USUL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KERJASA

Pertanian
USUL PENELITIAN

HIBAH
PENELITIAN KERJASAMA ANTAR PERGURUAN TINGGI
(Hibah PEKERTI)

Peningkatan Kinerja Nematoda Entomopatogen
melalui Autodiseminasi dengan Menggunakan Feromon
dalam Mengendalikan Kumbang Oryctes rhinoceros
pada Perkebunan Kelapa

Tim Pengusul
Ir. Jacqualine Bunga, MSi
Ir. Rostaman, MSi

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2005

HALAMAN PENGESAHAN USUL PENELITIAN

1.

Judul

2.

Ketua Tim Peneliti Pengusul
(TPP)
a. Nama dan NIP
b. Instansi
Anggota (TPP)
a. Nama dan NIP
b. Instansi
Ketua Tim Peneliti Mitra (TPM)
a. Nama dan NIP
b. Instansi

3.
4.


5

6.

:

Peningkatan Kinerja Nematoda Entomopatogen
melalui Autodiseminasi dengan Menggunakan
Feromon dalam Mengendalikan Kumbang
Oryctes rhinoceros pada Perkebunan Kelapa

:
:

Ir. Jacqualine A. Bunga, MSi/132 169 451
Politeknik Pertanian Negeri Kupang

:
:
:

:
:

Ir. Rostaman, MSi/131 847 432
Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Anggota TPM
a. Nama dan NIP
b. Instansi

:
:
:

Biaya yang diusulkan Tahun I
Biaya yang diusulkan Tahun II

:
:


Dr. sc.agr. Ir. Didik Sulistyanto/131 792 232
Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas
Jember
Ir. Mardianto Harahap, MP
Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas
Jember
Rp 74.900.000
Rp 74.100.000

Jember, 31 Maret 2005

Kupang, 4 April 2005

Ketua TPM

Ketua TPP

Dr. sc.agr. Ir. Didik Sulistyanto
NIP 131 792 232


Ir. Jacqualine A. Bunga, Msi
NIP 132 169 451
Mengetahui/menyetujui

Dekan Fakultas Pertanian UneJ Jember

Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Kupang

Prof. Dr. Ir. Endang Budi Trisusilowati, MS
NIP 130 531 982

Ir. Yacobus S. Oematan, Msi
NIP 131 576 789

HALAMAN ENDORSEMENT

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Instansi


: Dr. sc.agr. Ir. Didik Sulistyanto
: Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dengan ini menyatakan dan menerangkan bahwa :
1.

Bersedia menjadi mitra dalam pelaksanaan penelitian “Hibah Penelitian
Kerjasama Antar Perguruan Tinggi” (Hibah Pekerti) yang berjudul
“Peningkatan Kinerja Nematoda Entomopatogen melalui Autodiseminasi
dengan Menggunakan Feromon dalam Mengendalikan Kumbang Oryctes
rhinoceros pada Perkebunan Kelapa” yang diketuai oleh Ir. Jacqualine
Bunga, MSi

2.

Kondisi dan kapasitas laboratorium yang ada di Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan (HPT) Universitas Jember masih dapat
menerima/mendukung kegiatan penelitian tersebut.


Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan
semestinya.

Bandung, 31 Maret 2004
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian Unej Jember

Ketua TPM

Prof. Dr. Ir. Endang Budi Trisusilowati, MS
NIP 130 531 982

Dr. sc.agr. Ir. Didik Sulistyanto
NIP 131 792 232

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Instansi


: Ir. Yacobus S. Oematan, MSi
: Direktur Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Dengan ini menyatakan dan menerangkan dengan sebenarnya bahwa :
Nama
Instansi

: Ir. Jacqualine A. Bunga, MSi
: Staf peneliti pada Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Tidak sedang mengikuti pendidikan pascasarjana.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan semestinya.

Kupang, 1 April 2005

Ir. Yacobus S. Oematan, M.Si
NIP 131 576 789

SURAT PERNYATAAN


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Instansi

: Ir. Jacqualine A. Bunga, MSi
: Staf peneliti pada Politeknik Pertanian Negeri Kupang

menyatakan jika usulan penelitian Hibah Pekerti didanai oleh Pihak Dikti
Jakarta, maka dengan ini saya sebagai ketua Tim Pengusul Penelitian akan
melaksanakan kegiatan penelitian secara penuh waktu.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Mengetahui
Direktur,

Ir. Yacobus S. Oematan, M.Si
NIP 131 576 789


Kupang, 3 April 2005
Ketua Tim

Ir. Jacqualine A. Bunga, MSi
NIP 132 169 451

RINGKASAN
Kumbang Oryctes rhinoceros L merupakan serangga hama penting pada
pertanaman kelapa. Dewasa ini agen hayati baculovirus dan cendawan telah
mengendalikan serangga tersebut. Mikroba lain yang berpotensi digunakan
sebagai agen hayati adalah nematoda entomopatogen. Selain itu, feromon
juga digunakan untuk pengendalian kumbang itu.
Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengembangkan teknik
pengendalian hama kumbang dengan teknik autodiseminasi entomopatogen.
Sedangkan tujuan lain adalah menggali nematoda entomopatogen sebagai
agen hayati lokal untuk pengendalian hama kumbang itu.
Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat berupa penekanan
populasi hama kumbang, mengurangi biaya pengendalian dan mempermudah
kerja atau tindakan pengendalian serangga hama.
Metode penelitian yang digunakan adalah isolasi nematoda entomopatogen

lokal, penapisan nematoda untuk serangga sasaran, perbanyakan nematoda,
desain alat inokulasi dan pengujian alat tersebut dalam praktek autodiseminasi
nematoda serta penyempurnaan alat tersebut.
Kegiatan penelitian diharapkan memberikan konstribusi ilmiah dalam
pengembangan teknik pengendalian serangga hama, juga menghasilkan
paten atas alat inokulasi. Dengan demikian hasil ini dapat digunakan secara
luas untuk pengendalian hama kumbang pada pertanaman kelapa dan kelapa
sawit yang pada saat ini sedang dikembangkan.

URAIAN PENELITIAN YANG AKAN DILAKUKAN
I. PENDAHULUAN
Oryctes rhinoceros L (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan serangga hama
penting pada pertanaman kelapa dan kelapa sawit di wilayah Asia Pasifik
(Kalshoven, 1981; IISG & Mohan, 2005). Kumbang tersebut menyebabkan
kerusakan yang berarti pada pertanaman. Serangan kumbang pada tanaman
muda dapat menyebabkan kematian, sedangkan pada tanaman tua dapat
menurunkan produksi buah. Dengan jumlah 8-10 ekor kumbang per hektar,
serangga tersebut dapat

menurunkan produksi sbesar 53 persen(IPARD,

2004; Litbang Deptan, http://perkebunan.litbang.deptan.go.id)
Kumbang berkembang biak pada tegakan kelapa yang mati, tumpukan bahan
organik yang membusuk seperti kompos dan serbuk gergajian, batang pandan
yang membusuk dan juga pada kotoran sapi (IISG & Mohan, 2005). Diketahui
bahwa tempat

perkembangbiakan (breeding site) tersebut seringkali tidak

diketahui keberadaannya oleh petani, sehingga mereka mengalami kesulitan
melakukan pengendalian hama. Akibatnya serangan hama kumbang selalu
ada sepanjang tahun.
Dalam dua dekade ini, pengendalian hayati dengan baculovirus dan cendawan
Metarrhizium anisopliae telah berkembang. Dengan memberdayakan agen
hayati ini populasi kumbang dapat ditekan dan banyak tanaman kelapa dan
kelapa sawit data dibebaskan dari serangan hama tersebut

