mereka yang
memiliki warna kulit tertentu untuk memposisikan diri sebagai pihak yang lebih
tinggi di antara warna kulit lainnya. Perbedaan warna kulit ini seakan membentuk
isu-isu ketidaksetaraan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Bahkan, yang lebih memprihatinkan lagi bila mereka yang memiliki warna kulit
tertentu merasa paling beradab dan memiliki anggapan harus memberadabkan

warna kulit lainnya. Sehingga tidak jarang perbedaan warna kulit ini
menimbulkan prasangka rasial yang pada akhirnya menjadi penyebab timbulnya
diskriminasi rasial. Seperti halnya yang dilakukan orang kulit putih terhadap
orang India di Afrika Selatan.
Kendati Declaration of Human Rights telah melindungi hak setiap individu
dengan tidak memandang perbedaan ras terutama perbedaan warna kulit, namun
hal tersebut tidak membuat diskriminasi rasial yang ada pada masyarakat di

Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

Afrika Selatan hilang begitu saja. Bangsa kulit putih memposisikan diri sebagai
pihak yang lebih tinggi dibandingkan bangsa kulit berwarna. Kemudian mereka
beranggapan bahwasannya bangsa kulit berwarna tidak beradab, dan bangsa kulit
putih mempunyai kewajiban untuk memberadabkan bangsa kulit berwarna.
Bahkan perlakuan diskriminatif bangsa kulit putih terhadap bangsa kulit berwarna

memuncak pada politik apartheid, dan berlangsung hingga ketentuan diskriminasi
rasial itu benar-benar mendapat pertentangan dari dunia internasional agar
dihapuskan. Karena bagaimana pun, perbedaan ras yang ada dalam kehidupan
manusia di dunia ini merupakan konsepsi biologis melalui ciri-ciri fisik yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Beberapa perlakuan diskriminatif yang dialami orang-orang India di Afrika
Selatan kemudian melahirkan perjuangan Gandhi untuk membela keadilan antara
masyarakat kulit putih dan orang-orang sebangsanya ini. Akan tetapi, kendati
menerima perlakuan diskriminatif dari orang-orang kulit putih, Gandhi sedikit pun
tidak menyimpan dendam kepada mereka. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan
Gandhi yang berinisiatif membentuk Corp Ambulance ketika pecahnya Perang
Boer (1899-1902) serta untuk menolong orang-orang Zulu ketika tidak ada
anggota medis orang kulit putih yang mau menolong mereka. Hal ini diutarakan
Gandhi dalam buku yang ditulisnya sendiri berjudul Semua Manusia Bersaudara
(2016) bahwa
Semua kegiatan saya bersumber pada cinta kasih saya yang kekal kepada
umat manusia. Saya tidak mengenal perbedaan antara kaum keluarga dan
orang luar, orang sebangsa dan orang asing, berkulit putih dan berwarna,
orang Hindu atau orang India beragama lain, orang Muslim, Parsi, Kristen,
atau Yahudi. Saya dapat mengatakan bahwa jiwa saya tidak mampu

membuat perbedaan-perbedaan semacam itu (hlm. 29).
Perjuangan Gandhi di Afrika Selatan ini telah melahirkan ajaran-ajaran yang
banyak dikenal dalam sejarah umat manusia. Ajaran-ajaran Mahatma Gandhi
sendiri antara lain meliputi Satyagraha, Ahimsa, Hartal, dan Swadeshi. Bila
dipaparkan secara lebih lanjut, Satyagraha berarti kekuatan jiwa memegang jalan
kebenaran; Ahimsa berarti anti terhadap suatu kekerasan dalam bentuk apapun;
Hartal berarti tanda protes yang biasanya diwujudkan melalui pemogokan dalam
bentuk apapun; dan Swadeshi berarti mengerjakan segala sesuatu secara mandiri.
Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Satyagraha dan Ahimsa khususnya, pertama kali lahir dan berkembang di Afrika
Selatan. Namun untuk Hartal dan Swadeshi, ide awalnya telah ada di Afrika
Selatan, tetapi baru diterapkan secara nyata setelah kepulangan Gandhi ke India.
Mengenai kehidupannya di Afrika Selatan, dalam autobiografi yang
ditulisnya, Gandhi (2009, hlm. 201) mengungkapkan bahwa “Tuhan meletakkan

