View of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

  

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

1, 2 1 Marsini Ita Afri Lusiana

  

STKIP DR. Nugroho Magetan

Jln. Sendang Kamal No. 50, Maospati, Telp./ Fax. (0351) 869642,

E-mail: marsinidr@yahoo.com

  

2STKIP DR. Nugroho Magetan

Jln. Sendang Kamal No. 50, Maospati, Telp./ Fax. (0351) 869642,

Email: italusiana@yahoo.com

  Abstrak:

  Pembelajaran yang berpusat pada siswa hendaknya selalu diterapkan pada setiap proses belajar mengajar. Pada setiap prosesnya, diperlukan kreativitas, keaktifan maupun inovasi oleh seorang guru agar hasil akhir dari suatu proses pembelajaran menuai hasil yang maksimal. Indikator keberhasilan suatu proses pembelajaran, salah satunya adalah hasil belajar siswa yang meningkat. Salah satu penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah penerapan Problem Based Learning dengan materi permasalahan sosial di sekitar lingkungan siswa. Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang autentik dimana siswa diberikan masalah-masalah sosial yang ada dilingkunagan sehingga siswa membuat hubungan-hubungan yang dimilikinya dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Analisis statistik signifikansi perbedaan pretest-posttest dengan Uji-t berpasangan untuk mengetahui signifikansi pengaruh peningkatan hasil belajar antara pretest dengan posttest. Dari analisis statistik

  Uji-t

  diperoleh hasil bahwa taraf signifikasi dengan sig (2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05, artinya ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa. Jadi pembelajaran dengan menggunakan model Problem

  

Based Learning sangat berpengaruh terhadap hasil belajar pada materi masalah sosial

siswa kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun.

  Kata kunci: problem based learning, masalah sosial, hasil belajar. Abstract:

Student-centered learning should always be implemented in any teaching learning process.

  

Every process required creativity, liveliness or innovation by a teacher, so the final result

of the learning process reaps maximum result. One of the successful indicators in learning

proces is the increase of students’ learning achievement. One of the learning models

which is able to increase the learning result is the implementation of Problem Based

Learning based on social problems around student’s living. It is believed that this model

can enhance student’s learning achievement. Problem based learning is an authentic

learning approach where the social problems are given to students so that students are

  1138 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 7, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 1125-1187

able to make their own associations with their daily lifes. It was kind of experimental

research which was aimed at knowing the influence of Problem Based learning model

toward students’ learning achievement of class IV students at 01 Nglames Elementary

School, Madiun regency. Statistics analysis of the significance differences in pretest -

posttest was using paired t- test to determine the significance increase of the learning

achievement between pretest and posttest. Based on the statistical analysis of t-test it was

revealed that the level of significance of sig (2 tailed) was 0,000 < 0.05, it meant that there

were significance influence between the Problem Based Learning model and the learning

achievement. Therefore, learning by using Problem Based Learning model significantly

influenced the learning achievement in the social problem materials of class IV students

at 01 Nglames Elementary School, Madiun regency.

  Key words: Problem Based Leraning, Social Problems, Learning Achievement.

  Model pembelajaran sangat diperlukan ketika guru menyampaikan materi kepada peserta didik. Hal ini bertujuan agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Ketika memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan kondisi atau karakteristik peserta didik, materi yang akan diajarkan, serta sumber-sumber belajar yang ada. Tujuannya agar penggunaan model pembelajara dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

  Pada kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kompetensi dan semangat pembaharuan yang tinggi. Menurut Sardiman (2004: 165), guru yang berkompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar- mengajar. Dalam hal ini, guru harus mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuat media pembelajaran yang kreatif, menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, serta dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Marsh (1996: 10) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut akan dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan serta mendukung keberhasilan kegiatan tersebut.

  Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, khususnya di sekolah dasar pada mata pelajaran

  IPS. Di sekolah dasar, IPS dipandang sebagai mata pelajaran yang isinya berupa hafalan. Selain itu, ketika guru mengajar hanya dengan ceramah sehingga siswa merasa bosan. Hal ini juga terjadi pada salah satu sekolah dasar di Kabupaten Madiun, yakni SDN Nglames 01.

  Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada peserta didik kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun ditemukan berbagai kegiatan pembelajaran yang kurang disukai peserta didik. Salah satu pembelajaran yang diamati adalah ketika mata pelajaran IPS. Pada kegiatan tersebut, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik, peserta didik mudah merasa jenuh, dan materi yang disampaikan tidak kontekstual. Namun, tidak semua materi

  IPS dapat diajarkan secara kontekstual.

  Salah satu materi IPS yang dapat diajarkan secara kontekstual adalah permasalahan sosial yang terjadi di daerah sekitar. Materi tersebut membutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik memahaminya. Salah satu model yang sesuai dengan materi tersebut adalah Problem Based Lerning. Model

  Problem Based Learning merupakan model

  pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia nyata sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar cara berfikir kritis dalam menyelesaikan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2009: 65).

  Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar cara berfikir kritis dalam

  Marsini & Ita Afri Lusiana, Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Laerning... 1139

  (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah ketahui dan yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.

  Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut, model Problem Based Learning sesuai apabila diterapkan dalam pembelajaran IPS kelas IV SD materi permasalahan sosial di daerah sekitar. Materi ini melibatkan permasalahan secara nyata sehingga siswa dapat diarahkan untuk meng- identifikasi permasalahan sosial yang sedang terjadi di lingkungan sekitarnya. Setelah itu siswa diarahkan untuk berpikir tingkat tinggi agar dapat memecahkan masalah tersebut melalui kegiatan penyelidikan.

  menjelaskan atau merepresentasikan solusi siswa. Kelebihan-kelebihan ini yang dijadikan salah satu pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian

  exhibit yang

  siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah; (2) mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri; (3) meng organisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa; (4) mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah yang riil; (5) siswa harus menganalisis dan menetapkan masalahnya; (6) mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi; (7) mengumpulkan dan menganalisis informasi; (8) melaksanakan eksperimen; (9) membuat inferensi, menarik kesimpulan, dan menuntut siswa untuk mengkonstruksikan produk dalam bentuk artefak dan

  Problem Based Learning mampu (1) membantu

  (dalam Suwito, 2011:3), model pembelajaran

  ning memiliki beberapa kelebihan. Menurut Arends

  Model pembelajaran Problem Based Lear-

  Based Learning dimulai oleh adanya masalah

  menyelesaikan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2009: 65).

  Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan model Problem

  agar dapat digunakan di luar kelas. Dengan demikian, pemahaman siswa di dalam kelas dapat diaplikasikan secara langsung di lapangan. Selain itu, pembelajaran Problem Based Learning juga dapat meningkatkan perkembangan keterampilan siswa seperti pola berpikir terbuka, reflektif, kritis, dan aktif (Margetsone, 1994).

  Based Learning menuntut pemahaman siswa

  Pembelajaran Problem Based Learning banyak memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (2012) bahwa kegiatan belajar dengan model pembelajaran Problem

  dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan masalah yang akan dipecahkan. Tahap kedua, guru membentuk kelompok dan mengkondisikan siswa untuk mendiskusikan rancangan untuk menyelesaikan masalah. Tahap ketiga, siswa secara berkelompok mengumpulkan sumber- sumber dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan guru. Tahap keempat, siswa membuat laporan dan mempresentasikan hasilnya. Tahap akhir dilakukan analisa hasil kerja siswa dan mengerjakan soal tes.

  ning terdiri dari lima tahapan utama. Tahap pertama

  Pembelajaran model Problem Based Lear-

  Pada pembelajaran ini, guru harus me- libatkan siswa dengan memberi tugas-tugas tentang masalah sosial dan intelektual yang berasal dari lingkungan. Permasalahan tersebut merupakan langkah awal untuk memfokuskan kemampuan siswa dalam membangun penge- tahuan. Sedangkan hasil analisis dari per- masalahan yang dipecahkan merupakan pengetahuan baru bagi siswa.

  Untuk mengetahui pengaruh penerapan model PBL dalam penelitian ini tidak lain adalah dengan melihat hasil belajar yang ingin dicapai, baik oleh setiap guru dan siswa dalam pembelajaran. Menurut Sudjana (2012), “hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka hasil belajar merupakan kemampuan keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari- hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

  60

  75 5.

  85

  95 6.

  70

  80 7.

  65

  75 8.

  70

  80 9.

  85

  85 10.

  65

  75 11.

  75 12.

  65 4.

  65

  85 13.

  75

  75 14.