(Lacey et al,

2001; IISG & Mohan, 2005).
Setelah ditemukannya feromon agregasi (Harlett et al, 1995), yaitu senyawa
volatile asal kumbang yang dapat menarik sesamanya dan juga ditemukannya
komponen utama feromon tersebut, yaitu Ethyl 4-methyloctanoate (Morin et
al, 1996), mendorong pengembangan teknik pengendalian kumbang.
Senyawa Ethyl 4-methyloctanoate yang merupakan komponen feromon itu
ternyata dapat disintesis secara massal. Hal ini menunjukkan prospek yang

sangat cerah, karena feromon dapat dipadukan dengan teknik pengendalian
lainnya seperti entomopatogen,

sehingga

dapat meningkatkan efektivitas

pengendalian hama kumbang (Sudharto PS, komunikasi pribadi).
Nematoda entomopatogen (NEP) dari genus Steinernema dan Heterorhabdis
merupakan parasit yang dapat membunuh serangga-serangga yang hidup di
tanah atau pada stadia tertentu hidup dalam tanah, memiliki virulensi yang
tinggi terhadap inangnya, dan membunuh inangnya dengan cepat (24 – 48
jam) (Smart Jr, 1995; Sulistyanto & Ehlers, 1996; Rostaman et al, 2003 ).
Beberapa spesies nematode mampu membunuh larva Coleoptera dan
selanjutnya digunakan untuk mengendalikan serangga hama pertanian dan
pertanaman rumput (Sulistyanto & Ehlers, 1996; Lacey et al, 2001; Slininger
et al, 2003).
Dalam mengaplikasikan entomopatogen sebagai agen hayati, peneliti dan
praktisi sering kali mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena serangga
hama sasaran hidup pada tempat yang sulit dijangkau oleh praktisi agen
hayati yang biasanya mengaplikasikannya sebagai bioinsektisida. Oleh karena
itu timbul gagasan menggunakan serangga sasaran sebagai agen pembawa
entomopatogen ke tempat yang sulit terjangkau itu.

Teknik penggunaan

serangga sebagai pembawa entomopatogen disebut autodiseminasi (Ignoffo,
1978; Lacey et al, 2001; Slininger et al, 2003). Teknik pengendalian tersebut
dapat menutup kelemahan bioinsektsisida yang tidak tahan terhadap
Ultraviolet. Dalam teknik tersebut, digunakan feromon untuk membantu
mengundang kehadiran serangga pada alat inokulasi. Berbagai jenis
entomopatogen telah berhasil disebarkan melalui teknik tersebut seperti pada
tabel di bawah ini.
Ada dua teknik penularan entomopatogen, yaitu penularan secara vertikal dan
penularan secara horizontal.

Penularan secara vertikal adalah

penularan entomopatogen melalui
Umumnya jenis entomopatogen

cara

keturunan atau anaknya (transovum).
ini adalah virus serangga. Sedangkan

penularan secara horizontal adalah cara penularan ke temannya sendiri yang

hidup secara bersama-sama pada habitatnya. Umumnya jenis entomopatogen
yang ditularkan secara horizontal adalah

cendawan (Herni Nuraeni, 2001;

Kreutz et al, 2004).
Beberapa jenis entomopatogen yang disebarkan secara autodiseminasi

Jenis entomopatogen

Serangga sasaran

Referensi

Zooraphtora radicans
Beauveria bassiana
Beauveria bassiana
Beauveria bassiana
Metarhizium anisopliae
Metarhizium anisopliae
Entomophthora muscae
Baculovirus
Granulosis virus
Baculovirus

Plutella xylostella
Delia radicum
Carpophilus lugubris
Ips typographus
Popilia japonica
Anopheles gambiae
Delia radicum
Helicoverpa virescens
Plodia interpunctella
Spodoptera exigua

Pell (1993), Furlong (1995)
Meadow et al (2000)
Down & Vega (2003)
Krreutz et al (2004)
Klein & lacey (1999)
Scholte (20040
Klingen et al (2000)
Jackson et al (1992)
Vail et al (1993)
Yu & Brown (1997), Herni (2001)

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian mengenai
autodiseminasi nematoda entomopatogen dengan bantuan feromon sintetis
untuk menarik kehadiran kumbang kelapa Oryctes rhinoceros.
II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian bertujuan untuk
a. Mengisolasi dan mengidentifikasi jenis nematoda entomopatogen lokal asal
pertanaman kelapa di Kupang
b. Melakukan penapisan (screening) nematoda yang telah diisolasi terhadap
larva Oryctes rhinoceros
c. Mengetahui respon kumbang Oryctes rhinoceros terhadap feromon sintetis
d. Merancang alat inokulasi (inoculation device) untuk menunjang uji coba
autodiseminasi nematoda
e. Melakukan uji autodiseminasi nematoda dengan menggunakan kumbang
Oryctes rhinoceros sebagai carriernya
f. Memperbanyak nematoda secara massal dalam media in vivo yang murah
g. Mengetahui jenis formulasi nematoda yang sesuai untuk autodiseminasi.
h. Memperoleh

alat inokulasi yang handal yang dapat digunakan untuk

pengendalian kumbang Oryctes rhinoceros (hak paten alat).

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan
pengendalian serangga hama pertanian khususnya dengan menggunakan
agen pengendalian hayati. Manfaat penelitian yang dapat diperoleh adalah
menurunkan populasi serangga hama Oryctes rhinoceros, mengurangi biaya
pengendalian dan mempermudah

praktek/tindakan pengendalian serangga

hama.
III. METODE PENELITIAN
Isolasi dan identifikasi nematoda entomopatogen.
Isolasi NEP dilakukan dari sampel tanah lahan kebun kelapa di Kabupaten
Kupang. Sampel tanah diambil dari lahan tersebut dengan kedalaman tidak
lebih dari 30 cm. Sampel tanah dikondisikan dalam keadan lembab (10% dari
berat tanah).
Sampel tanah dimasukkan pada wadah plastik sebanyak setengahnya,
kemudian dimasukkan larva G. mellonella yang diletakkan di dalam kain kasa.
Selanjutnya ditimbun dengan sampel tanah sampai wadah plastik terisi penuh.
Wadah tersebut ditutup dan disimpan dalam keadaan gelap selama 3 – 5 hari.
Selanjutnya dengan metode perangkap white (white trap), larva serangga
yang mati dengan gejala pewarnaan coklat/merah, diletakkan diatas kertas
saring Whatman yang terletak pada petri kecil yang diletakkan secara terbalik,
selanjutnya petri kecil tersebut diletakkan pada petri besar, dimana kertas
saring tersebut menjulur kedasar petri besar yang berisi air sampai setengah
tinggi petri kecil. Kemudian diinkubasikan selama 7 – 14 hari pada suhu 25 oC,
selama itu nematoda akan keluar dan turun ke air.
Nematoda dipisahkan dengan saringan selanjutnya disimpan dalam larutan
Ringer. Masing-masing nematoda yang berhasil diisolasi diidentifikasi dan
diperbanyak secara in vivo untuk digunakan pada pengujian penapisan
nematoda
Identifikasi nematoda entomopatogen