pondasi kehidupan saya di Afrika Selatan dan menebarkan bibit perjuangan demi
harga diri nasional”. Bagitu pula Louis Fischer (1967, hlm. 26) memaparkan
bahwasannya ketika Dr. John R. Mott seorang misionaris yang berasal dari
Amerika di India bertanya mengenai pengalaman yang paling kreatif dalam
kehidupan Gandhi, maka Gandhi mengisahkan pengalamannya di Maritzburg,
yaitu salah satu daerah di Afrika Selatan ketika Gandhi sendiri harus mengalami
pengusiran dari gerbong kereta api kelas satu yang ia naiki. Penyebab pengusiran
ini tidak lain hanya karena Gandhi merupakan satu dari sekian banyak orang yang
memiliki kulit berwarna. Dari kedua pernyataan ini, dapat dilihat perjuangan di
Afrika Selatan begitu membawa pengaruh yang berharga bagi kehidupan Gandhi.
Sehingga tidak heran, ketika masyarakat India memintanya untuk tetap tinggal di
Afrika Selatan untuk memperjuangkan keadilan bagi mereka, Gandhi langsung
menerima. Secara keseluruhan, kehidupan Gandhi di Afrika Selatan ini terhitung
selama 21 tahun, dari tahun 1893 hingga tahun 1914. Gelar Mahatma pun yang
berarti “jiwa yang agung” disematkan kepada Gandhi pada Januari 1915 setelah
kepulangannya dari Afrika Selatan.
Perjuangan Mahatma Gandhi ini yang tidak hanya mampu dikenal banyak
di dunia, tetapi perjuangannya juga berbeda dengan perjuangan pada umumnya
yang menggunakan kekuatan fisik. Sehingga tidak heran di hari meninggalnya,
banyak manusia di dunia ini yang merasa berkabung. Presiden Amerika Serikat

Harry S. Truman, Raja Inggris, Presiden Prancis, Uskup Agung Canterbury, Paus
Pius, Rabbi Kepala dari London, Dalai Lama dari Tibet dan lebih 3000 orang
asing lainnya mengirimkan pernyataan bela sungkawa yang tulus ikhlas ke India.
Kemudian Jenderal George C. Marshall Menteri Luar Negeri Amerika Serikat
ketika itu mengatakan “Mahatma Gandhi adalah juru bicara hati nurani umat
manusia”. Bahkan di hari meningglanya Gandhi, Perserikatan Bangsa-Bangsa
Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

menurunkan bendera setengah tiang sebagai tanda penghormatan terakhir kepada
Gandhi (Fischer, 1967, hlm. 10).

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis beranggapan akan sangat menarik
apabila riwayat hidup Mahatma Gandhi ini diangkat dalam sebuah penulisan
karya ilmiah. Di samping itu, penulis telah banyak menemukan penelitian
mengenai perjuangan Gandhi dalam kemerdekaan India. Sehingga perjuangan

Gandhi di Afrika Selatan yang justru bagi Gandhi sendiri sebagai peletak dasar
perjuangan hidupnya perlu dituliskan lagi, kali ini dalam bentuk penulisan skripsi.
Adapun perjuangan Gandhi di Afrika Selatan ini untuk menentang diskriminasi
rasial yang dialami orang-orang India di Afrika Selatan. Penulis mengambil judul
dalam penulisan skripsi ini yaitu Peranan Mahatma Gandhi dalam Menentang
Diskriminasi Rasial di Afrika Selatan Tahun 1893-1914. Rentang waktu antara
tahun 1893 hingga 1914 ini penulis ambil karena selama itu Gandhi hidup dan
berjuang di Afrika Selatan. Besar harapan penulis, melalui tulisan ini di kemudian
hari tidak akan terulang lagi diskriminasi rasial khususnya diskriminasi perbedaan
warna kulit maupun diskriminasi lainnya yang dialami oleh siapa pun dan di mana
pun ia berada.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, penulis dapat
membuat rumusan masalah yang akan dijadikan kerangka dalam penulisan skripsi
ini. Perumusan masalah ini sebagai upaya agar penulis sendiri tidak terjerumus ke
dalam sekian banyak data yang ingin diteliti. Adapun rumusan masalah sebagai
kerangka penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kehidupan sosial-politik di Afrika Selatan akhir abad 19?
2. Bagaimana diskriminasi rasial yang dialami orang-orang India di Afrika

Selatan akhir abad 19?
3. Bagaimana strategi perjuangan Mahatma Gandhi menentang diskriminasi
rasial yang ada di Afrika Selatan tahun 1893-1914?

Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

4. Bagaimana akhir perjuangan Mahatma Gandhi menentang diskriminasi
rasial yang ada di Afrika Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian
Sebagai tindak lanjut dan target pencapaian yang sesuai dengan rumusan
masalah, maka penulis membuat tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan gambaran umum sosial-politik di Afrika Selatan yang
mencakup keadaan penduduk bumiputra Afrika Selatan sebelum dan
setelah datangnya bangsa-bangsa kulit putih, hingga timbulnya keadaan
sosial-politik yang menyebabkan diskriminasi rasial orang kulit putih
terhadap orang India yang termasuk golongan masyarakat kulit berwarna.
2. Mendeskripsikan perlakuan diskriminatif yang dialami oleh orang India
di Afrika Selatan, baik perlakuan dalam kehidupan sehari-hari maupun
perlakuan yang diterapkan melalui peraturan yang dikeluarkan
pemerintah di Afrika Selatan. Tidak hanya itu, penulis juga akan menarik
akar penyebab perlakuan diskriminatif orang kulit putih terhadap orang
India itu sendiri.
3. Mendeskripsikan latar belakang perjuangan Mahatma Gandhi di Afrika
Selatan. Uraian ini menjelaskan mengenai latar belakang kedatangan
Mahatma Gandhi di Afrika Selatan hingga latar belakang perjuangan
Mahatma Gandhi menentang diskriminasi rasial yang ada. Kemudian
setelah itu, penulis baru akan mendeskripsikan strategi perjuangan
Mahatma Gandhi menentang diskriminasi rasial yang ada di Afrika
Selatan antara tahun 1893 hingga tahun 1914. Adapun yang akan
diuraikan pada bagian ini adalah analisis mengenai strategi yang
digunakan Gandhi ketika menentang diskriminasi rasial yang dialami
orang India di Afrika Selatan.
4. Mendeskripsikan akhir perjuangan Mahatma Gandhi dalam menentang
diskriminasi rasial yang ada di Afrika Selatan. Adapun penjelasan

Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

mengenai akhir perjuangan ini meliputi pengaruh sejauh mana dampak
dari perjuangan Mahatma Gandhi itu terhadap ketidakadilan yang
dialami orang-orang India di Afrika Selatan sebelum kepulangannya ke
India pada tahun 1914.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapakan dari penulisan skripsi ini antara lain
sebagai berikut.
1. Menambah sumber bacaan yang dapat dijadikan rujukan ketika
pembelajaran sejarah di sekolah, khususnya untuk jenjang SMA kelas XI
dan XII. Pengetahuan yang didapat dari skripsi ini mencakup
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis hubungan perkembangan fahamfaham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan
Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu
dan masa kini. Kemudian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 Kompetensi Dasar 3.2 Menganalisis perkembangan
mutakhir sejarah dunia.
2. Memperkaya wawasan dalam perkuliahan Sejarah Kebangkitan NegaraNegara Afrika dan Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia. Karena
Gandhi sendiri merupakan tokoh yang berasal dari Asia namun turut
berjuang di Afrika Selatan.
3. Menambah pengetahuan mengenai peranan tokoh-tokoh besar dalam
sejarah dunia. Tokoh yang diangkat dalam penulisan ini adalah
Mohandas Karamchand Gandhi atau yang biasa dikenal dengan Mahatma
Gandhi, khususnya mengenai perjuangan Mahatma Gandhi ketika
menentang diskriminasi rasial perbedaan warna kulit yang ada di Afrika
Selatan.
4. Memperkaya kasanah pengetahuan mengenai keberagaman ras yang
dimiliki manusia. Dalam hal ini mengenai keberagaman ras yang
mendiami wilayah Afrika Selatan hingga timbulnya permasalahan ras

Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

berupa prasangka rasial dan perlakuan diskriminatif yang mendasarkan
atas perbedaan ras khususnya perbedaan warna kulit antara kulit putih
dan kulit berwarna.
5. Bila masuk ke dalam ranah nilai guna sejarah sebagai ilmu, maka tulisan
mengenai peranan Mahatma Gandhi dalam menentang diskriminasi rasial
di Afrika Selatan ini dapat dijadikan nilai guna inspiratif bagi para
pembaca agar dalam kehidupan sehari-hari tidak terjadi hal serupa berupa
diskriminasi rasial yang ada di tengah masyarakat siapa pun, kapan pun,
dan di mana pun berada.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi penulisan skripsi ini mencakup lima bab. Adapun kelima
bab ini uraiannya sebagai berikut:
Bab I merupakan sebuah pendahuluan. Isi dari bab ini antara lain meliputi
latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian mencakup
penjelasan mengenai topik yang dipilih maupun isu yang akan diangkat dalam
penelitian. Rumusan masalah penelitian merupakan pertanyaan-pertanyaan awal
yang mengantarkan penulis pada sebuah permasalahan yang harus dipecahkan
dalam upaya penulisan skripsi ini. Tidak hanya itu, rumusan masalah penelitian
juga merupakan kerangka yang fungsi utamanya membatasi, sekaligus
memfokuskan penulisan skripsi ini. Kemudian tujuan penelitian merupakan
sasaran yang ingin dicapai dalam upaya memecahkan rumusan masalah penelitian
ini. Selanjunya manfaat penelitian adalah gambaran nilai lebih, kontribusi yang
dapat diberikan, dan hal mendasar yang diharapkan sebagai dampak positif dari
penulisan skripsi ini. Dan yang terakhir struktur organisasi skripsi, berisi
mengenai penjelasan secara umum dari masing-masing bab yang akan dituliskan
dalam skripsi ini.
Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi mengenai tulisan dari berbagai
literatur yang telah ada sebelumnya dan yang penulis gunakan dalam penulisan
skripsi ini. Adapun tulisan dari berbagai literatur yang penulis gunakan meliputi

Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

tulisan tentang Mahatma Gandhi dan tulisan mengenai Afrika Selatan. Kemudian,
dalam skripsi ini penulis tidak menggunakan teori, tetapi penulis menggunakan
tiga konsep yang berkaitan dengan topik yaitu mengenai konsep peranan, ras, dan
diskriminasi. Penggunaan konsep-konsep ini diupayakan dapat memberikan
penjelasan, pemaknaan, dan analisis terhadap topik yang diangkat dalam skripsi
ini.

Bab III berisi mengenai metode penelitian yang merupakan cara kerja atau
prosedur yang menguraikan alur dari pada sebuah penelitian. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah. Lingkup dari
penelitian sejarah itu sendiri meliputi pemilihan topik penelitian, pencarian
sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.
Bab IV berisi mengenai pembahasan yang penjelasannya merujuk pada halhal yang ditanyakan dalam rumusan masalah penelitian. Uraian bab ini meliputi
keadaan sosial-politik masyarakat Afrika Selatan akhir abad 19, latar belakang
perjuangan Mahatma Gandhi di Afrika Selatan, strategi perjuangan Mahatma
Gandhi dalam menentang diskriminasi rasial di Afrika Selatan, hingga dampak
dari perjuangan Mahatma Gandhi dalam menentang diskriminasi rasial di Afrika
Selatan. Penulis dalam pembahasan ini mengungkapkan sesuatu yang apa adanya,
dengan tidak ada fakta yang ditambahkan atau bahkan ada fakta yang dikurangi
kebenarannya. Dalam menuliskan pembahasan ini, penulis akan mengaitkan
dengan pemaparan konsep yang ada dalam Bab II.
Bab V berisi mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi. Penulis akan
menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian
sekaligus mangajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil
penelitian ini. Cara penulisan kesimpulan yang akan digunakan penulis berupa
uraian padat yang pada umumnya digunakan dalam penulisan karya ilmiah seperti
skripsi, tesis, maupun disertasi. Selanjutnya, penulis akan menawarkan
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya disertai dengan uraian mengenai
keterbatasan penelitan ini.

Imam Tantoni, 2016
PERANAN MAHATMA GANDHI DALAM MENENTANG DISKRIMINASI RASIAL DI AFRIKA SELATAN
TAHUN 1893-1914
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu