IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IIS I SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | - | Jurnal Pendidikan Bisnis da
IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI
KELAS XI IIS I SMA NEGERI 6 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Yun Ismi Wulandari, Sunarto, dan Salman Alfarisy Totalia *
*Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta
tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran discovery learning dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS I SMA
Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 siswa. Sumber data
berasal dari guru, siswa dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu (a)
observasi, (b) tes, (c) dokumentasi, (d) wawancara. Teknik untuk keabsahan data digunakan
triangulasi sumber data dan teknik. Teknik Analisis data yang digunakan adalah analisis
komparatif, analisis kuantitatif sederhana dan kualiatatif. Prosedur penelitian meliputi tahap
(a) perencanaan, (b) tindakan, (c) observasi, (d) refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran dengan penerapan model discovery
learning dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berfikir
kritis dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I kemampuan berfikir kritis siswa
ditinjau dari indikator-indikator kemampuan berfikir kritis meningkat 22,83% (presentase
prasiklus yaitu 47,17% dan 70,00% pada siklus I). Hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan yaitu sebesar 11,83% (nilai rata-rata hasil belajar pra siklus 72,27 (2,89) dan
siklus I 3,36 84,10 (3,36) dengan presentase ketuntasan yang meningkat 30% (presentase
ketuntasan prasiklus sebesar 43,33% dan 73,33% pada siklus I). Pada siklus II kemampuan
berfikir kritis siswa terus mengalami peningkatan, terbukti kemampuan berfikir siswa ditinjau
dari indikator-indikator kemampuan berfikir kritis meningkat 11,50% (presentase siklus I
sebesar 70,00% dan siklus II sebesar 81,50%). Hasil belajar siswa pada siklus II juga
mengalami peningkatan yaitu sebesar 8% dan presentase ketuntasan meningkat 13,34%
(presentase siklus I 73,33 dan siklus II 86,67%). Simpulan penelitian ini adalah penerapan
model discovery learning dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa pada pelajaran Ekonomi kelas XI IIS I
SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata kunci : Discovery Learning, pendekatan saintifik, kemampuan berfikir kritis, hasil
belajar.
1
ABSTRACT
The purpose of this research is to improve critical thinking skills and students
learning outcomes of economic subject at class XI IIS I of Senior High School 6 Surakarta in
academic year of 2014/2015 with the implementation of discovery learning Model by using
scientific approach. The subjects were students of class XI IIS 1 of Senior High School 6
Surakarta in the academic year of 2014/2015 with 30 students. Sources of data derived from
the teachers, students, and documents. The technique of data collection used are (a)
Observation, (b) Test, (c) documentation, (d) interviews. Techniques for the validity of the
data used triangulation of data sources and triangulation tec hniques. Comparative analysis,
simple quantitative and qualitative analysis is used for analyzing the data. The procedures of
this research are (a) planning, (b) action, (c) observation, (d) reflection.
Based on the research results, the learning process with the implementation of
discovery learning model by using scientific approach can improve critical thinking skills and
learning outcomes of the students. It depends on the critical thinking skills cycle according to
the indicators. These indicators increase 22,83 % (pre cycle percentage 47,17% and 70,00%
on the first cycle). The students learning outcomes also increased 11,83% (the pre cycle
average points 72,27 (2,89) and the first cycle 3,36 84,10 (3,36)) by the completeness
presentation 30% (the pre-cycle completeness percentage is 43,33% and 73,33% on the first
cycle). On the cycle II, the critical thinking skills of students continue to increase, it can be
seen that the critical thingking indicator increase 11,50% (the first cycle percentage is 70,00
% and second cycle is 81,50%. Student learning outcomes on cycle II is also increased 8%
and the completeness percentage is 13,34% (the first cycle percentage 73,33 and second cycle
86,67%). The conclusion of this research is the implementation of Discovery Learning Model
by using scientific approach can improve students’ critical thinking skills and learning
outcomes in Economics subject at class XI IIS I of Senior High School 6 Surakarta, in the
academic year of 2014/2015.
Key words: Discovery Learning, Scientific Approach, Critical Thinking Skills, Learning
Outcomes.
sistem
PENDAHULUAN
pendidikan
nasional
pasal
1
menyebutkan bahwa:
Berkembangnya arus globalisasi
pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Bisa dilihat dari pengertian
Republik
pendidikan yang telah dijelaskan dan
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
tercantum dalam Undang-Undang tersebut,
menuntut semua aspek kehidupan untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Untuk mampu menyesuaikan diri dan
berkompetisi dengan perubahan zaman
tersebut diperlukan sumber daya manusia
yang handal
dan
berkualitas.
Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia
dapat
dilakukan
Menurut
melalui
Undang-undang
2
diharapkan
melalui
pendidikan
dihadapi serta mampu untuk menjawab
suatu
tuntutan masa depan.
negara dapat menciptakan, menghasilkan
Kualitas
dan membina insan-insan yang mampu
berkompetisi
dengan
pembelajaran
perkembangan
dan
juga
keberhasilan
dipengaruhi
oleh
zaman, serta mempunyai kemampuan
kompetensi dan ketepatan guru memilih
bukan hanya kecerdasan intelektual tetapi
serta menggunakan model pembelajaran.
juga kemampuan kecerdasan emosional
Model
dan spiritual yang bermanfaat untuk
perencanaan
dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan
digunakan
negara. Oleh karena itu, merupakan hal
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
yang
lebih
Guru dapat memilih model pembelajaran
memperhatikan kualitas pendidikan agar
yang sesuai dengan karakteristik siswa,
dapat menciptakan sumber daya manusia
materi pembelajaran, serta sarana dan
yang berkualitas.
prasarana yang tersedia. Setiap model
logis
bila
kita
harus
Pembelajaran
sebagai
pembelajaran
Di dalam proses pembelajaran
atau
yang
suatu
pola
pedoman
akan
yang
dalam
digunakan
memiliki
dan siswa. Interaksi yang terjadi dapat
sehingga guru dituntut memiliki kreativitas
diartikan sebagai interaksi yang bernilai
yang tinggi untuk dapat memilih dan
edukatif yang diarahkan pada pencapaian
menerapkan model pembelajaran yang
tujuan yang telah ditentukan. Di dalam
sesuai dengan keadaan siswa dan tujuan
proses pembelajaran guru dituntut untuk
pembelajaran yang hendak dicapai.
hanya
sekedar
dan
suatu
terdapat interaksi yang erat antara guru
tidak
kelebihan
adalah
kekurangan,
Kenyataan yang terjadi, masih
menyampaikan
yang
terdapat guru yang belum mampu memilih
dimilikkinya kepada siswa, melainkan
dan menggunakan model pembelajaran
sebuah
kegiatan
siswa
yang tepat dan efektif. Kebanyakan model
untuk
membangun
pengetahuannya
pembelajaran yang digunakan guru adalah
sendiri, mampu untuk mengaktifkan siswa
model pembelajaran konvensional dengan
sehingga
belajar
metode ceramah. Tidak ada yang salah
meningkat. Mengajar seharusnya adalah
dengan model dan pembelajaran ini, hanya
kegiatan mengajak siswa untuk berfikir,
saja dengan model ini siswa kurang
sehingga melalui kemampuan berfikir
menampakkan aktivitas yang aktif selama
akan membentuk siswa yang cerdas dan
proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan
mampu untuk memecahkan masalah yang
dengan kurang terlihatnya partisipasi siswa
informasi
atau
pengetahuan
pemberdayaan
kemauan
untuk
serta jarang terjadi interaksi aktif antara
3
guru dengan siswa maupun siswa dengan
pendidikan
siswa, sehingga hasil belajar siswa juga
pelajaran tersendiri. Pola pemikiran dalam
kurang optimal.
pelajaran ekonomi menggunakan logika
Dalam rangka meningkatkan hasil
belajar
siswa,
guru
juga
menengah
sebagai
mata
dan penalaran. Mata pelajaran ekonomi
perlu
adalah mata pelajaran yang kebanyakan
mengevaluasi, mengembangkan kreativitas
materi
dan terus berinovasi dalam menata desain
dengan kehidupan nyata sehari-hari. Untuk
pembelajaran yang dilakukan. Dengan
itu, siswa tidak boleh hanya diajarkan
adanya
yang
untuk mengandalkan kekuatan hafalan
dilakukan diharapkan dapat memberikan
tetapi siswa harus diajarkan untuk mampu
kemajuan
siswa.
berfikir, membuat pilihan secara rasional
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dan mampu menggunakan konsep ilmu
setelah mengikuti proses pembelajaran
Ekonomi untuk menganalisis persoalan
diharapkan
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
inovasi
dan
dalam
perbaikan
pola
dapat
pikir
berdampak
pada
didalamnya
sangat
berkaitan
kemampuan berfikir siswa. Kemampuan
Hasil observasi peneliti di kelas
berfikir siswa yang semakin kritis akan
XI IIS I pada proses pembelajaran mata
menjamin
yang
pelajaran ekonomi menunjukkan proses
lama
pembelajaran
diperoleh
ilmu
akan
pengetahuan
bertahan
lebih
yang
berlansung
sudah
sehingga akan berdampak pada hasil
menggunakan pendekatan saintifik, namun
belajar siswa yang semakin meningkat.
dalam
SMA
Negeri
6
Surakarta
pengaplikasiannya
menggunakan
metode
guru
jarang
diskusi
dan
merupakan salah satu Sekolah Menengah
kalaupun
Atas yang berada di bawah Departemen
menginstruksikan
Pendidikan
jenjang
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dari
pendidikan menengah di kota Surakarta
guru saja. Prosedur pembelajaran seperti
yang sudah menggunakan kurikulum 2013,
mengamati,
sehingga
sudah
mengumpulkan dan mengolah informasi
disesuaikan dengan kurikulum 2013. SMA
serta mengkomunikasikan juga belum
Negeri 6 Surakarta mengajarkan tiga
terlaksana sepenuhnya. Sehingga, proses
disiplin ilmu, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa.
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan
masih belum diimplementasikan secara
pada disiplin ilmu IPS di sekolah ini
sempurna oleh guru.
Nasional
pada
pembelajarnnyapun
adalah mata pelajaran ekonomi. Mata
berdiskusi
siswa
mengajukan
Kondisi
pelajaran ekonomi diberikan pada tingkat
hanya
kelas
sebatas
untuk
pertanyaan,
saat
kegiatan
belajar mengajar masih sering pasif. Sulit
4
untuk terjadinya interaksi aktif baik antar
mengenai materi ekonomi yang begitu
siswa maupun antara siswa dengan guru.
susah, penuh dengan hapalan dan pada
Tidak semua siswa memperhatikan saat
akhirnya
ini
guru menjelaskan di depan kelas, terdapat
perolehan
hasil
siswa yang ramai, bercanda dengan teman
maksimal. Siswa hanya diajarkan materi
sebangku,
dengan
tidur-tiduran,
bermain
cara
akan
mempengaruhi
belajar
yang
menghapal
tidak
saja
tanpa
memahami
dan
handphone hingga bahkan mengerjakan
diajarkan
tugas
menemukan konsep pemikirannya sendiri,
mata
pelajaran
disebakan karena
menggunakan
lain.
Hal
guru masih
model
ini
sering
sehingga
pembelajaran
untuk
kemampuan
siswa
hanya
berbatas pada hapalan yang menyebabkan
konvensional dengan ceramah sehingga
kemampuan berfikir mereka rendah.
pembelajaran yang berlangsung kurang
Dari hasil observasi di kelas XI
efektif dan monoton. Sangat sedikit siswa
IIS I diperoleh hasil yang menunjukan
yang berani menjawab permasalahan yang
kurang berhasilnya pembelajaran Ekonomi
diajukan, siswa hampir tidak pernah
dimana siswa mempunyai kemampuan
bertanya pada saat kegiatan pembelajaran
berfikir kritis yang sangat kurang sekali
berlangsung, siswa tidak berani untuk
dengan
berpendapat dan menawarkan solusi dari
berfikir kritis yang hanya sebesar 48,50%.
permasalahan yang ditemukan hingga
Dengan kemampuan berfikir kritis yang
tidak
mampu
sangat kurang menyebabkan hasil belajar
menyimpulkan hasil pembelajaran. Hal
kurang optimal. Dari nilai ulangan harian
tersebut dapat dijadikan indikator bahwa
siswa sebanyak 57,67% siswa di kelas XI
kemampuan berfikir siswa masih rendah.
IIS I mempunyai nilai yang masih berada
Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan
dibawah KKM dimana KKM pelajaran
yang diterima siswa sangat mudah hilang,
Ekonomi
dan bersifat hapalan semata.
begitu, masalah yang terjadi pada kelas XI
adanya
siswa
yang
rata-rata
capaian
kemampuan
sebesar 3,00 (75).
