S SEJ 1106282 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Cimahi merupakan salah satu kota yang berada Jawa Barat yang sering dikunjungi oleh para wisatawan lokal. Letaknya yang berada di antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, kerap kali dijadikan oleh para wisatawan yang berasal dari luar kota sebagai tempat singgah. Biasanya tempat yang sering dikunjungi oleh para wisatawan adalah tempat-tempat kuliner, wisata alam atau kawasan perbelanjaan. Selain itu pula, Cimahi memiliki berbagai macam keunikan, salah satunya adalah beragamnya kesenian yang dimiliki oleh kota Cimahi.

Salah satu wisata kesenian yang terkenal di Cimahi adalah lembur batik. Lembur batik ini menawarkan wisata seni batik. Seni batik yang dimiliki oleh Cimahi memiliki ciri khas sendiri yaitu memunculkan lima motif, diantaranya motif Cireundeu, Ciawitali, Kujang, Curug Cimahi, dan motif Militer. Kesenian yang dikembangkan di Cimahi tidak hanya meliputi seni batik saja, kesenian lain yang turut dikembangkan adalah Tari Jaipongan, Tari Keurseus, Sisingaan, Angklung, Kliningan, Rengkong, Gondang dll. Seiring berjalannya waktu tidak hanya kesenian tradisional saja yang dikembangkan, akan tetapi seni rupa turut menjadi perhatian para seniman di Cimahi untuk dikembangkan. Salah satu seni rupa yang dikembangkan yaitu seni lukis pelepah pisang. Seni lukis pelepah pisang ini dikategorikan sebagai seni kontemporer. Hal ini dikarenakan seni lukis ini hasil dari kreatifitas dari salah satu seniman. Seperti dalam Saidi ( 2008, hal 17) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan J.S Badudu dan Muhammad Zain mengenai seni Kontemporer yaitu :

Terdapat tiga arti leksikal tentang kontemporer yaitu (1) semasa, sezaman; (2) bersamaan waktu, dalam waktu yang sama; (3) masa kini, dewasa ini. dari makna leksikal di atas tampak bahwa masalah waktu, kesezamanan dan atau kekinian merupakan batasan tegas dalam konsep itu. Dengan demikian, seni rupa kontemporer bisa diartikan sebagai seni rupa atau aktivitas kesenian (rupa) pada saat ini, kesenian pada masa kini.


(2)

Seni lukis pelepah pisang ini memiliki keunikan tersendiri, hal ini dikarenakan seni lukis ini tidak menggunakan cat air sebagai media utamanya melainkan pelepah pisang.

Seni lukis pelepah pisang ini muncul pertama kali pada tahun 1969. Berawal dari keprihatinan salah satu warga Cimahi di Jalan Amir Mahmud yaitu Ade Moelyana ketika melakukan perjalan ke Gunung Burangrang. Ade Moelyana merupakan warga asli Cimahi, Ade merupakan seniman yang telah menekuni seni lukis sejak dia duduk di bangku SMP. Ade Melihat pelepah pisang yang terkelupas dan berjatuhan, pelepah pisang tersebut tidak memiliki daya tarik atau bahkan dianggap sampah oleh sebagian masyarakat. Pelepah pisang yang berjatuhan lalu dikumpulkannya dan disusun di atas tanah sehingga membentuk satu gambar. Dari sinilah muncul ide untuk membuat lukisan yang terbuat dari limbah pelepah pisang. Seni lukis pelepah pisang ini merupakan seni lukis kolase, yang artinya seni penempelan dengan media utamanya adalah menggunakan limbah pelepah pisang. Penggunaan limbah pelepah pisang sebagai bahan utama dalam seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri. Hal ini dikarenakan seni lukis ini tidak menggunakan cat air seperti pada umumnya dan pelepah pisang yang pada awalnya tidak memiliki daya tarik berubah menjadi sebuah karya yang memiliki nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi.

