Kata kunci: pemerolehan bahasa, neuro-psikolinguistik PENDAHULUAN - View of TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK (Tinjauan Neuro-Psikolinguistik)

  

LENTERA: Jurnal Ilmiah Kependidikan

STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG

  http://jurnal.stkippgribl.ac.id/index.php/lentera

  

TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

(Tinjauan Neuro-Psikolinguistik)

  Fitria Akhyar Universitas Lampung fitriaakhyar546@gmail.com

  

Abstract: The acquisition of a universal child language include: 1) pre-speech, 2)

babbling stage, 3) holophrastic, dan 4) combining worlds. Age benchmark in the

development stages of language acquisition in children is very relative. That is, at this

stage of development neurobiologinya children are able to pronounce certain sounds. At

the end of the process and stages of language acquisition, the child can use and

understand a large number of sentences, can engage in conversation and find out about

the ongoing written language.

  Keywords: language acquisition, neuro-psycholinguistics

Abstrak: Pemerolehan bahasa anak secara universal di antaranya: 1) tahap praujar (pre-

speech) , 2) tahap meraban/berceloteh (babbling stage), 3) tahap satu kata (holophrastic),

  dan 4) menggabungkan kata (combining worlds). Patokan umur dalam tahapan perkembangan penguasaan bahasa pada anak sangat relatif. Artinya, pada tahap perkembangan neurobiologinya anak sudah dapat mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Pada proses dan tahapam akhir pemerolehan bahasa, anak dapat meggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan dan mengetahui tentang bahasa tulisan.

  Kata kunci: pemerolehan bahasa, neuro-psikolinguistik

PENDAHULUAN pembelajaran bahasa. Dua faktor utama

  Proses pemerolehan bahasa pada yang dikaitkan dengan pemerolehan anak-anak merupakan satu hal yang perlu bahasa ialah faktor nurture dan diteliti lebih mendalam. Berbagai teori faktor nature. Nature merupakan pemero- dari bidang disiplin yang berbeda telah lehan bahasa yang sudah ada sejak lahir, dikemukakan oleh para ahli untuk sedangkan nurture merupakan peme- memaparkan proses ini berlaku dalam rolehan bahasa yang dipengaruhi oleh kalangan anak-anak. Diakui bahwa lingkungan secara alami. sistem-sistem linguistik telah dikuasai Bayi-bayi yang baru lahir sudah oleh individu kanak-kanak walaupun mulai mengenal bunyi-bunyi yang umumnya tidak dalam pengajaran formal. terdapat di sekitarnya. Brookes (dalam Pemerolehan bahasa merupakan satu Yusoff, 1995: 456-464) mengatakan proses perkembangan bahasa manusia. bahwa pemerolehan bahasa dalam bentuk Ada dua proses yang terlibat dalam yang paling sederhana bagi setiap bayi pemerolehan bahasa dalam kalangan bermula pada waktu bayi itu berumur anak, yaitu pemerolehan bahasa dan lebih kurang 18 bulan dan mencapai

  Tahap Perkembangan Bahasa Anak (Tinjauan Neuro-Psikolinguistik)

  bentuk yang hampir sempurna ketika berumur lebih kurang empat tahun. Pemerolehan bahasa dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari secara langsung, yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk mempelajarinya. Pengkajian tentang pemerolehan bahasa sangat penting terutamanya dalam bidang pengajaran bahasa. Pengetahuan yang cukup tentang proses dan hakikat menentukan keberhasilan dalam bidang pengajaran bahasa.

  Pemerolehan bahasa pertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasai oleh anak yang biasa disebut bahasa ibu. Setiap anak yang normal pada usia di bawah lima tahun dapat berkomunikasi dalam bahasa yang digunakan di lingkungannya, walaupun tanpa pembelajaran formal. Dalam usia ini pada umumnya anak-anak telah menguasai sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik dari bahasa pertamanya. Penguasaan atau perkembangan bahasa anak diperoleh secara bertahap.

  Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan karena anak pada umumnya masih menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap transisi dalam berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh mitra tuturnya. Untuk menjadi mitra tutur pada anak dan untuk dapat memahami maksud dari pembicaraan anak, mitra tutur harus menguasai kondisi atau lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan media di sekitar mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan kepada mitratutrnya di dalam berbicara. Selain menggunakan struktur bahasa yang masih kacau, anak-anak juga cenderung masih menguasai keterbatasan dalam kosakata dan dalam pelafalan fonemnya secara tepat. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

  Pemerolehan bahasa yang diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai sukses penguasaan yang lancar serta fasih terhadap bahasa ibu mereka atau yang sering dikenal dengan bahasa yang terbentuk dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini pemerolehan bahasa pada anak akan membawa anak pada kelancaran dan kefasihan anak dalam berbicara. Rentang umur anak di usia balita umumnya mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu dan ingatan cenderung lebih cepat sehingga dalam usia-usia tersebut sebaiknya mendapatkan pemerolehan bahasa yang baik, anak harus selalu dirangsang dengan sesuatu yang bersifat pedagogik atau pendidikan. Pendidikan bahasa pada anak-anak tersebut harus selalu di tingkatkan untuk memperoleh hasil berbicara yang baik.

  PERKEMBANGAN BAHASA ANAK Pemerolehan Bahasa

  Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.

  Lenneberg (dalam Brown, 1980: 21) menjelaskan bahwa bahasa merupakan pola tingkah laku spesifik dan bentuk persepsi kecakapan mengkatagori serta mekanisme bahasa secara biologis telah ditentukan. Sebagai kemampuan bawaan, LAD terdiri dari: (1) kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa ke dalam sejumlah bunyi yang lain; (2) kecakapan mengorganisasikan satuan bahas ke dalam sejumlah kelas yang akan berkembang kemudia; (3) pengetahuan tentang sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak

  Fitria Akhyar LENTERA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 (2017) 99-108

  mungkin; dan (4) kecakapan menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan sistem linguistik sehingga dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin di luar data linguistik yang ditemukan. Keterangan di atas menunjukkan bahwa LAD menyentuh berbagai aspek pemerolehan bahasa, misalnya aspek makna, abstaksi, dan kreativitas. belajar bahasa pertama (bahasa ibu) dalam tahun-tahun pertamanya dan proses itu terjadi hingga kira-kira umur lima tahun (Nababan dan Subyakto, 1992: 72). Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan kata lain, setiap anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang wajar memperoleh sesuatu bahasa, yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun- tahun pertama kehidupannya, kecuali ada gangguan pada anak tersebut.

  Proses pemerolehan bahasa merupakan suatu hal yang kontroversial antara para ahli bahasa. Permasalahan yang diperdebatan antara para ahli adalah pemerolehan bahasa yang bersifat nuture dan nature (Dardjowidjojo, 2010: 235). Ahli bahasa yang menganut aliran behaviorisme mengatakan bahwa pemerolehan bahasa bersifat nurture, yakni pemerolehan ditentukan oleh alam lingkungan. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa.

  Selain dari pengertian tersebut di atas ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.

  Penelitian mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998: 318).

  Jadi, yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses dimana saat pertama kali anak mengucapkan kata dengar dari orang dewasa, perlahan ia mengikutinya hingga ia mampu mengucapkan kalimat yang panjang dan rumit, saat itulah anak mulai memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa pada anak didapatkan dari lingkungannya sendiri yaitu mulai dari ibunya sendiri hingga orang-orang disekelilingnya.

  Hal yang patut dipertanyakan adalah bagaimana strategi si anak dalam memperoleh bahasa pertamanya dan apakah setiap anak memiliki strategi yang sama dalam memperoleh bahsa pertamanya? Berkaitan dengan hal ini, Dardjowidjojo, (2010: 243-244) menyebutkan bahwa pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak di mana pun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat- kodrat yang universal ini. Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input sekitarnya.

  Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yakni

  Tahap Perkembangan Bahasa Anak (Tinjauan Neuro-Psikolinguistik)

  Teori Pemerolehan Bahasa Pertama

  Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil di dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.

