TUNA DAKSA | Karya Tulis Ilmiah
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
khair.,S.Kep.,Ns
TUNA DAKSA
Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
A. PENGERTIAN
Tuna daksa sering disebut juga cacat tubuh, cacat fisik
dan cacat ortopedi. Tunadaksa berasal dari kata “ tuna yang
berarti rugi atau kurang dan daksa yang berarti tubuh.
Tunadaksa adalah anak yang tidak memiliki tubuh dengan
sempurna. Sedangkan istilah cacat tubuh dan cacat fisik
dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota
tubuhnya, bukan cacat inderanya. Selanjutnya cacat ortopedi
terjemahan dari bahasa Inggris orthopedically handicapped.
Ortopedic mempunyai arti hubungan dengan otot, tulang dan
persendian. Dengan demikian cacat ortopedi kelainannya
terletak pada sapek otot, tulang dan persendian atau dapat
juga merupakan akibat adanya kelainan yang terletak pada
pusat pengatur sistem otot, tulang dan persendian.
B. ETIOLOGI
Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan
kerusakan pada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan
tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum
tulang belakang, pada sistem musculus skeletal.
Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masing
kerusakan
timbulnya
berbeda-beda.
Dilihat
dari
saat
terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum
lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
1. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal),
a. Gangguan pertumbuhan otak
b. Penyakit metabolisme
c. Penyakit plasma
d. Penyakit ibu
2. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal),
a. Partus lama
b. Trauma kelahiran dan perdarahan subdural
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
khair.,S.Kep.,Ns
c. Prematuritas
d. Pertumbuhan atau lilitan tali pusar
e. Atelektasis yang menetap
f. Aspirasi isi lambung dan usus
g. Sedasi berat pada tubuh ibu
3. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (post natal),
a. Penyakit infeksi (ensefalitis)
b. Lesi oleh trauma
C. KLASIFIKASI ANAK TUNA DAKSA
1. Dilihat dari sistem kelainan terdiri dari :
a. Kelainan pada sistem cerebral
Kelaian pada system cerebral berupa cerebral palsy
yang menunjukan kelainan gerak, sikap dan betuk
tubuh,
gangguan
gangguan
psikologi
koordinasi
dan
dan
kadang
disertai
sensoris
karena
adanya
kerusakan pada masa perkembangan otak. Menurut
derajat kecacatannya cerebral palsy diklasifikasikan
menjadi:
1) Ringan, ciri-ciri yaitu dapat berjalan tanpa alat bantu,
bicara jelas, dan dapat menolong diri.
2) Sedang, cirri-ciri yaitu membutuhkan bantuan untuk
latihan bicara, berjalan, mengurus diri, dan alat-alat
khusus.
3) Berat, cirri-ciri yaitu membutuhkan perawatan tetap
dalam ambulasi, bicara, dan menolong diri.
Dilihat berdasarkan kelainan gerak cerebral palsy
1) Spastik, ciri-ciri yaitu terdapat kekakuan pada bagian
atau seluruh ototnya
2) Dyskinesia,
cirri-ciri
athetosis
(penderita
memperlihatkan gerak yang tidak terkontrol), rigid
(kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit
dibengkokkan), tremor (getaran kecil yang terus
menerus pada mata, tangan atau pada kepala).
3) Ataxia (adanya gangguan keseimbangan, jalannya
gontai,
koordinasi
berfungsi)
mata
dan
tangan
tidak
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
4) Jenis
khair.,S.Kep.,Ns
campuran
(seorang
anak
mempunyai
kelainan lebih dari satu tipe-tipe di atas.
b. Kelainan pada sistem otot dan rangka
Penggolongan pada kelainan pada sistem otot dan
rangka adalah sebagai berikut :
1) Poliomyelitis merupakan suatu infeksi penyakit pada
sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus
polio yang mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat
menetap
dan
tidak
kecerdasan
atau
mengakibatkan
alat-
gangguan
alat
indera.
Kelumpuhan dibedakan atas tipe spinal (kelumpuhan
pada otot leher, sekat dada, tangan dan kaki), tipe
bulbair (ditandai dengan gangguan pernafasan), tipe
bulbispinal (gabungan antara tipe spinal dan bulbair),
encephalitis (disertai dengan demam, kesadaran
menurun, dan kadang – kadang kejang).
2) Muscle Dystrophy adalah jenis penyakit otot yang
disebabkan
oleh
mengakibatkan
otot
faktor
tidak
keturunan
berkembang
dan
karena
mengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif dan
simetris.
3) Spina Binifida merupkan jenis kelainan pada tulang
belakang yang ditandai dengan terbukanya satu atau
tiga ruas tulang belakang yang ditandai dengan
terbukanya satu atau tiga ruas tulang belakang dan
tidak tertutup lagi selama masa perkembangan
sehingga
fungsi
jaringan
saraf
terganggu
dan
terjadilah kelumpuhan.
D. KARAKTERISTIK ANAK TUNA DAKSA
1. Karakteristik Akademik anak tuna daksa, meliputi ciri khas
kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan simbolisasi
mengalami kelainan karena terganggunya sistem cerebral
sehingga
mengalami
hambatan
dalam
belajar,
dan
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
khair.,S.Kep.,Ns
mengurus diri. Anak tunadaksa karena kelainan pada
sistem otot dan rangka tidak terganggu sehingga
belajar, seperti anak normal.
2. Karakteristik
sosial/
emosional
anak
dapat
tunadaksa
menunjukkan bahwa konsep diri dan respons serta sikap
masyarakat yang negatif terhadap analk tunadaksa merasa
tidak mampu, tidak berguna, dan menjadi rendah diri.
Akibatnya kepercayaan dirinya hilang dan akhirnya tidak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
3. Mereka juga menunjukkan sikap mudah tersingung, mudah
marah, lekas putus asa, rendah diri,kurang dapatbergaul,
malu, dan suka menyendiri serta frustasi berat.
Karakteristik fisik/ kesehatan anak tuanadaksa biasanya
selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami gangguan
lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran,
penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan motorik.
E. PENANGANAN TUNA DAKSA
1. Penanganan awal di Puskesmas selaku anggota Tim
rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM).
2. Latihan gerak
3. Fisioterapi
4. Rujuk ke spesialis rehabilitasi medik.
F. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.
2. Riwayat penyakit keturunan keluarga.
3. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan.
4. Status perkembangan anak.
- Anak kurang merespon orang lain
- Anak sulit focus pada obyek dan sulit mengenali bagian
tubuh
- Anak mengalami kesulitan dalam belajar
- Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
- Keterbatasan kognitif
5. Pemeriksaan fisik.
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
-
khair.,S.Kep.,Ns
Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali
telinga
luar, otitis
media yang berulang, sindrom
William, perawakan pendek, celah palatum dan lain-lain.
- Kekuatan tonus otot.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan ketidak
mampuan
mengontrol
gerakan
sekunder
terhadap
spastisitas.
2. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasme
otot, meningkatnya aktivitas, perubahan kognitif.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan
kelemahan otot-otot.
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Assuhan Keperawatan:
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Musjafak Assjari, 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Daksa. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti PPTG.
Sugiarmin, M. (1996). Ortopedi dalam Pendidikan
Tunadaksa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPTG.
Anak
Suharso. (1982). Ortopedi 2. Surakarta: Rehabilitasi Centrum
http://yuflihul.blogspot.com
khair.,S.Kep.,Ns
TUNA DAKSA
Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
A. PENGERTIAN
Tuna daksa sering disebut juga cacat tubuh, cacat fisik
dan cacat ortopedi. Tunadaksa berasal dari kata “ tuna yang
berarti rugi atau kurang dan daksa yang berarti tubuh.
Tunadaksa adalah anak yang tidak memiliki tubuh dengan
sempurna. Sedangkan istilah cacat tubuh dan cacat fisik
dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota
tubuhnya, bukan cacat inderanya. Selanjutnya cacat ortopedi
terjemahan dari bahasa Inggris orthopedically handicapped.
Ortopedic mempunyai arti hubungan dengan otot, tulang dan
persendian. Dengan demikian cacat ortopedi kelainannya
terletak pada sapek otot, tulang dan persendian atau dapat
juga merupakan akibat adanya kelainan yang terletak pada
pusat pengatur sistem otot, tulang dan persendian.
B. ETIOLOGI
Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan
kerusakan pada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan
tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum
tulang belakang, pada sistem musculus skeletal.
Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masing
kerusakan
timbulnya
berbeda-beda.
Dilihat
dari
saat
terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum
lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
1. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal),
a. Gangguan pertumbuhan otak
b. Penyakit metabolisme
c. Penyakit plasma
d. Penyakit ibu
2. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal),
a. Partus lama
b. Trauma kelahiran dan perdarahan subdural
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
khair.,S.Kep.,Ns
c. Prematuritas
d. Pertumbuhan atau lilitan tali pusar
e. Atelektasis yang menetap
f. Aspirasi isi lambung dan usus
g. Sedasi berat pada tubuh ibu
3. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (post natal),
a. Penyakit infeksi (ensefalitis)
b. Lesi oleh trauma
C. KLASIFIKASI ANAK TUNA DAKSA
1. Dilihat dari sistem kelainan terdiri dari :
a. Kelainan pada sistem cerebral
Kelaian pada system cerebral berupa cerebral palsy
yang menunjukan kelainan gerak, sikap dan betuk
tubuh,
gangguan
gangguan
psikologi
koordinasi
dan
dan
kadang
disertai
sensoris
karena
adanya
kerusakan pada masa perkembangan otak. Menurut
derajat kecacatannya cerebral palsy diklasifikasikan
menjadi:
1) Ringan, ciri-ciri yaitu dapat berjalan tanpa alat bantu,
bicara jelas, dan dapat menolong diri.
