PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKONOMI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | - | Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 6999 14753 1 SM

Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sabtu, 07 November 2015

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
EKONOMI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Dewi Tinjung Sari1, Kristiani2, Dewi Kusuma Wardani 3
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
dewitinjungsari@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
pada materi Ekonomi kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan
model Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015
yang berjumlah 32 peserta didik. Prosedur penelitian meliputi tahap (a) perencanaan, (b) tindakan, (c)
observasi, (d) refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran dengan penerapan model
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta
didik. Hal ini terbukti kemampuan berpikir kritis peserta didik ditinjau dari segi aspek yaitu indikatorindikator berpikir kritis pada pra siklus 27,1%, siklus I 70,17%, dan siklus II 82,52% dan jika ditinjau dari

segi individu pada pra siklus 16,13%, siklus I 70%, dan siklus II 85,48%. Hasil belajar peserta didik juga
mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata pra siklus 78,41 (persentase ketuntasan 71,88%), siklus I
menjadi 82,67 (persentase ketuntasan 84,38%), dan siklus II menjadi 85,54 (persentase ketuntasan
93,75%).
Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), kemampuan berpikir kritis, hasil belajar
ABSTRACT
The purpose of this research is to improve critical thinking skills and students learning outcomes
of economic lesson at class X IIS 1of Senior High Sschool 3 Surakarta in the academic year of 2014/2015
with the implementation of Problem Based Learning (PBL) model. The type of this research is classroom
action research. The subject of this research is students at X IIS 1 of Senior High School 3 Surakarta in
the academic year of 2014/2015 with 32 students. The procedures of this research are (a) planning, (b)
action, (c) observation, and (d) reflection. Based on the research results, the learning process with the
implementation of Problem Based Learning (PBL) model can increase the critical thinking skills and
learning outcomes of the students. It can be seen in the cycle I that the students’ critical thinking skills in
terms of every indicator aspect are pre research 27,1%, cycle I 70,17%, and cycle II 82,52%, and the
individual critical thinking skills are pre cycle 16,13%, cycle I 70%, and cycle II 85,48%. Students
learning outcomes are also increased at pre cycle have average value 78,41 (percentage of completeness
71,88%), cycle I becomes 82,67 (percentage of completeness 84,38%), cycle II becomes 85,54
(percentage of completeness 93,75%).
Keywords: Problem Based Learning (PBL), critical thinking skills, learning outcomes

I.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal dasar dalam hidup untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan perbaikan kualitas pendidikan sesuai dengan
tuntutan dari paradigma pendidikan yang semakin berkembang, seperti halnya pembelajaran yang
berbasis pada peserta didik. Dunia pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas yakni dapat memenuhi tuntutan kemajuan, salah satunya yaitu
kemampuan berpikir kritis, sehingga mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan dalam
kehidupan.
Pembelajaran IPS berupaya mengembangkan pemahaman peserta didik tentang bagaimana
individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya. Di samping itu peserta

ISBN: 978-602-8580-19-9

http://snpe.fkip.uns.ac.id

Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sabtu, 07 November 2015
didik dibimbing untuk mengembangkan rasa bangga terhadap warisan budaya yang positif dan kritis
terhadap segala hal yang negatif dengan memiliki kepedulian terhadap keadilan sosial, proses demokrasi,
dan kelanggengan ekologis. Begitu pula dengan proses kegiatan belajar mengajar pada materi Ekonomi
yang diharapkan dapat tercipta suatu proses belajar dengan kondisi yang mengarahkan peserta didik
untuk melakukan aktivitas belajar. Peranan guru sangat penting dalam melakukan usaha-usaha untuk
menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan
baik. Pembelajaran Ekonomi harus memudahkan peserta didik untuk mampu membuat pilihan secara
rasional dan membuat peserta didik dapat menggunakan konsep-konsep ilmu Ekonomi untuk
menganalisis persoalan-persoalan Ekonomi yang ada. Pemahaman konsep-konsep yang baik dan
pemikiran kritis semestinya akan mempermudah mereka dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Hasil observasi di SMA Negeri 3 Surakarta menunjukkan bahwa kurang berhasilnya
pembelajaran Ekonomi. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan ceramah
sehingga pembelajaran berlangsung kurang efektif dan monoton. Tidak semua peserta didik
memperhatikan saat guru menerangkan pelajaran di depan kelas, peserta didik masih bersikap pasif dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran konvensional dengan ceramah tersebut memiliki kelemahankelemahan dalam pembelajaran sehingga menyebabkan sangat sedikit peserta didik yang berani
menjawab permasalahan yang diajukan. Peserta didik hampir tidak pernah menawarkan solusi terhadap
permasalahan yang ditemukan. Hal tersebut dapat dijadikan indikator bahwa daya analisis kritis
peserta didik masih rendah. Sebagian peserta didik masih terjebak dalam hafalan dan ingatan