Dengan
diterapkan
IIS I Surakarta yang paling penting dan
guru belum mampu untuk menumbuhkan
harus untuk dicarikan solusinya adalah
dan mengembangan keterampilan berfikir
hasil
kritis.
keberhasilan dan kemampuan berfikir
Pembelajaran
Hal
yang
tersebut
dikarenakan
belajar
yang
belum
mencapai
kritis siswa yang masih rendah.
penyampaian materi yang dilakukan guru
masih kurang inovatif, monoton dan belum
Berdasarkan permasalahan yang
melibatkan peran siswa secara penuh,
timbul dan untuk mewujudkan harapan
sehingga banyak anggapan negatif siswa
yang ingin dicapai dalam pembelajaran
5
ekonomi maka dibutuhkan suatu model
merumuskan
pembelajaran
Pengetahuan
yang
sendiri
penemuannya.
tepat
mengatasi
tersebut.
Model
belajar penemuan menunjukkan beberapa
pembelajaran yang dapat meningkatkan
kebaikan yaitu, pengetahuan itu bertahan
berfikir kritis dan hasil belajar siswa sesuai
lama atau lebih mudah diingat bila
dengan pendekatan saintifik salah satunya
dibandingkan dengan pengetahuan yang
adalah model discovery learning.
dipelajari dengan cara-cara lain, hasil
permasalahan
Pembelajaran dengan pendekatan
belajar
yang
diperoleh
penemuan
dengan
mempunyai
efek
saintifik adalah proses pembelajaran yang
transfer yang lebih baik dan secara
dirancang agar siswa aktif mengonstruk
menyeluruh
konsep,
meningkatkan
hukum
atau
prinsip
melalui
tahapan-tahapan mengamati, merumuskan
belajar
penemuan
penalaran
siswa
dapat
dan
kemampuan untuk berpikir secara kritis.
masalah, mengajukan dan merumuskan
Dipilihnya
model
pembelajaran
hipotesis, mengumpulkan data dengan
discovery learning dengan
berbagai
data,
saintifik karena model ini memberikan
menarik kesimpulan, mengomunikasikan
kesempatan bagi siswa untuk berpikir,
konsep,
menemukan,
teknik,
hukum
ditemukan.
menganalisis
atau
prinsip
Pendekatan
yang
pendekatan
berpendapat,
dan
saling
saintifik
bekerja sama melalui aktivitas belajar
dimaksudkan untuk memberi pemahaman
secara ilmiah, sehingga dapat melatih dan
kepada siswa dalam mengenal, memahami
meningkatkan kemampuan berfikir kritis
berbagai materi menggunakan pendekatan
dan
ilmiah dan informasi bisa berasal dari
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep
mana saja, kapan saja, tidak bergantung
penting yang nantinya akan berdampak
pada guru saja. Oleh karena itu kondisi
pada peningkatan hasil belajar.
pembelajaran diarahkan untuk mendorong
Berdasarkan
pemecahan
masalah
uraian
serta
yang
siswa dalam mencari tahu dari berbagai
disampaikan di atas maka penulis tertarik
sumber
melakukan penelitian dengan judul :
melalui observasi, dan bukan
“Implementasi
hanya diberi tahu dari guru saja.
Model
Learning
pembelajaran
merupakan
suatu
Model
Discovery
Discovery
Learning Dengan Pendekatan Saintifik
rangkaian
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
kegiatan belajar yang melibatkan secara
Berfikir Kritis Dan Hasil belajar Siswa
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
mencari dan menyelidiki secara sistematis,
IIS I SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
Pelajaran 2014/2015”.
6
Model pembelajaran discovery
learning atau yang dikenal dengan belajar
penemuan dikemukakan oleh seorang ahli
yang bernama Bruner. Bruner dalam Wilis
(2006) menyatakan bahwa:
Belajar penemuan dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang
baik
dalam
pembelajaran
discovery learning ini, peserta
didik berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya
dan menghasilkan pengetahuan
yang benar-benar bermakna.
Belajar penemuan peserta didik
belajar melalui partisipasi secara
aktif dengan konsep dan prinsipprinsip agar mereka dianjurkan
untuk memperoleh pengalaman
dan melakukan eksperimen yang
mengizinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip
itu
sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh itu
bertahan lama atau lebih mudah
diingat
bila
dibandingkan
pengetahuan
yang dipelajari
dengan cara-cara lain. Hasil
belajar penemuan mempunyi efek
transfer yang lebih baik daripada
hasil belajar lainnya. Dengan kata
lain, konsep-konsep dan prinsipprinsip yang dijadikan milik
kognitif seseorang lebih mudah
diterapkan pada situasi-situasi
baru. Secara menyeluruh belajar
penemuan
meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk
berpikir secara bebas. Belajar
penemuan melatih ketrampilan
kognitif peserta didik untuk
menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang
lain. Bruner juga mengemukakan
bahwa
Belajar
penemuan
membangkitkan
keingintahuan
peserta didik, memberi motivasi
untuk bekerja terus sampai
menemukan
jawaban-jawaban
(hlm. 79).
TINJAUAN PUSTAKA
Model
Pembelajaran
Discovery
Learning
Pembelajaran
menjadi
lebih
bermakna ketika siswa mengeksplorasi
lingkungan-lingkungan
mereka
pembelajaran
dibandingkan
mendengarkan
guru.
secara
Menurut
pasif
Anitah
(2009), “Belajar penemuan atau discovery
learning merupakan suatu pembelajaran
yang melibatkan peserta didik dalam
pemecahan masalah untuk pengembangan
pengetahuan dan keterampilan” (hlm. 55).
Diharapkan
melalui
penemuan
dalam
pembelajaran, siswa belajar secara intensif
dengan
mengikuti
metode
investigasi
ilmiah atau dengan pendekatan ilmiah.
Sehingga kegiatan pembelajaran dirancang
dan dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan ilmiah.
Bruner
(Schunk,
2012)
mengemukakan bahwa:
Belajar menemukan (discovery
learning)
mengacu
pada
penguasaan pengetahuan untuk
diri sendiri. Belajar penemuan
melibatkan arahan guru untuk
mengatur aktivitas-aktivitas yang
dilakukan siswa seperti mencari,
mengolah,
menelusuri
dan
menyelidiki. Siswa mempelajari
pengetahuan baru yang relevan
dengan
bidang
studi
dan
ketrampilan-ketrampilan masalah
umum seperti memformulasikan
aturan, menguji hipotesis dan
mengumpulkan informasi (hlm.
372).
7
Model
pembelajaran
ini
Kelima langkah-langkah model
memungkinkan para siswa menemukan
pembelajaran discovery learning menurut
sendiri informasi yang diperlukan untuk
Sri Anitah tersebut, dapat dijelaskan
mencapai tujuan intruksioanal. Hal ini
sebagai berikut:
berimplikasi
1.
terhadap
peranan
guru
Identifikasi masalah, pada tahap ini
sebagai penyampaian informasi ke arah
guru memberikan kesempatan kepada
peran guru sebagai pengelola interaksi
siswa
belajar mengajar di kelas.
mengumpulkan
Penerapan
model
mencari
informasi,
mencari
sebanyak
dan
mungkin
masalah yang berhubungan dengan
discovery
learning menuntut siswa lebih aktif untuk
membaca,
untuk
tema yang akan dipelajari.
serta
2.
Mengembangkan solusi, pada tahap
pengetahuan untuk pemecahan masalah
ini siswa diajak untuk membuat suatu
yang diberikan guru. Sehingga siswa
hipotesis atas masalah yang telah
mempunyai pengetahuan, ingatan dan
ditentukan sebelumnya.
pemahaman
terhadap
materi
yang
3.
Pengumpulan data, pada tahap ini
dipelajari jauh lebih lama dibandingkan
guru memberikan waktu kepada siswa
dengan
untuk
siswa
memperoleh
informasi
hanya dari guru.
mengumpulkan
data
yang
terkait dengan masalah. Data tersebut
Sistem pembelajaran discovery
bisa dari observasi langsung, internet,
learning, guru tidak langsung menyajikan
buku, eksperimen, ataupun sumber-
bahan pelajaran, akan tetapi siswa diberi
sumber yang lain.
kesempatan
untuk
persoalan
menemukan
dengan
suatu
4.
menggunakan
tahap ini siswa menganalisis data hasil
pendekatan problem solving.
Menurut
Pembelajaran
mempunyai
Anitah
temuannya,
(2009)
discovery
learning
langkah-langkah
sebagai
itu
mengembangkan
data
diuji
hipotesis
dan
setelah
ada
disimpulkan.
5.
3.
4.
5.
lalu
pernyataan pendukung data. Setelah
berikut :
1.
2.
Analisis dan intepretasi data, pada
Identifikasi masalah
Mengembangkan
kemungkinan
solusi
(hipotesis)
Pengumpulan data
Analisis dan interpretasi data
Uji kesimpulan (hlm. 57).
Uji
kesimpulan,
kesimpulan dari siswa, muncullah data
baru
dan
ditahap
ini
dilakukan
pengujian terhadap hasil kesimpulan.
Jika
terjadi
kekurangan
dapat
dilakukan revisi kesimpulan tersebut.
8
(2013)
dari yang konkret ke abstrak, atau
Model pembelajaran discovery learning
dari tahap enaktif, ikonik sampai
memilikki dua langkah operasional yang
ke simbolik.
Menurut Kemendikbud
harus
dilaksanakan
yaitu
g) Melakukan penilaian proses dan
langkah
persiapan dan pelaksanaan.
hasil belajar siswa.
1) Langkah Persiapan
2) Pelaksanaan
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan
Tahap
identifikasi
discovery
karakteristik siswa
Kementerian
pelaksanaan
learning
model
menurut
Pendidikan
dan
c) Memilih materi pelajaran
Kebudayaan
d) Menentukan topik yang harus
beberapa langkah yaitu Stimulation
dipelajari siswa secara induktif.
e) Mengembangkan
terdiri
dari
Problem statement; Data collection;
bahan-bahan
Verification; Generalization. Langkah
ajar.
f)
(2013)
ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Mengatur topik-topik pelajaran
dari yang sederhana ke kompleks,
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Discovery Learning
Tahap
Pelaksanaan
Stimulation
Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
(stimulasi/pemberian kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
rangsangan)
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Problem statement Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
(pernyataan/identifi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
kasi masalah)
agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
Data collection
Ketika eksplorasi berlangsung guru memberi kesempatan kepada para
(Pengumpulan
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
Data)
relevan. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik
diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
Data Processing
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
(Pengolahan Data) yang telah diperoleh para siswa lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, semuanya diolah, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
9
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Verification bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, pemahaman melalui contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
Generalization
Tahap generalisasi adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
(menarik
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
kesimpulan/
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
generalisasi)
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
(Sumber: Kemendikbud, 2013)
Secara garis besar, discovery
atau saintifik diyakini sebagai titian emas
Verification
(Pembuktian)
mempunyai
dapat
perkembangan dan pengembangan sikap,
mengembangkan potensi intelektual siswa,
keterampilan, dan pengetahuan peserta
meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan
didik (Kemendikbud, 2013). Jadi, dengan
memotivasi siswa untuk terus berusaha
diterapkannya
menemukan
pendekatan saintifik dapat membentuk dan
learning
melatih
kelebihan
sesuatu
sampai
keterampilan
ketemu,
memecahkan
mengembangkan
persoalan sendiri dan melatih siswa untuk
dapat
mengumpulkan,
mengolah
pembelajaran
sikap,
dengan
keterampilan
berfikir dan juga hasil belajar siswa.
dan
Daryanto (2014) mengemukakan
menganalisa data sendiri. Sehingga pada
pembelajaran dengan pendekatan scientific
proses pembelajaran
adalah
ekonomi
dengan
proses
menggunakan model discovery learning
dirancang
diharapkan
membangun
dapat
mengembangkan
kritis
siswa
menghadapi
melatih
kemampuan
untuk
dan
terampil
mencari
dan
agar
pembelajaran
yang
siswa
aktif
konsep,
secara
prinsip
melalui
berfikir
tahapan seperti mengamati, merumuskan
dalam
masalah, mengajukan atau merumuskan
solusi
hipotesis,
mengumpulkan
data,
permasalahan-permasalahan ekonomi yang
menganalisis data, menarik kesimpulan
dijumpai
dan mengomunikasikan konsep, hukum
dalam
proses
pembelajaran
atau prinsip yang “ditemukan”. Sehingga
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
dapat
dengan
Pendekatan Saintifik
Pembelajaran merupakan proses
ilmiah.
Karena
itu
kurikulum
dipahami
bahwa
pendekatan
pembelajaran
saintifik
akan
memberikan pemahaman kepada siswa
2013
dalam
mengenal,
memahami
materi
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah
dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan
dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah
saintifik
10
juga
dapat
memberikan
bahwa
4) Dapat mengembangkan karakter siswa
informasi yang diperoleh tidak hanya
Dari karakteristik pembelajaran
berasal dari guru tetapi juga dapat berasal
yang dikemukakan di atas, dapat diketahui
dari berbagai sumber melalui observasi.
bahwa pendekatan saintifik sangat relevan
pemahaman
kepada
Menurut
siswa
Daryanto
(2014)
untuk mewujudkan pembelajaran aktif
pembelajaran
dengan
menggunakan
dimana pembelajaran berpusat pada siswa.
pendekatan
saintifik
mempunyai
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
karakteristik sebagai berikut:
dapat melibatkan keaktifan siswa karena
1) Berpusat pada siswa.
siswa diajarkan belajar sambil berbuat
2) Melibatkan keterampilan proses sains
dalam
dalam
mengkonstruksi
proses-proses
siswa
intelek,
jawaban
atas
juga
akan
berkembang
dan
meningkat menjadi lebih baik.
kognitif
Menurut Hosnan (2014) kegiatan
yang potensial dalam merangsang
perkembangan
mencari
masalah, sehingga kemampuan berfikir
konsep,
hukum, atau prinsip.