Identifikasi nematoda entomopatogen dengan metode morfometrik (Poniar,
1990; Nguyen, 2002a,b; Adams & Nguyen, 2002). Karakteristik yang sangat
penting antara lain adalah bentuk dan dimensi dari panjang, bentuk dan besar
spicula, susunan dan jumlah genital papillae dan ada tidaknya mucron.
Identifikasi pada juvenil infektif betina antara lain posisi site line, ekskretori
porus, nerve ring, dan panjang esophagous (ES), jarak antara akhir anterior
sampai ekskretori porus (EP), panjang ekor (T), jarak antara ankhir anterior
dengan ekskretori porus (EP), setelah diukur dari masing-masing infektive
juvenile nematoda dapat dihitung dengan rumus D= EP/ES x 100% atau E=
EP/T x 100%. Masing-masing perlakuan identifikasi akan dilakukan dengan 50
infective juvenile dengan 3 ulangan (n=150).
Perbanyakan Nematoda Entomopatogen secara in vivo
Perbanyakan nematoda entomopatogen dilakukan secara in vivo mengacu
pada Glazer & Lewis (2000) dan praktek yang biasa dilakukan oleh

staf

peneliti di Laboratorium Pengendalian Hayati Unej Jember. Larva serangga
Galleria mellonella diinokulasi dengan 100 IJ nematoda. Setelah 24-48 jam,
serangga yang mati dipindahkan dalam cawan Petri dengan memakai metode
perangkap white, yaitu cawan petri diisi air steril dan larva serangga mati
diletakan melingkar diatas kertas saring Whatman, setelah 6-7 hari nematoda
sudah bisa dipanen dengan menyaring air yang berisi nematoda dengan
saringan berukuran 15 um. Hasil perbanyakan nematoda disimpan dalam air
steril dalam tabung Corning dalam suhu kamar, yang nantinya dipergunakan
untuk melakukan uji penapisan.
Uji penapisan nematoda terhadap larva Oryctes rhinoceros
Teknik pengujian penapisan dilakukan berdasarkan acuan Griffin et al (1994).
Evaluasi nematoda entomopatogen (isolat lokal yang ditemukan ) diujikan
dengan menggunakan larva Oryctes rhinoceros instar II dan III untuk diambil
satu jenis nematoda yang paling efektif terhadap larva tersebut di atas.
Pengujian dilakukan pada wadah plastik yang disisi dengan campuran ampas
tebu dengan serbuk batang palem sebagai pakan. Setiap wadah diisi 5 ekor
Oryctes rhinoceros yang sebelumnya diinokulasikan nematoda (hasil isolasi)

dengan konsentrasi 1000 juvenil/larva, setiap ulangan ada 3 wadah dan
diulang lima kali. Mortalitas larva dihitung 1 - 14 hari setelah inokulasi.
Penentuan tingkat patogenitas nematoda hasil produksi massal secara
in vitro.
Uji pendahuluan (pengujian LC50) dilakukan terhadap larva Oryctes rhinoceros
instar 2 – 3. Secara individual larva diletakan dalam wadah plastik 60 ml yang
disisi dengan campuran ampas tebus dan serbuk palem sebagai pakan.
Wadah diisi lima larva Oryctes rhinoceros

yang sebelumnya diinokulasi

dengan isolat NEP hasil perbanyakan secara in vivo, pada konsentrasi 275,
550, 1100, 2200, dan 4400 IJ/ml. Diulang tiga kali, setiap ulangan digunakan
lima ekor larva. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas larva setiap hari
sampai dengan hari ke dua. Data hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan program Polo PC
Selanjutnya berdasarkan nilai LC50 dilakukan pengujian patogenisitas dengan
menggunakan 3 konsentrasi di atas LC 50 sampai LC90. Pengujian ini dilakukan
dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji Duncan taraf
5%, semua perlakuan diulang 3 kali, setiap ulangan digunakan 5 ekor larva.
Pengamatan mortalitas dilakukan 24 jam, 2 dan 3 hari setelah aplikasi.
Perbanyakan nematoda secara massal dalam media in vitro
Komposisi media yang digunakan adalah komposisi standard (Bedding
culture) yang digunakan di Laboratorium Pengendalian Hayati Universitas
Jember. Komposisi media tersebut adalah 3,25 g Nutrient Broth (Oxoid/Difco),
1,28 g bacto yeast extract, 57,6 g tepung kedelai, 46,5 g minyak jagung, 216
g air dan 18 g spon.
Bahan-bahan tersebut dicampur secara merata. Kemudian dimasukkan ke
dalam spon dengan cara meremas-remaskan campuran tersebut. Spon yang
penuh dengan adonan itu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml, ditutup
dengan kapas dan aluminium foil dan kemudian di autoclave 121 oC selama
15 menit.

Bakteri dari tubuh nematoda di isolasi dan ditumbuhkan pada media BSA (10 g
Nutrient Broth (Difco), 10 g Trypcase Soja (Bio Merieux), 5 g Yeast extract
(Difco), 5 g Casein (Pepton), 0.21 g CaCl 2.H2O, 0.35 g KCl, 5.0 g NaCl dan
1000 ml Aquadest), dishakker pada 25oC dalam gelap. Setelah 24 jam, bakteri
diinokulasikan ke media Bedding steril sebanyak 5 ml, dan diinkubasi pada
25oC dalam gelap. Setelah 24 jam nematoda disterilkan dengan hyamin 0,1%
selama 30 menit, dicuci 3 kali dengan air steril kemudian diinokulasikan
kedalam media Bedding dengan konsentrasi 250.000 IJs/Erlenmeyer,
kemudian diinkubasi pada 25oC selama 14 hari (F2).
Penentuan tingkat efikasi pada media kompos
Berdasarkan hasil pengujian patogenitas dilanjutkan dengan pengujian efikasi
pada media campuran ampas tebu dan serbuk palem yang telah
dikomposkan. Sebanyak 10 ekor larva Oryctes rhinoceros instar II dan III
dimasukkan ke dalam kompos yang lembab dengan berat 100 gram.
Selanjutnya

sebanyak 50 ml larutan nematoda pada 3 konsentrasi terbaik

hasil pengujian sebelumnya dimasukkan ke dalam kompos tersebut.
Pengujian ini dilakukan dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan uji Duncan taraf 5%, semua perlakuan diulang 3 kali. Pengamatan
dilakukan terhadap tingkat mortalitas 2 dan 3 hari setelah aplikasi.
Penentuan banyaknya nematoda yang dimuat pada tubuh kumbang
Kumbang Oryctes rhinoceros dibiarkan masuk ke dalam alat inokulasi tanpa
bantuan feromon (Gambar pada lampiran). Di dalam alat tersebut telah
disediakan

formulasi nematoda. Kumbang tersebut akan melewati tempat

formulasi nematoda dan akan membawa sebagian nematoda pada tubuhnya.
Kumbang

yang telah “terkontaminasi” tersebut dicuci dengan air

dan

banyaknya nematoda yang menempel dapat dihitung. Penentuan banyaknya
nematoda yang dimuat pada tubuh kumbang dilakukan sebanyak 20 kali.

Penentuan respon kumbang terhadap feromon sintesis
Penentuan respon

kumbang mengunakan alat yang disebut wind tunnel

(terowongan angin) (Hummel & Miller, 1984). Diimensi alat tersebut : panjang

120 cm, lebar 30 cm dan tinggi 25 cm. Sebanyak 40 ekor kumbang (jantan
dan betina) diuji responnya terhadap feromon sintesis. Percobaan ini
menggunakan “Feromon sintesis disimpan pada sisi yang ada kipas angin,
sedangkan kumbang diletakkan pada lokasi yang jauh. Kumbang akan
memberikan respon yang positif jika terbang atau berjalan mendekati sumber
feromon. Jarak terbang dan tinggi terbang dicatat. Banyaknya kumbang yang
memberikan respon dapat diketahui.
Penentuan penularan nematoda oleh tubuh kumbang terhadap larva
Kumbang Oryctes rhinoceros dibiarkan masuk ke dalam alat inokulasi dengan
bantuan feromon yang dipasang di dalam alat tersebut. Kumbang tersebut
akan melewati formulasi nematoda dan membawa nematoda pada tubuhnya
kemudian menularkannya pada kompos lembab yang ada di dasar alat itu.
Nematoda akan mencari dan menginfeksi larva Oryctes rhinoceros yang ada
di dalam kompos itu. Banyaknya larva dalam kompos 10 ekor. Penentuan
banyaknya larva yang terinfeksi nematoda dilakukan pada saat 3 hari setelah
kumbang tersebut masuk ke dalam kompos. Penentuan larva yang terinfeksi
dan banyaknya nematoda di dalam larva dilakukan melalui pembedahan.
Percobaan dilakukan sebanyak 20 kali.
Penyempurnaan alat inokulasi
Alat inokulasi disempurnakan kembali untuk memperoleh hasil yang optimum.
Sebaiknya kumbang yang melewati formulasi nematoda membawa nematoda
yang jumlahnya lebih banyak, sehingga memungkinkan peluang yang besar
dalam menularkan ke lingkungan yakni tempat perkembangbiakan serangga.
Pada alat inokulasi yang baru, dibuat lubang tempat keluar kumbang, yang
memungkinkan serangga itu tidak dapat naik lewat lubang itu.