belaka. Hal ini menyebabkan informasi yang diterima peserta didik sangat mudah dilupakan dan
lenyap. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum menyentuh secara signifikan dalam upaya
pengembangan keterampilan berpikir kritis yang akhirnya berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajar.
Hasil belajar pada salah satu kelas IIS yaitu X IIS 1 di SMA Negeri 3 Surakarta memiliki nilai
rata-rata terendah, yaitu sebesar 78,41 dan persentase ketidak ketuntasan sebanyak 28,22% atau sejumlah
9 peserta didik mempunyai nilai yang masih berada dibawah KKM. Menurut Permendikbud No.104
tahun 2014 Pasal 9 mengenai Ketetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu:
1. Modus untuk ketuntasan kompetensi sikap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
ditetapkan dengan predikat Baik.
2. Skor rerata untuk ketuntasan kompetensi pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (4) ditetapkan paling kecil 2,67.
3. Capaian optimum untuk ketuntasan kompetensi keterampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (5) ditetapkan paling kecil 2,67.
Berdasarkan uraian ketetapan Permendikbud No. 104 di atas maka ditetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk Sekolah Menengah Atas yaitu sebesar ≥ 2,67 (konversi 4) atau ≥ 67
(konversi 100). Jadi, sekolah harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) minimal 67 atau
lebih dan tidak boleh kurang dari 67. SMA Negeri 3 Surakarta menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk mata pelajaran Ekonomi sebesar 75. Hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan peserta
didik dan juga mutu dari sekolah. SMA Negeri 3 Surakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas

Negeri yang memiliki akreditas A di Surakarta. Jika dilihat dari kemampuan siswa, SMA Negeri 3
Surakarta merupakan sekolah yang memiliki intake dan output yang lebih baik daripada Sekolah
Menengah Atas lain di Surakarta. SMA Negeri 3 Surakarta merupakan sekolah yang meraih peringkat 3
besar berdasarkan jumlah Nilai Ujian Nasional di tahun 2012, 2013, dan 2014. Dengan demikian,
penetapan standar yang digunakan dalam tingkat keberhasilan belajar untuk peserta didik pada
pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta sangat tinggi yaitu lebih dari 80%.
Pada kelas X IIS 1 diperoleh hasil belajar pembelajaran Ekonomi di kelas belum mencapai
keberhasilan. Hal ini disebabkan karena peserta didik tidak terbiasa berpikir kritis, analitis dan
argumentatif serta kurang terbiasa dalam tanya jawab selama proses pembelajaran berlangsung. Cara
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih tepat, karena salah
satu yang menentukan hasil belajar adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan. Hal ini sangat mempengaruhi perilaku peserta didik. Sebagai
seorang pengajar hendaknya tidak terus menerus menyampaikan materi jika ingin peserta didik
menumbuhkan sikap ilmiah. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran adalah model Problem Pased Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) adalah
model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting yang membuat
mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan

ISBN: 978-602-8580-19-9


http://snpe.fkip.uns.ac.id

Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sabtu, 07 November 2015
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari peserta
didik untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk
membantu peserta didik mencapai keterampilan mengarahkan diri.
Pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir yang lebih
tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah. Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada
semua jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. Dipilihnya model pembelajaran ini karena model ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama
lain. Meskipun dalam model ini peserta didik lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk
memberikan bimbingan baik secara kelompok maupun individual.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam
penelitian ini yaiutu apakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X IIS 1 pada materi Ekonomi di SMA Negeri 3
Surakarta tahun pelajaran 2014/2015? Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X IIS 1 pada materi Ekonomi di
SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model Problem Based Learning
(PBL).
TINJAUAN PUSTAKA
Model Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah berasal dari bahasa inggris Problem Based Learning adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan
masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Menurut
Barrows (1979:39) dalam Sadlo (2014:7) menyatakan bahwa Problem-based learning is defined as the
learning that occurs through the process of trying to solve or manage a real-life problem”. (Pembelajaran
berbasis masalah didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi melalui proses mencoba untuk
memecahkan atau mengelola masalah kehidupan nyata).
Yelland, Cope, & Kalantzis (2008) dalam Etherington (2011:37) menyatakan Problem-based
learning is a student-centered method of teaching that involves learning through solving unclear but
genuine problems. It is a constructivist, student-focused approach that promotes reflection, skills in
communication and collaboration, and it requires reflection from multiple perspectives. (Pembelajaran
berbasis masalah adalah metode pengajaran yang berpusat pada siswa yang melibatkan pembelajaran
melalui pemecahan masalah yang tidak jelas tapi asli. Ini adalah konstruktivis, pendekatan yang berfokus

pada siswa yang mempromosikan refleksi, keterampilan dalam komunikasi dan kolaborasi, dan
memerlukan refleksi dari berbagai perspektif). Menurut Arends (1997) menyatakan, “Pengajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri”. Model pembelajaran berbasis masalah ini juga mengacu pada model pembelajaran yang
lain, seperti “pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction)”, “pembelajaran berdasarkan
pengalaman (experience-based instruction)”, “belajar otentik (authentic learning)” dan “pembelajaran
bermakna (anchored instruction)” (Trianto, 2011:5). Berpikir kritis menurut Glaser dalam Fisher (2009)
adalah:
1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam
jangkauan pengalaman seseorang;
2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan
3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut (hlm. 3).

Berpikir Kritis
Menurut Trianto (2010) berpendapat bahwa, “Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis,
mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama” (hlm.
95). Brownie dan Keeley (2012:2) menyatakan bahwa istilah berpikir kritis, sebagaimana akan digunakan
pada poin-poin berikut:

1. Pengetahuan akan serangkaian pertanyaan kritis yang saling terkait;

ISBN: 978-602-8580-19-9

http://snpe.fkip.uns.ac.id

Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sabtu, 07 November 2015
2. Kemampuan melontarkan dan menjawab pertanyaan kritis pada saat yang tepat; dan
3. Kemauan untuk menggunakan pertanyaan kritis tersebut secara aktif
Lin dan Lee (2013) menyatakan bahwa critical thinking is a high-level thinking skills coure.
Skills, attitudes and knowledge element and by questioning, introspection, liberation, reconstuction
process can help learners get the ability to solve the problem, a reasonable judgemen action based on a
reasonable life. (Berpikir kritis adalah program keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan, sikap,
dan unsur pengetahuan dan dengan mempertanyakan, instropeksi, pembebasan, dan proses rekonstruksi
dapat membantu peserta didik mendapatkan kemampuan untuk memecahkan masalah, tindakan
penghakiman wajar berdasarkan kehidupan yang wajar). Masek dan Yamin (2011:217) menyatakan,
Critical thinking is in the family of higher order thinking skills, along with creative thinking, problem

