ITS paper 34904 2212105046 Paper
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
1
Studi Koordinasi Proteksi Arus Lebih Fasa dan
Ground Sistem Pembangkit UP PLTU Pacitan
Dimas Galuh Sumekar, Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 1), Dimas Fajar Uman Putra, ST., MT.2).
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
Email: dimasgaluh91@gmail.com, margo@ee.its.ac.id1), dimasfup@gmail.com2)
harus dilakukan studi ulang koordinasi proteksinya agar
Abstrak – Proteksi sistem tenaga listrik merupakan hal
yang sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik, hal ini
pada saat terjadi gangguan unit tidak mengalami blackout.
dikarenakan sistem proteksi dapat mencegah kerusakan
Rele yang akan dikoordinasi ulang mencakup rele arus lebih
peralatan yang lebih parah pada saat sistem mengalami
fasa dan ground pada unit 1. Sehingga diharapkan sistem
Arief
Rahman
Surabaya 60111
gangguan. Koordinasi sistem proteksi Jl.
yang
baik
dapat Hakim,
proteksi di unit pembangkit tersebut dapat berjalan dengan
meningkatkan keandalan pada suatu sistem tenaga hal ini
baik dalam melindungi sistem pembangkitan energi listrik.
disebabkan bila terjadi gangguan di sistem maka rele proteksi
dapat mendeteksi serta mengisolir daerah gangguan serta
dapat mengamankan daerah yang tidak mengalami ganggua,
II. TEORI PENUNJANG
sehingga kontinuitas penyaluran listrik dapat tetap terjaga.
A. Macam-Macam Gangguan
Untuk menjaga agar kondisi sistem proteksi tetap optimal
maka diperlukannya suatu studi ulang mengenai koordinasi
Gangguan Beban lebih
sistem proteksi tersebut. Tugas akhir ini akan membahas studi
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni,
ulang koordinasi proteksi arus lebih fasa dan ground di unit
tetapi
bila dibiarkan terus-menerus berlangsung maka
pembangkit PLTU Pacitan serta nantinya dapat menganalisa
dapat
merusak
peralatan listrik yang dialiri oleh arus
kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam penyetingan awal.
tersebut. Hal ini disebabkan karena arus yang mengalir
Sehingga diharapkan sistem proteksi yang telah ada dapat
melebihi dari kemampuan hantar arus dari peralatan
bekerja dengan baik.
listrik, dimana pengaman listrik (Rele, MCB atau fuse)
Kata Kunci : koordinasi sistem proteksi, rele arus lebih fasa
dan ground.
yang terpasang arus pengenalnya atau setelannya
E
I. PENDAHULUAN
nergi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok
umat manusia yang meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan kebutuhan energi listrik tidak luput dari
perkembangan taraf hidup manusia yang semakin modern,
hampir semua peralatan penunjang yang dibutuhkan oleh
manusia untuk membantu segala aktifitas memerlukan
sumber energi listrik. Oleh karena itu, ketersediaan energi
listrik juga harus dapat ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Salah satu upaya untuk
meningkatkan ketersediaan energi listrik ialah dengan cara
membangun pusat-pusat pembangkit listrik, diantaranya
adalah pembangkit listrik tenaga uap yang terdapat di unit
PLTU Pacitan yang berkapasitas 2 x 315 MW. Proses
pembangkitan energi listrik didapatkan dari hasil
pengkonversian energi mekanik menjadi energi listrik
dengan bantuan generator uap. Oleh karena itu, peran dari
sebuah generator/ pembangkit sangatlah vital dalam proses
pembangkitan listrik sehingga generator tersebut harus tetap
dijaga. Salah satu upaya dalam menjaga proses
pembangkitan pada generator ialah dengan cara memasang
alat proteksi yang nantinya dapat berperan penting jika
terjadi gangguan pada sistem pembangkit. Sehingga
generator dan sistem tidak mengalami kerusakan yang
parah. Pembangkit listrik tenaga uap yang terdapat di
pacitan merupakan pembangkit baru yang beroperasi pada
bulan Juni 2013 untuk unit 1 sedangkan unit 2 beroperasi
pada bulan Agustus 2013. Dengan adanya permasalahan
mengenai pentingnya suatu koordinasi proteksi yang aman
dan handal untuk menunjang proses pembangkitan energi
listrik, maka perlu adanya suatu studi ulang mengenai
koordinasi proteksi di unit PLTU Pacitan dikarenakan unit
pembangkit tersebut merupakan pembangkit baru yang
melebihi kemampuan hantar arus peralatan listrik.
Gangguan Hubung Singkat.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fasa
(3 fasa atau 2 fasa), dua fasa ketanah dan satu fasa
ketanah yang sifatnya dapat temporer maupus secara
permanen.
Gangguan yang bersifat Permanen
Gangguan hubung singkat permanen dapat terjadi
pada kabel atau pada belitan trafo tenagayang
disebabkan karena arus gangguan hubung singkat antara
fasa atau fasa-tanah, sehingga pengkantar akan menjadi
panas yang dapat berpengaruh pada isolasi atau minyak
trafo tenaga,sehingga isolasi tembus. Pada generator,
yang disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau
pembebanan yang melebihi kemampuan generator.
Sehingga rotor memasok arus dari eksitasi berlebih yang
dapat menimbulkan pemanasan pada rotor yang dapat
merusak isolasi sehingga isolasi tembus, terjadilah
hubung singkat. Pada tiik gangguan yang terjadi
kerusakan secara permanen maka baru bias dioperasikan
kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau
diganti.
Gangguan yang Bersifat Temporer
Gangguan ini biasanya terjadi saluran udara
tegangan menengah ysng tidak menggunakan isolasi
antara lain :
- Disebabkan karena adanya sambaran petir pada
penghantar listrik yang tergelar di udara yang akan
mengakibatkan flashover antara penghantar dengan
traves melalui isolator.
- Penghantar tertiup angin yang dapat menimbulkan
gangguan antar fasa atau penghantar fasa menyentuh
pohon yang dapat menimbulkan gangguan 1 fasa ke
tanah.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
Gangguan yang tembus tersebut (breakdown)
adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada
kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya
terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker
oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran yang
terganggu tersebut dapat dioperasikan kembali.
B. Rele Arus Lebih
Rele arus lebih adalah rele yang beroperasi ketika arus
yang mengalir melebihi batas yang diizinkan. Rele ini
dipilih karena gangguan yang paling sering terjadi pada
sistem diakibatkan oleh adanya hubung singkat dan beban
lebih yang akan menghasilkan arus yang sangat besar[1].
Koordinasi waktu pada rele arus lebih yaitu proses
penentuan setting untuk rele agar dapat bekerja saat sistem
mengalami gangguan[2]. Rele ini sering di gunakan di setiap
zona proteksi. Rele akan bekerja apabila memenuhi keadaan
sebagai berikut[3]:
If > Ip
If < Ip
rele bekerja
tidak bekerja
(trip)
(block)
Dimana IP merupakan arus kerja yang dinyatakan
menurut gulungan sekunder dari transformator arus (CT).