Penentuan lokasi penelitian dan pembuatan tempat perkembangbiakan
serangga Oryctes rhinoceros

Lokasi penelitian yang dipilih adalah kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang.
Lokasi tempat atau jebakan perkembang biakkan serangga ditentukan 2-4
buah per hektar tergantung pada kerapatan pohon kelapa. Tempat
perkembangbiakan serangga (breeding site) dibuat dengan

menumpukkan

campuran serbuk gergaji dan dedaunan yang dikomposkan. Ukurannya 1 m x
1 m x 30 cm. Tempat tersebut ditutupi pelepah daun kelapa, supaya tetap
lembab.
Pemasangan alat inokulasi
Alat inokulasi hasil penyempurnaan dipasang pada posisi daerah sekitar
diantara tempat/jebakan perkembangbiakan serangga. Feromon dan formulasi
nematoda dipasang sebagaimana mestinya. Pemasangan alat ini dilakukan
dua minggu setelah pembuatan jebakan.
Monitoring larva Oryctes yang terinfeksi nematoda
Monitoring dilakukan dengan cara mengambil larva yang ada pada jebakan
tempat perkembangbiakan serangga. Larva yang ditemukan diambil diperiksa
melalui pembedahan.

Deteksi nematoda dilakukan

dengan mengambil

contoh kompos sebanyak 50 gram. Larva Galleria melonella dibenamkan ke
dalam kompos tersebut untuk mengetahui adanya nematoda entomopatogen.

IV. TARGET/INDIKATOR KEBERHASILAN
a. Dapat mengisolasi nematoda lokal Kupang yang efektif membunuh larva
Oryctes rhinoceros
b.

Dapat mengembang biakkan nematoda tersebut baik secara

in vivo

(pada larva Galleria mellonella atau Tenebrio molitor) maupun in vitro
(media buatan)
c. Dapat membuat formulasi nematoda yang sesuai untuk autodiseminasi
nematoda.
d. Dapat membuat prototype alat inokulasi yand dapat digunakan untuk
autodiseminasi nematoda.
V. JADWAL KERJA

Penelitian autodiseminasi akan dilakukan selama 3-4 tahun. Pada dua tahun
pertama, penelitian akan dilakukan secara bersama-sama dengan Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan Unej Jember sebagai Tim Mitra Penelitian,
dengan biaya penelitian berasal dari Dikti melalui penelitian Hibah Pekerti.
Kegiatan penelitian secara ringkas disajikan dalam Bagan Kegiatan
Penelitian dan bentuk bar chart pada Lampiran.
VI. PELAKSANAAN KERJA SAMA
Pertimbangan dalam menentukan TPM dilakukan atas dasar track record dan
kepakaran TPM

(Dr. Ir. Didik Sulistiyanto) yang dianggap cukup baik dan

dalam bidang nematoda serta sarana peralatan laboratorium pendukung yang
dimiliki TPM, sehingga TPP bisa memanfaatkan fasilitas dan keahlian TPM,
juga TPP dapat mengadopsi dan mencontoh budaya penelitian yang ada di
TPM.
Selanjutnya rencana kerjasama yang diusulkan adalah atas pelaksanaan
semua tahapan penelitian yang melibatkan TPP dan TPM, yang meliputi:
1. Dimulai dengan penyusunan proposal secara bersama, TPM menyediakan
laboratorium dan segala fasilitas peralatannya untuk pelaksanaan
penelitian ini.
2. TPM berkewajiban membimbing TPP selama melaksanakan kegiatan
penelitian khususnya selama berada di TPM.
3. Segala sesuatu masalah yang dijumpai selama kegiatan penelitian ini
berlangsung (perubahan langkah ataupun tahapan, metode penelitian)
maka wajib diketahui baik oleh TPM.
4. TPP dan TPM mempunyai hak yang sama untuk kesempurnaan selama
kegiatan

penelitian,

dimana

langkah-langkah

kesepakatan bersama antara TPP dan TPM.

VII. DAFTAR PUSTAKA

tersebut

berdasarkan

Adams, B.J. & K.B. Nguyen, 2002. Taxonomy and systematics. In Gaugler, R.
(ed), Entomopathogenic Nematology. CAB International, pp : 1-33
Behle, R.W., p. Tamez-Guerra, B.S. Shasha & M.R. McGuire, 1999.
Formulating bioinsecticides to improve residual activity. Proc the
Formulation Forum. March 3-5, 1999, Orlando FL USA.
http://www.afc.org/papers/1999papers/behle.pdf
Dowd P.F. & F.E. Vega, 2003. Autodissemination of Beauveria bassiana by
Sap Beetles (Coleoptera: Nitidulidae) to Overwintering Sites. Biocon.
Sci. Tech. 13 (1) : 65-75
Furlong, M.J., Pell, J.K., Ong, P.C and Syed, A.R. (1995) Field and laboratory
evaluation of a sex pheromone trap for the autodissemination of the
fungal entomopathogen Zoophthora radicans (Entomophthorales) by
the
diamondback
moth,
Plutella
xylostella
(Lepidoptera:
Yponomeutidae). Bull. Entomol. Res. 85: 331-337.
Glazer, I. & E.E. Lewis, 2000. Bioassays for entomopahogenic nematodes.
In Navron, A. & K.R.S. Ascher (eds), Bioassays on Microbes
Entomopathogenic Microbes and Nematodes, pp: 229-247
Griffin, C.T., J.F. Campbell, P. R. Westerman & I. Gazer, 1994. Bioassays for
screening and selection of entomopathogenic nematodes. In Burnell,
A.M, R.U Ehlers & J.P. Masson (eds), Genetic of Entomopathogenic
Nematode-bacterium Complexes. Proc Symp & workshop, st Partick’s
College, Maynooth, Ireland.
Hallett, R.H., A.L. Perez, G. Gries, R. Gries, H.D. Pierce, Jr., J. Yue, A.C.
Oehlschlager, L.M. Gonzalez, & J.H. Borden, 1995. Aggregation
pheromone of coconut rhinoceros beetle, Oryctes rhinoceros (L.)
(Coleoptera: Scarabaeidae). J. Chem. Ecol. 21:1549-1570.
Herni Nuraeni, 2001. Autodiseminasi vertical Spodoptera exigua “Multi Nuclear
Polyhedrosis Virus” (SeMNPV) oleh jantan Spodoptera exigua
(lepidoptera: Noctuidae) dengan bantuan feromon seksualnya. Skripsi
Jurusan Biologi ITB Bandung.
Hummel H.E. & T.A. Miller (eds), 1984. Techniques in Pheromone Research.
Springer Verlag, New York.
Ignoffo, C.M., 1978. Strategies to increase the use of entomopathogens. J.
Invert Pathol. 31: 1-3
IPARD, 2004. Feromon Oryctes rhinoceros.
http://www.ipard.org.com/penelitian/_penelitian_sawit.asp
12 Maret 2004.

