Jurnal Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Operating Leverage, Dan Tax Rate Terhadap Kebijakan Hutang | Makalah Dan Jurnal Gratis

Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April 2013 : 156-168

!" #
$ % &

ISSN 2337-4314

" ! $"

' & &%" ' ( % ')&)*" &"+,$%" %
, * "( - %
!". !))/0)*

" !

(

This research studies the effect of growth sales, operating leverage, and tax rate on the
company’s debt by using Pecking Order Theory approach. The research was conducted at a
manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2007%2010. This type of
stude is a descriptive verificative. The research method used in this purposive sampling

method. Number of sample is 40 companies observation. The hypothesis is tested by using
multiple regression analysis. This result show that growth sales, operating leverage, and tax
rate didn’t have significant influence on the company’s debt by using Pecking Order Theory
approach at a manufacturing company on the ISE in 2007%2010. Growth sales, operating
leverage, and tax rate didn’t have significant influence with the company’s debt by using
Pecking Order Theory approach.
Keyword : Company’s Debt, growth sales, operating leverage, tax rate, and pecking order
theory.
1% $ '
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan
penjualan, leverage operasi, dan tingkat pajak terhadap kebijakan utang perusahaan
dengan menggunakan pendekatan Pecking Order Theory. Penelitian ini dilakukan
pada manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2007 2010. Jenis riset
adalah verifikatif deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dalam metode
purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 40 perusahaan. Hipotesis ini diuji
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertumbuhan penjualan, leverage operasi, dan tarif pajak tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dengan menggunakan
pendekatan Pecking Order Theory pada perusahaan manufaktur di BEI 2007 2010.
Pertumbuhan penjualan, leverage operasi, dan tarif pajak juga tidak berpengaruh

yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dengan menggunakan
pendekatan Pecking Order Theory.
Kata kunci: Utang perusahaan, pertumbuhan penjualan, leverage operasi, tarif
pajak, dan pecking order theory.

Pengembangan usaha sangat perlu dilakukan oleh sebuah perusahaan, baik
itu perusahaan besar maupun kecil untuk mengantisipasi adanya persaingan yang
meningkat dalam pasar yang semakin global. Tetapi dalam perjalanannya dunia
usaha mengalami berbagai hambatan, salah satunya adalah masalah pendanaan.
Setiap perusahaan pasti memerlukan pendanaan untuk menjalankan aktivitas

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Operating Leverage, dan Tax Rate terhadap Kebijakan
Hutang dengan Pendekatan Pecking Order Theory
(Sayuthi & Roza Raithari)

operasinya. Dalam menjalankan perusahaan, manajer harus benar benar teliti dalam
pengambilan keputusan pendanaan, dimana merupakan suatu keputusan keuangan
yang berkaitan dengan komposisi hutang yang harus diputuskan untuk digunakan
oleh perusahaan.
Ada dua sumber pendanaan perusahaan yaitu berasal dari internal dan

eksternal. Sumber dana yang berasal dari internal yaitu berupa laba ditahan,
sedangkan dana dari eksternal perusahaan berupa hutang. Dana yang diperoleh
dari pemilik merupakan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan
lain perusahaan. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya
lebih mengutamakan dari sumber internal, maka perusahaan itu akan mengurangi
ketergantungannya terhadap pihak luar. Jika dalam pemenuhan sumber dana dari
eksternal lebih mengutamakan pada hutang saja, maka ketergantungan perusahaan
terhadap pihak luar akan semakin besar dan risiko finansial perusahaan juga
semakin besar.
Pada prinsipnya perusahaan memerlukan sebuah kebijakan hutang untuk
dapat mengelola keuangan perusahaan itu dengan baik. Apabila perusahaan tidak
dapat mengelola kebijakan hutangnya dengan baik, maka akan menyebabkan
perusahaan mengalami financial distress (kesulitan keuangan). Kebijakan hutang
pada suatu perusahaan dapat dilihat dari perbandingan antara hutang jangka
panjang dengan ekuitas perusahaan tersebut (Yeniatie dan Destriana, 2010).
Pertumbuhan penjualan perusahaan dapat dilihat dari peluang bisnis yang
tersedia dipasar yang harus diambil oleh perusahaan. Perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan penjualan yang tinggi cenderung memiliki pendanaan internal yang
kuat, sehingga sesuai dengan pendekatan Pecking Order Theory yang menyatakan
bahwa perusahaan lebih cenderung menggunakan pendanaan dari internal.

Menurut Amirya dan Atmini (2008) semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan
perusahaan maka akan meningkatkan laba dan kemungkinan untuk menggunakan
hutang akan rendah karena laba dari penjualan tersebut dapat menutupi biaya
operasional ditahun mendatang sehingga cenderung menurunkan tingkat hutang.
Perusahaan dengan operating leverage yang rendah mampu memperbesar
financial leverage karena interaksi antar keduanya dapat mempengaruhi laba bersih
sehingga ketika perusahaan mempunyai tingkat operating leverage yang rendah
maka perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan hutang, begitu pula
sebaliknya jika tingkat operating leverage perusahaan tinggi maka perusahaan tidak
perlu menggunakan hutang. Perusahaan juga melihat tax rate untuk menentukan
perlu tidaknya hutang. Apabila perusahaan sudah mencapai tax rate yang tinggi
maka penggunaan hutang akan lebih bermanfaat karena akan menciptakan
perlindungan hutang (tax shield) dari beban bunga hutang yang dapat
menyebabkan laba menurun. Tingkat pajak juga dapat mempengaruhi keuangan
perusahaan karena jika pajak lebih besar dari pada biaya modal, maka itu tidak baik
bagi perusahaan. Menurut Sayuthi (2005), perusahaan dengan tarif pajak
marginalnya tinggi lebih mungkin untuk mengeluarkan hutang dibanding
perusahaan dengan tarif pajak marginalnya rendah.
Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007 2010 karena perusahaan manufaktur adalah salah

satu perusahaan yang mempunyai peluang investasi yang sangat besar, dan itu

Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April 2013 : 156-168

ISSN 2337-4314

berhubungan dengan hutang karena jika investasi pada suatu perusahaan itu tinggi
maka perusahaan akan memilih pendanaan dari eksternal yang berupa hutang.
Pemilihan tahun dari 2007 2010 disebabkan karena berfluktuasinya kebijakan
hutang perusahaan setiap tahun, sehingga jika diambil data perusahaan satu tahun
saja tidak menggambarkan variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
Bedasarkan latarbelakang di atas maka tujuan yang diharapkan dari
penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pertumbuhan penjualan, operating
leverage, dan tax rate terhadap kebijakan hutang dengan pendekatan Pecking Order
Theory pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007 2010.

,1"2 ' &
&3
Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam
perusahaan, dimana kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan

pendanaan perusaahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh
pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
Kebijakan hutang dapat digambarkan dalam debt ratio, yaitu rasio yang
menggambarkan sejauh mana perusahaan menggunakan hutangnya (Husnan dan
Enny, 2000:38). Menurut Syamsuddin (2004:56) rasio hutang menggambarkan
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal, sedangkan menurut Gitman (2006:64)
rasio hutang menggambarkan posisi total aktiva perusahaan yang didanai oleh
kreditor.
,$ *1 ! & ,&2 ( &
Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan dengan horison
lebih pendek daripada pertumbuhan total aktiva. Variabel pertumbuhan penjualan
digunakan oleh Carleton dan Silberman (1997) dalam Amirya dan Atmini (2008:231)
didasarkan pada argumen bahwa pertumbuhan penjualan mencerminkan tingkat
produktivitas terpasang yang siap beroperasi serta mencerminkan kapasitas saat ini
yang dapat diserap pasar dan mencerminkan daya saing perusahaan dalam pasar.
Pertumbuhan penjualan juga mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi
periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang
akan datang. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya

saing perusahaan dalam suatu industri.
Pertumbuhan penjualan juga mencerminkan manifestasi keberhasilan
investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan
masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan
dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu
perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam
mendanai kesempatan kesempatan pada masa yang akan datang. Menurut Kusuma
(2009) dalam Marpaung (2010:6) pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan
mengurangkan pertumbuhan penjualan pada tahun yang diteliti dengan
pertumbuhan penjualan tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan pertumbuhan
penjualan pada tahun yang diteliti.

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Operating Leverage, dan Tax Rate terhadap Kebijakan
Hutang dengan Pendekatan Pecking Order Theory
(Sayuthi & Roza Raithari)

Leverage adalah penggunaan aset atau dana, di mana atas penggunaan
tersebut perusahaan harus menanggung beban tetap berupa penyusutan atau
berupa bunga (Halim, 2007:64 66). Ditinjau dari laporan laba rugi, leverage
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu operating leverage (leverage operasi) dan financial

leverage (leverage keuangan). Bagi seorang ahli fisika, leverage berarti penggunaan
alat pengungkit untuk mengangkat barang yang berat dengan tenaga yang kecil.
Leverage operasi secara lebih tepat didefinisikan dalam bentuk seberapa jauh
perubahan tertentu dari volume penjualan berpengaruh pada laba operasi (net
operating income, NOI). Untuk mengukur pengaruh perubahan volume penjualan
terhadap profitabilitas, maka kita hitung tingkat leverage operasi (degree of operating
leverage, DOL), yaitu rasio dari perubahan persentase laba operasi terhadap
perubahan persentase unit yang terjual atau total pendapatan (total revenue=TR).
Tingkat leverage operasi untuk suatu perusahaan mempunyai implikasi yang
penting pada berbagai bidang usaha dan kebijakan keuangan.

Pajak merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam setiap kegiatan
usaha. Perpajakan sendiri merupakan suatu sistem dengan pemerintahan sebagai
pemegang otoritas memungut sejumlah uang dari rakyatnya untuk membiayai
kegiatan pemerintahan. Menurut Waluyo (2005:2), pajak adalah iuran kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menuntut peraturan peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.

Pajak penghasilan badan usaha merupakan biaya bisnis yang utama bagi
hampir kebanyakan perusahaan. Akibatnya perusahaan menghabiskan banyak
waktu dan usaha untuk meminimalkan beban pajaknya. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan yaitu dengan memilih pendanaan perusahaan melalui hutang
karena sifat bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman yang bersifat
deductible atas laba usaha sehingga mengurangi beban pajak perusahaan. Tingkat
pajak (Tax Rate) dapat diketahui berdasarkan tarif pajak yang dikenakan atas laba
operasi perusahaan yang diatur menurut Undang Undang Pajak Penghasilan
Nomor 17 (Siahaan dan Lubis, 2009) dan diperbarui dengan Undang Undang Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 25 mengenai pajak yang dikenakan atas
laba perusahaan.
!
" #$
Donaldson pada tahun 1961 mengemukakan Pecking Order Theory, yang
membahas urutan pendanaan perusahaan. Menurut Myers dan Majluf (1984) dalam
Siahaan dan Lubis (2009) menunjukkan urutan pendanaan dimulai dari laba
ditahan, hutang dan penerbitan saham (ekuitas) pada urutan terakhir. Laba ditahan
adalah sumber dana internal, sedangkan hutang dan ekuitas adalah sumber dana
eksternal. Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan
lebih murah dibandingkan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana

eksternal melalui hutang hanya digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari
sumber internal.

Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April 2013 : 156-168

ISSN 2337-4314

Myers (1984) dalam Amirya dan Atmini (2008:229) mengemukakan bahwa
ada empat hal berkenaan dengan Pecking Order Theory, yaitu: (1) perusahaan lebih
mengutamakan sumber dana internal ; (2) perusahaan menyesuaikan target
dividend payout ratio terhadap peluang investasi namun menghindari perubahan
pembayaran dividen secara drastis ; (3) kebijakan dividen yang ketat, fluktuasi
profitabilitas dan peluang investasi yang tak terduga mengakibatkan sumber dana
internal melebihi atau bahkan kurang dari kebutuhan investasi. Jika sumber dana
internal lebih kecil dari kebutuhan investasi, perusahaan menggunakan saldo kas
atau menjual portofolio surat berharga yang dimiliki ; (4) jika pendanaan eksternal
diperlukan, perusahaan memilih sumber dana dari hutang karena dipandang lebih
aman dari ekuitas. Ekuitas merupakan pilihan terakhir sumber pendanaan.
,$ &3' ,*"'"$ &
,&3 $ ! ,$ *1 ! & ,&2 ( & ,$! 4 5 ,1"2 ' &

