Pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage Terhadap Price To Book Value pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH LIKUIDITAS, LABA, KEBIJAKAN HUTANG, DAN OPERATING LEVERAGE TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE
PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
OLEH :
NAMA : DARIS
NIM : 0 7 0 5 0 3 0 6 0
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
MEDAN 2010
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage Terhadap Price To
Book Value pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 28 Desember 2010 Yang Membuat Pernyataan,
Nama : Daris
(3)
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang menyertai, membimbing dan memberikan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menemui berbagai macam kesulitan, kendala dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan, dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE., M.Acc, Ak. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera utara sekaligus selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan, dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding II, terima kasih atas masukan dan saran yang telah diberikan.
(4)
5. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.
6. Ibu Zailiana S.Sos selaku Kepala Sub-Bagian Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam hal pengarahan dan motivasi
7. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh pegawai Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, khususnya Departemen Akuntansi.
8. Kedua orang tua penulis, Darwin dan Lisa, atas kasih sayang, dukungan, nasehat, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis, serta kepada Davi selaku abang kandung penulis, atas saran yang telah diberikan.
9. Teman dan sahabat penulis, yaitu Cory, Rudyono, Silvia, Yarvince, Ervina, Rivi, Ancilla, dan teman-teman Akuntansi 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 20 November 2010 Penulis,
Daris
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang dan Operating Leverage, baik secara parsial maupun simultan, terhadap rasio Price to Book Value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal. Populasi penelitian mencakup 42 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2009, dengan 33 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan d
Market Directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio (CR),
Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Degree of Operating Leverage (DOL), dengan rasio Price to Book Value (PBV) sebagai variabel
dependen..
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio,
Operating Earning, Debt to Asset Ratio, dan Degree of Operating Leverage
berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value. Secara parsial, hanya variabel Operating Earning dan Debt to Asset Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value.
Kata kunci: likuiditas, laba, kebijakan hutang, operating leverage, price to book value, real estate, property
(6)
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Liquidity, Earning, Debt Policy, and Operating Leverage, either partially or simultaneously, on Price to Book Value of real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange.
The design of the study used is associative causal. Population of this study consists of 42 real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009, with 33 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published i analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Current Ratio (CR), Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), and Degree of Operating Leverage (DOL) with Price to Book Value (PBV) ratio as the dependent variable.
The result shows that simultaneously Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, and Degree of Operating Leverage have a significant influence on Price to Book Value ratio. Partially, only variables of Operating Earning and Debt to Asset Ratio have significant influence on Price to Book Value.
Key words: liquidity, earning, debt policy, operating leverage, price to book value, real estate, property
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio PBV (Price to Book Value) a. Pengertian Rasio PBV ... 9
(8)
2. Likuiditas
a. Pengertian Likuiditas ... 13
b. Rasio Likuiditas ... 14
3. Laba a. Pengertian Laba ... 15
b. Tingkat dan Kualitas Laba ... 16
4. Hutang dan Kebijakan Hutang a. Pengertian dan Jenis Hutang ... 18
b. Kebijakan Hutang ... 19
5. Operating Leverage ... 21
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual ... 25
2. Hipotesis ... 26
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
C. Jenis dan Sumber Data ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
F. Metode Analisis Data ... 30
BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 35
(9)
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Klasik ... 37
2. Pengujian Hipotesis... 44
3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Keterbatasan ... 53
C. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23
Tabel 3.1. Operasional Variabel ... 29
Tabel 3.2. Nilai Durbin Watson ... 33
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif ... 35
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas K-S ... 40
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 41
Tabel 4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 43
Tabel 4.5. Intepretasi Hasil Uji Autokorelasi (DW) ... 43
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Goodness of Fit ... 44
Tabel 4.7. Hasil Uji t ... 45
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 4.1. Histogram ... 38
Gambar 4.2. Grafik P-P Plot ... 39
Gambar 4.3. Grafik Scatterplot ... 42
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 6 Data Variabel Penelitian – Price to Book Value ... 63
Halaman Lampiran 1 Daftar Populasi – Sampel Perusahaan Real Estat dan Properti yang terdaftar di BEI ... 57
Lampiran 2 Data Variabel Penelitian – Current Ratio ... 59
Lampiran 3 Data Variabel Penelitian – Operating Earning ... 60
Lampiran 4 Data Variabel Penelitian – Debt to Asset Ratio ... 61
Lampiran 5 Data Variabel Penelitian – Degree of Operating Leverage ... 62
(13)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang dan Operating Leverage, baik secara parsial maupun simultan, terhadap rasio Price to Book Value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal. Populasi penelitian mencakup 42 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2009, dengan 33 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan d
Market Directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio (CR),
Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Degree of Operating Leverage (DOL), dengan rasio Price to Book Value (PBV) sebagai variabel
dependen..
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio,
Operating Earning, Debt to Asset Ratio, dan Degree of Operating Leverage
berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value. Secara parsial, hanya variabel Operating Earning dan Debt to Asset Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value.
Kata kunci: likuiditas, laba, kebijakan hutang, operating leverage, price to book value, real estate, property
(14)
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Liquidity, Earning, Debt Policy, and Operating Leverage, either partially or simultaneously, on Price to Book Value of real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange.
The design of the study used is associative causal. Population of this study consists of 42 real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009, with 33 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published i analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Current Ratio (CR), Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), and Degree of Operating Leverage (DOL) with Price to Book Value (PBV) ratio as the dependent variable.
The result shows that simultaneously Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, and Degree of Operating Leverage have a significant influence on Price to Book Value ratio. Partially, only variables of Operating Earning and Debt to Asset Ratio have significant influence on Price to Book Value.
Key words: liquidity, earning, debt policy, operating leverage, price to book value, real estate, property
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu alternatif dalam menghimpun dan mengumpulkan modal dari masyarakat pemodal atau investor. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukannya dengan menerbitkan saham di bursa efek. Dana yang diperoleh melalui pasar modal tersebut kemudian dapat digunakan untuk perkembangan usaha atau ekspansi, penambahan modal kerja dan sebagainya.
Pasar modal juga bertindak sebagai penghubung antara investor yang ingin menginvestasikan dananya dengan perusahaan yang memerlukan dana tersebut. Bagi investor, pasar modal menyediakan alternatif investasi lain selain tabungan, deposito, properti, maupun emas. Investasi di pasar modal memungkinkan para investor melakukan diversifikasi atas investasinya ke berbagai aset keuangan maupun non-keuangan. Para investor dapat turut serta memiliki sebagian perusahaan-perusahaan besar dengan manajemen dan pengelolaan yang baik dengan membeli saham yang diterbitkan perusahaan tersebut melalui bursa efek.
Para investor, sebelum melakukan investasi, akan melakukan perhitungan terhadap risiko yang dihadapi dan imbal hasil atau return yang akan diperolehnya. Oleh karena itu, investor terlebih dahulu akan melakukan analisis dalam menentukan perusahaan mana yang akan diinvestasikan. Hal ini bertujuan untuk
(16)
memaksimalkan keuntungannya baik melalui peningkatan nilai investasi maupun melalui dividen yang diterima.
Secara umum, terdapat dua jenis analisis yang digunakan para investor dalam menentukan keputusan investasi. Yang pertama, disebut sebagai analisa teknikal. Analisa teknikal ini menggunakan grafik maupun indikator-indikator teknis dalam menilai suatu saham, dengan menitikberatkan pada penggunaan data historis – terutama harga dan volume saham. Analisa teknikal ini juga dapat digunakan dalam menilai saham-saham secara individu maupun pasar (indeks) secara keseluruhan. (Husnan, 2001 : 315).
Yang kedua, disebut sebagai analisa fundamental, yang menitikberatkan pada rasio-rasio keuangan dan informasi-informasi lainnya yang terkait dengan perusahaan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Analisa fundamental dilakukan dengan memperhitungkan variabel-variabel fundamental perusahaan seperti penjualan, laba, tingkat hutang, dividen, biaya-biaya, arus kas, dan sebagainya dalam menilai suatu saham.
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara dalam melakukan analisa fundamental. Dari berbagai rasio tersebut, rasio yang sering digunakan oleh investor dalam menentukan keputusan investasi adalah rasio harga saham terhadap nilai buku (price to book value ratio [PBV; P/B] atau market to book
ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara harga suatu saham dengan nilai
bukunya. Harga saham yang digunakan dalam rasio ini merupakan harga saham di pasar sekunder (dan bukan harga nominal saham), sedangkan nilai buku yang digunakan merupakan nilai dari ekuitas atau modal pemegang saham di neraca
(17)
(atau merupakan selisih dari total aktiva dikurangi dengan total kewajiban atau hutang). Rasio ini biasanya dipakai untuk menilai mahal atau tidaknya suatu saham. Umumnya, rasio PBV yang rendah mengimplikasikan bahwa saham perusahaan tersebut murah (undervalued), dan sebaliknya, rasio PBV yang tinggi mengimplikasikan bahwa saham perusahaan tersebut mahal (overvalued).
Meskipun rasio PBV banyak digunakan untuk menilai perusahaan di semua industri, rasio ini paling baik digunakan dalam industri-industri yang padat modal (capital intensive) seperti industri keuangan (financial institutions) maupun industri real estate dan property. Hal ini karena sebagian besar dari aktiva perusahaan dalam industri-industri tersebut tercermin dalam neracanya. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah aset tak berwujud yang signifikan yang tidak tercatat seperti merek (brand name), paten, atau teknologi dapat memiliki rasio PBV yang jauh lebih besar dari 1. Karenanya, banyak analis percaya bahwa rasio ini kurang berguna untuk perusahaan-perusahaan seperti itu, dimana biaya historis neraca gagal untuk menangkap nilai dari aset tak berwujud perusahaan-perusahaan tersebut (Warren, Reeve, 2004 : 571).
Rasio PBV telah lama digunakan dalam literatur keuangan dan menjadi rasio yang sering dipakai dalam menilai harga suatu saham. Penman (2003 : 250) menunjukkan bahwa ”rasio PBV memiliki keterkaitan signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba suatu perusahaan”. Ia menyatakan bahwa PBV yang rendah mengimplisitkan pertumbuhan negatif dari laba perusahaan tersebut di masa depan, dan sebaliknya PBV yang tinggi mengindikasikan pertumbuhan positif dari laba perusahaan bersangkutan.
(18)
Penggunaan rasio PBV sebagai model valuasi yang efektif semakin dikuatkan dengan penelitian Agrawal, Monem, dan Ariff (1996). Mereka menunjukkan bahwa variabel-variabel fundamental yang menentukan nilai perusahaan ternyata juga menjelaskan variabilitas dari rasio PBV. Selanjutnya mereka menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi PBV dengan menggunakan Dividend Discount Model (DDM) dengan faktor pertumbuhan yang biasa dikenal dengan Gordon Growth Model. Hasil yang didapat dari persamaan tersebut adalah bahwa rasio PBV merupakan fungsi dari tingkat profitabilitas (ROE), tingkat pertumbuhan (g) serta risiko (k) – baik risiko operasi maupun pendanaan.
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasio PBV seperti yang ditunjukkan oleh hasil dari persamaan di atas. Laba merupakan selisih lebih antara penghasilan dan beban dalam suatu periode akuntansi. Laba merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang paling utama, karenanya laba merupakan faktor yang relevan dalam mempengaruhi rasio PBV.
Penman, Richardson, dan Tuna (2005) menyatakan bahwa perbedaan antara harga dan nilai buku dari ekuitas, P – B, tidak dipengaruhi oleh leverage jika hutang diukur dengan nilai pasar di neraca (yang merupakan perkiraan yang wajar dalam kebanyakan kasus); perbedaan antara harga dan nilai buku karenanya lebih disebabkan oleh operasi bisnis. Oleh karena itu, setiap risiko dari perbedaan harga dan nilai buku seharusnya terkait dengan risiko operasi bisnis. Namun, berinvestasi dalam saham dengan rasio PBV berarti berinvestasi pada keseluruhan
(19)
perusahaan yang mengandung risiko, baik risiko operasi (operating risk) maupun risiko pendanaan (financing risk).
Risiko pendanaan lebih jauh dapat mempengaruhi operasi bisnis suatu perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002) yang menyatakan bahwa penggunaan leverage dapat meningkatkan imbal hasil operasi perusahaan dan pada gilirannya meningkatkan keseluruhan nilai perusahaan. Kebijakan hutang dan operating leverage mengukur sampai sejauh mana perusahaan menggunakan hutang sebagai daya ungkit (leverage), baik dalam pendanaan maupun dalam operasinya. Kebijakan hutang merupakan keputusan manajemen dalam memutuskan sampai sejauh mana hutang akan digunakan dalam struktur modal perusahaan. Operating leverage mengukur bagaimana pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi pertumbuhan laba operasi. Oleh karena itu, penggunaan leverage yang dilakukan melalui operating
leverage dan kebijakan hutang seharusnya mempengaruhi rasio PBV.
Lebih lanjut, penggunaan hutang atau leverage akan mengharuskan perusahaan mempunyai likuiditas yang cukup untuk menjalankan operasinya maupun untuk melunasi hutang-hutangnya. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas yang terlalu rendah akan membuat perusahaan kesulitan dalam memenuhi kewajibannya sehingga mengganggu operasi perusahaan (operating risk); namun, likuiditas yang terlalu tinggi juga mengimplikasikan inefisiensi penggunaan aktiva oleh manajemen, karena aktiva lancar biasanya hanya memberikan imbal
(20)
hasil yang rendah, yang pada akhirnya mempengaruhi profitabilitas dan nilai perusahaan (PBV).
Jadi secara teori rasio PBV seharusnya dipengaruhi oleh likuiditas, laba dan operating leverage yang termasuk dalam aktivitas operasi serta kebijakan hutang yang termasuk dalam aktivitas pendanaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh likuiditas, laba, kebijakan hutang, dan
operating leverage terhadap rasio PBV dengan menggunakan
perusahaan-perusahaan real estate dan property periode 2007-2009 sebagai objek penelitian dalam skripsi berjudul ”Pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan
Operating Leverage Terhadap Price to Book Value (PBV) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real
estate dan property yang terdaftar di BEI?
2. Apakah Laba berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real
estate dan property yang terdaftar di BEI?
3. Apakah Kebijakan Hutang berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI?
(21)
4. Apakah Operating Leverage berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI?
5. Apakah Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage secara bersama berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara likuiditas dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara laba dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara kebijakan
hutang dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara operating
leverage dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang
(22)
5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara likuiditas, laba, kebijakan hutang dan operating leverage secara bersama terhadap PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait, yaitu:
1. Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaannya yang dapat diukur melalui rasio PBV dengan tindakan-tindakan yang diarahkan pada likuiditas, laba, kebijakan hutang dan degree of operating leverage yang dapat mempengaruhi rasio tersebut.
2. Kalangan akademik dan praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap rasio Price to Book Value beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu likuiditas, laba, kebijakan hutang dan degree of operating leverage.
3. Peneliti, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengaruh likuiditas, laba, kebijakan hutang dan degree of operating leverage terhadap rasio price to
book value. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Rasio PBV (Price to Book Value) a. Pengertian Rasio PBV
Rasio harga saham terhadap nilai buku atau price to book value ratio merupakan perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku bersih per lembar saham tersebut. Rasio ini membandingkan interpretasi dari sistem pelaporan akuntansi terhadap nilai kekayaan perusahaan (aset bersih di neraca) dengan persepsi investor terhadap nilai pasar dari kekayaan perusahaan tersebut (kapitalisasi pasar). Rasio PBV sebesar 1,0 menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan sama dengan nilai neracanya/ nilai buku (Warren, Reeve, 2004 : 569). Nilai buku per saham dihitung dengan total aset perusahaan dikurangi dengan total kewajibannya dan selisihnya kemudian dibagi dengan jumlah lembar saham beredar. Rasio ini dihitung dengan rumus:
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasio PBV
Menurut Gordon Shapiro (1956) dalam Agrawal, Monem, dan Ariff (1996), perhitungan rasio PBV ini dapat dilakukan dengan menurunkannya dari metode valuasi diskonto dividen (Discounted Dividend Model/ DDM)
stsock of share per value Book
stock of share per price Market ratio
value book to
ice =
(24)
(
)(
)
1/
−
−=
=
PBV
d
B
k
g
B
P
o o
o
(
NI
B
) (
RE
B
)
B
d
/
/
−
=
dengan faktor pertumbuhannya, yang dikenal dengan Gordon Growth
Model.
P
o= d
1(k-g)
-1Dimana:
Po = Harga per saham pada awal periode
d1 = Dividen per saham pada akhir periode;
k = Tingkat diskonto yang disesuaikan dengan risiko (appropriate
risk-adjusted discount rate), yang merupakan penjumlahan dari required rate of return ditambah dengan tingkat risiko (risk premium)
g = Tingkat pertumbuhan konstan dari dividen selama periode saham. Rasio PBV dapat diturunkan dari model Gordon di atas dengan membagi persamaan tersebut dengan nilai buku. Sehingga didapat model dasar berikut:
Dimana Bo merupakan nilai buku per saham awal. Perhatikan bahwa
dividen (d) merupakan laba bersih (net income/ NI) dikurangi dengan laba ditahan (retained earning/ RE) tahun depan.[d =NI – RE]
Dengan membagi persamaan dividen tersebut dengan nilai buku akan menghasilkan persamaan:
(25)
(
)(
)
−1−
−
=
ROE
g
k
g
B
P
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa laba bersih/ NI dibagi dengan nilai buku/ B, merupakan rumus untuk menghitung ROE (return on
equity); serta laba ditahan tahun depan/ RE dibagi dengan nilai buku/ B,
sama dengan pertumbuhan nilai buku (g). Karenanya dalam keadaan yang konstan (ROE dan Payout Ratio tetap), tingkat petumbuhan nilai buku ekuitas akan sama dengan tingkat pertumbuhan dividen, sehingga persamaannya dapat ditulis menjadi:
Karenanya dalam kondisi ekuilibrium, rasio PBV merupakan fungsi dari Return on Equity (ROE), growth (g), dan risk (k). Jadi dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasio PBV adalah faktor profitabilitas, pertumbuhan dan risiko. Hubungan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Semakin tinggi Return on Equity (ROE), maka akan semakin tinggi rasio PBV. ROE merupakan rasio yang membandingkan keuntungan perusahaan dengan modal yang dikeluarkannya; singkatnya, rasio ini menghitung tingkat imbal hasil yang didapat oleh perusahaan. ROE memiliki hubungan yang positif dengan rasio PBV, karena ROE menentukan besarnya tingkat imbal hasil yang akan diterima investor atas modalnya. Jika perusahaan dapat terus menghasilkan keuntungan dengan tingkat imbal hasil yang
(26)
tinggi, maka ini akan menarik para investor untuk memberikan nilai yang jauh lebih tinggi pada saham perusahaan dibandingkan dengan nilai bukunya,. Hal ini dikenal dengan istilah premium, dimana para investor bersedia membayar lebih untuk suatu aset yang dapat memberikan keuntungan di atas rata-rata.
2. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diharapkan (expected
growth rate/ g), maka semakin tinggi rasio PBV. Pertumbuhan
yang baik dari laba maupun dividen perusahaan merupakan cerminan dari perusahaan yang dimanajemeni dengan baik. Saham dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan yang tinggi akan menarik para investor untuk memberikan penilaian yang lebih tinggi terhadap saham tersebut. Hal ini karena para investor telah memfaktorkan potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan sehingga mereka bersedia memberikan harga yang lebih tinggi untuk saham perusahaan tersebut. Peningkatan harga saham (P) pada gilirannya akan meningkatkan rasio PBV.
3. Semakin tinggi appropriate risk-adjusted discounted rate (k), maka semakin rendah rasio PBV. Appropriate risk-adjusted
discounted rate dapat diartikan sebagai tingkat imbal hasil minimal
yang harus diterima oleh investor atas investasinya setelah memperhitungkan risiko investasi tersebut. Tingkat imbal hasil yang lebih rendah dari appropriate risk-adjusted discounted rate ini akan membuat suatu investasi menjadi tidak menarik bagi
(27)
investor, yang pada gilirannya menurunkan harga saham perusahaan bersangkutan.
Dengan ini, maka terdapat beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi rasio PBV, yaitu likuiditas, laba, kebijakan hutang dan
operating leverage. 2. Likuiditas
a. Pengertian Likuiditas
Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Riyanto (2002 : 25), “masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.” Perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut perusahaan yang likuid; dan sebaliknya perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut ilikuid.
Perusahaan yang tidak likuid akan meningkatkan risiko operasinya, yang pada gilirannya dapat mengancam keberlangsungan usaha perusahaan tersebut. Risiko likuiditas ini akan tercermin dalam premi risiko yang tinggi yang ditetapkan oleh para investor dalam menghitung appropriate
risk-adjusted discounted rate. Hal tersebut pada gilirannya akan
mempengaruhi harga yang diberikan oleh investor terhadap saham perusahaan tersebut.
(28)
b. Rasio Likuiditas
Likuiditas suatu perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio keuangan. Kasmir (2008 : 134) menyatakan terdapat lima rasio keuangan yang biasanya digunakan untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan:
1. Rasio lancar (current ratio)
2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio) 3. Rasio kas (cash ratio)
4. Rasio perputaran kas
5. Inventory to net working capital.
Dari kelima rasio likuiditas di atas, maka rasio lancar (current ratio) adalah yang paling sering dan umum digunakan. Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 406) menyatakan alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur:
1. kemampuan memenuhi kewajiban lancar, semakin tinggi perkalian kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar.
2. penyangga kerugian, semakin besar penyangga, semakin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva lancar non-kas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi.
3. cadangan dana lancar, rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti adanya pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.
Berdasarkan alasan di atas, rasio lancar akan digunakan sebagai pengukur likuiditas dalam penelitian ini. Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan total aktiva lancar dengan total kewajiban lancar yang terdapat di neraca.
Rasio lancar yang terlalu rendah mengindikasikan perusahaan yang memiliki kemampuan rendah dalam memenuhi kewajiban jangka
(29)
pendeknya. Namun, rasio yang tinggi tidak lantas berarti perusahaan dalam kondisi baik, karena rasio yang tinggi mengindikasikan ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola keuangan dengan baik dengan membiarkan aktiva dalam bentuk lancar yang cenderung memberikan imbal hasil yang rendah.
Rumus untuk menghitung rasio lancar (current ratio) adalah sebagai berikut:
3. Laba
a. Pengertian Laba
Menurut Stice, Stice dan Skousen (2005 : 270), “Laba adalah pengembalian atas investasi kepada pemilik”. Laba merupakan selisih lebih pendapatan suatu perusahaan dengan beban yang terjadi untuk memperoleh pendapatan tersebut dalam suatu periode. Karenanya unsur pengukuran laba mencakup pendapatan/ penghasilan dan beban. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 1.5), dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 70 “penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”. Sedangkan definisi beban menurut Ikatan Akuntan
Lancar Kewajiban
Lancar Aktiva
lancar
(30)
Indonesia (2007 : 1.5) adalah “penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.”
Laba merupakan ukuran profitabilitas dari perusahaan yang utama karena semua rasio pengukuran profitabilitas pasti memiliki unsur laba dalam perhitungannya. Data dari laba perusahaan selalu dilaporkan dalam laporan keuangan dan digunakan secara luas oleh para investor dalam mengambil keputusan investasi. Laba yang dilaporkan tersebut merupakan laba akuntansi yang secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasi dan transaksi yang terjadi selama satu periode dengan beban yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Laba merupakan komponen utama dalam penilaian profitabilitas sebuah perusahaan. Dalam persamaan rasio PBV yang telah diuraikan sebelumnya, terlihat bahwa rasio PBV dipengaruhi oleh Return on Equity (ROE). ROE sendiri merupakan perbandingan antara laba yang diperoleh dibandingkan dengan investasi yang telah dikeluarkan oleh investor. Jadi, jika secara teori ROE dapat mempengaruhi rasio PBV, maka laba yang merupakan komponen (input) utama dalam menghitung ROE seharusnya juga mempengaruhi rasio PBV.
b. Tingkat dan Kualitas Laba
(31)
1. Laba kotor, merupakan selisih antara pendapatan dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan.
2. Laba usaha/ operasi, merupakan selisih antara laba kotor dengan beban usaha. Laba ini mengukur kinerja operasi bisnis inti yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Laba bersih, merupakan selisih pendapatan atau penjualan serta seluruh pemasukan lainnya dengan seluruh biaya, setelah memperhitungkan pajak.
Kualitas laba akuntansi yang dilaporkan menjadi perhatian berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders). Laba akuntansi yang berkualitas merupakan laba akuntansi yang tidak memiliki gangguan persepsian (perceived noise), dan dapat merefleksikan kinerja operasi perusahaan. Hayn (1995) menjelaskan bahwa gangguan persepsian tersebut disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory events). Peristiwa transitori merupakan peristiwa yang hanya terjadi pada waktu tertentu, tidak terus-menerus/ persisten, dan mengakibatkan fluktuasi yang besar terhadap laba/ rugi akuntansi.
Laba operasi (operating earning) dapat digunakan sebagai pengukur profitabilitas dari bisnis perusahaan karena terbebas dari gangguan persepsian dan terbebas dari pendapatan/ beban maupun keuntungan/ kerugian non-operasi, serta tidak terpengaruh oleh struktur modal perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 417), terdapat tiga aspek penting dari laba operasi:
(32)
Pertama, laba operasi terkait hanya dengan laba yang berasal dari aktivitas operasi. Karenanya, setiap pendapatan (dan beban) yang tidak terkait dengan operasi usaha bukan merupakan bagian laba operasi. Kedua, dan terkait dengan yang pertama, laba operasi terpusat pada laba perusahaan secara keseluruhan dan bukan hanya untuk pemegang ekuitas. Hal ini berarti bahwa pendapatan dan beban keuangan (terutama beban bunga) tidak dimasukkan saat mengukur laba operasi. Ketiga, laba operasi hanya terkait dengan aktivitas usaha yang masih berlangsung. Hal ini berarti, tiap laba atau kerugian yang terkait dengan operasi yang dihentikan dikeluarkan dari laba operasi.
Oleh karena kualitas dan karakteristik dari laba operasi yang dapat mencerminkan tingkat profitabilitas operasi perusahaan, maka laba operasi akan digunakan sebagai pengukur profitabilitas dalam penelitian ini.
4. Hutang dan Kebijakan Hutang a. Pengertian dan Jenis Hutang
Hutang, yang biasa juga disebut kewajiban, merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 1.4), dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 49 “kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.” Sedangkan FASB dalam Statement of Financial
Accounting Concept No. 6 yang terdapat dalam buku Stice, Stice dan
Skousen menyatakan bahwa “kewajiban merupakan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk mengalihkan aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lain pada masa yang akan datang sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa
(33)
lalu.” Munawir (2004 : 18) menyatakan bahwa “hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hutang merupakan kewajiban perusahaan pada pihak lain yang harus dipenuhi atau dibayar dengan uang, barang atau jasa saat jatuh tempo. Hutang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hutang jangka pendek, merupakan hutang yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih panjang. Hutang jangka pendek meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hutang dagang, beban yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka, bagian lancar dari hutang jangka panjang, dan sebagainya.
2. Hutang jangka panjang, merupakan hutang yang jangka waktu pelunasannya lebih dari satu tahun. Hutang jangka panjang dapat meliputi hutang obligasi, hutang sewa guna usaha jangka panjang, kewajiban pajak penghasilan tangguhan, dan kewajiban tidak lancar lainnya.
b. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan keputusan manajemen dalam menjalankan operasi perusahaan, khususnya mengenai bagaimana
(34)
perusahaan akan didanai. Kebijakan hutang menentukan sampai sejauh mana hutang digunakan dalam struktur modal perusahaan..
Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan, jika dilakukan dengan baik, akan dapat meningkatkan imbal hasil bagi pemegang saham, karena sifat dasar hutang sebagai daya ungkit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002) yang menemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (price to book value). Menurut Brigham dan Houston (2006 : 101), ada dua alasan mengapa hutang dapat meningkatkan pendapatan serta meningkatkan pengembalian dari modal pemilik, yaitu :
1) Beban dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan hutang akan menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya,
2) Jika laba operasi yang dinyatakan sebagai persentase dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga atas pinjaman, maka suatu perusahaan dapat menggunakan hutang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas hutang dan masih sisa sebagai ”bonus” bagi para pemegang sahamnya.
Namun, manajemen harus mempertimbangkan risiko (keuangan dan operasi) yang akan meningkat seiring meningkatnya tingkat hutang. Jumlah hutang yang besar akan meningkatkan risiko perusahaan, yaitu risiko gagal bayar bunga maupun pokok utangnya, yang dapat meningkatkan risiko kebangkrutan.
Kebijakan hutang yang baik diukur dari perbandingan total hutang perusahaan terhadap aktiva yang dimilikinya. Pengukuran ini disebut dengan rasio hutang terhadap total aktiva (debt to asset ratio/ DAR).
(35)
Menurut Kasmir (2008 : 156) “debt to assets ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva”. Solomon (2004 : 780) menyatakan ”debt to assets ratio is a
leverage ratio that indicates the long-run solvency or relative amount of financial risk incurred by a business”, artinya adalah debt to assets ratio
merupakan sebuah rasio daya ungkit/ leverage yang mengindikasikan solvabilitas jangka panjang atau jumlah relatif risiko keuangan/ pendanaan yang dihasilkan oleh suatu bisnis. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:
Dalam persamaan rasio PBV seperti yang telah diuraikan dalam subbab sebelumnya, bahwa rasio PBV dipengaruhi oleh tiga faktor dimana salah satunya merupakan faktor risiko (k). Risiko ini merupakan risiko yang dihadapi oleh perusahaan, baik risiko bisnis maupun risiko pendanaan atau hutang.
5. Operating Leverage
Operating leverage merupakan sebuah ukuran bagaimana pertumbuhan
penjualan akan mempengaruhi pertumbuhan laba operasi. Menurut Sawir (2004 : 7), “operating leverage merupakan kepekaan EBIT (Earnings Before
Interest and Taxes) terhadap penjualan perusahaan.” Penman, Richardson dan
Tuna (2005) dalam penelitiannya the book-to-price effect in stock returns:
Aktiva Total
Kewajiban Total
Ratio Asset to
(36)
Penjualan Perubahan
EBIT Operasi
Laba Perubahan Leverage
Operating of
Degree
%
/ %
=
accounting for leverage membahas tentang nilai buku dari aset operasi suatu
perusahaan yang dapat mempengaruhi rasio PBV. Mereka menjelaskan jika suatu investasi didasarkan pada rasio PBV, suatu tambahan return yang cukup besar dapat dihasilkan jika terdapat operating leverage.
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat operating leverage adalah
Degree of Operating Leverage (DOL). DOL mengukur perubahan yang terjadi
dalam laba operasi yang disebabkan oleh perubahan persentase dalam penjualan. Karenanya, semakin besar DOL, semakin besar risiko kerugian ketika penjualan menurun, dan semakin besar keuntungan ketika penjualan mengalami kenaikan. DOL dapat dihitung dengan rumus berikut:
Secara teori, operating leverage dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap rasio PBV. Hal ini disebabkan karena operating leverage yang tinggi akan membuat perubahan penjualan yang kecil mempengaruhi laba operasi dalam jumlah yang jauh lebih besar.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian-penelitian terdahulu (Tabel 2.1.), dimana peneliti menggunakan variabel profitabilitas dan kebijakan hutang
(37)
untuk menguji pengaruhnya terhadap rasio PBV. Peneliti juga menambahkan dua variabel lain, yaitu likuiditas dan operating leverage.
Penelitian-penelitian terdahulu tentang variabel-variabel yang mempengaruhi rasio Price to Book Value menunjukkan hasil yang berbeda untuk variabel-variabel yang mengukur profitabilitas maupun leverage. Penelitian yang dilakukan Marpaung (2004) menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value (PBV), sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Putra (20085) menunjukkan bahwa ROA tidak memiliki pengaruh signifikan. Berikut merupakan ringkasan mengenai penelitian-penelitian terdahulu:
Tabel 2.1.
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil
1 Surendra P Agrawal., Reza M. Monem dan Mohamed Ariff (1996)
Price to Book Ratio as a Valuation Model: An Empirical Investigation Dependen: d/B, k-g, DAR, Inflation, Independen: PBV
Secara parsial hanya d/B yang berpengaruh signifikan terhadap PBV Secara simultan, d/B, k-g, DAR, Inflation berpengaruh signifikan.
2 Euis
Soliha dan Taswan
(2004)
Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa
Faktor yang Mempengaruhinya Dependen: Debt, Insider Ownership, Firm Size, Profitabilitas Independen: PBV
Insider Ownership, Firm Size dan Profitabilitas
memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap PBV;
sedangkan Debt Policy tidak memiliki pengaruh signifikan.
(38)
3 Hendrik Marpaung
(2004)
Analisis Pengaruh Return
on Assets, Dividen Payout Ratio, Debt Equity Ratio,
dan Economic Value Added terhadap Price to Book
Value pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Dependen: ROA, DPR, DER, EVA Independen: PBV
ROA, DER dan EVA memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap PBV;
sedangkan DPR tidak memiliki pengaruh signifikan.
4 Tito
Perdana Putra (2008)
Pengaruh Kinerja Keuangan dan Beta Saham
Terhadap Price to Book
Value (Studi pada
Perusahaan Real Estate dan Property yang Listed di BEI Periode Tahun 2004-2006) Dependen: ROA, DER, EPS, DPR Independen: PBV
EPS dan DER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap PBV sedangkan ROA, Beta Saham, dan DPR tidak berpengaruh.
5 Arinda Yulia Prasanti
(2010)
Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Struktur Modal, dan DPR Terhadap Nilai Perusahaan (PBV)
Dependen: LDER, DAR, DPR, Independen: PBV
Struktur kepemilikan dan LDER secara parsial berpengaruh signifikan. Sedangkan DAR dan DPR tidak.
(39)
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Likuiditas yang diukur dengan current ratio mencerminkan sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Operating earning/ laba operasi merupakan ukuran utama dalam pengukuran
tingkat profitabilitas suatu perusahaan, dan merupakan komponen utama yang menjadi pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya. Debt to Asset
Ratio mengukur kebijakan hutang yang diambil oleh perusahaan, rasio ini
H5
H4 H3 H2 H1 Likuiditas
Current Ratio (X1)
Laba
Operating Earning (X2)
Kebijakan Hutang
Debt to Asset Ratio (X3)
Operating Leverage
Degree of Operating Leverage (X4)
Rasio Price to
Book Value
(PBV) (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
(40)
mengukur seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan keseluruhan asetnya. Degree of operating leverage mengukur seberapa peka laba operasi dipengaruhi oleh penurunan atau kenaikan penjualan.
Rasio Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang sering digunakan oleh para investor dalam membuat keputusan investasi. Rasio ini membandingkan harga saham terhadap nilai buku bersih saham tersebut. Semua rasio atau komponen yang dijelaskan sebagai variabel independen secara teori memiliki pengaruh terhadap rasio PBV.
2. Hipotesis
Menurut Umar (2008 : 104), “Hipotesis adalah perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/ mengarahkan penyelidikan selanjutnya.” Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap PBV H2 : Operating Earning berpengaruh signifikan terhadap PBV H3 : Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan terhadap PBV
H4 : Degree of Operating Leverage berpengaruh signifikan terhadap PBV H5 : Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, Degree of
(41)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2008 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu (Erlina, 2008 : 74). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 yang terdiri atas 42 perusahaan.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004 : 79). Kriteria yang ditetapkan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009.
2. Perusahaan telah mengeluarkan laporan keuangan yang telah diaudit selama 3 (tiga) tahun, yaitu tahun 2007-2009.
(42)
3. Perusahaan tersebut tidak memiliki nilai buku negatif (ekuitas negatif) selama tahun 2007-2009.
4. Perusahaan tetap berada dalam klasifikasi Real Estate dan Property di BEI selama tahun 2007-2009.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 33 perusahaan (Lampiran 1).
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan merupakan data sekunder. Menurut Umar (2008 : 60), “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.” Data yang digunakan berupa data laporan keuangan (financial statements) dari sampel selama tahun 2007 sampai 2009. Data penelitian diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia yait
Directory) 2009.
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan termasuk dalam Cross
Section Pooling Data. Menurut Jogiyanto (2004 : 54), “Pooling data adalah
gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series).”
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah studi dokumentasi. Pengumpulan data sekunder penelitian dilakukan melalui
(43)
sumber-sumber tercetak dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya, misalnya buku, laporan perusahaan jurnal internet, dan sebagainya (Erlina, 2008 : 36). Data penelitian didapat melalui Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan dari situs
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Jogiyanto (2004 : 62), “Definisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset.” Tabel berikut menyajikan konsep dan operasionalisasi variabel-variabel yang diteliti:
Tabel 3.1. Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator
Independen: a.Likuiditas
b.Laba Operasi
c.Kebijakan Hutang
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya
Laba operasi merupakan laba yang mengukur kinerja operasi suatu perusahaan.
Kebijakan hutang merupakan kebijakan manajemen dalam menentukan besarnya hutang dalam struktur modal perusahaan.
Current Ratio =
Operating Earning (OE) = Laba/ rugi operasi sebelum extraodinary
items dan discontinued operations Debt to Asset Ratio (DAR) =
Total Hutang
Total Aktiva x 100% Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
(44)
d.Operating Leverage
Operating leveraage mengukur sampai sejauh mana laba/ rugi operasi dipengaruhi oleh kenaikan/ penurunan penjualan
Degree of Operating Leverage (DOL)
=
Dependen :
Price to Book Value (PBV)
Rasio yang merupakan salah satu indikator dalam menilai harga saham suatu perusahaan.
PBV *=
* PBV dihitung dengan menggunakan rata-rata PBV per kuartal
F. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan menggunakan software statistik SPSS versi 18.0. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor yang diteliti terhadap rasio PBV, maka penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan terlebih dahulu melakukan pengujian asumsi klasik.
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan meliputi: a. Uji Normalitas
Menurut Umar (2008 : 181), uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
% Perubahan Laba Operasi % Perubahan Penjualan
Harga Saham Nilai Buku per Saham
(45)
Normalitas data diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Menurut Ghozali (2006 : 110), terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Dalam analisis grafik, histogram dan grafik normal propability plot
atau P-P Plot akan digunakan dalam penelitian ini, dimana dasar
pengambilan keputusan menurut Ghozali (2006 : 112) yaitu:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji statistik yang dilakukan adalah uji Kolmogorovk-Smirnov (1
sample K-S) dengans signifikansi sebesar 5%. Data yang normal adalah
data yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2005
: 114).
