Analisis Efisiensi Ekonomi Industri Teks

1

Analisis Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005-2011
As’ad Asyhar Fathoni
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
asadasyhar@gmail.com
ABSTRACT
Fathoni, As’ad Asyhar. 2015. The Analysis of Economic Eficiency of Textile and Textile
products Industries at Central Java Province in 2005-2011. Final Project. Economic
Develeopment Departement. Faculty of Economics. State University of Semarang. Advisor.
Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si. Co. Advisor. Fafurida, SE., M.Sc.
The Industry of textiles and textile products (TTP) is one of the bases of economic
activity in Central Java. Problems that occur in the textile industry in Central Java is a
change in the input industries such as energy and labor costs, and restructuring the engine
that should provide the possibility of inefficiency of the textile industry. The purpose of
research is to measure the level of economic efficiency in the sector and the overall textile
industry in Central Java.
The data used are secondary data published by BPS and other sources that have
relevance. The object of this study is the 17 sub-sectors that are scattered in the upstreamdownstream processing of textile and clothing industry in Central Java in the period 20052011. This study focuses on measuring the level of achievement of technical and allocative
efficiency which will then be generated economic efficiency in the textile industry. The

analytical method used is Data Envelopment Analysis assuming Variable Return to Scale.
The variables used in the study is comprised of an input variable costs and the price of
labor, raw materials, and energy; and output variables derived from the value and price of
goods produced.
In this study it was found that the overall and sectoral in textile industry is not
currently on the achievement of optimum technical and economic efficiency. The
achievement of allocative efficiency in the industry has reached its optimum level.
Throughout the years 2005-2011 there were 3 (three) sub-sectors with the highest frequency
that is below the average performance of the textile industry efficiency are 17121, 17122,
and 17124.
Based on this study suggested that the industry adjust input costs and increased output
partially and simultaneously. There need for synergy between government and industry to
improve performance efficiency.
Keywords: DEA, Economic Efficiency, Input Costs, Textile and Textile Products
Industry, Output Value.

2

SARI
Fathoni, As’ad Asyhar. 2015. Analsis Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan Produk

Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan.
Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si.
Pembimbing II. Fafurida, SE., M.Sc.
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu basis kegiatan ekonomi
di Jawa Tengah. Permasalahan yang terjadi pada industri TPT Jawa Tengah yaitu adanya
perubahan pada input industri seperti biaya energi dan biaya tenaga kerja, dan harus adanya
restrukturisasi mesin memberikan kemungkinan timbulnya ketidakefisienan dari industri
TPT secara keseluruhan. Tujuan penelitian adalah melakukan pengukuran tingkat efisiensi
ekonomi pada sektoral dan keseluruhan industri TPT Jawa Tengah.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang telah diterbitkan oleh BPS dan
sumber lainnya yang memiliki keterkaitan. Objek penelitian ini adalah 17 subsektor yang
tersebar di pengolahan hulu-hilir industri Tekstil dan Produk Tekstil Jawa Tengah pada
periode tahun 2005-2011. Penelitian ini berfokus pada pengukuran tingkat capaian efisiensi
teknis dan alokatif yang kemudian akan dihasilkan efisiensi ekonomi pada industri TPT.
Metode analisis yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis dengan asumsi
Variabel Return to Scale. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel input
yang terdiri dari biaya dan harga tenaga kerja, bahan baku dan penolong, dan energi; serta
variabel output yang diperoleh dari nilai dan harga barang yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara sektoral maupun keseluruhan industri
TPT belum berada pada capaian efisiensi teknik dan ekonomi optimum. Sementara capaian

efisiensi alokatif pada industri ini telah mencapai tingkat optimum. Sepanjang tahun 20052011 terdapat 3 (tiga) subsektor dengan frekuensi terbanyak yang berada dibawah rata-rata
capaian efisiensi industri TPT yaitu 17121, 17122, dan 17124.
Berdasarkan penelitian ini disarankan agar industri melakukan penyesuaian biaya
input dan peningkatan output secara parsial dan bersamaan. Perlunya sinergi antara
pemerintah dan industri untuk meningkatkan capaian efisiensi.
Kata Kunci: Biaya Input, DEA, Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Nilai Output,
Tingkat Efisiensi Ekonomi.