&3
Pertumbuhan penjualan mencerminkan tingkat produktivitas terpasang yang
siap beroperasi serta mencerminkan kapasitas saat ini yang dapat diserap pasar dan
mencerminkan daya saing perusahaan dalam pasar, Kaaro (2001) dalam Amirya
dan Atmini (2008:231) menemukan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan penjualan yang tinggi tentunya
akan membuat perusahaan itu lebih menggunakan pendanaan internal yang berupa
laba ditahan daripada pendanaan eksternal sehingga cenderung menurunkan
hutang dan sebaliknya perusahaan akan menggunakan hutang jika pertumbuhan
penjualan perusahaan tersebut rendah.
,&3 $ !
,$! 4 5 ,1"2 ' &
&3
Perusahaan yang memiliki tingkat operating leverage yang rendah mampu
memperbesar financial leverage karena interaksi antar keduanya dapat
mempengaruhi laba bersih sehingga ketika perusahaan mempunyai tingkat
operating leverage yang rendah maka perusahaan akan berusaha untuk
meningkatkan hutang, begitu pula sebaliknya apabila perusahaan memiliki tingkat
operating leverage yang tinggi maka perusahaan tidak memerlukan lagi pendanaan
eksternal yang berupa hutang. Hal tersebut sesuai dengan pecking order theory yang
menjelaskan bahwa pendanaan internal perusahaan lebih di utamakan apabila laba
operasi perusahaan dapat menutupi aktivitas operasional perusahaan.
,&3 $ !
,$! 4 5 ,1"2 ' &
&3
Brigham dan Houston (2001) dalam Siahaan dan Lubis (2009:20)
mengemukakan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan dengan
tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang
terkena tarif pajak yang tinggi, karena itu makin tinggi tarif pajak perusahaan maka
makin besar penggunaan hutang. Perusahaan dengan tingkat pajak marjinal yang
tinggi cenderung menggunakan hutang daripada perusahaan yang tingkat pajak
marjinalnya rendah untuk memanfaatkan interest tax shield dari pembayaran
hutang. Fungsi pajak perusahaan didefinisikan sebagai suatu rangkaian dari tingkat
pajak marjinal, yang masing masing tingkat pajak perusahaan berhubungan dengan
tingkat tertentu dari pengurangan bunga (special level of interest deduction), Mackie
(1990) dan Graham (2000) dalam Siahaan dan Lubis (2009:20).

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Operating Leverage, dan Tax Rate terhadap Kebijakan
Hutang dengan Pendekatan Pecking Order Theory
(Sayuthi & Roza Raithari)

Berdasarkan uraian sebelumnya maka skema kerangka penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
Pertumbuhan
Penjualan
Operating Leverage

,1"2 ' &

&3

Tax Rate

*1 $
,$ &3' ,*"'"$ &
"5) ,%"%
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Pertumbuhan penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang dengan pendekatan pecking order theory.
2. Operating leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang dengan pendekatan pecking order theory.
3. Tax rate secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang dengan
pendekatan pecking order theory.
4. Pertumbuhan penjualan, operating leverage, dan tax rate secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang dengan pendekatan pecking
order theory.

,% "& ,&,(" " &
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen
(pertumbuhan penjualan, operating leverage, dan tax rate) terhadap variabel
dependen (kebijakan hutang) melalui pengujian hipotesis. Jenis investigasi dalam
penelitian ini adalah causal relationship, yaitu tipe hubungan yang menjelaskan
hubungan sebab akibat atau pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen (Sekaran, 2006:164). Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kelompok, yaitu laporan keuangan dari perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007 2010. Horizon waktu yang digunakan adalah cross%
sectional, dimana sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali
dikumpulkan pada suatu periode atau tahap.
)5 ( %" ,&,(" " &
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI tahun 2007 2010, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin
diteliti. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling.

Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April 2013 : 156-168

ISSN 2337-4314

Kriteria sampel yang ditetapkan oleh peneliti yaitu: (1) Perusahaan manufaktur
yang telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan secara berturut
turut pada periode 2007 2010 serta memiliki data laporan keuangan yang lengkap
pada periode tersebut (2) Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian
pada periode 2007 2010.
*1,$ 4 & ,'&"' ,&3 *5 ( &
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Sekaran (2006:77), data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
sumber yang ada, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri
oleh peneliti. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode dokumentasi, yaitu memperoleh data dari dokumen berupa laporan
keuangan yang berasal dari kantor Bursa Efek Indonesia cabang Banda Aceh dan
situs www.idx.co.id serta pusat referensi pasar modal lainnya. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah balanced panel data yaitu setiap unit cross sectional
memiliki jumlah observasi yang sama untuk setiap periode. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
5,$ %")& ("% %" 6 $" 1,(
Variabel yang akan diteliti terdiri dari dependen (Y) yaitu kebijakan hutang
dan variabel independen (X) yaitu Pertumbuhan penjualan (X1), operating leverage
(X2), dan tax rate (X3).
,1"2 ' &
&3 7
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang, yang diukur
dengan DEBT. Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal dapat
menutupi atau membayar hutang jangka panjangnya kepada pihak luar, (Yeniatie
dan Destriana, 2010).
atau

,$ *1 ! & ,&2 ( & 8
Pertumbuhan penjualan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
presentase kenaikan atau penurunan penjualan dari suatu periode ke periode
berikutnya, (Kusuma, 2009 dalam Marpaung, 2010:6).

8
Tingkat leverage operasi (degree of operating leverage (DOL)) didefinisikan
sebagai persentase perubahan dalam laba operasi (atau EBIT) akibat perubahan
tertentu dalam persentase penjualan (Marpaung, 2010).
DOL =
Atau
89
Tax rate dapat diketahui berdasarkan tarif pajak yang dikenakan berdasarkan
laba operasi perusahaan yang diatur menurut Undang Undang Pajak Penghasilan
Nomor 17 Tahun 2000 dan kemudian diperbarui pada Pajak Penghasilan Nomor 38
Tahun 2008, (Marpaung, 2010).

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Operating Leverage, dan Tax Rate terhadap Kebijakan
Hutang dengan Pendekatan Pecking Order Theory
(Sayuthi & Roza Raithari)

, )4, & ("%"%
4 & &0 &3 & ,&3 2" & "5) ,%"%
, )4, & ("%"%
Metode analisis dilakukan dengan regresi linier berganda yang
menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen.
Analisis ini bertujuan untuk melihat pengaruh pertumbuhan penjualan, operating
leverage, dan tax rate terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 2010 yang diolah dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science). Spesifikasi
persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
α
b
X1

=
=
=
=

Kebijakan Hutang (DEBT)
Koefisien Konstanta
Koefisien Regresi
Pertumbuhan Penjualan

X2
X3
e

= Operating Leverage (DOL)
= Tax Rate (Tarif Pajak)
= epsilon (error term)

&0 &3 & ,&3 2" & "5) ,%"%
Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini maka dilakukan
pengujian untuk setiap hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih
dahulu disusun rancangan pengujian hipotesis. Untuk menguji variabel independen
terhadap variabel dependen dilakukan dengan dua cara, yaitu: pengujian secara
parsial dan pengujian secara simultan atau bersama sama.
Untuk menguji hipotesis pertama (H1), yaitu pengaruh variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen, dilakukan langkah langkah sebagai
berikut:
1. Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H01 : b1 = b2= b3 = 0 ; Pertumbuhan penjualan, operating leverage, dan tax rate
secara bersama sama tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha1 : paling sedikit ada satu bi ≠ 0 ; i = 1, 2, 3. Pertumbuhan penjualan.
Operating leverage, dan tax rate secara bersama sama berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
2. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.
Jika βi (i = 1, 2) = 0 : H0 diterima
Jika paling sedikit ada satu βi (I = 1, 2) ≠ 0 : H0 ditolak
H0 diterima artinya variabel independen secara bersama sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan H0 ditolak berarti
variabel independen secara bersama sama berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Selanjutnya untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen dilakukan langkah langkah sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (Ha)
H02: β1 = 0; Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Ha2: β1 ≠ 0; Pertumbuhan penjuakan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
H03: β2= 0; Operating leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha3: β2≠0; Operating leverage berpengaruh terhadap kebiajakan hutang.
H04: β3= 0; Tax rate tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha4: β3≠0; Tax rate berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April 2013 : 156-168

2.