3) Melibatkan
rangka
dalam pembelajaran dengan pendekatan
khususnya
saintifik adalah sebagai berikut :
keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Tabel 2.2. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik
Kegiatan
Aktivitas Belajar
Mengamati (observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa
dengan alat).
Menanya (questioning) Mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang
bersifat hiptesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan
mandiri (menjadi suatu kebiasaan).
Pengumpulan data
Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan,
(experimenting)
menentukan sumber data, dokumen, buku, eksperimen),
mengumpulkan data.
Mengasosiasikan
Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan
(associating)
hubungan data/ kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data;
dimulai dari unstructured- uni structured- multistructuredcomplicated structured.
Mengomunikasikan
Menyampaikan hasil konseptual dalam bentuk lisan, tulisan,
diagram, bagan, gambar, atau media lainnya
(Sumber: Hosnan, 2014)
yang
Berfikir Kritis
saksama”
(hlm.
95).
Menurut
Menurut Trianto (2010), “berpikir
Sanjaya (2006), berfikir adalah proses
adalah kemampuan untuk menganalisis,
mental seseorang yang lebih dari sekedar
mengkritik, dan mencapai kesimpulan
mengingat
berdasar pada inferensi atau pertimbangan
sebagai
11
dan
memahami.
Berpikir
suatu
kemampuan
mental
seseorang
yang
lebih
dari
sekedar
adalah (1) suatu sikap mau berfikir secara
mengingat dan memahami. Keterampilan
mendalam tentang masalah-masalah dan
berfikir dapat dibedakan menjadi beberapa
hal-hal yang berda dalam jangkauan
jenis, Isjoni (2009) menyatakan bahwa
pengalaman seseorang; (2) pengetahuan
“ada empat keterampilan berfikir, yaitu
tentang metode-metode pemeriksaan dan
menyelesaikan masalah (problem solving),
penalaran yang logis; dan (3) semacam
membuat keputusan (decision making),
suatu keterampilan untuk menerapkan
berfikir kritis, dan berfikir kreatif yang
metode-metode tersebut (hlm. 3). Menurut
semuanya
keterampilan
Lin & Lee (2013) “critical thingking is a
berfikir tinggi yang meliputi aktifitas
high-level thinking skills course. Skills,
analisis,
attitudes and knowledge elements and by
merupakan
sintesis,
dan
keterampilan
evaluasi.
questioning,
Menurut
reconstruction process can help learners
kritis berbeda dengan
get the ability to solve the problem, a
berpikir. Berpikir kritis merupakan proses
reasonable judgment action based on a
berpikir
intelektual
pemikir
reasonable life” (hlm.53). (Berfikir kritis
dengan
sengaja
kualitas
adalah
berpikir
pemikirannya.
pemikiran
dalam
liberation,
Sari
(2012),
Bhisma
instrospection,
dimana
menilai
Pemikir
program
keterampilan
berfikir
menggunakan
tingkat tinggi. Keterampilan, sikap dan
yang reflektif, independen,
unsur pengetahuan meningkat dengan
jernih, dan rasional. Berfikir kritis dapat
proses
diartikan sebagai kemampuan yang sangat
pembebasan, proses rekonstruksi dapat
essensial untuk kehidupan, pekerjaan dan
membantu
berfungsi efektif dalam semua aspek
kemampuan untuk memecahkan masalah,
kehidupan lainnya. Masek dan Yamin
tindakan
penyimpulan
(2011: 217) menyatakan, Critical thinking
kehidupan
sehari-hari).
is in the family of higher order thinking
dimaksudkan sebagai berfikir yang benar
skills,
dalam pencarian pengetahuan yang relevan
along
with
creative
thinking,
mempertanyakan,
siswa
instropeksi,
mendapatkan
berdasarkan
Berfikir
kritis
dan reliabel dalam kehidupan nyata.
problem solving, and decisson making
Menurut
(Facione, 1990). (Berpikir kritis adalah
Dike
(2010),
termasuk dalam keterampilan berpikir
kemampuan berpikir kritis terdapat 3
tingkat tinggi, bersama dengan berpikir
aspek
kreatif,
masalah, menilai dan mengolah informasi
pemecahan
masalah,
dan
yakni
pengambilan keputusan). Berfikir kritis
berhubungan
menurut Glaser dalam Fisher (2009)
masalah/
12
definisi
dengan
membuat
dan
klarifikasi
masalah,
kesimpulan
solusi
dan
memecahkan.
Melalui
model
ini
b) Peserta didik mampu menilai
diharapkan kemampuan berpikir kritis
dampak atau konsekuensi.
siswa dapat meningkat sehingga nantinya
siswa
memiliki
kecakapan
keterampilan
dalam
hidup.
c) Peserta
dan
didik
mampu
memprediksi konsekuensi lanjut
Hasil
dari dampak kejadian.
pengembangan kemampuan berpikir kritis
3) Solusi
Masalah/
Membuat
akan meningkatkan peserta didik untuk
Kesimpulan dan memecahkan
mampu mengakses informasi dan definisi
a) Peserta didik mampu menjelaskan
masalah berdasarkan fakta dan data akurat.
permasalahan
Selain itu, siswa juga akan mampu
kesimpulan sederhana.
menyusun dan merumuskan pertanyaan
serta
menghargai
membuat
b) Peserta didik merancang sebuah
secara tepat, berani mengungkapkan ide,
gagasan
dan
solusi sederhana.
perbedaan
c) Peserta
didik
mampu
pendapat. Melalui berpikir kritis siswa
merefleksikan nilai atau sikap dari
akan memilikki kesadran kognitif sosial
peristiwa.
dan
Berdasarkan pendapat tersebut,
berpartisipasi
aktif
dalam
bermasyarakat.
Dike
penelitian
ini
mengambil
tiga
aspek
kemampuan berfikir kritis yang akan
(2010) mengemukakan
indikator
dijadikan acuan dalam penelitian. Aspek
kemampuan berpikir kritis adalah sebagai
definisi dan klarifikasi masalah, peneliti
berikut :
menggunakan sub indikator (c) Membuat
1) Definisi dan Klarifikasi Masalah
dan merumuskan pertanyaan secara tepat
bahwa
aspek
dan
sub
(critical
a) Mengidentifikasi isu-isu sentral
informasi
atau pokok-pokok masalah.
(a)
perbedaan.
dan
yang
Aspek
menilai
berhubungan
dengan
masalah, peneliti menggunakan indikator
b) Membandingkan kesamaan dan
c) Membuat
question).
menemukan
peristiwa,
merumuskan
(b)
sebab-sebab
menilai
kejadian
dampak
atau
pertanyaan secara tepat (critical
konsekuensi
kejadian,
dan
(c)
question).
memprediksi
konsekuensi
lanjut
dari
dampak
2) Menilai Informasi yang Berhubungan
kejadian
dengan
cara
dengan Masalah
mengobservasi (melaksanakan diskusi).
a) Peserta didik menemukan sebab-
Aspek
kesimpulan
sebab kejadian permasalahan.
solusi
peneliti
masalah/membuat
menggunakan
indikator (a) menjelaskan permasalahan
13
dan
membuat
kesimpulan
sederhana.
hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
Indikator kemampuan berpikir kritis yang
menyelesaikan materi pelajaran tertentu.
digunakan dalam penelitian ini tidak sama
Menurut Purwanto (2013) “Hasil belajar
persis dengan teori yang dikemukakan
merupakan
Dike karena disesuaikan dengan materi
akibat belajar” (hlm. 34). Perubahan itu
permasalahan yang dihadapi siswa.
diupayakan dalam pembelajaran untuk
perubahan
perilaku
siswa
mencapai tujuan yang ditentukan. Setiap
proses belajar mempengaruhi perubahan
Hasil Belajar
Dalam
suatu
pembelajaran
perubahan
akan
yang
Perubahan
terjadi
yang
aktivitas
perilaku pada tertentu pada diri siswa,
menghasilkan
tegantung perubahan
pada
terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan.
dimaksud
siswa.
adalah
Penilaian
yang diinginkan
hasil
belajar
siswa
perubahan berupa pengetahuan, sikap dan
merupakan sesuatu yang sangat penting
ketrampilan.
dan strategis
Perubahan
yang
terjadi
dalam
kegiatan belajar
merupakan penyempurnaan dari hasil yang
mengajar. Dengan penilaian hasil belajar
telah dicapai siswa sebelumnya. Hasil dari
dapat
proses pembelajaran sering disebut sebagai
keberhasilan
hasil belajar. Hasil belajar menunjukkan
kompetensi
kemampuan
diajarkan oleh guru.
siswa
setelah
mengikuti
diketahui
proses pembelajaran
Sudjana
seberapa
siswa
atau
dalam
materi
besar
menguasai
yang
telah
Permendikbud No. 104 Tahun
(2014)
2014
berpendapat
Menyatakan
“Kurikulum
2013
bahwa hasil belajar adalah kemampuan
mempersyaratkan penggunaan penilaian
yang dimilki siswa setelah ia menerima
autentik.
pengalaman belajarnya. Menurut Howard
assessment) merupakan cerminan nyata
Kingsley (Sudjana, 2014) membagi tiga
dari kondisi pembelajaran siswa. Penilaian
macam
1)
otentik merupakan proses pengumpulan
2)
informasi oleh guru tentang perkembangan
hasil
keterampilan
belajar,
dan
yakni:
kebiasaan,
Penilaian
otentik
(authentic
pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan
dan
cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar
dilakukan oleh siswa melalui berbagai
tersebut diisi dengan bahan yang telah
teknik
ditetapkan dalam kurikulum.
membuktikan, dan menunjukkan secara
dapat
Proses
belajar
terlepas
dari
tentunya
suatu
pencapaian
yang
pembelajaran
dapat
yang
mengungkapkan,
tidak
tepat bahwa tujuan pembelajaran sudah
penilaian.
tercapai. Penilaian autentik merupakan
Penilaian pada siswa dapat dilihat dari
penilaian
14
yang
dilakukan
secara
komprehensip mulai dari masukan, proses,
akhir siklus. (2) Guru, Sumber data guru
dan
keluaran
pembelajaran
sehingga
diperoleh dari hasil observasi dan langkah-
menggambarkan
sikap,
langkah penerapan model pembelajaran
yang
discovery learning dengan pendekatan
dimilikki siswa. Berbagai teknik dan
saintifik yang diterapkan oleh guru serta
bentuk penilaian yang digunakan dalam
dengan
assessmen kelas menurut Suwandi (2009)
Dokumen, Sumber data dokumen berupa
antara lain adalah penilaian tes, penilaian
nama siswa, hasil belajar atau daftar nilai
kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek,
siswa kelas XI IIS I SMA Negeri 6
dan penilaian portofolio.
Surakarta pada mata pelajaran ekonomi.
mampu
keterampilan
dan
pengetahuan
wawancara.
(3)
Data
dan
Teknik pengumpulan data yang
akan
METODE PENELITIAN
digunakan
adalah
observasi,
Penelitian ini termasuk dalam
wawancara, tes dan dokumentasi. Uji
penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek
Validitas data yang digunakan adalah
penelitian adalah siswa kelas XI IIS I
dengan
SMA Negeri 6 Surakarta tahun ajaran
data. Analisis
2014/2015 yang berjumlah 30 siswa yang
analisis
terdiri dari 16 siswa perempuan dan 14
kuantitatif sederhana dan analisis data
siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah
kualitatif.
triangulasi
teknik dan sumber
yang digunakan adalah
komparatif,
analisis
data
proses pembelajaran menggunakan model
discovery learning dengan pendekatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sainfifik, kemampuan berfikir kritis siswa
Penelitian
tindakan
kelas
ini
serta hasil belajar siswa setelah penerapan
bertujuan
model pembelajaran.
kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar
Sumber data yang digunakan
siswa
untuk
melalui
meningkatkan
penerapan
model
dalam penelitian ini adalah data yang
pembelajaran Discovery Learning dengan
bersal dari : (1) Siswa, Sumber data dari
pendekatan saintifik pada mata pelajaran
siswa
Ekonomi kelas XI IIS I SMA Negeri 6
diperoleh
dari
hasil
observasi
aktivitas siswa saat pembelajaran dan hasil
Surakarta
tes yang dilakukan setiap akhir siklus.
Pelaksanaan tindakan melalui dua siklus
Selain itu diperoleh juga dari wawancara
yang dilaksanakan selama empat kali
kepada siswa mengenai
pertemuan untuk tiap siklusnya, pertemuan
pembelajaran
dengan model pembelajaran discovery
learning
pertama,
yang dilaksanakan pada setiap
tahun
kedua
ajaran
dan
2014/2015.
ketiga
adalah
penerapan model dalam pembelajaran,
15
kemudian
pada
petemuan
keempat
kritis siswa. Hasil belajar siswa dalam
dilakukan tes evaluasi.
