View of Problematika Pembiayaan Mudharabah di Perbankan Syariah Indonesia

A. Chairul Hadi

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  1 Pendahuluan

  Dalam literat ur ekonom i Islam dan perbankan syariah yang dipublika- sikan dalam rentang w akt u ant ara 1960-an hingga 1970-an, dijelaskan bank-bank syariah dikonsep sebagai lembaga keuangan, di m ana kese- luruhan pinjam an bisnis yang diber- lakukan kepada pengusaha (nasabah) berdasarkan prinsip bagi hasil (profit

  and loss sharing) .

  t erjadi di t anah air. Kondisi ini sebenarnya menurut Adhiw arm an Karim lebih dari pada unt uk m em - bedakan ant ara bank syariah dan bank konvensional yang beroprasi dengan sist em bunga. M eskipun de- m ikian, bank-bank Islam sejauh ini t idak bisa dipungkiri lagi m urni m enggunakan sist em bagi hasil, nam un m em perluas penggunaannya kepada met ode pem biayaan lainnya sepert i jual beli, leasing, dan lain sebaginya.

  2 Bank syariah adalah bank yang

  m ekanism e kerjanya menggunakan m ekanism e bagi hasil, t idak m eng- gunakan bunga. Dengan dem ikian bagi hasil seharusnya m erupakan m ekanism e yang dominan di bank syariah. Nam un kenyat aannya, m eka- nism e produk bagi hasil t idak

  

Problematika Pembiayaan M udharabah

di Perbankan Syariah Indonesia

  Abst ract . Islamic banks were originally const ruct ed as a non-usury

  banking syst em w ith profit and loss sharing in all it s operat ional m echanism. But in it s development t o meet the banking funct ion as a financial int erm ediary, all t ypes of businesses t hat legalized Islamic law (syari'a) based non- profit-sharing, such as t rade, rent als and ot her services int o a product of Islam ic banks. The problem t hen w as t he product of t his result has not become t he m ain business of Islam ic banks. In t heory, financing product wit h a profit sharing schem e can be m ore prosperous econom ic comm unit y. This paper will t ry t o discuss about problem s and solut ions sharing syst em (mudaraba) in a financing schem e in Islam ic banks.

1 Hal ini juga yang

  m enunjukan prosent ase yang cukup t inggi. Pert anyaan yang m uncul kem udian adalah m engapa pem bia- yaan bagi hasil khususnya m udha- rabah belum m enjadi unggulan di perbankan syariah? Dan upaya- upanya apakah yang m ungkin dila- kukan unt uk m endorong pem biayaan bagi hasil m enjadi core bisnis perbankan syariah?.

  m udharabah dan m usyarakah, de- ngan nasabah pemakai dana

  risiko yang lebih besar karena belum adanya st andar biaya unt uk berbagai jenis usaha yang berbeda. St andar biaya yang berlaku sekarang hanya m enyangkut “ upah m inim um region- nal” sedang unt uk biaya operasional lainnya belum ada. Selain daripada it u t idak ada lem baga yang m em bina dan m engaw asi nasabah yang berperan sebagai mudharib.

  (shahibu al- mal), bank mengahadapi

  bert indak sebagai pem ilik dana

  4 Disisi lain pada w akt u bank

  Akad mudharabah yang dilakukan ant ara bank dengan pemilik t abungan m udharabah dan deposit o m udha- rabah mem baw a konsekuensi resiko bagi pem ilik dana akan kem ungkinan ruginya usaha bank. Nam un resiko ini relatif lebih ringan karena ket at nya pengaw asan Bank Sentral kepada sekt or perbankan. Selain it u sekt or perbankan diw ajibkan mengikut i berbagai ket ent uan Pem erint ah dan Bank Sent ral dalam rangka m elindungi pem ilik dana.

  (mudharib).

  (shahibu al-mal) melalui akad

  M udharabah sebagai Produk Pembiayaan Bank Syariah

  Dengan dem ikian m aka pada perbankan syariah dikenal adanya dua sisi peranan bank, yait u pada sisi penghim punan dana m asyarakat , bank berperan sebagai pengelola usaha (mudharib) m elalui akad m udharabah dengan pem ilik t abungan m udharabah dan deposit o m udharabah (shahibu al-mal), sert a pada sisi penyaluran dana kepada m asyarakat , bank dapat pula berperan sebagai pem ilik dana

  3 .

  dana m asyarakat unt uk disalurkan kem bali kepada m asyarakat dalam berbagai bent uk pem biayaan dan penyert aan m odal

  diaries” sebagai dasar penghim punan

  Pada akad m udharabah di perbankan syariah dikenal apa yang disebut “ dua t ahap” atau “ t wo-tier” m udharabah. Hal ini karena perbankan syariah merupakan lem - baga “ perant ara” at au “ int erme-

  (mudharib) .

  Penyert aan m odal (pem biayaan) dengan sist em bagi hasil meliput i penyert aan m elalui akad-akad m udh- arabah dan m usyarakah. Karakt erist ik dari akad m udharabah ialah adanya dua pihak, yait u yang sat u sebagai pemilik dana (shahibu al-mal) dan yang lain sebagai pengelola usaha

  5

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  musyarakah), padahal yang m em pu-

  7 Sebagian besar ulam a dan pakar

  Tidak dapat dipungkiri bahw a pada kenyat aanya pem biayaan bank syariah lebih dit itik berat kan melalui skem a m urabahah, bahkan kalau kit a bandingkan t ernyat a bank-bank Islam papan at as dunia, juga memiliki kecenderungan m enjadikan skem a m urabahah sebagai pem biayaan yang ut am a. Sebagai cont oh adalah Bahrain Islamic Bank, Faysal Islamic Bank, Bank Islam M alaysia, Kuw ait Finance House dan lain-lain dim ana kalau dirat a-rat akan, skem a m uraba- hahnya m encapai 70% persen.

  M enurut Dat a Bank Indonesia, pem biayaan yang paling dominan adalah pem biayaan m urabahah yang m erupakan salah sat u jenis dari pem biayaan non-bagi hasil.

  penyaluran dana kepada m asyarakat yang didominasi pem biayaan per- dagangan ini t idak hanya t erjadi pada perbankan syariah di Indonesia, tet api juga t erjadi pada perbankan syariah di negara lainnya diseluruh dunia.Di perbankan syariah nasional saat ini, pem biayaan yang m asih m endominasi adalah pembiayaan non-bagi hasil.

  6 Lebih m enarik lagi, kom posisi

  nyai dampak langsung kepada pert um buhan ekonom i berupa t um buhnya peluang usaha baru, kesem pat an kerja baru, dan pening- kat an pendapat an penduduk adalah pem biayaan dalam bent uk kerjasam a ini baik mudharabah m aupun musyarakah .

  penyert aan m odal (mudharabah dan

  3 Dengan dem ikian dibandingkan

  hah), dibandingkan dengan bent uk

  Tingginya resiko (high risk) inilah yang m enjadikan m engapa kom posisi penyaluran dana kepada m asyarakat yang lebih banyak dalam bent uk pem biayaan perdagangan (muraba-

  cam pur dalam kegiat an sehari-hari pihak pengelola usaha. Hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola dibagihasilkan ant ara bank dengan pengelola usaha sesuai dengan porsi yang disepakat i bersam a. Dalam hal t erjadi kerugian, m aka rugi uang dit anggung seluruhnya at au sebagian oleh bank, sedang pengelola tidak m em peroleh bayaran dari usahanya.

  al-mal , bank t idak dibolehkan t urut

  derivat ifnya, usaha pem biayaan dalam bent uk penyert aan m odal dianggap lebih besar risikonya t erut am a pada akad mudharabah. Karena pada akad m udharabah ini, pihak bank m enyediakan 100% kebut uhan m odal usaha sedang pihak pengusaha m enyediakan jasa pengelolaan usaha. Sebagai shahibu

  ajil, salam, ijarah, ist ishna’, dan

  dengan usaha bank dalam bent uk pem biayaan perdagangan (jual-beli) m elalui akad murabaha, bai bit haman

  juga sependapat bahw a bank syariah m erupakan bank yang berprinsip ut am a bagi hasil, sehingga pem bia- yaan bagi hasil seharusnya lebih diut amakan dan dom inan disbanding- kan dengan pem biayaan non-bagi hasil. Sem ent ara sebagian pakar yang lain m em andang w ajar kecende- rungan pem biayaan non-bagi hasil bank syariah, khusunya pada t ahap aw al pengem bangan mengingat berbagai kendala yang dihadapi.

  Pembiayaan bagi hasil adalah pola pem biayaan yang m encerminkan

  spirit perbankan syariah. dengan

  alasan adalah sebagai berikut ;

  pert ama, pem biayaan bagi hasil dapat

  m engurangi peluang terjadinya resesi ekonomi dan krisis keuangan. Hal ini dikarenakan bank syariah adalah inst it usi keuangan yang berbasis asset (asset -based). Art inya, bank syariah bert ransaksi berdasarkan assert riil dan bukan m engandalkan pada kert as kerja sem at a. Sement ara disisi lain, bank konvensional hanya bert ransaksi berdasarkan paper work dan dokum en sem at a, kem udian m em - bebankan bunga dengan prosent ase t ert ent u kepada calon invest or.

  Kedua, invest asi akan m eningkat yang

  disert ai dengan pem bukaan lapangan kerja baru. Akibat nya t ingkat pengangguran akan dapat dikurangi dan pendapat an m asyarakat akan bert am bah. Ketiga, pem biayaan bagi hasil akan m endorong t um buhnya pengusaha at au invest or yang berani m engam bil keput usan bisnis yang beresiko. Hal ini akan m enyebabkan berkem bangnya berbagai inovasi baru, yang pada akhirnya dapat m eningkat kan daya saing bangsa ini.

  Bila dit injau dari sisi nasabah, nasabah akan m em bandingkan secara cerm at ant ara expect ed rat e of return yang dit awarkan oleh bank syariah dengan t ingkat suku bunga yang dit aw arkan oleh bank konvensional

  8 .

  Dari uraian diat as t erlihat bahw a skim pem biayaan yang t epat sebagai m esin akselerasi pem bangunan kese- jaht eraan ekonom i m asyarakat adalah pem biayaan mudharabah (bagi hasil), yang t ent uya harus dilaksanakan secara profesional.

  Dominasi pem biayaan non-bagi hasil jelas bukanlah kondisi ideal yang diinginkan, indust ri perbankan syariah bersam a-sam a dengan pem erint ah m aupun Bank Indonesia harus t et ap m em persiapkan sist em m aupun infra- st rukt ur dengan m encari solusi yang t epat unt uk m eningkat kan pem bia- yaan bagi hasil.

  9 Terlebih lagi, sesuai

  dengan visi dan misi pengem bangan perbankan syariah nasional yang dian- t aranya adalah m encapai m asyarakat yang sejaht era secara m aterial dan spirit ual (falah) yang m am pu m en- dukung sekt or riil m elalui kegiat an berbasis bagi hasil dan t ransaksi riil dalam rangka m endorong part um - buhan ekonomi nasional.

  10 Hal diat as secara berangsur-

  angsur mulai dibuktikan oleh Bank Indonesia yang t elah m enarget kan di dalam blue print perbankan syariah nasional yait u 40 % proporsi unt uk pem biayaan bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah dalam rent ang

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  5

  w akt u 2008-2011. persiapan itu jelas t idak dapat dilakukan secara menda- dak, m elainkan m au tidak m au harus m ulai dipersiapkan dari sekarang, karena perkem bangan pesat yang sedang berlangsung perlu diarahkan agar t idak t erlanjur berkembang kearah yang tidak diinginkan.

11 Dari

  paparan diat as kiranya dapat disim - pulkan bahwa m asalah pokok kecilnya jum lah pem biayaan dengan sist em bagi hasil adalah, adanya kendala- kendala t eknis baik int ernal (bank) m aupun ekst ernal (calon nasabah). Tingginya resiko menjadi pert im - bangan ut am a m engapa bank syariah kurang tert arik unt uk m em berikan pem biayaan mudharabah, karena di jam an sekarang m asih sangat sulit m encari pengusaha yang jujur dan am anah (perilaku m oral hazard nasabah). Padahal kunci keberhasilan pem biayaan bagi hasil sangat t er- gant ung pada karakt er nasabah. Jika pendapat an besar harus dilaporkan besar pula, jangan sebaliknya unt ung besar dilaporkan ke bank bernilai kecil, bahkan m ungkin dilaporkan rugi.

  M asalah m oral hazard nasabah ini m enurut Chapra lam bat laun akan t erat asi apabila m ekanism e kekuat an pasar berjalan, karena m enurut nya, t idak hanya sat u dua orang pengusaha yang akan m em injam dari bank. Akan ada ribuan pengusaha dan m ereka yang bert indak curang akan t ercerm in dari hasil yang m ereka um um kan, dibandingkan dengan m ereka yang jujur. Jadi mereka akan m erusak sendiri kepentingan jangka panjang mereka akibat peringkat kredit yang buruk. Ini akan m enyulit kan mereka m endapat kan pem biayaan dim asa dat ang, karena peringkat ini bukan hanya akan beredar dikalangan bank t api juga t erbuka bagi um um .

  12 Pengendalian Resiko Pembiayaan Bagi Hasil (M udharabah) di Perbank- an Syariah

  Unt uk m engurangi kem ungkinan t erjadinya resiko-resiko diat as, m aka bank syariah m enurut Adiw arm an Karim dapat menerapkaan sejum lah bat asan-bat asan t ert entu ket ika m enyalurkan pem biayaan kepada

  mudharib,

  13

  yang t ujuannya agar

  mudharib secara sist emat is “ dipaksa”

  unt uk berperilaku memaksim alkan keunt ungan bagi kedua belah pihak baik mudharib it u sendiri m aupun bagi shahibu al-mal. Bat asan-bat asan it u ant ara lain:

  1. Penetapan Anggunan beru- pa Fixed Asset dan (atau) Adanya Lembaga Penjamin

  Pengenaan jam inan juga akan m encegah mudharib melakukan pe- nyelewengan karena jaminannya yang sudah diberikannya, itu m enjadi harga dari penyelewengan perilakunya.

  M enurut Chapra unt uk m engu- rangi resiko skem a mudharabah, perlu adanya a loan guarant ee

  scheme underw rit t en part ly by t he ghoverment and partly by t he commercial banks. Dem ikian pula

14 Keberadaan lem baga ini sangat

  mudharabah di Faisal Islamic Bank of

  prinsipnya, mudharabah berlangsung berdasarkan am anah dan w akalah, m aka si m udarib m enjadi seorang am in (t erpercaya) bagi shahibu al-mal yang berakad dengannya. Sem ent ara it u m odal yang dit angannya adalah m erupakan am anah, karena it u m enerim a dan m engelolanya dengan

  16 Dalam kacam at a fiqh, pada

  t am bahan jaminan dalam jangka w akt u yang di t ent ukan.

  mudharib harus m em berikan

  kerugian yang t erjadi, oleh karenanya jam inan yang disyaratkan dalam kont rak menjadi konfensasi pihak bank. Jika jam inan t idak cukup, m aka

  mudharib bert anggung jaw ab at as

  dana at au t idak m enjaga barang dagangannya sebagaim ana mest inya berdasarkan ket ent uana persyarat an dari invest or, dim ana mudharib m engalam ai kerugian, m aka jaminan (garansi) yang diberikan dijadikan sebagai gant i at as kerugian yang dialam inya. Dalam kasus t ersebut ,

  mudharabah t idak m em am paat kan

  M esir (FIBE) adalah jika t erbukt i

  bank. Salah sat u persyarat an kont ak

  pendapat Chudhory. Bahw a unt uk m enghubungkan sekt or riil dengan sekt or keuangan melalui pem biayaan

  mudharib unt uk diberilan kepada

  rat an adanya jaminan dari pihak

  mudharabah menerapakan persya-

  t elah dipraktekan pada bank-bank syariah di beberapa negara. Int er- nat ional Islam aic Bank for Invesm ent and Developm ent (IIBID) dalam m enjalankan pem biayaan kont rak

  business loss, m aka bank turut m enanggung kerugian t ersebut .

  nam un bila kegagalan karena normal

  negligence at aupun moral failure,

  m elakukan investigasi mengenai pe- rilaku mit era sehingga dapat dipercaya akan am anah dalam m engelola dana, dan m emiliki kem am puan dalam berusaha. Bila perilaku am anahnya diragukan dan kem am puannya rendah tidak akan dijamin dalam mem peroleh pem bia- yaan dari bank syariah. Unt uk nasabah yang m asih rendah kem am puannya lem baga dapat m em berikan peletihan sehingga nasabah yang m em enuhi syarat (eligible) unt uk memperoleh pem - biayaan dari bank syariah dan dijam in oleh lem baga t ersebut . Bank syariah akan mem peroleh kem bali dananya bila t erjadi kegagalan nasabah karena

  mudharabah, lem baga ini yang akan

  m enent ukan kem am puan bank syariah dalam m enggerakan sekt or riil m elalui alokasi pem biayaan kedaerah pedesaan, UKM dan dengan skim

  mudharabah perlu adanya lem baga penjamin.

15 Sist em jam inan ini sebenarnya

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  7

  Keboleh bagi shahibu al-mal unt uk m em int a suatu jaminan dari amil

  Tet api jaminan it upun sebenarnya harus fleksible, mudah dan tidak m enyulit kan bagi mudharib. M aksud- nya adalah jaminan t ersebut dapat berbentuk m oril yait u: surat reko- m endasi (tazkiyah) dari seseorang at au lem baga yang dapat dijadikan penjam ain, t erpercaya dan ber- t anggung jaw ab sebagaiam an dalam bent uk m at eril yait u barang. Kedua bent uk jamiana inilah yang dapat dijadikan pem ecah pada saat timbul m asalah yang tidak diinginkan dari m udharib dengan cara yang adil, arif dan bijaksana.

  m aka dibolehkan bagi shahibu al-mal unt uk m emint a agunan dari mudharib sebagai jam inan yang t elah m enjadi suat u kebut uhan (haajah) bagi kont rak syarikat mudharabah.

  al-mal . Dengan pertimbangan hal ini

  dibut uhkan sesuat u sebagai jaminan bagi shahibu al-mal yang diam bil dari am il unt uk keam anan m odal shahibu

  19 Oleh karenanya dalam kasus mudharabah dew asa ini kadang

  M ajah)

  Rasulullah berkata: “ Tidak boleh membahayakan orang lain dan tidak boleh membalas t indakan orang lain yang membahanyakan dengan bahaya pula” . (HR. Ahm ad dan Ibn

  Art inya: Dari Ibn Abbas ra, bahw a

   لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲا ﻰﺿر سﺎﺒﻋ ﻦﺑا ﻦﻋو : لﺎﻗ ﻻو راﺮﺿ ﻻ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر راﺮﺿ ) ﺔﺟﺎﻣ ناو ﺪﻤﺣأ هاور (

  t ert ent u karena sem akin tipisnya kekuat an im an dan am anah, banyak kasus penyelew engan dan penipuan (baik secara kw alit as m aupun kw ant it as), dan dengan m enganut prinsip t idak boleh saling m em baha- yakan sebagaim ana t ertera dalam kaedah fiqh yang diam bil dari t eks hadis Nabi SAW:

  M alik dan Im am Syafi’i kont rak t ersebut tidak sah. Dengan dem ikian dalam mudharabah prinsipnya tidak perlu m ensyarat kan agunan sebagai jam inan, karena m enurut ulam a Hanifah dan Hanabilah w alaupun m udharabahnya dibenarkan t api syarat nya bat il.

  (mudharib), m enurut pendapat Im am

  dari art i w akalah dan am anah. Oleh karena it u jika shahibua al-mal m enunt ut adanya persyarat an jam inan (garansi) besert a ket ent uan- ket ent uannnya kepada pengelola

  mal maka hal it u m erupakan realisasi

  w akil dari shahibu al-mal ket ika m engelolanya dengan mengem bang- kannnya dalam perniagaan, karena pengelolaannya dengan shahibu al-

  mudharib .

  seijin shaibu al- mal. Dengan demikian mudharib tidak m enang- gung resiko yang m enimpa hart a t ersebut kecuali pada kasus penyelew engan, ket eledoran dan un- sur kesengajaan yang dilakukan

17 Demikian pula mudharib menjadi

18 Nam un, pada kondisi zam an

  dapat berpijak pada kaedah usul fiqh yait u “ al-maslahah al-mursalah”

  20

  yang m engacu kepada kebut uhan, kepent ingan, kebaikan dan m aslahah um um selam a t idak bert ent angan dengan prinsip dan dalil t egas syari’ dan benar-benar m em baw a kepada kebaikan bersam a yang tidak berdam pak m enyulit kan sert a m erugikan orang at au pihak lain secara um um.

  Hal ini dim aksudkan agar

  mudharib menjalankan oprasi

  bisnisnya secara efisien. Bila rasio ini m encapai 100%, berart i bisnis

  mudharib t idak menghasilkan keun-

  t ungan oprasional Keadaan ini t ent unya tidak m enarik pem ilik m odal unt uk invest asi, karena t idak ada yang dibagi hasilkan. Bila rasio ini m encapai 80%, berarti ada m arjin keunt ungan oprasional sebesar 20%, keunt ungan inilah yang dapat dibagikan kepada pemilik m odal. Unt uk m em ast ikan agat mudharib m enjalankan bisnis m udarabahnya dengan efisien, m aka dapat dit et apkan syarat agar mudharib harus selalu menjaga rasio ini m aksim al, misalnya 80%.

  Dengan tet ap berpegang pada kom itm en unt uk m enerapkan prinsip

  profit and loss sharing pada akad mudharabah , m aka perbankan

  syariah sebenarnya sudah bisa m em ulainya sekarang pada w akt u berperan sebagai shahibu al-mal. M oral hazard yang dikhaw at irkan m elekat pada nasabah penerim a pem biayaan mudharabah sebenarnya bisa dikurangi dengan m enyepakat i t erlebih dahulu biaya-biaya apa saja yang lazim nya ada pada suat u usaha t ert ent u yang dikelola mudharib. Pada akad pert am a kem ungkinan ada biaya pent ing yang luput dicant um kan dalam kesepakat an, nam un pada akad-akad berikut nya biaya-biaya yang luput akan sem akin berkurang. M em ang disini diperlukan proses belajar yang m ungkin saja tidak t erlalu lam a sehingga akhirnya diket em ukan st andar biaya yang berlaku unt uk suat u usaha t ert ent u dan dem ikian juga unt uk usaha-usaha t ert ent u lainnya

2. M enetapkan Rasio M aksi- mal Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi.

  Para ulam a t elah sepakat m em bolehkan dan m engakui syarat - syarat at au ket ent uan yang dit et apkan shaibu al-mal dalam m enggunakan m odal mudharabah dan m ew ajibkan kepada am il unt uk m enepat inya selam a berm anfaat bagi kepentingan syarikat dan tidak bert ent angan dengan kaidah dan hukum syariat. Dalam sebuah hadis riw ayat Thabrani menyat akan:

  لﺎﻗ ﮫﻧا ﺎﻤﮭﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر س ﺎّﺒﻋ ﻦﺑإ ىور : لﺎﻤﻟا ﻊﻓد ذإ ﺐﻟﺎﻄﻤﻟا ﺪﺒﻋ ﻦﺑ سﺎّﺒﻋ ﺎﻧﺪﯿﺳ نﺎﻛ اﺮﺤﺑ ﮫﺑ ﻚﻠﺴﯾ ﻻ نأ ﮫﺒﺣﺎﺻ ﻰﻠﻋ طﺮﺘﺷا ﺔﺑرﺎﻀﻣ ﺪﺒﻛ تاذ ﺔّﺑاد ﮫﺑ يﺮﺘﺸﺑ ﻻو ﺎﯾداو ﮫﺑ لﺰﻨﯾ ﻻو

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  9 ﻃر ﷲا لﻮﺳر ﮫﻃﺮﺷ ﻎﻠﺒﻓ ﻦﻤﺿ ﻚﻟذ ﻞﻌﻓ نﺎﻓ ﺔﺒ هزﺎﺟﺄﻓ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ). ﻰﻧاﺮﺒﻄﻟا هاور (

  nal m enurut Ulam a Hanafiyah adalah sesuat u yang lazim m em enuhi kebut uhan hidup seperti m akanan, biaya adminst rasi, transport asi dan lain-lain dan yang paling penting penet uan st andar jum lah biaya

  24 Sedangkan st andar biaya oprasio-

  oprasional (nafaqah) baginya baik dalam keadan m enet ap at aupun m engadakan perjalanan dalam usahanya.

  mudharib m enyarat kan adanya biaya

  t idak bagi yang m enet ap. M enurut golongan Ham bali dibolehkan

  mudharabah yang berpergian dan

  m enet ap m aupun berpergian dalam usaha m udharabnya. Ketiga penda- pat jum hur ulam a diant aranya Abu Hanifah, M alik dan Zaidiyah m enyat aka bahw a Bagi mudharib biaya oprasional hanya unt uk usaha

  mudharib berhak nafaqah baik

  t ersebut t idak berlaku. Pendapat kedua menurut Ibrahim an-Nakha’ dan al-Hasan al-Basyri bahw a

  mudharib m aka akad mudharabah

  Jika disyarat ka ada nafaqah bagi

  mudharib hanya dapat diam bil dari keunt ungan, t idak ada hak selain it u.

  it u m enet ap at aupun berpergian kecuali ada ijin dari pem ilik m odal (shahibu al-mal ), karena hak

  mudharib yang diam bil dari hart a mudharabah baik usaha mudharabah

21 Dan hadis Nabi:

  Art inya: Dari Am ru ibn Auf al- M uzani ra, bahw asanya Rasulullah bersabda: “ …….orang-orang muslim

  Art inya: Abbas bin Abdul M utalib

  jika menyerahkan harta sebagi mudharabah, ia mensyarat kan kepada mudharibnya agar t idak mengarungi laut an dan tidak menuruni lembah, sert a t idak membeli hewan t ernak, jika persyaratan it u dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyarat an yang dit etapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.

  (HR. Thabrani dan Ibnu Abbas)

  ﺮﻤﻋ ﻦﻋو ﷲا ﻰﺿر ﻰﻧﺰﻤﻟا فﻮﻋ ﻦﺑا و لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر نا ﮫﻨﻋ ﻰﻟﺎﻌﺗ : ﻻﻼﺣ مﺮﺣ ﺎﻃﺮﺷ ﻻا ﻢﮭﻃوﺮﺷ ﻰﻠﻋ نﻮﻤﻠﺴﻤﻟا ﺎﻣاﺮﺣ ﻞﺣا وا ) ىﺬﯿﻣﺮﺘﻟا هاور (

  t erikat dengan syarat -syarat antara mereka kecuali syarat yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.”

  Syafi’i, t idak boleh ada biaya bagi

  (HR.Tarmidzi)

  bahw a ada dua hak pengelola

  (mudharib) yait u m em peroleh biaya

  oprasional (an-nafaqah) dan keun- t ungan (ar-ribh).

  biaya oprasional unt uk m udharib, sebenarnya dalam hal ini para ulam a berbeda pendapat m enurut Wahbah Zuhayli ada t iga pendapat t ent ang

  nafaqah unt uk mudharib; Bagi Im am

22 Dalam kit ab-kit ab fiqh disebut kan

23 Dalam m asalah

  oprasional m enurut Abu Hanifah adalah st andar biaya yang lazim t elah diket ahui oleh pelaku bisnis dan tidak berlebih-lebihan. Apabila mudharib m elanggar dengan menggunakan biaya oprasional lebih dari kelazim an usaha m aka ia harus m enanggung.

  sist em bagi hasil ini secara langsung m em bangun etika bisnis yang t ransparan, jujur, am anah dan ber- keadilan. Unt uk m endukung agar sekem a bagi hasil ini lebih m enarik di perbankan syariah, m aka lem baga yang berwenang seyogyanya m enet apkan st andar baku biaya oprasional pada t iap jenis usaha.

  Perm asalahan pilihan profit and

  loss sharing at au revenue sharing

  sebenarnya perm asalahan yang khas pada akad penyert aan m odal di perbankan syariah. M asalah ini t imbul ket ika bank sebagai shahibu al-mal harus m engahadapi risiko ket ika penyaluran dananya kepada m asya- rakat pada akad mudharabah dim ana bank t idak diperkenankan turut cam pur dalam kegiat an sehari-hari usaha pengelola (mudharib). Pen- jelasan yang paling banyak diket e- m ukan adalah adanya m oral hazard dipihak penerim a dana yang sekaligus bert indak sebagai mudharib. Sem en- t ara it u disisi lain ket ika bank bert indak sebagai mudharib, bank diw ajibkan oleh ketent uan yang berlaku unt uk bersifat t ransparan dan selalu diaw asi oleh Bank Sentral.

  Pilihan m ana yang akan diam bil ant ara profit and loss sharing at au revenue sharing m em punyai kon- sekuensi yang berbeda. Apabila profit

25 Dengan dem ikian usaha bisnis dengan

  and loss sharing yang dipilih, m aka

  konsekuensinya jum lah yang harus dibagihasilkan t elah dikurangi t erlebih dahulu dengan sem ua biaya-biaya yang diperlukan sehingga jumlahnya m enjadi lebih sedikit . Sedang apabila revenue sharing yang dipilih m aka konsekuensinya jum lah yang harus dibaghasilkan lebih banyak, t et api bagi mudharib jum lah bagihasil yang m erupakan bagiannya itu m enjadi berkurang karena sem ua ongkos- ongkos yang t elah dipergunakan m enjadi t anggungannya. Dengan demikian pada pilihan revenue sha-

3. Kembali kepada Asas Profit Loss Sharing (PLS) pada Akad Penyertaan M odal.

  ring pihak yang selalu diunt ungkan

  adalah shahibu al-mal., sedangkan pada profit and loss sharing dapat m engunt ungkan mudharib at au m erugikan shahibu al- mal apabila biaya-biaya usaha t idak dikendalikan.

  Dari pandangan syariah sebenarnya yang dikehendaki adalah

  profit and loss sharing (PLS) karena

  m odel inilah yang dicont ohkan oleh Rasulullah SAW ket ika beliau m enjadi mudharib dari Siti Khadijah r.a.

  Nam un dari segi prakt is perbankan ada yang berpendapat bahw a sulit unt uk m encari seorang mudharib

26 Sem ua analisa akademikpun

  am anah dari shahibu al-mal t ahap pert am a menghadapi kesulit an unt uk m engakui biaya-biaya usaha yang dikeluarkan para nasabah pengusaha sebagai mudharib. Padahal biaya- biaya yang sulit diverifikasi inilah yang kem udian m enjadi pengurang seluruh pendapat an yang akan dibagihasilkan.

  hal mudharib tidak m enyam paikan secara t ransparan, m aka unt uk m enghindari perselisihan m engenai siapa yang harus m enaggung biaya t idak t erduga it u, pem ilik dana dapat m enet apkan syarat bahw a biaya-

  risk) yang dihadapinya. Nam un dalam

  t ersebut , yang juga berart i bagi hasil yang besar bagi pem ilik dana. Nam un t imbulnya biaya yang t ak t erduga yang sebelum nya t idak dikom unikasikan oleh mudharib kepada pemilik dana, t ent unya akan m engakibat kan m argin keunt ungan yang kecil sehingga bagi hasilnya pun kecil. Dalam hal mudharib telah m enyam paikan secara t ransparan, m aka t anggung jaw ab sepenuhnya berada pada pemilik dana, karena berarti pem ilik dana sedah m enget ahui resiko bisnis (business

  mudharib

  sehingga pem ilik dana mengharapkan keunt ungan yang besar dari bisnis

  mudharib , biaya t ersebut t erlihat kecil

  Dalam bisnis yang biaya t idak t erduga besarnya, t ent u hal ini akan m enjadi sum ber perselisihan ant ara pemilik dana dengan mudharib t ent ang siapa yang harus m enanggung biaya-biaya t ersebut . Dalam proposal yang diajukan oleh

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  11

  post if bagi pem bangunan. Nam un demikian fakt a dilapangan pada sisi penyaluran dana kepada sekt or usaha m enunjukkan adanya berbagai m acam usaha yang m em punyai karakt erist ik biaya yang berbeda. Bank sebagai pem ilik m odal (shahibu

  sharing m em ang mempunyai dam pak

  m engam bil asum si bahw a yang dilakukan lem baga keuangan syariah it u adalah profit and loss sharing karena secara nyat a profit and loss

  keunt ungan kot or sebelum dikurangi biaya-biaya. Sebab, pem bagian keun- t ungan t ertent u yang t erjadi pada akad mudharabah hanya boleh dilakukan setelah benar-bena jelas keunt ungannya, set elah dikurangi biaya-biaya. Hal ini adalah sesuai dengan pendapat para fuqaha dari m adzhab Hanafi, M aliki dan sebagian Ham bali berpendapat bahw a ‘amil t idak berhak m endapat kan bagiannya dalam keunt ungan kecuali set elah pem bagian dan shahibu al-mal m endapatkan kem bali m odalnya secara ut uh.

  (profit loss sharing) unt uk kegiat an mudharabah dan t idak bolek

  Dalam perspekt if fiqih yang harus dibagi-hasilkan adalah keunt ungan bersih set elah dikurangi biaya-biaya

  yang kualit as pribadinya m endekat i Rasulullah SAW. Jadi ada m asalah m oral hazard di pihak mudharib.

  al-mal) t ahap kedua at au pem egang biaya yang t idak t erduga t ersebut sepenuhnya m enjadi t anggung jaw ab

  mudharib at au dengan kat a lain yang dibagihasilkan adalah revenue.

  Konferensi Islam (OKI) bulan April 1993 di Jeddah, Saudi Arabia, bahw a perbankan syariah harus m engurangi ket ergant ungannya kepada pem bia- yaan berbasis mark-up , dan m engerahkan segala upaya unt uk berpart isipasi dalam kegiat an pem biayaan dengan mempergunakan prinsip profit and loss sharing .

  mal) t ahap kedua at au pem egang

  am anah dari pemilik m odal (shahibu

  al -mal) t ahap pert am a unt uk

  m engakui biaya-biaya usaha yang diajukan mudharib, m aka pada t ahapan aw al, t elah disepakat i pada rapat Dew an Syariah Nasional (DSN) dan Dew a

  27

  n St andar Akunt asi Keuangan Ikat an Akunt an Indonesia t anggal 10 Juni 2000 bahw a revenue

  sharing dapat dilakukan pada perbankan.

  Pembiayaan penyert aan m odal di Indonesia m asih menggunakan prinsip renenue sharing khususnya pada posisi bank sebagai mudharib pert am a. Bisa dibayangkan dengan t ingginya biaya operasional per- bankan syariah di Indonesia bagaim ana kalau bank-bank syariah t ersebut m enganut profit and loss

  profit and loss sharing t ersebut ?.

  Lalu bagaim ana kit a menanggapi seruan agar bank syariah di Indonesia juga dapat mem ulai pem biayaan penyert aan m odal dengan prinsip

  Terkait dengan kesulit an bank sebagai pem ilik modal (shahibu al-

28 Karena bank m em pu-

  shahibu al-mal pada akad mudharabah, m aka bank ada di pihak

  yang diunt ungkan.

  Dalam rangka pem urnian pela- yanan perbankan syariah, t elah direkom endasikan oleh pesert a sem inar “ Problem of Islamic Banks” yang diselenggarakan bersam a ant ara Islamic Research and Traning Instit ut e (IRTI) IDB dengan Fiqh Academ y (Lem baga Fat w a) dari Organisasi

  pemilik t abungan mudharabah dan deposit o mudharabah , sedangkan pada giliran bank bert indak sebagai

  bert indak sebagai mudharib, yang akan diunt ungkan adalah shahibu al-

  mudharib dan juga sebagai shahibu al-mal m aka pada w akt u bank

  nyai dua peran ganda yait u sebagai

  sharing ? Tent u bagihasil yang

  dibagikan kepada nasabah penyim pan dana (t abungan mudharabah dan deposit o mudharabah) akan lebih kecil dari bagi hasil yang t elah dicapai sekarang. Apakah akan bisa bersaing dengan t ingkat bunga sim panan perbankan konvensional?

  Dengan m asih tingginya biaya operasional perbankan syariah di Indonesia, m aka perlu dilakukan usaha bersam a para pim pinan bank syariah unt uk t erus m engefisienkan diri dan disini pent ingnya dit erap- kannya secara utuh prinsip-prinsip

  mal yang dalam hal ini adalah para

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  Jakart a: IIIT, 2003 Ascarya dkk, Working Paper:

  Ibn Rusyd, Bidayah al-M ujtahid, Beirut : Dar al-Fikr, t th

  M emurnikan Pelayanan Bank Syariah, Khusus Pembiayaan M urabahah Dan M udharabah Di Indonesia” , M akalah Pada Komisi Ahli Perbankan Syariah Bank Indonesia, Jakart a.

  Karnaen A. Perw at aat m adja, “ Upaya

  Pengembangan Perbankan Syariahh Di Indonesia, Jakart a.

  Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kajian Awal Cetak Biru

  Himpunan Fat wa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga Keuang- an Syariah, Jakart a:, 2001.

  Sem inar Shariah Economic Gat he- ring_4 us, Jakart a: Kajian Ekonom i Syariah Persada, UKM Ishlah LPT UPI YAI, 2006. DSN-M UI dan Bank Indonesia

  Indonesia Dalam Pengembangan Perbankan Syariah ” .

  al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubr Beirut : Dar al-Fikr, t t h. Bank Indonesia,” Peranan Bank

  Dominasi Pembiayaan Non-Bagi Hasil di Perbankan Syariah: M asalah dan Solusi, Jakart a 2004

  Analisia Fiqh dan Keuangan,

  13

  Pers, 1993 Adiw arm an Karim , Bank Islam

  Hukum Islam, Jakart a: Rajaw ali

  Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah

  Bunga Bank, Studi Krit is dan Int erpret asi Kont emporer t entang Riba dan Bunga , Yogyakart a: Pust aka Pelajar, 2003.

  Abdullah Saeed, Bank Islam Dan

  Daftar Rujukan

  karena moral hazard dan kurangnya kesiapan sum berdaya m anusia di perbankan syariah inilah diant ara fakt or yang m enjadikan kom posisi peenyaluran dana kepada m asyarakat lebih banyak dalam bent uk pem biayaan jual beli (m urabahah) dibandingkan penyert aan m odal (m udhrabah). Adanya bat asn-bat asan yang bisa dilakukan unt uk m eng- opt im alkan pem biayaan m udharabah ini anatara lain; keharusan adanya garansi (jaminan) at au anggunan berupa fixed asset dan m enet apkan rasio m aksim al bianya oprasional sert a pem bagian keunt ungan berdasarkan profit and loss sharing.

  risk) dari calon pengelola (m udharib)

  Sist em bagi hasil (m udharabah) m erupakan landasan invest asi dan karakt erist ik um um oprasional bank syariah dalam upanya m enghindari prakt ek ribaw ai. Tingginya risiko (high

  Penutup

  ajaran Islam yang m engharuskan kit a berperilaku efektif dan efisien dan m eningkat kan pelayanan dengan baik.

  Ibn Qudam ah, al-M ughni, Beirut : Dar al-Kut ub al-Ilmiyah. M anzoor Ali, Islamic Banking and

  Finance in Theory and Practice, Jeddah: IRTI – IDB, 1412H/ 1992.

  4 Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kajian Aw al Cetak Biru

  11Bank Indonesia,” Peranan Bank

  Indonesia Dalam Pengembangan Perbankan Syariah ” . Sem inar Shariah

  Econom ic Gathering_4 us, (Jakart a: Kajian Ekonomi Syariah Persada, UKM Ishlah LPT UPI YAI, 2006), h. 6-7.

  12 Um er Chapra, Prohibit ion of Int erest : Does It M ake Sense?, (Durban: IDM Publicat ion, 2001), h.

  28

  1 3 Adiw arm an Karim , Op. cit., h.

  186-190

  1

  Pengembangan Perbankan Syariahh Di Indonesia, (Jakart a), h. 11

  St udi Kebanksentralan Bank Indonesia. 2004), h. 3.

  15 Ibid,. h.29

  16 Abdullah Saeed, Op. cit., h. 103

  1

  7 Wahbah al-Zuhayli, Nazhariyah

  al-Dhaman aw Ahkam al-M asuliyyah al-M adaniyyyah w a al-Jinaiyyah f_ al- Fiqh al-Islami, (Suriya: Dar al-Fikr,

  1998), h. 159, dan Abdurrazak Rahim Jiddi al-Hayt am i, al-mashariif al-

  Islamiyyah baina al-Nadzhariayah w a al-Tat biq , (Am an: Dar Usam ah lin-

  Nasr, 1998), h. 492-493

  10.Ibid.

  Dominasi Pembiayaan Non-Bagi Hasil di Perbankan Syariah:M asalah dan Solusi, (Jakart a: Pusat Pendidikan dan

  Um er Chapra, Prohibit ion of Int erest :

  2 Adiw arm an Karim , Bank Islam Analisia Fiqh dan Keuangan, (Jakart a:

  Does It M ake Sense?, Durban: IDM Publicat ion, 2001.

  al-Shan’ani, Subul al-Salam, Dar al- Kut ub al-Araby, 1990. Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami

  w a-Adillatuh, Dam ascus: Dar al- Fikr 1997.

  …………………, Nazhariyah al-Dhaman

  aw Ahkam al-M asuliyyah al- M adaniyyyah wa al-Jinaiyyah fi al-Fiqh al-Islami, Suriya: Dar al-

  Fikr, 1998 Endnotes.

  1. Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga Bank, St udi Krit is dan Int erpret asi Kont emporer t entang Riba dan Bunga , (Yogyakart a:

  Pust aka Pelajar, 2003), h. 124-125

  IIIT, 2003), h. 175

  9. Ascarya dkk, Working Paper:

  3. M anzoor Ali, Islamic Banking

  and Finance in Theory and Pract ice, (Jeddah: IRTI – IDB, 1412H/ 1992), h.

  345.

  4. Karnaen A. Perw at aat madja, “ Upaya M em urnikan Pelayanan Bank Syariah, Khusus Pem biayaan M urabahah Dan M udharabah Di Indonesia” , M akalah Pada Komisi Ahli

  Perbankan Syariah Bank Indonesia,

  Jakart a, April 2002, h. 13

  5.Ibid.,

  7 Ibid., 8.Ibid,.

  18. Ibn Rusyd, Bidayah al- M ujtahid, (Beirut : Dar al-Fikr, t t h), v. II, h. 179 dan Wahbah al-Zuhayli, al- 22. al-Shan’ani, Subul al-Salam,

  

Fiqh al-Islami w a Adillatuh, (Beirut : (Dar al-Kut ub al-Araby, t t h), cet ke-v,

  Dar al-Fikr, 1997), h. 3945. juz III, h. 119

  19

  al-Shan’ani, Subul al-Salam, (Dar

  23. Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al- al-Kut ub al-Araby, 1990), cet ke-v, juz Islami w a-Adillat uh, (Dam ascus: Dar

  III, h. 178 al-Fikr), h. 3957

  20. Jum hur Ulam a berpendapat , 24 Ibid,. bahw a m aslahah mursalah adalah

  25. Ibid.,

  hujjah syariat yang dijadikan dasar

  26. Lihat Ibn Qudam ah, al- pem bent ukan hukum unt uk M ughni, (Beirut : Dar al-Kut ub al- m erelaisasikan kesejaht raan m anusia. Ilm iyah), vol. V, h. 36 Lihat Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-

  27. Himpunan Fatw a Dewan

  

kaidah Hukum Islam, (Jakart a: Syariah Nasional untuk Lembaga

  Rajaw ali Pers, 1993), h. 126-133 Keuangan Syariah, (Jakart a: DSN-M UI 21. al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubr_, dan Bank Indonesia, 2001), Edisi

  (Beirut : Dar al-Fikr, t t h), vol. VI, h. Pert am a, h. 87 – 90 111

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  15

  M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

  17

27