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen (Erlina, 2008 : 105). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai
(46)
multikolinearitas. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006 : 92)
c. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Umar, 2008 : 179). Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006 : 105). Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan metode chart (diagram scatterplot). Bila titik-titik terlihat membentuk suatu pola tertentu, maka telah terjadi gejala heterokedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis (Ghozali, 2006:105) : 1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Erlina (2008 : 106), pengujian autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada peride t-1. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson (DW) statistic. Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
(47)
Tabel 3.2. Nilai Durbin Watson
No Nilai d Keterangan
1 2 3 4 5
0 < d < dL
dL≤ d ≤ dU
dU < d < 4 - dU
4 - dU≤ d ≤ 4 – dL
4 – dL < d < 4
Ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan
Ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan Tidak ada autokorelasi
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan model regresi berganda/
multiple linear regression. Model regresi yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1t + β2X2t + β3X3t + β4X4t+ e
Keterangan:
Y = Rasio Price to Book Value (PBV)
α = Konstanta
β1...β4 = Koefisien regresi
X1 = Current Ratio tahun ke-t
X2 = Operating Earning tahun ke-t
X3 = Debt to Asset Ratio tahun ke-t
X4 = Degree of Operating Leverage tahun ke-t
e = Variabel pengganggu Sumber: (Ghozali, 2006 : 96)
(48)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menentukan besarnya variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independennya, dengan kisaran nilai antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006 : 83)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi seluruh koefisien regresi simultan (Uji-F), dan uji signifikansi regresi secara parsial (Uji-t).
a. Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Uji-t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen apabila variabel dependen tersebut memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah 0,05 (Ghozali, 2006 : 87).
b. Uji Signifikansi Simultan (F-test)
Uji-F digunakan untuk menunjukkan apakah terdapat semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Variabel-variabel independen tersebut dikatakan mempunyai pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap variabel dependen apabila memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah 0,05. (Ghozali, 2006 : 87).
(49)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah likuiditas, laba, kebijakan hutang dan operating leverage berpengaruh terhadap rasio price to book
value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Data cross section yang digunakan sebanyak 33 perusahaan dengan
time series sebanyak 3 tahun pengamatan sehingga diperoleh jumlah sampel
sebanyak 99. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rasio Price to Book
Value dan variabel independennya adalah current ratio, operating earning, debt to asset ratio, dan degree of operating leverage.
Berikut merupakan statistik deskriptif untuk data penelitian ini yang menunjukkan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi:
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CR 99 .11 113.60 4.9563 13.86750 OE (dlm Rp jutaan) 99 -75724.00 480706.77 81885.1731 1.13181E5 DAR 99 .0050 .8015 .405995 .2224720 DOL 99 -187.95 201.78 -.3842 33.69575 PBV 99 .15 4.03 1.3277 .89543 Valid N (listwise) 99
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
(50)
Penjelasan dari tabel 4.1 (Statistik Deskriptif) tersebut adalah sebagai berikut:
1. variabel Current Ratio memiliki nilai terkecil (minimum) 0,11, nilai terbesar (maximum) 113,60 dengan rata-rata (mean) Current Ratio yang diperoleh perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009 sebesar 4,953. Hal ini menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia cukup untuk melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan real estate dan property. Untuk setiap Rp1 kewajiban lancar perusahaan, terdapat Rp4,9 aktiva lancar yang menjaminnya. Simpangan baku (standar
deviation) dari current ratio adalah sebesar 13,86750.
2. variabel Operating Earning memiliki nilai terkecil (minimum) -Rp75.724,00, nilai terbesar (maximum) Rp480.706,77 dengan rata-rata (mean) laba operasi yang diperoleh perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009 sebesar Rp81.885,1731. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan secara rata-rata menghasilkan laba operasi sebesar Rp 81,9 milyar. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah sebesar 1,13181E5.
3. variabel Debt to Asset Ratio memiliki nilai terkecil (minimum) 0,0050, nilai terbesar (maximum) 0,8015 dengan rata-rata (mean) DAR yang diperoleh perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009 sebesar 0,405995. Ini menunjukkan secara rata-rata, perusahaan real
(51)
modalnya. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah sebesar 0,2224720.
4. variabel Degree of Operating Leverage memiliki nilai terkecil (minimum) -187.95, nilai terbesar (maximum) 201.78 dengan rata-rata (mean) sebesar -0.3842. Rata-rata DOL yang bernilai negatif ini mengindikasikan adanya penurunan laba operasi meskipun penjualan meningkat, hal ini dapat terjadi ketika peningkatan beban pokok pendapatan yang tidak dapat diimbangi peningkatan penjualan. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah sebesar 33.69575.
5. variabel Price to Book Value memiliki nilai terkecil (minimum) 0,15, nilai terbesar (maximum) 4,03 dengan rata-rata (mean) PBV yang diperoleh perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009 sebesar 1,3277. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap Rp1 nilai buku perusahaan tersebut, pasar bersedia membayar Rp1,3. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah sebesar 0,89543.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghasilkan analisis yang akurat dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik harus memenuhi asumsi-asumsi klasik, yang merupakan asumsi-asumsi yang mendasari analisis regresi. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
(52)
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
i. Analisis Grafik
Dalam analisis ini, grafik yang digunakan berupa grafik histogram dan grafik P-P Plot, dimana data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal.
Dari histogram tersebut, terlihat kurva berbentuk lonceng yang menunjukkan kemiringan yang hampir setara. Hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi data mendekati normal.
Gambar 4.1 Histogram
(53)
Dari grafik P-P Plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Hal ini menujukkan data penelitian yang terdistribusi secara normal
ii. Analisis Statistik
Peneliti melakukan uji statistik ini untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal telah berdistribusi normal. Uji statistik yang dilakukan adalah uji Kolmogorovk-Smirnov (1 sample K-S) dengan signifikansi sebesar 5%. Pengujian dilakukan terhadap nilai residual dari model regresi karena jika terdapat normalitas, maka nilai residual akan terdistribusi secara normal dan independen (Ghozali,
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot
(54)
2006 : 114). Data yang normal adalah data yang memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi (Asymp.
Sig. (2-tailed)) sebesar 0,358 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data penelitian berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi di antar variabel bebas (independen). Suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independennya. Gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance <
0,1 dan nilai VIF > 10, maka terdapat gejala multikolinearitas. Jika nilai One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 99
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .77526084 Most Extreme Differences Absolute .093 Positive .093 Negative -.067 Kolmogorov-Smirnov Z .926 Asymp. Sig. (2-tailed) .358 a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas K-S
(55)
tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah
Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk semua variabel < 10, dan nilai tolerance untuk semua variabel > 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen.
c. Uji Heterokedastisitas
Tujuan pengujian heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan uji grafik dengan melihat grafik
scatterplot (gambar 4.3)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .663 .197 3.371 .001
CR -.003 .006 -.051 -.522 .603 .826 1.211 OE 2.445E-6 .000 .309 3.380 .001 .953 1.049 DAR 1.182 .401 .294 2.945 .004 .802 1.247 DOL -.002 .002 -.080 -.885 .378 .975 1.026 a. Dependent Variable: PBV
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
(56)
Dari grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta titik-titik tersebut tersebar baik di atas maupun di bahwa angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
(57)
(Ghozali, 2006 : 96). Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Hasil uji DW dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
dimensi 1 .500
a
.250 .218 .79158 1.909 a. Predictors: (Constant), DOL, OE, CR, DAR
b. Dependent Variable: PBV
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 1,909 dengan jumlah sampel sebanyak 99 buah, dan jumlah variabel bebas sebanyak 4 (n = 99, k = 4), dan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Dari data tersebut maka batas dL = 1,589 dan dU = 1,757.