Peneliti
penelitian ini diukur dari serangkaian
lembar
penilaian yang diambil selama proses
observasi untuk mengukur kemampuan
pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi
berfikir kritis siswa selama pembelajaran
penilaian
dan soal tes untuk mengetahui hasil belajar
ketrampilan (kinerja dan portofolio). Dari
siswa. Pengamatan kemampuan berfikir
penilaian-penilaian
kritis
dirata-rata
siswa
pembelajaran
mengamati
menggunakan
dilakukan
pada
berlangsung
kegiatan
siswa
saat
dengan
sikap,
pengetahuan,
menjadi
itu
nantinya
nilai
akhir
serta
akan
yang
menunjukkan hasil belajar siswa.
dengan
Berdasarkan hasil pengamatan,
berpedoman pada indikator-indikator yang
peningkatan kemampuan berfikir kritis
telah ditentukan pada lembar observasi
siswa pada kondisi awal sebelum tindakan
yang kemudian hasil dari skor masing-
dan setelah dilaksanakan tindakan dapat
masing indikator tersebut dirata-rata untuk
dilihat dari tabel 4.1.
mendapatkan nilai kemampuan berfikir
Tabel 4.1. Data hasil Observasi Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II Ditinjau dari Tiap Indikator.
No
Persentase Kemampuan
Berfikir Kritis (%)
Pra
Siklus
Siklus
Siklus
I
II
Indikator
Aktivitas siswa membuat dan merumuskan
pertanyaan secara tepat (Critical thinking).
Aktivitas siswa menemukan sebab-sebab kejadian
2
permasalahan.
Aktivitas siswa mengobservasi dan
3
mempertimbangkan laporan observasi
Aktivitas siswa menilai dampak atau konsekuensi
4
kejadian dalam permasalahan
Aktivitas siswa menjelaskan permasalahan dan
membuat kesimpulan sederhana saat proses
5
pembelajaran
JUMLAH
RATA-RATA
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2015)
1
40,83
67,50
77,50
45,00
70,83
80,83
55,00
71,67
91,67
53,33
70,83
78,33
48,33
69,17
79,17
242,50
48,50
350,00
70,00
407,50
81,50
Berdasarkan tabel diatas, dapat
21,50% dari semula 48,50% menjadi
diketahui bahwa kemampuan berfikir kritis
70,00% dengan predikat yang semula
siswa kelas XI IIS I pada pra siklus ke
“kurang sekali” menjadi “cukup”. Untuk
siklus I mengalami peningkatan sebesar
masing-masing
16
indikator
kemampuan
berfikir kritis pra siklus yang semula
diskusi) dan mempertimbangkan laporan
berpredikat
observasi
meningkat
“sangat
menjadi
kurang”
memiliki
perolehan
sebesar
dengan
71,67% (Cukup) pada siklus I dan 91,67%
capaian indikator berkisar 40,83% hingga
(Sangat Baik) pada siklus II. Aktivitas
53,33% menjadi 67,50% hingga 71,67%.
siswa menilai dampak atau konsekuensi
Pada siklus I ke siklus II mengalami
kejadian dalam permasalahan saat proses
kenaikan yang sebesar 11,50% yaitu dari
pembelajaran sebesar 70,83% (Cukup)
70,00% menjadi 81,50% dengan predikat
pada siklus I dan pada siklus II sebesar
“Cukup” menjadi “Baik”. Hal tersebut
78,83%
dapat diketahui melalui perolehan masing-
menjelaskan permasalahan dan membuat
masing capaian indikator yang digunakan.
kesimpulan
Aktivitas siswa membuat dan merumuskan
pembelajaran
pertanyaan secara tepat (Critical Question)
sebesar 69,17% (Cukup) pada siklus I dan
saat
79,17% (Baik) pada siklus II.
proses
“cukup”
dapat
pembelajaran
memiliki
perolehan sebesar 67,50% dengan predikat
(Baik).
Aktivitas
sederhana
saat
memperoleh
Selanjutnya
siswa
proses
persentase
berdasar
hasil
“cukup” pada siklus I dan menjadi “Baik”
pengamatan dan tes akhir siklus, hasil
pada siklus II sebesar 77,50%. Aktivitas
belajar siswa juga mengalami peningkatan
siswa menemukan sebab-sebab kejadian
pada setiap siklusnya. Hal ini dapat
permasalahan saat proses pembelajaran
ditunjukan dengan tabel perbandingan skor
sebesar 70,83% (Cukup) pada siklus I dan
hasil belajar sebagai berikut:
80.73% (Baik) pada siklus II. Aktivitas
siswa
mengobservasi
(melaksanakan
Tabel 4.2: Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.
Keterangan
Pra Siklus
(2,89) 72,27
Nilai Rata-rata
43,33%
Persentase Ketuntasan
(Sumber : Data primer yang diolah, 2015)
Siklus I
3,04 (76,10)
73,33%
Siklus 2
3,36 (84,10)
86,67%
Berdasarkan tabel 4.2. tersebut
ditunjukan sebelum dilakukan tindakan
maka dapat terlihat adanya peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa memiliki
hasil belajar yang dilihat dari hnilai rata-
persentase sebesar 43,33%, lalu meningkat
rata serta ketuntasan siswa antara sebelum
pada siklus
dan setelah penerapan model pembelajaran
mengalami peningkatan kembali pada
discovery learning dengan menggunakan
siklus II menjadi 86,67%. Untuk nilai rata-
pendekatan
rata kelas juga mengalami peningkatan.
saintifik.
Hal
tersebut
17
I menjadi
73,33% dan
Nilai
rata-rata
sebelum
belajar siswa. Kegiatan diskusi di dalam
pembelajaran
kelas akan memunculkan suatu keaktifan
discovery leraning dengan menggunakan
pada siswa diantara teman sekelompoknya
pendekatan saintifik adalah 2,89 (72,27).
untuk
Kemudian meningkat menjadi 3,04 (76,10)
merumuskan
pada
kelas
argumen, menilai dampak permasalahan
meningkat lagi menjadi 3,36 (84,10) pada
yang ada serta berpikir sebagai upaya
siklus II.
pemecahan
diterapkannya
siklus
kelas
model
I.
Nilai
rata-rata
mengeluarkan
pendapat,
pertanyaan,
menganalisis
masalah
atas
Berdasarkan siklus I dan siklus II
kasus/permasalahan yang diberikan oleh
menunjukkan hasil belajar siswa selalu
guru hal tersebut dapat meningkatkan
mengalami peningkatan pada setiap siklus.
kemampuan berfikir kritis. Kemampuan
Meningkatnya
berfikir
hasil
belajar
siswa
meningkat
akan
dapat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh
eksternal dan faktor internal.
karena itu, model discovery learning
Faktor
eksternal yang mempengaruhi hasil belajar
terbukti
siswa antara lain materi pelajaran yang
kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar
diberikan permasalahan melalui model
siswa.
meningkatkan
meningkatkan
discovery learning dengan menggunakan
pendekatan saintifik, selain itu faktor
SIMPULAN
internal yang mempengaruhi hasil belajar
Simpulan
adalah motivasi atau dorongan yang tinggi
Berdasarkan
hasil
penelitian
dari dalam diri siswa untuk memecahkan
tindakan kelas yang telah dilaksanakan di
permasalahan tersebut
secara bersama-
kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta,
sama, terlihat aktif dan cerdas dengan
analisis data serta pembahasan, maka
teman
dapat disimpulkan bahwa :
sekelompoknya.
Kedua
faktor
tersebut saling mempengaruhi sehingga
1. Implementasi
dengan semangat yang tinggi siswa terlibat
discovery
learning
secara
menggunakan
pendekatan
langsung
dalam
proses
model
pembelajaran
dengan
saintifik
pembelajaran untuk berdiskusi dengan
dapat
teman
memecahkan
berfikir kritis siswa kelas XI IIS I
permasalahan terkait dengan materi yang
SMA Negeri 6 Surakarta pada mata
dipelajari, sehingga membuat siswa lebih
pelajaran
mudah dalam memahami materi pelajaran
diterapkannya
model
yang berdampak pada meningkatnya hasil
discovery
learning
sekelas
untuk
18
meningkatkan
ekonomi.
kemampuan
Sebelum
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
saintifik
Saran
rata-rata capaian kemampuan berfikir
Berdasarkan
simpulan
kritis siswa hanya sebesar 48,50%
implikasi
dengan
memberikan saran sebagai berikut:
kriteria
Setelah
kurang”.
atas,
maka
peneliti
diterapkanya
model
discovery
learning
a. Disarankan guru lebih sering melatih
pendekatan
diri dalam menerapkan model-model
pembelajaran
dengan
“sangat
di
dan
menggunakan
1. Bagi Guru
saintifik pada siklus I, hasil rata-rata
pembelajaran yang inovatif
capaian indikator kemampuan berfikir
dapat
kritis siswa meningkat menjadi 70,00%
dalam proses pembelajaran, sehingga
dengan kriteria “Cukup”, sedangkan
dapat
pada siklus II kemampuan berfikir
berfikir dan hasil belajar siswa. Hal
kritis
mengalami
tersebut dapat dilakukan dengan
peningkatan kembali menjadi 81,50%
keikutsertaan guru dalam kegiatan-
dengan kriteria “Baik”.
kegiatan pelatihan ataupun seminar
siswa
2. Implementasi
juga
model
memacu
meningkatkan
pengembangan
pembelajaran
semangat
agar
siswa
kemampuan
kompetensi
yang
menunjang profesi.
discovery learning dengan pendekatan
saintifik dapat meningkatkan hasil
b. Disarankan kepada guru agar mampu
belajar siswa kelas XI IIS I SMA
meningkatkan motivasi, keaktifan
Negeri 6 Surakarta pada mata pelajaran
dan partisipasi siswa dalam kegiatan
ekonomi. Sebelum diterapkan model
pembelajaran,
pembelajaran ini, nilai rata-rata kelas
pembelajaran dapat bersifat student
siswa
dan
center learning. Hal tersebut dapat
sebesar
dilakukan dengan cara guru mampu
43,33%. Hasil siklus I nilai rata-rata
memilih model pembelajaran yang
kelas siswa meningkat menjadi 3,04
tepat dan efektif, misalnya dengan
(76,10) dan prosentase ketuntasannya
model
sebesar 73,33%, Hasil siklus II nilai
dikolaborasikan dengan pendekatan
rata-rata
saintifik.
adalah
prosentase
2,89
(72,27)
ketuntasannya
kelas
siswa
meningkat
sehingga
discovery
learning
proses
yang
c. Disarankan kepada guru untuk lebih
menjadi 3,36 (84,10) dan prosentase
memahami potensi yang dimilikki
ketuntasannya sebesar 90,00%.
masing-masing siswa dengan baik
serta memberikan apresiasi terhadap
usaha
19
dan
hasil
karya
siswa.
Misalnya
dengan
b. Diharapkan
memberikan
dengan
penggunaan
reward (hadiah), pujian ataupun
model
motivasi-motivasi
kepada
siswa
menyenangkan
yang
selama
proses
keaktifan siswa sepenuhnya akan
belajar-mengajar
berlangsung.
membuat siswa lebih percaya diri
Diharapkan
hal
tersebut
akan kemampuan yang dimilikki
dapat membina hubungan antara
serta berani menyampaikan pendapat
guru dan siswa lebih baik dan dekat,
selama proses pembelajaran.
dilakukan
sehingga
dengan
mampu
menghilangkan
pembelajaran
yang
dan
lebih
melibatkan
c. Adanya sistem pembagian kelompok
rasa takut siswa untuk berpendapat.
yang heterogen diharapkan siswa
d. Tugas yang diberikan kepada siswa
dapat
saling
bekerjasama
untuk
hendaknya tidak hanya bersumber
memecahkan permasalahan dalam
dari soal LKS saja agar siswa
pembelajaran,
mampu
kemampuan berfikir, kemampuan
menggali,
meningkatkan
mengembangkan
kemampuan berfikir, dan mampu
berpendapat
mengembangkan
pendapat orang lain.
ide-ide
siswa
terhadap pemahaman konsep yang
sudah
dipahami
serta
menghargai
3. Bagi Kepala Sekolah
sebelumnya.
a. Menyediakan
fasilitas
(sarana
Misalnya dengan memberikan tugas
prasarana) sumber dan media belajar
untuk
memberikan
yang lebih baik. Seperti pengadaan
tanggapan terhadap isu-isu yang
buku cetak pembelajaran yang lebih
sedang terjadi dan sesuai dengan
update dan bervariasi, penyediaan
materi pembelajaran.
jaringan internet yang dapat di akses
mencari
dan
siswa dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a. Siswa
disarankan
untuk
dapat
b. Mengadakan
pelatihan-pelatihan
menggali informasi yang sebanyak-
ataupun
banyaknya dengan cara melengkapi
peningkatan
sumber
kompetensi yang dimilikki guru.