  2. Teori Nativisme

  B.F. Skinner adalah tokoh aliran behaviorisme. Menurut aliran ini, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan kepada suatu organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan, perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak ditinggalkan. Singkatnya, apabila ada reinforcement yang cocok, perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar. Namun demikian, banyak kritikan terhadap aliran ini. Chomsky mengatakan bahwa toeri yang berlandaskan conditioning dan reinforcement tidak bisa menjelaskan kalimat-kalimat baru yang diucapkan untuk pertama kali dan inilah yang kita kerjakan tiap hari. Bower dan Hilgard juga menentang aliran ini dengan mengatakan bahwa penelitian mutakhir tidak mendukung aliran ini. Aliran behaviorisme mengatakan bahwa semua ilmu dapat disederhanakan menjadi hubungan stimulus-response. Hal tersebut tidaklah benar karena tidak semua perilaku berasal dari stimulus-response.

  Sebagai contoh, seorang anak mengucapkan bilangkali untuk barangkali. Sudah pasti si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut. Apabila sutu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak mendapat kritikan karena pengucapannya sudah benar. Situasi seperti inilah yang dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal yang pokok bagi pemerolehan bahasa pertama.

  Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya.

  Berikut disajikan beberapa teori yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa pertama manusia.

  Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.

  kemampuan menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tturan orang lain. Jika dikaitkan dengan hal itu, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan , secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal.

  d.

  Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan.

  c.

  Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga- lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus.

  b.

  Dari pengertian di atas, dapat disim pulkan bahwa dalam pemerolehan bahasa: Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar tanpa beban dan berlangsung di luar sekolah (lingkungan tempat tinggalnya).

1. Teori Behaviorisme

  Fitria Akhyar LENTERA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 (2017) 99-108

  Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat mel alui “peniruan”. Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya.

  Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat “makanan” sebagaimana biasanya sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa pertama sebagaimana lazimnya seperti anak yang dipelihara oleh srigala (Baradja, 1990: 33).

  Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.

  Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa (Chaer, 2003: 223). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah.

  Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya memahami dunia melalui yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.

  4. Teori Interaksionisme

  Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.

3. Teori Kognitivisme

  Faktor intern dan ekstern dalam pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat berpengaruh. Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah ada LAD). Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa (Campbel, dkk., 2006: 2-3). Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga faktor yang

  Tahap Perkembangan Bahasa Anak (Tinjauan Neuro-Psikolinguistik)

  afektif). Hipotesis urutan alamiah menyatakan bahwa kita memperoleh kaidah bahasa dengan urutan yang dapat diperkirakan. Kaidah tertentu cenderung muncul lebih dini daripada kaidah lainnya dalam pemerolehan bahasa itu. Berbagai studi yang dilaporkan oleh Krashen memperkuat hipotesis ini.

  Tahap Perkembangan Bahasa Anak

  Hipotesis saringan afektif bertahan dengan perlunya keterbukaan dalam pemeroleban bahasa. Si pemeroleh perlu terbuka terhadap masukan itu. Saringan afektif akan menghambat si pemeroleh bahasa dalam memanfaatkan masukannya. Apabila saringan itu jalan, si pemeroleh mungkin saja memahami apa yang dipersepsinya tetapi masukan itu tidak akan mencapai alat pemerolehan bahasa. Hal ini terjadi manakala sipemeroleh tidak termotivasi, kekurangan kepercayaan diri. atau merasa risih terhadap lingkungannya.

  oleh orang tua atau orang dewasa lainnya manakala berbicara dengan anak-anak. Tuturan penjaga itu dimodifikasi untuk membantu pemahaman. kedua atau asing ada juga yang biasa dikenal dengan tuturan asing. Tuturan asing ini biasanya diperoleh oleh penutur asli manakala berbicara dengan orang yang mempunyai kompetensi berbahasa kurang. Anak yang diterjunkan dalam lingkungan alamiah untuk memperoieh bahasa kedua dapat hanya sedikit sekaii berbicara selama beberapa bulan sejak pajanan pertamanya dengan bahasa kedua itu. Penggunaan kaidah bahasa pertama dalam pemerolehan bahasa kedua juga menopang hipotesis masukan ini.

  speech), yaitu modifikasi yang dilakukan

  Hipotesis masukan menyatakan bahwa manusia itu memperoleh bahase hanya dengan satu cara yaitu dengan memahami pesan atau menerima masukan yang dipahami. Hipotesis masukan ini bertahan dengan pemerolehan bukan dengan pembelajaran. Dinyatakan bahwa kita memperoleh dengan memahami bahasa yang berisi struktur sed'kit melintasi tingkat kompetensi yang ada. Hal ini terbantu dengan konteks informasi yang bersifai ekstra linguistik. Hipotesis ini sejalan dengan apa yang dikenal dengan tuturan penjaga (caretaker