ISSG & C. Mohan, 2005. Oryctes rhinoceros ecology and distribution.
Invasive Species Specialist Group, India..
http://www.issg.org/database/species/ecology.asp. 25 January 2005
Jackson, D.M., G.C. Brown, G.L. Nordin, D.W. Johnson, 1992.
Autodissemination of baculovirus for management of tobacco
budworms (Lepidoptera : Noctuidae). J. Econ. Entomol. 85 (3):710-719
Kalshoven, L.G.E.,1981. The Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru van
Hoeve, Jakarta. 699 p,.
Klein, M.G. & L.A. Lacey, 1999. An attractant trap for autodissemination of
entomopathogenic fungi into populations of the Japanese beetle Popillia
japonica (Coleoptera: Scarabaeidae). Biocon. Sci. Tech. 9(2) : 151 –
158
Klingen I. , R. Meadow & J. Eilenberg, 2000. Prevalence of fungal infections in adult Delia radicum and Delia floralis captured on the edge of a
cabbage field. Entomologia Experimentalis et Applicata, 97 (3): 265274
Kreutz J., O.Vaupel & G. Zimmermann, 2004. Efficacy of Beauveria
bassiana (Bals.) Vuill. against the spruce bark beetle, Ips typographus
L., in the laboratory under various conditions.J. Appl.Entomol. 128
(6) : 384
Kreutz J., G. Zimmermann & O. Vaupel, 2004. Horizontal transmission of the
entomopathogenic fungus Beauveria bassiana among the spruce bark
beetle, Ips typographus (Col., Scolytidae) in the laboratory and under
field conditions. Biocon. Sci. Tech.14 (8) : 837 – 848
Lacey, L.A., R. Frutos, H.K. Kaya & P. Vail, 2001. Insecyt pathogens as
biological control agents: do they have future?. Biol. Cont. 21 : 230248
Meadow, R, J. D. Vandenberg & A. M. Shelton, 2000. Exchange of Inoculum
of Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. (Hyphomycetes) Between Adult
Flies of the Cabbage Maggot Delia radicum L. (Diptera: Anthomyiidae).
Biocon. Sci. Tech.10 (4) : 479-485
Morin, J.P., D. Rochat, C. Malosse,, M. Lettere, R.D. De Chenon, H Wibwo,
& C. Descoins, 1996. Ethyl 4-methyloctanoate, major component of
Oryctes rhinoceros (L.) (Coleoptera, Dynastidae) male pheromone.
C.R. Acad. Sci. Paris. 319:595-602.
Nguyen, K.B., 2002. Identification of steinernema species. Entomology &
Nematology Department, UFL, July 2002.
http://kbn.ifas.ufl.edu/steinkey.html

Nguyen, K.B., 2002. Identification of heterorhabditis species. Entomology &
Nematology Department, UFL, October 2002.
http://kbn.ifas.ufl.edu/hetekey.html
Pell, J.K., E.D.M. Macaulay & N. Wilding, 1993. A pheromone trap for dispersal
of the pathogen, Zoophthora radicans Brefeld (Zygomycetes:
Entomophthorales) amongst populations of the diamondback moth,
Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae). Biocon. Sci. Tech.
3: 315-320.
Poniar, G.O., 1990. Taxonomy and biology of steinernematidae and
heterorhadbitidae. In Gaugler R. & H.K. Kaya (eds), Entomopathogenic
nematodes in Biological Control. CRC Press Boca Raton Florida, pp :
23-60.
Rostaman, Didik Sulistiyanto & M. Harahap, 2003. Using entomopathogenic
nematodes for controlling insect pests on oyster mushroom supports
sustainable oyster mushroom industry in Indonesia. Disajikan dalam
Seminar Internasional “Low Input Sustainable Agriculture (LISA)” di
Unpad Bandung, 7 Oktober 2003
Scholte, E-J, B.G.J. Knols & W. Takken, 2004. Autodissemination of the
entomopathogenic fungus Metarhizium anisopliae amongst adults of the
malaria vector Anopheles gambiae s.s. Malaria J. 3:45
Slininger, P.J. R. W. Behle, M. A. Jackson & D. A. Schisler, 2003. Discovery
and development of biological agents to control crop pests. Neotop.
Entomol 32 (2).
Smart Jr, G.C. 1995. Entomopathogenic nematodes for biological control of
Insects: Viewpoint. Suppl J. Nematology 27 (4S) :529-533
Sulistyanto, D. & R.U. Ehlers, 1996. Efficacy of the Entomophatogenic
Nematodes Heterorhabditis megidis and H. Bacteriophora for control of
grubs (Phylloperta horticola and A. contaminans) in golf turf. Biocon.
Sci. Tech. 6: 247-250.
Vail P. L., D. F Hoffmann .,& J. S. Tebbets, 1993. Autodissemination of
Plodia interpunctella (Hübner) (Lepidoptera: Pyralidae) granulosis
virus by healthy adults, J. Stored Prod. Res., 29 : 71–74.
Yu, Z. & G.C. Brown. 1997. Autodissemination of a beet armyworm
(Lepidoptera:Noctuidae) baculovirus under laboratory conditions. J.
Econ. Entomol. 90: 1187-1194.

USULAN DANA PENELITIAN

A. Tahun Pertama

(dalam ribuan rupiah)
No

1

Jenis pengeluaran

12.000

10 bh
6 bh
2 bh
50 kg
20 bh
40 bh
2 bh
2 btl
2 ltr
1 bh
1 pkt
1 pkt
1 pkt
16 o-b
1 pkt

10
50
2
2
5
7.5
10
10
10
400
1.500
600
1.200
300
1.000

100
300
40
100
100
300
20
20
20
400
1.500
600
1.200
4.800
1.000
10.500

2 o-k
4 hr
6 o-b

2.400
150
1.500

4.800
600
9.000
2.000
16.400

20 bh
1 o-k

75
3.200

1.500
3.200
1.000
4.700

10 o-b

600

6.000

1000 g
1 set
1 set
10 bh
50 ltr

1
1.425
1.000
75
2,5

1.000
1.425
1.000
750
125

TPM
Honorarium
2 orang

2

6.000

Lain-lain
Laporan tengah dan akhir tahun
Pertemuan seminar Jakarta : ongkos pp
Manajemen P3M Politeknik Pertanian
Subtotal

1

20 o-b

Magang penelitian di TPM Jember
Ongkos pp
Lumpsum
Akomodasi (biaya hidup)
Transportasi lokal
Subtotal

4

Total
nilai

Biaya Operasional
Baki plastik (28x15x10)
Kotak serangga (40x40x40 cm)
Hand sprayer kecil
Makanan serangga (tebu + palm)
Wadah plastik (d 15, t 8 cm)
Wadah plastik (16x16x8 cm)
Cutter
Ringer solution
Alcohol 70%
Wind tunnel (fiber glass)
Feromon (PPKS)
Dokumentasi, komunikasi, jasa Tiki
Listrik, air, sewa lab (LL perkebunan)
Upah teknisi, 2 orang
Transportasi local (survey dll)
Subtotal Operasional TPP

3

Nilai
per unit

TPP
Honorarium
2 orang

2

Jumlah
unit

Biaya Operasional
Beef ekstrak
Yeast Salt Medium
NBTAgar
Kertas Saring Whatmann
Air destillata

Keterangan

Membran filter steril spartan uk 0,2 um
Kapas Steril
Glyserol
Pipet Plastik 10 – 1000 ul Eppendorf
Gelas Mikropipet 50 ul
Jarum Ose/Inokulasi
Mac Konkey Medium
BTB Agar
Media pembiakan serangga uji dan
rearing NEP
Tabung plastik croning 30 dan 60 ml vol
TTC Sigma
Nutrient Broth
Tabung Plastik Croning
Kain Nilon
Hand Counter
Gelas Erlemeyer 250 ml
Pipet Mikro Eppendorf 10-1000 ul Vol.
Aerator Nematoda
Wadah plastik
Dokumentasi, komunikasi, jasa Tiki
Listrik, air, sewa lab, bench fee
Subtotal Operasional TPM

3

100 bh
4 glg
500 ml
500 bh
100 bh
20 set
1000 g
1 set
1 set

20
5
0,1
1
20
25
1
2.000
1.050

2.000
20
5
500
200
500
1.000
2.000
1.050

50 bh
20 g
500 g
20 set
50 m

20
15
1
2,5
2

1.000
300
500
50
100

8 bh
50 bh
1 set
5 bh
40 bh
1 pkt
1 pkt

25
3,5
3.125
200
5
600
3.000

200
175
3.125
1.000
200
600
3.000
19.400

1 o-k
6 hr
5 hr
1 pkt

2.400
150
250
350

2.400
900
1.250
350
4.900

Kunjungan TPM ke TPP (Kupang)
Ongkos, pp
Lumpsum
Akomodasi
Transportasi lokal
Subtotal

Anggaran Total

74.900

B.