belajarnya
menjadikan
guru
dan
sebagai
tidak
satu-
seminar
c. Melakukan
dan
dalam
upaya
pengembangan
pengawasan
secara
satun
SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI
KELAS XI IIS I SMA NEGERI 6 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Yun Ismi Wulandari, Sunarto, dan Salman Alfarisy Totalia *
*Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta
tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran discovery learning dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS I SMA
Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 siswa. Sumber data
berasal dari guru, siswa dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu (a)
observasi, (b) tes, (c) dokumentasi, (d) wawancara. Teknik untuk keabsahan data digunakan
triangulasi sumber data dan teknik. Teknik Analisis data yang digunakan adalah analisis
komparatif, analisis kuantitatif sederhana dan kualiatatif. Prosedur penelitian meliputi tahap
(a) perencanaan, (b) tindakan, (c) observasi, (d) refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran dengan penerapan model discovery
learning dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berfikir
kritis dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I kemampuan berfikir kritis siswa
ditinjau dari indikator-indikator kemampuan berfikir kritis meningkat 22,83% (presentase
prasiklus yaitu 47,17% dan 70,00% pada siklus I). Hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan yaitu sebesar 11,83% (nilai rata-rata hasil belajar pra siklus 72,27 (2,89) dan
siklus I 3,36 84,10 (3,36) dengan presentase ketuntasan yang meningkat 30% (presentase
ketuntasan prasiklus sebesar 43,33% dan 73,33% pada siklus I). Pada siklus II kemampuan
berfikir kritis siswa terus mengalami peningkatan, terbukti kemampuan berfikir siswa ditinjau
dari indikator-indikator kemampuan berfikir kritis meningkat 11,50% (presentase siklus I
sebesar 70,00% dan siklus II sebesar 81,50%). Hasil belajar siswa pada siklus II juga
mengalami peningkatan yaitu sebesar 8% dan presentase ketuntasan meningkat 13,34%
(presentase siklus I 73,33 dan siklus II 86,67%). Simpulan penelitian ini adalah penerapan
model discovery learning dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa pada pelajaran Ekonomi kelas XI IIS I
SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata kunci : Discovery Learning, pendekatan saintifik, kemampuan berfikir kritis, hasil
belajar.
1
ABSTRACT
The purpose of this research is to improve critical thinking skills and students
learning outcomes of economic subject at class XI IIS I of Senior High School 6 Surakarta in
academic year of 2014/2015 with the implementation of discovery learning Model by using
scientific approach. The subjects were students of class XI IIS 1 of Senior High School 6
Surakarta in the academic year of 2014/2015 with 30 students. Sources of data derived from
the teachers, students, and documents. The technique of data collection used are (a)
Observation, (b) Test, (c) documentation, (d) interviews. Techniques for the validity of the
data used triangulation of data sources and triangulation tec hniques. Comparative analysis,
simple quantitative and qualitative analysis is used for analyzing the data. The procedures of
this research are (a) planning, (b) action, (c) observation, (d) reflection.
Based on the research results, the learning process with the implementation of
discovery learning model by using scientific approach can improve critical thinking skills and
learning outcomes of the students. It depends on the critical thinking skills cycle according to
the indicators. These indicators increase 22,83 % (pre cycle percentage 47,17% and 70,00%
on the first cycle). The students learning outcomes also increased 11,83% (the pre cycle
average points 72,27 (2,89) and the first cycle 3,36 84,10 (3,36)) by the completeness
presentation 30% (the pre-cycle completeness percentage is 43,33% and 73,33% on the first
cycle). On the cycle II, the critical thinking skills of students continue to increase, it can be
seen that the critical thingking indicator increase 11,50% (the first cycle percentage is 70,00
% and second cycle is 81,50%. Student learning outcomes on cycle II is also increased 8%
and the completeness percentage is 13,34% (the first cycle percentage 73,33 and second cycle
86,67%). The conclusion of this research is the implementation of Discovery Learning Model
by using scientific approach can improve students’ critical thinking skills and learning
outcomes in Economics subject at class XI IIS I of Senior High School 6 Surakarta, in the
academic year of 2014/2015.
Key words: Discovery Learning, Scientific Approach, Critical Thinking Skills, Learning
Outcomes.
sistem
PENDAHULUAN
pendidikan
nasional
pasal
1
menyebutkan bahwa:
Berkembangnya arus globalisasi
pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Bisa dilihat dari pengertian
Republik
pendidikan yang telah dijelaskan dan
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
tercantum dalam Undang-Undang tersebut,
menuntut semua aspek kehidupan untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Untuk mampu menyesuaikan diri dan
berkompetisi dengan perubahan zaman
tersebut diperlukan sumber daya manusia
yang handal
dan
berkualitas.
Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia
dapat
dilakukan
Menurut
melalui
Undang-undang
2
diharapkan
melalui
pendidikan
dihadapi serta mampu untuk menjawab
suatu
tuntutan masa depan.
negara dapat menciptakan, menghasilkan
Kualitas
dan membina insan-insan yang mampu
berkompetisi
dengan
pembelajaran
perkembangan
dan
juga
keberhasilan
dipengaruhi
oleh
zaman, serta mempunyai kemampuan
kompetensi dan ketepatan guru memilih
bukan hanya kecerdasan intelektual tetapi
serta menggunakan model pembelajaran.
juga kemampuan kecerdasan emosional
Model
dan spiritual yang bermanfaat untuk
perencanaan
dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan
digunakan
negara. Oleh karena itu, merupakan hal
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
yang
lebih
Guru dapat memilih model pembelajaran
memperhatikan kualitas pendidikan agar
yang sesuai dengan karakteristik siswa,
dapat menciptakan sumber daya manusia
materi pembelajaran, serta sarana dan
yang berkualitas.
prasarana yang tersedia. Setiap model
logis
bila
kita
harus
Pembelajaran
sebagai
pembelajaran
Di dalam proses pembelajaran
atau
yang
suatu
pola
pedoman
akan
yang
dalam
digunakan
memiliki
dan siswa. Interaksi yang terjadi dapat
sehingga guru dituntut memiliki kreativitas
diartikan sebagai interaksi yang bernilai
yang tinggi untuk dapat memilih dan
edukatif yang diarahkan pada pencapaian
menerapkan model pembelajaran yang
tujuan yang telah ditentukan. Di dalam
sesuai dengan keadaan siswa dan tujuan
proses pembelajaran guru dituntut untuk
pembelajaran yang hendak dicapai.
hanya
sekedar
dan
suatu
terdapat interaksi yang erat antara guru
tidak
kelebihan
adalah
kekurangan,
Kenyataan yang terjadi, masih
menyampaikan
yang
terdapat guru yang belum mampu memilih
dimilikkinya kepada siswa, melainkan
dan menggunakan model pembelajaran
sebuah
kegiatan
siswa
yang tepat dan efektif. Kebanyakan model
untuk
membangun
pengetahuannya
pembelajaran yang digunakan guru adalah
sendiri, mampu untuk mengaktifkan siswa
model pembelajaran konvensional dengan
sehingga
belajar
metode ceramah. Tidak ada yang salah
meningkat. Mengajar seharusnya adalah
dengan model dan pembelajaran ini, hanya
kegiatan mengajak siswa untuk berfikir,
saja dengan model ini siswa kurang
sehingga melalui kemampuan berfikir
menampakkan aktivitas yang aktif selama
akan membentuk siswa yang cerdas dan
proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan
mampu untuk memecahkan masalah yang
dengan kurang terlihatnya partisipasi siswa
informasi
atau
pengetahuan
pemberdayaan
kemauan
untuk
serta jarang terjadi interaksi aktif antara
3
guru dengan siswa maupun siswa dengan
pendidikan
siswa, sehingga hasil belajar siswa juga
pelajaran tersendiri. Pola pemikiran dalam
kurang optimal.
pelajaran ekonomi menggunakan logika
Dalam rangka meningkatkan hasil
belajar
siswa,
guru
juga
menengah
sebagai
mata
dan penalaran. Mata pelajaran ekonomi
perlu
adalah mata pelajaran yang kebanyakan
mengevaluasi, mengembangkan kreativitas
materi
dan terus berinovasi dalam menata desain
dengan kehidupan nyata sehari-hari. Untuk
pembelajaran yang dilakukan. Dengan
itu, siswa tidak boleh hanya diajarkan
adanya
yang
untuk mengandalkan kekuatan hafalan
dilakukan diharapkan dapat memberikan
tetapi siswa harus diajarkan untuk mampu
kemajuan
siswa.
berfikir, membuat pilihan secara rasional
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dan mampu menggunakan konsep ilmu
setelah mengikuti proses pembelajaran
Ekonomi untuk menganalisis persoalan
diharapkan
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
inovasi
dan
dalam
perbaikan
pola
dapat
pikir
berdampak
pada
didalamnya
sangat
berkaitan
kemampuan berfikir siswa. Kemampuan
Hasil observasi peneliti di kelas
berfikir siswa yang semakin kritis akan
XI IIS I pada proses pembelajaran mata
menjamin
yang
pelajaran ekonomi menunjukkan proses
lama
pembelajaran
diperoleh
ilmu
akan
pengetahuan
bertahan
lebih
yang
berlansung
sudah
sehingga akan berdampak pada hasil
menggunakan pendekatan saintifik, namun
belajar siswa yang semakin meningkat.
dalam
SMA
Negeri
6
Surakarta
pengaplikasiannya
menggunakan
metode
guru
jarang
diskusi
dan
merupakan salah satu Sekolah Menengah
kalaupun
Atas yang berada di bawah Departemen
menginstruksikan
Pendidikan
jenjang
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dari
pendidikan menengah di kota Surakarta
guru saja. Prosedur pembelajaran seperti
yang sudah menggunakan kurikulum 2013,
mengamati,
sehingga
sudah
mengumpulkan dan mengolah informasi
disesuaikan dengan kurikulum 2013. SMA
serta mengkomunikasikan juga belum
Negeri 6 Surakarta mengajarkan tiga
terlaksana sepenuhnya. Sehingga, proses
disiplin ilmu, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa.
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan
masih belum diimplementasikan secara
pada disiplin ilmu IPS di sekolah ini
sempurna oleh guru.
Nasional
pada
pembelajarnnyapun
adalah mata pelajaran ekonomi. Mata
berdiskusi
siswa
mengajukan
Kondisi
pelajaran ekonomi diberikan pada tingkat
hanya
kelas
sebatas
untuk
pertanyaan,
saat
kegiatan
belajar mengajar masih sering pasif. Sulit
4
untuk terjadinya interaksi aktif baik antar
mengenai materi ekonomi yang begitu
siswa maupun antara siswa dengan guru.
susah, penuh dengan hapalan dan pada
Tidak semua siswa memperhatikan saat
akhirnya
ini
guru menjelaskan di depan kelas, terdapat
perolehan
hasil
siswa yang ramai, bercanda dengan teman
maksimal. Siswa hanya diajarkan materi
sebangku,
dengan
tidur-tiduran,
bermain
cara
akan
mempengaruhi
belajar
yang
menghapal
tidak
saja
tanpa
memahami
dan
handphone hingga bahkan mengerjakan
diajarkan
tugas
menemukan konsep pemikirannya sendiri,
mata
pelajaran
disebakan karena
menggunakan
lain.
Hal
guru masih
model
ini
sering
sehingga
pembelajaran
untuk
kemampuan
siswa
hanya
berbatas pada hapalan yang menyebabkan
konvensional dengan ceramah sehingga
kemampuan berfikir mereka rendah.
pembelajaran yang berlangsung kurang
Dari hasil observasi di kelas XI
efektif dan monoton. Sangat sedikit siswa
IIS I diperoleh hasil yang menunjukan
yang berani menjawab permasalahan yang
kurang berhasilnya pembelajaran Ekonomi
diajukan, siswa hampir tidak pernah
dimana siswa mempunyai kemampuan
bertanya pada saat kegiatan pembelajaran
berfikir kritis yang sangat kurang sekali
berlangsung, siswa tidak berani untuk
dengan
berpendapat dan menawarkan solusi dari
berfikir kritis yang hanya sebesar 48,50%.
permasalahan yang ditemukan hingga
Dengan kemampuan berfikir kritis yang
tidak
mampu
sangat kurang menyebabkan hasil belajar
menyimpulkan hasil pembelajaran. Hal
kurang optimal. Dari nilai ulangan harian
tersebut dapat dijadikan indikator bahwa
siswa sebanyak 57,67% siswa di kelas XI
kemampuan berfikir siswa masih rendah.
IIS I mempunyai nilai yang masih berada
Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan
dibawah KKM dimana KKM pelajaran
yang diterima siswa sangat mudah hilang,
Ekonomi
dan bersifat hapalan semata.
begitu, masalah yang terjadi pada kelas XI
adanya
siswa
yang
rata-rata
capaian
kemampuan
sebesar 3,00 (75).