Lukisan dari limbah pelepah pisang ini mulai dijual pada tahun 1971. Pemasaran dilakukan dengan cara melakukan ekspedisi ke berbagai daerah yang ada di Indonesia seperti Bali, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta. Ekspedisi yang dilakukan tidak hanya menjajakan lukisan yang telah dibuat, akan tetapi juga dilakukan demonstrasi melukis dengan menggunakan limbah pelepah pisang untuk menarik warga sekitar. Pada awalnya lukisan pelepah pisang ini tidak begitu diminati oleh warga sekitar, banyak yang beranggapan bahwa seni lukis dari limbah pelepah pisang ini tidak layak untuk dikatakan sebagai seni lukis. bahkan seni lukis ini sempat ditolak oleh galeri di Bandung karena lukisan pelepah pisang yang merupakan hasil karya Ade Moelyana ini bukan merupakan hasil dari seorang seniman sekelas Affandi. Selain itu pula, pada awal perkembangannya lukisan yang terbuat dari limbah pelepah pisang ini oleh beberapa seniman di Cimahi dinyatakan bukan sebagai seni lukis melainkan


(3)

kerajinan tangan. Hal ini tentu saja tidak dapat diterima oleh Ade Moelyana, dirinya merasa keberatan jika seni lukis dari limbah pelepah pisang ini dikategorikan sebagai kerajinan tangan. Seiring berjalannya waktu, setelah melewati beberapa diskusi yang panjang antara Ade Moelyana dengan seniman-seniman yang ada di Cimahi dan beberapa pelukis unik , pada akhirnya lukisan pelepah pisang ini dapat dikategorikan sebagai seni lukis.

Lukisan dari limbah pelepah pisang ini justru diminati oleh seorang warga yang berasal dari Bali dan lukisan pelepah pisang ini lebih dahulu terkenal di Bali. Selain diminati oleh warga Indonesia seni lukis ini juga diminati oleh salah satu warga Perancis yang sedang berlibur di Bali. Dia menawarkan kepada pelukis Ade Moelyana untuk melakukan demonstrasi melukis di negaranya dengan biaya gratis. Seiring berjalannya waktu dari mulut ke mulut seni lukis pelepah pisang ini mulai dikenal dan mulai diminati oleh warga sekitar baik di Cimahi atau di luar kota Cimahi. Secara perlahan pada tahun 1990 baik warga sekitar maupun luar Cimahi mulai mendatangi Saung Pongpok Bodogol untuk membeli lukisan pelepah pisang dan juga untuk belajar bagaimana cara membuat lukisan pelepah pisang. Harga dari lukisan pelepah pisang ini berkisar Rp.500.000 dan bisa mencapai ratusan juta rupiah, tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan dari pembuatan lukisan pelepah pisang ini. Pembuatan lukisan dari limbah pelepah pisang ini cukup sederhana, akan tetapi dibutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam pembuatan lukisan ini.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 sempat menjadikan pelukis Ade Moelyana drop dalam pembuatan lukisan dari limbah pelepah pisang. Bahkan, adanya krisis moneter ini menjadikan kevakuman selama dua tahun dalam pembuatan lukisan pelepah pisang. seiring berjalannya waktu, dengan adanya peliputan dari media cetak maupun elektronik menjadikan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini semakin banyak diminati. Peminat yang tertarik dengan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini tidak hanya di warga sekitar saja, melainkan sampai mancanegara. Puncaknya pada tahun 2000 Seni lukis pelepah pisang mengalami puncak perkembangan. Hal ini dikarenakan lukisan dari limbah pelepah pisang ini tidak hanya dipasarkan di Cimahi saja, akan tetapi dipasarkan juga ke mancanegara seperti Australia, Inggris, Jepang,


(4)

Jerman, Malaysia, dan USA. Banyak warga Cimahi bahkan warga asing yang datang langsung ke Saung Pongpok Bodogol untuk membeli lukisan dan untuk belajar langsung bagaimana cara membuat lukisan dari pelepah pisang. Banyak media cetak atau pun elektronik yang telah meliput tentang seni lukis dari limbah pelepah pisang ini. Selain itu pula seni lukis pelepah pisang ini telah mendapatkan berbagai macam penghargaan diantaranya penghargaan dari gubernur Jawa Barat, Disbudpar, penghargaan daur ulang terbaik, serta penghargaan dari ITB sebagai seni lukis dan kerajinan yang unik.