1. PENDAHULUAN
Perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah melalui Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025, meletakkan sektor industri pengolahan
sebagai salah satu penopang perekonomian daerah. Lebih lanjut Peraturan Daearah Provinsi
Jawa Tengah No. 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 dijelaskan bahwa pembangunan industri di Jawa
Tengah yang berlandaskan pada kebijakan industri nasional maka terdapat kebijakan
mengenai penguatan klaster industri dengan pendekatan “Kompetensi Inti Industri Daerah”.

3


Terdapat beberapa kelompok industri yang menjadi kompetensi inti daerah di Jawa Tengah,
antara lain: industri tekstil dan produk teksil, industri mebel, industri makanan ringan,
industri perlogaman, industri komponen otomotif, serta industri hasil tembakau (rokok).
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi penting karena industri ini merupakan
penyedia salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan sandang. Industri TPT dalam

perekonomian Provinsi Jawa Tengah mempunyai kinerja yang cukup baik, hal ini telihat
dari konsentrasi ekspor provinsi ini yang meletakkan industri TPT sebagai konsentrasi
ekspor utama (Rejekiningsih, 2012).
Tingkat efisiensi pada industri TPT, khususnya di Provinsi Jawa Tengah, terus
menjadi perhatian karena terdapat beberapa peristiwa penting yang terkait dengan
dimulainya penerapan Agreement on Textile and Clothing (ATC) yang mulai dilaksanakan
pada tanggal 1 Januari 2005, ketersediaan input dari proses produksi pada industri ini,
seperti harus adanya restrukturisasi mesin TPT, adanya perubahan harga bahan bakar
minyak (BBM) non subsidi khusus industri sejak tahun 2005 hingga 2011 (lihat tabel 1),
serta adanya peningkatan biaya per tenaga kerja (lihat grafik 1).
19,376,177

10,704,272
11,843,268


7,495,742
7,332,115
7,580,582
2005

2006

2007

10,066,684

10,780,705

11,127,709

12,420,845

2008


2009

Industri Tekstil
Industri Tekstil dan Produk Tekstil

7,661,700

16,455,373
24,112,809

8,801,986
8,656,942
2010

2011

Industri Pakaian Jadi

Grafik 1. Perkembangan Biaya per Tenaga Kerja Industri Tekstil dan Produk
Tekstil Jawa Tengah Tahun 2005-2011 (Rupiah per Tenaga Kerja)

Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, berbagai tahun, diolah.
Perbaikan dalam hal efisiensi dapat menjadi salah satu jalan keluar atas lemahnya
daya saing industri terutama pada industri TPT. Berbagai perubahan pada input industri TPT
seperti biaya energi dan biaya tenaga kerja memberikan peluang timbulnya ketidakefisienan
dari industri TPT secara keseluruhan, yang selanjutnya akan mengurangi tingkat daya saing
industri TPT. Apabila tetap dibiarkan akan menenggelamkan industri TPT Jawa Tengah dan
Indonesia secara lebih luas.

4

Tabel 1.
Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Minyak Solar Nonsubsidi
Dalam Negeri 2005-2010
N
Tahun
M.Solar/Bio Solar
o
(Rp. /Liter)
1
2005

3.979
2
2006
5.566
3
2007
5.917
4
2008
8.622
5
2009
4.383
6
2010
5.800
7
2011
8.675
Sumber: http://www.esdm.go.id dan Milis Yahoo Group Forum Komunika Pekerja Tambang

Indonesia, 2011.
Catatan: Harga yang dicantumkan merupakan perkembangan harga BBM non subsidi
industri di Unit Operasional Pemasaran (UPms) Wilayah IV ex. Instalasi Semarang.
Dalam penelitian ini, konsep efisiensi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu Efisiensi
Teknik (ET), Efisiensi Alokatif (EA) dan Efisiensi Ekonomi (EE). Hal ini sebagaimana
tercantum pada penelitian Dipeolu dan Akinbode (2008) dan Johansson (2005) yang
mengadopsi konsep dari Farrel (1957) tentang metodologi pengukuran efisiensi. Efisiensi
Teknik (ET) didefinisikan sebagai kemampuan untuk memproduksi pada batasan isokuan
atau biaya input terkecil, sedangkan Efisiensi Alokatif (EA) adalah suatu kemampuan
memproduksi pada output tingkatan tertentu dengan menggunakan cara minimisasi rasio
biaya input. Efisiensi Ekonomi (EE) didefinisikan sebagai kapasitas sebuah perusahaan
untuk memproduksi sejumlah kuantitas output yang telah ditentukan pada saat biaya
minimum dengan tingkatan penggunaan teknologi tertentu.
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Menganalisa capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi sektoral industri Tekstil
dan Produk Tekstil dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah.
b. Menganalisa capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi industri Tekstil dan
Produk Tekstil di Jawa Tengah.
2. METODE PENELITIAN
2.1.


