Peran ASEAN Intergovermental Commission On human Right (AICHR) Terhadap Penanganan Kejahatan Perdagangan Manusia di Indonesia Chapter III IV

BAB III

PERANAN ASEAN INTERGOVERMENTAL COMMISSION ON HUMAN
RIGHT (AICHR) TERHADAP PENANGANAN KEJAHATAN
PERDAGANGAN MANUSIA DI INDONESIA

A. Dasar Pembentukan ASEAN Intergovermental Commission on Human
Right (AICHR)

Komisi HAM ASEAN merupakan institusi HAM yang menyeluruh yang
bertanggung jawab untuk pemajuan dan perlindungan HAM di ASEAN. Komisi
ini juga sebagai badan konsultatif antar-pemerintah (consultative intergovermental
body) dan bagian integral dalam struktur Organisasi ASEAN. Untuk memenuhi
fungsinya dalam rangka memajukan dan melindungi HAM, Komisi ini memiliki
mandat antara lain untuk: membentuk Deklarasi HAM ASEAN (ASEAN Human
Rights Declaration) dan instrumen hukum (legal instrument) terkait dengan
HAM; meningkatkan kesadaran publik terhadap HAM; mendorong pembangunan
kapasitas

(capacity


building)

Negara

Anggota

ASEAN

untuk

mengimplementasikan kewajiban HAM secara efektif; memperkuat norma-norma
HAM di ASEAN; mendorong keikutsertaan Negara anggota ASEAN pada
berbagai fora HAM internasional; mendorong dialog dan konsultasi serta
kerjasama diantara Negara ASEAN yang melibatkan institusi nasional,

40

Universitas Sumatera Utara

internasional dan pemilik kepentingan lainnya; serta memberikanadvisory

service dan bantuan teknis (technical assistance) untuk badan sektoral ASEAN. 48
ASEAN Intergovernmental Commission on Human Right (AICHR) adalah
bagian dari pelaksanaan ASEAN Charter, dan diresmikan pada 23 Oktober 2009
pada saat penyelenggaraan ASEAN Summit ke-16 di Hua Hin, Thailand. Dr.
Sriprapha Petcharamesree dari Thailand yang ditetapkan sebagai Ketua AICHR.
Komisi hak asasi manusia ada untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi
manusia, dan kerjasama regional tentang HAM, di negara-negara anggota (Brunei
Darussalam, Kamboja, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Filipina,
Singapura, Thailand dan Viet Nam. 49
Sebelum dibentuknya AICHR, tidak ada kerja sama HAM di antara negaranegara

ASEAN,

sehingga perlu

adanya lembaga

yang mengakomodir

permasalahan HAM di ASEAN. Realisasi rencana pembentukan komisi HAM

regional Association of South East Asia Nations (ASEAN) dilakukan dalam 42nd
Meeting of the ASEAN Foreign Ministers di Thailand, para menteri luar negeri seASEAN telah menyepakati Term of Reference(TOR) pembentukan komisi yang
diamanatkan oleh Pasal 14 Piagam ASEAN ini.

48

ASEAN Selayang Pandang. www.kemlu.go.id. Hlm. 217-218

49

http://news.detik.com/read/2009/07/22/202650/1169789/10/kerangka-acuan-ham-asean-berhasildisepakati

41

Universitas Sumatera Utara

Dalam TOR sebagaimana dikatakan bahwa, AICHR dibentuk dengan enam
tujuan utama, yaitu 50 :
1. Mempromosikan serta melindungi HAM dan hak kebebasan bangsa ASEAN.
2. Menjunjung hak bangsa ASEAN untuk hidup secara damai, bermartabat, dan

makmur.
3. Mewujudkan tujuan organisasi ASEAN sebagaimana tertuang dalam Piagam
yakni menjaga stabilitas dan harmoni di kawasan regional, sekaligus menjaga
persahabatan dan kerja sama antara anggota ASEAN.
4. Mempromosikan HAM di tingkat regional dengan tetap mempertimbangkan
karakteristik, perbedaan sejarah, budaya, dan agama masing-masing negara,
serta menjaga keseimbangan hak dan kewajiban.
5. Meningkatkan kerja sama regional melalui upaya di tingkat nasional dan
Internasional yang saling melengkapi dalam mempromosikan dan melindungi
HAM.
6. Menjunjung

prinsip-prinsip

HAM

internasional

yang


tertuang

dalam Universal Declaration of Human Rights, Vienna Declaration serta
program pelaksanaannya, dan instrumen HAM lainnya, dimana anggota
ASEAN menjadi pihak.

50

Ibid

42

Universitas Sumatera Utara

B. Peran ASEAN Intergovermental Commission on Human Right (AICHR)
terhadap Penanganan Kejahatan Perdagangan Manusia di Indonesia

Perdagangan orang adalah permasalahan internasional, yang mana hampir
setiap negara di dunia ini mempunyai catatan kasus perdagangan orang yang
terjadi di negaranya 51. Miliaran dolar telah dihasilkan dengan mengorbankan

jutaan orang korban perdagangan orang. Anak laki-laki dan anak perempuan yang
mestinya bersekolah dipaksa untuk menjadi tentara, melakukan kerja paksa, atau
dijual untuk kepentingan seks. Demikian juga dengan perempuan-perempuan dan
anak-anak perempuan yang diperdagangkan untuk tujuan berbagai bentuk
eksploitasi, seperti dipaksa untuk menjadi pekerja domestik, prostitusi ataupun
kawin paksa 52. Sementara untuk laki-laki, seringkali terperangkap oleh hutang,
kemudian menjadi budak di daerah pertambangan, perkebunan, atau bentuk kerja
terburuk lainnya.
Perdagangan orang adalah bentuk kejahatan yang resikonya rendah namun
besar perolehan keuntungannya 53. Sifat kejahatannya yang sangat sistematis dan
mekanisme-mekanisme canggih yang digunakan berpadu dengan kenyataan masih

51

Lihat IOM 2011 Case Data On Human Trafficking Global Figures and Trends, hal. 6.
Menjelaskan bahwa perdagangan orang terjadi di banyak negara dan hampir terjadi di seluruh
benua yaitu Eropa, Afrika, Amerika, Asia dan Australia.
52

Yohanes Suhardin, Tinjauan Yuridis Mengenai Perdagangan Orang Dari Perspektif Hak Asasi

Manusia, Mimbar Hukum Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, halaman 411-412
53

Mahrus Ali dan Bayu Aji Pranomo, Perdagangan Orang: Dimensi, Instrumen Internasional
Dan Pengaturannya di Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011), hal. 3.

43

Universitas Sumatera Utara

banyaknya negara yang belum memiliki hukum ataupun peraturan perundangundangan sebagai instrumen untuk memberantas kejahatan ini.
Walaupun begitu, kalaupun sudah ada penegakan hukumnya masih lemah,
sehingga banyak terjadi kasus dimana pelaku kejahatan perdagangan orang
dilepaskan dengan mudahnya sedangkan korbannya diperlakukan sebagai
penjahat 54.
Persoalan perdagangan orang saat ini telah menjadi suatu keprihatinan bagi
dunia internasional. Hal ini mengingat sejumlah pelanggaran Hak Asasi Manusia
(dan untuk selanjutnya disingkat menjadi HAM) dianggap sebagai penyebab dan
sekaligus akibat dari perdagangan orang 55. Pelanggaran HAM yang dimaksud
seperti kerja paksa 56,eksploitasi seksual dan tenaga kerja, kekerasan, serta

perlakuan sewenang-wenang terhadap para korbannya. Para pelaku perdagangan
orang secara licik telah mengeksploitasi kemiskinan, memanipulasi harapan dan
kepolosan dari para korbannya dengan menggunakan ancaman, intimidasi dan
kekerasan untuk membuat para korban menjalani perhambaan terpaksa, menjalani

54

Maslihati Nur Hidayati, 2012. Upaya Pemberantasan dan Pencegahab Perdagangan Orang
Melalui Hukum Internasional dan Hukum Positif Indonesia. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri
Pranata Sosial, Vol. 1 (3). Hal. 165,
55

Trafficking In Human Beings For The Purpose Of Labour Exploitation: A reference paper for
Bosnia and Herzegovina, July 2011, hal. 13.
56

Konvensi ILO No. 29 mengenai Kerja Paksa, tahun 1930 mendefinisikan kerja paksa sebagai
segala bentuk pekerjaan atau pelayanan yang diminta dengan paksa dari orang siapapun dibawah
ancaman hukuman dan dimana orang yang bersangkutan tidak menyediakan dirinya secara
sukarela.


