FASIQ DALAM GAMBARAN TAFSIR IBNU KATSIR.

FASIQ DALAM GAMBARAN TAFSIR IBNU KATSIR
Skripsi:
Disusun Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh:

AHMAD MAJID
NIM: E03211007

JURUSAN TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAN NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi ini hasil dari penelitian kepustakaan dengan judul “Fasik Dalam
Gambaran Tafsir Ibnu Katsir”, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
bagaimana metode dan teori Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat-ayat tentang
faisq, Bagaimana makna fasik dan Analisis berdasarkan penafsiran Ibnu Katsir?

Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitiannya
diperoleh melalui kajian teks (teks reading) dan selanjutnya di analisis dengan
menggunakan pola pikir deduktif.
Penafsir kitab yang menggunakan metode Al-tafsir Al-tahlily ini ialah Tafsir
al-Qur’an al-Azhim (terkenal dengan tafsir Ibnu Katsir) karangan Ibnu Katsir.
Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat-ayat tentang fasik, mempunyai beberapa
banyak teori diantaranya yaitu “tafsir Al-Quaran dengan al-Quran.” tafsir ini
merupakan tafsir yang banyak memuat atau memaparkan ayat-ayat yang
bersesuaikan maknanya, kemudian diikuti dengan (penafsiran ayat dengan) hadishadis marfu’ yang ada relevansinya dengan ayat (yang sedang ditafsirkan) serta
menjelaskan apa yang dijadikan hujjah dari ayat tersebut. Kemudian diikuti pula
dengan atsar para sahabat dan mendapat tabi’in dan ulama salaf sesudahnya.
disertekannya pula peringatam akan cerita-cerita Isra’iliyat tertolak (munkar) yang
banyak tersebar dalam tafsir-tafsirnya bil-ma’sur, baik peringata itu secara global
maupun mendetail.
Orang fasik menurut Ibnu Katsir adalah orang-orang yang menyimpang dari
jalan ketaatan dan keteladanan serta menyimpang dari janji yang mereka ambil
yaitu janji yang membuat mereka di ciptakan dan telah di fitrahkan di dalam diri
mereka. Janji itu telah di ambil dari mereka masih berada di dalam tulang sulbi,
yaitu bahwa Tuhan dan penguasa mereka adalah Allah, tidaka ada Tuhan selain
Dia.

Analisis ayat tentang fasik didalam al-Qur’an menurut Ibnu Katsir ialah:
ayat-ayat yang ditujukan kepada beberapa golongan yaitu: Yahudi/Israel (yang
tidak percaya akan nabi Muhammad, meyepelekan dosa kecil, dan tidak taat
kepada pemimpinnya), Nasrani (tidak taat kepada tuhan dan cenderung pada
kebatilan, dan mengejek agama Islam), Muslim/Islam (orang yang ragu dengan
Islamm, tidak mengimani nabi Muhammad, dan orang yang mengikuti budaya alKitab).

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .......................................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................

iii


PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................

iv

PERYATAAN KEASLIAN..........................................................................

v

MOTTO ........................................................................................................

vi

PERSEMBAHAN .........................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ix


ABSTRAK ....................................................................................................

xi

DAFTAR ISI .................................................................................................

xii

TRANSLITERASI ........................................................................................

xiv

BAB I

BAB II

Pendahuluan
A. Latar belakang ..........................................................................


1

B. Identifikasi masalah .................................................................

6

C. Rumusan masalah.....................................................................

6

D. Tujuan penelitian......................................................................

7

E. Kegunaan penelitian .................................................................

7

F. Kajian pustaka ..........................................................................


8

G. Metode penelitian .....................................................................

9

H. Sistematika pembahasan ..........................................................

11

Metode Tafsir dan Teori Penafsiran
A. Teori Metode dan Corak-Corak Tafsir .....................................

13

B. Teori Asbabul Nuzul ................................................................

17

xii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Teori Munasabah ......................................................................
BAB III

21

Ibnu katsir dan Penafsirannya Tentang Makna Fasiq

A. Biografi Ibnu katsir Dan Tafsirnya ..........................................

23

B. Makna Fasiq Menurut Ibnu Katsir ...........................................

30

BAB IV


Analisis Terhadap Penafsiran Ibnu Katsir Tentang Fasik .......
Klasifikasi Ayat-ayat fasik berdasarkan penafsiran Ibnu
Katsir .......................................................................................

BAB IV

132

Penutup

A. Kesimpulan ..............................................................................

137

B. Saran.........................................................................................

138

DAFTAR PUSTAKA


xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Al-Qur’an adalah kitap suci umat Islam yang berisi firman Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan perantara malaikat Jibril untuk
dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat
manusia. 1Seiring dengan berkemnbangan zaman banyak kalangan umat Islam
yang mempelajari al-Qur’an dari berbagai bentuk pemahaman sesuai dengan
teologinya masing-masing sehingga banyak perbedaan pendapat dikalangan umat
Islam itu sendiri.
Banyaknya perbedaan dikalangan umat Islam mengakibatkan disetiap
teologi saling menyalahkan bahkan mengkafirkan setiap golongan itu sendiri.Dan
pada zaman sekarang ini kebanyakan umat Islam tidak terlalu memperdulikan
dosa-dosa kecil maupun dosa besar sehingga orang tersebut terjerumus dalam
kefasiq-kan. Sebagai mana telah di terangkan dalam firman Allah surat AlBaqarah ayat59 :


 ‫ ﹺ ﺰﹰ‬ ‫ﻇﹶﹶ‬

‫ ﱠ‬ ‫ ﹶ‬ ‫ﹶﹶ ﺰﹾ‬ ‫ﹶ‬‫ ﹶ‬ ‫ ﱠ‬ ‫ ﹶ‬‫ﹶ ﻻﹰ‬ ‫ﻇﹶﹶ‬ ‫ ﱠ‬‫ﹶ ﹶ‬
‫ ﹶ ﹾ ﹸ ﹶ‬ ‫ﹺ‬ِ‫ﺀ‬

Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang
tidak diperintahkan kepada mereka.Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang
yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik. 2