Jenis dan Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana penelitian yang didasar

pada analisis data numerikal yang diolah dengan metode tertentu. Penelitian ini

5

bertujuan mengukur tingkat efisiensi dari industri TPT dan subsektornya (KBLI 2005
17 dan 18; KBLI 2010 13 dan 14) di provinsi Jawa Tengah periode 2005-2011.
Industri TPT yang menjadi objek penelitian adalah industri yang termasuk dalam
industri besar dan sedang. Industri besar diklasifikasi sebagai setiap perusahaan yang
mempekerjakan 100 orang atau lebih. Sementara pada industri sedang, setiap
perusahaan yang mempekerjakan antara 20-99 orang. Subsektor industri TPT yang
menjadi objek penelitian ini tercantum pada tabel 2 Pemilihan objek penelitian
disesuaikan dengan perubahan kode klasifikasi ditahun 2005 dan 2010 tanpa
mengurangi tujuan penelitian.
Tabel 2. Subsektor yang Menjadi Objek Penelitian
N
o

1

KBLI
2005
17111

KBLI
2010
13111

Deskripsi
200 200 200 200
Lapangan Usaha 5
6
7
8
Persiapan
Serat √



Tektil
2
17112 13112 Pemintalan




Benang
3
17113 13113 Pemintalan



Benang Jahit
4
17114 13121 Pertenunan




5
17115 13122 Kain Tenun Ikat




6
17121 13131 Penyempurnaan




Benang
7
17122 13132 Penyempurnaan




Kain
8
17123 13133 Pencetakan Kain




9
17124 13134 Batik




10 17231 13941 Tali




11 17232 13942 Barang-Barang




dari Tali
12 17293 13912 Bordir/Sulaman




13 17301 13911 Kain Rajut




14 17302 14301 Pakaian
Jadi √



Rajutan
15 17303 14303 Rajutan
Kaos √



Kaki
16 17400 13997 Kapuk




17 18101 14111 Pakaian Jadi, dari √



Tekstil
Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang tahun 2005 dan 2011
Keterangan: “ √ “ : terdapat subsektor industri pada tahun tersebut
“ – “ : tidak terdapat subsektor industri pada tahun observasi

200
9


201
0
-







































































2011


6

Pemilihan 17 subsektor dinilai representatif karena memiliki proporsi > 80% dari
total tenaga kerja, biaya input dan nilai hasil produksi pada industri TPT Jawa Tengah
(lihat grafik 2). Pemilihan objek penelitian disesuaikan dengan perubahan kode

Orang

klasifikasi ditahun 2005 dan 2010 tanpa mengurangi tujuan penelitian.

i.

1,000,000
900,000
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
2005

2007

2008

2009

2010

2011

Grafik perbandingan jumlah tenaga kerja pada 17 Subsektor Objek Penelitian
terhadap industri TPT
98 Rasio Nilai Hasil Produksi
91
88

Rasio Biaya98
Input
97

97

98

91

88

97

99

89

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

97

ii.

2006

78

Grafik rasio perbandingan biaya input dan nilai hasil produksi pada 17
Subsektor Objek Penelitian terhadap industri TPT (persen)

Grafik 2. Rasio perbandingan jumlah tenaga kerja, biaya input produksi dan
nilai hasil produksi industri TPT dan 17 subsektor objek penelitian.
Sumber: Statistik indutstri Besar dan Sedang Jawa Tengah 2005-2011 Volumte I,
diolah.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Envelopment
Analysis untuk mengukur dan mengidentifikasi tingkat efisiensi di setiap subsektor
industri TPT Jawa Tengah. Penelitian akan menggunakan alat bantu perangkat lunak
Aplikasi Data Envelopment Analysis yang dikembangkan oleh University of Warwick
versi 1.03.

7

Pengukuran tingkat efisiensi akan dimulai dengan pengukuran terhadap kondisi
tingkat efisiensi teknik dengan menggunakan variabel input dan output. Langkah
selanjutnya

akan

dilakukan

pengukuran

tingkat

efisiensi

alokatif

dengan

menggunakan variabel harga dari input dan output. Tahap terakhir adalah melakukan
perhitungan nilai efisiensi teknik dan efisiensi alokatif dengan cara mengkalikan nilai
keduanya disetiap objek penelitian sehingga di dapat nilai efisiensi ekonomi untuk
objek penelitian.
2.2.

Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah variabel input yang terdiri dari biaya tenaga kerja,

biaya bahan baku dan penolong, dan biaya energi (bahan bakar, tenaga listrik dan
gas). Sedangkan variabel output yang digunakan adalah nilai dari barang yang
dihasilkan. Pengukuran efisiensi alokatif digunakan variabel harga input (harga tenaga
kerja, harga bahan baku dan penolong, dan harga energi) dan variabel harga output
(harga barang yang dihasilkan).
2.3.

Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari industri TPT yang

terklasifikasikan sebagai industri besar dan sedang. Data dikumpulkan beradasarkan
variabel penelitian sehingga akan terdapat kesesuaian dengan tujuan penelitian. Data
bersumber dari Statistika Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II dan III dari tahun 2005 hingga tahun 2011 yang diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS).
Dalam analisis efisiensi teknis digunakan data kinerja dari subsektor industri TPT
yang menjadi objek penelitian sepanjang tahun observasi. Analisis efisiensi alokatif,
pemilihan data berdasarkan variabel penelitian, yaitu 1-5 biaya input bahan baku dan
penolong terbesar berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan dan syarat lainnya
sebagaimana tercantum dalam metode penentuan variabel harga input bahan baku,
penggunaan bahan bakar jenis solar khusus industri dan tenaga listrik yang dibeli,
serta 1-5 nilai dan kuantitas barang yang diproduksi terbesar berdasarkan nilai barang
dari tiap subsektor industri TPT yang menjadi objek penelitian sepanjang tahun
observasi dengan memperhatikan persyaratan data dalam analisis menggunakan DEA.
2.4.

Pengukuran Efisiensi Menggunakan DEA
Pengukuran efisiensi dipilih menggunakan teknik analisis DEA karena teknik ini

dapat mengevaluasi efisiensi pada suatu industri yang telah ditentukan dan melakukan
perbandingan terhadap industri yang memiliki kinerja terbaik (Coelli, Rao, et.al

8

(1998) dalam Jayamaha dan Mula, 2011:456). Lebih lanjut Fried, Lovell dan Schmidt
(2002) menyarankan bahwa DEA merupakan metode yang tepat untuk mengukur
efisiensi relatif dari beragam unit kegiatan ekonomi dengan melingkupi seluruh
elemen dari input dan output (Jayamaha dan Mula, 2011:456).
Pengukuran efisiensi subsektor industri TPT dengan DEA diadopsi dari Fadholi
(2011:43-44) dan Atmanti (2004:4-5) adalah sebagai berikut:
n

Ek =∑ U rk . Y rk

......................... (1)

r=1

Dengan Batasan atau kendala:
s

m

r=1

i=1

∑ U rk .Y rj−∑ v ik . X ij ≤0 ; j=1, … , n

......................... (2)

m

∑ v ik . X ik =1
i=1

U rk ≥ 0 ; r=1,… , s
v ik ≤ 0 ; i=1, … , m

Dimana:
Y rk

= jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri k

Xij

= jumlah input i yang diperlukan oleh subsektor industri j

Yrj

= jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri j

Xik

= jumlah input yang idperlukan oleh subsektor k

S

= jumlah subsektor industri yang dianalisis

M

= jumlah input yang digunakan

Urk

= bobot tetimbang dari output yang dihasilkan tiap subsektor industri k

Vik

= bobot tertimbang input i yang digunakan subsektor industri k

Ek

= nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari subsektor
indsutri k

Dalam penggunaan DEA, asumsi model dalam penelitian ini adalah Variable Return
to Scale dengan alasan bahwa dalam sektor industri adanya pertambahan pada proporsi
input belum tentu dapat meningkatkan proporsi output dengan nilai yang sama, karena hasil
(output) ditentukan pula oleh kondisi ekonomi makro permintaan, penawaran dan lainnya
(Fadholi, 2011:46).
Agar dapat memastikan tingkat capaian efisiensi pada industri TPT secara sektoral
maupun keseluruhan, maka perlu adanya pembagian kriteria ukuran tingkat efisiensi, yaitu

9

efisensi tinggi, efisiensi sedang, efisiensi rendah, serta tidak efisien (Hidayat, 2014:124).
Kriteria ukuran tingkat efisensi dapat terlihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Industri TPT Jawa Tengah
Kriteria Efisiensi
Sempurna/Optimum
Tinggi
Sedang
Rendah
Tidak efisien
Sumber: Hidayat, 2014:124

Nilai Efisiensi
1
0,81 – 0,99
0,60 – 0,80
0,41 – 0,59
≤ 0,40

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.