Dan If merupakan arus gangguan yang juga dinyatakan
terhadap gulungan sekunder CT. Rele arus lebih dapat
berupa rele arus lebih waktu tertentu, rele arus lebih waktu
invers, dan rele arus lebih waktu instan.
C. Setting Rele Arus Lebih Instan
Rele arus instan akan seketika bekerja bila terdapat
gangguan short circuit minimum maupun maksimum,
sehingga dalam penyetelan pickup instan menggunakan nilai
Isc min yaitu arus hubung singkat minimum dimana terjadi
gangguan hubung singkat 2 fasa pada pembangkitan
minimum. Sehingga setting dapat ditetapkan sebagai berikut
:
Iset 0,8 Isc min ......................................................... (1)
Sedangkan untuk feeder yang dipisahkan oleh
transformator, koordinasi pengaman dibedakan menjadi dua
daerah, yakni daerah low voltage (LV) dan daerah high
voltage (HV) seperti pada gambar 1. Untuk menentukan
setting pickup dengan syarat sebagai berikut:
Isc max bus B ≤ Iset 0,8 Isc min, A ................................. (2)
Isc min A
Isc max B
A
B
2
D. Setting Rele Arus Lebih Waktu Inverse
Batas penyetelan rele arus lebih adalah rele tidak
bekerja pada saat beban maksimum. Oleh karena itu, setting
arusnya harus lebih besar dari arus beban maksimum. Rele
arus lebih waktu invers memiliki setelan pickup dan setelan
time dial. Pada rele arus lebih, besarnya arus pickup ini
ditentukan dengan pemilihan tap. Adapun untuk
menentukan besarnya tap yang digunakan dapat
menggunakan persamaan berikut :
Iset
Tap =
p
...........................................................(3)
Iset adalah arus pickup dalam Ampere. Menurut
standart British BS 142 batas penyetelannya adalah 1.05-1.3
Iset.
Setelan time dial menentukan waktu operasi rele.
Untuk menentukan time dial dari masing-masing kurva
karakteristik invers rele arus lebih dapat digunakan
persamaan sebagai berikut[4]:
td =
[
Di mana :
td
T
I
Iset
k
I
Iset
- ]
....................................................... (4)
= waktu operasi (detik)
= time dial
= nilai arus (Ampere)
= arus pickup (Ampere)
= koefisien invers 1 (lihat tabel 1)
= koefisien invers 2 (lihat tabel 1)
= koefisien invers 3 (lihat tabel 1)
Tabel 1 Koefisien Invers Time Dial
Tipe Kurva
Standard Inverse
Very Inverse
Extremely Inverse
Koefisien
K
0,14
13,50
80,00
0,02
1,00
2,00
2,970
1,500
0,808
E. Rele Gangguan Tanah
Gangguan satu fasa ke tanah dapat diamankan
dengan rele gangguan tanah. Rele ini adalah pengaman arus
lebih yang dilengkapi zero sequence current filter. Rele
gangguan ke tanah dapat digunakan pada sistem yang
dibatasi arus gangguan ke tanahnya menggunakan sistem
pentanahan.
F. Penyetelan Rele Gangguan Tanah
Pertimbangan pada setting koordinasi rele arus lebih
gangguan ke tanah adalah:
Arus urutan nol akan terisolasi pada trafo belitan delta
Arus urutan nol akan mengalir dari sumber gangguan
trafo belitan Wye
Sedangkan untuk setting rele gangguan ke tanah
adalah :
5-10% x Isc L-G ≤ Iset ≤ 50% x Isc L-G .................... (5)
Gambar 1 Rele Arus Lebih Pengamanan Transformator
Di mana Isc max bus B merupakan arus hubung singkat tiga
fasa maksimum pada titik B, sedangkan Isc min bus A adalah
arus hubung singkat minimum pada titik A.
Dengan Isc L-G merupakan arus hubung singkat satu fasa ke
tanah.[5]
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
3
III. SISTEM KELISTRIKAN PY. PJB UP PLTU
PACITAN
Adapun kurva hasil plot rele existing tipikal 1 dapat
dilihat pada gambar 4.
WONOGIRI I
WONOGIRI II
PACITAN 1
PACITAN II
II BUSBUR
CB 1
CB 9
CB 2
CB 16
CB 13
CB 17
CB 21
CB 22
CB 18
CB 23
CB 20
CB 3
I BUSBUR
10BAT01
GT-1
20BAT01 GT-2
00BCT01 S-UP/
S.BY TR
10BAA01
20BAA01
CB 28
CB 253
CB 29
20MKT01 EXC
TR2
CB249
CB 30
CB 19
10MKT01
EXC TR1
10BBT01 UAT-1
20BBT01 UAT-2
20MKA01 G-2
10MKA01 G-1
CB194
LUMP 5
LUMP20
CB220
CB221
CB218
CB219
10BBB
20BBB
CB109
CB233
CB232
TR.20BF
T02
TR.20BF
T05
CB213
CB212
CB239
TR.20BF
T04
TR.20BF
T01
CB211
TR.20BF
T03
TR. 10BFT02
CB209
LUMP27
CB238
10BFT04
10BFT01
CB199
TR. 10BFT03
CB197
CB198
M. FED FROM U.S 1A
LUMP21
LUMP23
LUMP22
LUMP25
LUMP24
00BBA
00BBB
CB184
CB240
CB241
CB242
CB243
CB244
CB245
CB252
TR. 20BHT01
TR.
20BHT02
TR.
20BHT03
TR.
20BHT04
TR.
20BHT05
TR. BHT01
TR. BHT02
CB226
LUMP41
CB200
CB237
M. FED FROM U.S 1B
LUMP30
LUMP29
LUMP
TR. BFT05
CB201
M. FED
FROM
U.S 2A
LUMP26
CB236
CB235
CB234
CB210
LUMP 5
CB183
10BBA
20BBA
CB104
CB225
CB224
CB223
CB222
CB231
CB246
TR. BHT03
CB230
CB247
CB248
TR. BHT04
TR. BHT05
CB229
CB228
CB185
CB227
LUMP43
LUMP42
M. FED FROM S.S 01B
CB186
LUMP44
M. FED FROM S.S 01A
M. FED FROM S.S 01B
LUMP31
LUMP32
LUMP33
LUMP34
LUMP35
LUMP40
LUMP36
LUMP37
LUMP38
LUMP39
Gambar2 Single Line Diagram PLTU Pacitan
A. Sistem Kelistrikan PLTU
Sistem kelistrikan yang ada pada PT. PJB UP
PLTU Pacitan terdiri dari 2 Unit yaitu Unit 1,dan Unit 2,
setiap unit terdiri dari generator uap dengan bahan bakar
batu bara yang terhubung dengan GITT 150 kV, adapun
generator uap setiap unit memiliki kapasitas masing masing
sebesar 315,846 MW. Kapasitas pembangkitan tersebut
kemudian akan disalurkan ke jaringan interkoneksi SUTT
150 KV melalui empat gardu induk yaitu : Gardu induk
Wonogiri 1,Wonogiri 2, Pacitan 1, dan Pacitan. PT. PJB
Unit Pembangkitan Pacitan memiliki dua unit steam turbine
generator demi menjaga pelayanan listrik ke konsumen.