  Hipotesis pemantau mengetengah- kan bahwa pemerolehan dan pembelajaran digunakan dengan cara yang spesifik. Biasanya pemerolehan memprakarsai tuturan kita dan bertanggung jawab atas kefasihan kita. Adapun pembelajaran hanya mempunyai satu fungsi saja, yaitu sobagai pemantau atau penyunting. Pembelajaran hanya memainkan peran untuk mengubah bentuk tuturan kita, setelah diproduksi oleh sistem yang terperoleh. Ini dapat terjadi sebelum atau sesudah berbicara atau menulis. Hipotesis ini menyiratkan bahwa kaidah formal atau pembelajaran sadar, hanya memainkan peranan yang terbatas dalam performansi bahasa kedua.

  Filter hypothesis (hipotesis saringan

  memperngaruhi kemampuan berbahasa si anak. Banyak penemuan yang telah membuktikan hal ini.

  pemantau),(4) the Input hypothesis (hipotesis masukan), dan (5) the Affective

  Monitor hypothesis (hipotesis

  (hipotesis pemerolehan-pembelajaran), (hipotesis urutan alamiah),(3). the

  Acquisition-Learning hypothesis

  Menurut Krashen (dalam Thomas, 2006: 1) ada lima hipotesis yang dikemukakan Krashen terutama tahapan pemerolehan bahasa, yaitu; (1). the

  Hipotesis Pemerolehan Bahasa

  Steinberg (1982: 149-157) menjelaskan tiga tahap dalam pemerolehan bahasa, yakni (1) penamaan dan holofrasis, (2) telegrafis, dan (3) transformasional dan morfemis. Tahap pemerolehan bahasa ini berkaitan erat dengan performansi linguistik. Tahap- tahap pemerolehan bahasa yang dibahas dalam tulisan ini adalah tahap linguistik

  Fitria Akhyar LENTERA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 (2017) 99-108

  yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) tahap pengocehan (babbling); (2) tahap satu kata (holofrastis); (3) tahap dua kata; (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech) .

  Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dekur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Akan tetapi, bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas. Fromkin dan Rodman (1998: 395) menyebutkan bahwa bunyi tersebut tidak dapat dianggap sebagai bahasa. Sebagian ahli menyebutkan bahwa bunyi yang dihasilkan oleh bayi ini adalah bunyi- bunyi prabahasa/dekur/vokalisasi bahasa/tahap cooing.

  Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Celoteh merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da. Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti. Mar’at (2005: 43) menyebutkan bahwa tahap ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan. Dardjowidjojo (2010: 244) menyebutkan bahwa tahap celoteh terjadi sekitar umur 6 bulan. Tidak hanya itu. ada juga sebagian ahli menyebutkan bahwa celoteh terjadi pada umur 8 sampai dengan 10 bulan. Perbedaan pendapat seperti ini dapat saja. Yang perlu diingat bahwa kemampuan anak berceloteh tergantung pada perkembangan neurologi seorang anak.

  Pada tahap celoteh ini, anak sudah menghasilkan vokal dan konsonan yang berbeda seperti frikatif dan nasal. Mereka juga mulai mencampur konsonan dengan vokal. Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti dengan vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/. dengan demikian, strukturnya adalah K-V. Ciri lain dari celotehan adalah pada usia sekitar 8 bulan, stuktur silabel K-V ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur seperti:

  K1 V1 K1 V1 K1 V1…papapa mamama bababa…

  Orang tua mengaitkan kata papa dengan ayah dan mama dengan ibu meskipun apa yang ada di benak tidaklah kita ketahui. Tidak mustahil celotehan itu hanyalah sekedar artikulatori belaka (Djardjowidjojo, 2010: 245).