Efisiensi Sektoral industri TPT Provinsi Jawa Tengah
Dengan digunakan data tahunan dari tahun 2005 hingga tahun 2011, maka

diperoleh hasil perhitungan tingkat efisiensi industri TPT secara teknis, alokatif
danekonomi baik secara sektoral maupun keseluruhan industri. Untuk lebih
memudahkan analisis hasil perhitungan efisiensi sektoral, maka dibuat tabel 4 dan
tabel 6 sebagai ringkasan perolehan tingkat efisiensi dari setiap sub golongan pokok
yang ada pada industri TPT.
Perkembangan tingkat efisiensi secara teknis pada sektoral dari industri TPT
sebagian besar berada pada kriteria efisiensi tinggi, kecuali sektor industri pakaian
jadi yang mampu membukukan tingkat efisiensi optimum disepanjang periode
penelitian, walaupun terdapat penurunan di tahun 2009 dan 2010. Capaian efisiensi
teknis terendah diperoleh oleh sektor industri barang jadi tekstil dan permadani pada
periode produksi 2006 dimana hanya mampu memperoleh capaian sebesar 0,66.
Tabel 4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis Sektoral
Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok
Sektor/Sub
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RataGolongan Pokok
rata
Pemintalan,
0,93
0,97
0,90
0,76
0,75
0,87
0,93
0,87
Pertenunan,
Pengolahan Akhir
Tekstil
Barang Jadi
0,99
0,66
0,85
0,87
1
0,96
0,87
0,88
Tekstil Dan
Permadani
Perajutan
0,84
0,83
0,93
0,99
1
0,85
0,92
0,91
Kapuk
1
0,93
0,75
0,92
0,80
0,71
1
0,87
Pakaian Jadi
1
1
1
1
0,93
0,97
1
0,98

10

Sumber: Penulis, diolah dari hasil perhitungan efisiensi.
Penurunan capaian efisiensi teknis yang drastis terdapat pada sektor pemintalan,
pertenunan, pengolahan akhir tekstil pada tahun produksi 2007 ke 2008 yang turun
sebesar 15 persen dan sektor barang jadi tekstil dan permadani ditahun produksi 2005
ke 2006 turun sebesar 33 persen. Penurunan tingkat efisiensi teknis yang drastis pun
dialami oleh subsektor yang ada pada industri TPT, seperti yang dialami oleh
subsektor dengan nomor klasifikasi 17231 (industri tali) dan 17293 (bordir/sulaman)
tahun 2006 sebesar 41 dan 60 persen; kemudian subsektor 17115 (kain tenun ikat) dan
17121 (penyempurnaan benang) ditahun 2009 turun sebesar 32 – 57 persen; dan
subsektor 17301 (kain rajut) ditahun 2010 merosot hingga 55 persen. Penurunan pada
subsektor tersebut dapat dikarenakan berbagai macam masalah.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa subsektor yang mengalami penurunan
harus melakukan penyesuaian pada input maupun output dengan variasi penanganan
yang berbeda. Sebagai contoh pada subsektor 17293 yang turun hingga 60 persen.
Menurut hasil perhitungan, subsektor ini harus memperbaiki variabel input dengan
mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 20,1 persen dan peningkatan produksi hingga
149,3 persen. Berbeda dengan penangan pada kasus subsektor 17121 yang mengalami
penurunan sebesar 32 persen ditahun 2009. Penyesuaian yang dapat dilakukan oleh
subsektor ini ialah mengurangi pengeluaran pada biaya energi sebesar 55,7 persen dan
diimbangi dengan peningkatan produksi hingga 134,7 persen.
Industri TPT secara sektoral belum mampu mencapai belum mampu
memproduksi pada batasan isokuan atau biaya input terkecil secara optimum. Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa pelaku industri perlu mengurangi biaya produksi yang
dinilai mengganggu untuk meningkatkan capaian kinerja.
Sementara perkembangan tingkat efisiensi alokatif di seluruh sektor industri TPT
sepanjang periode penelitian berada pada efisiensi yang optimum. Ditunjukkan pada
tabel 5 dimana seluruh subsektor pada industri TPT mampu memperoleh nilai 1.
Terdapat dua kriteria bagi objek perhitungan efisiensi pada DEA yang memiliki nilai
kinerja 1 atau 100 persen. Pertama, apabila tidak ada unit atau objek lain yang
menggunakan jumlah input yang sama. Kedua, jumlah output yang dihasilkan
sedikitnya sama dengan jumlah output yang dihasilkan oleh unit lain yang berkinerja
100 persen (PAU-SE UGM, 2000:26). Hasil perhitungan efisiensi alokatif ini
menunjukkan bahwa subsektor secara keseluruhan mampu memproduksi pada
tingkatan output tertentu dengan cara meminimisasi rasio biaya input secara optimum.