Adapun Tabel 2 menunjukkan data kapasitas pembangkit di
PT. PJB UP Pacitan sebagai berikut:
Tabel 2
Pacitan
NO
1.
2.
Data Kapasitas Pembangkitan PT. PJB UP PLTU
ID
G-1
G-2
MW
315,846
315,846
MVA
371.584
371.584
KV
20
20
PF(%)
0,85
0,85
IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA KOORDINAS PROTEKSI
DI PT. PJB UP PLTU PACITAN
A. Tipikal 1
Sistem pengaman pada tipikal 1 yang dijelaskan pada
gambar 4.3 yang terdiri dari rele R. GT. HVS yang ada pada
tegangan 150 kV. Koordinasi tipikal 1 ini dimulai dari bus
bar I BUSBUR hingga 10BAT01 GT-1.
Gambar 4. Hasil plot setelan rele existing tipikal 1
Pada kondisi existing tipikal 1 masih ada beberapa
kekurangan antara lain:
Kurva rele R. GT. HVS adalah kurva yang berwarna
hijau, dapat kita lihat bahwa untuk settingan high set
nilai dari instantaneous pickup serta time delay pada
rele tersebut terlalu besar sehingga rele R. GT. HVS
tidak dapat melindungi damage curve tranformator
10BAT01 GT-1 serta jika terjadi hubung singkat
minimal pada I BUSBUR rele R. GT. HVS akan
merespon lambat karena mengenai kurva inverse,
sehingga jika hal tersebut tetap dibiarkan maka dapat
mengakibatkan kerusakan yang fatal terhadap
transformator 10BAT01 GT-1. Damage curve adalah
kurva kerusakan transformator akibat panas yang
berlebih. Maka dari itu, sebelum mendekati damage
curve transformator, rele harus bekerja sehingga
kerusakan pada transformator dapat dicegah. Adapun
solusi dalam menyelesaikan masalah ini dengan
memperkecil nilai time delay dan pickup sehingga rele
dapat melindungi damage curve dan berada di atas dari
titik inrush.
I BUSBUR
R. GT. HVS
10BAT01 GT-1
10BAA01
Gambar 3 Single Line Tipikal 1
Adapun perhitungan setting rele F041_7A.4 sebagai
berikut:
Time Overcurrent Pickup
1,05 x FLA ≤
Ipp
≤
1,4 x FLA
1,05 x 1424 ≤
Ipp
≤
1,4 x 1424
1495,2
≤
Ipp
≤
1993,6
dipilih Ipp
= 1750 A
Rele Ampere =
=
=3
Setting Tap =
=
= 0,6
Time Dial
Dipilih waktu operasi (td) = 0,5 s
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
K=
K=
Adapun kurva hasil plot rele existing tipikal 2
dapat dilihat pada Gambar7
K
td =
td
td
[
- ]
[
- ]
sc ma
US U
tap
Tp
[
4
- ]
- ]
[
K=
K= 0.5
High Set Current Setting (I>>)
Iset ≤
sc min I BUSBUR
Iset ≤
Iset ≤
9
dipilih Iset
= 5500 A
Tap
=
=
= 2.2
Time delay = 0.15 s
Adapun kurva hasil plot rele resetting tipikal 1
dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar7. Hasil plot setelan rele existing tipikal 2
Gambar5. Hasil plot setelan rele resetting tipikal 1
B. Tipikal 2
Sistem pengaman pada tipikal 2 yang dijelaskan
pada Gambar 6 yang terdiri dari rele R. EXC. TR. HVS dan
R. EXC. TR. LVS. Koordinasi tipikal 2 ini dimulai dari Bus
410BAA01 hingga bus 45.
10BAA01
R. EXC. TR. HVS
CB19
10MKT01 EXC TR
CB 194
BUS 45
Gambar1 Single Line Tipikal 2
Hasil dari plot existing rele-rele pengaman pada koordinasi
tipikal 2 dapat dilihat pada Gambar 7. Pada kondisi existing
tipikal 2 masih ada beberapa kekurangan antara lain:
Kurva rele R. EXC. TR HVS adalah kurva yang
berwarna hijau. Terlihat bahwa kurva ini terletak di
sebelah kanan dari FLA transformator 10MKT01 EXC
TR, dan di sebelah kiri dari
damage curve
transformator. Adapun setelan rele ini masih belum
sempurna. Seharusnya rele tersebut harus melindungi
damage curve transformator 10MKT01 EXC TR, dan
kurva invers harus melindungi transformator
10MKT01 EXC TR1 dari gangguan beban penuh yang
ditandai dengan terjadinya lonjakan arus yang
meningkat secara perlahan dan terjadi terus-menerus.
Damage curve adalah kurva kerusakan transformator
akibat panas yang berlebih. Maka dari itu, sebelum
mendekati damage curve transformator, rele harus
bekerja sehingga kerusakan pada transformator dapat
dicegah. Adapun solusi dalam menyelesaikan masalah
ini dengan memperkecil nilai time dial, pickup serta
instantaneous pickup sehingga rele dapat melindungi
damage curve dan berada serta FLA transformator
33BBT01.
Kurva Rele R. EXC TR. LVS adalah kurva yang
berwarna biru, terlihat kurva ini berada di sebelah kiri
dari FLA transformator 10MKT01 EXC TR1 dan
memiliki nilai time delay kurva instan yang besar.
Akibat dari settingan rele tersebut yaitu bila
transformator dibebani kurang dari batas kemampuan
beban penuhnya maka rele tersebut akan bekerja, dan
jika terjadi gangguan hubung singkat di bus 45 maka
respon waktu yang diberikan rele untuk membuka CB
sangat lama dan dapat membahayakan transformator
10MKT01 EXC TR1. Adapun solusi dari dalam
menyelesaikan masalah ini dengan memperbesar nilai
pickup dan memperkecil nilai time delay.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
Adapun perhitungan setting Rele R. EXC. TR HVS
sebagai berikut:
Time Overcurrent Pickup
1.05 × FLA ≤
Ipp
≤
1.05 × 103.9 ≤
Ipp
≤
109
≤
Ipp
≤
Dipilih Ipp
= 120 A
Rele Ampere =
=
=2
5
Tap
=
=
=6
Time delay = 0.3 s
Adapun kurva hasil plot rele resetting tipikal 2 dapat
dilihat pada gambar 8.