  80

  80 15.

  55

  60 16.

  75

  75 17.

  85

  85 18.

  75

  75

  55

  60

  1140 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 7, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 1125-1187

  Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV, pengambilan sampel dilakukan dengan sampel jenuh siswa 21 siswa, yang terdiri dari 12 siswa putra dan 9 siswa putri.

  experimental designs dengan bentuk one-group pretest-postest design (Sugiyono, 2013:110).

  Pada bentuk desain ini kelas diberikan pretest sebelum pembelajaran dan posttest setelah materi pembelajaran selesai. Sebelum diberikan posttest, kelas tersebut diberi perlakukan berupa model

  Problem Based Learning.

  METODE

  01 Kabupaten Madiun. Penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah sebagai referensi dalam memperbaiki proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPS. Bagi guru dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memberi pengalaman yang bermakna kepada siswa.

  Berdasarkan uraian di atas, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Nglames

  apli kasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep materi permasalahan sosial yang terjadi di daerah sekitar. Pengukuran hasil belajar IPS ini diperoleh melalui tes esai.

  75 3.

  knowledge), pemahaman (comprehension),

  Hasil belajar yang dimaksud dalam pe- nelitian ini adalah pada ranah kognitif saja. Dengan menggunakan taksonomi Bloom domain kognitif yang dibagi dalam 6 kategori yang dimulai dari jenjang yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu pengetahuan (

  Pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan observasi, dengan instrumen penelitian berupa soal tes dan Rencana Pelaksanaan Pebelajaran (RPP). Data diolah menggunakan statistik inferensial dengan analisis statistik deskriptif, selanjutnya menggunakan uji

  Penelitian dilaksaksanakan di SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun pada kelas IV semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

  t (t-test) berpasangan berbantuan program SPSS 17.0 for Windows. Hasil penelitian ini adalah

  untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

  Problem Based Learning terhadap hasil belajar

  IPS siswa kelas IV SDN Nglames 01, Kabupaten Madiun.

  Data siswa yang diperoleh pada penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah permasalahan sosial di daerah sekitar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut adalah 75. Hasil belajar tersebut terdiri dari prestest dan posttest. Data hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

  Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest Siswa

  No. Pretest Posttest 1.

  55

  65 2.

  70

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Desain penelitiannya adalah pre-

  • O
  • 1 X 1 O 2<
  • Sumber: Sugiyono, 2013

  Gambar 1. Rancangan penelitian pretest dan posttest

  Keterangan:

  O 1

  :Pengukuran kemampuan awal (pretest)

  :Pengukuran kemampuan akhir (posttest)

  X 1 :Pembelajaran dengan menggunakan

  O 2

  Marsini &amp; Ita Afri Lusiana, Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Laerning... 1141 19.

  Soal-soal test digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai pedoman pembelajaran.

  Data hasil belajar siswa, selanjutnya digunakan untuk melakukan uji prasyarat analisis data yang bertujuan untuk menentukan rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis. Uji prasyarat analisis tersebut adalah uji normalitas data untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak.

  pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang mereka pikirkan/ kognisi mereka (Arends 2008: 46).

  Problem Based Learning fokusnya bukanlah

  yangbaik karena dilatih untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hasil belajar tersebut sesuai dengan pendapat yang menyatakan model

  Based Learning memiliki kemampuan kognitif

  nilai hasil belajar pretest. Terbukti dengan hasil rata-rata nilai posttest siswa di kelas sebesar 76,9 sedangkan nilai pretest sebesar 69,28. Berdasarkan nilai hasil belajar yang diperoleh, maka dapat dikatakan siswa yang sudah mendapatkan pembelajaran model Problem

  Based Learning diketahui lebih baik daripada

  Nilai hasil belajar posttest siswa di kelas setelah diajarkan menggunakan model Problem

  Langkah ketiga yaitu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dan eks- perimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan permasalahan sosial di lingkungan sekitar dengan cara mengobservasi permasalahan sosial. Langkah keempat yaitu membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan pre- sentasi mengenai permasalahan sosial di ling- kungan sekitar dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya, baik dengan cara mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan siswa lain memberi pendapat mengenai hasil diskusi yang sedang dipresentasikan atau dengan menggunakan cara lain. Langkah kelima yaitu membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka mengenai permasalahan sosial dan proses-proses yang mereka gunakan untuk refleksi dan evaluasi mengenai permasalahan sosial dengan cara mengerjakan soal evaluasi.

