Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah terhadap Patogen Moler

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Bernadip et al.

  

KEANEKARAGAMAN JAMUR DAN BAKTERI RIZOSFER BAWANG MERAH TERHADAP

PATOGEN MOLER

(Diversity of Fungi and Bacteria of Shallot Rizosphere Against Moler Pathogen)

Bayu Rahmad Bernadip*, Hadiwiyono, Sudadi

  Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia

  

Contact author : * bernadip91@yahoo.co.id

ABSTRACT

  The diversity of microorganisms is important in maintaining soil environment

equilibrium, include hindering plant pathogens as moler. Moler is a disease caused by

Fusarium oxysporum f. sp. cepae (FOCe) that cause lost all the crops of shallot. Research

is aimed to study the fungus and bacteria diversity of shallot rizosphere and their

antagonism against FOCe which important to be biological agent of moler disease. The

study was held in a descriptive explorative method, soil samples taken to know the

relation of plant condition with fungus and bacteria diversity of shallot rhizosphere and

their antagonism against FOCe. Fungus and bacteria were isolated from both of healthy

and moler diseased of shallot rhizosphere. The result showed that healthy and moler

diseased shallot rhizosphere had population of fungus and bacteria with no differences

and had medium level of fungus and bacteria diversity. The fungus and bacteria isolated

from healthy shallot rhizosphere had stronger antagonism against FOCe.

  Keywords: antagonism, bacteria, diversity, fungus, Fusarium PENDAHULUAN maupun setelah panen (Santoso 1988).

  Keanekaragaman mikroorganisme Moler merugikan bagi praktik budidaya penting dalam keseimbangan ekosistem bawang karena dapat mengakibatkan tanah (Fachrul 2008), juga merupakan produksi menurun hingga 50% indikator kesehatan tanah (Mazzola (Wiyatiningsih 2003) bahkan gagal panen.

  2004) dan dapat mempengaruhi kondisi Menurut Departemen Pertanian tanaman yang tumbuh di atasnya. (2011), cara pengendalian yang umum

  Mikroorganisme dapat melindungi dilakukan adalah dengan menggunakan tanaman dari penyakit dengan menekan pestisida. Upaya penekanan hayati terhadap serangan penyakit bawang patogen tanah melalui sifat merah menggunakan agens hayati antagonisme (Hanafiah et al. 2005).

  

Fusarium oxysporum f.sp. cepae (FOCe) masih jarang dilakukan petani (Santoso

  et al. 2007). Menurut Cook dan Baker merupakan jamur patogen penyebab (1983), salah satu syarat suatu penyakit busuk pangkal bawang atau organisme sebagai agens hayati adalah moler, jamur tersebut masih bisa hidup mempunyai kemampuan antagonisme, di dalam tanah tanpa inang (Semangun yaitu kemampuan menghambat

  2001). FOCe menginfeksi bawang pada perkembangan atau pertumbuhan bagian tubuh bawang yang terluka, organisme lainnya. Penggunaan misal karena aktivitas saat budidaya

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014

BAHAN DAN METODE

  1− 2

  (Restu 2002)

  1,0 < H’ < 3,322 Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang H’ > 3,322 Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis

  Nilai Tolak Ukur Keterangan H’ < 1,0 Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil

  Tabel 1. Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman

  Data yang didapat dianalisis korelasi untuk mengetahui hubungan sifat-sifat tanah, keanekaragaman jamur dan bakteri, antagonisme jamur dan bakteri rizosfer bawang merah terhadap FOCe. Uji F dengan taraf 95% digunakan

  menjauhi koloni mikroorganisme antagonis uji, R2 = jari-jari koloni patogen yang mendekati koloni mikroorganisme antagonis uji.

  R1 = jari-jari koloni patogen yang

  100%

  1

  Hambatan (%) =

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Berdadip et al.

  Pengamatan dilakukan terhadap persentase besarnya hambatan.

  dual culture pada media PDA.

  Uji antagonisme isolat jamur dan bakteri terhadap FOCe dilakukan secara

  ’= indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, S= jumlah jenis, P i = proporsi jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu total contoh. Nilai indeks kemudian diartikan dengan Tabel 1.

  H

  Keanekaragaman jamur dan bakteri rizosfer bawang merah dianalisis menggunakan indeks Shannon (H’) (Ludwig dan Reynolds 1988).