Dengan
diterapkan
IIS I Surakarta yang paling penting dan
guru belum mampu untuk menumbuhkan
harus untuk dicarikan solusinya adalah
dan mengembangan keterampilan berfikir
hasil
kritis.
keberhasilan dan kemampuan berfikir
Pembelajaran
Hal
yang
tersebut
dikarenakan
belajar
yang
belum
mencapai
kritis siswa yang masih rendah.
penyampaian materi yang dilakukan guru
masih kurang inovatif, monoton dan belum
Berdasarkan permasalahan yang
melibatkan peran siswa secara penuh,
timbul dan untuk mewujudkan harapan
sehingga banyak anggapan negatif siswa
yang ingin dicapai dalam pembelajaran
5
ekonomi maka dibutuhkan suatu model
merumuskan
pembelajaran
Pengetahuan
yang
sendiri
penemuannya.
tepat
mengatasi
tersebut.
Model
belajar penemuan menunjukkan beberapa
pembelajaran yang dapat meningkatkan
kebaikan yaitu, pengetahuan itu bertahan
berfikir kritis dan hasil belajar siswa sesuai
lama atau lebih mudah diingat bila
dengan pendekatan saintifik salah satunya
dibandingkan dengan pengetahuan yang
adalah model discovery learning.
dipelajari dengan cara-cara lain, hasil
permasalahan
Pembelajaran dengan pendekatan
belajar
yang
diperoleh
penemuan
dengan
mempunyai
efek
saintifik adalah proses pembelajaran yang
transfer yang lebih baik dan secara
dirancang agar siswa aktif mengonstruk
menyeluruh
konsep,
meningkatkan
hukum
atau
prinsip
melalui
tahapan-tahapan mengamati, merumuskan
belajar
penemuan
penalaran
siswa
dapat
dan
kemampuan untuk berpikir secara kritis.
masalah, mengajukan dan merumuskan
Dipilihnya
model
pembelajaran
hipotesis, mengumpulkan data dengan
discovery learning dengan
berbagai
data,
saintifik karena model ini memberikan
menarik kesimpulan, mengomunikasikan
kesempatan bagi siswa untuk berpikir,
konsep,
menemukan,
teknik,
hukum
ditemukan.
menganalisis
atau
prinsip
Pendekatan
yang
pendekatan
berpendapat,
dan
saling
saintifik
bekerja sama melalui aktivitas belajar
dimaksudkan untuk memberi pemahaman
secara ilmiah, sehingga dapat melatih dan
kepada siswa dalam mengenal, memahami
meningkatkan kemampuan berfikir kritis
berbagai materi menggunakan pendekatan
dan
ilmiah dan informasi bisa berasal dari
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep
mana saja, kapan saja, tidak bergantung
penting yang nantinya akan berdampak
pada guru saja. Oleh karena itu kondisi
pada peningkatan hasil belajar.
pembelajaran diarahkan untuk mendorong
Berdasarkan
pemecahan
masalah
uraian
serta
yang
siswa dalam mencari tahu dari berbagai
disampaikan di atas maka penulis tertarik
sumber
melakukan penelitian dengan judul :
melalui observasi, dan bukan
“Implementasi
hanya diberi tahu dari guru saja.
Model
Learning
pembelajaran
merupakan
suatu
Model
Discovery
Discovery
Learning Dengan Pendekatan Saintifik
rangkaian
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
kegiatan belajar yang melibatkan secara
Berfikir Kritis Dan Hasil belajar Siswa
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
mencari dan menyelidiki secara sistematis,
IIS I SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
Pelajaran 2014/2015”.
6
Model pembelajaran discovery
learning atau yang dikenal dengan belajar
penemuan dikemukakan oleh seorang ahli
yang bernama Bruner. Bruner dalam Wilis
(2006) menyatakan bahwa:
Belajar penemuan dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang
baik
dalam
pembelajaran
discovery learning ini, peserta
didik berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya
dan menghasilkan pengetahuan
yang benar-benar bermakna.
Belajar penemuan peserta didik
belajar melalui partisipasi secara
aktif dengan konsep dan prinsipprinsip agar mereka dianjurkan
untuk memperoleh pengalaman
dan melakukan eksperimen yang
mengizinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip
itu
sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh itu
bertahan lama atau lebih mudah
diingat
bila
dibandingkan
pengetahuan
yang dipelajari
dengan cara-cara lain. Hasil
belajar penemuan mempunyi efek
transfer yang lebih baik daripada
hasil belajar lainnya. Dengan kata
lain, konsep-konsep dan prinsipprinsip yang dijadikan milik
kognitif seseorang lebih mudah
diterapkan pada situasi-situasi
baru. Secara menyeluruh belajar
penemuan
meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk
berpikir secara bebas. Belajar
penemuan melatih ketrampilan
kognitif peserta didik untuk
menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang
lain. Bruner juga mengemukakan
bahwa
Belajar
penemuan
membangkitkan
keingintahuan
peserta didik, memberi motivasi
untuk bekerja terus sampai
menemukan
jawaban-jawaban
(hlm. 79).
TINJAUAN PUSTAKA
Model
Pembelajaran
Discovery
Learning
Pembelajaran
menjadi
lebih
bermakna ketika siswa mengeksplorasi
lingkungan-lingkungan
mereka
pembelajaran
dibandingkan
mendengarkan
guru.
secara
Menurut
pasif
Anitah
(2009), “Belajar penemuan atau discovery
learning merupakan suatu pembelajaran
yang melibatkan peserta didik dalam
pemecahan masalah untuk pengembangan
pengetahuan dan keterampilan” (hlm. 55).
Diharapkan
melalui
penemuan
dalam
pembelajaran, siswa belajar secara intensif
dengan
mengikuti
metode
investigasi
ilmiah atau dengan pendekatan ilmiah.
Sehingga kegiatan pembelajaran dirancang
dan dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan ilmiah.
Bruner
(Schunk,
2012)
mengemukakan bahwa:
Belajar menemukan (discovery
learning)
mengacu
pada
penguasaan pengetahuan untuk
diri sendiri. Belajar penemuan
melibatkan arahan guru untuk
mengatur aktivitas-aktivitas yang
dilakukan siswa seperti mencari,
mengolah,
menelusuri
dan
menyelidiki. Siswa mempelajari
pengetahuan baru yang relevan
dengan
bidang
studi
dan
ketrampilan-ketrampilan masalah
umum seperti memformulasikan
aturan, menguji hipotesis dan
mengumpulkan informasi (hlm.
372).
7
Model
pembelajaran
ini
Kelima langkah-langkah model
memungkinkan para siswa menemukan
pembelajaran discovery learning menurut
sendiri informasi yang diperlukan untuk
Sri Anitah tersebut, dapat dijelaskan
mencapai tujuan intruksioanal. Hal ini
sebagai berikut:
berimplikasi
1.
terhadap
peranan
guru
Identifikasi masalah, pada tahap ini
sebagai penyampaian informasi ke arah
guru memberikan kesempatan kepada
peran guru sebagai pengelola interaksi
siswa
belajar mengajar di kelas.
mengumpulkan
Penerapan
model
mencari
informasi,
mencari
sebanyak
dan
mungkin
masalah yang berhubungan dengan
discovery
learning menuntut siswa lebih aktif untuk
membaca,
untuk
tema yang akan dipelajari.
serta
2.
Mengembangkan solusi, pada tahap
pengetahuan untuk pemecahan masalah
ini siswa diajak untuk membuat suatu
yang diberikan guru. Sehingga siswa
hipotesis atas masalah yang telah
mempunyai pengetahuan, ingatan dan
ditentukan sebelumnya.
pemahaman
terhadap
materi
yang
3.
Pengumpulan data, pada tahap ini
dipelajari jauh lebih lama dibandingkan
guru memberikan waktu kepada siswa
dengan
untuk
siswa
memperoleh
informasi
hanya dari guru.
mengumpulkan
data
yang
terkait dengan masalah. Data tersebut
Sistem pembelajaran discovery
bisa dari observasi langsung, internet,
learning, guru tidak langsung menyajikan
buku, eksperimen, ataupun sumber-
bahan pelajaran, akan tetapi siswa diberi
sumber yang lain.
kesempatan
untuk
persoalan
menemukan
dengan
suatu
4.
menggunakan
tahap ini siswa menganalisis data hasil
pendekatan problem solving.
Menurut
Pembelajaran
mempunyai
Anitah
temuannya,
(2009)
discovery
learning
langkah-langkah
sebagai
itu
mengembangkan
data
diuji
hipotesis
dan
setelah
ada
disimpulkan.
5.
3.
4.
5.
lalu
pernyataan pendukung data. Setelah
berikut :
1.
2.
Analisis dan intepretasi data, pada
Identifikasi masalah
Mengembangkan
kemungkinan
solusi
(hipotesis)
Pengumpulan data
Analisis dan interpretasi data
Uji kesimpulan (hlm. 57).
Uji
kesimpulan,
kesimpulan dari siswa, muncullah data
baru
dan
ditahap
ini
dilakukan
pengujian terhadap hasil kesimpulan.
Jika
terjadi
kekurangan
dapat
dilakukan revisi kesimpulan tersebut.
8
(2013)
dari yang konkret ke abstrak, atau
Model pembelajaran discovery learning
dari tahap enaktif, ikonik sampai
memilikki dua langkah operasional yang
ke simbolik.
Menurut Kemendikbud
harus
dilaksanakan
yaitu
g) Melakukan penilaian proses dan
langkah
persiapan dan pelaksanaan.
hasil belajar siswa.
1) Langkah Persiapan
2) Pelaksanaan
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan
Tahap
identifikasi
discovery
karakteristik siswa
Kementerian
pelaksanaan
learning
model
menurut
Pendidikan
dan
c) Memilih materi pelajaran
Kebudayaan
d) Menentukan topik yang harus
beberapa langkah yaitu Stimulation
dipelajari siswa secara induktif.
e) Mengembangkan
terdiri
dari
Problem statement; Data collection;
bahan-bahan
Verification; Generalization. Langkah
ajar.
f)
(2013)
ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Mengatur topik-topik pelajaran
dari yang sederhana ke kompleks,
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Discovery Learning
Tahap
Pelaksanaan
Stimulation
Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
(stimulasi/pemberian kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
rangsangan)
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Problem statement Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
(pernyataan/identifi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
kasi masalah)
agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
Data collection
Ketika eksplorasi berlangsung guru memberi kesempatan kepada para
(Pengumpulan
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
Data)
relevan. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik
diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
Data Processing
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
(Pengolahan Data) yang telah diperoleh para siswa lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, semuanya diolah, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
9
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Verification bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, pemahaman melalui contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
Generalization
Tahap generalisasi adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
(menarik
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
kesimpulan/
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
generalisasi)
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
(Sumber: Kemendikbud, 2013)
Secara garis besar, discovery
atau saintifik diyakini sebagai titian emas
Verification
(Pembuktian)
mempunyai
dapat
perkembangan dan pengembangan sikap,
mengembangkan potensi intelektual siswa,
keterampilan, dan pengetahuan peserta
meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan
didik (Kemendikbud, 2013). Jadi, dengan
memotivasi siswa untuk terus berusaha
diterapkannya
menemukan
pendekatan saintifik dapat membentuk dan
learning
melatih
kelebihan
sesuatu
sampai
keterampilan
ketemu,
memecahkan
mengembangkan
persoalan sendiri dan melatih siswa untuk
dapat
mengumpulkan,
mengolah
pembelajaran
sikap,
dengan
keterampilan
berfikir dan juga hasil belajar siswa.
dan
Daryanto (2014) mengemukakan
menganalisa data sendiri. Sehingga pada
pembelajaran dengan pendekatan scientific
proses pembelajaran
adalah
ekonomi
dengan
proses
menggunakan model discovery learning
dirancang
diharapkan
membangun
dapat
mengembangkan
kritis
siswa
menghadapi
melatih
kemampuan
untuk
dan
terampil
mencari
dan
agar
pembelajaran
yang
siswa
aktif
konsep,
secara
prinsip
melalui
berfikir
tahapan seperti mengamati, merumuskan
dalam
masalah, mengajukan atau merumuskan
solusi
hipotesis,
mengumpulkan
data,
permasalahan-permasalahan ekonomi yang
menganalisis data, menarik kesimpulan
dijumpai
dan mengomunikasikan konsep, hukum
dalam
proses
pembelajaran
atau prinsip yang “ditemukan”. Sehingga
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
dapat
dengan
Pendekatan Saintifik
Pembelajaran merupakan proses
ilmiah.
Karena
itu
kurikulum
dipahami
bahwa
pendekatan
pembelajaran
saintifik
akan
memberikan pemahaman kepada siswa
2013
dalam
mengenal,
memahami
materi
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah
dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan
dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah
saintifik
10
juga
dapat
memberikan
bahwa
4) Dapat mengembangkan karakter siswa
informasi yang diperoleh tidak hanya
Dari karakteristik pembelajaran
berasal dari guru tetapi juga dapat berasal
yang dikemukakan di atas, dapat diketahui
dari berbagai sumber melalui observasi.
bahwa pendekatan saintifik sangat relevan
pemahaman
kepada
Menurut
siswa
Daryanto
(2014)
untuk mewujudkan pembelajaran aktif
pembelajaran
dengan
menggunakan
dimana pembelajaran berpusat pada siswa.
pendekatan
saintifik
mempunyai
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
karakteristik sebagai berikut:
dapat melibatkan keaktifan siswa karena
1) Berpusat pada siswa.
siswa diajarkan belajar sambil berbuat
2) Melibatkan keterampilan proses sains
dalam
dalam
mengkonstruksi
proses-proses
siswa
intelek,
jawaban
atas
juga
akan
berkembang
dan
meningkat menjadi lebih baik.
kognitif
Menurut Hosnan (2014) kegiatan
yang potensial dalam merangsang
perkembangan
mencari
masalah, sehingga kemampuan berfikir
konsep,
hukum, atau prinsip.