1.4 × FLA
1.4 × 103,9
145,46
= = 0,4
Setting Tap =
Time Dial
Dipilih waktu operasi (td) = 0,000416 s
K
td =
K=
K=
td
[
td
- ]
[
- ]
sc ma bus
tap
Tp
[
AA
- ]
- ]
[
K=
K= 1
High Set Current Setting (I>>)
Isc max bus 45 in HVS
36730
1653
dipilih Iset
Tap
≤ Iset ≤
≤ Iset ≤
≤ Iset ≤
= 5500 A
=
=
sc min I BUSBUR
97
7
= 18.333
Time delay = 0.1 s
RELE EXC LVS
Time Overcurrent Pickup
1.05 × FLA ≤
Ipp
≤
1.05 × 2309 ≤
Ipp
≤
2424,45
≤
Ipp
≤
Dipilih Ipp = 2500 A
Rele Ampere =
=
= 4,1667
=
= 0.8333
Setting Tap =
Time Dial
Dipilih waktu operasi (td) = 0,8 s
K
td =
K=
K=
td
[
td
- ]
[
[
C. Tipikal 3a Gangguan ke Tanah
Sistem Pentanahan dengam menggunakan NGR
pada tipikal 3a hanya terdapat pada transformator 00BBT01
UAT-1. Sedangkan untuk sistem pentanahan pada tegangan
0.4 kV menggunakan sistem pentanahan solid. Sehingga rele
yang dikoordinasi pada tipikal ini hanya pada rele R. AUX
T. LVS. Gambar 9 merupakan tipikal 3a yang akan
dikoordinasi.
10BAA01
CB 30
R. AUX. T HVS
TIPIKAL
3a
00BBT01 UAT-1
R. AUX T. LVS
- ]
sc ma bus
tap
Tp
CB 219
- ]
- ]
[
K=
K= 1
High Set Current Setting (I>>)
Iset ≤
Iset ≤
Iset ≤ 9
dipilih Iset
1.4 × FLA
1.4 × 2309
3232,6
Gambar 8. Hasil plot setelan rele resetting tipikal 2
sc min bus45
= 18000 A
10BBB
Gambar 9 Tipikal Koordinasi 3a pada Tegangan 6.6 Kv
pada tipikal ini dilakukan terlebih dahulu perhitungan secara
manual. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Rele R. AUX T. LVS
Manufacturer
: NARY
Model
: RCS 985
Curve Type
: Definite Time
CT Ratio
: 600 / 5
Isc L-G 10BBB
: 0.4 kA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
Instantaneous Pickup
5-10% x Isc L-G 10BBB ≤ Iset ≤ %
5-10% x 400 < Iset < 50% x 400
Dipilih Iset = 24 A
set
Tap =
=
= 0.04
Tp
Isc L-G 10BBB
Time Delay
Dipilih time delay = 0.3s
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan
maka dapat diambil beberapa kesimpulan koordinasi rele
pengaman pada PT. PJB UP Pacitan yaitu :
1. Pada setting rele arus lebih fasa pada tipikal 1, yaitu dari
bus 10BAA01 hingga I BUSBUR terdapat beberapa nilai
setting yang kurang tepat yaitu nilai instantaneous
pickup serta time delay pada rele tersebut terlalu besar
sehingga rele R. GT. HVS tidak dapat melindungi
damage curve tranformator 10BAT01 GT-1 serta jika
terjadi hubung singkat minimal pada I BUSBUR rele R.
GT. HVS akan merespon lambat karena mengenai kurva
inverse. Maka dari itu tipikal ini telah dilakukan
perhitungan ulang sehingga jika terjadi gangguan
hubung singkat minimum di I BUSBUR maka rele R.
GT. HVS dapat bekerja, selain itu rele juga dapat
pengamankan damage curve tranformator 10BAT01 GT1.
2. Pada setting rele arus lebih gangguan fasa tipikal 2, yaitu
dari bus 10BAA01 hingga bus 45 terdapat beberapa nilai
setting yang kurang tepat yaitu kurva rele R. EXC. TR.
HVS terletak di sebelah kanan dari FLA transformator
10MKT01 EXC TR, dan di sebelah kiri dari damage
curve transformator selain itu kurva rele R. EXC TR.
LVS berada di sebelah kiri dari FLA transformator
10MKT01 EXC TR1 dan memiliki nilai time delay
kurva instan yang besar. Dari beberapa nilai yang kurang
tepat tersebut telah dilakukan perhitunga ulang sehingga
rele R. EXC TR HVS maupun R. EXC TR LVS dapat
bekerja dengan baik jika terdapat gangguan dari daerah
pengamannya.
3. Pada setting rele arus lebih gangguan ke tanah tipikal 3a
dan , telah dilakukan setting koordinasi rele arus lebih
gangguan ke tanah Rele-rele ini dikoordinasikan
berdasarkan tipe pentanahan belitan pada trafo dan
generator. Untuk pentanahan belitan pada trafo deltawye (solid), maka cukup menggunakan rele pengaman
fasa saja. Pada perhitungan tipikal ini didapatkan nilai
Iset = 24A dengan gradding time 0.3s. Sehingga apabila
terjadi hubung singkat 1 fasa ke tanah maka rele ini
dapat bekerja dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Phadke Arun G dan Thorp James S “Computer
Relaying for Power System” John Wiley and Sons
Ltd., England, Ch. 2, 2009
[2]
udi Sidabutar ” Analisa Hubung Singkat dan Motor
Starting Dengan Menggunakan ETAP Power Station
4.0”, Tugas Akhir, Medan,2010
[3] Wahyudi “Diktat Kuliah Pengaman Sistem Tenaga
Listrik” Teknik lektro TS Surabaya ab
[4] Kurniawan Ahmad, Yusuf,” Stud Koo d n s P ote s
PT. PJB UP Gresik” tugas akhir, ITS, 2014
6
[5] Andikta Dwi Hirlanda ” Koordinasi Proteksi Pada
Sistem Distribusi 33kV PT. Pertamin RU IV Cilacap
Akibat Penambahan Generator 3X15 MW” tugas
akhir, ITS, 2013
BIODATA PENULIS
Penulis memiliki nama lengkap Dimas Galuh Sumekar.
Lahir di Sumenep pada tanggal 3 Juni 1991. Penulis
mengawali pendidikannya di SDN
Bugih 3 Pamekasan, SMPN 4
Pamekasan, SMAN 3 Pamekasan,
pada
tahun
2009
penulis
melanjutkan pendidikan Diploma 3
di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya, Jurusan D3
Teknik Elektro dengan Program
Studi Computer Control. Penulis
menyelesaikan program diploma 3
pada tahun 2012. Setelah lulus penulis langsung
melanjutkan studi sarjana melalui program Lintas Jalur di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jurusan Teknik
Elektro (FTI-ITS) dan mengambil bidang studi Teknik
Sistem Tenaga. Penulis Dapat dihubungi dengan Email
dimasgaluh91@gmail.com
atau
nomor
telpon
085753312331.