  (Waluyo 2008).

  Tanah asal Tawangmangu dan Ngargoyoso merupakan tanah Andisols, tanah asal Palur merupakan tanah Vertisols, dan Bantul merupakan Entisols. Tanah rizosfer dianalisis sifat tanah, populasi jamur dan bakteri, tingkat keanekaragaman, dan antagonisme jamur dan bakteri rizosfer bawang merah terhadap FOCe. Jamur dan bakteri diisolasi dan dimurnikan berdasarkan karakter morfologi koloni pada media potato dextrose agar (PDA) untuk jamur dan nutrient agar (NA) untuk bakteri. Populasi jamur dan bakteri diamati melalui teknik pengenceran berseri (dillution method)

  Sampel tanah rizosfer bawang merah diambil dari Bantul, Ngargoyoso, Palur dan Tawangamangu pada kondisi tanaman sehat dan sakit moler. Rizosfer merupakan bagian tanah yang memiliki aktivitas metabolisme tertinggi, didefinisikan sebagai sebagian kecil volume tanah yang langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan dan metabolisme akar tanaman (Niswati et al. 2008). Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif eksploratif.

  mikroorganisme antagonis untuk pengendalian hayati dianggap lebih aman dan mendukung kesehatan lingkungan.

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014

  Sakit 5,8 3,18 0,68 35,22 10,17 48,9 29,0 22,1 Loam Ngargoyoso Sehat 6,1 3,38 0,50 41,24 11,82 40,5 37,6 21,8 Loam Sakit 6,3 3,43 0,63 38,44 9,21 46,8 25,3 27,9 Loam

Palur Sehat 6,4 0,75 0,31 27,25 6,43 16,8 35,1 48,1 Berklei

Sakit 6,4 0,82 0,37 23,93 5,88 25,7 28,7 45,6 Berklei

Bantul Sehat 5,7 0,63 0,12 18,61 3,69 63,2 25,5 11,3 Loam pasiran

Sakit 5,7 0,62 0,18 16,24 3,43 65,5 27,3 7,2 Loam pasiran

  Hasil analisis tanah juga menunjukkan meskipun tidak berbeda nyata, persentase pasir dalam tekstur rizosfer bawang merah sakit lebih besar daripada rizosfer bawang sakit moler. Tekstur dapat pula berpengaruh terhadap penyakit moler. Tekstur tanah berpasir meningkatkan reproduksi nematoda dalam tanah (Barker dan Weeks 1991). FOCe dapat masuk ke dalam jaringan tanaman melalui luka yang disebabkan oleh nematoda.

  Debu (%) Klei (%) Kelas tekstur Tawang mangu Sehat 5,7 3,07 0,74 46,89 9,21 47,8 32,2 20,1 Loam

  K tersedia (ppm) Pasir (%)

  N total (%)

P tersedia

(ppm)

  Daerah Kondisi Tanaman pH BO (%)

  Tabel 2. Beberapa sifat fisik dan kimia tanah rizosfer bawang merah sehat dan sakit moler di beberapa daerah

  Tanah rizosfer bawang merah sehat bila diperhatikan memiliki kandungan bahan organik lebih rendah, N total lebih rendah, P tersedia dan K tersedia lebih tinggi. Perkembangan penyakit tular tanah dapat didukung oleh kandungan bahan organik. Infeksi penyakit pada tanaman dapat meningkat dengan adanya bahan

  Rizosfer bawang merah asal Palur meski tidak berbeda nyata, memiliki rata- rata pH tanah lebih tinggi (pH= 6,4) dari daerah lain. Tanah Vertisols mengandung jenis mineral liat montmorilonit yang dapat meningkatkan pH dan kapasitas penyangga dari tanah serta oksidasi aldehida (Martin dan Haider 1986). Kondisi pH tinggi dapat menjadikan kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan jamur, seperti mengganggu dalam pembentukan spora. Kondisi pH tinggi juga dapat menghambat perkecambahan spora patogen (Agrios 1997).

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Bernadip et al.