44

Universitas Sumatera Utara

peonage 57,menjalani perhambaan karena hutang (debt bondage), dan perkawinan
terpaksa atau palsu, terlibat dalam pelacuran terpaksa atau untuk bekerja dibawah
kondisi yang sebanding dengan perbudakan untuk keuntungan bagi si pedagang 58.
Keprihatinan berbasis HAM tersebut perlu juga menjadi keprihatinan yang
inklusif-jender. Jender dianggap faktor penentu dalam perdagangan, baik dari segi
persediaan maupun permintaan 59. Perempuan dan anak-anak perempuan jauh
lebih mungkin menjadi korban perdagangan orang dibandingkan dengan laki-laki
ataupun anak laki-laki. Terutama jika kita bicara soal perdagangan orang yang
ditujukan untuk pelacuran dan bentuk lain dari eksploitasi seksual, dan juga dalam
eksploitasi kerja domestik yang lebih mirip dengan praktek perbudakan di era
modern. Perdagangan orang adalah penjelmaan serius dari proses feminisasi
kemiskinan dan tantangan-tantangan yang lebih besar yang dihadapi para
perempuan dan anak-anak perempuan di dunia yang dikarakterisasi oleh
diskriminasi jender, baik didalam maupun diluar pasar lapangan kerja 60. Pokok
masalah dari perdagangan perempuan dan anak perempuan adalah status inferior

kaum perempuan, prasangka budaya yang sangat berurat-akar yang menghalang57

Suatu sistem yang dulu dipakai di pertanian/ perkebunan Amerika Latin dan bagian selatan
Amerika Serikat dimana seseorang yang berhutang dan tidak sanggup membayar hutangnya
bekerja pada pemilik perkebunan/orang yang memberikan hutang, sampai hutangnya lunas.

58

Kantor Perburuhan Internasional. 2004. “Buku 6: Perdagangan Perempuan dan Anak”, dalam
Pedoman Informasi: Mencegah Diskriminasi, Eksploitasi dan Perlakuan Sewenang-wenang
terhadap Pekerja Migran Perempuan, Jakarta, Internatioal Labour Organization.. hal. 11.
59

Sulistyowati Irianto, dkk. 2007. Perdagangan Perempuan Dalam Jaringan Pengedaran
Narkotika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 1-2.
60

bid.

45


Universitas Sumatera Utara

halangi kaum perempuan dalam menyadai potensinya 61. Kesemua hal itu
diperparah dengan kegagalan negara dalam menjamin hak-hak perempuan. Di
negara-negara dari mana sejumlah besar perempuan dan anak perempuan
diperdagangkan, orang menemukan sketsa serupa dari ketidakberdayaan
perempuan 62.
Negara sebagai institusi yang memiliki legitimasi dan perangkat-perangkat
yang memungkinkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip HAM yang terdapat
dalam Universal Declaration of Human Rights (dan untuk selanjutnya disingkat
Deklarasi HAM Internasional) dan memikul tanggungjawab terbesar untuk
melaksanakan

perlindungan,

penghormatan,

dan

pemenuhan

HAM.

Tanggungjawab ini pada dasarnya ada karena negara dibentuk justru untuk
menjamin pelaksanaan prinsip-prinsip HAM 63. Dan instrumen-instrumen HAM
yang dibentuk setelahnya, menegaskan bahwa penghormatan, perlindungan dan
pemenuhan HAM adalah tanggungjawab negara. Berkaitan dengan hal tersebut,
menjadi tanggungjawab negara pula jaminan atas penegakan hukum terhadap
pelanggaran prinsip-prinsip HAM. Apabila negara membiarkan ketiadaan
61

Ibid., lihat juga dalam Syarif Darmoyo dan Rianto. 2004. Trafficking Anak Untuk Pekerja
Rumah Tangga: Kasus Jakarta, Pusat Kajian Pembangunan Masyrakat (PKPM) Unika Atma Jaya,
Jakarta: hal. 36

62

UNDP Regional HIV and Development Programme Team, “Twilight zone”, cerita sampul
dalam You and ADIS The HIV and Development Magazine for Asia Pacific, Vol.2 Terbitan No. 1,
Agustus 2003.
63

UNDP Regional HIV and Development Programme Team, “Twilight zone”, cerita sampul
dalam You and ADIS The HIV and Development Magazine for Asia Pacific, Vol.2 Terbitan No. 1,
Agustus 2003.

