TINJAUAN SALURAN DRAINASE MEDOKAN SETELAH SEGMEN SEMOLOWARU DITUTUP BOX CULVERT (SEGMEN MANYAR – SEMOLOWARU)

  

TINJAUAN SALURAN DRAINASE MEDOKAN SETELAH SEGMEN

SEMOLOWARU DITUTUP BOX CULVERT

(SEGMEN MANYAR – SEMOLOWARU)

  SAPTARITA K, KUNTJORO, SUHARJOKO Dosen Diploma Teknik Sipil ITS Jl. Teknik PenyehatanBlok N No. 4 Surabaya.

  Tel : 081330693027 Email : saptarita@ce.its.ac.id

  

Abstrak—Saluran drainase Medokan adalah saluran irigasi sekunder Medokan yang

berubah menjadi saluran drainase.Pendangkalan yang terjadi sangat besar, hal ini

disebabkan oleh kandungan sedimen yang terbawa dari Kali Mas ke saluran drainase Kali

Bokor, dari daerah layanannya sendiri dan dari sampah. Tingkat pendangkalan rerata

selama satu siklus musim saluran drainese Medokan secara keseluruhan adalah 54%.

  

Sebelum penutupan dengan box culvert, pada enam bulan pengamatan segmen

Semolowaru telah mengalami pengurangan kapasitas sebesar 69,06%. Dengan ditutupnya

segmen Semolowaru dengan box culvert maka akan berpengaruh pada karakteristik

sedimentasi sepanjang saluran drainase ini. Dengan tingkat pendangkalan 69,06%, maka

disarankan agar dilakukan pemeriksaan saluran di bawah boc culvert dua kali dalam stu

siklus musim, yaitu sekitas bulan Januari dan Agustus, dan pengerukan periodik sekali

dalam satu siklus musim, yaitu pada awal musim hujan(sekitar bulan Agustus). saluran drainase Medokan, box culvert

   Kata kunci

  seperti terlihat pada Gambar 2. Dimensi P ENDAHULUAN I. segmen ini adalah: lebar bawah 3,5 m, lebar

  Saluran drainase Medokan adalah saluran atas 5,0 m, jagaan 0,4 m dan tinggi kapasitas yang semula dibangun untuk kepentingan 1,1 m. panjang segmen ini adalah 900 m. irigasi, saluran ini merupakan saluran sekunder yang dialiri dari saluran induk Kalibokor dengan luas daerah irigasi 2.149 Ha. Sekarang luasan tersebut sudah berubah menjadi perumahan, perkantoran dan kampus. Saluran drainase Medokan sepanjang 6,3 Km bermula dari saluran sekunder Manyar dan berakhir di Medokan pada pertemuan dengan kali

  Gambar 1: Up Stream Saluran Segmen Wonokromo.

  Manyar Gambar 1 adalah upstream saluran drainase

  Medokan di bawah jambatan Manyar dengan kondisi hampir penuh sedimen dan material bahan bangunan, bersambung segmen manyar

  Segmen terakhir adalah saluran terbuka sampai muara Semolowaru – Medokan (pertemuan dengan Kanal Wonokromo) dengan dimensi lebar atas 6,5 m, lebar bawah 5,5 m tinggi jagaan 0,4 m dan tinggi kapasitas 1,1 m. panjang segmen ini adalah 1700 m.

  Gambar 2: Saluran Drainase Segmen Manyar

  ERMASALAHAN

  II. P

  Perubahan fungsi saluran dari saluran Bersambung ke segmen Semolowaru irigasi menjadi saluran drainase, aliran yang seperti yang terlihat pada Gambar 3 dengan semula dari saluran ke daerah layanan irigasi dimensi lebar bawah 5,0 m, lebar atas 3,5 m berubah menjadi sebaliknya. tinggi jagaan 0,4 m dan tinggi kapasitas 1,1 m.

  Saluran berada di daerah yang sangan datar, Segmen ini bersambang dengan segmen yang sehingga memicu sedimentasi yang sangat ditutup box culvert dengan penampang segi tinggi. empat dimensi tinggi 2,5 m, lebar 3,0 m.

