Makalah Besar Manajemen Keuangan Publik

Makalah Besar Manajemen Keuangan Publik
“Peningkatan Penyerapan Belanja Infrastuktur”
Dosen : Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A.

Delvianty Palino
NIM : 15/391614/PEK/21060

Akuntasi Sektor Publik 33
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS GAJAH MADA 2016

A. Pendahuluan
Pembangunan sebuah kawasan selalu terkait dengan infrastruktur, kemajuan
pembangunan di suatu kawasan didukung dengan infrastruktur yang baik. Infrastruktur
dianggap menjadi kunci pertumbuhan ekonomi nasional dan juga dasar untuk
mengurangi kemiskinan. Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas
pemerintah di tahun 2016 yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perekonomian
nasional melalui peningkatan konektivitas nasional, ketahanan energi dan perumahan
pemukiman. Peningkatan konektivitas nasional diarahkan melalui pengembangan jalan
nasional dan provinsi, pembangunan jalan baru dan jalan bebas hambatan, bandara, jalur
kereta api, dan peningkatan kapasitas pelabuhan utama untuk mendukung tol laut.

Peningkatan ketahanan energi dilaksanakan melalui pembangunan waduk baru dan
jaringan irigasi, penambahan kapasitas pembangkit listrik dan pembangunan energi baru
terbarukan. Pembangunan pemukiman diarahkan untuk penyediaan tempat tinggal yang
layak melalui penyediaan bangunan baru dan peningkatan kualitas hunian. Tekad kuat
pemerintah dalam menyikapi pentingnya pembangunan infrastruktur tertuang dalam
tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 yaitu “Mempercepat Pembangunan
Infrastruktur untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan yang Berkualitas”. Tema ini
menjadi agenda prioritas pemerintah di 2016 dan merupakan penjabaran visi dan misi
presiden. Hal ini sekaligus memenuhi pelaksanaan road map pembangunan jalan tol
2015-2019 yang menjangkau keseluruhan pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi. Rencananya di pulau Sumatera akan dibangun jalan tol sepanjang 384km,
pulau Jawa sepanjang 1.450,9 km, pulau Kalimantan sepanjang 84 km, dan pulau
Sulawesi sepanjang 39 km.
Kebijakan untuk terus melanjutkan percepatan pembangunan infrastruktur
tersebut telah meningkatkan besaran pagu belanja APBN 2016 menjadi hampir Rp 2.200
triliun atau meningkat dibandingkan alokasi belanja di APBN 2015 yang mencapai Rp
1.984,1 triliun. Kenaikan beban belanja APBN 2016 berdampak pula kepada
peningkatan besaran target pendapatan negara menjadi Rp 1.900 triliun meningkat
dibandingkan target di APBN 2015 sebesar Rp 1.768,9 triliun. Dengan penempatan
prioritas utama sektor infrastruktur, maka Kementerian Pekerjaan Umum-Perumahan

Rakyat (Kemen PU-Pera) kembali menjadi ujung tombak di level implementasi. Dari
penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa ruang gerak fiskal pemerintah sebetulnya sudah
mulai menguat. Beban subsidi BBM sudah mulai lepas, subsidi listrik makin terarah,
subsidi pertanian harapannya juga akan dievaluasi ulang menjadi subsidi targeted serta

beberapa gebrakan reformasi lainnya. Persoalan politik dan pemberantasan korupsi
mungkin masih menjadi ganjalan yang ke depannya harus segera ditangani selain
permasalahan quality spending rendahnya realisasi belanja modal. Padahal baik secara
teori maupun kesepakatan seluruh pakar menyebutkan betapa pentingnya peran belanja
modal pemerintah termasuk untuk pembangunan infrastruktur dalam mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi di suatu negara khususnya menghadapi kondisi ekonomi global
yang belum sepenuhnya pulih dari krisis. Percepatan realisasi belanja modal pemerintah
menjadi salah satu kunci utama kesuksesan target pembangunan nasional yang sedang
digalakkan oleh pemerintahan yang baru. Pemerintah terus berupaya mengeluarkan
kebijakan yang bertujuan untuk percepatan realisasi anggaran, bukti keseriusan ini dapat
dilihat dengan percepatan penyerahan DIPA. Percepatan realisasi anggaran merupakan
kunci utama untuk menurunkan potensi perlambatan ekonomi akibat kenaikan harga
komoditas.
Sayangnya, berbagai kebijakan yang dihasilkan pemerintah sepertinya belum
menyasar langsung kepada pokok permasalahan terkait eksekusi program. Padahal di