46

Universitas Sumatera Utara

penegakan hukum atau bahkan menjadi bagian dari pelanggaran HAM tersebut
maka negara telah melakukan tindakan yang dikatakan sebagai impunitas
(impunity) 64.
Tanggungjawab negara berkaitan dengan HAM adalah menghormati,
melindungi dan memenuhi (to respect, to protect, to fulfill) HAM 65.
Tanggungjawab untuk menghormati HAM adalah tanggungjawab negara untuk
tidak bertindak atau mengambil kebijakan yang bertentangan dengan HAM 66.
Tanggungjawab untuk melindungi HAM adalah tanggungjawab untuk mencegah,
menghentikan dan menghukum setiap terjadinya pelanggaran HAM 67. Sedangkan
tanggungjawab untuk memenuhi HAM adalah kewajiban negara untuk
melaksanakan, memberikan menjamin pelaksanaan setiap hak-hak asasi melalui
tindakan dan kebijakan-kebijakannya 68. Dengan demikian sebuah kewajiban bagi
negara untuk mencegah terus terjadinya tindak pidana perdagangan orang sebagai
bentuk dari pelanggaran HAM, sebagaimana juga penting bagi negara untuk
menghukum atas terjadinya pelanggaran HAM dalam tindak pidana perdagangan
orang serta memberikan perlindungan kepada orang-orang yang diperdagangkan.

64

Ibid, hal. 195.

65

Lihat selanjutnya dalam Universal Declaration of Human Rights

66

Ibid.,

67

Ibid.,

68

UNDP Regional HIV and Development Programme Team, Op.Cit., , hal. 196.

47

Universitas Sumatera Utara

Berbicara tentang hak asasi manusia maka yang pertama perlu ditinjau
pengertian dari negara hukum atau yang lebih sering disebut rule of law. Negara
hukum atau rule of law dalam arti menurut konsepsi dewasa ini, mempunyai
sendi-sendi yang bersifat universal, seperti pengakuan dan perlindungan terhadap
hak-hak asasi, legalitas dari pada tindakan
Negara dalam arti tindakan aparatur Negara yang dapat dipertanggug
jawabkan secara hukum dan terjaminnya peradilan yang bebas. Menurut Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang terdapat didalam Pasal 7
menyebutkan bahwa: Semua orang sama didepan hukum dan berhak atas
perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun. Semua orang berhak
untuk mendapatkan perlindungan yang sama terhadap diskriminasi apapun yang
melanggar deklarasi ini dan terhadap segala hasutan untuk melakukan
diskriminasi tersebut.
Sejalan perkembangan sosial politik dan hukum di Indonesia, yang disebut
dengan jaman reformasi, maka pemerintah telah membuat perundang-undangan
baru. Khusus untuk masalah hak asasi manusia pada awalnya Indonesia hanya
berpatokan pada ketentuan

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yaitu the

universal declaration of human right pada tanggal 10 desember 1948 sekarang
bangsa Indonesia boleh bangga dengan disahkannya Undang-undang Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

48

Universitas Sumatera Utara

Mengingat bahwa negaralah yang bertugas melaksanakan perlindungan,
penghormatan dan pemenuhan HAM serta agar prinsip-prinsip dalam DUHAM
yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum, maka perlu dibentuk suatu
perjanjian internasional tentang HAM. Khusus untuk perdagangan orang,
masyarakat internasional telah memiliki Protokol PBB untuk mencegah,
menindak dan menghukum perdagangan orang, terutama perempuan dan anakanak (United Nations Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in
Persons, Especially Women and Children) yang dirumuskan pada tahun 2000 atau
dikenal juga sebagai Protokol Palermo. Protokol ini sifatnya melengkapi the
United Nations Convention against Transnational Organized Crime (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Terorganisasi) 69.
Sebagai organisasi internasional di tingkat regional, ASEAN yang dibentuk
pada tanggal 8 Agustus 1967, terus mengembangkan diri dari peran-perannya
yang sebatas di forum regional meluas hingga arena internasional. Berdasarkan
ASEAN Charter yang enter into force pada 15 Desember 2008, di dalam isi
piagam tersebut telah mencantumkan mengenai konsep yang dikenal dengan
ASEAN Community 2015. ASEAN Intergovernmental Commission on Human
Rights (AICHR) di sisi lain merupakan salah satu hasil peningkatan mutu bagi
ASEAN untuk menjawab tantangan dari dunia internasional khususnya mengenai
banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi di ASEAN.
69

Ibid.