Pada tahun 2002, seni lukis dari limbah pelepah pisang ini mulai mengalami penurunan, pasalnya pemasaran lukisan dari limbah pelepah pisang menjadi berkurang. Hal ini terjadi karena terjadinya insiden bom Bali yang menyebabkan konsumen yang berada di Bali menjadi hilang, hal ini menjadikan pemasaran hanya dilakukan disekitar Cimahi saja.

Upaya yang dilakukan oleh Ade Moelyana dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang di Cimahi tentu sangat banyak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Ade Moelyana ini adalah dengan melakukan inovasi dalam pembuatan lukisan dari limbah pelepah pisang. Seperti pemberian warna dan penambahan tema dalam objek lukisan. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan memberikan pembinaan melukis dengan menggunakan limbah pelepah pisang kepada kepada warga sekitar atau warga yang datang ke saung miliknya. Selain itu pula ia tidak hanya mengajarkan kepada orang-orang yang datang ke saungnya, akan tetapi mengajarkan juga kepada siswa-siwi yang ada di sekolah PGRI Cimahi.

Upaya lain yang dilakukan adalah mengikuti setiap pameran-pameran yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah atau non pemerintah. Setiap pameran yang diikuti oleh Ade Moelyana, tidak jarang menarik perhatian orang-orang yang datang ke pameran. Hal ini dikarenakan seni lukis yang terbuat dari limbah pelepah pisang ini memiliki keunikan tersendiri. Selain itu pula upaya Ade Moelyana dalam mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini tidak hanya dilakukan di Cimahi dan sekitarnya, akan tetapi diuar Cimahi bahkan luar negeri. Pasalnya, seni lukis yang dibuat oleh Ade Moelyana ini pernah mengikuti lomba seni lukis tingkat dunia, dan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini


(5)

masuk pada tahap 25 besar. Ade Moelyana tidak dapat melanjutkan perlombaan seni lukis ini sampai pada tahap akhir, hal ini dikarenakan tidak adanya modal untuk menyelesaikan salah satu lukisan yang ikut dalam kontes tersebut.

Upaya dalam mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini tidak hanya dilakukan oleh Ade Moelyana saja, akan tetapi pemerintah kota Cimahi pun turut serta dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang ini. salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah kota Cimahi guna mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini adalah melaksanakan Pagelaran Tjimahi Festival. Pagelaran Tjimahi Festival ini merupakan pagelaran yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Cimahi yang menampilkan berbaai kebudayaan yang ada di kota Cimahi. Pagelaran ini terdiri dari pertunjukkan kesenian khususnya kesenian tradisional, pameran lukisan, dll. Di salah satu stand yang disediakan oleh Pemkot Cimahi Ade Moelyana memajang hasil karyanya untuk dapat dinikmati oleh pengunjung. Selain itu pula Ade Moelyana melakukan demonstrasi bagaimana cara membuat seni lukis dari limbah pelepah pisang. Demonstrasi yang dilakukan oleh Ade Moelyana ini menarik perhatian masyarakat yang menghadiri pagelaran Tjimahi Festival. Selain untuk mengembangkan kreativitas masyarakat di kota Cimahi, pagelaran Tjimahi Festival ini dijadikan sebagai ajang promosi kepada para wisatawan yang datang ke cimahi, baik wisatawan dari domestik atau pun mancanegara. Selain itu pula pagelaran ini ditujukan agar kreativitas yang dimiliki masyarakat kota Cimahi ini dapat terus mengembangkan kreativitasnya sehingga dapat berkembang menjadi sebuah potensi.