lapangan, eksekusi program inilah yang akan menjadi langkah akhir sekaligus kunci
utama persoalan penyerapan serta quality spending. Merger dan perombakan beberapa
kementrian/lembaga ternyata tidak diimbangi dengan kesigapan regulasi kelembagaan.
Akibatnya realisasi penyerapan anggaran hingga semester 1 terutama belanja modal
masih sangat minim termasuk untuk belanja moda infrastruktur. Buktinya hingga bulan
September 2015, jumlah serapan anggaran yang dilakukan pemerintah untuk proyek
infrastruktur masih jauh dari realisasi yaitu sekitar Rp 90 triliun dari pagu yang
dianggarkan sebesar Rp 290,3 triliun. Oleh karena itu, pemerintah harus tanggap untuk
mengambil kebijakan yang tepat untuk mempercepat realisasi anggaran termasuk belanja
modal untuk infrastruktur sehingga potensi perekonomian bisa meningkat.

B. Pembahasan
Pengertian Penyerapan Anggaran menurut Mardiasmo (2009) merupakan pernyataan
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial. Rendahnya penyerapan anggaran sudah terlihat pada
data realisasi semester 1 dan akan menumpuk di akhir tahun. Berikut ini salah satu
contoh rendahnya realisasi belanja pada semester I dari tahun 2009-2015 :
Realisasi Semester I Belanja K/L
35.0
30.0

25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015


Sumber : Kementrian Keuangan
Permasalahan pemerintah di tahun 2015 mengenai rendahnya penyerapan anggaran
termasuk untuk proyek infrastruktur menjadi cambuk pemerintah untuk fokus pada
pelaksanaan APBN 2016. Pada bulan September 2015, realisasi penyerapaan anggaran
baru mencapai sekitar Rp 90 triliun dari pagu yang dianggarkan sebesar Rp 290,3 triliun.
Secara rinci, penyerapan belanja infrastruktur dari pos pagu belanja pemerintah pusat
adalah sebesar Rp 54,9 triliun, dari pagu transfer daerah sebesar Rp 23,1 triliun dan pagu
pembiayaan anggaran sebesar Rp 12,2 triliun. Data tersebut menunjukkan serapan
anggaran infrastruktur terbilang masih rendah mengingat tahun anggaran 2015 telah
berjalan selama delapan bulan lebih. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) 2015 pagu indikatif yang dianggarkan untuk pembangunan
infrastruktur tercatat sebesar Rp 290,3 triliun. Anggaran ini diharapkan dapat mendukung
ketersediaan infrastruktur guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Realisasi penyerapan
ini tidak hanya datang dari anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (Kemen PU-PR) saja, melainkan juga dari pagu transfer daerah dan juga pos
pembiayaan anggaran. Rendahnya penyerapan anggaran infrastruktur pemerintah sampai

bulan September ini berpengaruh pada kinerja emiten konstruksi dan pra cetak di lantai
bursa. Minimnya pencairan akan menekan kinerja perusahaan konstruksi ke depannya.

Padahal sejak awal tahun 2015 nilai anggaran infrastruktur selalu menjadi perhatian
karena kenaikannya yang signifikan sebesar 63 persen dari semula yang hanya Rp 177,9
triliun di Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 menjadi Rp
290,3 triliun di APBN-P 2015. Lambatnya penyerapan anggaran infrastruktur ini
sebetulnya sudah tercermin dalam performa sejumlah emiten konstruksi di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Laba bersih delapan emiten konstruksi dan beton pracetak pada paruh
pertama tahun ini melemah 17,4 persen menjadi Rp 621,91 miliar dari tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp 752,88 miliar. Padahal setahun lalu, perolehan laba bersih
delapan emiten ini masih tumbuh 4,39 persen dari Rp 721,22 miliar pada tahun 2012.
Permasalahan di tahun 2015 mengenai rendahnya realisasi penyerapan anggaran
seharusnya dapat diantisipasi sejak awal. Ketika anggaran dapat diserap lebih cepat,
diskusi mengenai peningkatan quality spending akan lebih pas dan terarah. Ruang fiskal
yang sudah melebar seharusnya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi
mempercepat akselerasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Jangan sampai tujuan
tersebut gagal hanya karena persoalan administrasi birokrasi yang sebetulnya berada
dalam kendali pemerintah sendiri.
Dalam mendukung pencapaian visi dan misi pemerintah pada tahun 2014-2019
sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019 pembangunan infrastruktur memiliki
peran yang penting dalam strategi pembangunan nasional. Dari fokus RKP tahun 2016,
tercermin dalam peningkatan alokasi anggaran utnuk pembangunan infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur memiliki multiplier effect