  Fusarium oxysporum sangat sesuai pada tanah dengan kisaran pH 4,5-6,0.

  penelitian Santoso et al. (2007) menyimpulkan bahwa pH sekitar 5,4 mendukung intensitas penyakit yang tinggi pada bawang merah. Djaenuddin (2011) melaporkan pula bahwa

  Fusarium (Bonanomi et al. 2010). Hasil

  Analisis tanah komposit menunjukkan bahwa rizosfer bawang merah pada beberapa daerah pengamatan memiliki derajat keasaman (pH) tanah cenderung asam. Kondisi pH tanah yang asam meningkatkan potensi penyakit yang diakibatkan oleh spesies

  HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Tanah Rizosfer Bawang Merah

  untuk mengetahui kemampuan antagonisme jamur dan bakteri, dilanjutkan dengan uji DMRT. Uji T taraf 95% digunakan untuk mengetahui perbandingan populasi, dan kemampuan penghambatan jamur dan bakteri rizosfer bawang merah dan sakit moler dari beberapa daerah.

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Berdadip et al.

  organik, karena bahan tersebut memberikan sumber energi bagi eksistensi mikroorganisme saprofitik (Sutedjo et al. 1991). FOCe merupakan jamur parasit fakultatif yang dapat hidup meski tanpa inang atau bersifat saprofit. Kandungan P tersedia dan K tersedia rizosfer bawang merah sehat lebih banyak daripada bawang merah sakit moler. Unsur P memiliki fungsi terhadap pertumbuhan tanaman terutama pada akar dan batang. Fosfor membantu mempercepat perkembangan akar, meningkatkan efisiensi penggunaan air, dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Winarso 2005). Kalium berfungsi meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit karena dapat memperkuat batang (Rosmarkam dan Nasih 2002). Peranan positif unsur P dan K dalam daya ketahanan terhadap penyakit juga dilaporkan oleh Hadiwiyono et al. (2009) bahwa unsur P dan K yang lebih tinggi mungkin juga terlibat pada kesupresifan tanah terhadap busuk pangkal bawang putih di Tawangmangu. Dijelaskan pula oleh Semangun (2004) bahwa penyakit yang disebabkan Fusarium akan berkembang lebih besar bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin kalium. Agrios (2005) menjelaskan bahwa nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan resistensi tanaman terhadap serangan patogen cenderung lebih rendah karena pertumbuhan jaringan tanaman yang sukulen. Hasil analisis tanah rizosfer bawang merah dapat dilihat pada Tabel 2.

  Populasi Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah

  Hasil penghitungan populasi jamur dan bakteri pada rizosfer bawang merah sehat dan sakit moler tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara kedua rizosfer memiliki tingkat yang sama dalam ketersediaan makanan, ketersediaan air, dan ekologi lain yang mendukung (Winarso 2005). Kondisi populasi jamur dan bakteri sendiri dapat dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah. Kondisi pH tanah dapat mempengaruhi populasi jenis mikrob dalam tanah. Kondisi pH tanah rizosfer bawang merah pada kondisi sakit rata-rata memiliki pH yang lebih tinggi (pH = 6,05) daripada kondisi sehat moler (pH = 5,95). Jamur lebih dominan pada tanah masam

  Tabel 3. Populasi jamur dan bakteri rizosfer bawang merah sehat dan sakit moler di beberapa daerah

  Kelompok Daerah Tanaman sehat Tanaman sakit moler Jamur (CFU) Tawangmangu 1,6 x 10 3a 5, 9 x 10 3a Ngargoyoso 3,9 x 10 3a 8,4 x 10 2a

Palur 3,1 x 10

3a 1,6 x 10 3a

Bantul 8,6 x 10

3a 2,6 x 10 3a Bakteri (CFU) Tawangmangu 1,94 x 10 7a 1,8 x 10 7a

Ngargoyoso 6,24 x 10

6a 4,5 x 10 6a

Palur 9,8 x 10

6a 1,3 x 10 7a

Bantul 1,5 x 10

7a 2,2 x 10 7a Keterangan : Angka dalam satu daerah yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T (P < 0,05)

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014
Po p u las i (10 3 CF U )

  

Indeks < 1,0 = keanekaragaman rendah. 1,0 < indeks < 3,322 = keanekaragaman sedang. Indeks >

3,322 = keanekaragaman tinggi.