Seiring berjalannya waktu, limbah dari pelepah pisang ini tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk melukis saja, melainkan juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan tangan. Pada tahun 1990, pemanfaatan limbah pelepah pisang sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan mulai dilakukan. Kerajinan dari limbah pelepah pisang ini meliputi anggrek, kertas, tempurung kura-kura, dan lampu tidur. Limbah dari pelepah pisang ini dapat dimanfaatkan sebagai potensi ekonomi yang cukup menjanjikan. Seperti halnya seni lukis dari limbah pelepah pisang yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Seni lukis dari limbah pelepah pisang ini dapat dijadikan


(6)

sebagai ladang bisnis dan sebagai lapangan pekerjaan, untuk itulah seni lukis pelepah pisang ini dapat menghadirkan daya tarik para pemuda untuk turut serta dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang. Seperti yang dialami oleh Danny, setelah beberapa lama belajar di Saung dan menjadi asisten Ade Moelyana di Saung Pongpok Bodogol dirinya mulai mengembangkan seni lukis pelepah pisang dirumahnya sendiri. Selain itu pula ada MK. Wirasaputra yang masuk ke dalam rekor muri Indonesia dengan kategori pelukis pelepah pisang termuda pada tahun 1978.

Namun potensi yang menjanjikan tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak-pihak yang terlibat seperti warga sekitar Jalan Amir Mahmud, pelukis dan Pemerintah Kota Cimahi. Hingga saat ini Ade Moelyana pelukis yang menggeluti seni lukis dari limbah pelepah pisang ini kurang memperhatikan perkembangan seni lukis dan kemampuan manajemen bisnisnya, selain itu pula pemerintah dinilai kurang membantu baik dalam permasalahan modal, atau pun bimbingan manajemen. Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan seni lukis pelepah pisang ini mulai menurun. Pasalnya, pada tahun 2010 tidak ada penjualan yang dilakukan, sehingga pemasaran semakin menyempit. Hal ini terjadi karena kesibukkan Ade Moelyana yang mulai dijalani sebagai juri Cosplayer, yaitu sebuah kegiatan meniru karakter kartun Jepang. Kurangnya modal dan faktor usia yang sudah tidak muda lagi menjadikan pembuatan dan pemasaran sulit dilakukan. Hal ini tentu menjadikan lukisan dari limbah pelepah pisang yang memiliki potensi ekonomi tinggi ini justru terabaikan bahkan terbengkalai karena kurangnya pengetahuan dan perhatian dari berbagai pihak. Padahal, tidak sedikit beberapa peserta yang pernah mengikuti pembinan keterampilan yang dilakukan Ade Moelyana terutama yang berasal dari luar Cimahi, mengembangkan keahliannya tersebut di daerahnya masing-masing seperti Tasik, Garut, dan Semarang.

Berdasarkan pengamatan penulis tertarik untuk melakukan penulisan

mengenai “Peranan Ade Moelyana Dalam Mengembangkan Seni Lukis Dari

Limbah Pelepah Pisang”. Adapun alasan penulis membuat batasan periode 1969

-2010, pada tahun 1969 merupakan awal perkembangan seni lukis pelepah pisang. Sedangkan pada tahun 2010 seni lukis pelepah pisang ini mendapatkan


(7)

penghargaan dari berbagai pihak, selain itu pula pada akhir tahun ini pula pelukis yang menggeluti mulai berhenti membuat lukisan dari limbah pelepah pisang. Di angka tahun 2010 ini pula untuk mengetahui keadaan terkini seni lukis pelepah pisang.