Tahun Kedua

(dalam ribuan rupiah)
No

1

Jenis pengeluaran

12.000

1000 g
1 set
1 set
10 bh
50 ltr
1 set

1
1.425
1.000
75
2,5
1.050

1.000
1.425
1.000
750
125
1.050

20 g
500 g
15 m
1 set
16 o-b
1 pkt
1 pkt
1 pkt
1 pkt
1 pkt
1 pkt

15
1
2
3.500
300
1.200
5.000
450
1.500
200
2.000

300
500
300
3.500
4.800
1.200
5.000
450
1.500
200
2.000

1 pkt

600

600
24.700

2 o-k
1 pkt
2 o-b
1 pkt

2.400
600
1.500
600

4.800
600
3.000
600
9.000

20 bh
1 o-k

75
3.200

1.500
3.200
1.000
5.700

10 o-b

600

6.000

1000 g
1 set
1 set
8 bh
50 ltr
1000 g

1
1.425
1.000
75
2,5
1

1.000
1.425
1.000
600
125
1.000

TPM
Honorarium
2 orang

2

6.000

Lain-lain
Laporan tengah dan akhir tahun
Pertemuan seminar Jakarta : ongkos pp
Manajemen P3M Politeknik Pertanian
Subtotal

1

20 o-b

Magang penelitian di TPPJember
Ongkos pp
Lumpsum
Akomodasi (biaya hidup)
Transportasi lokal
Subtotal

4

Total
nilai

Biaya Operasional
Beef ekstrak
Yeast Salt Medium
NBTAgar
Kertas Saring Whatmann
Air destillata
Media pembiakan serangga uji dan
rearing NEP
TTC Sigma
Nutrient Broth
Kain Nilon
Mikro Injektor 100 ul Vol.
Upah tenaga kerja, 2 orang
Koordinasi dengan petani/pemerintah
Sewa kendaraan
Pembuatan jebakan kumbang
Listrik, air, sewa laboratorium
Makanan untuk Galleria melonella
Bahan untuk pembuatan “inoculation
device”
Dokumentasi, komunikasi, jasa Tiki
Operasional TPP

3

Nilai
per unit

TPP
Honorarium
2 orang

2

Jumlah
unit

Biaya Operasional
Beef ekstrak
Yeast Salt Medium
NBTAgar
Kertas Saring Whatmann
Air destillata
Mac Konkey Medium

Keterangan

Media pembiakan serangga uji dan
rearing NEP
TTC Sigma
Nutrient Broth
Dokumentasi, komunikasi, jasa Tiki
Listrik, air, sewa lab, bench fee
Subtotal Operasional TPP

3

1 set

1.050

1.050

20 g
500 g
1 pkt
1 pkt

15
1
800
3.000

300
500
800
3.000
11.800

1 o-k
6 hr
5 hr
1 pkt

2.400
150
250
350

2.400
900
1.250
350
4.900

Kunjungan TPM ke TPP Kupang
Ongkos, pp
Lumpsum
Akomodasi
Transportasi lokal
Subtotal

Anggaran Total

74.100

RENCANA PENELITIAN SELANJUTNYA
Rencana kelanjutan penelitian tahun ke 3 dan 4 adalah penyempurnaan
formulasi nematoda yang sesuai dengan kondisi fisik daerah setempat dan
juga penyempurnaan alat inokulasi.
Penelitian autodiseminasi akan dilakukan pada skala yang lebih luas, yaitu
untuk seluruh areal kelapa di kabupaten Kupang dan propinsi Nusa Tenggara
Timur yang mempunyai masalah hama kumbang kelapa Oryctes rhinoceros.
Pendanaan untuk kegiatan tersebut akan diusulkan melalui jalur Menristek
(RUT), Dikti (Hibah Bersaing) dan Libangtan/Menteri Pertanian (PA2TP) dan
sumber-sumber lainnya. Akan diupayakan kerjasama dengan PPKS (Pusat
Penelitian Kelapa Sawit) Medan, karena masalah kumbang merupakan
masalah utama pada pertanaman kelapa sawit di daratan Sumatera.
Alat autodiseminasi (inoculation device) yang akan dibuat merupakan temuan
baru dan kemungkinan akan didaftarkan sebagai hak paten.

DESKRIPSI TIM PENELITI MITRA
Nama lengkap
Institusi
Jabatan
Keahlian

: Dr. sc.agr. Ir. Didik Sulistyanto
: Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Unej Jember,
: Dosen dan ketua Laboratorium Pengendalian Hayati
International Collaboration-Development Project (INCODEV (kerja sama Uni Eropa dan Indonesia)
: Bioteknologi, pengendalian hayati dan PHT

Track record dalam bidang penelitian :
Tema penelitian

Tahun dan sumber
dana

Genetic selection to enhance the patogenicity of entomopathogenic nematodes, Heterorhabditis bacteriophora as
biological Control of Phyllopertha horticola (Coleoptera)
Biological
control
of
Phyllopertha
horticola
with
entomopathogenic nematodes, Heterorhabditis bacteriophora
dan H. megidis on the Golf Turf
Biological control of insect pests on Tabacco, Spodoptera
litura dan Helicoverpa spp. with entomopathogenic nematodes
local isolates, Steinernema spp. dan Heterorhabditis spp.
Integrated pest management of Indonesian cabbage crops
pests, Plutella xylostella dan Crocidolimia spp. With
entomopathogenic nematodes local isolates, Steinernema
spp. dan Heterorhabditis spp.
Mass production of entomopathogenic nematodes local
isolates, Steinernema spp. and Heterorhabditis spp. as
biological control of insect pests on Sugarcane and Coffee,
Lepidiota stigma (Scarabaeidae: Coleoptera)
Integrated pest management of Indonesian horticulture insect
pests on Bromo Mount, East Jawa, Indonesian
Biological control of insect pest on horticulture with Bacillus
thuringiensis, Beauveria bassiana, Steinernema spp. and
Heterorhabditis spp.).
Mass production of entomopathogenic nematodes with the
simple methods as biological control of Indonesian insect
pests
Pathogenicity of entomopathogenic nematodes as biological
control of subterannean Termite, Coptotermes sp. in
Laboratory
An Investigation of entomopathogenic nematodes as
biological control of Plutella xylostella and Crocidolomia sp. in
Indonesian Cabagge Crops
Mass
production
of
entomopathogenic
nematodes,
Steinernema spp. and Heterorhabditis spp. as biological
control of Termites, Coptotermes curvignathus
An Investigation of sustainable control of Diamondbackmoth,
P. xylostella and Crocidolomia spp. with biological control
Agents.