  1

  Bantul Sehat 1,33 1,91 Sakit 1,95 1,36

  Palur Sehat 1,04 1,82 Sakit 1,04 1,04

  Ngargoyoso Sehat 1,73 2,16 Sakit 1,55 1,43

  Tawangmangu Sehat 1,35 1,64 Sakit 2,14 0,96

  Tabel 4. Indeks keanekaragaman jamur dan bakteri rizosfer bawang merah sehat dan sakit moler di beberapa daerah Daerah Kondisi Tanaman Jamur Bakteri

  2 Bakteri Sehat Sakit Po p u las i (10 7 CF U )

  1.5

  5 Jamur 1,26 a 1,44 a

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Bernadip et al.

  4

  3

  2

  2,74 a

  Gambar 1. Populasi jamur dan bakteri rizosfer pada kondisi bawang merah sehat dan sakit moler 4,3 a

  Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji T (P < 0,05)

  Populasi mikroorganisme dapat pula dipengaruhi oleh eksudat akar. Niswati et al. (2008) menyampaikan bahwa populasi dan keanekaragaman mikroorganisme diduga dipengaruhi oleh eksudat yang dikeluarkan oleh akar tanaman. Eksudat akar mempengaruhi pembentukan populasi mikroorganisme rizosfer (Badri et al. 2009). Produksi eksudat akar tanaman dipengaruhi oleh umur atau fase pertumbuhan tanaman (Guckert et al. 1991). Variasi eksudat yang dikeluarkan oleh akar baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas dan kuantitas mikroorganisme di dalam perakaran (Subba Rao 1994).

  sedangkan bakteri lebih melimpah pada kondisi netral. Populasi jamur optimum pada pH tanah yang asam, penurunan keasaman tanah akan meningkatkan jumlah bakteri (Sutedjo et al. 1991). Hubungan tersebut terlihat pada populasi jamur dan bakteri rizosfer bawang merah. Jamur pada rizosfer bawang merah sehat cenderung lebih banyak, dan bakteri cenderung lebih banyak pada rizosfer sakit moler meskipun tidak berbeda nyata.

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014

60 Jamur

  40

  Pengh amb at an (% )

  Pengh amb at an (% )

  60 Bakteri Sehat Sakit

  50

  40

  30

  Sehat Sakit 51,42 a 34,15 b

  50

  30

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Berdadip et al.

  58,58 a 40,81 b

  Gambar 2. Penghambatan pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp. cepae oleh jamur dan bakteri rizosfer bawang merah pada kondisi tanaman sehat dan sakit di media PDA.

  Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T (P < 0,05)

  Hasil uji antagonisme menunjukkan beberapa jamur dan bakteri rizosfer bawang merah memiliki kemampuan penghambatan terhadap koloni FOCe. Potensi antagonisme ditunjukkan dengan adanya zona hambatan (Supriadi 2006). Zona hambatan merupakan bentuk interaksi mikroorganisme antagonis yang menimbulkan efek merugikan terhadap mikroorganisme lain (Batzing 2002). Kondisi tanaman sehat lebih menunjukkan adanya keberadaan jamur dan bakteri antagonis terhadap FOCe yang lebih banyak dan memiliki kemampuan antagonis yang lebih besar. Perbedaan kemampuan penghambatan terhadap FOCe ditunjukkan lebih jelas pada Gambar 2. Kemampuan penghambatan terhadap FOCe pada rizosfer bawang merah sehat menunjukkan bahwa adanya hubungan antara total aktivitas mikroorganisme terhadap tanah supresif (Peres 2006).

  Uji Antagonisme Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah terhadap FOCe

  Keberadaan jamur dan bakteri mampu memberikan pengaruh terhadap aktivitas mikrob patogen tanah. Komposisi, keragaman, dan aktivitas mikroorganisme penting untuk diperhitungkan dalam penekanan penyakit (Bonilla et al. 2012). Garbeva et al. (2006) melaporkan bahwa terdapat beberapa laporan yang menjelaskan adanya hubungan langsung antara besarnya indeks keanekaragaman dan penekanan penyakit.

  Hal tersebut berarti produktivitas cukup, tekanan ekologis sedang, dan kondisi ekosistem cukup seimbang. Tingkat keanekaragaman mikroorganisme dipengaruhi oleh interaksi antara tanaman, kesuburan tanah, kondisi lingkungan fisik, dan tekanan mikroorganisme lain (Subba Rao 1994).