Selain itu pula ada beberapa alasan yang membuat penulis merasa tertarik

untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai “Perkembangan Seni lukis Pelepah

Pisang di Cimahi tahun 1969-2010”. Diantaranya adalah seni lukis pelepah pisang ini merupakan sebuah seni lukis atau kerajinan tangan yang unik. Seni lukis ini memiliki potensi ekonomi yang sangat baik bagi perekonomian warga sekitar Jalan Amir Mahmud dan kota Cimahi khususnya maupun Provinsi Jawa Barat secara umum. Akan tetapi seni lukis pelepah pisang ini justru terabaikan. Diharapkan dengan adanya kajian ini, potensi yang belum dikembangkan dari seni lukis pelepah pisang dapat dimaksimalkan. Sehingga, lukisan pelepah pisang ini dapat dijadikan sebagai usaha kreatif bagi masyarakat kota Cimahi. Dengan demikian, penulisan ini diharapkan agar masyarakat di kota Cimahi ini khususnya para pemuda dan pemerintah memperhatikan dan turut serta dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana Peranan Ade Moelyana Dalam Mengembangkan Seni Lukis dari Limbah Pelepah Pisang di Cimahi Tahun 1969-2010”

Untuk mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis membuat batasan dalam rumusan masalah. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan awal seni lukis pelepah pisang di kota Cimahi ?

2. Bagaimana upaya Ade Moelyana selaku seniman untuk mengembangkan seni lukis pelepah pisang dari tahun 1969-2010 ?


(8)

3. Bagaimana upaya Ade Moelyana dalam meningkatkan kemampuan manajemen untuk mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini yakni sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan perkembangan yang terjadi pada seni lukis pelepah.

Penjelasan ini meliputi latar belakang munculnya seni lukis pelepah pisang pada tahun 1969, puncak kejayaan seni lukis pelepah pisang dan masa penurunan.

2. Menjelaskan upaya Ade Moelyana dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang mencakup inovasi dalam lukisan, pembinaan keterampilan, dan pemasaran lukisan pelepah pisang.

3. Menjelaskan upaya Ade Moelyana dalam meningkatkan kemampuan bimbingan manajemen kepada pemerintah kota Cimahi.

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat yang didapatkan oleh penulis dalam penulisan ini, yakni diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Dari segi akademis dapat menjadi salah satu sumber informasi dan acuan mengenai perkembangan seni lukis dari limbah pelepah pisang sebagi potensi ekonomi kreatif. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, pemikiran serta perbandingan dalam penulisan sejarah lokal lainnya yang berkaitan dengan kajian yang diteliti.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan beberapa hal diantaranya adalah mengenai latar belakang masalah yang didalamnya termuat penjelasan

mengapa penulis mengambil kajian tentang “ Perkembangan Seni lukis Pelepah

Pisang di Cimahi tahun 1969-2010. Selain itu pula pada bab ini terdapat perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah penulis dalam mengkaji tema yang akan diteliti serta


(9)

mengarahkan pembahasan, tujuan penulisan, penjelasan judul, metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan diuraikan mengenai sumber- sumber rujukan tertulis, pustaka dan karya ilmiah yang digunakan untuk membahas permasalahan yang dikaji.

Bab III Metode dan Teknik Penulisan. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penulisan yang digunakan dalam melaksanakan penulisan ini. Dalam bab ini juga penulis akan meguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam merampungkan penulisan yang berisi langkah-langkah penulisan dari mulai persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penulisan ini.

Bab IV Perkembangan Seni Lukis Pelepah Pisang di Cimahi Tahun 1969-2010. Pada bab ini akan diuraikan mengenai apa saja yang akan dibahas dalam skripsi ini. Pada bab ini merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam pertanyaan penulisan. Pembahasannya mencakup perkembangan awal seni lukis pelepah pisang di Cimahi tahun 1969-2010, upaya seniman dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang serta peranan pemerintah dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penulisan yang telah dilakukan serta menarik kesimpulan atas jawaban-jawaban dari pertanyaan penulisan. Selain itu pula akan ada saran guna penulisan ini.