2) Sedang, cirri-ciri yaitu membutuhkan bantuan untuk
latihan bicara, berjalan, mengurus diri, dan alat-alat
khusus.
3) Berat, cirri-ciri yaitu membutuhkan perawatan tetap
dalam ambulasi, bicara, dan menolong diri.
Dilihat berdasarkan kelainan gerak cerebral palsy
1) Spastik, ciri-ciri yaitu terdapat kekakuan pada bagian
atau seluruh ototnya
2) Dyskinesia,
cirri-ciri
athetosis
(penderita
memperlihatkan gerak yang tidak terkontrol), rigid
(kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit
dibengkokkan), tremor (getaran kecil yang terus
menerus pada mata, tangan atau pada kepala).
3) Ataxia (adanya gangguan keseimbangan, jalannya
gontai,
koordinasi
berfungsi)
mata
dan
tangan
tidak
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
4) Jenis
khair.,S.Kep.,Ns
campuran
(seorang
anak
mempunyai
kelainan lebih dari satu tipe-tipe di atas.
b. Kelainan pada sistem otot dan rangka
Penggolongan pada kelainan pada sistem otot dan
rangka adalah sebagai berikut :
1) Poliomyelitis merupakan suatu infeksi penyakit pada
sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus
polio yang mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat
menetap
dan
tidak
kecerdasan
atau
mengakibatkan
alat-
gangguan
alat
indera.
Kelumpuhan dibedakan atas tipe spinal (kelumpuhan
pada otot leher, sekat dada, tangan dan kaki), tipe
bulbair (ditandai dengan gangguan pernafasan), tipe
bulbispinal (gabungan antara tipe spinal dan bulbair),
encephalitis (disertai dengan demam, kesadaran
menurun, dan kadang – kadang kejang).
2) Muscle Dystrophy adalah jenis penyakit otot yang
disebabkan
oleh
mengakibatkan
otot
faktor
tidak
keturunan
berkembang
dan
karena
mengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif dan
simetris.
3) Spina Binifida merupkan jenis kelainan pada tulang
belakang yang ditandai dengan terbukanya satu atau
tiga ruas tulang belakang yang ditandai dengan
terbukanya satu atau tiga ruas tulang belakang dan
tidak tertutup lagi selama masa perkembangan
sehingga
fungsi
jaringan
saraf
terganggu
dan
terjadilah kelumpuhan.
D. KARAKTERISTIK ANAK TUNA DAKSA
1. Karakteristik Akademik anak tuna daksa, meliputi ciri khas
kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan simbolisasi
mengalami kelainan karena terganggunya sistem cerebral
sehingga
mengalami
hambatan
dalam
belajar,
dan
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
khair.,S.Kep.,Ns
mengurus diri. Anak tunadaksa karena kelainan pada
sistem otot dan rangka tidak terganggu sehingga
belajar, seperti anak normal.
2. Karakteristik
sosial/
emosional
anak
dapat
tunadaksa
menunjukkan bahwa konsep diri dan respons serta sikap
masyarakat yang negatif terhadap analk tunadaksa merasa
tidak mampu, tidak berguna, dan menjadi rendah diri.
Akibatnya kepercayaan dirinya hilang dan akhirnya tidak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
3. Mereka juga menunjukkan sikap mudah tersingung, mudah
marah, lekas putus asa, rendah diri,kurang dapatbergaul,
malu, dan suka menyendiri serta frustasi berat.
Karakteristik fisik/ kesehatan anak tuanadaksa biasanya
selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami gangguan
lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran,
penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan motorik.
E. PENANGANAN TUNA DAKSA
1. Penanganan awal di Puskesmas selaku anggota Tim
rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM).
2. Latihan gerak
3. Fisioterapi
4. Rujuk ke spesialis rehabilitasi medik.
F. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.
2. Riwayat penyakit keturunan keluarga.
3. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan.
4. Status perkembangan anak.
- Anak kurang merespon orang lain
- Anak sulit focus pada obyek dan sulit mengenali bagian
tubuh
- Anak mengalami kesulitan dalam belajar
- Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
- Keterbatasan kognitif
5. Pemeriksaan fisik.
Yuflihul
http://yuflihul.blogspot.com
-
khair.,S.Kep.,Ns
Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali
telinga
luar, otitis
media yang berulang, sindrom
William, perawakan pendek, celah palatum dan lain-lain.
- Kekuatan tonus otot.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan ketidak
mampuan
mengontrol
gerakan
sekunder
terhadap
spastisitas.
2. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasme
otot, meningkatnya aktivitas, perubahan kognitif.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan
kelemahan otot-otot.
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Assuhan Keperawatan:
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Musjafak Assjari, 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Daksa. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti PPTG.
Sugiarmin, M. (1996). Ortopedi dalam Pendidikan
Tunadaksa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPTG.
Anak
Suharso. (1982). Ortopedi 2. Surakarta: Rehabilitasi Centrum