Interpretasi dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 di atas. Dari
Jika Keputusan
0 < 1,909 < 1,.589 1,589 ≤ 1,909 ≤ 1,757 1,757 < 1,909 < 2,243 2,243 ≤ 1,909 ≤ 2,411
2,411 < 1,909 < 4
Ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan
Ada autokorelasi
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Intepretasi Hasil Uji Autokorelasi (DW)
Sumber: Data yang diolah peneliti, 2010
(58)
DU sebesar 1,757 dan lebih kecil dari batas DL sebesar 1,589, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (uji t dan uji F), karena variabel independen berjumlah lebih dari satu. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan goodness of fit atau uji determinan untuk menentukan kelayakannya. Kelayakan dapat dilihat dari nilai adjusted R
square yang mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel dependen
yaitu variabel current ratio (CR), operating earning (OE), debt to asset ratio (DAR), dan degree of operating leverage (DOL). Nilai adjusted R square dapat dilihat dari tabel 4.6 di bawah ini:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,500 yang mengindikasikan hubungan atau korelasi antara variabel CR, DAR, OE, dan DAR (variabel independen) dengan variabel PBV (variabel dependen ) cukup
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
dimensi 1 .500
a
.250 .218 .79158 a. Predictors: (Constant), DOL, OE, CR, DAR
b. Dependent Variable: PBV
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Goodness of Fit
(59)
kuat karena R 50% (0,5). Nilai adjusted R Square (R2) atau koefisien determinasi sebesar 0,218 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel CR, DAR, OE dan DOL terhadap variabel PBV adalah sebesar 21,8%, sedangkan sisannya sebesar 78,2% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)
Pengujian statistik t dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka variabel independen secara parsial memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Jika signifikansinya > 0,05 maka variabel independen secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 4.7 berikut menunjukkan hasil uji t:
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .663 .197 3.371 .001 CR -.003 .006 -.051 -.522 .603 OE 2.445E-6 .000 .309 3.380 .001 DAR 1.182 .401 .294 2.945 .004 DOL -.002 .002 -.080 -.885 .378 a. Dependent Variable: PBV
Tabel 4.7 Hasil Uji t
(60)
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa variabel current ratio (CR) dan variabel degree of operating leverage (DOL) secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap rasio PBV karena kedua variabel tersebut masing-masing memiliki signifikansi sebesar 0,603 dan 0,378 yang lebih besar dari 0,05. Sedangkan variabel laba operasi (OE) dan variabel debt to asset ratio (DAR) masing-masing memiliki signifikansi sebesar 0,001 dan 0,004 dimana signifikansi kedua variabel tersebut lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel OE dan variabel DAR berpengaruh signifikan terhadap rasio
price to book value.
Berdasarkan dari tabel 4.7., dapat diperoleh suatu model regresi yang dibentuk dari nilai unstandardized coefficients sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Price to Book Value = α + β1CR + β2OE + β3DAR+ β4DOL+ e
Dimana:
α (konstanta) = 0,663
β1 (koefisien regresi CR) = -0,003
β2 (koefisien regresi OE) = 0,000002445
β3 (koefisien regresi DAR) = 1,182
β4 (koefisien regresi DOL) = -0,002
Berikut merupakan persamaan regresi yang dibentuk berdasarkan persamaan di atas:
(61)
Price to Book Value = 0,663 – 0,003 CR + 0,000002445 OE + 1,182 DAR –
0,002 DOL + e
Interepretasi dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut: 1. α = 0,663, merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa jika
tidak terdapat variabel CR, OE, DAR dan DOL maka rasio PBV yang terbentuk adalah sebesar 0.663.
2. β1 = -0,003, merupakan koefisien regresi untuk variabel CR, yang
menunjukkan bahwa setiap satu satuan kenaikan variabel CR, maka variabel PBV akan menurun sebesar -0,003 atau -0.3%.
3. β2 = 0,000002445, merupakan koefisien regresi untuk variabel OE,
yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel OE, maka variabel PBV akan meningkat sebesar 0,000002445 atau 0.000244%.
4. β3 = 1,182, merupakan koefisien regresi untuk variabel DAR, yang
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel DAR, maka variabel PBV akan meningkat sebesar 1,182 atau 118,2%.
5. β4 = -0,002, merupakan koefisien regresi untuk variabel DOL, yang
menunjukkan bahwa setiap satu satuan kenaikan variabel DOL, maka variabel PBV akan menurun sebesar -0,002 atau -0.2%.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F)
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan dilakukan uji statistik F dengan tingkat keyakinan 95%. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai
(1)
32 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk X X √ √
33 OMRE Indonesia Prima Property Tbk √ √ √ √ 26
34 PTRA New Century Development Tbk √ √ √ √ 27
35 PWON Pakuwon Jati Tbk √ √ √ √ 28
36 PWSI Panca Wiratama Sakti Tbk √ √ X √
37 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk √ √ √ √ 29
38 RODA Royal Oak Development Asia Tbk √ √ √ √ 30
39 SCBD Danayasa Arthatama Tbk √ X √ √
40 SIIP Suryainti Permata Tbk √ √ √ √ 31
41 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk √ √ √ √ 32
(2)
Data Variabel Penelitian – Current Ratio
No Nama Emiten Tahun
2007 2008 2009
1 Alam Sutera Realty Tbk 1.54 1.74 1.69 2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk 0.44 0.16 0.23 3 Bukit Darmo Property Tbk 2.82 1.97 4.30 4 Sentul City Tbk 6.48 5.56 4.07 5 Bintang Mitra Semestaraya Tbk 113.60 4.14 1.09 6 Citra Kebun Raya Agri Tbk 4.70 77.83 16.50 7 Cowell Development Tbk 1.67 1.98 3.20 8 Ciputra Development Tbk 3.99 3.32 3.08 9 Ciputra Property Tbk. 11.81 9.66 11.94 10 Ciputra Surya Tbk 2.53 1.79 1.84 11 Duta Anggada Realty Tbk 0.23 0.25 0.29 12 Intiland Development Tbk 1.38 1.17 1.32 13 Duta Pertiwi Tbk 0.78 1.12 1.31 14 Bakrieland Development Tbk 3.14 2.49 1.57 15 Fortune Mate Indonesia Tbk 0.49 0.37 2.44 16 Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk 0.75 0.76 0.83 17 Perdana Gapuraprima Tbk. 2.07 1.93 1.94 18 Jaya Real Property Tbk 1.18 1.11 1.11 19 Kawasan Industri Jababeka Tbk 0.70 0.50 0.40 20 Global Land Development Tbk 5.64 10.26 9.67 21 Lamicitra Nusantara Tbk 1.30 1.29 1.36 22 Laguna Cipta Griya Tbk 4.56 9.60 7.19 23 Lippo Cikarang Tbk 2.58 2.13 1.76 24 Lippo Karawaci Tbk 1.44 1.45 1.40 25 Modernland Realty Ltd. Tbk 0.71 0.78 0.66 26 Indonesia Prima Property Tbk 0.11 0.11 0.17 27 New Century Development Tbk 1.37 1.35 1.35 28 Pakuwon Jati Tbk 0.98 0.91 0.95 29 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk 4.93 8.10 21.09 30 Royal Oak Development Asia Tbk 14.81 5.34 9.46 31 Suryainti Permata Tbk 5.02 2.80 6.35 32 Suryamas Dutamakmur Tbk 0.18 0.36 0.35 33 Summarecon Agung Tbk 0.76 1.12 1.62