(1)

Jerman, Malaysia, dan USA. Banyak warga Cimahi bahkan warga asing yang datang langsung ke Saung Pongpok Bodogol untuk membeli lukisan dan untuk belajar langsung bagaimana cara membuat lukisan dari pelepah pisang. Banyak media cetak atau pun elektronik yang telah meliput tentang seni lukis dari limbah pelepah pisang ini. Selain itu pula seni lukis pelepah pisang ini telah mendapatkan berbagai macam penghargaan diantaranya penghargaan dari gubernur Jawa Barat, Disbudpar, penghargaan daur ulang terbaik, serta penghargaan dari ITB sebagai seni lukis dan kerajinan yang unik.

Pada tahun 2002, seni lukis dari limbah pelepah pisang ini mulai mengalami penurunan, pasalnya pemasaran lukisan dari limbah pelepah pisang menjadi berkurang. Hal ini terjadi karena terjadinya insiden bom Bali yang menyebabkan konsumen yang berada di Bali menjadi hilang, hal ini menjadikan pemasaran hanya dilakukan disekitar Cimahi saja.

Upaya yang dilakukan oleh Ade Moelyana dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang di Cimahi tentu sangat banyak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Ade Moelyana ini adalah dengan melakukan inovasi dalam pembuatan lukisan dari limbah pelepah pisang. Seperti pemberian warna dan penambahan tema dalam objek lukisan. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan memberikan pembinaan melukis dengan menggunakan limbah pelepah pisang kepada kepada warga sekitar atau warga yang datang ke saung miliknya. Selain itu pula ia tidak hanya mengajarkan kepada orang-orang yang datang ke saungnya, akan tetapi mengajarkan juga kepada siswa-siwi yang ada di sekolah PGRI Cimahi.

Upaya lain yang dilakukan adalah mengikuti setiap pameran-pameran yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah atau non pemerintah. Setiap pameran yang diikuti oleh Ade Moelyana, tidak jarang menarik perhatian orang-orang yang datang ke pameran. Hal ini dikarenakan seni lukis yang terbuat dari limbah pelepah pisang ini memiliki keunikan tersendiri. Selain itu pula upaya Ade Moelyana dalam mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini tidak hanya dilakukan di Cimahi dan sekitarnya, akan tetapi diuar Cimahi bahkan luar negeri. Pasalnya, seni lukis yang dibuat oleh Ade Moelyana ini pernah mengikuti lomba seni lukis tingkat dunia, dan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini


(2)

masuk pada tahap 25 besar. Ade Moelyana tidak dapat melanjutkan perlombaan seni lukis ini sampai pada tahap akhir, hal ini dikarenakan tidak adanya modal untuk menyelesaikan salah satu lukisan yang ikut dalam kontes tersebut.

Upaya dalam mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini tidak hanya dilakukan oleh Ade Moelyana saja, akan tetapi pemerintah kota Cimahi pun turut serta dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang ini. salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah kota Cimahi guna mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini adalah melaksanakan Pagelaran Tjimahi Festival. Pagelaran Tjimahi Festival ini merupakan pagelaran yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Cimahi yang menampilkan berbaai kebudayaan yang ada di kota Cimahi. Pagelaran ini terdiri dari pertunjukkan kesenian khususnya kesenian tradisional, pameran lukisan, dll. Di salah satu stand yang disediakan oleh Pemkot Cimahi Ade Moelyana memajang hasil karyanya untuk dapat dinikmati oleh pengunjung. Selain itu pula Ade Moelyana melakukan demonstrasi bagaimana cara membuat seni lukis dari limbah pelepah pisang. Demonstrasi yang dilakukan oleh Ade Moelyana ini menarik perhatian masyarakat yang menghadiri pagelaran Tjimahi Festival. Selain untuk mengembangkan kreativitas masyarakat di kota Cimahi, pagelaran Tjimahi Festival ini dijadikan sebagai ajang promosi kepada para wisatawan yang datang ke cimahi, baik wisatawan dari domestik atau pun mancanegara. Selain itu pula pagelaran ini ditujukan agar kreativitas yang dimiliki masyarakat kota Cimahi ini dapat terus mengembangkan kreativitasnya sehingga dapat berkembang menjadi sebuah potensi.