yang besar dan berkelanjutan

terhadap perekonomian nasional. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga diharapkan
menjadi trigger percepatan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
Secara umum, pembangunan infrasruktur dilaksanakan baik melalui pemerintah pusat,
pemerintah

daerah

maupun

BUMN.

Dengan

demikian,

penganggaran


untuk

pembangunan infrastruktur dapat diidentifikasi baik dari belanja pemerintah pusat
(kementrian/lembaga dan non kementrian/lembaga), transfer ke daerah dan dan desa
maupun pembiayaan (dalam bentuk penyertaan modal negara kepada beberapa BUMN
yang bergerak di bidang terkait infrastruktur. Berikut menunjukkan besaran anggaran
infrastruktur dalam APBN tahun 2016 yaitu sebesar Rp 313,5 triliun meningkat
dibandingkan alokasinya dalam APBNP tahun 2015.

Anggaran Infrastruktur 2015-2016
No
1.
a

b

c

d


2.

3.

Uraian
Infrastruktur Ekonomi
K/L
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Kementerian Perhubungan
Kementerian Pertanian
Kementerian ESDM
Non K/L
VGF (termasuk cadangan VGF)
Belanja Hibah
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Dana Alokasi Khusus
Perkiraan Dana Desa untuk Infrastruktur
Pembiayaan

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP)
Penyertaan Modal Negara
Infrastruktur Sosial
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Keagamaan
Dukungan Infrastruktur
BPN
Kementerian Perindustrian
Total

APBN 2015
280,3
196,8

APBN 2016
302,6
165,5

111,1


101,7

59,1
8,9
8,1
6,8
1,2
4,5
41
29,7
8,3
35,7

45,5
5,3
4,6
5,3
1,1
4
83,4
62,8
18,8
48,3

5,1

9,2

28,8
6,3
4,3
2,1
3,7
1,3
0,6
290,3

38,2
6,5
5,3
1,2
4,4
0,3
0,5
313,5

Sumber : Kementerian Keuangan
Secara umum, anggaran infrasrtuktur dalam APBN dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori
besar yaitu infrastruktur ekonomi, infrastruktur sosial, dan dukungan infrastruktur.
Infrastruktur ekonomi dimaksudkan untuk pembangunan (termasuk pemeliharaan) sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam rangka kelancaran mobilitas arus barang dan jasa, serta
kelancaran proses produksi. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah berbagai kegiatan
kementerian/lembaga, non kementerian/lembaga, transfer ke daerah dan dana desa maupun
pembiayaan anggaran yang antara lain terkait dengan transportasi, pengairan/irigasi,

telekomunikasi dan informatika, perumahan/permukiman serta energi (ketenagalistrikan,
minyak dan gas bumi) .
Dalam tahun 2016, anggaran infrastruktur ekonomi diperkirakan mencapai Rp 302,6 triliun.
Jumlah tersebut dialokasikan melalui:
1. Belanja kementrian/lembaga (antara lain Kementerian PU dan Perumahan Rakyat,
Kementrian Perhubungan, Kementerian ESD dan Kementerian Pertanian.
2.