ISSN 2337-4314

Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
Jika βi (i = 1, 2) = 0: H0 diterima
Jika βi (i = 1, 2 ) ≠ 0: H0 ditolak

,%'$"5%"

,&,(" " &
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata rata (mean) serta standar deviasi. Hasil analisis statistik
deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 1.

"% "'

Rata Rata Pertumbuhan
Penjualan
Rata Rata Operating
Leverage
Rata Rata Tax Rate
Rata Rata Kebijakan
Hutang
Valid N (listwise)

1,(
,%'$"5 ": 6 $" 1,( ,&,(" " &
,%0$"5 "+,
"% "0%

63

"&"* *
;"* *
, &
.16
.43
.1503

4/ ,+" ")&
.10501

63

92.6517

63
63

32005432
.02

49311.8838

787.905851

6.2122351E3

8.E11
1.00

7.18E10
.2762

1.339E11
.26355

63

Sumber: Data Olahan (2012)
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat nilai terendah, tertinggi, rata rata dan
standar deviasi dari variabel yang diteliti pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 2010 dengan jumlah populasi 63
perusahaan dengan 252 data penelitian. Output tampilan SPSS meunjukkan jumlah
observasi dalam penelitian (N) adalah sebanyak 63 perusahaan. Dari 63 observasi
terhadap sampel dapat diketahui bahwa nilai minimum dari variabel pertumbuhan
penjualan adalah sebesar 0,16 dan nilai pertumbuhan penjualan maksimum sebesar
0,43. Hal ini berarti bahwa dari 63 perusahaan tersebut nilai pertumbuhan
penjualan yang paling rendah adalah 1,6 %, sedangkan nilai tertinggi sebesar 4,3 %.
Rata rata pertumbuhan penjualan pada perusahaan manufaktur adalah sebesar
0,1503 dengan standar deviasi sebesar 0,10501.
Variabel operating leverage, nilai minimum adalah sebesar 92,6517 dan nilai
maksimum sebesar 49311,8838. Hal ini berarti bahwa dari 63 perusahaan tersebut
nilai operating leverage yang paling rendah adalah 0,926517 % sedangkan nilai
terbesarnya adalah 493,118838 %. Rata rata operating leverage perusahaan
manufaktur adalah 787,905851 dengan standar deviasi sebesar 0,062122351.
Variabel tax rate, nilai minimum adalah 32005432 dan nilai maksimum
sebesar 0,0000000000811. Hal ini berarti bahwa dari 63 perusahaan manufaktur
tersebut nilai tax rate yang paling rendah adalah 320054,32 % sedangkan nilai

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Operating Leverage, dan Tax Rate terhadap Kebijakan
Hutang dengan Pendekatan Pecking Order Theory
(Sayuthi & Roza Raithari)

terbesarnya adalah 8,11 %. Rata rata tax rate perusahaan manufaktur adalah sebesar
0,000000000718 dengan standar deviasi sebesar 0,00000000001339.
Variabel Kebijakan Hutang, nilai minimum adalah sebesar 0,02 dan nilai
maksimum sebesar 1,00. Hal ini berarti bahwa dari 63 perusahaan tersebut nilai
kebijakan hutang yang paling rendah adalah sebesar 0,0002 % sedangkan nilai
terbesarnya adalah 0,01 %. Rata rata kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur
adalah sebesar 0,2762 dengan standar deviasi sebesar 0,26355.
%"( ,&3 2" & ,3$,%" "&, $ ,$3 &4
Pengujian pengaruh pertumbuhan penjualan, operating leverage, dan tax rate
terhadap kebijakan hutang baik secara simultan maupun secara parsial
menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linier
berganda mensyaratkan beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar penaksiran
parameter dan koefisiensi regresi tidak bias. Hasil regresi pengaruh masing masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 2.
1,(
,&3 $ ! 6 $" 1,( &4,5,&4,& ,$! 4 5 6 $" 1,(