Seiring berjalannya waktu, limbah dari pelepah pisang ini tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk melukis saja, melainkan juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan tangan. Pada tahun 1990, pemanfaatan limbah pelepah pisang sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan mulai dilakukan. Kerajinan dari limbah pelepah pisang ini meliputi anggrek, kertas, tempurung kura-kura, dan lampu tidur. Limbah dari pelepah pisang ini dapat dimanfaatkan sebagai potensi ekonomi yang cukup menjanjikan. Seperti halnya seni lukis dari limbah pelepah pisang yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Seni lukis dari limbah pelepah pisang ini dapat dijadikan


(3)

sebagai ladang bisnis dan sebagai lapangan pekerjaan, untuk itulah seni lukis pelepah pisang ini dapat menghadirkan daya tarik para pemuda untuk turut serta dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang. Seperti yang dialami oleh Danny, setelah beberapa lama belajar di Saung dan menjadi asisten Ade Moelyana di Saung Pongpok Bodogol dirinya mulai mengembangkan seni lukis pelepah pisang dirumahnya sendiri. Selain itu pula ada MK. Wirasaputra yang masuk ke dalam rekor muri Indonesia dengan kategori pelukis pelepah pisang termuda pada tahun 1978.

Namun potensi yang menjanjikan tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak-pihak yang terlibat seperti warga sekitar Jalan Amir Mahmud, pelukis dan Pemerintah Kota Cimahi. Hingga saat ini Ade Moelyana pelukis yang menggeluti seni lukis dari limbah pelepah pisang ini kurang memperhatikan perkembangan seni lukis dan kemampuan manajemen bisnisnya, selain itu pula pemerintah dinilai kurang membantu baik dalam permasalahan modal, atau pun bimbingan manajemen. Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan seni lukis pelepah pisang ini mulai menurun. Pasalnya, pada tahun 2010 tidak ada penjualan yang dilakukan, sehingga pemasaran semakin menyempit. Hal ini terjadi karena kesibukkan Ade Moelyana yang mulai dijalani sebagai juri Cosplayer, yaitu sebuah kegiatan meniru karakter kartun Jepang. Kurangnya modal dan faktor usia yang sudah tidak muda lagi menjadikan pembuatan dan pemasaran sulit dilakukan. Hal ini tentu menjadikan lukisan dari limbah pelepah pisang yang memiliki potensi ekonomi tinggi ini justru terabaikan bahkan terbengkalai karena kurangnya pengetahuan dan perhatian dari berbagai pihak. Padahal, tidak sedikit beberapa peserta yang pernah mengikuti pembinan keterampilan yang dilakukan Ade Moelyana terutama yang berasal dari luar Cimahi, mengembangkan keahliannya tersebut di daerahnya masing-masing seperti Tasik, Garut, dan Semarang.

Berdasarkan pengamatan penulis tertarik untuk melakukan penulisan

mengenai “Peranan Ade Moelyana Dalam Mengembangkan Seni Lukis Dari

Limbah Pelepah Pisang”. Adapun alasan penulis membuat batasan periode 1969 -2010, pada tahun 1969 merupakan awal perkembangan seni lukis pelepah pisang. Sedangkan pada tahun 2010 seni lukis pelepah pisang ini mendapatkan


(4)

penghargaan dari berbagai pihak, selain itu pula pada akhir tahun ini pula pelukis yang menggeluti mulai berhenti membuat lukisan dari limbah pelepah pisang. Di angka tahun 2010 ini pula untuk mengetahui keadaan terkini seni lukis pelepah pisang.