BA non kementerian/lembaga dalam bentuk antara lain alokasi viability gap fund
(VGF) dan belanja hibah untuk berbagai kegiatan infrastruktur di daerah

3. Transfer ke daerah dan dana desa antara lain dalam bentuk dana alokasi khusus pada
beberapa bidang terkait infrastruktur (seperti transportasi, jalan, irigasi, air minum dan
sanitasi serta energi perdesaan) dana desa yang diperkirakan digunakan untuk
pembangunan infrastruktur di perdesaan
4. Pembiayaan anggaran, antara lain dalam berbagai bentuk investasi pemerintah (seperti
fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan/FLPP maupun PMN kepada beberapa
BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur) sebagai upaya untuk meningkatkan
peran BUMN dalam pembangunan dan diharapkan dapat memberikan multiplier
effect yang lebih besar.
Anggaran infrastruktur sosial dialokasikan dalam bentuk kegiatan untuk membangun
infrastruktur di bidang pendidikan baik pembangunan/rehabilitasi baik sekolah maupun
ruang kelas. Kegiatan terkait infrastruktur bidang pendidikan dialokasikan melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama yang secara umum
bersifat investasi jangka panjang, mengingat dampaknya baru akan dapat dirasakan dalam
beberapa tahun ke depan. Sementara itu, terdapat pula berbagai kegiatan di Kementerian
Negara/Lembaga yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan berbagai program
infrastruktur seperti pengelolaan tanah/lahan, pengembangan wilayah industri, perbaikan
iklim investasi, dan koordinasi kebijakan terkait infrastruktur. Kegiatan-kegiatan tersebut,
diklasifikasikan dalam dukungan infrastruktur sebagai bagian dari anggaran infrastruktur
mengingat perannya dalam efektivitas berbagai program di bidang infrastruktur. Adapun
sasaran pembangunan dalam APBN tahun 2016 dapat dijelaskan sebagai berikut :
-

Bidang energi, rasio elektrifikasi diharapkan mencapai 90,15 persen.

-

Bidang kedaulatan pangan, pembangunan infrastruktur dalam tahun 2016 diarahkan
antara lain untuk pengembangan jaringan dan optimasi air termasuk irigasi seluas

400.000 ha. Selain itu, pembangunan infrastruktur tahun 2016 diarahkan antara lain
untuk mencapai produksi bahan pokok yaitu padi 76,2 juta ton, jagung 21,4 ton,
kedelai 1,82 juta ton, produksi 6,45 juta ton perikanan tangkap, 8,35 juta ton
perikanan budidaya, serta meningkatkan nilai tukar petani, nelayan dan pembudidaya
ikan.
-

Bidang perumahan, air minum dan sanitasi, pembangunan infrastruktur tahun 2016
diarahkan antara lain untuk pembangunan 11.642 unit rusun, penyediaan fasilitas
untuk rumah swadaya sebanya 94.000 RT serta pembangunan 387 embung dan
bangunan penampung air. Sasaran pembangunan infrastruktur bidang konektivitas
diarahkan untuk : 1) pembangunan 768,7 km ruas jalan baru dan 28,95 km ruas jalan
tol, 2) pembangunan jalur kereta api sepanjang 142,12 km serta 3) pembangunan 15
bandara baru.

Dalam nota keuangan APBN 2016 dijelaskan secara rinci program-program Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai pelaksana proyek infrastruktur. programprogram ini meliputi : 1) program penyelenggaraan jalan; 2) program pengelolaan sumber
day air; 3) program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman; 4) program
pengembangan perumaan. Adapun rincian indikator kinerja dan outcome-nya sebagai berikut:
1. Program Penyelenggaraan Jalan mempunyai indikator kinerja antara lain :
a. Jalan dan jembatan yang dibangun masing-masing sepanjang 768,7 km dan 8.051,7
m.
b. Jalan dan jembatan yang terpelihara masing-masing sepanjang 44.570,2 km dan
378.310,0 m.
c. Jalan bebas hambatan yang dibangun sepanjang 28,95 km. Outcome yang ingin
dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya dukungan
konektivitas untuk penguatan daya saing, dan meningkatnya kemantapan jalan
nasional.
2. Program Pengelolaan Sumber Daya Air mempunyai indikator kinerja antara lain :
a. Jumlah embung dan bangunan penampung air lainnya yang dibangun/ ditingkatkan
sebanyak 387 buah
b. Panjang normalisasi sungai dan pembuatan tanggul yang dibangun/ditingkatkan
sepanjang 119 km
c. Jumlah bendungan baru yang dibangun sebanyak 8 buah dan intake air baku yang
dibangun/ditingkatkan sebanyak 36 buah. Outcome yang ingin dicapai dari

pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya layanan infrastruktur sumber
daya air untuk ketahanan air, pangan dan energi.
3. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Pemukiman mempunyai
indikator kinerja antara lain :
a. Jumlah kota, kawasan perkotaan metropolitan, da kawasan perkotaan terfasilitasi
pemenuhan standar pelayanan perkotaan dan pengembangan Kota Layak Huni,
Kota Hijau, dan Kota Cerdas sebanyak 168 kawasan perkotaan.
b. Jumlah kota/kabupaten yang terlayani Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
dan tempat pengolah sampah terpadu masing-masing sebanyak 52 kabupaten/kota
dan 178 kabupaten/kota.
c. Jumlah Sambungan Rumah (SR) infrastruktur SPAM di kawasan kumuh
perkotaan, kawasan nelayan dan kawasan rawan air/perbatasa/pulau terluar
masing-masing sebanyak 17.000 SR, 2.560 SR dan 157.440 SR. Outcome yang
ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya jumlah
kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan
permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya
pembangunan permukiman, jumlah kawasan yang mendapat akses pelayanan
infrastruktur bidang permukiman, meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan
kebutuhan air minum masyarakat dan pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.
4. Program Pengembangan Perumahan mempunyai indikator kinerja antara lain :
a. Jumlah rumah tangga berpenghasilan rendah yang menghuni rumah susun
sebanyak 11.642 unit.
b. Jumlah rumah tangga yang menghuni rumah khusus sebanyak 6.350 unit
c. Jumlah rumah tangga berpenghasilan rendah yang difasilitasi bantuan peningkatan
kualitas rumah swadaya sebanyak 94.000 unit
d. Jumlah rumah tangga berpenghasilan rendah yang menghuni rumah umum
melalui stimulasi penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) sebanyak
42.009 unit. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut
adalah menurunnya kekurangan tempat tinggal dan menurunnya rumah tidak
layak huni.
Dalam Nota Keuangan 2016 pada poin Dana Alokasi Khusus Fisik dijelaskan sasaran
prioritas 3 dimensi yang salah satunya yaitu pembangunan infrastruktur yang dituangkan
dalam RKP. Beberapa bidang yag berkaitan dengan pembangunan infrastruktur sebagai
berikut :

1. Bidang Infrastruktur Perumahan Pemukiman, Air Minum dan Sanitasi
Kebijakan DAK Infrastruktur Perumahan Pemukiman, Air Minum dan Sanitasi tahun
2016 diarahkan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan meningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana perumahan dan kawasan permukiman, meliputi
penyediaan perumahan, serta air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau guna
meningkatkan standar hidup. Lingkup kegiataanya terdiri atas:
a. Subbidang Infrastruktur Perumahan Pemukiman, meliputi peningkatan kualitas rumah
swadaya (tidak layak huni) yang mencakup komponen atap, lantai dan dinding bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di daerah tertinggal, perbatasan serta kawasan
pulau-pulau kecil dan terluar.
b. Subbidang Infrastruktur Air Minum meliputi pembangunan jaringan distribusi sampai
pipa tersier yang menjadi bagian dari kewajiban pemerintah kabupaten/kota dan
perluasan serta peningkatan sambungan rumah perpipaan bagi masyarakat miskin di
kabupaten/kota yang memiliki kapasitas yang belum terpakai secara maksimal.
c. Subbidang infrastruktur Sanitasi meliputi peningkatan akses melalui sambungan
rumah dan peningkatan sarana dan prasarana sistem setempat (on-site) berupa
peningkatan kualitas septic tank individu.
2. Bidang Transportasi
Kebijakan DAK Transportasi tahun 2016 bertujuan untuk
-

Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan dasar, akses
masyarakat terhadap fasilitas perekonomian berupa sentra produksi, sentra energi,
simpul kemaritiman, pusat pariwisata dan industri

-

Mendukung pengembangan wilayah di daerah tertinggal, terpencil, terluar dan
perbatasan yang terintegrasi dalam sistem jaringan transportasi nasional

-

Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi

-

Mendukung perwujudan tol laut dalam mendukung konektvitas dan sistem logistik.