solving, and decision making (Facione, 1990). (Berpikir kritis adalah termasuk dalam keterampilan
berpikir tingkat tinggi, bersama dengan berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan).
Pascarella and Terenzini dalam Tiruneh, An Verburg and Elen (2014), menyatakan bahwa
critical thinking indicated that critical thinking skills refer to an individual’s ability to do some or all of
the following: identify central issue and assumptions in an argument, recognize important relationship,
make correct inferences from data, duduce conclusions from information or data, evaluate evidence or
authority, make self-corrections, and solve problems. (Keterampilan berpikir kritis mengacu pada
kemampuan individu untuk melakukan beberapa atau semua hal berikut: mengidentifikasi isu sentral dan
asumsi sebuah argumen, mengakui hubungan penting, membuat kesimpulan yang benar dari data,
menyimpulakan kesimpulan dari informasi atau data yang diberikan, menafsirkan apakah kesimpulan
dijamin berdasarkan data yang diberikan, mengevaluasi bukti atau otoritas, membuat koreksi diri, dan
memecahkan masalah).
Tabel 2.1 : Sintak Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah
yang dipilih.

Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.

Tahap-3
Membimbing penyelididkan
individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.

Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan.

(Sumber : Trianto, 2011:72)
Menurut Tukan (2009:22) hasil
pengembangan
kemampuan
berpikir
kritis akan
meningkatkan peserta didik untuk mampu mengakses informasi dan definisi masalah berdasarkan
fakta dan data akurat. Selain itu, peserta didik juga akan mampu menyusun dan merumuskan
pertanyaan secara tepat, berani mengungkapkan ide, gagasan serta menghargai perbedaan pendapat.
Melalui berpikir kritis peserta didik akan memiliki kesadaran kognitif sosial dan berpartisipasi aktif
dalam bermasyarakat. Indikator kemampuan berpikir kritis terdapat 3 aspek yakni :
1. Definisi dan Klarifikasi Masalah, sub indikator antara lain :

ISBN: 978-602-8580-19-9

http://snpe.fkip.uns.ac.id

Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sabtu, 07 November 2015
(a) Mengidentifikasi isu-isu sentral atau pokok-pokok masalah, (b) Membandingkan kesamaan dan
perbedaan. (c) Membuat dan merumuskan pertanyaan secara tepat (critical question).
2. Menilai Informasi yang Berhubungan dengan Masalah, sub indikator antara lain :
(a) Peserta didik menemukan sebab-sebab kejadian permasalahan, (b) Peserta didik mampu menilai
dampak atau konsekuensi, (c) Peserta didik mampu memprediksi konsekuensi lanjut dari
dampak kejadian.
3. Solusi Masalah/ Membuat Kesimpulan dan memecahkan, sub indikator antara lain:
(a) Peserta didik mampu menjelaskan permasalahan dan membuat kesimpulan sederhana, (b)
Peserta didik merancang sebuah solusi sederhana, (c) Peserta didik mampu merefleksikan nilai atau
sikap dari peristiwa.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka diambil tiga aspek kemampuan berpikir kritis untuk
dijadikan sebagai acuan dalam penelitian. Aspek definisi dan klarifikasi masalah, digunakan sub indikator
(c) Membuat dan merumuskan pertanyaan secara tepat (critical question). Aspek menilai informasi yang
berhubungan dengan masalah, digunakan indikator (a) Menemukan sebab-sebab kejadian permasalahan,
(b) Menilai dampak atau konsekuensi kejadian, dan (d) Peserta didik mampu memprediksi konsekuensi
lanjut dari dampak kejadian dengan cara mengobservasi (melaksanakan diskusi) dan mempertimbangkan
laporan observasi (penskoran hasil diskusi). Kemudian aspek solusi masalah/membuat kesimpulan,
digunakan indikator (a) menjelaskan permasalahan dan membuat kesimpulan sederhana. Indikator
kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini tidak sama persis dengan teori yang
dikemukakan oleh Tukan tersebut karena disesuaikan dengan materi permasalahan yang dihadapi oleh
peserta didik.
Hasil Belajar
Sudjana (2011:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013
dalam Kunandar (2014) menyatakan bahwa “standar penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup
: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah” (hlm. 49).
Permendikbud No. 104 Tahun 2014 (2014:3) menyatakan “Penilaian Autentik adalah bentuk
penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran
dalam melakukan tugas pada situasi yang
sesungguhnya”. Tim Penyusun Permendikbud No. 104 Tahun 2014 (2014:2) menyatakan “Kurikulum
2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara paradigmatik
penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar
autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan
informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid”. Penilaian autentik merupakan penilaian
yang dilakukan secara komprehensip untuk mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran. Berbagai teknik dan bentuk penilaian yang digunakan dalam assesmen kelas menurut
Suwandi (2009) antara lain: 1) Penilaian tes, 2) Penilaian kinerja, 3) Penilaian sikap, 4) Penilaian produk
dam 5) Penilaian portofolio
Penelitian yang Revelan
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran berbasis masalah yang
sudah banyak diteliti untuk mengetahui keefektivitasannnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar peserta didik. Di bawah ini beberapa judul penelitian mengenai model Problem
Based Learning (PBL):
1. Awang dan Ramli (2008) yang berjudul “Creative Thinking Skill Approach Through ProblemBased Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom” yang menyimpulkan bahwa
dengan model Problem Based Learning (PBL) dapat mendorong keterampilan berfikir kreatif
selama proses pembelajaran. Setelah ide-ide kreatif dihasilkan kemudian akan tumbuh menjadi
sebuah konsep yang produktif.
2. Tlhapane (2013) yang berjudul “Technology-Enhanced Problem-Based Learning Methodology In
Geographically Dispersed Learners of Tshwane University of Technology” menyimpulkan bahwa
dengan model Problem Based Learning (PBL) maka kemampuan berfikir, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan kemampuan sosial pada siswa meningkat.

ISBN: 978-602-8580-19-9

http://snpe.fkip.uns.ac.id

Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sabtu, 07 November 2015
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah subjek penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 3 Surakarta dengan objek penerapan model Problem Based Learning
(PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar pada mata materi Ekonomi.
II.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Surakarta semester genap tahun ajaran
2014/2015. Objek penelitian adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya
proses belajar mengajar yang terdiri dari: 1) Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam
kegiatan pembelajaran. 2) Pengukuran kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik pada
materi Ekonomi melalui pembelajaran di kelas dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yang akan diperoleh dari hasil wawancara dengan guru dan peserta didik, hasil belajar berdasarkan
penilaian autentik, dan data tingkat kemampuan berpikir kritis kelas X IIS 1 setelah penerapan model
Problem Based Learning (PBL). Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen atau arsip sekolah
mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus dan daftar nilai hasil ulangan semester
peseta didik.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah observasi, wawancara, tes (penilaian
autentik), dan dokumentasi. Validitas datanya menggunakan triangulasi teknik dan sumber data. Analisis
yang digunakan adalah analisis desriptif komparatif dan analisis kritis.
Kategori kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1 : Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis
Kriteria
Keterangan
80-100 %
Tinggi Sekali
66-79 %
Tinggi
56-65%
Cukup
0-55 %
Kurang
(Dimodifikasi dari Arikunto, 2013)
Sedangkan tingkat keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran Ekonomi yang direncangkan
dapat disimpulkan dari tabel sebagai berikut:
Tabel 2 : Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen
Tingkat Keberhasilan
Arti
>80%
Sangat Tinggi
60-79%
Tinggi
40-59%
Sedang
20-39%
Rendah

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DILENGKAPI MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA NEGERI 1 GONDANG TAHUN PELAJARAN 2014/

0 0 22

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIPA 2 SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 21

PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VII SMP NEGERI SAKRA | - | Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 7014 14783 1 SM

0 0 13

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X IIS 1 PADA MATERI EKONOMI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Sari | Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi 6975 1471

0 0 15

IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IIS I SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | - | Jurnal Pendidikan Bisnis da

0 0 21

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AKUNTANSI BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA | - | Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 10633 22603 1 PB

0 0 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014 1015 | - | Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 7032 14819 1 SM

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X IPS DI SMA NEGERI 8 MALANG SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 2014 | - | Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 701

0 0 8

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL FACEBOKK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMASARAN ONLINE DI SMK NEGERI 3 SURAKARTA | - | Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 7003 14761 1 SM

0 0 10

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Studi Eksperimen di Kelas X SMA Panca Setya Sintang ) | - | Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 6997 14749 1 SM

0 0 7