1995-1996
Hibah Eropa
1995-1997
Hibah dari DAAD
Germany
1997/1998
Hibah Bersaing
DIKTI
1997-1999 (Multi
years)
Hibah dari IFS,
Swedia
1999
(Multi Years)
Hibah dari DIKTI
1998-1999
Hibah dari EROPA
1998-1999
Grant from DGHE
1998-1999
Grant from DGHE
DGHE
1999 – 2000
ITSF-Japan
2000 – 2001
RUT-DGHE
2001 – 2003
Hibah dari RISTEK
UNI EUROPA
20001 – 2003

Uji virulensi simbion bakteri nematoda entomopatogen,
Xenorhabdus sp. dan P. luminenscens terhadap larva
Lepidiotha stigma pada tanaman tebu dan kopi

Hibah dari DIKTI

PUBLIKASI NASIONAL DAN INTERNATIONAL:
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.

12.

13.

14.

Ehlers, R.-U., D. Sulistyanto, & G. Marini. 1996, Control of scarabaeid larvae
in Golf course turf with the entomopathogenic nematodes Heterorhabditis
megidis and H. bacteriophora. IOBC/EPRS Bulletin. 19, 84-86.
Sulistyanto, D. I. Gottorf-Folgert & , R.-U. Ehlers,1996. Bioassay for the
genetic selection of entomopathogenic nematodes with increased penetration
activity. Proceeding COST, Poznan, Polandia, pp. 20-27
Sulistyanto, D., A. Peters, H.M.T. Hokkanen, & R.-U. Ehlers, 1994.Evaluation
of entomopathogenic nematoda strains for control of Delia radicum, Tipula
oleaceae and T. paludosa. IOBC/WPRS Bulletin. 17, 140-143.
Sulistyanto, D. & R-U. Ehlers, 1996. Engerlinge des gartenlaubkäfers
bekämpft, insektenpathogene Nematodan erfolgreich. Greenkeepers Journal.
4, 18-20.
Sulistyanto, D. & A. Peters, 1996. Probleme bei der bekämpfung der kleinen
kohlfliege (Delia radicum) mit entomopathogenen nematodan Steinernema
tidae and Heterorhabditidae. Deutschen Phytomedizin Bulletin. 24, 38-39.
Sulistyanto, D. & R-U.Ehlers, 1996. Möglichkeiten der anwendung
entomopathogener nematodan gegen Engerlinge (Coleoptera: Scarabaeidae).
Deutschen Phytomedizin Bulletin. 24, 38-39
Sulistyanto, D. & R-U. Ehlers, 1996. Biologischer bekämpfung der
gartenlaubkäfer Phyllopertha horticola (Coleoptera: Scarabaeidae) mit den
entomopathogener Nematodan. Proceeding of the Deutsche Gesselschaft für
allgeimeine und angewandte Entomologie. 10, 210-212.
Sulistyanto, D. & R-U. Ehlers, 1996. Feldversuchergebnisse zur bekämpfung
von Engerlingen auf Golfrasen. Deutschen Phytomedizin Bulletin. 25, 52-53.
Sulistyanto, D. & R.-U. Ehlers, 1996. Nematodes persistence in the presence
of hosts: intrepetation of field results with Heterorhabditis spp. againts two
Grubs species in Golf Course turf. Proceeding COST, Todi, Italy. pp. 60-70.
Sulistyanto, D. I. Gottorf-Folgert & R.-U Ehlers, 1996. Bioassay for the genetic
selection of entomopathogenic nematodes with increased penetration activity.
Proceeding COST, Poznan, Polandia. pp. 53-60
Sulistyanto, D. & R.-U. Ehlers, 1996. Efficacy of the entomopathogenic
nematodes Heterorhabditis megidis and H. bacteriophora for the control of
grubs (Phyllopertha horticola and Aphodius contaminatus) in Golf Course Turf.
Biocontrol Science and Technology. 6, 247-250.
Sulistyanto, D. 1997. Untersuchungen zum wirkungspotential entomo
pathogener nematodan (Heterorhabditis spp.) zur biologischen bekämpfung
von Engerlingen des gartenlaubkäfer (Phyllopertha horticola). PhD
Dissertation, Uinversity of Kiel, Germany
Sulistyanto, D. 1997. Nematoda entomopatogen Steinernema spp. dan
Heterorhabditis spp.: Prospeknya sebagai agenia pengendalian hayati
serangga hama tumbuhan. Majalah Ilmiah Pembangunan UPN Veteran -Jatim.
Vol. VII (16), pp.II: 13-22.
Sulistyanto, D. & R-U. Ehlers, 1998. Host invasion and genetic selection for
enhanced penetration activity. pp. 61-70. In Simoes, N., N Boemare, and R-U.
Ehlers(Eds),
Entomopathogenic
Nematodes:
Pathogenicity
of
entomopathogenic nematodes versus insect defence mechanisms. Azoren,
Portugal. COST 812, pp; 61-70.

15. Sulistyanto, D. & E.Zahroin, 1999. Pathogenicity of bacteria complexs of

16.

17.
18.
19.

20.
21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

entomopathogenic nematodes, Steinernema carpocapsae- Xenorhabdus
nematophilus (All strain) as biocontrol of main pests Indonesian cabbage
crops, Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae). Thesis.
Sulistyanto, D. & Z. Syai’dah, 1999. Pathogenicity of entomopathogenic
nematodes, Steinernema carpocapsae (All strain) as biocontrol of main pests
Indonesian Tobacco Plantation, Helicoverpa sp. L. (Lepidoptera: Noctuidae).
Thesis
Sulistyanto, D. & E. Zuroidah, 1999. Pathogenicity of entomopathogenic
nematodes, Steinernema carpocapsae (All strain) as biocontrol of main pests
Indonesian Cabbage crops, Plutella xyllostella (Lepidoptera: Pyrillidae).. Thesis
Sulistyanto, D. & D.S. Swiyono, 1999. Patogenisitas nematoda
entomopatogen Steinernema carpocapsae (All strain) dan S. glaseri terhadap
hama penggerek buah kopi, Hypothenemus hampei. Ferr. Thesi
Sulistyanto, D. & S. Nurdiana, 1999. Pathogenicity of entomopathogenic
nematodes, Steinernema carpocapsae (All strain) as biocontrol of main pests
Indonesian Cabbage crops, Crocidolomia binotalis Zell. (Lepidoptera:
Pyrillidae). Thesis.
Sulistyanto, D. & Harahap, M. 2000. Characteristic morphology, physiology
bacteria symbiotic entomopathogenic nematodes local isolates as biocontrol of
Plutella xyllostella (Lepidoptera: Pyrallidae).
Sulistyanto, D. & Anton Muhibuddin, 2001. Potensial of Steinernema spp. and
Heterorhabditis spp. as biological control of subterannean termite,
Coptotermes curvignathus and Microtermes sp. control and its synergism to
another biological control. Proceeding: The 2 nd Indoneian Biotechnology
Conference, Yogyak,23-26 October 2001, 5p
Sulistyanto, D. 2001. In vitro obtention of an entomotoksin insecticidal protein
from the entomopathogenic nematodes, Steinernema spp.- Xenorhabdus spp.
complex. Proceeding: The 2nd Indoneian Biotechnology Conference, Yogya, 2326 October 2001, 6p.
Sulistyanto, D. & Rachmi Masnilah. 2001. Determination of
entomopathogenic nematodes-bacterium complexes, Steinernema spp.Xenorhabdus and Heterorhabditis indica- P. luminenscens as Biological Control
of Insect Pests. Proceeding: The 2nd Indoneian Biotechnology Conference,
Yogja, 23-26 October 2001, 14p.
Sulistyanto, D. & Rachmi Masnilah. 2002. Mass production of bio-insecticide
from entomopathogenic nematodes-bacterium complexes, Steinernema spp.Xenorhabdus and Heterorhabditis indica- P. luminenscens as Biological Control
of Insect Pests. Journal of Plant Protection
Sulistyanto, D. 2003. Field efficacy of entomopathogenic nematodes and B.
thuringiensis for the biological control of DBM, P. xylostella and Crocidolomia
binotalis in Indonesian Cabbage Crop. Abstract of IOBC/WPRS European
Meeting, Salzau, Kiel, Germany, May, 23-29, 99 p.
Rostaman, Didik Sulistiyanto & M. Harahap, 2003. Using entomopathogenic
nematodes for controlling insect pests on oyster mushroom supports
sustainable oyster mushroom industry in Indonesia. Disajikan dalam Seminar
Internasional “Low Input Sustainable Agriculture (LISA)” di Unpad Bandung, 7
Oktober 2003
Sulistyanto, D. & Suharto. 2003. Evaluation of P. xylostella resistance from
East Java, Indonesian, to B. thuringiensis Abstract of IOBC/WPRS European
Meeting, Salzau, Kiel, Germany, May, 23-29, 100 p.