  Kesadaran yang rendah dari mesyarakat seperti yang ditunjukkan Gambar 4. Panjang akan fungsi saluran drainase, menyebabkan segmen ini adalah 1.100 m. banyak sampah di beberapa segmen saluran. Ditunjukkan pada Gambar 5

  Berubahnya saluran terbuka menjadi saluran di bawah box culvert, sehingga pekerjaan pengerukan menjadi lebih sulit. Ditunjukkan pada Gambar 6.

  Gambar 3: Saluran Drainase Segmen Semolo (di depan UNITOMO)

  Gambar 5: Sampah di Salah Satu Segmen Gambar 4: Saluran Drainase Segmen

  Saluran Semolowaru (di awal Box Culvert) hujan pada setiap ruas (segmen) saluran, yang didasarkan pada: Metode Engelun and Hansen, • Metode Acker and White dan

  • Metode Mayer, Peter and Muler:
  • Prosentase Sedimen Cara Pengukuran Langsung

  Metode pengamatan langsung dilakukan dengan cara memuat patok – patok pada stasiun – stasiun pengamatan pada titik –titik yang telah ditentukan, kemudian memberi tanda pada permukaan sedimen pada saat

  Gambar 6: Saluran Drainase Segmen Semolo awal pengamatan. Kemudian permukaan Yang Ditutup Dengan Box Culvert endapan ini diamati dan dicatat periodik setiap satu minggu.

III. M ETODE

  Analisis Sumber – sumber Sedimen

  H ASIL DAN PEMBAHASAN IV. Sumber – sumber sedimen dalam dalam

  Prediksi Sedimentasi Kumulatif

  analisis sedimentasi ini didasarkan atas Analisis Teoritis. beberapa pertimbangan yaitu:

  Dengan metode teoritis analitis tiga metode Data debit Kali Surabaya.

  • didapat volume angkutan sedimen sebagai

  Data debit saluran drainase Medokan

  • berikut:

  Data Hujan

  • Metode Engelun and Hansen: angkutan

  Luasan daerah layanan drainase •

  • 7

  3

  sedimen sebesar 9,25. 10 m /detik atau (catchment area)

  3 dalam satu hari di seluruh saluran 0,08 m .

  Atau selama musim hujan = 0,08x30x6 = 14,4

  Prediksi Sedimentasi Kumulatif

  3 m .

  Prediksi sedimentasi didasarkan pada Metode Acker and White: angkutan kondisi musim yaitu musim kemarau dan

  • 7

  3 sedimen terjadi sebesar 4,5. 10 m /detik.

  kondisi musim hujan.

  Metode Mayer, Peter and Muler: angkutan Sedimen selama musim kemarau

  • 7

  3 sedimen terjadi sebesar 1,7. 10 m /detik.

  diperkirakan dari sampah yang terbuang ke saluran, limbah domestik dan debit aliran dari

  Prosentase Sedimen Terhadap Kapasitas saluran induk Kalibokor. Saluran Cara Analitis

  Sedimen yang berasal dari saluran induk Prosentase sedimen dasar (bed load)

  Kalibokor sangat kecil diperkirakan sudah ditunjukkan pada Tabel 1. Dari metode mengedap di sepanjang saluran induk analitis didapat prosentase volume sedimen Kalibokor.. terhadap kapasitas tampung saluran seperti

  Analisis sedimentasi pada musim hujan yang terlihat pada Tabel 2. didasarkan atas data sedimen yang disampling di saluran yang diambil pada saat musim

  Sehubungan dengan tingkat pendangkalan yang tinggi di saluran ini, telah dilakukan pengerukan oleh Pemerintah Kota Surabaya pada segmen Jembatan Nginden sampai dengan depab Brimob dan segmen – segmen lain. Namun demikian belum dilakukan

  Stasiun III No. Patok Elevasi Sedimen Diukur Dari Muka Tanggul (+0,00)

  Tindakan Yang Telah Dilakukan

  No Panjang Lebar dasar Lebar atas Tinggi Jagaan Kapasitas Ruas (m) (m) (m) (m) (m) tampung (m 3 ) 1 900 3,5 5,0 1,1 0,5 4208 2 500 3,5 5,0 1,1 0,5 2338 3 600 3,0 3,0 2,0 0,5 3600 4 1700 5,5 6,5 1,1 0,5 11220 Total 3700 21365

  Tabel 4: Kapasitas Tampung Saluran Medokan

  Untuk mendapatkan tingkat kerawanan suatu saluran terhadap tingkat sedimentasi, maka dilakukan tinjauan perbandingan kapasitas tampung suatu saluran terhadap tingkat sedimentasi di saluran tersebut. Volume tampungan saluran drainase Medokan ditunjukkan pada Tabel 4.