1
Studi Koordinasi Proteksi Arus Lebih Fasa dan
Ground Sistem Pembangkit UP PLTU Pacitan
Dimas Galuh Sumekar, Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 1), Dimas Fajar Uman Putra, ST., MT.2).
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
Email: dimasgaluh91@gmail.com, margo@ee.its.ac.id1), dimasfup@gmail.com2)
harus dilakukan studi ulang koordinasi proteksinya agar
Abstrak – Proteksi sistem tenaga listrik merupakan hal
yang sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik, hal ini
pada saat terjadi gangguan unit tidak mengalami blackout.
dikarenakan sistem proteksi dapat mencegah kerusakan
Rele yang akan dikoordinasi ulang mencakup rele arus lebih
peralatan yang lebih parah pada saat sistem mengalami
fasa dan ground pada unit 1. Sehingga diharapkan sistem
Arief
Rahman
Surabaya 60111
gangguan. Koordinasi sistem proteksi Jl.
yang
baik
dapat Hakim,
proteksi di unit pembangkit tersebut dapat berjalan dengan
meningkatkan keandalan pada suatu sistem tenaga hal ini
baik dalam melindungi sistem pembangkitan energi listrik.
disebabkan bila terjadi gangguan di sistem maka rele proteksi
dapat mendeteksi serta mengisolir daerah gangguan serta
dapat mengamankan daerah yang tidak mengalami ganggua,
II. TEORI PENUNJANG
sehingga kontinuitas penyaluran listrik dapat tetap terjaga.
A. Macam-Macam Gangguan
Untuk menjaga agar kondisi sistem proteksi tetap optimal
maka diperlukannya suatu studi ulang mengenai koordinasi
Gangguan Beban lebih
sistem proteksi tersebut. Tugas akhir ini akan membahas studi
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni,
ulang koordinasi proteksi arus lebih fasa dan ground di unit
tetapi
bila dibiarkan terus-menerus berlangsung maka
pembangkit PLTU Pacitan serta nantinya dapat menganalisa
dapat
merusak
peralatan listrik yang dialiri oleh arus
kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam penyetingan awal.
tersebut. Hal ini disebabkan karena arus yang mengalir
Sehingga diharapkan sistem proteksi yang telah ada dapat
melebihi dari kemampuan hantar arus dari peralatan
bekerja dengan baik.
listrik, dimana pengaman listrik (Rele, MCB atau fuse)
Kata Kunci : koordinasi sistem proteksi, rele arus lebih fasa
dan ground.
yang terpasang arus pengenalnya atau setelannya
E
I. PENDAHULUAN
nergi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok
umat manusia yang meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan kebutuhan energi listrik tidak luput dari
perkembangan taraf hidup manusia yang semakin modern,
hampir semua peralatan penunjang yang dibutuhkan oleh
manusia untuk membantu segala aktifitas memerlukan
sumber energi listrik. Oleh karena itu, ketersediaan energi
listrik juga harus dapat ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Salah satu upaya untuk
meningkatkan ketersediaan energi listrik ialah dengan cara
membangun pusat-pusat pembangkit listrik, diantaranya
adalah pembangkit listrik tenaga uap yang terdapat di unit
PLTU Pacitan yang berkapasitas 2 x 315 MW. Proses
pembangkitan energi listrik didapatkan dari hasil
pengkonversian energi mekanik menjadi energi listrik
dengan bantuan generator uap. Oleh karena itu, peran dari
sebuah generator/ pembangkit sangatlah vital dalam proses
pembangkitan listrik sehingga generator tersebut harus tetap
dijaga. Salah satu upaya dalam menjaga proses
pembangkitan pada generator ialah dengan cara memasang
alat proteksi yang nantinya dapat berperan penting jika
terjadi gangguan pada sistem pembangkit. Sehingga
generator dan sistem tidak mengalami kerusakan yang
parah. Pembangkit listrik tenaga uap yang terdapat di
pacitan merupakan pembangkit baru yang beroperasi pada
bulan Juni 2013 untuk unit 1 sedangkan unit 2 beroperasi
pada bulan Agustus 2013. Dengan adanya permasalahan
mengenai pentingnya suatu koordinasi proteksi yang aman
dan handal untuk menunjang proses pembangkitan energi
listrik, maka perlu adanya suatu studi ulang mengenai
koordinasi proteksi di unit PLTU Pacitan dikarenakan unit
pembangkit tersebut merupakan pembangkit baru yang
melebihi kemampuan hantar arus peralatan listrik.
Gangguan Hubung Singkat.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fasa
(3 fasa atau 2 fasa), dua fasa ketanah dan satu fasa
ketanah yang sifatnya dapat temporer maupus secara
permanen.
Gangguan yang bersifat Permanen
Gangguan hubung singkat permanen dapat terjadi
pada kabel atau pada belitan trafo tenagayang
disebabkan karena arus gangguan hubung singkat antara
fasa atau fasa-tanah, sehingga pengkantar akan menjadi
panas yang dapat berpengaruh pada isolasi atau minyak
trafo tenaga,sehingga isolasi tembus. Pada generator,
yang disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau
pembebanan yang melebihi kemampuan generator.
Sehingga rotor memasok arus dari eksitasi berlebih yang
dapat menimbulkan pemanasan pada rotor yang dapat
merusak isolasi sehingga isolasi tembus, terjadilah
hubung singkat. Pada tiik gangguan yang terjadi
kerusakan secara permanen maka baru bias dioperasikan
kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau
diganti.
Gangguan yang Bersifat Temporer
Gangguan ini biasanya terjadi saluran udara
tegangan menengah ysng tidak menggunakan isolasi
antara lain :
- Disebabkan karena adanya sambaran petir pada
penghantar listrik yang tergelar di udara yang akan
mengakibatkan flashover antara penghantar dengan
traves melalui isolator.
- Penghantar tertiup angin yang dapat menimbulkan
gangguan antar fasa atau penghantar fasa menyentuh
pohon yang dapat menimbulkan gangguan 1 fasa ke
tanah.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
Gangguan yang tembus tersebut (breakdown)
adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada
kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya
terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker
oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran yang
terganggu tersebut dapat dioperasikan kembali.
B. Rele Arus Lebih
Rele arus lebih adalah rele yang beroperasi ketika arus
yang mengalir melebihi batas yang diizinkan. Rele ini
dipilih karena gangguan yang paling sering terjadi pada
sistem diakibatkan oleh adanya hubung singkat dan beban
lebih yang akan menghasilkan arus yang sangat besar[1].
Koordinasi waktu pada rele arus lebih yaitu proses
penentuan setting untuk rele agar dapat bekerja saat sistem
mengalami gangguan[2]. Rele ini sering di gunakan di setiap
zona proteksi. Rele akan bekerja apabila memenuhi keadaan
sebagai berikut[3]:
If > Ip
If < Ip
rele bekerja
tidak bekerja
(trip)
(block)
Dimana IP merupakan arus kerja yang dinyatakan
menurut gulungan sekunder dari transformator arus (CT).