(3)
Data Variabel Penelitian – Operating Earning
No Nama Emiten Tahun
2007
1 Alam Sutera Realty Tbk 31,461 55,284 110,641
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk 3,527 4,168 4,808
3 Bukit Darmo Property Tbk -761 10,261 -5,998
4 Sentul City Tbk 46,359 -20,453 22,350
5 Bintang Mitra Semestaraya Tbk 4,288 -957 6,212
6 Citra Kebun Raya Agri Tbk -400 -6,930 -6,289
7 Cowell Development Tbk 12,913 11,481 22,078
8 Ciputra Development Tbk 336,091 290,999 283,837
9 Ciputra Property Tbk. 103,324 99,268 111,432
10 Ciputra Surya Tbk 213,684 180,141 63,248
11 Duta Anggada Realty Tbk 172,458 139,381 133,260
12 Intiland Development Tbk 26,171 42,357 61,311
13 Duta Pertiwi Tbk 149,877 102,480 303,217
14 Bakrieland Development Tbk 170,508 226,031 166,751
15 Fortune Mate Indonesia Tbk 2,891 5,780 -856
16 Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk 11,058 11,498 16,762
17 Perdana Gapuraprima Tbk. 80,330 59,701 57,924
18 Jaya Real Property Tbk 150,382 215,270 231,359 19 Kawasan Industri Jababeka Tbk 67,640 107,160 46,825 20 Global Land Development Tbk 19,363 -17,717 4,324
21 Lamicitra Nusantara Tbk 13,576 15,487 35,294
22 Laguna Cipta Griya Tbk 1,204 898 -1,515
23 Lippo Cikarang Tbk 40,608 70,209 96,247
24 Lippo Karawaci Tbk 461,121 465,453 480,707
25 Modernland Realty Ltd. Tbk 35,467 34,325 66,052 26 Indonesia Prima Property Tbk 32,315 19,673 26,029 27 New Century Development Tbk -75,724 -2,458 -1,282
28 Pakuwon Jati Tbk 188,667 162,189 204,931
29 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk -49 942 -457
30 Royal Oak Development Asia Tbk -573 -9,696 -15,603
31 Suryainti Permata Tbk 129,616 82,242 -6,740
32 Suryamas Dutamakmur Tbk -11,762 5,524 4,139
33 Summarecon Agung Tbk 270,773 220,867 318,370
(4)
Data Variabel Penelitian – Debt to Asset Ratio
No Nama Emiten Tahun
2007 2008 2009
1 Alam Sutera Realty Tbk 42.57% 42.34% 45.64%
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk 40.02% 44.56% 48.78%
3 Bukit Darmo Property Tbk 12.94% 30.83% 26.48%
4 Sentul City Tbk 10.97% 13.54% 17.97%
5 Bintang Mitra Semestaraya Tbk 0.50% 4.15% 37.45%
6 Citra Kebun Raya Agri Tbk 18.52% 4.02% 5.01%
7 Cowell Development Tbk 50.03% 42.69% 36.76%
8 Ciputra Development Tbk 17.06% 18.59% 18.62%
9 Ciputra Property Tbk. 10.64% 7.24% 5.94%
10 Ciputra Surya Tbk 26.97% 28.66% 29.47%
11 Duta Anggada Realty Tbk 80.15% 76.99% 79.29%
12 Intiland Development Tbk 44.16% 45.82% 44.53%
13 Duta Pertiwi Tbk 51.89% 40.72% 34.47%
14 Bakrieland Development Tbk 26.42% 37.60% 49.98% 15 Fortune Mate Indonesia Tbk 33.24% 40.45% 7.35% 16 Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk 68.89% 67.66% 65.81%
17 Perdana Gapuraprima Tbk. 58.72% 61.56% 56.50%
18 Jaya Real Property Tbk 37.62% 41.73% 45.31%
19 Kawasan Industri Jababeka Tbk 34.07% 46.30% 49.70% 20 Global Land Development Tbk 77.44% 17.24% 12.50%
21 Lamicitra Nusantara Tbk 73.41% 71.31% 67.20%
22 Laguna Cipta Griya Tbk 11.23% 10.41% 12.98%
23 Lippo Cikarang Tbk 64.29% 66.26% 69.66%
24 Lippo Karawaci Tbk 56.95% 58.77% 56.39%
25 Modernland Realty Ltd. Tbk 57.55% 43.60% 41.06% 26 Indonesia Prima Property Tbk 63.60% 70.84% 59.55% 27 New Century Development Tbk 62.55% 63.65% 63.56%
28 Pakuwon Jati Tbk 64.81% 69.40% 64.17%
29 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk 13.94% 9.36% 4.51% 30 Royal Oak Development Asia Tbk 4.63% 16.59% 12.02%
31 Suryainti Permata Tbk 53.01% 55.65% 48.86%
32 Suryamas Dutamakmur Tbk 65.19% 25.33% 25.95%
(5)
Data Variabel Penelitian – Degree of Operating Leverage
No Nama Emiten Tahun
2007 2008 2009
1 Alam Sutera Realty Tbk 17.86 1.83 -13.75
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk -141.87 0.40 -27.74
3 Bukit Darmo Property Tbk -1.61 -1.53 1.89
4 Sentul City Tbk 0.11 1.86 -2.03
5 Bintang Mitra Semestaraya Tbk -0.01 1.47 -0.12
6 Citra Kebun Raya Agri Tbk -0.56 10.09 0.12
7 Cowell Development Tbk -2.08 -26.44 5.11
8 Ciputra Development Tbk 1.25 4.08 -1.10
9 Ciputra Property Tbk. 3.63 -0.38 3.10
10 Ciputra Surya Tbk 0.68 0.99 1.99
11 Duta Anggada Realty Tbk 2.31 0.84 0.28
12 Intiland Development Tbk -11.30 4.76 1.51
13 Duta Pertiwi Tbk 2.31 1.90 -34.78
14 Bakrieland Development Tbk 1.38 0.94 -53.52
15 Fortune Mate Indonesia Tbk 0.68 0.24 1.91
16 Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk 3.93 72.43 9.39
17 Perdana Gapuraprima Tbk. 3.53 1.04 3.27
18 Jaya Real Property Tbk 0.74 1.88 3.59
19 Kawasan Industri Jababeka Tbk -2.38 2.56 3.81
20 Global Land Development Tbk 14.48 -0.91 -6.45
21 Lamicitra Nusantara Tbk 1.98 0.66 6.58
22 Laguna Cipta Griya Tbk 0.01 0.65 -5.08
23 Lippo Cikarang Tbk 4.33 0.98 2.20
24 Lippo Karawaci Tbk 0.32 0.04 7.09
25 Modernland Realty Ltd. Tbk -5.05 0.18 3.94
26 Indonesia Prima Property Tbk 1.75 3.86 5.35
27 New Century Development Tbk -187.95 1.03 2.55
28 Pakuwon Jati Tbk 1.01 -6.61 0.49
29 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk -2.02 46.75 2.60 30 Royal Oak Development Asia Tbk 201.78 2.96 -1.29
31 Suryainti Permata Tbk -2.96 0.65 1.12
32 Suryamas Dutamakmur Tbk -11.29 5.96 16.77
(6)
Data Variabel Penelitian – Price to Book Value
No Nama Emiten Tahun
2007 2008 2009
1 Alam Sutera Realty Tbk 2.02 1.21 0.82
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk 0.80 0.62 0.73
3 Bukit Darmo Property Tbk 2.36 1.23 0.89
4 Sentul City Tbk 1.82 1.83 0.43
5 Bintang Mitra Semestaraya Tbk 0.20 0.56 0.60
6 Citra Kebun Raya Agri Tbk 0.55 0.80 0.41
7 Cowell Development Tbk 2.22 2.73 2.26
8 Ciputra Development Tbk 1.85 0.80 0.81
9 Ciputra Property Tbk. 1.21 0.63 0.48
10 Ciputra Surya Tbk 1.73 0.76 0.55
11 Duta Anggada Realty Tbk 2.32 1.99 1.22
12 Intiland Development Tbk 2.34 1.58 1.20
13 Duta Pertiwi Tbk 0.78 0.80 0.63
14 Bakrieland Development Tbk 1.72 1.68 0.89
15 Fortune Mate Indonesia Tbk 1.15 0.89 0.99
16 Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk 0.51 0.33 0.15
17 Perdana Gapuraprima Tbk. 2.55 2.17 1.20
18 Jaya Real Property Tbk 3.39 2.31 1.36
19 Kawasan Industri Jababeka Tbk 1.87 1.05 0.79
20 Global Land Development Tbk 0.60 0.56 0.60
21 Lamicitra Nusantara Tbk 1.15 0.84 0.70
22 Laguna Cipta Griya Tbk 0.87 0.57 0.44
23 Lippo Cikarang Tbk 0.72 0.62 0.29
24 Lippo Karawaci Tbk 2.60 2.94 2.57
25 Modernland Realty Ltd. Tbk 1.37 0.68 0.34
26 Indonesia Prima Property Tbk 3.00 3.30 3.07
27 New Century Development Tbk 2.47 1.82 1.48
28 Pakuwon Jati Tbk 1.99 4.03 3.61
29 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk 0.23 0.28 0.23
30 Royal Oak Development Asia Tbk 0.80 1.09 0.64
31 Suryainti Permata Tbk 1.78 2.17 0.82
32 Suryamas Dutamakmur Tbk 1.01 0.84 0.35