  Hasil indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa keanekaragaman jamur dan bakteri rizosfer bawang merah sehat dan sakit termasuk dalam kategori sedang (1,0 < H ’ < 3,322).

  Analisis Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Bernadip et al.

  80 63,75 a 58,75 ab

  60 47,74 ab 45,48 ab 41,73 abc

  37,35 abc 33,8 bc

  40 17,7 c

20 TH TK NH NK PH PK BH BK

  

TH = Tawangmangu sehat, TK = Tawangmangu sakit, NH = Ngargoyoso sehat, NK =

Ngargoyoso sakit, PH = Palur sehat, PK = Palur sakit, BH = Bantul sehat, BK = Bantul

sakit. Angka yang diikuti huruf yang sama tidak beda nyata (P < 0,05).

  Gambar 3. Penghambatan pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp. cepae oleh jamur dan bakteri rizosfer bawang merah sehat dan sakit moler dari beberapa daerah pada media PDA.

  cepae yang lebih besar secara in vitro

  Kemampuan penghambatan jamur dan bakteri pada rizosfer bawang merah dibanding yang berasal dari rizosfer Palur diketahui cenderung lebih besar. bawang merah sakit moler. Meski berbeda tidak nyata, rata-rata

UCAPAN TERIMA KASIH

  kemampuan penghambatan jamur dan Penelitian ini merupakan bagian bakteri asal Palur terhadap FOCe dari penelitian unggulan Perguruan sebesar 63,75%. Kandungan Tinggi UNS 2014 dengan judul montmorilonit pada tanah Vertisols Pemaduan Konsorsia Mikroba

  Palur dapat meningkatkan derajat Fungsional Penyedia Hara dan Agens penghambatan karena meningkatkan Hayati Pencegah Penyakit Tular Tanah pH tanah pada tingkat yang kondusif sebagai Biofilmed Biofertilizer. Penulis bagi pertumbuhan mikroba (Stotzky mengucapkan terima kasih atas

  1986). Perbandingan kemampuan dukungan dana yang telah diberikan. penghambatan pertumbuhan FOCe oleh jamur dan bakteri dilihat dari rizosfer

DAFTAR PUSTAKA

  bawang merah sehat dan sakit moler

  th

  Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology 5 ditampilkan pada Gambar 3. ed. Academic Press. New York (NY).

  KESIMPULAN th

  Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology 4 Jamur dan bakteri rizosfer bawang ed. Academic Press. New York merah sehat dan sakit moler memiliki (NY). tingkat keanekaragaman yang sedang Badri D.V., Vivanco, J.M. 2009. menurut indeks Shannon. Jamur dan

  Regulation and Function of Root bakteri asal rizosfer bawang merah Exudates. Plant Cell Environ sehat memiliki kemampuan hambat 32:666-681. pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp.

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014

  Niswati, A., Sri Yusnaini, M. Achmad, S.A. 2008. Populasi Mikroorganismea Pelarut Fosfat dan P-Tersedia pada Rizosfer Beberapa Umur dan Jarak Dari Pusat Perakaran Jagung (Zea mays L.). J Tan Trop 13(2):123-130.

  AG3. Environ Microbiol 8: 233 – 246. Guckert, F.M., Chavanon, M., J.L. Morel,

  Mazzola, M. 2004. Assessment and Management of Soil Microbial Community Structure For Disease Suppression. Phytopathology 4(2):35-59.

  Martin, J.P., Haider, K. 1986. Pengaruh Koloid Mineral Terhadap Laju Pengembangan Karbon Organik Tanah. In: Huang PM Dan Schnitzer (Eds). Interaksi Mineral Tanah Dengan N Organik Alami dan Mikroba. UGM Press. Yogyakarta (ID).

  Statictical Ecology A Primer on Methods and Computing. John Wiley and Sons. New York (NY).

  Raja Grafindo Persada. Jakarta (ID). Ludwig, J.A., Reynolds, J.F. 1988.

  Putih di Tawangmangu, Karanganyar. Sains tanah 6(1):1-6. Hanafiah, A.K., Anas, I., Napoleon, A., Ghofar, A. 2005. Biologi Tanah.