1. Vokalisasi Bunyi

  Begitu anak melewati periode segmen-segmen fonetik yang merupakan balok bangunan yang dipergunakan untuk mengucapkan perkataan. Mereka belajar bagaimana mengucapkan sequence of segmen, yaitu silabe-silabe dan kata-kata. Cara anak-anak mencoba menguasai segmen fonetik ini adalah dengan menggunakan teori hypothesis-testing (Clark & Clark dalam Mar’at, 2005: 43). Menurut teori ini anak-anak menguji coba berbagai hipotesis tentang bagaimana mencoba memproduksi bunyi yang benar. Pada tahap-tahap permulaan pemerolehan bahasa, biasanya anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan sebagai berikut:

  (1) menghilangkan konsonan akhir (2) mengurangi kelompok konsonan menjadi segmen tunggal:

  (3) menghilangkan silabel yang tidak diberi tekanan

  (4) reduplikasi silabel yang sederhana Menurut beberapa hipotesis, penyederhanaan ini disebabkan oleh memory span yang terbatas, kemampuan representasi yang terbatas, kepandaian artikulasi yang terbatas (Mar’at, 2005: 46- 47).

  2. Tahap Satu-Kata atau Holofrastis

  Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran- ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari- hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama.

  Tahap Perkembangan Bahasa Anak (Tinjauan Neuro-Psikolinguistik)

  pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di sini). Mula-mula, kata-kata itu di situ, tetapi sesudah lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?” dan “Ma” dapat juga berarti “Gambar seorang wanita di majalah itu adalah mama”.

  Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dalam bentuknya, kata-kata yang diucapkan itu terdiri dari konsonan- konsonan yang mudah dilafalkan seperti m,p,s,k dan vokal-vokal seperti a,i,u,e.

  Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau pada tahap holofrastis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan sebagainya.

  4. Ujaran Telegrafis

  Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda (multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa. seorang anak belajar B1-nya secara bertahap dengan caranya sendiri. Ada teori yang mengatakan bahwa seorang anak dari usia dini belajar bahasa dengan cara menirukan. Namun, Fromkin dan Rodman (1998: 403) menyebutkan hasil peniruan yang dilakukan oleh si anak tidak akan sama seperti yang diinginkan oleh orang dewasa. Jika orang dewasa meminta sang anak untuk menyebutkan “He’s going out”, si anak akan melafalkan dengan “He go out”. Ada lagi teori yang mengatakan bahwa seorang anak belajar dengan cara penguatan (reinforcement), artinya kalau seorang anak belajar ujaran- ujaran yang benar, ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian, misalnya bagus, pandai, dsb. Akan tetapi, jika ujaran- ujarannya salah, ia mendapat “penguatan negatif”, misalnya lagi, salah, tidak baik.

3. Tahap Dua-Kata, Satu Frase

  Pandangan ini berasumsi bahwa anak itu harus terus menerus diperbaiki bahasanya kalau salah dan dipuji jika ujarannya itu benar.

  Teori ini tampaknya belum dapat diterima seratus persen oleh para ahli psikologi dan ahli psikolinguistik. Yang benar ialah seorang anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa sendiri. Tidak semua anak menunjukkan kemajuan-kemajuan yang sama meskipun semuanya menunjukkan kemajuan- kemajuan yang reguler.

  Atchison dan Cruterden (dalam Pateda, 1990: 59) menggambarkan hubungan tahap pemerolehan bahasa dan performansi linguistik. Selain pemerolehan bahasa pada anak yang

  Fitria Akhyar LENTERA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 (2017) 99-108

  berlangsung secara fungsional, ada usia 6 tahun tatabahasa yang

  • – beberapa pemerolehan bahasa anak diperlihatkan anak-anak mendekati Universal. Tahap-tahap tersebut ialah: tata bahasa yang digunakan orang a.

  dewasa. Praujar (Pre-speech)

  Banyak hal yang sangat penting yang berlangsung sebelum bayi Secara lebih lengkap, Niar dan mengucapkan kata-kata dalam Sariasih (2015: 8-9) memberikan sintesis bahasa mereka untuk pertama terkait dengan performansi linguistik pada kalinya: bayi belajar untuk anak sebagai berikut.

  Tabel 1

  memberikan perhatian terhadap

  Perfomansi Linguistik

  ujaran, perhatian terhadap intonasi,

  Umur Perfomansi Linguistik mereka mengenal berbicara.