1
2

KBBI ( kamus besar bahasa Indonesia) digital.
Al-Quran dan Terjemah, surat al-Baqarah: ayat 59, (CV penerbit Diponegoro, 2008), 9.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2


Sebagaimana dengan pengertian fasiq adalah orang mukmin atau orang
muslim yang secara sadar melanggar ajaran Allah (Islam) atau dengan kata lain
orang tersebut percaya akan adanya Allah, percaya akan kebenaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tetapi dalam tindak perbuatanya mereka
mengingkari tehadap Allah dan hukum-Nya, selalu berbuat perusakan dan
kemaksiatan.
Dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwasanya dalam firman-Nya “
(

‫ﹶ‬‫ ﹶ‬ ‫ ﱠ‬ ‫ ﹶ‬‫ﹶ ﻻﹰ‬ ‫ﻇﹶﹶ‬

‫ ﱠ‬‫)ﹶ ﹶ‬

lalu orang-orang zhalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang
tidak diperintahkan kepada mereka. 3 “ Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

 ‫ ﹶ‬ ‫ ﺰ ﹸ ﹶ‬ ‫ﹶ ﺧﹸ‬ ‫ ﻄﱠ ﹲ‬ ‫ ﹸ ﹸ‬



‫ﹾ‬ ‫ﹸ ﺧﹸ‬ ‫ﹶ‬
ِ‫ﺇ‬ ‫ ﹺ‬ ‫ﹶ‬
‫ﺷ‬ ‫ ﹲ‬ ‫ ﹶ ﹸ‬ ‫ﹶ ﹸ‬ ‫ﺴ ﺘ ﹺ‬

“ Dikatakan kepada Bani Israil, ‘Masukilah pintu gerbang sembari
bersujud dan katakanlah, hithhah (bebaskanlah kami dari dosa)’. Maka merekapun
memasuki pintu dengan berjalan merangkak di atas pantat mereka.lalu mereka
mengganti dan mengatakan,’Habbatun fi sya’ratin (biji-biji di dalam gandum)’”.
Hadis shahih ini diriwayatkan al-Bukhari, Muslim, dan at-Tirmidzi mengatakan,
“hadis ini hasan shahih”. 4

3

Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Terj. M.
Abdul Ghaffar E.M, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2004), 93.

4

Ibid.,524.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Kesimpulan dari apa yang dikemukakanoleh para mufassirin dan
berdasarkan pada konteks ayat tersebut adalah bahwa mereka mengganti perintah
Allah SWT untuk tunduk dengan ucapan maupun perbuatan. Ketika mereka di
perintahkan untuk masuk sembari bersujud, mereka masuk sambil merangkak
diatas pantat dan membelakangi dengan mengagkat kepala mereka. Mereka juga
diperintahkan untuk mengatakan: “

‫ﻄﱠ ﹲ‬

(hapuskanlah semua dosa dan kesalahan

kami). “ Tetapi mereka malah mengolok-ngolok perintah tersebut, dan dengan
nada mengolok mereka mengatakan: “

‫ﻄﹶ ﹲ ﰱﹺ ﺷ‬

.” (biji-bijian dalam

gandum).”
Hal ini merupakan puncak pembangkangan dan pengingkaran.Oleh
karena itu Allah SWT menurunkan kepada mereka azab dan siksaan-Nya,
disebabkan kefasiqkan mereka keluar dari ketaatan kepada-Nya.Dan karena itu,
Dia berfirman, (

‫ ﹾ ﹸ ﹶ‬ ‫ ﹶ‬ ‫ﹺ‬ِ‫ﺀ‬

 ‫ ﹺ ﺰﹰ‬ ‫ﻇﹶﹶ‬

‫ ﱠ‬ ‫ ﹶ‬ ‫) ﹶ ﹶ ﺰﹾ‬

“Maka Kami timpahkan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit karena
mereka berbuat fasiq.”
Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya; setiap kata
arrijzu yang terdapat didalam al-Qur’an berarti azab.

‫ ﺰ‬

Sedangkan Abu al-Aliyah berpendapat, “

” Berarti “

‫ﻀ‬



(marah,murka).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Dan asy-Sya’bi mengatakan, “

dan bisa juga “

‫ ﺰ‬

‫ﹸ‬

” Bisa berarti “

‫ﻄﱠ‬

” (wabah)

” (hawa dingin).

Ibnu Jarir meriwayatkan, dari Usamah bin Zaid ra, dari Rasulullah SAW,
beliau bersabda:

‫ﺰ ﱢ ﹺ ﺾ ﹾﻻﺀُ ﹺ ﹶ ﹶ ﹸ‬

‫ﹶ‬

‫ﹾ‬‫ﱠ ٰ ﹶ‬

“ Sesungguhnya penyakit dan penderitaan ini adalah rijzu (adzab) yang
ditimpakanya kepada sebagian umat sebelum kalian,” Hadis ini asalnya
diriwayatkan didalam kitab shahihain (Shahih al-Bukhari dan Muslim). 5
Dalam penelitian ini penulis mengangkat pandangan Ibnu Katsir tentang
ayat-ayat yang berhubunga dengan orang fasiq, dan mengungkap satu-persatu ayat
tentang fasiq yang dalam al-Qur’an tidak hanya ditujukan pada orang Islam
melainkan ditujukan pada banyak gologan seperti Kristen, dan Yahudi.Seperti
dalam firman Allah surat al-Maidah ayat 47:

 ‫ﹶﹸ ﹶ‬ ‫ ﱠ‬‫ﹶ ﺰ ﹶ‬ ‫ﹺ‬ ‫ ﹸ‬ ‫ﹶ‬

  ‫ ﱠ‬‫ﹶ ﺰ ﹶ‬ ‫ﹺ‬‫ ﻹِﳒ ﹺ‬‫ﹶ ﹸ‬ ‫ﹾ ﹸ‬
‫ ﹾﹶ ﹸ ﹶ‬

Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak amemutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang fasik. 6

5

Ibid., 141.
Al-Qura’an dan Terjemah, Surat al-Maidah ayat 47.(cet,Bogor Pustaka Imam Syafi’I,
2004), 23.