  Prosentas Stasiun IV Analisis Volume Tampungan Saluran

  Rerata -1,50 -1,40 -1,20 -1,10 -1,00 0,00 45,80 24,53 35,08 44,62 No. Patok Elevasi Sedimen Diukur Dari Muka Tanggul (+0,00)

  Tabel 3d: Prosentase Sedimetasi Terhadap Kapasitas Saluran Dari Pengamatan Langsung di satasion IV Kond. Awal Akhir Jan Akhir Peb. Akhir Mar Akhir Apr Elevasi 1 -1,50 1,40 -1,20 -1,10 -1,00 Dasar 2 -1,50 1,40 -1,30 -1,20 -1,10 -1,5 3 -1,50 1,40 -1,20 -1,10 -1,00

  Tabel 3c: Prosentase Sedimetasi Terhadap Kapasitas Saluran Dari Pengamatan Langsung di satasion III. Kond. Awal Akhir Jan Akhir Peb. Akhir Mar Akhir Apr Elevasi 1 -0,90 -0,80 -0,70 -0,70 -0,60 Dasar 2 -1,12 -1,00 -0,90 -0,90 -0,80

  Tabel 1: Perhitungan Prosentasi Bed Load Prosentas Pasir Lanau Lempung Sampah sedimen (%) 1 Jembatan Nginden 6 15 70 9 0,053 2 Depan Brimob 7 17 73 3 0,042 3 Perempatan Semolowaru 4 15 Komposisi Sedimen (%) 75 6 0,047 No Lokasi Sampling Sumber: Prediksi pendangkalan saluran Medokan Saptarita dkk.

  • 1,5 3 -1,28 -1,20 -1,00 -0,90 -0,80 Rerata -1,10 -1,00 -0,90 -0,80 -0,70 36,36 45,80 54,34 62,06 69,06 Prosentas
  • 1,5 3 -1,30 -1,20 -1,10 -1,10 -1,00 Rerata -1,27 -1,20 -1,10 -1,10 -1,00 24,24 29,58 34,48 39,24 43,77 Prosentas

  Prosentas Stasiun II

  Rerata -1,20 -1,10 -1,00 -0,90 -0,80 26,67 37,04 46,42 54,91 62,59 No. Patok Elevasi Sedimen Diukur Dari Muka Tanggul (+0,00)

  Tabel 3b: Prosentase Sedimetasi Terhadap Kapasitas Saluran Dari Pengamatan Langsung di satasion II.. Kond. Awal Akhir Jan Akhir Peb. Akhir Mar Akhir Apr Elevasi 1 -1,20 -1,10 -1,00 -0,90 -0,80 Dasar 2 -1,20 -1,10 -1,00 -0,90 -0,80 -1,5 3 -1,20 -1,10 -1,00 -0,90 -0,80

  Elevasi Sedimen Diukur Dari Muka Tanggul (+0,00) No. Patok Stasiun I

  Tabel 3a: Prosentase Sedimetasi Terhadap Kapasitas Saluran Dari Pengamatan Langsung di satasion I. Kond. Awal Akhir Jan Akhir Peb. Akhir Mar Akhir Apr Elevasi 1 -1,30 -1,20 -1,10 -1,10 -1,00 Dasar 2 -1,20 -1,20 -1,10 -1,10 -1,00

  Metode pengamatan langsung dilakukan dengan cara memuat patok – patok pada stasiun – stasiun pengamatan pada titik –titik yang telah ditentukan, kemudian memberi tanda pada permukaan sedimen pada saat awal pengamatan. Kemudian permukaan endapan ini diamati dan dicatat periodik setiap satu minggu. Secara lengkap hasil pengamatan langsung ini ditunjukkan pada Tabel 3a, 3b, 3c dan 3d.