11

Tabel 5. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Alokatif Sektoral
Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok
Sektor/Sub Golongan
2005 2006 2007 2008 200 2010
2011
Pokok
9
Pemintalan, Pertenunan,
1
1
1
1
1
1
1
Pengolahan Akhir Tekstil
Barang Jadi Tekstil Dan
1
1
1
1
1
1
1
Permadani
Perajutan
1
1
1
1
1
1
1
Kapuk
1
1
1
1
1
1
1
Pakaian Jadi
1
1
1
1
1
1
1
Sumber: Penulis, diolah dari hasil perhitungan efisiensi
Capaian efisiensi ekonomi sektoral pada industri TPT Jawa Tengah selama
periode penelitian dilakukan dengan cara mengkalikan hasil perhitungan efisiensi
teknis dan hasil efisiensi alokatif. Dalam tabel 5 terlihat hasil efisiensi ekonomi yang
diperoleh sama dengan hasil capaian efisiensi teknis pada industri ini, hal ini
dikarenakan capaian efisiensi alokatif sektoral industri TPT bernilai sempurna.
Perolehan tingkat efisiensi ekonomi sektoral industri TPT mengindikasikan bahwa
industri ini belum mampu memproduksi sejumlah kuantitas output tertentu pada saat
biaya minimum secara optimum.
3.2.

Efisiensi Ekonomi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Keseluruhan
Industri TPT Jawa Tengah dalam penelitian ini memiliki tingkat capaian efisiensi

ekonomi dengan nilai rata-rata sepanjang periode penelitian sebesar 0,88. Hasil ini
diperoleh dari perhitungan rata-rata nilai capaian efisiensi dari setiap subsektor
industri TPT yang telah dilakukan sebelumnya. Nilai efisiensi ekonomi tersebut
menggambarkan bahwa industri TPT Jawa Tengah selama periode penelitian belum
mampu memproduksi secara optimum dengan jumlah tertentu pada saaat biaya
minimum dengan penggunaan tingkat teknologi tertentu.

12

Sektor/Sub
Golongan
Pokok

Tabel 6. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Sektoral
Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok
2005
2006
2007
2008
2009
2010
ET E
EE
ET E
EE
ET E
EE
ET E
EE
ET E
EE
ET E
EE
ET
(1)
A (1*2 (1)
A (1*2 (1)
A (1*2 (1)
A (1*2 (1)
A (1*2 (1)
A (1*2 (1)
(2)
)
(2)
)
(2)
)
(2)
)
(2)
)
(2)
)
0,9 1
0,93 0,9 1
0,97 0,9 1
0,90 0,7 1
0,76 0,7 1
0,75 0,8 1
0,87 0,9
3
7
0
6
5
7
3

Pemintalan,
Pertenunan,
Pengolahan
Akhir
Tekstil
Barang Jadi 0,9
Tekstil Dan 9
Permadani
Perajutan
0,8
4
Kapuk
1

1

0,99

0,6
6

1

0,66

0,8
5

1

0,85

0,8
7

1

0,87

1

1

1

0,9
6

1

0,96

0,8
7

1

0,87

1

0,84

1

0,83

0,93

0,99

1

1

1

0,85

0,92

1

0,75

1

0,92

1

0,80

1

0,71

1

1

1

1

1

1

0,8
0
0,9
3

0,9
2
1

1

0,93

1

0,93

0,8
5
0,7
1
0,9
7

1

1

0,9
9
0,9
2
1

1

1

0,9
3
0,7
5
1

1

1

0,8
3
0,9
3
1

1

0,97

1

1

1

Pakaian
1
1
1
1
1
Jadi
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi
Keterangan:

2011
E
EE
A (1*2
(2)
)
1
0,93

ET : Efisiensi Teknis;
EA : Efisiensi Alokatif;
EE : Efisiensi Ekonomi

12

13

Perkembangan nilai capaian efisiensi teknik dan ekonomi industri TPT selama
periode penelitian dapat dilihat dalam grafik 3 dibawah. Bila dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya (lihat grafik 4) yang dilakukan oleh Atmanti (2004) dan Tri
Wahyu R (2006), terjadi perbaikan efisiensi pada industri pakaian jadi selama periode
penelitian mampu mencapai tingkat efisiensi rata-rata sebesar 0,99. Akan tetapi
terdapat penurunan dalam capaian tingkat efisiensi industri tekstil yang hanya mampu
bertahan ditingkat efisiensi 0,88.
0.97

1

0.95

1

0.94

1

0.92

1

0.88

0.93

0.93

0.89

0.88

0.83

0.83

2005

2006

2007

2008

2009

0.93

0.97

Efisiensi Industri Tekstil
dan Produk
0.97 Tekstil 1
Efisiensi Industri Pakaian Jadi
0.93
0.88Industri Tekstil
Efisiensi

2010

2011

Grafik 3. Capaian Rata-rata Efisiensi Teknis dan Ekonomi Industri TPT Provinsi Jawa
Tengah 2005-2011
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi
Dalam penelitian Pengukuran efisiensi industri tahun 1995-2000 oleh Atmanti
(2004), industri TPT diklasifikasikan menjadi satu bagian dengan industri alas kaki
dengan nomor klasifikasi 32, ditemukan bahwa industri TPT dapat bertahan pada
tingkat capaian efisiensi optimum sebelum dan sesudah krisis. Sementara Pengukuran
efisiensi industri tahun 2000-2005 oleh Tri Wahyu R (2006), industri TPT
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu industri tekstil (17) dan industri pakaian jadi (18),
tingkat efisiensi yang mampu diraih oleh industri TPT rata-rata 0,81 persen. Capaian
terendah ditemukan pada industri pakaian jadi sebesar 0,51 di tahun 2000.

14

1.2
1

Nilai Efisiensi

0.8

1
1

1
1

1
1

0.95

1
0.79
0.76

1
0.86
1

0.93

0.97

0.92

0.79 0.93
0.83

0.88

0.93 0.93

0.6
0.4

Industri Tekstil
Industri Pakaian Jadi

0.2

Industri Tekstil dan Produk
Tekstil
0
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun Produksi

Grafik 4.5. Perkembangan Tingkat Efisiensi Teknis Industri TPT Provinsi Jawa Tengah
tahun 1995-2011.
Sumber: Atmanti (2004:7); Tri Wahyu R (2006:134); dan hasil olah data penulis
3.3.

Usaha Perbaikan Capaian Efisiensi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah
Terdapat beberapa subsektor yang dalam perhitungan efisiensi masih berada

dibawah rata-rata capaian efisiensi industri, yaitu subsektor dengan nomor klasifikasi
17121 (industri penyempurnaan benang), 17122 (industri penyempurnaan kain), dan
17124 (industri batik). Subsektor dengan nomor klasifikasi 17124 (industri batik)
masuk pada sektor pemintalan, pertenunan, dan pengolahan akhir tekstil atau dengan
klasifikasi 3 digit masuk pada sektor 171. Subsektor ini berada di titik terendah
capaian efisiensi pada tahun 2008 dan 2009. Dalam tabel target pada hasil perhitungan
efisiensi, subsektor ini perlu menyesuaikan kapasitas produksi dan biaya input,
terutama input tenaga kerja disepanjang periode penelitian.
Selanjutnya adalah subsektor 17121 (industri penyempurnaan benang), Titik
terendah dari capaian efisiensi industri ini adalah pada tahun 2009 dengan nilai
efisiensi 0,43 dan diambang batas masuk pada kriteria tidak efisien. Sehingga
Subsektor ini perlu meningkatkan target produksi hingga 134,7 persen atau sebesar
Rp 151,57 miliar dan melakukan penyesuaian sebesar 55,7 persen biaya bahan baku.
Kemudian subsektor 17122 (industri penyempurnaan kain), Titik terendah subsektor
ini terjadi pada tahun 2008 dimana hanya dapat mencapai nilai efisiensi sebesar 0,65
dan masuk 5 subsektor terbawah pada periode tersebut. Pengurangan biaya energi