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Firman Allah Ta’ala 7(

 ‫ ﱠ‬ ‫ﹶ ﺰ ﹶ‬ ‫ﹺ‬ ‫ ﻹِﳒ ﹺ‬ ‫ﹶ ﹸ‬ ‫ﹸ‬

‫ﹾ‬

) Dan

hendaklah orang-orang yang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah didalamnya, “ Maksudnya, agar mereka beriman kepada
semua yang dikandungnya dan menjalankan semua yang Allah perintahkan
kepada mereka. dan diantara terdapat dalam Injil adalah berita gembira akan
diutusnya Muhammad sebagai Rasul, serta perintah untuk mengikuti dan
membenarkannya jika dia telah ada. (

‫ ﹾ ﹶ ﹸ ﹶ‬8)
F

  ‫ﹶﹸ ﹶ‬ ‫ ﱠ‬‫ﹶ ﺰ ﹶ‬ ‫ﹺ‬ ‫ ﹸ‬ ‫ﹶ‬

“ Brang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang

diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasiq.” 9 Yaitu, orangP8 F

P

orang yang keluar dari ketaatan kepada Rabb mereka, dan cenderung kepada
kebatilan serta meninggalkan kebenaran.
Banyak cara pendekatan dalam memahami al-Qur’an di antaranya yaitu
metode Tahliliy, yaitu satu metode tafsir yang mufassirnya berusaha menjelaskan
kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai segi yang dianggap perlu oleh

7

Ibid.
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir Juz 6,
(Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 2002), 487-488.
9
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir Juz 6,
(Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 2002), 487-488.

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

seorang mufassir. Bermula dari arti kosa kata, asbab al-nizul, munasabah, dan
laian-lain yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat. 10

B. Identifikasi masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan identifikasi
masalahnya bahwa penelitian ini ingin membahas tentang pandangan Ibnu Katsir
terhadap orang fasiq sebagai mana sebagai berikut:
1. Pengertian dan ciri-ciri orang fasiq.
2. Prespektif Ibnu Katsir terhadap orang fasiq.
3. Menjelaskan setiap ayat yang ditujukan dalam beberapa golongan (Islam,
Kristen dan Yahudi).
Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada dua permasalahan
saja, yaitu pemahaman Ibnu Katsir secara komprehensif tentang orang fasiq dan
menjelaskan setiap ayat yang ditujukan dalam beberapa golongan.

C. Rumusan masalah
Setelah apa yang dipapaprkan diatas maka dalam penelitian ini
merumuskan beberapa masalah yang akan dikupas dengan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana makna fasik berdasarkan penafsiran Ibnu Katsir?

2. Bagaimana metode dan teori Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat-ayat
tentang fasiq?
10

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masarakat), (Bandung: PT Nizan Pustaka, 2004), 86.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

D. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dapat
diuraikan sebagaimana berikut:
1. Memahami Bagaimana makna fasiq dan klasifikasinya berdasarkan
penafsiran Ibnu Katsir.

2. Bagaimana metode dan teori Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat-ayat
tentang faisq.

E. Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini semoga memberikan sumbangsih baik dalam aspek
keilmuan (teoristis) maupun dalam aspek terapan praktis.
1. Aspek keilmuan
a. Sebagai sumbangsih pemikiran dan upaya guna memperkayah
hkazanah ilmu pengetahuan keislaman khususnya dalam bidang ilmu
Tafsir.
b. Semoga apa yang menjadi penelitian ini bermanfaat bagi kegiatan
dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan bagi siapa saja yang
membacanya dan bisa dijadikan sebuah rujukan atau pedoman dalam
rangka mengenal orang-orang fasiq.
2. Aspek terapan praktis.
a. Ikut serta membumingkan pemahaman-pemahaman tentang orang
fasiq terhadap masyarakat luas khususnya masyarakat Indonesia.
b. Memberi pengertia terhadap masyarakat awam tentang orang fasiq.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

F. Kajian pustaka
Pada kajian pustaka, penelitian ini melakukan kajian ulang, menganalisis
dan menyimpulkan literature yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Jadi kajian pustaka menguraikan apakah yang sudah dikerjakan dan ditulis oleh
peneliti lain sebelumnya, menguraikan teori dan konsep berkaitan dengan masalah
yang sedang diteliti untuk memperoleh kesimpulan atau jawaban sementara dari
masalah tersebut. Selain dari itu, kajian pustaka menunjukkan siasat penelitian
dan prosedur serta instrument yang dipakai untuk peneliti. 11
Dalam kajian pustaka ini penulis menemukan beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis diantaranya yaitu:
1. “Karakteristik orang fasiq menurut al-Qur’an” karya Rahmat Rizal D.
dalam sekripsinya (jurusan tafsir hadis Uin Sunan Ampel Surabaya 2013).
Dalam sekripsi ini membahas orang fasiq menurut al-Qur’an hanya satu
ayat yaitu surat at-Taubah ayat 67 dan munasabahnya. Dan skripsi ini
menjelaskan banyak mufassir yang tidak menuju pada satu mufassir saja.
Sedangkan penelitian penulis yang membedakan dengan sekripsi Rahmat
Rizal yaitu penulis memaparkan semua ayat yang membahas tentang fasiq
dan menjelaskan setiap ayat yang tergolong atau setiap ayat yang tidak
hanya ditujukan pada orang Islam saja melainkan banyak

G. Metode penelitian

11

Sumanto, Teori Aplikasi Metode Penelitian,Cet 1, (Yogyakarta: CAPS “Center of
Academic Publishing Service”, 2014), 27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Model penelitian.
Penulisan karya ilmiah ini menggunakan model penelitian kualitatif
dengan pendekatan historis literer.
2. Metode penelitian.
Penelitian

ini

termasuk

dalam

penelitian

non-empirik

yang

menggunakan metode library restarch (penelitian kepustakan). Oleh karena itu,
sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahanbahan tertulis baik berupa letratur bahasa Arab maupun Indonesia yang
mempunyai relefansi dengan permasalahan penelitian ini.
3. Sumber data.
Sumberdata yang digunakan, antara lain:
a. Sumberdata primer.
1) Al-Quran
2) Al-Hadis
3) Kitab Ibnu Katser
b. Sumberdata sekunder.
1) Buku

penunjang

yang

berkaitan

dengan

permasalahan

penelitian, antara lain: kitap tauhid karya Syaikh Shalih bin
Fauzan al-Fauzan, Al-Qur’an dan Terjemah, Shafatut Tafasir,
Tafsir al-Azhar.
4. Metode pengumpulan data.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Tehnik pengumpulan data melalui setudi dokumentasi di artikan sebagai
upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa catatan atau gambar yang
tersimpan berkaitan dengan masalah yang diteliti.Dokumen merupakan fakta dan
data tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi.Sebagian besar
data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatan harian,
biografi, simbol, artefak, foto, seketsa dan data lainya yang tersimpan. 12
Dalam metode pengumpulan data, penulis disini menggunakan metode
dokumentasi yang terbatas pada benda-benda tertulis seperti buku, jurnal ilmiah
atau dokumentasi tertulis lainya.
Penggunaan dokumen ini berkaitan dengan apa yang disebut analisis
data. Cara menganalisis isi dokumen iayalah dengan memeriksa dokumen secara
sistematik bentuk-bentuk yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen
secara obyektif. 13
5. Metode analisis data
Analisis data kualitatif (Bodan dan Biklan, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 14

12

Rully Indrawan & Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian” Kuantitatif, Kualitatif, dan
Campuran untuk Menejemen, Pembangunan, dan Pendidikan”, Cet 1, (Bandung: PT
Refika Aditama,2014), 139.
13
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Cet 1, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), 226.
14
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penenlitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), 248.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Penulis

disini

menggunakan

analisis

deskriptif

mengacu

pada

transformasi data mentah kepada suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih
mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data yang deteliti. Kegunaan
deskriptif ialah untuk menggambarkan jawaban-jawaban observasi. 15 Sehingga
apa yang dinanti dipaparkan penulis mudah dapat dipahami oleh pembaca tentang
prespektif Ibnu Katsir terhadap orang fasiq.
H. Sistematika pembahasan
Bab I

: pendahuluan, yang berisi tentang pola penulisan skripsi, meliputi: latar
belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, sitematika
pembahasan.

Bab II

: dalam bab ini akan membahas tentang metode tafsir dan teori Ibnu
Katsir dalam menafsirkan ayat fasik.

Bab III : fasik menurut gambaran tafsir Ibnu Ktasir
Bab IV : analisa, yang mengungkap dari hasil penelitian terhadap Metode Ibnu
Katsir dalam menafsirkan ayat-ayat tentang fasiq dan menjelaskan
makna dan klasifikasi tentang orang-orang fasiq berdasarkan penafsiran
Ibnu Katsir.
Bab V : penutup atau kesimpulan dan saran-saran

15

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian.,138.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI
MUNASABAH

A. Metode dan Corak-corak Tafsir
Menurut Nashiruddin Baidan, metode penafsiran al-Qur’an terbagi
menjadi empat macam, yaitu:
1. Metode Ijmali (global)
Metode ijmali ialah metode dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara
ringkas tetapi mencakup, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti,
dan enak dibaca. Sistematika penulisannya menuruti susunan ayat-ayat di
dalam mushaf. Di samping itu, penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya
bahasa al-Qur’an, sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan
masih tetap mendengar al-Qur’an, padahal yang didengar adalah tafsirnya.
2. Metode Tahlili (analitis)
Metode tahlili ialah metode dalam menjelaskan al-Qur’an dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan itu, serta menerangkan makna-makna yang tercakup di
dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang
menafsirkan ayat-ayat tersebut. Sistematika penulisannya menuruti
susunan ayat-ayat dan surat-surat di dalam mushaf. Tafsir dengan metode
tahlili tersebut menguraikan berbagai aspek yang terkandung di dalam

13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

ayat-ayat yang ditafsirkan, seperti pengertian kosa kata, konotasi
kalimatnya, latar belakang turunnya ayat, keterkaitan dengan ayat lain
(munasabah), dan pendapat-pendapat yang telah ada berkenaan dengan
penafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi, sahabat,
tabi’in, maupun ahli tafsir lainnya.
3. Metode Muqarin (komparatif)
Metode muqarin ialah membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-Qur’an
yang memiliki kesamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau
lebih, dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama.
Istilah lain ialah membandingkan ayat-ayat al-Qur’an dengan Hadis yang
pada lahirnya terlihat bertentangan, atau juga diartikan dengan
membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan alQur’an.
4. Metode Maudhu’i (tematik)
Metode maudhu’i ialah membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema
atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan, dihimpun,
kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang
terkait dengannya seperti asbab al-nuzul, kosakata, dan lain sebagainya.
5. Corak Tafsir
Corak penafsiran dalam literatur sejarah tafsir biasanya diistilahkan dalam
bahasa Arab yaitu laun yang arti dasarnya warna. Corak penafsiran yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

dimaksud di sini ialah nuansa khusus atau sifat khusus yang memberikan warna
tersendiri pada tafsir. 1
Selanjutnya, corak penafsiran al-Qur’an dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Tafsir bercorak sufi
Tafsir berorak sufi ialah tafsir dengan kecenderungan men-ta’wil-kan alQur’an selain dari apa yang tersirat, dengan berdasar pada isyarat-isyarat
yang nampak pada ahli ibadah.
2. Tafsir bercorak lughawi (adabi)
Tafsir bercorak lughawi ialah kecenderungan tafsir dengan memfokuskan
penafsiran pada bidang bahasa. Penafsirannya meliputi segi i’rab, harakat,
bacaan, pembentukan kata, susunan kalimat dan kesusastraannya. Tafsir
semacam ini selain menjelaskan maksud-maksud ayat-ayat al-Qur’an juga
menjelaskan segi-segi kemu’jizatannya.
3. Tafsir bercorak ijtima’i (sosial masyarakat)
Tafsir

ini

memiliki

kecenderungan

kepada

persoalan

sosial

kemasyarakatan. Tafsir jenis ini lebih banyak mengungkapkan hal-hal
yang berkaitan dengan perkembangan kebudayaan masyarakat yang
sedang berlangsung.
4. Tafsir bercorak fiqih

1

Taufik Adnan Amal dan Syamsu Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual al-Qur’an,
(Bandung: MIzan, 1990), 24.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Tafsir bercorak fiqih ialah kecenderungan tafsir dengan metode fiqih
sebagai basisnya, atau dengan kata lain, tafsir yang berada di bawah
pengaruh ilmu fiqih, karena fiqih sudah menjadi minat dasar mufasirnya
sebelum dia melakukan usaha penafsiran. Tafsir semacam ini seakan-akan
melihat al-Qur’an sebagai kitab suci yang berisi ketentuan perundangundangan, atau menganggap al-Qur’an sebagai kitab hukum.
5. Tafsir bercorak filsafat
Tafsir bercorak filsafat ialah kecenderungan tafsir dengan menggunakan
teori-teori filsafat, atau tafsir dengan dominasi filsafat sebagai pisau
bedahnya. Tafsir semacam ini pada akhirnya tidak lebih dari deskripsi
tentang teori-teori filsafat.
6. Tafsir bercorak ilmiah
Tafsir bercorak ilmiah adalah kecenderungan menafsirkan al-Qur’an
dengan memfokuskan penafsiran pada kajian bidang ilmiah, yakni untuk
menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan alam. Atau tafsir yang
memberikan hukum terhadap istilah alamiah dalam ibarat al-Qur’an.
7. Tafsir bercorak kalam (teologi)
Tafsir bercorak kalam ialah tafsir dengan kecenderungan pemikiran kalam,
atau tafsir yang memiliki warna pemikiran kalam. Tafsir semacam ini
merupakan salah satu bentuk penafsiran al-Qur’an yang tidak hanya ditulis
oleh simpatisan kelompok teologis tertentu, tetapi lebih jauh lagi
merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang
teologi tertentu. Paling tidak tafsir model ini akan lebih banyak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

membicarakan tema-tema teologis dibanding mengedepankan pesan-pesan
pokok al-Qur’an. 2
B. Teori Asbabun Nuzul
Asbab al-Nuzul pada mulanya merupakan gabungan dua kalimat atau
dalam bahasa arab disebutnya kalimat idhafah yakni dari kalimat “Asbab” dan
“Nuzul”. Asbab adalah bentuk jamak dari sabab, yang artinya sebab, alasan, motif
dan latar belakang. Sementara Nuzul dalam bahasa arab berarti turun. Yang jika
dipandang secara etimologi maka Asbab al-Nuzul didefinisikan sebagai sebabsebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Asbab al-Nuzul yang
dimaksudkan di sini adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat atau
beberapa ayat al-Quran. 3
1. Secara Terminologi
Definisi Asbab al-Nuzul menurut istilah atau terminologi dapat dilihat dari
pengertian yang disampaikan beberapa ulama. Mana’ al-Qathan mendefinisikan
Asbab al-Nuzul sebagai berikut:
‫ﺄ ﮫ ﺮآن ﺎ ﺰل‬

‫ﺎد ﺔ و ﻮ ﮫ و‬

‫ﺆال او‬

“peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Qur’an berkenaan dengannya waktu
peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi”.

Sedangkan menurut Subhi Shalih:

2

Abd al-Hary al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), 11.
3
Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 32.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Asbab al-Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai
respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu
terjadi”.
Sementara itu, Hasbi ash-Shiddieqy berpendapat bahwa Asbab al-Nuzul
ialah sesuatu yang dengan sebabnyalah turun satu atau beberapa ayat yang
mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau
menerangkan hukumnya pada masa terjadinya peristiwa tersebut.
Dalam pandangan Nurcholis Madjid –biasa disapa Cak Nur-, Asbab alNuzul adalah konsep, teori atau berita tentang adanya sebab-sebab turunnya
wahyu tertentu dari al-Qur’an kepada Nabi saw baik berupa satu ayat, satu
rangkaian ayat maupun satu surat. Pengertian sebab di sini bukanlah makna
kausalitas (sebab-akibat), artinya turunnya ayat-ayat al-Quran tidak berdasarkan
peristiwa yang terjadi melainkan sudah kehendak Allah SWT. Sedangkan
peristiwa yang terjadi hanya memperjelas maksud yang terkandung di dalam
pesan yang turun tersebut.
Dari beberapa pemaparan definisi di atas, secara substansial dapat
dikatakan tidak jauh berbeda. Jadi Asbab al-Nuzul dapat diartikan sebagai sebabsebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat al-Quran kepada Nabi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban. 4
2. Macam-macam Asbab al-Nuzul
Dari segi bentuknya, Asbab al-Nuzul dapatdibagi menjadi dua macam
yaitu berbentuk peristiwa dan berbentuk pertanyaan. Adapun Asbab al-Nuzul
yang berbentuk peristiwa dibagi menjadi tiga macam:
a. Sebab-sebab turunnya ayat dalam bentuk peristiwa ada tiga macam yaitu:
1. Peristiwa berupa pertengkaran, contohnya perselisihan antara Suku
Aus dan Suku Khazraj, perselisihan itu timbul dari intrik-intrik yang
ditiupkan orang-orang Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak:
“senjata, senjata”. peristiwa tersebut menyebabkan turunnya beberapa
ayat Surah Al-Imran diantaranya adalah ayat 100 yaitu: “Hai orangorang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang
yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.”
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, contohnya peristiwa seorang
yang mengimani shalat ketika sedang mabuk sehingga salah dalam
membaca surah Al-Kafirun. 5
b. Sebab-sebab turunnya ayat yang dalam bentuk pertanyaan ada tiga macam
yaitu:

4
5

Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).
Abdul Wahid, Ramli, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), 34.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

1. Pertanyaan tentang masa lalu seperti ketika ada yang bertanya tentang
cerita Dzulkarnain maka turunlah ayat: “Mereka akan bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan
bacakan kepadamu cerita tantangnya”.(QS. Al-Kahfi: 83)
2. Pertanyaan

yang

berhubungan

dengan

sesuatu

yang

sedang

berlangsung pada waktu itu. Sebagai contoh, menurut salah satu
riwayat dari Ikrimah yang diterima dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah
sedang berjalan di Madinah, beberapa orang Quraisy meminta materi
pertanyaan kepada orang Yahudi yang akan ditanyakan kepada
Rasulullah.
3. Pertanyaan tentang masa yang akan datang, seperti pertanyaan orang
kafir Quraisy tentang hari kiamat. 6
Karena Asbab al-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman
Rasulullah saw masih hidup, maka tidak ada jalan lain untuk mengetahui
kebenarannya selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql
as-shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung turunnya ayat
al-Qur’an.
Berdasarkan keterangan di atas, maka sebab an-nuzul yang diriwayatkan
dari seorang sahabat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat
lain. Adapun asbab al-nuzul dengan hadits mursal (hadits yang gugur dari
sanadnya seorang sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada

6

Ahmadehirjin, Moh., Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Primayasa, 1998.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

seorang tabi’in), riwayat seperti ini tidak diterima kecuali sanadnya sahih dan
dikuatkan hadits mursal lainnya. 7
C. Teori Munasabah
1. Secara Etimologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Munasabah berarti cocok,
sesuai, tepat benar, kesesuaian, kesamaan.
Adapun Menurut Imam Al-Zarkasi kata munasabah menurut bahasa
adalah mukorobah [mendekati], seperti dalam contoh kalimat : Fulan yunasibu
fulan (fulan mendekati / menyerupai fulan). Kata nasib adalah kerabat dekat,
seperti dua saudara saudara sepupu, dan semacamnya. Jika keduanya munasabah
dalam pengertian saling terkait, maka dinamakan qarabah (kerabat).
2. Secara Terminologi
Munasabah merupakan satu disiplin ilmu yg membicarakan tentang
pertautan antara ayat-ayat Al-Qur’an atau antara surah-surahnya berdasarkan
penyusunan dalam mushaf. Imam Al-Zarkasi sendiri memaknai munasabah
sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa munasabah merupakan sebuah ilmu
yang digunakan untuk mengetahui alasan-alasan penertiban bagian-bagian dari alQur’an. Istilah lain yang digunakan ulama untuk munasabah sangat banyak, antara

7

Muhammad bin Alawi al-Maliky al-Hasany, Al Sayid, Kaidah-kaidah Ulumul Quran,
(Pekalongan: Al-Asri, 2008), 34.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

lain Irthibath, Ittishal, Ta’li,l Ta’alul, dan

Tartib. Istilah tersebut memiliki

kesamaan pengertian yaitu hubungan, relevansi dan kaitan. 8

8

Hartono Ahmad Jaiz, Tasawuf Belitan Iblis, Darul Falah, Jakarta Cet.4, 2002 / 1423.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III
IBNU KATSIR DAN PENAFSIRAN TENTANG MAKNA FASIQ

A. Biografi Ibnu Kasir Dan Kitab Tafsirnya
1. Riwayat Hidup Ibnu Katsir
Nama lengkap Ibnu Katsir adalah Ismail bin ‘Amr al-Quraisyi bin Katsir
al-Basri ad-Dimasyqi ‘Imadudin Abu Fida al-Hafidz al-Muhaddis asy-Syafi’i. 1
Beliau dilahirkan pada tahun 700 H / 1300 M. atau lebih sedikit, dan wafat pada
bulan Sya’ban tahun 774 H / 1373 M. beliau di kebumikan di kuburan asSuffiyyah di dekat makam gurunya (Ibnu Timiyah).
Dalam usia 7 tahun ayahmya meninggal, kemudian beliau mengikuti
kakaknya pergi ke Damaskus. Gurunya yang paling utama adalah Burhan al-Din
al-Farizi seorang pemuka madzhab Syaf’i. Disamping itu juga beliau belajar
kepada ulama sesamanya. Diantaranya Baha’ al-Din al-Qasimy bin Asakir (w.727
H), Ishaq bin Yahya al-Amidy (w. 728 H), Taqy al-Din Ahmad Ibnu Taimiyah
(w. 728 H). dari beberapa gurunya ini Ibnu Katsir sangat terpengaruh oleh Ibnu
Taimiyah. 2
Ibnu Katsir pernah ikut dalam suatu penyelidikan yang akhirnya
menjatuhkan hukuman mati atas seorang sufi yang menyatakan bahwa Tuhan
terdapat dalam dirinya (al-Hulul). Pada bulan Muharram beliau diangkat sebagai
khatib masjid kota Mizza yang didirikan oleh Amir Baha’ al-Din al-Marjani. Pada
1

Manna’ Khalil al-Qattan,studi ilmu-ilmu al Qur’an, ter. Drs. Mudzakir AS., cet. VI
(Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa, 2001), 527.
2
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, ter. Bahrun Abu Bakar LC., juz 1, cet. II (Bandung :
Sinar Baru Algesindo, 2002), vii.

23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

bulan Zulkaidah tahun 748 H / Febuari 1348 M, ia mengajarkan hadis
menggantikan gurunya al-Zahabi yang meninggal. 3
Ibnu Katsir dikabarkan pernah menjabat sebagai pemimpin Dar al-Hadist
al-Asyrafiyyah setelah Taqy al-Din al-Subki meninggal pada tahun 756 H. pada
tahun 752 H/1351 M, setelah menggagalkan pemberontakan Amir Bibughah
Urus, beliau diterima oleh khalifah al-Mu’tadid untuk mengajar di Madrasah
Dammaghiyah di Damaskus. Ia juga ikut dalam satu dewan yang akhirnya
menjatuhkan hukuman mati atas seorang Syi’ah yang dituduh menghina khalifah
Mu’awiyah dan Yazid. 4
Pada tahun 767 H/1365 M Ibnu Katsir membela mati-matian Qadhi
Qudhah Taj al-Din yang dituduh melakukan beberapa penyelewengan. Sehingga
Gubernur Mankali Bughah membentuk sebuah komisi yudisial penyelidik.
Sehingga Ibnu Katsir dianugrahi Imam dan Guru Besar Tafsi di Masjid Negara
pada bulan Syawal 768 H/1366 M. 5
Ibnu Katsir dikenal sebagai ulama fiqih serta mufassirn ahli hadis yang di
akui kepopuleranya dalam dinia islam. Banyak karyanya hingga kini mendapat
perhatian dari kalangan umat Muslim dunia dalam mencaru rujukan hadis sahih. 6
Disamping itu pula, Ibnu Katsir adalah seorang ulama yang berilmu tingi dan
mempunyai wawasan ilmiyah yang cukup luas. 7

3

Ibid.,394.
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibnu Katsir, Tfasir ., juz I, vii.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Selain itu, Ibnu Katsir adalah pengarang tafsir al-Qura’an al-Azhim yang
di terbitkan pertam kali di Cairo pada tahun 1342 H/ 1923 M. 8 kitap tafsir ini
digolongkan sebagai tafsir terbaik kedua setelah Jami’ al-Bayan karya al-Thabary
dari segi pengambilan hadis, pendapat sahabat dan tabi’in (atsar) sebagai sumber
tafsir. Beliau mengutarakan sanadnya dengan teliti sebelum menerima hadis atsar
itu. Terhadap cerita-cerita israiliyat, kadang-kadang beliau bersikap netral dalam
arti tidak membenarkan tetapi tidak pula menolaknya, dan kadang-kadang
mencercanya. 9
Tafsir al-Quran al-Azhim karya Ibnu Katsir ini, atau yang terkenal dengan
nama Tafsir Ibnu Katsir, merupakan kitap tafsir terkenal yang menggunakan
metode al-Ma’tsur, 10 yaitu tafsir al-Quran dengan al-Quran, penafsiran al-Quran
dengan as-Sunnah atau penafsiran al-Quran menurut atsar yang timbul dari
kalangan sahabat. 11 Dalam karya tulisnya ini, Ibnu Katsir menitik beratkan kepada
riwayat yang bersumber dari tafsir ulama salaf. Untuk itu beliau menafsirkan ayatayat al-Quran dengan menggunakan hadis-hadis dan atsar-atsar yang disandarkan
kepada para pelakunya, disertai penilaian yang diperlukan menyangkut predikat
daif dan sahih perawinya.
Pada garis besarnya Tafsir Ibnu Katsir ini merupakan kitap tafsirbil alMa’tsur yang terbaik. 12 Metode yang ditempuh oleh Ibnu Katsir dalam
menafsirkan ayat-ayat mempunyai cirri khas tersendiri. Pada mulanya beliau
8

Depak RI., Ensiklopedi., 394.
Ibid.
10
Ibnu Katsir, TafsiR., juz I, ix.
11
M. Aly Ash Shabuny, Pengantar Studi al-Quran (At-Tibyan), ter. Moch Chudlori
Umar, Moh. Matsna, cet. IV (Bandung : Al-Ma’arif, 1996), 205.
12
Ibid., xiii.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

mengetahkan

ayat-ayat

yang

relevan

untuk

dibandingkan.

Kemudian

menafsirkanya dengan ungkapan yang jelas dan ringkas. Setelah selesai dari tafsir
ayat dengan ayat beliau mengemukakan hadis –hadis yang ber-predikat marfu’
yang adanya hubungnya dengan makna ayat, lalu mengkompromikan dengan
berbagai pendapat para sahabat, tabi’in dan ulama salaf. 13
Beberapa keistimewaan dari tafsir Ibnu Katsir ini merupakan karya yang
paling bagus setelah tafsir al-Thabary. 14 Bahkan dari segi penelitian sanad, tafsir
Ibnu Katsir ini mengalahkan tafsir al-Thabary. Disamping itu juga beliau
memperingatkan akan adanya kisah-kisah Isra’iliyat yang munkar didalam
tafsirnya tersebut. Beliaupun memperingatkan kepada pembacanya agar bersikap
waspada terhadap kisah seperti itu secara global.
a. Karya-karya
Adapun karya-karya Ibnu Katsir yang lain selain tafsir al-Quaran alAzhim ialah:
1. Al-Bidayah wa al-Nihaya, dalam bidang sejarah.
2. Al-Kawakibu al-Durari, dalam bidang sejarah, cuplikan pilihan dari alBidayah wa al-Nihayah.
3. Tafsir al-Quran; al-Ijtihad fi Talbi al-Jihad.
4. Jami’ al Musanid; al-Sunnah al-Hadi li Aqwani Sunan; dan
5. Al-Wadihu al-Nafis fi Manaqibi al-Imam Muhammad Ibnu Idris. 15

13

Ibid., ix-ix.
Hasan Mu’arif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam, jilid II (Jakarta : Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1996), 202.
15
Qattan, studi..527-528.

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

b. Metode Tafsir Ibnu Katsir
Al-Qur’an al-Karim itu laksana samudra yang keajaiban dan keunikannya
tidak akan pernah sirna ditelan masa, sehingga lahirlah bermacam-macam tafsir
dengan metode yang aneka ragam pula. Kitab-kitab tafsir yang memenuhi
perpustakaan merupan bukti nyata yang menujukan betapa tingginya semangat
dan besarnya perhatian para ulama untuk menggali dan memahami makna-makna
kandungan kitab suci al-Qur’an al-Karim tersebut. Para ulama telah menulis dan
mempersembahkan karya-karya mereka dibidang tafsir ini, dan menjelaskan
metode yang digunakan oleh masing-masing tokoh penafsir. Metode-metode tafsir
yang dimaksud adalah metode tahlily, Ijmaliy, Muqaran, Maudhu’i. 16
Al-tafsir al-tahlily adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan
kandungan ayat al-Qur’an dari seluruh aspeknya. Didalam tafsirnya, penafsir
mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah disusun didalam mushaf.
Penafsir memulai urainnya dengan mengemukakan arti kosakata diikuti dengan
penjelasan mengenai arti global ayat. Ia juga mengemukakan munasabah
(kolerasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu
sama lain. Begitu pula, penafsir membahas mengenai Sabab al-Nuzul (latar
belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari Rasul, atau sahabat, atau
para tabi’in, yang kadang-kadang tercampur baur dengan pendapat para penafsir
itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula

16

Abd al-Hary al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), 11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang dipandang
dapa membantu memahami nas al-Qur’an tersebut. 17
Penafsir yang mengikut metode ini dapat mengambil bentuk Ma’tsur
(riwayat) atau ra’y (pemikiran). Diantara salah satu kitab yang menggunakan
metode ini ialah Tafsir al-Qur’an al-Azhim (terkenal dengan tafsir Ibnu Katsir)
karangan Ibnu Katsir. 18
Keberadaan metode ini telah memberikan sumbangan yang sanga besar
dalam melestarikan dan mengembangkan khasanah intelektual Islam, khususnya
dalam bidang tafsir al-Qur’an. Berkat metode ini, maka lahir karya-karya tafsir
yang besar-besar. Dalam penafsiran al-Qur’an, jika ingin menjelaskan kandungan
firman Allah dari berbagai segi seperti bahasa, hukum-hukum fiqh, teologi,
filsafat, dan sebagainya, maka disini metode tahlily lebih berperan dan lebih dapat
diandalkan dari pada metode-metode yang lain. Jadi dapat dikatakan, metode
analisis mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai aspek sekaligus selama masih
dalam kapasitas ayat tersebut. Namun pembahasannya tidak tuntas karena pada
ayat lain yang juga membicara hal yang sama pebahasan tersebut akan muncul
lagi dengan sedikit modifikasi: bertambah atau berkurang. 19
Dari uraian itu dapat disimpulkan, jika menginginkan pemahaman yang
luas dari suatu ayat dengan melihatnya dari berbagai aspek, maka tiada jalan lain
kecuali menempuh atau menggunakan metode analisis. Disinilah terletak salah

17

Ibid., 12.
Nasrudin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Cet 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 1998), 32.
19
Ibid., 62.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

satu urgensih pokok bagi metode ini bila dibandingkan dengan tiga metode
lainnya. 20
c. Teori Ibnu Katsir dalam Menafsirkan Ayat Fasiq
Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat-ayat tentang fasik, mempunyai
beberapa banyak teori diantaranya yaitu menafsirkan ayat al-Qur’an dengan alQur’an, menafsirkan.
1. Menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an
2. Menafsirkan al-Qur’an dengan hadis
3. Menafsirkan al-Qur’an dengan pendapat para ulama
Tentang tafsir Ibnu Katsir Muhammad Rasid Rido menjelaskan : Tafsir ini
merupakan tafsir paling mashur yang memberikan perhatian besar terhadap apa
yang di riwayatkan dari para mufassir salaf dan menjelaskan makna-makna ayat
yang di hukum-hukumnya serta menjaui pembahasan I’rab dan cabang-cabang
balagah yang pada umumnya dibicarakan secara panjang lebar oleh kebanyakan
mufassir; juga menjauhi pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu yang tidak
diperlukan dalam memahami al-Quran secara umum atau memahami hukum dan
nasihat-nasihatnya secara khusus. 21
Di antara ciri khas atau keistimewaan ialah perhatiannya yang cukup besar
terhadap apa yang mereka namakan “tafsir al-Quaran dengan al-Quran.” Dan
sepanjang pengetahuan kami, tafsir ini merupakan tafsir yang banyak memuat
atau memaparkan ayat-ayat yang bersesuaikan maknanya, kemudian diikuti
20

Ibid, 63.
Manna’ khalil al-Qattan, Setudi Iilmu-Ilmu Quran, trj.Drs.Mudzkir As, cet 14, (Bogor
:PT. Pustaka Litera Antarnusa, 2011), 528.
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

dengan (penafsiran ayat dengan) hadis-hadis marfu’ yang ada relevansinya dengan
ayat (yang sedang ditafsirkan) serta menjelaskan apa yang dijadikan hujjah dari
ayat tersebut. Kemudian diikuti pula dengan atsar para sahabat dan mendapat
tabi’in dan ulama salaf sesudahnya. Termasuk keistimewaannya pula ialah
disertakannya selalu peringatam akan cerita-cerita Isra’iliyat tertolak (munkar)
yang banyak tersebar dalam tafsir-tafsirnya bil-ma’sur, baik peringatan itu secara
global maupun mendetail. 22

B. Makna Fasik Menurut Tafsir Ibnu Katsir
1. Al-Baqarah : 26, 59, 99, 197

              

             
              

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu. 23 Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka
yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang
kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?."
dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, 24 dan dengan

22

Ibid
Diwaktu turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa
berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, Sekalipun mereka
kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya
Tuhan menggambarkan Kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang
musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
24
Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak
mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan
tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan,
Maka mereka itu menjadi sesat.
23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada
yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.