  0,3 Mulai meraba

  b. Meraban/Berceloteh Tahap 0,9 Pola intonasi telah terdengar

  (babbling stage)

  1,0 Kalimat satu kata

  Tahap ini dimulai ketika bayi mulai (holopharases)

  1.3 Lapar kata (lexical over-

  berusia beberapa bulan. Dunia

  generalization)

  celoteh bayi dimulai kira-kira usia

  1,8 Ujaran dua kata

  empat sampai enam bulan. Ditandai

  2,0 Infleksi, kalimat tiga kata

  oleh bunyi-bunyi yang tidak bisa

  (telegraphic)

  membedakan secara tepat adanya

  2,3 Mulai menggunakan kata ganti

  perbedan bunyi-bunyi bahasa,

  2,6 Kalimat tanya, kalimat negasi,

  banyak diantara bunyi-bunyi ujaran

  kalimat empat kata, pelafalan

  tersebut tidak merupakan ujaran

  vokal telah sempurna

  dalam bahasa yang sedang dipakai

  3,6 Pelafalan konsonan telah dan tidak bermakna. sempurna c.

  Tahap Satu Kata (holophrastic)

  4,0 Kalimat sederhana yang tepat,

  Bayi mampu menuturkan kakta-kata

  tetapi masih terbatas

  pertama dalam kehidupan mereka

  5,0 Kanstruksi morfologis, sintaksis

  pada usia sembilan bulan, misalnya

  telah sempurna

  mama, dada (kata-kata ini mirip 10,0 Matang bicara dengan babbling). Anak tuli bisu yang orang tuanya menggunakan Pengetahuan mengenai pemero- bahasa tanda mulai membuta bahasa lehan bahasa dan tahapnya yang paling tanda (isyarat) pada usia sekitar pertama di dapat dari buku-buku harian delapan bulan. Pada tahapan ini yang disimpan oleh orang tua yang juga kata-kata yang diutarakan seringkali peneliti ilmu psikolinguistik. Dalam studi- disederhanakan agar anak mudah studi yang lebih mutakhir, pengetahuan untuk menirunya. ini diperoleh melalui rekaman-rekaman d. dalam pita rekaman, rekaman video, dan

  Menggabungkan Kata (Combining worlds) eksperimen-eksperimen yang direncana- Usai 18 bulan sampai 2 tahun. kan. Ada sementara ahli bahasa yang Menjelang usai 2,5 tahun membagi tahap pemerolehan bahasa ke kebenyakan anak-anak berbicara dalam tahap pralinguistik dan linguistik. dengan menggunakan kalimat yang

  Akan tetapi, pendirian ini disanggah oleh mengandung banyak kata, meskipun banyak orang yang berkata bahwa tahap tata bahasanya sangat tidak pralinguistik itu tidak dapat dianggap sempurna. Tahap ini berkembang bahasa yang permulaan karena bunyi- dengan cepat ketahap kelima yaitu bunyi seperti tangisan dan rengekan pemerolehan bahasa. Menjelang dikendalikan oleh rangsangan (stimulus)

  Tahap Perkembangan Bahasa Anak (Tinjauan Neuro-Psikolinguistik)

  semata-mata, yaitu respons otomatis anak pada rangsangan lapar, sakit, keinginan untuk digendong, dan perasaan senang.

DAFTAR PUSTAKA

  Patokan umur dalam tahapan perkembangan penguasaan bahasa pada anak sangat relatif. Artinya, pada tahap perkembangan neurobiologinya anak sudah dapat mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Namun, pada segi sintaksis, dengan struktur sintaksis dan dapat dipahami maknanya dan dia pun mampu memahami makna yang diucapkan lawan bicaranya sehingga lancar dalam berkomunikasi. Pada akhir masa anak usia dini, mereka dapat meggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan dan mengetahui tentang bahasa tulisan.

  (2005).

  . “Teori Pemelajaran Sosial dan Pemerolehan Bahasa Pertama”. Jurnal Dewan Bahasa, Mei. 456-464.

  Yusoff, Abdullah dan Mohamed, Che Rabiah. (1995)

  Cambridge UNiversity Press., h.149-157

  Semantics: An Interdiciplinary Reader in Philosophy Linguistics and Psychology. London:

  . Jogjakarta: Nusa Indah. Steinberg, Danny D (Ed.). (1982).