Dan If merupakan arus gangguan yang juga dinyatakan
terhadap gulungan sekunder CT. Rele arus lebih dapat
berupa rele arus lebih waktu tertentu, rele arus lebih waktu
invers, dan rele arus lebih waktu instan.
C. Setting Rele Arus Lebih Instan
Rele arus instan akan seketika bekerja bila terdapat
gangguan short circuit minimum maupun maksimum,
sehingga dalam penyetelan pickup instan menggunakan nilai
Isc min yaitu arus hubung singkat minimum dimana terjadi
gangguan hubung singkat 2 fasa pada pembangkitan
minimum. Sehingga setting dapat ditetapkan sebagai berikut
:
Iset 0,8 Isc min ......................................................... (1)
Sedangkan untuk feeder yang dipisahkan oleh
transformator, koordinasi pengaman dibedakan menjadi dua
daerah, yakni daerah low voltage (LV) dan daerah high
voltage (HV) seperti pada gambar 1. Untuk menentukan
setting pickup dengan syarat sebagai berikut:
Isc max bus B ≤ Iset 0,8 Isc min, A ................................. (2)
Isc min A
Isc max B
A
B
2
D. Setting Rele Arus Lebih Waktu Inverse
Batas penyetelan rele arus lebih adalah rele tidak
bekerja pada saat beban maksimum. Oleh karena itu, setting
arusnya harus lebih besar dari arus beban maksimum. Rele
arus lebih waktu invers memiliki setelan pickup dan setelan
time dial. Pada rele arus lebih, besarnya arus pickup ini
ditentukan dengan pemilihan tap. Adapun untuk
menentukan besarnya tap yang digunakan dapat
menggunakan persamaan berikut :
Iset
Tap =
p
...........................................................(3)
Iset adalah arus pickup dalam Ampere. Menurut
standart British BS 142 batas penyetelannya adalah 1.05-1.3
Iset.
Setelan time dial menentukan waktu operasi rele.
Untuk menentukan time dial dari masing-masing kurva
karakteristik invers rele arus lebih dapat digunakan
persamaan sebagai berikut[4]:
td =
[
Di mana :
td
T
I
Iset
k
I
Iset
- ]
....................................................... (4)
= waktu operasi (detik)
= time dial
= nilai arus (Ampere)
= arus pickup (Ampere)
= koefisien invers 1 (lihat tabel 1)
= koefisien invers 2 (lihat tabel 1)
= koefisien invers 3 (lihat tabel 1)
Tabel 1 Koefisien Invers Time Dial
Tipe Kurva
Standard Inverse
Very Inverse
Extremely Inverse
Koefisien
K
0,14
13,50
80,00
0,02
1,00
2,00
2,970
1,500
0,808
E. Rele Gangguan Tanah
Gangguan satu fasa ke tanah dapat diamankan
dengan rele gangguan tanah. Rele ini adalah pengaman arus
lebih yang dilengkapi zero sequence current filter. Rele
gangguan ke tanah dapat digunakan pada sistem yang
dibatasi arus gangguan ke tanahnya menggunakan sistem
pentanahan.
F. Penyetelan Rele Gangguan Tanah
Pertimbangan pada setting koordinasi rele arus lebih
gangguan ke tanah adalah:
Arus urutan nol akan terisolasi pada trafo belitan delta
Arus urutan nol akan mengalir dari sumber gangguan
trafo belitan Wye
Sedangkan untuk setting rele gangguan ke tanah
adalah :
5-10% x Isc L-G ≤ Iset ≤ 50% x Isc L-G .................... (5)
Gambar 1 Rele Arus Lebih Pengamanan Transformator
Di mana Isc max bus B merupakan arus hubung singkat tiga
fasa maksimum pada titik B, sedangkan Isc min bus A adalah
arus hubung singkat minimum pada titik A.
Dengan Isc L-G merupakan arus hubung singkat satu fasa ke
tanah.[5]
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
3
III. SISTEM KELISTRIKAN PY. PJB UP PLTU
PACITAN
Adapun kurva hasil plot rele existing tipikal 1 dapat
dilihat pada gambar 4.
WONOGIRI I
WONOGIRI II
PACITAN 1
PACITAN II
II BUSBUR
CB 1
CB 9
CB 2
CB 16
CB 13
CB 17
CB 21
CB 22
CB 18
CB 23
CB 20
CB 3
I BUSBUR
10BAT01
GT-1
20BAT01 GT-2
00BCT01 S-UP/
S.BY TR
10BAA01
20BAA01
CB 28
CB 253
CB 29
20MKT01 EXC
TR2
CB249
CB 30
CB 19
10MKT01
EXC TR1
10BBT01 UAT-1
20BBT01 UAT-2
20MKA01 G-2
10MKA01 G-1
CB194
LUMP 5
LUMP20
CB220
CB221
CB218
CB219
10BBB
20BBB
CB109
CB233
CB232
TR.20BF
T02
TR.20BF
T05
CB213
CB212
CB239
TR.20BF
T04
TR.20BF
T01
CB211
TR.20BF
T03
TR. 10BFT02
CB209
LUMP27
CB238
10BFT04
10BFT01
CB199
TR. 10BFT03
CB197
CB198
M. FED FROM U.S 1A
LUMP21
LUMP23
LUMP22
LUMP25
LUMP24
00BBA
00BBB
CB184
CB240
CB241
CB242
CB243
CB244
CB245
CB252
TR. 20BHT01
TR.
20BHT02
TR.
20BHT03
TR.
20BHT04
TR.
20BHT05
TR. BHT01
TR. BHT02
CB226
LUMP41
CB200
CB237
M. FED FROM U.S 1B
LUMP30
LUMP29
LUMP
TR. BFT05
CB201
M. FED
FROM
U.S 2A
LUMP26
CB236
CB235
CB234
CB210
LUMP 5
CB183
10BBA
20BBA
CB104
CB225
CB224
CB223
CB222
CB231
CB246
TR. BHT03
CB230
CB247
CB248
TR. BHT04
TR. BHT05
CB229
CB228
CB185
CB227
LUMP43
LUMP42
M. FED FROM S.S 01B
CB186
LUMP44
M. FED FROM S.S 01A
M. FED FROM S.S 01B
LUMP31
LUMP32
LUMP33
LUMP34
LUMP35
LUMP40
LUMP36
LUMP37
LUMP38
LUMP39
Gambar2 Single Line Diagram PLTU Pacitan
A. Sistem Kelistrikan PLTU
Sistem kelistrikan yang ada pada PT. PJB UP
PLTU Pacitan terdiri dari 2 Unit yaitu Unit 1,dan Unit 2,
setiap unit terdiri dari generator uap dengan bahan bakar
batu bara yang terhubung dengan GITT 150 kV, adapun
generator uap setiap unit memiliki kapasitas masing masing
sebesar 315,846 MW. Kapasitas pembangkitan tersebut
kemudian akan disalurkan ke jaringan interkoneksi SUTT
150 KV melalui empat gardu induk yaitu : Gardu induk
Wonogiri 1,Wonogiri 2, Pacitan 1, dan Pacitan. PT. PJB
Unit Pembangkitan Pacitan memiliki dua unit steam turbine
generator demi menjaga pelayanan listrik ke konsumen.