  Total 21365 53,13 14,22 4,99 1,19 0,32 0,11 4 11220 12,1 3,1 0,92 0,42 0,11 0,03 Sedimen Selama Musim Hujan (%) Sedimen Selama Musim Kemarau (%) Prosentase Sedimen Terhadap Kapasitas Saluran Cara Pengukuran Langsung

  Tabel 2: Prosentase Volume Sedimen Cara Analitis Terhadap Kapasitas Saluran No Kapasitas Ruas Tampung (m 3 ) E&H MPM A&W E&H MPM A&W 1 4208 14,4 3,96 1,56 0,34 0,09 0,04 2 2338 14,4 3,96 1,56 0,28 0,08 0,03 3 3600 12,23 3,2 0,95 0,15 0,04 0,01

  • 7
    • Metode Engelun and Hansen = 9,25. 10 .

  • 7
    • Metode Acker and White = 4,5. 10 /detik .

  • 7
    • Metode Mayer, Peter and Muler = 1,7. 10 /detik.

  m

  Pengerukan dilakukan tidak hanya pada saluran terbuka saja, tetapi juga pada saluran di bawah box culvert.

  Pengelontoran bisa dilakukan, mengingat debit yang tersedia dari kali Mas masih memungkinkan untuk pengelontoran ini. Perlu kajian lebih lanjut dalam hal jika dilakukan pengelontoran sedimen (sediment flashing). Hal ini untuk memberikan alokasi debit untuk masing – masing saluran dengan intake pada Kali Mas.

V. K ESIMPULAN

  D AFTAR PUSTAKA

  [1] Bambang Soejadi, Ir, Dpl.HE,: Sedimen Transport, ITS, 1986. [2] Noor Endah, Suwarno dan Amin Widodo:

  3

  3

  Dari pengamatan langsung selama 4 bulan, pengendapan ada yang mencapai 69% dari kapasitas saluran. Dengan demikian disarankan untuk diadakan pengerukan secara periodik sekali dalam stu siklus musim, disekitar bulan Agustus.

  m

  Metode analitis:

  Sedimen Terangkut

  3

  Kapasitas Tampung saluran drainase Medokan sepanjang 3.700 meter sekitar 21.365 m

  Kapasitas Tampung Saluran Drainase Medokan

  Dalam hal menghindari pendangkalan yang akan terjadi di dalam box culvert, tindakan pengerukan di hulu box culvert sudah cukup tepat. Hal ini diharapkan agar sedimen yang terangkut bisa diendapkan di palung saluran hulu yang dikeruk tersebut, dengan demikian bisa mengurangi pengendapan sedimen di dalam box culvert.

  tindakan pengerukan apapun pada segmen yang telah tertutup oleh box culvert.

3 Metode pengukuran langsung:

  Untuk perhitungan volume pengerukan sedimen, lebih baik dipakai hasil pengamatan langsung dari pada hasil analisis. Karena hasil pengamatan adalah sedimentasi nyata di lapangan.

  S

  /detik.

  Terdapat perbedaan yang sangat besar antara pengamatan dengan hasil analisis, ini disebabkan oleh adanya sampah yang masuk ke dalam saluran yang tidak termasuk dalam besaran – besaran yang tercakup dalam metode analisis. SALURAN IRIGASI MEDOKAN DALAM SATU SIKLUS MUSIM”,

  Sedimentasi hasil pengamatan langsung sangat bervariasi antara satu satasiun pengamatan dengan yang lain, besarnya antara 25% sampai dengan 69% dari kapasitas tampung saluran.

  “ PEMBUATAN PETA GEOTEKNIK KOTA MADYA SURABAYA”, Laporan penelitian, Puslit ITS, Surabaya 1988.

  [3] Saptarita kusumawati, “STUDI

  KEMUNGKINAN MENURUNKAN SALINITAS AIR TANAH DI SURABAYA TIMUR MELALUI PENGGUNAAN KOLAM RESAPAN BUATAN”, Laporan penelitian, Puslit ITS, Surabaya 1990.

  [4] Suharjoko, “ PENGARUH

  PENGALIRAN AIR DI SALURAN

  IRIGASI KALIBOKOR DAN SEMUA JARINGANNYA SETELAH KEPENTINGAN UNTUK IRIGASI TIDAK ADA”, Laporan penelitian, Puslit ITS, Surabaya 1992.

  [5]

  Saptarita kusumawati, “PREDIKSI PENDANGKALAN PADA EX.

  m

  ARAN

  Laporan penelitian, Puslit ITS, Surabaya 1997.