15

yang diperlukan oleh subsektor ini adalah sebesar 15,7 persen dengan nilai target
penyesuaian mencapai Rp. 32,53 miliar dan peningkatan nilai produksi sebesar 53,2
persen untuk kinerja periode selanjutnya.
4. KESIMPULAN
Perolehan tingkat efisiensi teknis dan ekonomi baik pada tingkat sektoral maupun
keseluruhan (overall) industri TPT Jawa Tengah selama periode penelitian belum mampu
mencapai tingkat efisiensi ekonomi optimum. Akan tetapi, industri ini mampu mencapai
tingkat efisiensi alokatif secara optimum.
UCAPAN TERIMAKASIH
Manuskrip ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sucihatiningsih D. W. P., M.Si., sebagai Penguji dan Mitra Bebestari yang
telah memberikan saran dan koreksi agar lebih sempurnanya skripsi ini.
2. Dr. P.Eko Prasetyo, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan segala
kebaikan hati telah membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi
ini.
3. Fafurida, SE., M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan penulisan skripsi ini.
4. Shanty Oktavilia, SE., M.S.i dan Karsinah, SE., M.Si. yang telah bersedia
memberikan saran dan kritik yang sangat bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Delaimi, Khalid Shahooth Khalaf dan Ahmed Hussen Battall Al-Ani. 2006. Using Data
Envelopment Analysis To Measure Cost Eficiensy With an Aplication on Islamic
Banks. Scientific Journal of Administratie Development Vol. 4 I.A.D. 2006.
Atmanti, Hastarini Dwi. 2004. Analisis Efisiensi dan Keunggulan Kompetitif Sektor
Industri Manufaktur di Jawa Tengah Sebelum dan Selama Krisis. Jurnal Dinamika
Pembangunan Vol. 1 No. 1/Juli 2004.
Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah Dalam Angka 2013. Semarang: Badan Pusat
Statistik.

16

-----. 2005. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III.
Semarang: Badan Pusat Statistik.
-----. 2006. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III.
Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2007. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III.
Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2008. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III.
Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2009. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III.
Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2010. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III.
Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2011. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III.
Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. Tabel Input-Output Jawa Tengah Tahun 2008. Semarang: Badan Pusat Statistik.
Dipeolu, A.O dan S.O. Akinbode. 2008. Tecnical. Economic and Allocative Efficiencies of
Pepper Producton in South-West Nigeria: A Stochastic Frontier Approach. Journal of
Economic and Rural Development Vol. 17 No. 1/2008.
Fadholi, Edwin Muhammad. 2011. Analisis Efisinesi Subsektor Industri Tektil dan Produk
Tekstil (TPT) di Indonesia Tahun 2001-2005. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Hidayat, Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi: Gratmata
Publishing.
Jayamaha, Ariyathna dan Joseph M. Mula. 2011. Productivity and Efficiency Measurement
Techniques: Identifying The Efficacy of Techniques for Financial Institutions in
Developing Countries. Journal of Emerging Trends in Economics And Management 2
(5) Scholarlink Research Institute Journals.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Jakarta: Kementerian
Koordinasi Perekonomian.
Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025.
Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013.

17

Prasetyo, P. Eko. 2010. Ekonomi Industri.Yogyakarta: Beta Offset.
Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada. 2000. Modul Metodologi
Empiris Data Envelopment Analysis (DEA). Pelatihan Metodologi Empiris Data
Envelopment Analysis (DEA) Yogyakarta, 6-10 November 2000.
Rubedo, Kalis. 2011. Analisis Tingkat Efisiensi Ekonomi Bank Umum Indonesia Tahun
2007-2009. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Safeedparri, Paria dkk. 2013. Identifying Sustainable and Efficient Poultry Farms in the
Light of Energy Use Efficiency: a Data Envelopment Analysis Approach. Journal of
Agricultural Engineering and Biotechnology Vol. 1 May 2013.
Samuelson dan Nordhaus. 2005. Economics. Eighteenth Edition. New York: Mc Graw-Hill.
Susilowati, Indah dkk. 2004. Modul Perkuliahan: Pengukuran Efisiensi Melalui Data
Envelopment Analysis (DEA). Fakultas Ekonomi Universeitas Diponegoro.
Wahyu R, Tri. 2006. Analisis efisiensi Industri di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika
Pembangunan Vol. 3 No. 2/Desember 2006.
http://www.esdm.go.id tentang “Harga BBM Dalam Negeri” diakses pada tanggal 1 Juli
2013.
https://groups.yahoo.com/neo/groups/pekerjatambang/conversations/messages/34851.
Tentang “Update Harga BBM Solar Industri Non-Subsidi Resmi Pertamina” diunggah
28 Desember 2011. Diakses pada tanggal 1 Juli 2014.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63