Adapun Tabel 2 menunjukkan data kapasitas pembangkit di
PT. PJB UP Pacitan sebagai berikut:
Tabel 2
Pacitan
NO
1.
2.
Data Kapasitas Pembangkitan PT. PJB UP PLTU
ID
G-1
G-2
MW
315,846
315,846
MVA
371.584
371.584
KV
20
20
PF(%)
0,85
0,85
IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA KOORDINAS PROTEKSI
DI PT. PJB UP PLTU PACITAN
A. Tipikal 1
Sistem pengaman pada tipikal 1 yang dijelaskan pada
gambar 4.3 yang terdiri dari rele R. GT. HVS yang ada pada
tegangan 150 kV. Koordinasi tipikal 1 ini dimulai dari bus
bar I BUSBUR hingga 10BAT01 GT-1.
Gambar 4. Hasil plot setelan rele existing tipikal 1
Pada kondisi existing tipikal 1 masih ada beberapa
kekurangan antara lain:
Kurva rele R. GT. HVS adalah kurva yang berwarna
hijau, dapat kita lihat bahwa untuk settingan high set
nilai dari instantaneous pickup serta time delay pada
rele tersebut terlalu besar sehingga rele R. GT. HVS
tidak dapat melindungi damage curve tranformator
10BAT01 GT-1 serta jika terjadi hubung singkat
minimal pada I BUSBUR rele R. GT. HVS akan
merespon lambat karena mengenai kurva inverse,
sehingga jika hal tersebut tetap dibiarkan maka dapat
mengakibatkan kerusakan yang fatal terhadap
transformator 10BAT01 GT-1. Damage curve adalah
kurva kerusakan transformator akibat panas yang
berlebih. Maka dari itu, sebelum mendekati damage
curve transformator, rele harus bekerja sehingga
kerusakan pada transformator dapat dicegah. Adapun
solusi dalam menyelesaikan masalah ini dengan
memperkecil nilai time delay dan pickup sehingga rele
dapat melindungi damage curve dan berada di atas dari
titik inrush.
I BUSBUR
R. GT. HVS
10BAT01 GT-1
10BAA01
Gambar 3 Single Line Tipikal 1
Adapun perhitungan setting rele F041_7A.4 sebagai
berikut:
Time Overcurrent Pickup
1,05 x FLA ≤
Ipp
≤
1,4 x FLA
1,05 x 1424 ≤
Ipp
≤
1,4 x 1424
1495,2
≤
Ipp
≤
1993,6
dipilih Ipp
= 1750 A
Rele Ampere =
=
=3
Setting Tap =
=
= 0,6
Time Dial
Dipilih waktu operasi (td) = 0,5 s
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
K=
K=
Adapun kurva hasil plot rele existing tipikal 2
dapat dilihat pada Gambar7
K
td =
td
td
[
- ]
[
- ]
sc ma
US U
tap
Tp
[
4
- ]
- ]
[
K=
K= 0.5
High Set Current Setting (I>>)
Iset ≤
sc min I BUSBUR
Iset ≤
Iset ≤
9
dipilih Iset
= 5500 A
Tap
=
=
= 2.2
Time delay = 0.15 s
Adapun kurva hasil plot rele resetting tipikal 1
dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar7. Hasil plot setelan rele existing tipikal 2
Gambar5. Hasil plot setelan rele resetting tipikal 1
B. Tipikal 2
Sistem pengaman pada tipikal 2 yang dijelaskan
pada Gambar 6 yang terdiri dari rele R. EXC. TR. HVS dan
R. EXC. TR. LVS. Koordinasi tipikal 2 ini dimulai dari Bus
410BAA01 hingga bus 45.
10BAA01
R. EXC. TR. HVS
CB19
10MKT01 EXC TR
CB 194
BUS 45
Gambar1 Single Line Tipikal 2
Hasil dari plot existing rele-rele pengaman pada koordinasi
tipikal 2 dapat dilihat pada Gambar 7. Pada kondisi existing
tipikal 2 masih ada beberapa kekurangan antara lain:
Kurva rele R. EXC. TR HVS adalah kurva yang
berwarna hijau. Terlihat bahwa kurva ini terletak di
sebelah kanan dari FLA transformator 10MKT01 EXC
TR, dan di sebelah kiri dari
damage curve
transformator. Adapun setelan rele ini masih belum
sempurna. Seharusnya rele tersebut harus melindungi
damage curve transformator 10MKT01 EXC TR, dan
kurva invers harus melindungi transformator
10MKT01 EXC TR1 dari gangguan beban penuh yang
ditandai dengan terjadinya lonjakan arus yang
meningkat secara perlahan dan terjadi terus-menerus.
Damage curve adalah kurva kerusakan transformator
akibat panas yang berlebih. Maka dari itu, sebelum
mendekati damage curve transformator, rele harus
bekerja sehingga kerusakan pada transformator dapat
dicegah. Adapun solusi dalam menyelesaikan masalah
ini dengan memperkecil nilai time dial, pickup serta
instantaneous pickup sehingga rele dapat melindungi
damage curve dan berada serta FLA transformator
33BBT01.
Kurva Rele R. EXC TR. LVS adalah kurva yang
berwarna biru, terlihat kurva ini berada di sebelah kiri
dari FLA transformator 10MKT01 EXC TR1 dan
memiliki nilai time delay kurva instan yang besar.
Akibat dari settingan rele tersebut yaitu bila
transformator dibebani kurang dari batas kemampuan
beban penuhnya maka rele tersebut akan bekerja, dan
jika terjadi gangguan hubung singkat di bus 45 maka
respon waktu yang diberikan rele untuk membuka CB
sangat lama dan dapat membahayakan transformator
10MKT01 EXC TR1. Adapun solusi dari dalam
menyelesaikan masalah ini dengan memperbesar nilai
pickup dan memperkecil nilai time delay.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
Adapun perhitungan setting Rele R. EXC. TR HVS
sebagai berikut:
Time Overcurrent Pickup
1.05 × FLA ≤
Ipp
≤
1.05 × 103.9 ≤
Ipp
≤
109
≤
Ipp
≤
Dipilih Ipp
= 120 A
Rele Ampere =
=
=2
5
Tap
=
=
=6
Time delay = 0.3 s
Adapun kurva hasil plot rele resetting tipikal 2 dapat
dilihat pada gambar 8.