Selain itu pula ada beberapa alasan yang membuat penulis merasa tertarik

untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai “Perkembangan Seni lukis Pelepah

Pisang di Cimahi tahun 1969-2010”. Diantaranya adalah seni lukis pelepah pisang ini merupakan sebuah seni lukis atau kerajinan tangan yang unik. Seni lukis ini memiliki potensi ekonomi yang sangat baik bagi perekonomian warga sekitar Jalan Amir Mahmud dan kota Cimahi khususnya maupun Provinsi Jawa Barat secara umum. Akan tetapi seni lukis pelepah pisang ini justru terabaikan. Diharapkan dengan adanya kajian ini, potensi yang belum dikembangkan dari seni lukis pelepah pisang dapat dimaksimalkan. Sehingga, lukisan pelepah pisang ini dapat dijadikan sebagai usaha kreatif bagi masyarakat kota Cimahi. Dengan demikian, penulisan ini diharapkan agar masyarakat di kota Cimahi ini khususnya para pemuda dan pemerintah memperhatikan dan turut serta dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana Peranan Ade Moelyana Dalam Mengembangkan Seni Lukis dari Limbah Pelepah Pisang di Cimahi Tahun 1969-2010”

Untuk mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis membuat batasan dalam rumusan masalah. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan awal seni lukis pelepah pisang di kota Cimahi ?

2. Bagaimana upaya Ade Moelyana selaku seniman untuk mengembangkan seni lukis pelepah pisang dari tahun 1969-2010 ?


(5)

3. Bagaimana upaya Ade Moelyana dalam meningkatkan kemampuan manajemen untuk mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini yakni sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan perkembangan yang terjadi pada seni lukis pelepah.

Penjelasan ini meliputi latar belakang munculnya seni lukis pelepah pisang pada tahun 1969, puncak kejayaan seni lukis pelepah pisang dan masa penurunan.

2. Menjelaskan upaya Ade Moelyana dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang mencakup inovasi dalam lukisan, pembinaan keterampilan, dan pemasaran lukisan pelepah pisang.

3. Menjelaskan upaya Ade Moelyana dalam meningkatkan kemampuan bimbingan manajemen kepada pemerintah kota Cimahi.

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat yang didapatkan oleh penulis dalam penulisan ini, yakni diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Dari segi akademis dapat menjadi salah satu sumber informasi dan acuan mengenai perkembangan seni lukis dari limbah pelepah pisang sebagi potensi ekonomi kreatif. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, pemikiran serta perbandingan dalam penulisan sejarah lokal lainnya yang berkaitan dengan kajian yang diteliti.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan beberapa hal diantaranya

adalah mengenai latar belakang masalah yang didalamnya termuat penjelasan

mengapa penulis mengambil kajian tentang “ Perkembangan Seni lukis Pelepah Pisang di Cimahi tahun 1969-2010. Selain itu pula pada bab ini terdapat perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah penulis dalam mengkaji tema yang akan diteliti serta


(6)

mengarahkan pembahasan, tujuan penulisan, penjelasan judul, metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan diuraikan mengenai sumber-

sumber rujukan tertulis, pustaka dan karya ilmiah yang digunakan untuk membahas permasalahan yang dikaji.

Bab III Metode dan Teknik Penulisan. Pada bab ini akan diuraikan

mengenai metode penulisan yang digunakan dalam melaksanakan penulisan ini. Dalam bab ini juga penulis akan meguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam merampungkan penulisan yang berisi langkah-langkah penulisan dari mulai persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penulisan ini.

Bab IV Perkembangan Seni Lukis Pelepah Pisang di Cimahi Tahun 1969-2010. Pada bab ini akan diuraikan mengenai apa saja yang akan dibahas

dalam skripsi ini. Pada bab ini merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam pertanyaan penulisan. Pembahasannya mencakup perkembangan awal seni lukis pelepah pisang di Cimahi tahun 1969-2010, upaya seniman dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang serta peranan pemerintah dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bab ini akan dijelaskan

mengenai kesimpulan dari penulisan yang telah dilakukan serta menarik kesimpulan atas jawaban-jawaban dari pertanyaan penulisan. Selain itu pula akan ada saran guna penulisan ini.