3) Melibatkan
rangka
dalam pembelajaran dengan pendekatan
khususnya
saintifik adalah sebagai berikut :
keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Tabel 2.2. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik
Kegiatan
Aktivitas Belajar
Mengamati (observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa
dengan alat).
Menanya (questioning) Mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang
bersifat hiptesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan
mandiri (menjadi suatu kebiasaan).
Pengumpulan data
Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan,
(experimenting)
menentukan sumber data, dokumen, buku, eksperimen),
mengumpulkan data.
Mengasosiasikan
Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan
(associating)
hubungan data/ kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data;
dimulai dari unstructured- uni structured- multistructuredcomplicated structured.
Mengomunikasikan
Menyampaikan hasil konseptual dalam bentuk lisan, tulisan,
diagram, bagan, gambar, atau media lainnya
(Sumber: Hosnan, 2014)
yang
Berfikir Kritis
saksama”
(hlm.
95).
Menurut
Menurut Trianto (2010), “berpikir
Sanjaya (2006), berfikir adalah proses
adalah kemampuan untuk menganalisis,
mental seseorang yang lebih dari sekedar
mengkritik, dan mencapai kesimpulan
mengingat
berdasar pada inferensi atau pertimbangan
sebagai
11
dan
memahami.
Berpikir
suatu
kemampuan
mental
seseorang
yang
lebih
dari
sekedar
adalah (1) suatu sikap mau berfikir secara
mengingat dan memahami. Keterampilan
mendalam tentang masalah-masalah dan
berfikir dapat dibedakan menjadi beberapa
hal-hal yang berda dalam jangkauan
jenis, Isjoni (2009) menyatakan bahwa
pengalaman seseorang; (2) pengetahuan
“ada empat keterampilan berfikir, yaitu
tentang metode-metode pemeriksaan dan
menyelesaikan masalah (problem solving),
penalaran yang logis; dan (3) semacam
membuat keputusan (decision making),
suatu keterampilan untuk menerapkan
berfikir kritis, dan berfikir kreatif yang
metode-metode tersebut (hlm. 3). Menurut
semuanya
keterampilan
Lin & Lee (2013) “critical thingking is a
berfikir tinggi yang meliputi aktifitas
high-level thinking skills course. Skills,
analisis,
attitudes and knowledge elements and by
merupakan
sintesis,
dan
keterampilan
evaluasi.
questioning,
Menurut
reconstruction process can help learners
kritis berbeda dengan
get the ability to solve the problem, a
berpikir. Berpikir kritis merupakan proses
reasonable judgment action based on a
berpikir
intelektual
pemikir
reasonable life” (hlm.53). (Berfikir kritis
dengan
sengaja
kualitas
adalah
berpikir
pemikirannya.
pemikiran
dalam
liberation,
Sari
(2012),
Bhisma
instrospection,
dimana
menilai
Pemikir
program
keterampilan
berfikir
menggunakan
tingkat tinggi. Keterampilan, sikap dan
yang reflektif, independen,
unsur pengetahuan meningkat dengan
jernih, dan rasional. Berfikir kritis dapat
proses
diartikan sebagai kemampuan yang sangat
pembebasan, proses rekonstruksi dapat
essensial untuk kehidupan, pekerjaan dan
membantu
berfungsi efektif dalam semua aspek
kemampuan untuk memecahkan masalah,
kehidupan lainnya. Masek dan Yamin
tindakan
penyimpulan
(2011: 217) menyatakan, Critical thinking
kehidupan
sehari-hari).
is in the family of higher order thinking
dimaksudkan sebagai berfikir yang benar
skills,
dalam pencarian pengetahuan yang relevan
along
with
creative
thinking,
mempertanyakan,
siswa
instropeksi,
mendapatkan
berdasarkan
Berfikir
kritis
dan reliabel dalam kehidupan nyata.
problem solving, and decisson making
Menurut
(Facione, 1990). (Berpikir kritis adalah
Dike
(2010),
termasuk dalam keterampilan berpikir
kemampuan berpikir kritis terdapat 3
tingkat tinggi, bersama dengan berpikir
aspek
kreatif,
masalah, menilai dan mengolah informasi
pemecahan
masalah,
dan
yakni
pengambilan keputusan). Berfikir kritis
berhubungan
menurut Glaser dalam Fisher (2009)
masalah/
12
definisi
dengan
membuat
dan
klarifikasi
masalah,
kesimpulan
solusi
dan
memecahkan.
Melalui
model
ini
b) Peserta didik mampu menilai
diharapkan kemampuan berpikir kritis
dampak atau konsekuensi.
siswa dapat meningkat sehingga nantinya
siswa
memiliki
kecakapan
keterampilan
dalam
hidup.
c) Peserta
dan
didik
mampu
memprediksi konsekuensi lanjut
Hasil
dari dampak kejadian.
pengembangan kemampuan berpikir kritis
3) Solusi
Masalah/
Membuat
akan meningkatkan peserta didik untuk
Kesimpulan dan memecahkan
mampu mengakses informasi dan definisi
a) Peserta didik mampu menjelaskan
masalah berdasarkan fakta dan data akurat.
permasalahan
Selain itu, siswa juga akan mampu
kesimpulan sederhana.
menyusun dan merumuskan pertanyaan
serta
menghargai
membuat
b) Peserta didik merancang sebuah
secara tepat, berani mengungkapkan ide,
gagasan
dan
solusi sederhana.
perbedaan
c) Peserta
didik
mampu
pendapat. Melalui berpikir kritis siswa
merefleksikan nilai atau sikap dari
akan memilikki kesadran kognitif sosial
peristiwa.
dan
Berdasarkan pendapat tersebut,
berpartisipasi
aktif
dalam
bermasyarakat.
Dike
penelitian
ini
mengambil
tiga
aspek
kemampuan berfikir kritis yang akan
(2010) mengemukakan
indikator
dijadikan acuan dalam penelitian. Aspek
kemampuan berpikir kritis adalah sebagai
definisi dan klarifikasi masalah, peneliti
berikut :
menggunakan sub indikator (c) Membuat
1) Definisi dan Klarifikasi Masalah
dan merumuskan pertanyaan secara tepat
bahwa
aspek
dan
sub
(critical
a) Mengidentifikasi isu-isu sentral
informasi
atau pokok-pokok masalah.
(a)
perbedaan.
dan
yang
Aspek
menilai
berhubungan
dengan
masalah, peneliti menggunakan indikator
b) Membandingkan kesamaan dan
c) Membuat
question).
menemukan
peristiwa,
merumuskan
(b)
sebab-sebab
menilai
kejadian
dampak
atau
pertanyaan secara tepat (critical
konsekuensi
kejadian,
dan
(c)
question).
memprediksi
konsekuensi
lanjut
dari
dampak
2) Menilai Informasi yang Berhubungan
kejadian
dengan
cara
dengan Masalah
mengobservasi (melaksanakan diskusi).
a) Peserta didik menemukan sebab-
Aspek
kesimpulan
sebab kejadian permasalahan.
solusi
peneliti
masalah/membuat
menggunakan
indikator (a) menjelaskan permasalahan
13
dan
membuat
kesimpulan
sederhana.
hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
Indikator kemampuan berpikir kritis yang
menyelesaikan materi pelajaran tertentu.
digunakan dalam penelitian ini tidak sama
Menurut Purwanto (2013) “Hasil belajar
persis dengan teori yang dikemukakan
merupakan
Dike karena disesuaikan dengan materi
akibat belajar” (hlm. 34). Perubahan itu
permasalahan yang dihadapi siswa.
diupayakan dalam pembelajaran untuk
perubahan
perilaku
siswa
mencapai tujuan yang ditentukan. Setiap
proses belajar mempengaruhi perubahan
Hasil Belajar
Dalam
suatu
pembelajaran
perubahan
akan
yang
Perubahan
terjadi
yang
aktivitas
perilaku pada tertentu pada diri siswa,
menghasilkan
tegantung perubahan
pada
terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan.
dimaksud
siswa.
adalah
Penilaian
yang diinginkan
hasil
belajar
siswa
perubahan berupa pengetahuan, sikap dan
merupakan sesuatu yang sangat penting
ketrampilan.
dan strategis
Perubahan
yang
terjadi
dalam
kegiatan belajar
merupakan penyempurnaan dari hasil yang
mengajar. Dengan penilaian hasil belajar
telah dicapai siswa sebelumnya. Hasil dari
dapat
proses pembelajaran sering disebut sebagai
keberhasilan
hasil belajar. Hasil belajar menunjukkan
kompetensi
kemampuan
diajarkan oleh guru.
siswa
setelah
mengikuti
diketahui
proses pembelajaran
Sudjana
seberapa
siswa
atau
dalam
materi
besar
menguasai
yang
telah
Permendikbud No. 104 Tahun
(2014)
2014
berpendapat
Menyatakan
“Kurikulum
2013
bahwa hasil belajar adalah kemampuan
mempersyaratkan penggunaan penilaian
yang dimilki siswa setelah ia menerima
autentik.
pengalaman belajarnya. Menurut Howard
assessment) merupakan cerminan nyata
Kingsley (Sudjana, 2014) membagi tiga
dari kondisi pembelajaran siswa. Penilaian
macam
1)
otentik merupakan proses pengumpulan
2)
informasi oleh guru tentang perkembangan
hasil
keterampilan
belajar,
dan
yakni:
kebiasaan,
Penilaian
otentik
(authentic
pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan
dan
cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar
dilakukan oleh siswa melalui berbagai
tersebut diisi dengan bahan yang telah
teknik
ditetapkan dalam kurikulum.
membuktikan, dan menunjukkan secara
dapat
Proses
belajar
terlepas
dari
tentunya
suatu
pencapaian
yang
pembelajaran
dapat
yang
mengungkapkan,
tidak
tepat bahwa tujuan pembelajaran sudah
penilaian.
tercapai. Penilaian autentik merupakan
Penilaian pada siswa dapat dilihat dari
penilaian
14
yang
dilakukan
secara
komprehensip mulai dari masukan, proses,
akhir siklus. (2) Guru, Sumber data guru
dan
keluaran
pembelajaran
sehingga
diperoleh dari hasil observasi dan langkah-
menggambarkan
sikap,
langkah penerapan model pembelajaran
yang
discovery learning dengan pendekatan
dimilikki siswa. Berbagai teknik dan
saintifik yang diterapkan oleh guru serta
bentuk penilaian yang digunakan dalam
dengan
assessmen kelas menurut Suwandi (2009)
Dokumen, Sumber data dokumen berupa
antara lain adalah penilaian tes, penilaian
nama siswa, hasil belajar atau daftar nilai
kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek,
siswa kelas XI IIS I SMA Negeri 6
dan penilaian portofolio.
Surakarta pada mata pelajaran ekonomi.
mampu
keterampilan
dan
pengetahuan
wawancara.
(3)
Data
dan
Teknik pengumpulan data yang
akan
METODE PENELITIAN
digunakan
adalah
observasi,
Penelitian ini termasuk dalam
wawancara, tes dan dokumentasi. Uji
penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek
Validitas data yang digunakan adalah
penelitian adalah siswa kelas XI IIS I
dengan
SMA Negeri 6 Surakarta tahun ajaran
data. Analisis
2014/2015 yang berjumlah 30 siswa yang
analisis
terdiri dari 16 siswa perempuan dan 14
kuantitatif sederhana dan analisis data
siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah
kualitatif.
triangulasi
teknik dan sumber
yang digunakan adalah
komparatif,
analisis
data
proses pembelajaran menggunakan model
discovery learning dengan pendekatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sainfifik, kemampuan berfikir kritis siswa
Penelitian
tindakan
kelas
ini
serta hasil belajar siswa setelah penerapan
bertujuan
model pembelajaran.
kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar
Sumber data yang digunakan
siswa
untuk
melalui
meningkatkan
penerapan
model
dalam penelitian ini adalah data yang
pembelajaran Discovery Learning dengan
bersal dari : (1) Siswa, Sumber data dari
pendekatan saintifik pada mata pelajaran
siswa
Ekonomi kelas XI IIS I SMA Negeri 6
diperoleh
dari
hasil
observasi
aktivitas siswa saat pembelajaran dan hasil
Surakarta
tes yang dilakukan setiap akhir siklus.
Pelaksanaan tindakan melalui dua siklus
Selain itu diperoleh juga dari wawancara
yang dilaksanakan selama empat kali
kepada siswa mengenai
pertemuan untuk tiap siklusnya, pertemuan
pembelajaran
dengan model pembelajaran discovery
learning
pertama,
yang dilaksanakan pada setiap
tahun
kedua
ajaran
dan
2014/2015.
ketiga
adalah
penerapan model dalam pembelajaran,
15
kemudian
pada
petemuan
keempat
kritis siswa. Hasil belajar siswa dalam
dilakukan tes evaluasi.