LAMPIRAN
Bagan Kegiatan Penelitian

SURVEY LAPANGAN

Koleksi serangga
Oryctes rhinoceros

Isolasi, koleksi,
identifikasi
nematoda

Perbanyakan
serangga Oryctes
rhinoceros

Perbanyakan
nematoda invivo,
dan in vitro

Pengujian
nematoda terhadap
larva serangga
Respon kumbang
terhadap feromon

Autodiseminasi
nematoda di
laboratorium

Desain alat
autodiseminasi
(inoculation
device)

Tahun I

Tahun II
Penangkapan
kumbang, deteksi
nematoda pada larva

Autodiseminasi
nematoda di
lapangan

Perbanyakan
nematoda invivo,
dan in vitro

JADWAL KERJA TAHUN PERTAMA
No

Jenis kegiatan

bulan
3

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

4

5

6

7

8

9

10

Koleksi serangga Oryctes
rhinoceros dari kebun kelapa
Perbanyakan serangga
Oryctes rhinoceros
Isolasi nematoda dari kebun
kelapa di Kupang dsk
Identifikasi nematoda
entomopatogen
Perbanyakan nematoda
secara in vivo
Perbanyakan nematoda
secara in vitro
Screening nematoda pada
larva
Respon kumbang terhadap
feromon
Disain alat autodiseminasi
“inoculation device”
Autodiseminasi nematoda di
laboratorium
Evaluasi & penyempurnaan
alat
Pembuatan laporan tengah
(progress report)
Seminar hasil
Pembuatan naskah publikasi
Pembuatan laporan akhir
(final report)

Catatan :
1. Kegiatan magang dilakukan di TPM pada bulan Mei, selama 3 bulan
2. Kegiatan perbanyakan serangga difokuskan di TPP
3. Kegiatan perbanyakan nematoda difokuskan di TPM, namun
perbanyakan secara in vivo masih dilakukan diTPP

11

12

JADWAL KERJA TAHUN KEDUA
No

Jenis kegiatan

bulan
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

2

3

4

5

6

Perbanyakan serangga
Oryctes rhinoceros
Perbanyakan serangga
Galleria mellonella
Perbanyakan nematoda
secara in vivo dan in vitro
Pembuatan alat “inoculation
device”
Penentuan lokasi penelitian
lapangan
Pembuatan/pemasangan
“breeding site”
Pemasangan “inoculation
device” di lapangan
Monitoring larva Oryctes
yang terinfeksi nematoda
Evaluasi alat “inoculation
device”
Pembuatan laporan tengah
(progress report)
Seminar hasil
Pembuatan naskah publikasi
Pembuatan laporan akhir
(final report)

Catatan :
1. Kegiatan magang dilakukan di TPM selama 1 bulan
2. Kegiatan perbanyakan serangga Oryctes difokuskan di TPP
3. Kegiatan perbanyakan nematoda dilakukan di TPP, sedangkan
untuk stok perbanyakan masih dilakukan di TPM

7

8

9

10

Riwayat Hidup Tim Peneliti Pengusul (TPP)
I. KETUA TPP
A. Data Diri :
Nama lengkap dan gelar
Pekerjaan dan intansi
Jabatan fungsional
Jenis kelamin
Status perkawinan
Alamat

Jacqualine Arriani Bunga, SP, M.Si
Staf pengajar pada Politeknik Pertanian Negeri Kupang
NTT
Asisten Ahli Madya
Perempuan
Menikah, 1 orang anak
Jl. Angklung 16, Fatufeto, Kupang 85222, NTT

Telepon
Email

(0380) 825358 (HP. 081339001329)
[email protected]

B. Riwayat Pendidikan
1. Program S1 pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Cendana Kupang lulus tahun 1995
2. Program Magister Sains pada Program Studi Entomologi dan Fitopatologi
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB Bogor lulus tahun 2004
C. Riwayat Pekerjaan
1. Staf pengajartetap pada Politeknik Pertanian Negeri Kupang, sejak tahun 1987
sampai sekarang

D. Pengalaman Penelitian/Pengabdian : tahun 1995- sekarang
1. Eksplorasi Nematoda entomopatogen dari Kupang, NTT dan Pengujian
Keefektifannya terhadap Cylas formicarius Fabr. (Coleoptera:
Curculionidae) (2004) Thesis magister

Kupang, Maret 2005

J A.Bunga

II. ANGGOTA TPP
A. Data Diri :
Nama lengkap
Tempat dan tanggal lahir
Pekerjaan dan intansi
Jenis kelamin
Jabatan fungsional
Status perkawinan
Alamat
Email

Ir. Rostaman, Msi
Garut, 10 Nopember 1961
Staf pengajar pada Politeknik Pertanian
Kupang NTT
Laki-laki
Lektor
Menikah, dengan 3 orang anak
Perumahan Politani Penfui Kupang NTT
Tel 0380881075 hp 08122422108
[email protected]

Negeri

B. Riwayat Pendidikan
1. Program S1 pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 1986 (5 tahun)
2. Pendidikan Pengajar Politeknik Pertanian di PEDCA Unpad Bandung, lulus
tahun 1988 (2 tahun)
3. Program Magister Sains pada Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, lulus tahun 1999 (2 tahun)
C.

Kursus/Pelatihan yang telah diikuti

1. Pengelolaan terpadu di daerah pesisir dan pantai di PSL Undana Kupang, tahun
1995 (selama 3 minggu)
2. Penataran prapasca sarjana bidang ilmu hayati di UGM Yogyakarta pada tahun
1996-1997 (5 bulan)
3. Penataran program matrikulasi bidang ilmu-ilmu pertanian di Fakultas Pertanian
UGM Yogyakarta tahun 1997 (1 bulan)
4. Pelatihan Kultur Jaringan tumbuhan di BPTP Naibonat Kupang tahun 2000
(selama 1 minggu)
5. Pelatihan Akarologi Pertanian di Jurusan HPT IPB Bogor, Agustus 2004
D. Riwayat Pekerjaan
1. Asisten dosen pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor, tahun 1983-1984 dalam mata kuliah Botani Umum dan
Fisiologi Tumbuhan Umum
2. Staf pengajar tetap pada Politeknik Pertanian Negeri Kupang, sejak tahun 1989
sampai sekarang
3. Widyaiswara pada Balai Latihan Kehutanan Kupang tahun 1984-1985 dengan
materi Teknik Silvikultur Tanaman Cendana
4. Staf peneliti pada KPP Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung tahun 2002-2004

E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Pengalaman Penelitian/Pengabdian : tahun 1995- sekarang
Upaya pengendalian penyakit dan hama tanaman cendana pada pembibitan
dan pertanaman di wilayah Kupang. Mandiri, kerja sama antara Politeknik
Pertanian dengan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (1