this file 856 1609 1 SM

POLEMIK TENAGA KERJA INDONESIA
SEBAGAI SUMBER DEVISA NEGARA
(Problematika Tenaga Kerja Indonesia Dari Segi Islami)
Heny Yuningrum1
Abstrak
The problem of TKI (Indonesian employment)to invite everyone beside TKI is one of many countries income resources. As countries income resource, TKI’s always got problem from the boss,
local government, or the government TKI’s comes from. To overcome that problem the local government decided a regulation. But the law of TKI’s is not efektif. The problem are the wage, welfare
life, the hardnessly, until dificullty job. Islam have Al-quran and Hadits, to finished many problem
like TKI’s problem.
If we know that they are human like us so hat problem not happened. The hardness of TKI’s still
exist now. The hardness is number two From the data problematika of TKI. We must know the
function of devisa are : to pay the trading activity, to pay import goods, to pay the consult, to pay
the debt,to pay interest rate of credit, a.t.c.
Keywords: TKI, Indonesian employment, devisa, Islam

PENDAHULUAN
Hampir di semua negara saat ini, problem ketenagakerjaan atau perburuhan selalu tumbuh
dan berkembang, baik di negara maju maupun berkembang, baik yang menerapkan ideologi
kapitalisme maupun sosialisme. Hal itu terlihat dari adanya departemen yang mengurusi
ketenagakerjaan pada setiap kabinet yang dibentuk. Hanya saja realitas tiap negara memberikan
beragam problem riil sehingga terkadang memunculkan berbagai alternatif solusi. Umumnya, negara

maju berkutat pada problem ketenagakerjaan yang berkait dengan ‘mahalnya’ gaji tenaga kerja,
bertambahnya pengangguran karena mekanisasi (robotisasi), tenaga kerja ilegal, serta tuntutan
penyempurnaan status ekonomi, dan sosial, bahkan politis. Sementara itu, di negara berkembang
umumnya problem ketenagakerjaan berkait dengan sempitnya peluang kerja, tingginya angka
pengangguran, rendahnya kemampuan SDM tenaga kerja, tingkat gaji yang rendah, serta jaminan
sosial nyaris tidak ada. Belum lagi perlakuan pengusaha yang merugikan pekerja, seperti perlakuan
buruk, tindak asusila, penghinaan, pelecehan seksual, larangan berjilbab, beribadah, dan lain-lain.
Walhasil, berbagai problem yang menyangkut hak-hak kaum buruh tidak terselesaikan dengan
baik. Lebih ironis lagi, pemerintah dengan aparat keamannya bertindak represif menekan gerakan
buruh untuk meraih hak-haknya. Berikut ini adalah beberapa problem yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan.2 : antara lan (1) Problem gaji / UMR. Salah satu problem yang langsung menyentuh
kaum buruh adalah rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan
1

Dosen Fakultas syari’ah IAIN Walisongo Semarang
E-mail:henyyuningrum@yahoo.com
2
Wisnu Sudibyo, Wisnusudibjo.Wordpress.Com/. Syariat Islam Dalam Pemikiran Umat, diakses pada tanggal 2 Juli
2010.


Nomor 1I / Edisi II / November 2010

59

Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta tanggungannya. Faktor ini, yakni kebutuhan hidup
semakin meningkat, sementara gaji yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu pendorong gerak
protes kaum buruh; (2) Problem Kesejahteraan Hidup. Ketika para buruh hanya memiliki sumber
pendapatan berupa gaji (upah), maka pencapaikan kesejahteraan bergantung pada kemampuan
gaji dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Dalam kenyataanya, jumlah gaji relatif tetap,
sementara itu kebutuhan hidup selalu bertambah (adanya bencana, sakit, sekolah, tambah anak,
harga barang naik, listrik, telepon, biaya transportasi, dan lain-lain.) Hal ini menyebabkan kualitas
kesejahteraan rakyat (termasuk buruh) semakin rendah; (3) Problem Pemutusan Hubungan Kerja.
Salah satu persoalan besar yang dihadapi para buruh saat ini adalah PHK. PHK ini menjadi salah
satu sumber pengangguran di Indonesia. Jumlah Pengangguran di Indonesia sangat besar. Menurut
Center for Labor and Development Studies (CLDS), pada 2002, jumlah penganggur diperkirakan
sebesar 42 juta orang (Republika, 13/05/02). Pastilah, banyaknya pengangguran ini akan berdampak
pada sektor kehidupan lainnya. Sebenarnya, PHK adalah perkara biasa dalam dunia ketenagakerjaan.
Tentu saja asalkan sesuai dengan kesepakatan kerja bersama (KKB), baik pihak pekerja maupun
pengusaha harus ikhlas dan menyepakati pemutusan kerja ini. Namun, dalam kondisi ketika tidak

terjadi keseimbangan posisi tawar menawar dan pekerjaan merupakan satu-satunya sumber
pendapatan untuk hidup, maka PHK menjadi ‘bencana besar’ yang sangat menakutkan para buruh;
(4) Problem Tunjangan Sosial dan Kesehatan. Pada beberapa wilayah, pihak negara biasanya
mewajibkan para pemilik usaha untuk memasukkan nilai Jaminan Sosial terhadap para pekerjanya
yang biasa dikenal dengan istilah Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Di Indonesia Jamsostek
ini diatur dalam UU Ketenagakerjaan (UU No.3/1992) yang di antaranya pada Bab I Pasal 1 ayat 1
menyatakan: Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa
uang sebagai pengganti dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa, seperti kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Dengan
demikian, ruang lingkup Jamsostek ini meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,
jaminan hari tua, dan jaminan kesehatan; (5) Problem Kelangkaan Lapangan Pekerjaan. Kelangkaan
lapangan pekerjaan bisa terjadi ketika muncul ketidakseim-bangan antara jumlah calon buruh yang
banyak, sedangkan lapangan usaha relatif sedikit; atau banyaknya lapangan kerja, tapi kualitas
tenaga kerja buruh yang ada tidak sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan. Kelangkaan lapangan
pekerja ini memunculkan angka tingkat pengangguran yang tinggi yang dapat berakibat pada aspek
sosial yang lebih luas serta (6) Problem Kenyamanan dalam bekerja (kekerasan). Factor kekerasan
dalam bekerja sekarang ini kerap sekali muncul terutama majikan kepada buruh. Problematika
tersebut bagai lubang yang tidak ada ujungnya., karena berkaitan 2 negara yang memiliki Peraturan
Perundang-undangan yang berbeda.
Dari beberapa segi tersebut problem kelangkaan lapangan kerja-lah yang paling menonjol

sehingga pengangguran selalu bertambah ttiap tahunnya. Jumlah angkatan kerja di Indonesia dari
tahun ke tahunnya tidak semakin berkurang tetapi semakin bertambah. Potensi angkatan kerja
yang semakin bertambah ini telah menjadi pokok permasalhan pemerintah dari dulu sampai sekarang.
Dimana bertambahnya angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah kesempatan kerja atau
pekerjaan yang tersedia. Dari data Badan Pusat Statistik kenaikan jumlah angkatan kerja dari tahun
2005-2009 sekitar 0,84 % per tahun. (BPS)
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan jumlah kesempatan kerja
tersebut memberi dampak pada masyarakat untuk mencari pekerjaan di luar negeri. Dengan
penghasilan lumayan tinggi mereka dapat memperbaiki kehidupan di kampung. Pemerintah tidak
memberikan larangan kepada masyarakat Indonesia untuk bekerja di luar negeri malah sebaliknya
ada dukungan yang besar dari pemerintah akan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hal ini
didukung dengan adanya undang-undang No.39 tahun 2004 mengenai pengiriman Tenaga Kerja ke
Luar Negeri.
60

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

Heny Yuningrum
Pengiriman TKI sebenarnya sudah terjadi semenjak tahun 1969, hal ini dapat diketahui
berdasarkan pada kebijakan Pemerintah Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Perburuhan

yaitu PP No.4 tahun 1970 mengenai program Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja
Antar Negara (AKAN), dan dibantu penempatannya ke luar negeri oleh pihak swasta. Akhir tahun
2008 pengiriman TKI ke luar negeri untuk ke Asia Pasifik dan Amerika sebanyak 29.748 orang
sedangkan ke Timur Tengah dan Afrika sebanyak 33.243 orang, sedangkan Eropa 45 orang. Total
pada tahun 2008 pengiriman TKI ke luar negeri sebanyak 63.038 orang.(Lap.BP2TKI)3 Sedangkan
penerimaan devisa Indonesia pada tahun 2008 sebesar Rp. 24.213.515 juta. (Lap.BI tahun 2009)4
Devisa diperoleh bukan hanya pada pendapatan para TKI saja namun dari beberapa sumber
diantaranya sumbangan luar negeri, pinjaman luar negeri, belanja wisatawan, hasil ekspor, dan
sebagainya.
Sumbangsih TKI yang begitu besar tersebut bagi kegiatan pembangunan sering mengalami
ketidak adilan di luar negeri. Sebagai contoh mereka mengalami kekerasan para majikan,
pemerkosaan, bahkan ada yang berujung kematian. Menurut BP2TKI permasalahan para TKI yang
terjadi dan tercatat pada tahun 2008 sebanyak 396 kasus. (lihat tabel 1) Pada tahun 2008 Itu termasuk
kematian, pemerkosaan dan kekerasan. Jika pengorbanan mereka yang begitu besar tidak dihargai
kita yang di Indonesia maka kita bias disebut kaum yang tidak berterima kasih, dan memperbudakkan
mereka ke luar negeri.
Tabel 1 Kasus/Permasalahan TKI berdasarkan Pengaduan yang Diterima
(Periode Januari-April Tahun 2008)
Jenis kasus/permasalahan
Timteng Afrika & Eropa Aspac & Amerika Total

1. Gaji yg tdk dibayar
9
120
93
2. Penganiyaan
2
17
15
3. Pelecehan seksual
6
1
7
4. Majikan meninggal
3
0
3
5. Pekerjaan tdk sesuai PK
5
0
5

6. PT bermasalah
1
0
1
7. Putus komunikasi
94
14
108
8. Dokumen tdk lengkap
0
0
0
9. PHK sepihak
15
52
67
10. Kecelakaan kerja
0
3
3

11. Sakit akibat kecelakaan kerja
4
0
4
12. Sakit biasa
5
6
11
13. Meninggal
22
24
46
14. Kriminal
2
8
10
15. Gagal berangkat
6
6
12

Total
271
125
396
Sumber : BP2TKI
Dari tabel 1 dapat diketahui jenis-jenis kasus yang terjadi oleh para TKI. Jumlah tersebut
jumlah yang terlapor sedangkan di luar itu mungkin banyak kasus yang tidak terlapor. Kasus-kasus
tersebut perlu ada penanganan serius oleh pemerintah berkaitan dengan mereka salah satu variabel
penghasil pemasukan Negara. Walapun mereka sebagai salah satu variable penghasil devisa jangan
diartikan sebagai ternak penghasil susu yang tanpa dibayar atau dihargai.

3
4

Laporan BP2TKI Tahun 2009, Tabel Pengiriman TKI ke luar Negeri.
Laporan Bank Indonesia, Penerimaan Devisa Indonesia tahun 2008 dan 2009

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

61


Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam
Dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab sahih-nya, tertulis, bahwa
Nabi saw. bersabda, Allah Swt. berfirman:
“Tiga orang yang Aku musuhi pada hari kiamat nanti adalah orang yang telah memberikan
(baiat kepada khalifah) karena Aku, lalu berkhianat; orang yang menjual (sebagai budak) orang
yang merdeka, lalu dia memakan harga (hasil) penjualannya; serta orang yang mengontrak pekerja,
kemudian pekerja tersebut menunaikan pekerjaannya, sedangkan orang itu tidak memberikan
upahnya” (HR Ahmad, Bukhari, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Dari firman tersebut ada dua pengertian memperbudak dan upah. Jika Negara mengirim mereka
ke luar negeri untuk bekerja dan akhirnya menghasilkan devisa namun disaat mereka terkena masalah
kita tidak memperjuangkan keadilannya maka sama saja kita memperbudak mereka. Sedangkan
upah belum dibayarkan atau tidak dibayarkan para majikannya. Itu sama menyiksa tubuh dan batin
para TKI. Terdapat kinayah dalam hadits tersebut agar manusia bergegas memberikan upah setelah
pekerjaan buruh itu selesai walaupun keringatnya tidak keluar atau sudah berkeringat lalu kering.
Pekerja mendapatkan gaji jika melaksanakan tugas yang diminta dan sesuai kesepakatan kedua
belah pihak, maka dari itu ada hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban itu tertuang pada suatu
undang-undang ketenagaan.
Masalah undang – undang ketenagaan Negara-lah yang berkewajiban menjadi pengawas penuh,
berhak campur tangan dalam melindungi dan menjaga golongan lemah dan menegakkan asas

keadilan dalam pelaksanaan upah. Allah di dalam firman-Nya : “Adapun orang – orang yang beriman
dan berbuat amal saleh maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk
mereka sebagian dari karunia-Nya….”).5
Pemerintah telah membuat undang-undang masalah ketenagakerjaan mulai No 39 tahun 2004
mengenai Penempatan dan Perlindungan tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri. Telah ditetapkannya
undang-undang tersebut memberi keamanan batin pihak TKI namun di sisi lain apakah pelaksanaan
undang-undang tersebut telah berjalan semetinya atau hanya suatu tulisan tanpa makna. Hal itu
perlu disadari kembali oleh pemerintah.
Dalam tulisan ini hanya akan membatasi dari segi ekonomi makronya saja yaitu aliran devisa.
Sebagai penghasil devisa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) telah membantu pemerintah dalam
hal keuangan. Namun tidak semua orang mengetahui kerja keras mereka telah memberikan
sumbangsih kepada Negara. Dari permasalah itu makalah ini akan memaparkan mengenai
“Bagaimana aliran upah para TKI di luar negeri dapat menjadi sumber pemasukan Negara (devisa)
dan kerja keras mereka dapat digunakan untuk membiayai pembangunan? Dan devisa tersebut
dimanfaatkan untuk apa?”
Secara singkat rumusan masalah dalam pemikiran disini adalah : (1) Bagaiman alur upah para
TKI dapat menjadi sumber devisa Negara sehingga dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan
pembangunan? Dan (2) Bagaimana sebaiknya para muslim atau para umat yang memiliki agama
menanggapi atau menyikapi beberapa kasus tenaga kerja luar negeri pada saat ini setelah mengetahui
begitu besar peran mereka dalam pembangunan?
TELAAH TEORITIS
Mencermati secara lebih mendalam berbagai persoalan ketenagakerjaan yang ada, maka
masalah tersebut berpangkal dari persoalan pokok “upaya pemenuhan kebutuhan hidup” serta upaya
meningkatkan kesejahteraan hidup. Persoalan pemenuhan kebutuhan pokok, baik kebutuhan akan
barang, seperti pangan, sandang dan papan; maupun jasa seperti pendidikan, kesehatan, dan
keamanan adalah akar penyebab utama sekaligus faktor pendorong terjadinya permasalahan
5

62

QS. An-Nisa’: 173

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

Heny Yuningrum
ketenagakerjaan. Terjadinya kelangkaan lapangan kerja menyebabkan sebagian anggota masyarakat
menganggur dan ini berdampak pada ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Terjunnya kalangan wanita dan anak-anak ke dunia ketenagakerjaan tidak terlepas dari upaya mereka
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya sekaligus dalam rangka
meningkatkan kesejahteran hidup.
Demikian pula persoalan gaji yang rendah yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan;
tuntutan kenaikan gaji agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih baik; tuntutan tunjangan sosial
berupa pendidikan dan kesehatan agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Bahkan, persoalan pekerja
kontrak dan pemutusan hubungan kerja (PHK) akan berpengaruh dan sangat terkait erat dengan
persoalan pemenuhan kebutuhan pokok. Persoalan pemenuhan kebutuhan hidup dengan kelangkaan
lapangan pekerjaan menyebabkan sebagian penduduk berkeinginan bekerja ke luar negeri. Menjadi
Tenaga Kerja Indonesia tidaklah mudah karena harus memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan
lembaga pengiriman TKI dan yang ditetapkan pemerintah. Namun itu tidak menjadi halangan para
TKI untuk ke luar negeri, hal itu karena ada suatu pemikiran bahwa jaminan akan mendapatkan
gaji yang lebih besar disbanding kerja di Indonesia. Hal tersebut merupakan “hak asasi manusia
yang wajib dijunjung tinggi, dihormati dan dijamin penegakkannya” tertuang pada undang-undang
No 39 tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.
Istilah TKI sebagai Pahlawan Devisa belum banyak dipahami oleh public. Maka dari itu tulisan
ini akan menjabarkan seccara singkat bagaimana istilah tersebut dapat muncul. Tinjauan secara
ekonomi bahwa sumber devisa suatu Negara diperoleh dari dari:6 (1) Hasil ekspor barang, semakin
besar nilai ekspor suatu negara maka semakin besar penerimaan devisanya, (2) Pinjaman luar negeri
/ hutang luar negeri. Apabila suatu negara mendapat bantuan dari luar negeri maka ada penerimaan
valuta asing, (3) Penerimaan bunga dan deviden luar negeri, (4) Penerimaan hadiah dan sumbangan
luar negeri, (5) Pengiriman mata uang asing dari orang Indonesia yang ada di luar negeri serta (6)
Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia akan membelanjakan uangnya di Indonesia, dengan demikian Indonesia menerima devisa.
Menurut Yusuf Qardhawi sumber keuangan atau dana para fugaha menetapkan antara lain :
(1) Zakat. Sumber dana pertama bagi santunan kehidupan ini adalah zakat wajib, (2) Sumber
pemasukan Negara. Menurut firman Allah : “Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu
peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul,
anak – anak yatim, orang – orang miskin, dan ibnu sabil……”7. Demikian pula semua milik Negara
berupa minyak mentah, tembaga perkebunan, dan hal lain yang menghasilkan pendapatan. (Yusuf
Qardhawi) Hal lain yang menghasilkan pendapatan bisa berupa sumber devisa diantaranya : hutang
luar negeri, pembagian deviden, penerimaan valas, dan sebagainya, (3) Kewajiban selain zakat.
Istilah kewajiban selain zakat adalah upeti. Sebagai contoh hak yang harus dikeluarkan petani saat
panen ada hak gotong royong dan (4) Sedekah, Islam tidak kaku dalam menetapkan santunan. Hal
ini bisa berupa Amal Jariah dan Wakaf atau solidaritas antar generasi.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebagai sumber devisa Negara. Hal tersebut masuk dalam kategori
sumber pemasukan Negara. Kalimat tersebut mengandung arti banyak hal. Sumber devisa dapat
diartikan sebagai sumber pendapatan atau pemasukan. Sumber pendapatan inilah yang nantinya
akn dipergunakan untuk membiayai kebutuhan pelaksanaan pembangunan. Namun tidak semua
pelaksanaan pembangunan dibiayai devisa. Kerja keras keringat para TKI ternyata kita juga
menikmati hasilnya. Sehingga seandainya kita menyadari bagaimana proses itu bisa terjadi maka
kita harus berterima kasih atas jasa-jasa mereka yang membanting tulang di negeri seberang. Dengan

6
7

BNP2TKI, Hasil publikasi, 2010.
QS al-Anfal : 41

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

63

Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam
adanya kerja keras mereka ternyata kita bisa menikmati diantaranya yaitu menikmati barang –
barang luar negeri dengan biaya yang lebih murah, mengurangi beban hutang Indonesia keluar
negeri, bagi pegawai pemerintahan dapat menjalankan tugas dinas keluar negeri tanpa biaya besar,
dan lain sebagainya. Adapun fungsi devisa adalah : (1) Membiayai kegiatan perdagangan luar negeri,
(2) Membayar barang-arang impor dari luar negeri, (3) Membiayai kedutaan / konsultan di luar
negeri, (4) Membayar hutang luar negeri, (5) Membayar bunga atas pinjaman luar negeri, (6)
Membiayai perjalanan dinas pejabat ke luar negeri dan (7) Membiayai pengiriman misi kebudayaan
/ kesenian / kontingen olah raga ke luar negeri.
PEMBAHASAN
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) telah membantu pemerintah dalam hal keuangan, dimana TKI
merupakan penghasil devisa bagi keuangan Negara. Namun tidak semua orang mengetahui kerja
keras mereka telah memberikan sumbangsih kepada Negara berupa devisa negara yang dapat
dijadikan sumber dana pembangunan. Sumber devisa Negara berasal dari kegiatan export, hibah,
pinjaman, deviden dan bunga, belanja dari wisatawan, valas dan lainnya. Dari bagan tersebut
penerimaan uang dari TKI berada pada kolom valas. Dimana uang yang dikirim para TKI berupa
mata uang asing (valuta asing). Dari bagan tersebut terdapat persentase data tahun 2008 dan 2009
sebagai berikut:
Tabel 2 Persentase Kenaikan Jumlahsumber Devisa Indonesia
Tahun 2008 Dan 2009
Tahun
Sumber devisa
1. Hasil ekspor
2. Pinjaman dari luar negeri
3. Penerimaan deviden dan bunga
4. Penerimaan valuta asing
5. Belanja dari wisatawan luar
negeri di Indonesia
6. Hadiah dan sumbangan dari
luar negeri

2008

2009

(Milliar rupiah)

(Milliar rupiah)

116,5
7,479
2,43
544,236
1.178,54 (USD)
260,8

Kenaikan(%)

137,02
5,736
2,66
571,942

17,6
-23,3
6,9
5,09

995,94 (USD)

-15,4

368,0

41,1

Sumber : Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, PES P2DSJ Kemenbudpar
Kenaikan penerimaan valas pada tahun 2008/2009 adalah 5,09 %. Itu membuktikan bahwa
TKI berperan besar dalam penambahan nilai valas tersebut. Di dalam UU No. 24 tahun 1999 tentang
lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar serta PP Bank Indonesia No : Nomor: 1 / 9 /Pbi/1999
Tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank Dan Lembaga Keuangan Non Bank. Dalam
Ketentuan Umum Pasal 1 menyatakan bahwa Lalu Lintas Devisa adalah perpindahan aset dan
kewajiban finansial antara penduduk dan bukan penduduk termasuk perpindahan Aset dan Kewajiban
Finansial Luar Negeri antar penduduk. Hal itu berarti ada pengiriman uang mata asing dari para
TKI ke dalam negeri baik itu dikirim untuk keluarga atau kerabat. Gambar 1 merupakan alur
terjadinya pertukaran mata uang asing.8

8

Shapiro, 1996, dalam M. Faisal, SMI, MSM, Manajemen Keuangan Internasional, Penerbit Salemba Empat,
2001, hal 34-41

64

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

Heny Yuningrum
TKI membeli Rp
dengan $

Bank lokal

Konsumen lain membeli $
dengan DM

Bank-bank utama dlm
pasar antar bank

Broker saham

- International Money
Market (IMM)
- London International
Financial
Future
Exchange (LIFFE)
- Philadelphia
Stock
Exchange (PSE)

Gambar 1 Alur Terjadinya Pertukaran Mata Uang Asing
Secara tidak langsung struktur valas digambarkan seperti tersebut. Bank-bank local atau bankbank kecil tidak bertransaksi secara langsung dengan pasar antar bank, melainkan mereka memiliki
net work dengan bank besar atau dengan kantor cabangnya di Negara tersebut. Demikian pula
dengan nasabah, mereka bertransaksi dengan local bank yang selanjutnya diteruskan ke kantor
pusatnya atau dengan major bank.
Alur yang terjadi untuk TKI adalah sebagai berikut: TKI yang telah menerima gaji dengan
mata uang di Negara tersebut (missal : dollar) akan ditukar rupiah untuk kepentingannya. TKI
datang ke bank lokal untuk kegiatan: mentransfer, menabung, menukar, atau membayar kredit.
Pada saat kegiatan tersebut berlangsung maka akan terjadi pertukaran mata uang antar 2 negara.
Sumber permintaan akan valas menurut Soedijono adalah sebagai berikut :9 (1) Para importer barang
dan jasa, (2) Para investor dalam negeri yang membutuhkan valas untuk menyelesaikan kewajibankewajibannya, (3) Para debitur dalam negeri yang membutuhkan valas untuk melunasi kewajibankewajiban luar negeri, (4) Perusahaan-perusahaan asing yang harus membayar deviden, (5) Rumahrumah tangga yang membutuhkan valas untuk membiayai studi anggota keluarganya yang belajar
ke luar negeri, (6) Pemerintah yang membutuhkan valas untuk membiayai perwakilan-perwakilannya
di luar negeri, untuk membayar hutang-hutang luar negerinya yang telah jatuh tempo, membayar
bunga dan (7) Para spekulan. Pada dasarnya fungsi-fungsi pokok bank devisa adalah (1)
Melaksanakan transfer pembayaran internasional, (2) Menyediakan kredit untuk membiayai
transaksi-transaksi ekonomi internasional dan (3) Menanggung resiko perubahan kurs valuta asing.
Adapun bagan alur penerimaan valas oleh bank Indonesia dijelaskan pada gambar 2
Konsumen (TKI) membeli
Rupiah dg Dollar
Bank local di Negara X

Financial center
(mis:LIFFE)

Bank local di Indonesia

Pertukaran mata uang
asing (valas) masuk
dalam akun Laporan
Surplus/Defisit
Bank
Indonesia, atas nama
penerimaan pengelolaan
valas

Bank Indonesia

Gambar 2 Bagan Alur Penerimaan Valas Oleh Bank Indonesia
Nomor 1I / Edisi II / November 2010

65

Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam
Pada bagan penerimaan valas tersebut masuk dalam Laporan Surplus/Defisit Bank Indonesia.
Yang kemudian penerimaan valas tersebut akan dikelola untuk membiayai kebutuhan pembangunan.
Penerimaan valas yang dimaksud disini adalah keuntungan dalam menjual / membeli mata uang
asing dengan mata uang lokal atau sebaliknya. Penggunaan devisa tersebut digunakan untuk : (1)
Membiayai kegiatan perdagangan luar negeri, (2) Membayar barang-arang impor dari luar negeri,
(3) Membiayai kedutaan / konsultan di luar negeri (4) Membayar hutang luar negeri, (5) Membayar
bunga atas pinjaman luar negeri, (6) Membiayai perjalanan dinas pejabat ke luar negeri dan (7)
Membiayai pengiriman misi kebudayaan / kesenian / kontingen olah raga ke luar negeri. Seandainya
terjadi perjalanan ke luar negeri untuk tujuan kenegaraan maka perjalanannya dibiayai dari devisa,
duta dan konsultan yang bekerja di luar negeri juga digaji dari penerimaan devisa, hutang luar
negeri juga dibiayai devisa. Dimana hutang luar negeri misalnya dipakai untuk mendirikan sekolah,
gedung pemerintahan, membangun jembatan ddan lain sebagainya. Fasilitas-fasilitas yang dapat
terpenuhi tersebut tanpa disadari salah satunya berkat jasa para TKI. Seharusnya jika terjadi ketidak
adilan atau kekerasan oleh para TKI kita harus membantu semaksimal mungkin.
Sebagai seorang muslim jika salah satu saudaranya terkena musibah sebaiknya menolong,
melindungi atau mengeluarkannya dari persoalan yang menghimpitnya. Apalagi kita merasakan
jerih keringatnya. Pihak Negara sebaiknya memberikan jaminan keamanan sebagai realisasi undangundang yang telah dibuat. Dijadikannya keamanan sebagai salah satu kebutuhan (jasa) yang pokok
mudah dipahami, sebab tidak mungkin setiap orang dapat menjalankan seluruh aktivitasnya terutama
aktivitas yang wajib, seperti kewajiban ibadah, kewajiban bekerja, kewajiban bermuamalah secara
Islami, termasuk menjalankan aktivitas pemerintahan sesuai dengan ketentuan Islam, tanpa adanya
keamananan yang menjamin pelaksanaannya. Untuk melaksanakan ini semua, maka negara haruslah
memberikan jaminan keamanan bagi setiap warga negara.
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa keamanan adalah salah satu kebutuhan jasa pokok
adalah sabda Rasulullah saw.:

“Barang siapa yang ketika memasuki pagi hari mendapati keadaan aman kelompoknya, sehat
badannya, memilliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya”
(Al-Hadis).
Adapun dalil bahwa yang menjamin terpenuhinya adanya keamanan tersebut adalah tindakan
Rasulullah saw. yang bertindak sebagai kepala negara yang memberikan keamanan kepada setiap
warga negara (muslim dan kafir dzimmi) sebagaimana sabdanya :

“Sesungguhnya aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan
Laa ilaha illallahu Muhammadur Rasulullah. Apabila mereka telah melakukannya (masuk Islam
atau tunduk pada aturan Islam), maka terpelihara olehku darah-darah mereka, harta-harta mereka,
kecuali dengan jalan yang hak. Adapun hisabnya terserah kepada Allah” (HR Bukhari, Muslim,
dan pemilik sunan yang empat).

9

66

Soedijono R, Prof, Dr, M.B.A, Ekonomika Keuangan Internasional, UPP AMP YKPN, 2004, hal 54.

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

Heny Yuningrum
Sedangkan menurut Wisnu mekanisme untuk menjamin keamanan setiap anggota masyarakat
adalah dengan jalan menerapkan aturan yang tegas kepada siapa saja yang akan mengganggu
keamanan jiwa, darah, dan harta orang lain. Sebagai gambaran, siapa saja yang mengganggu
keamanan jiwa orang lain, yakni dengan jalan membunuh orang lain, maka orang tersebut menurut
hukum Islam harus dikenakan sanksi berupa qishash, yakni hukum balasan yang setimpal kepada
orang yang melakukan kejahatan tersebut. Termasuk di dalamnya keamanan harta milik pekerja
dari upah yang seharusnya mereka miliki, serta keamanan harta milik pengusaha dari perusahaan
dan aset yang mereka miliki.10 Dengan demikian, jelaslah bahwa Islam memberikan jaminan terhadap
pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga masyarakat, berupa pangan, sandang, dan papan.
Demikian pula Islam telah menjamin terselenggaranya penanganan masalah pendidikan, kesehatan,
dan keamanan. Dijadikannya semua itu sebagai kewajiban negara, serta bagian dari tugasnya sebagai
pemelihara dan pengatur urusan rakyat. Negaralah yang melaksanakan dan menerapkannya
berdasarkan syariat Islam.
Dengan dilaksanakan politik ekonomi Islam tersebut, beberapa permasalahan pokok
ketenagakerjaan yang berkaitan dengan masalah pemenuhan kebutuhan pokok dapat diatasi.
Pengangguran diharapkan akan berkurang karena ketersediaan lapangan kerja dapat di atasi; masalah
buruh wanita dan pekerja di bawah umur tidak akan muncul karena mereka tidak perlu harus terjun
ke pasar tenaga kerja untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula
permasalahan tunjangan sosial berupa pendidikan dan kesehatan bukanlah masalah yang harus
dikhawatirkan pekerja. Termasuk jaminan untuk memperoleh upah yang menjadi hak pekerja dapat
diberikan bahkan kekerasan dalam bekerja tidak akan terjadi.
Kasus-kasus yang terjadi pada para TKI tidak akan terjadi jika semua manusia mengetahui
syariat islam. Berdasarkan syariat Islam ada beberapa bentuk kekerasan atau kejahatan yang menimpa
wanita dimana pelakunya harus diberikan sanksi yang tegas. Namun sekali lagi perlu ditegaskan
kejahatan ini bisa saja menimpa laki-laki, pelakunya juga bisa laki-laki atau perempuan. Berikut
ini beberapa perilaku jarimah dan sanksinya menurut Islam terhadap pelaku:11
1. Qadzaf, yakni melempar tuduhan. Misalnya menuduh wanita baik-baik berzina tanpa bisa
memberikan bukti yang bisa diterima oleh syariat Islam. Sanksi hukumnya adalah 80 kali
cambukan. Hal ini berdasarkan firman Alah SWT: “Dan orang-orang yang menuduh perempuanperempuan yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat saksi, maka deralah
80 kali.” (Qs. an-Nûr [24]: 4-5).
2. Membunuh, yakni ‘menghilangkan’ nyawa seseorang. Dalam hal ini sanksi bagi pelakunya adalah
qishos (hukuman mati). Firman Allah SWT: “Diwajibkan atas kamu qishos berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh.” (Qs. al-Baqarah [2]: 179).
3. Mensodomi, yakni menggauli wanita pada duburnya. Haram hukumnya sehingga pelaku wajib
dikenai sanksi. Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Allah tidak akan melihat
seorang laki-laki yang mendatangi laki-laki (homoseksual) dan mendatangi istrinya pada
duburnya.” Sanksi hukumnya adalah ta’zir, berupa hukuman yang diserahkan bentuknya kepada
pengadilan yang berfungsi untuk mencegah hal yang sama terjadi.
4. Penyerangan terhadap anggota tubuh. Sanksi hukumnya adalah kewajiban membayar diyat (100
ekor unta), tergantung organ tubuh yang disakiti. Penyerang terhadap lidah dikenakan sanksi
10

Ibid
Farid Ma’ruf, dalam Asri Supatmiati, Pandangan Islam Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Februari 2,
2007 baitijannati.wordpress.com
11

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

67

Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam
100 ekor unta, 1 biji mata 1/2 diyat (50 ekor unta), satu kaki 1/2 diyat, luka yang sampai selaput
batok kepala 1/3 diyat, luka dalam 1/3 diyat, luka sampai ke tulang dan mematahkannya 15 ekor
unta, setiap jari kaki dan tangan 10 ekor unta, pada gigi 5 ekor unta, luka sampai ke tulang
hingga kelihatan 5 ekor unta.
5. Perbuatan-perbuatan cabul seperti berusaha melakukan zina dengan perempuan (namun belum
sampai melakukannya) dikenakan sanksi penjara 3 tahun, ditambah jilid dan pengusiran. Kalau
wanita itu adalah orang yang berada dalam kendalinya, seperti pembantu rumah tangga, maka
diberikan sanksi yang maksimal.
6. Penghinaan. Jika ada dua orang saling menghina sementara keduanya tidak memiliki bukti tentang
faktanya, maka keduanya akan dikenakan sanksi penjara sampai 4 tahun.
Seandainya direnungkan kasus kekerasan TKI dapat terjadi juga ada latar belakang masalahnya.
Menurut AnneAhira12 dalam blogspot-nya mengungkapkan bahwa kekerasan para TKI terjadi
bersumber dari: Pertama, Tingkat kemampuan komunikasi yang kurang. Dalam hal ini yang kita
maksdukan adalah tingkat kemampuan berbahasa bagi TKI. Seringkali kita mendapati kenyataan
bahwa TKI belum menguasai betul bahasa ibu, dimana dia akan bekerja. Mereka tidak memahami
bahasa majikannya. Akibat kondisi ini, maka seringkali terjadi kesalahan komunikasi dan persepsi
untuk hal yang harus dikerjakan di rumah majikan. Akibatnya, hal tersebut menumbuhkan rasa
kecewa dan akhirnya dapat menyebabkan kasus kekerasan TKI tersebut.
Kedua, Tingkat kemampuan kerja yang kurang. Ada juga, kasus kekerasan yang diawali karena
ketidakmampuan TKI untuk mengerjakan bidang kerjanya. Mereka tidak mampu menyelesaikan
masalah kerjanya secara baik. Kriteria tenaga kerja yang disampaikan oleh pengadaan tenaga kerja
dengan kenyataan tidak sama. Hal ini menyebabkan banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan
sebagaimana mestinya.Oleh karena itulah, maka ke depannya untuk proses pengiriman tenaga kerja
harus dilakukan dengan memberikan keterampilan yang aplikatif bagi TKI, dan selanjutnya
memberikan pelatihan yang memadai bagi mereka dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Tingkat kemampuan teknis seharusnya diberikan kepada TKI yang hendak dikirimkan dan diberikan
pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya tersebut.
Ketiga, Bidang garapan yang tidak sama dengan kemampuan. Ini juga seringkali menjadi
penyebab kasus kekerasan TKI, bahwa mereka diberi pekerjaan yang sama sekali tidak sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki. Jika mereka sebelum berangkat diberi bekal keterampilan,
ternyata keterampilan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus
ditanganinya. Tentunya jika hal ini dilakukan, maka pekerjaan yang dikerjakan tidak dapat dikerjakan
sesuai dengan target pencapaian. Bahkan, mungkin kualitas hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Akhirnya hal tersebut menimbulkan kesalahpahaman dan terjadilah kasus
kekerasan TKI.

12

68

Anneahira.Com, Menangani Kasus Kekerasan Tki Dan Penanganannya Harus Tuntas

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

Heny Yuningrum
KESIMPULAN
Kekerasan tidak akan terjadi jika semua pihak mengetahui sebab dan akibat, dampak kejadian
dan hukuman pelaku. Tujuan tulisan ini adalah supaya pembaca khususnya masyarakat, pemerintah
maupun pihak lain yang terkait persoalan TKI dapat mengetahui sumber devisa Negara, kegunaan
/ manfaat devisa, hukuman atas pelaku kekerasan bagi seorang pekerja khususnya TKI. Agama
telah menelaah semua urusan di dunia baik itu langkah menghormati diri sendiri maupun orang
lain.

Nomor 1I / Edisi II / November 2010

69

Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam
DAFTAR PUSTAKA
Anneahira.Com, Menangani Kasus Kekerasan Tki Dan Penanganannya Harus Tuntas
Farid Ma’ruf, Dalam Asri Supatmiati, Pandangan Islam Terhadap Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, Februari 2, 200,7 Baitijannati.Wordpress.Com
Laporan Badan Pusat Statistik
Laporan BP2TKI Tahun 2009, Tabel Pengiriman Tki Ke Luar Negeri.
Laporan BP2TKI Tahun 2010
Laporan Bank Indonesia, Penerimaan Devisa Indonesia Tahun2008 Dan 2009.
Laporan Kemenbudpar
UU Ketenagakerjaan (UU No.3/1992)
Undang-Undang No 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Di Luar Negeri.
Undang-Undang No. 24 Tahun 1999 Tentang Lalu Lintas Devisa Dan Sistem Nilai Tukar Serta
Pp Bank Indonesia No : Nomor : 1 / 9 /Pbi/1999 Tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa
Bank Dan Lembaga Keuangan Non Bank.
Shapiro, 1996, Dalam M. Faisal, Smi, Msm, Manajemen Keuangan Internasional, Penerbit
Salemba Empat, 2001
Soedijono R, Prof, Dr, M.B.A, Ekonomika Keuangan Internasional, Upp Amp Ykpn, 2004
Wisnu Sudibyo, Wisnusudibjo.Wordpress.Com/. Syariat Islam Dalam Pemikiran Umat
Qs Al-Anfal : 41
Qs. An-Nisa’: 173

70

Nomor 1I / Edisi II / November 2010