49

Universitas Sumatera Utara

Sebagai organisasi penaung di ASEAN, AICHR bekerja dengan dengan
seluruh badan-badan sektoral ASEAN didalam 3 ASEAN pillar yakni, Pilar
Politik dan Keamanan ASEAN, Pilar Ekonomi ASEAN, dan Pilar Sosial Budaya
ASEAN. AICHR melakukan konsultasi, kordinasi dan kolaborasi dengan seluruh
3 komunitas ASEAN tersebut. Yang tidak kalah penting adalah AICHR juga
melakukan review dan rekomendasi kepada masing-masing pilar/komunitas,
terutama untuk persoalan-persoalan HAM yang ada didalam ruang lingkup
masing-masing pilar tersebut, sebagai berikut:
1. Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN
a. Perdagangan manusia (Trafficking in person)
b. Perlindungan HAM dalam Kebijakan anti teror ASEAN
c. Pencegahan konflik dan kejahatan HAM berat (genosida, kejahatan
terhadap kemanusiaan, kejahatan perang)
d. Perlindungan HAM dalam menghadapi Ancaman non-traditional (nontraditional security threat)
2. Komunitas Ekonomi ASEAN
a. Perlindungan HAM (ekosob) dalam traktat perjanjian perdagangan dengan
non ASEAN maupun intra ASEAN

50

Universitas Sumatera Utara

b. Perlindungan Sosial berperspektif HAM dalam kebijakan perburuhan
ASEAN
c. Kebebasan bergerak dan bekerja bagi warga ASEAN (freedom of
movement and right to work)
3. Komunitas Sosial Budaya ASEAN
a. Hak lingkungan dan HAM
b. Perlindungan HAM anak-anak dan Perempuan
c. Perlindungan HAM Buruh Migran
d. HAM dalam kurikulum Pendidikan ASEAN
e. Pencegahan HIV/AIDS dan perlindungan HAM bagi pekerja Sex, transgender, MSM. 70
Kerjasama antar negara sebenarnya bisa memberikan angin segar terhadap
tindak pidana pergadangan orang ini. Negara-negara di dunia bersepakat
memberantas dan menganggulangi bahkan memberikan bantuan kepada para
korban. Saat ini yang rata-rata dilakukan oleh negara dalam membantu pada
korban adalah menampung dan kemudian mengembalikan atau memulangkan
korban perdagangan manusia ini dengan dana dan biaya oleh negara penerima.
Khusus bagi para korban yang kemudian mendapatkan masalah hukum maka
70

Ibid. hal.6

51

Universitas Sumatera Utara

negara asal diperkenankan membantu warga negaranya mendapatkan keadilan
yang sepantasnya.
Konsep mengenai kerjasama menurut Douherty dan Graff 71, dapat diartikan
sebagai: “Perangkat hubungan yang tidak didasarkan pada unsur paksaan dan
kekerasan. Kerjasama dapat muncul akibat adanya komitmen individu dan negara
untuk mendapatkan kesejahteraan kolektif”.
Namun demikian kesejahteraan kolektif tersebut tidak dapat dicapai hanya
dengan kerjasama kolektif antara individu dan negara saja namun diperlukan
kerjasama yang lebih luas seperti kerjasama internasional.Kerjasama internasional
menurut Coplin72: Kerjasama yang awalnya terbentuk dari satu alasan dimana
negara ingin melakukan interaksi rutin yang baru dan lebih baik bagi tujuan
bersama. Interaksi-interaksi ini sebagai aktifitas pemecahan masalah secara
kolektif, yang berlangsung baik secara bilateral maupun secara multilateral.
Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan
nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam
negaranya sendiri. Isu utama dari kerjasama internasional menurut Douherty dan
Graff 73, yaitu: Berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh

71

Dougherty, james E. & Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theoris. New York : Happer
and Row Publisher. Hal. 148.
72

Coplin,Wiliam D. 1992. Pengantar Politik Suatu Telaah Teoritis (terj) Mersedes Marbun,
Bandung: Bina Cipta. Hal.282.
73

Dougherty, james E. & Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Op.cit. Hal. 149.