  Psikolinguistik

  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pateda, Mansoer. (1990). Aspek-Aspek

  Psikolinguistik: Suatu Pengatar .

  Bandung: PT Refika Aditama. Nababan dan Subyakto, Sri Utari. (1992).

  Psikolinguistik Suatu Pengantar .

  Mar’at, Samsunuwiyati.

  Ketika pada masa peniruan, si anak akan mencoba meniru ucapan yang diujarkan orang dewasa. Untuk itu orang dewasa dalam berujar ketika sedang bersama dengan anak kecil haruslah menggunakan bahasa yang baik agar si anak meniru bahasa yang baik itu. Kita sebagai orang dewasa harus mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh pada saat kita bertindak ujar ketika berhadapan dengan anak-anak yang akan menirukan gaya kita, ucapan, maupun ekspresi wajah kita. Sebagai orang dewasa yang mengerti dan peduli terhadap pertumbuhan anak dalam berbahasa, sebaiknya kita tindak lanjuti bagi siapa saja orang yang bertutur tidak baik dihadapan anak-anak. Meskipun kita tahu sebagai manusia yang mengetahui bahwa bahasa kita bahasa pertama itu berasal dari bahasa ibu, tapi gunakanlah bahasa yang baik dan sesuai pergunakanlah pada tempatnya.

  Language . USA: Harcourt Brace Company.

  SIMPULAN

  Obor Indonesia. Fromkin, Victoria & Rodman, Robert.

  linguistik: Pengatar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan

  Darjowodjojo, Soenjono. (2010). Psiko-

  Kajian Teoretik . Jakarta: Rineka Cipta.

  Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences . Depok: Intuisi Press.

  New Jersey: Prentice-Hall Inc. Campbel, dkk. (2006). Metode Praktis

  Brown, Douglas H. (1980). Principles of Language Learning and Teaching .

  Pengajaran Bahasa . Malang: IKIP

  Baradja, M.F. (1990). Kapita Selekta

  (1998). An Introduction to

Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SEMESTER GENAP SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif

0 1 11

ANALISIS PENYEBAB MACETNYA PINJAMAN KONSUMEN PADA KOPERASI ASKES (KOPKARKES) LAMPUNG KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Sari Narulita STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Analisis Penyebab Macetnya Pinjaman Konsumen pada Koperasi ASKES (

0 0 15

PENGETAHUAN SOSIOLINGUISTIK SEBAGAI DASAR KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN DI DALAM MASYARAKAT Hastuti STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Pengetahuan Sosiolinguistik Sebagai Dasar Keterampilan Komunikasi Lisan dalam Masyarakat

0 0 10

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP MTS AL-KHAIRIYAH KANGKUNG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 20152016 Rika Aprilia SDN 1 Gunung Terang, Lampung ABSTRACT - View of Hubungan Motiv

0 0 11

PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN SQ3R ( SURVEY, QUESTION, READ, RECITED, REVIEW) TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 KOTA AGUNG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 20152016 NUR FITRIA STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Penga

0 0 8

View of Vocabulary is meaningful of words or can be meaning full of sentences. Vocabulary is also something or mentality that owned by human being in its consciousness and the “something” is given inherently to name, describe a certain thing or condition.

0 0 7

PENGARUH MODEL ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 17 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 20142015 Hesti Noviyana STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Pengaruh Model Rotating Trio Ex

0 1 8

AN ANALYSIS OF DEIXIS USED BY AN ENGLISH TEACHER AT THE EIGHTH GRADE OF MTSN 1 BANDAR LAMPUNG Febriyanti STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of An analysis of Deixis Used by an English Teacher at The Eighth Grade of MTSN 1 Bandar Lampung

0 0 6

PERBEDAAN HASIL BELAJAR KELAS REGULER DAN EKSTENSI DALAM MATA KULIAH PENYUNTINGAN DI UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI TAHUN AJARAN 20152016 Astuti Samosir Universitas Indraprasta PGRI ABSTRACT - View of Perbedaan Hasil Belajar Kelas Regular dan Ekstensi dalam

0 0 17

View of Mencari Karakter Pendidik yang Ideal bagi Indonesia (Dalam Cerita dan Realita dari Masa ke Masa)

0 0 10