Adapun Lingkup kegiatan DAK Transportasi adalah :
a. Subbidang Infrastruktur Jalan untuk provinsi meliputi pemeliharaan berkalam
peningkatan struktur, peningkatan kapasitas dan pembangunan jalan dan jembatan.
Untuk kabupaten/kota, lingkup kegiatan infrastruktur jalan didanai dari DAK
Infrastruktur Publik Daerah.

b. Subbidang Perhubungan baik provinsi maupun kabupaten/kota meliputi : 1) keselamatan
transportasi yang terdiri atas pengadaan rambu lalu lintas jalan, marka jalan, pagar
pengaman jalan, delineator, alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL), paku jalan, cermin
tikungan, alat pengujian kendaraan bermotor, rute aman selamat sekolah (RASS),
implementasi zona selamat sekolah (ZoSS) dan media sosialisasi keselamatan
transportasi darat; 2) transportasi perkotaan meliputi penyediaan prasarana angkutan
umum perkotaan (halte, papan infromasi trayek, dan tambu tambahan)
c. Subbidang Transportasi Perdesaan, meliputi beberapa bagian yaitu : 10 moda
transportasi perairan; 2) sarana dan transportasi darat di kawasan perdesaan dan 3)
dermaga kecil.
DAK infrastruktur Publik Daerah dialokasikan kepada kabupaten/kota untuk membantu
mempercepat penyediaan infrastruktur publik secara memadai agar dapat mendukung
konektivitas transportasi, perbaikan pemukiman, peningkatan produksi pertanian serta
pengembangan sektor kelautan dan perinakan. Mengingat kondisi dan kebutuhan daerah
relatif berbeda, maka daerah diberikan diskresi untuk menentukan bidang infrastruktur
tertentu yang akan diprioritaskan untuk didanai dari DAK Infrastruktur Publik Daerah.
Namun, kegiatan yang didanai dari DAK Infrastruktur Publik Daserah tersebut harus
merupakan kegiatan yang sudah direncanakan dalam RKPD, bukan kegiatan yang akan
didanai dari DAK Reguler dan Belanja APBD murni dan diharapkan bisa mendukung
prioritas nasional. Bidang infrastruktur yang perlu didanai daerah dari DAK Infrastruktur
Publik Daerah antara lain meliputi jalan/jembatan, jaringan irigasi, infrastruktur perumahan
pemukiman, air minum dan sanitasi, infrastruktur perhubungan serta infrastruktur kelautan
dan perikanan. Lingkup kegiatan untuk infrastruktur jalan/jembatan antara lain berupa
pemeliharaan berkala, peningkatan struktur, peningkatan kapasitas, dan pembangunan jalan
dan jembatan, masing-masing pada jalan kabupaten/kota dan jalan strategis daerah. Lingkup
kegiatan untuk infrastruktur perhubungan antara lain berupa pembangunan dermaga dan
pelabuhan lokal/ pelabuhan pelayaran rakyat. Lingkup kegiatan untuk infrastruktur irigasi
antara lain berupa rehabilitasi, peningkatan, dan pembangunan jaringan irigasi/ rawa
kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang dalam kondisi rusak. Lingkup kegiatan untuk
infrastruktur kelautan dan perikanan antara lain berupa pembangunan bangunan air pada
pangkalan pendaratan ikan dan tempat pelelangan ikan. Sementara itu, lingkup kegiatan
untuk infrastruktur perumahan permukiman, air minum dan sanitasi antara lain berupa