52

Universitas Sumatera Utara

melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang
unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan
internasional meliputi berbagai bidang seperti idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan. Berbagai masalah tersebut
telah membawa negara-negara di dunia untuk membentuk suatu kerjasama
internasional.
Menurut Kartasasmita, 74 kerjasama internasional yang dapat dipahami
sebagai kerjasama dalam masyarakat internasional suatu keharusan sebagai akibat
terdapatnya hubungan interdepedensia dan bertambah kompleksnya hubungan
manusia dalam masyarakat internasional. Kerjasama internasional terjadi karena
national understanding serta mempunyai arah tujuan sama, keinginan yang
didukung oleh kondisi internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama itu
didasari oleh kepentingan bersama diantara Negara-negara, namun kepentingan
itu tidak identik.
Tujuan dari Kerjasama Internasional adalah untuk memenuhi kepentingan
Negara-negara tertentu. Tujuan dari kerjasama internasional dikonsepsikan secara
jelas oleh Plano dan Olton 75, yaitu: “Untuk memenuhi kepentingan negara-negara
tertentu dan untuk menggabungkan kompetensi-kompetensi yang ada sehingga
74

Kartasasmita, Koesnadi. 1998. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT.
Angkasa. Hal. 20.

75

Plano, Jack dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin. Hal. 271.

53

Universitas Sumatera Utara

tujuan yang diinginkan bersama dapat tercapai. Kerjasama itu kemudian
diformulasikan ke dalam sebuah wadah yang dinamakan organisasi internasional.
. Organisasi internasional merupakan sebuah alat yang memudahkan setiap
anggotanya untuk menjalin kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan
lain sebagainya.

54

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. AICHR dibentuk dengan enam tujuan utama, yaitu : 1) Mempromosikan serta
melindungi HAM dan hak kebebasan bangsa ASEAN. 2) Menjunjung hak
bangsa ASEAN untuk hidup secara damai, bermartabat, dan makmur, 3)
Mewujudkan tujuan organisasi ASEAN sebagaimana tertuang dalam Piagam
yakni menjaga stabilitas dan harmoni di kawasan regional, sekaligus menjaga
persahabatan dan kerja sama antara anggota ASEAN, 4) Mempromosikan
HAM di tingkat regional dengan tetap mempertimbangkan karakteristik,
perbedaan sejarah, budaya, dan agama masing-masing negara, serta menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban, 5) Meningkatkan kerja sama regional
melalui upaya di tingkat nasional dan Internasional yang saling melengkapi
dalam mempromosikan dan melindungi HAM, dan 6) Menjunjung prinsipprinsip HAM internasional yang tertuang dalam Universal Declaration of
Human Rights, Vienna Declaration serta program pelaksanaannya, dan
instrumen HAM lainnya, dimana anggota ASEAN menjadi pihak.
2. Peranan AICHR dalam penanganan kejahatan perdagangan manusia adalah
melakukan konsultasi, kordinasi dan kolaborasi dengan seluruh 3 komunitas
ASEAN, yaitu : 1) Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN, 2) Komunitas
Ekonomi ASEAN, dan 3) Komunitas Sosial Budaya ASEAN.

55

Universitas Sumatera Utara

B. Saran
1. Maraknya terjadi perdagangan orang (trafficking) di Indonesia, yang mana
kejahatan ini adalah jenis kejahatan yang dilakukan oleh para sendikat yang
sudah terorganisir yang meliputi nasional sampai dengan internasional. Jenis
kejahatan merupakan pelanggaran hak asasi manusia, yakni hak yang melekat
dalam diri setiap manusia meliputi secara kodrati, meliputi hak untuk hidup,
hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan,
hak berkomunikasi, hak keamanan, dan kesejahteraan yang oleh karena itu
tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Maka untuk memberantas
kejahatan itu perlu dilakukan pencegahan dalam perdagangan orang tersebut
agar tindakan perdagangan orang seperti penjualan anak, prostitusi anak,
penyelundupan manusia, migran dan diskriminasi serta perdagangan wanita
dan pelacuran.
2. Memperkuat jaringan organisasi non-pemerintah anti perdagangan orang
secara nasional maupun internasional agar perlindungan perempuan dari
perdagangan orang sesuai dengan standar HAM.

56

Universitas Sumatera Utara