1.4 × FLA
1.4 × 103,9
145,46
= = 0,4
Setting Tap =
Time Dial
Dipilih waktu operasi (td) = 0,000416 s
K
td =
K=
K=
td
[
td
- ]
[
- ]
sc ma bus
tap
Tp
[
AA
- ]
- ]
[
K=
K= 1
High Set Current Setting (I>>)
Isc max bus 45 in HVS
36730
1653
dipilih Iset
Tap
≤ Iset ≤
≤ Iset ≤
≤ Iset ≤
= 5500 A
=
=
sc min I BUSBUR
97
7
= 18.333
Time delay = 0.1 s
RELE EXC LVS
Time Overcurrent Pickup
1.05 × FLA ≤
Ipp
≤
1.05 × 2309 ≤
Ipp
≤
2424,45
≤
Ipp
≤
Dipilih Ipp = 2500 A
Rele Ampere =
=
= 4,1667
=
= 0.8333
Setting Tap =
Time Dial
Dipilih waktu operasi (td) = 0,8 s
K
td =
K=
K=
td
[
td
- ]
[
[
C. Tipikal 3a Gangguan ke Tanah
Sistem Pentanahan dengam menggunakan NGR
pada tipikal 3a hanya terdapat pada transformator 00BBT01
UAT-1. Sedangkan untuk sistem pentanahan pada tegangan
0.4 kV menggunakan sistem pentanahan solid. Sehingga rele
yang dikoordinasi pada tipikal ini hanya pada rele R. AUX
T. LVS. Gambar 9 merupakan tipikal 3a yang akan
dikoordinasi.
10BAA01
CB 30
R. AUX. T HVS
TIPIKAL
3a
00BBT01 UAT-1
R. AUX T. LVS
- ]
sc ma bus
tap
Tp
CB 219
- ]
- ]
[
K=
K= 1
High Set Current Setting (I>>)
Iset ≤
Iset ≤
Iset ≤ 9
dipilih Iset
1.4 × FLA
1.4 × 2309
3232,6
Gambar 8. Hasil plot setelan rele resetting tipikal 2
sc min bus45
= 18000 A
10BBB
Gambar 9 Tipikal Koordinasi 3a pada Tegangan 6.6 Kv
pada tipikal ini dilakukan terlebih dahulu perhitungan secara
manual. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Rele R. AUX T. LVS
Manufacturer
: NARY
Model
: RCS 985
Curve Type
: Definite Time
CT Ratio
: 600 / 5
Isc L-G 10BBB
: 0.4 kA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
Instantaneous Pickup
5-10% x Isc L-G 10BBB ≤ Iset ≤ %
5-10% x 400 < Iset < 50% x 400
Dipilih Iset = 24 A
set
Tap =
=
= 0.04
Tp
Isc L-G 10BBB
Time Delay
Dipilih time delay = 0.3s
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan
maka dapat diambil beberapa kesimpulan koordinasi rele
pengaman pada PT. PJB UP Pacitan yaitu :
1. Pada setting rele arus lebih fasa pada tipikal 1, yaitu dari
bus 10BAA01 hingga I BUSBUR terdapat beberapa nilai
setting yang kurang tepat yaitu nilai instantaneous
pickup serta time delay pada rele tersebut terlalu besar
sehingga rele R. GT. HVS tidak dapat melindungi
damage curve tranformator 10BAT01 GT-1 serta jika
terjadi hubung singkat minimal pada I BUSBUR rele R.
GT. HVS akan merespon lambat karena mengenai kurva
inverse. Maka dari itu tipikal ini telah dilakukan
perhitungan ulang sehingga jika terjadi gangguan
hubung singkat minimum di I BUSBUR maka rele R.
GT. HVS dapat bekerja, selain itu rele juga dapat
pengamankan damage curve tranformator 10BAT01 GT1.
2. Pada setting rele arus lebih gangguan fasa tipikal 2, yaitu
dari bus 10BAA01 hingga bus 45 terdapat beberapa nilai
setting yang kurang tepat yaitu kurva rele R. EXC. TR.
HVS terletak di sebelah kanan dari FLA transformator
10MKT01 EXC TR, dan di sebelah kiri dari damage
curve transformator selain itu kurva rele R. EXC TR.
LVS berada di sebelah kiri dari FLA transformator
10MKT01 EXC TR1 dan memiliki nilai time delay
kurva instan yang besar. Dari beberapa nilai yang kurang
tepat tersebut telah dilakukan perhitunga ulang sehingga
rele R. EXC TR HVS maupun R. EXC TR LVS dapat
bekerja dengan baik jika terdapat gangguan dari daerah
pengamannya.
3. Pada setting rele arus lebih gangguan ke tanah tipikal 3a
dan , telah dilakukan setting koordinasi rele arus lebih
gangguan ke tanah Rele-rele ini dikoordinasikan
berdasarkan tipe pentanahan belitan pada trafo dan
generator. Untuk pentanahan belitan pada trafo deltawye (solid), maka cukup menggunakan rele pengaman
fasa saja. Pada perhitungan tipikal ini didapatkan nilai
Iset = 24A dengan gradding time 0.3s. Sehingga apabila
terjadi hubung singkat 1 fasa ke tanah maka rele ini
dapat bekerja dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Phadke Arun G dan Thorp James S “Computer
Relaying for Power System” John Wiley and Sons
Ltd., England, Ch. 2, 2009
[2]
udi Sidabutar ” Analisa Hubung Singkat dan Motor
Starting Dengan Menggunakan ETAP Power Station
4.0”, Tugas Akhir, Medan,2010
[3] Wahyudi “Diktat Kuliah Pengaman Sistem Tenaga
Listrik” Teknik lektro TS Surabaya ab
[4] Kurniawan Ahmad, Yusuf,” Stud Koo d n s P ote s
PT. PJB UP Gresik” tugas akhir, ITS, 2014
6
[5] Andikta Dwi Hirlanda ” Koordinasi Proteksi Pada
Sistem Distribusi 33kV PT. Pertamin RU IV Cilacap
Akibat Penambahan Generator 3X15 MW” tugas
akhir, ITS, 2013
BIODATA PENULIS
Penulis memiliki nama lengkap Dimas Galuh Sumekar.
Lahir di Sumenep pada tanggal 3 Juni 1991. Penulis
mengawali pendidikannya di SDN
Bugih 3 Pamekasan, SMPN 4
Pamekasan, SMAN 3 Pamekasan,
pada
tahun
2009
penulis
melanjutkan pendidikan Diploma 3
di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya, Jurusan D3
Teknik Elektro dengan Program
Studi Computer Control. Penulis
menyelesaikan program diploma 3
pada tahun 2012. Setelah lulus penulis langsung
melanjutkan studi sarjana melalui program Lintas Jalur di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jurusan Teknik
Elektro (FTI-ITS) dan mengambil bidang studi Teknik
Sistem Tenaga. Penulis Dapat dihubungi dengan Email
dimasgaluh91@gmail.com
atau
nomor
telpon
085753312331.