Peneliti
penelitian ini diukur dari serangkaian
lembar
penilaian yang diambil selama proses
observasi untuk mengukur kemampuan
pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi
berfikir kritis siswa selama pembelajaran
penilaian
dan soal tes untuk mengetahui hasil belajar
ketrampilan (kinerja dan portofolio). Dari
siswa. Pengamatan kemampuan berfikir
penilaian-penilaian
kritis
dirata-rata
siswa
pembelajaran
mengamati
menggunakan
dilakukan
pada
berlangsung
kegiatan
siswa
saat
dengan
sikap,
pengetahuan,
menjadi
itu
nantinya
nilai
akhir
serta
akan
yang
menunjukkan hasil belajar siswa.
dengan
Berdasarkan hasil pengamatan,
berpedoman pada indikator-indikator yang
peningkatan kemampuan berfikir kritis
telah ditentukan pada lembar observasi
siswa pada kondisi awal sebelum tindakan
yang kemudian hasil dari skor masing-
dan setelah dilaksanakan tindakan dapat
masing indikator tersebut dirata-rata untuk
dilihat dari tabel 4.1.
mendapatkan nilai kemampuan berfikir
Tabel 4.1. Data hasil Observasi Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II Ditinjau dari Tiap Indikator.
No
Persentase Kemampuan
Berfikir Kritis (%)
Pra
Siklus
Siklus
Siklus
I
II
Indikator
Aktivitas siswa membuat dan merumuskan
pertanyaan secara tepat (Critical thinking).
Aktivitas siswa menemukan sebab-sebab kejadian
2
permasalahan.
Aktivitas siswa mengobservasi dan
3
mempertimbangkan laporan observasi
Aktivitas siswa menilai dampak atau konsekuensi
4
kejadian dalam permasalahan
Aktivitas siswa menjelaskan permasalahan dan
membuat kesimpulan sederhana saat proses
5
pembelajaran
JUMLAH
RATA-RATA
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2015)
1
40,83
67,50
77,50
45,00
70,83
80,83
55,00
71,67
91,67
53,33
70,83
78,33
48,33
69,17
79,17
242,50
48,50
350,00
70,00
407,50
81,50
Berdasarkan tabel diatas, dapat
21,50% dari semula 48,50% menjadi
diketahui bahwa kemampuan berfikir kritis
70,00% dengan predikat yang semula
siswa kelas XI IIS I pada pra siklus ke
“kurang sekali” menjadi “cukup”. Untuk
siklus I mengalami peningkatan sebesar
masing-masing
16
indikator
kemampuan
berfikir kritis pra siklus yang semula
diskusi) dan mempertimbangkan laporan
berpredikat
observasi
meningkat
“sangat
menjadi
kurang”
memiliki
perolehan
sebesar
dengan
71,67% (Cukup) pada siklus I dan 91,67%
capaian indikator berkisar 40,83% hingga
(Sangat Baik) pada siklus II. Aktivitas
53,33% menjadi 67,50% hingga 71,67%.
siswa menilai dampak atau konsekuensi
Pada siklus I ke siklus II mengalami
kejadian dalam permasalahan saat proses
kenaikan yang sebesar 11,50% yaitu dari
pembelajaran sebesar 70,83% (Cukup)
70,00% menjadi 81,50% dengan predikat
pada siklus I dan pada siklus II sebesar
“Cukup” menjadi “Baik”. Hal tersebut
78,83%
dapat diketahui melalui perolehan masing-
menjelaskan permasalahan dan membuat
masing capaian indikator yang digunakan.
kesimpulan
Aktivitas siswa membuat dan merumuskan
pembelajaran
pertanyaan secara tepat (Critical Question)
sebesar 69,17% (Cukup) pada siklus I dan
saat
79,17% (Baik) pada siklus II.
proses
“cukup”
dapat
pembelajaran
memiliki
perolehan sebesar 67,50% dengan predikat
(Baik).
Aktivitas
sederhana
saat
memperoleh
Selanjutnya
siswa
proses
persentase
berdasar
hasil
“cukup” pada siklus I dan menjadi “Baik”
pengamatan dan tes akhir siklus, hasil
pada siklus II sebesar 77,50%. Aktivitas
belajar siswa juga mengalami peningkatan
siswa menemukan sebab-sebab kejadian
pada setiap siklusnya. Hal ini dapat
permasalahan saat proses pembelajaran
ditunjukan dengan tabel perbandingan skor
sebesar 70,83% (Cukup) pada siklus I dan
hasil belajar sebagai berikut:
80.73% (Baik) pada siklus II. Aktivitas
siswa
mengobservasi
(melaksanakan
Tabel 4.2: Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.
Keterangan
Pra Siklus
(2,89) 72,27
Nilai Rata-rata
43,33%
Persentase Ketuntasan
(Sumber : Data primer yang diolah, 2015)
Siklus I
3,04 (76,10)
73,33%
Siklus 2
3,36 (84,10)
86,67%
Berdasarkan tabel 4.2. tersebut
ditunjukan sebelum dilakukan tindakan
maka dapat terlihat adanya peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa memiliki
hasil belajar yang dilihat dari hnilai rata-
persentase sebesar 43,33%, lalu meningkat
rata serta ketuntasan siswa antara sebelum
pada siklus
dan setelah penerapan model pembelajaran
mengalami peningkatan kembali pada
discovery learning dengan menggunakan
siklus II menjadi 86,67%. Untuk nilai rata-
pendekatan
rata kelas juga mengalami peningkatan.
saintifik.
Hal
tersebut
17
I menjadi
73,33% dan
Nilai
rata-rata
sebelum
belajar siswa. Kegiatan diskusi di dalam
pembelajaran
kelas akan memunculkan suatu keaktifan
discovery leraning dengan menggunakan
pada siswa diantara teman sekelompoknya
pendekatan saintifik adalah 2,89 (72,27).
untuk
Kemudian meningkat menjadi 3,04 (76,10)
merumuskan
pada
kelas
argumen, menilai dampak permasalahan
meningkat lagi menjadi 3,36 (84,10) pada
yang ada serta berpikir sebagai upaya
siklus II.
pemecahan
diterapkannya
siklus
kelas
model
I.
Nilai
rata-rata
mengeluarkan
pendapat,
pertanyaan,
menganalisis
masalah
atas
Berdasarkan siklus I dan siklus II
kasus/permasalahan yang diberikan oleh
menunjukkan hasil belajar siswa selalu
guru hal tersebut dapat meningkatkan
mengalami peningkatan pada setiap siklus.
kemampuan berfikir kritis. Kemampuan
Meningkatnya
berfikir
hasil
belajar
siswa
meningkat
akan
dapat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh
eksternal dan faktor internal.
karena itu, model discovery learning
Faktor
eksternal yang mempengaruhi hasil belajar
terbukti
siswa antara lain materi pelajaran yang
kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar
diberikan permasalahan melalui model
siswa.
meningkatkan
meningkatkan
discovery learning dengan menggunakan
pendekatan saintifik, selain itu faktor
SIMPULAN
internal yang mempengaruhi hasil belajar
Simpulan
adalah motivasi atau dorongan yang tinggi
Berdasarkan
hasil
penelitian
dari dalam diri siswa untuk memecahkan
tindakan kelas yang telah dilaksanakan di
permasalahan tersebut
secara bersama-
kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta,
sama, terlihat aktif dan cerdas dengan
analisis data serta pembahasan, maka
teman
dapat disimpulkan bahwa :
sekelompoknya.
Kedua
faktor
tersebut saling mempengaruhi sehingga
1. Implementasi
dengan semangat yang tinggi siswa terlibat
discovery
learning
secara
menggunakan
pendekatan
langsung
dalam
proses
model
pembelajaran
dengan
saintifik
pembelajaran untuk berdiskusi dengan
dapat
teman
memecahkan
berfikir kritis siswa kelas XI IIS I
permasalahan terkait dengan materi yang
SMA Negeri 6 Surakarta pada mata
dipelajari, sehingga membuat siswa lebih
pelajaran
mudah dalam memahami materi pelajaran
diterapkannya
model
yang berdampak pada meningkatnya hasil
discovery
learning
sekelas
untuk
18
meningkatkan
ekonomi.
kemampuan
Sebelum
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
saintifik
Saran
rata-rata capaian kemampuan berfikir
Berdasarkan
simpulan
kritis siswa hanya sebesar 48,50%
implikasi
dengan
memberikan saran sebagai berikut:
kriteria
Setelah
kurang”.
atas,
maka
peneliti
diterapkanya
model
discovery
learning
a. Disarankan guru lebih sering melatih
pendekatan
diri dalam menerapkan model-model
pembelajaran
dengan
“sangat
di
dan
menggunakan
1. Bagi Guru
saintifik pada siklus I, hasil rata-rata
pembelajaran yang inovatif
capaian indikator kemampuan berfikir
dapat
kritis siswa meningkat menjadi 70,00%
dalam proses pembelajaran, sehingga
dengan kriteria “Cukup”, sedangkan
dapat
pada siklus II kemampuan berfikir
berfikir dan hasil belajar siswa. Hal
kritis
mengalami
tersebut dapat dilakukan dengan
peningkatan kembali menjadi 81,50%
keikutsertaan guru dalam kegiatan-
dengan kriteria “Baik”.
kegiatan pelatihan ataupun seminar
siswa
2. Implementasi
juga
model
memacu
meningkatkan
pengembangan
pembelajaran
semangat
agar
siswa
kemampuan
kompetensi
yang
menunjang profesi.
discovery learning dengan pendekatan
saintifik dapat meningkatkan hasil
b. Disarankan kepada guru agar mampu
belajar siswa kelas XI IIS I SMA
meningkatkan motivasi, keaktifan
Negeri 6 Surakarta pada mata pelajaran
dan partisipasi siswa dalam kegiatan
ekonomi. Sebelum diterapkan model
pembelajaran,
pembelajaran ini, nilai rata-rata kelas
pembelajaran dapat bersifat student
siswa
dan
center learning. Hal tersebut dapat
sebesar
dilakukan dengan cara guru mampu
43,33%. Hasil siklus I nilai rata-rata
memilih model pembelajaran yang
kelas siswa meningkat menjadi 3,04
tepat dan efektif, misalnya dengan
(76,10) dan prosentase ketuntasannya
model
sebesar 73,33%, Hasil siklus II nilai
dikolaborasikan dengan pendekatan
rata-rata
saintifik.
adalah
prosentase
2,89
(72,27)
ketuntasannya
kelas
siswa
meningkat
sehingga
discovery
learning
proses
yang
c. Disarankan kepada guru untuk lebih
menjadi 3,36 (84,10) dan prosentase
memahami potensi yang dimilikki
ketuntasannya sebesar 90,00%.
masing-masing siswa dengan baik
serta memberikan apresiasi terhadap
usaha
19
dan
hasil
karya
siswa.
Misalnya
dengan
b. Diharapkan
memberikan
dengan
penggunaan
reward (hadiah), pujian ataupun
model
motivasi-motivasi
kepada
siswa
menyenangkan
yang
selama
proses
keaktifan siswa sepenuhnya akan
belajar-mengajar
berlangsung.
membuat siswa lebih percaya diri
Diharapkan
hal
tersebut
akan kemampuan yang dimilikki
dapat membina hubungan antara
serta berani menyampaikan pendapat
guru dan siswa lebih baik dan dekat,
selama proses pembelajaran.
dilakukan
sehingga
dengan
mampu
menghilangkan
pembelajaran
yang
dan
lebih
melibatkan
c. Adanya sistem pembagian kelompok
rasa takut siswa untuk berpendapat.
yang heterogen diharapkan siswa
d. Tugas yang diberikan kepada siswa
dapat
saling
bekerjasama
untuk
hendaknya tidak hanya bersumber
memecahkan permasalahan dalam
dari soal LKS saja agar siswa
pembelajaran,
mampu
kemampuan berfikir, kemampuan
menggali,
meningkatkan
mengembangkan
kemampuan berfikir, dan mampu
berpendapat
mengembangkan
pendapat orang lain.
ide-ide
siswa
terhadap pemahaman konsep yang
sudah
dipahami
serta
menghargai
3. Bagi Kepala Sekolah
sebelumnya.
a. Menyediakan
fasilitas
(sarana
Misalnya dengan memberikan tugas
prasarana) sumber dan media belajar
untuk
memberikan
yang lebih baik. Seperti pengadaan
tanggapan terhadap isu-isu yang
buku cetak pembelajaran yang lebih
sedang terjadi dan sesuai dengan
update dan bervariasi, penyediaan
materi pembelajaran.
jaringan internet yang dapat di akses
mencari
dan
siswa dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a. Siswa
disarankan
untuk
dapat
b. Mengadakan
pelatihan-pelatihan
menggali informasi yang sebanyak-
ataupun
banyaknya dengan cara melengkapi
peningkatan
sumber
kompetensi yang dimilikki guru.
belajarnya
menjadikan
guru
dan
sebagai
tidak
satu-
seminar
c. Melakukan
dan
dalam
upaya
pengembangan
pengawasan
secara
satun