penambahan kapasitas penyediaan air minum untuk perumahan dan kawasan umum serta
sarana pengolahan air limbah.
DAK Afirmasi merupakan tambahan DAK yang dialokasikan khusus kepada daerah
yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal, perbatasan dengan negara lain, dan
kepulauan. Mengingat kondisi beberapa jenis infrastruktur dasar daerah-daerah tersebut
masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lain, maka DAK Afirmasi diarahkan dapat
digunakan oleh daerah tersebut untuk menambah pendanaan bagi pembangunan/penyediaan
infrastruktur tertentu. Jenis infrastruktur yang didanai meliputi : 1) infrastruktur air minum
dan sanitasi pada bidang infrastruktur perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi; 2)
infrastruktur irigasi pada bidang kedaulatan pangan; 3) infrastruktur jalan dan transportasi
pedesaan pada bidang infrastruktur. Arah kebijakan dan sasaran bidang DAK afirmasi tahun
2016 sama dan menjadi satu kesatuan dengan arah kebijakan dan sasaran bidang DAK
Reguler tahun 2016, tetapi dengan lingkup kegiatan yang berbeda, yaitu :
1. Lingkup kegiatan infrastruktur air minum dan sanitasi pada bidang DAK Infrastruktur
Air Minum dan Sanitasi terdiri atas :
a. Subbidang Infrastruktur Air Minum meliputi : 1) optimalisasi sistem terbangun untuk
meningkatkan cakupan layanan, melalui pembangunan jaringan distribusi sampai
pipa tersier dan perluasan dan peningkatan sambungan rumah perpipaan bagi
masyarakat miskin di kabupaten/kota yang memiliki kapasitas yang belum terpakai
secara maksimal; 2) penambahan kapasitas sistem terpasang melalui pembangunan
intake dan komponen sistem penyediaan air minum (SPAM) lainnya sampai SR; 3)
pembangunan SPAM kawasan khusus di kawasan pulau-pulau kecil dan terluar,
dengan pembangunan dari unit air baku sampai unit pelayanan.
b. Subbidang Infrastruktur Sanitasi meliputi : 1) peningkatan akses melalui sambungan
rumah; 2) peningkatan sarana dan prasarana sistem setempat (on site) berupa
peningkatan kualitas septic tank individu dan 3) pembangunan dan pengembangan
prasaran dan sarana air limbah komunal di lokasi yang sudah dipicu sanitasi total
berbasis masyarakat.
2. Lingkup kegiatan infrastruktur irigasi pada bidang DAK Kedaulatan Pangan meliputi
rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan jaringan irigasi/ rawa kewenangan
pemerintah kabupaten/kota yang dalam kondisi rusak.

3. Lingkup kegiatan infrastruktur jalan dan transportasi perdesaan pada DAK Transportasi
meliputi:
a. Subbidang Jalan meliputi pemeliharaan berkala, peningkatan struktur, peningkatan
kapasitas dan pembangunan jalan dan jembatan, pada jalan kabupaten/kota dan jalan
strategis daerah.
b. Subbidang Transportasi Perdesaan meliputi: 1) modal transportasi perairan, 2) sarana
dan prasarana transportasi darat di kawasan perdesaan dan 3) dermaga kecil.
C. Kesimpulan
Pengalaman rendahnya penyerapan realisasi anggaran pada belanja infrastruktur di tahun
2015 menjadi tugas rumah pemerintah untuk terus mengoptimalkan belanja infrastruktur.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah agar realisasi belanja infrastruktur
lebih optimal yaitu:
1. Belanja infrastruktur harus fokus dan mampu mendorong sektor lain untuk tumbuh,
seperti untuk infrastruktur energi, pangan dan konektivitas daerah.
2. Belanja infrastruktur harus efisien artinya pengurangan porsi belanja yang digunakan
untuk persiapan serta pengadaaan dan lebih besar porsi belanja pembangunan fisik
3. Transparansi dimana harus ada data yang jelas dan dipublikasikan dalam
pembangunan infrastruktur.
Di tahun 2016, diharapkan adanya peningkatan penyerapan anggaran belanja
infrastruktur sehingga kebijakan pemerintah mengalokasikan anggaran dalam bidang ini
tidak sia-sia. Peningkatan belanja infrastruktur diharapkan akan memacu roda
perekonomian di Indonesia.

Daftar Pustaka
1. Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
2. Nota Keuangan beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016
3. http://vibiznews.com/2015/09/18/realisasi-serapan-anggaran-infrastruktur-belum-sampai-

50/ diakses tanggal 23 Mei 2016
4. http://www.kemenkeu.go.id/en/node/46757 diakses tanggal 23 Mei 2016
5. http://www.kemenkeu.go.id/Page/informasi-keuangan-dan-anggaran diakses tanggal 27

Mei 2016
6. http://www.kemenkeu.go.id/SP/perkembangan-ekonomi-makro-dan-realisasi-apbn-p-

2015 diakses tanggal 27 Mei 2016