  Oxysporum F.Sp. Cepae) Bawang

  Kesupresifan Tanah Terhadap Busuk Pangkal (Fusarium

  Hadiwiyono, R.D. Wuspada, S. Widono, S.H. Poromarto, Z.D. Fatawi. 2009.

  G. Villemin. 1991. Root Exudation in Beta Vulgaris : A Comparizon With Zea Mays. In Plant Roots and Their Environment, Proceeding of An ISRR- Symposium, Mcmichael and H. Persson (Eds). Elsevier Scintific Publishong. New York (NY).

  Above-Ground Plant Species on Soil Microbial Community Structure and Its Impact On Suppression of Rhizoctonia Solani

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Berdadip et al.

  Fachrul, N.F. 2008. Metode sampling bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta (ID). Garbeva, P., Postma, J., van Veen, J.A., van Elsas, J.D. 2006. Effect of

  Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros (ID).

  Penyakit Layu Fusarium, Fusarium oxysporum.

  Departemen Pertanian. 2011. Prospek bawang merah URL: http/ Djaenuddin, N. 2011. Bioekologi

  Cook, R.J., Baker, K.F. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. American Phytopathol Soc. St. Paul (MN).

  Bonilla, N., Jose ,A.G.B, Antonio, Dv., Fransisco, M.C. 2012. Enhancing Soil Quality and Plant Health Through Suppresive Organic Amendments. Diversity 4: 475-491.

  Bonanomi, G., Antignani, V., Capodilupo, M., Scala, F. 2010. Identifying the Characteristics of Organic Soil Amendments that Suppress Soilborne Plant Diseases. Soil Biol Biochem 42: 136 –144.

  Batzing, B.L. 2002. Microbiology: an Introduction. Brooks/Thomson learning, inc. London.

  Relationships Between Soil and Levels of Meloidogyne Incognita and Tobacco Yield and Quality. J Nematol 23(1): 82-90.

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014 Barker, K.R., W.W. Weeks. 1991.

  

Keanekaragaman Jamur dan Bakteri Rizosfer Bawang Merah … Bernadip et al.

  Restu,

  I.W. 2002. Kajian Wisata Subba Rao, N.S. 1994. Mikroorganisme Mangrove di Taman Hutan Raya Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan edisi 2. Terjemahan: Herawati S. UI Bali. Laporan hasil penelitian Press. Jakarta (ID). program pascasarjana. Program

  Supriadi. 2006. Analisis Risiko Agens Hayati Pasca Sarjana IPB. Bogor.

  Untuk Pengendalian Patogen pada Rosmarkam, A., Nasih, W.Y. 2002. Ilmu Tanaman. J Litbang Pert 25(3): 75- Kesuburan Tanah. Kanisius.

  80. Yogyakarta (ID). Sutedjo, M.M., Kartasapoetra, A.G., Santoso, H.S. 1988. Bawang Putih. Sastroatmodjo, S. 1991.

  Kanisius. Yogyakarta (ID). Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta.

  Jakarta (ID). Santoso, S.E., Soesanto, L., Haryanto,

  T.A.D. 2007. Penekanan Hayati Waluyo, L. 2008. Teknik Metode Dasar Penyakit Moler Pada Bawang Mikrobiologi. UMM Press. Malang

  Trichoderma Merah dengan (ID). harzianum, Trichoderma koningii,

  Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah; dan Pseudomonas fluorescens Dasar Kesehatan dan Kualitas P60. J HPT Trop 7(1): 53-61. Tanah. Gava Media. Yogyakarta Semangun. 2004. Penyakit-penyakit (ID).

  Tanaman Hortikultura di Wiyatiningsih, S. 2003. Kajian Asosiasi

  Indonesia. UGM Press. Yogyakarta

  Phytopthora sp. dan Fusarium (ID). oxysporum f. sp. capsici Penyebab

  Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Moler pada Bawang Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Merah. Mapeta 1(5):1-6.

  Yogyakarta (ID). Stotzky, G. 1986. Pengaruh Koloid

  Mineral Tanah Terhadap Proses Metabolisme, Pertumbuhan, Adhesi, dan Ekologi Mikroba Dan Virus. In: Huang PM dan Schnitzer (eds). Interaksi Mineral Tanah Dengan Organik Alami dan Mikroba. UGM Press. Yogyakarta (ID).

  • – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014