  Pembelajaran model Problem Based Learning di kelas terdiri dari lima langkah utama, langkah pertama yaitu memperkenalkan siswa pada permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Langkah kedua yaitu membantu siswa dengan membentuk kelompok untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Pembelajaran di kelas dilaksanakan secara berkelompok sesuai dengan pendapat Dutch dalam Amir (2010: 21) yang menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah metode instruksional yang menantang siswa agar belajar bekerja sama dalam kelompok untuk mencari

  Problem Based Learning. Pembelajaran dilak- sanakan masing-masing dua kali pertemuan.

  Proses selanjutnya yaitu kegiatan inti dari penelitian, yaitu proses pembelajaran. Pembelajaran di kelas menggunakan model

  Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN Nglames 01, Desa Nglames Kecamatan Kawedanan Kabupaten Madiun. Tahap awal dari proses penelitian yaitu menyusun instrument dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Instrumen pada penelitian berupa soal-soal tes dan RPP.

  65

  Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi permasalahan sosial.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model Problem

  (&gt;75) sebanyak 18 siswa. Nilai terendahnya adalah 60 dan nilai yang tertinggi adalah 95. Rata- rata nilai posttest adalah 76,90.

  &lt;75 ) sebanyak 3 siswa dan yang diatas KKM

  Nilai posttest siswa yang dibawah KKM (

  mendapat nilai diatas KKM (&gt;75) sebanyak 7 siswa. Nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 85 siswa. Rata- rata nilai pretest adalah 69,28.

  pretest dibawah KKM ( &lt;75), sedangkan yang

  80 Ẍ 69,28 76,90 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 14 siswa yang mendapat nilai

  70

  75 21.

  70

  80 20.

  Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest

  1142 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 7, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 1125-1187

  pretest posttest N

  21

  21 Mean

  69.29

  76.90 Normal Parametersa, b Std. Deviation 9.524 7.661

  Absolute .137 .259 Most Extreme Differences Positive .137 .170

  Negative -.101 -.259 Kolmogorov-Smirnov Z .627 1.187

  Asymp. Sig. (2-tailed) .827 .120

  PEMBAHASAN

  maka data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Karena data hasil belajar Berdasarkan tabel 2 tentang Hasil Uji siswa berdistribusi normal, maka langkah

  Normalitas Pretest dan Postest, dapat diiketahui selanjutnya yaitu uji hipotesis (uji t) berpasangan. bahwa hasil uji normalitas Sig.(2-tailed) sebesar

  Tabel hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 0,827 pada saat pretest dan 0,120 pada saat berikut.

  posttest. Hasil tersebut lebih besar dari 0,05,

Tabel 3. Hasil Uji t Berpasangan Pengaruh Model Pembelajaran

Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa

  Paired Differences 95% Confidence Sig.

  Interval of the t df Std. Error

  (2-tailed) Mean Std. Def. Difference

  Mean Lower Upper

  Pretest-posttest -7.619 6.446 1.407 -10.553 -4.685 -5.417 20 .000 Sesuai dengan tabel uji t berpasangan, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa. Siswa akan membuat hubungan yang kuat dapat diketahui nilai signifikansinya sebesar 0,000. Berdasarkan hipotesis statistik yaitu antara konsep ketika belajar mengenai fakta

  

H : Tidak terdapat pengaruh model pem- dan keterampilan dengan aktif bekerja dengan

  belajaran Problem Based Learning informasi bukan pasif menerima informasi terhadap hasil belajar siswa (Gallagher, 1997; Resnick &amp; Klopfer, 1989).

  

H : Terdapat pengaruh model pembelajaran Meskipun pembelajaran aktif memberikan

1 Problem Based Learning (PBL) terhadap pekerjaan tambahan untuk siswa dan guru,

  hasil belajar siswa. namun siswa merasa puas terhadap pembelajaran Dengan demikian Ho ditolak, karena nilai Problem Based Learning (Kingsland, 1996). signifikansi yang diperoleh 0,000 &lt; 0,05. Maka Problem Based Learning menguatkan keyakinan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang siswa dalam kemampuan memecahkan masalah signifikan penggunaan model Problem Based dan berusaha untuk mandiri.

  

Learning terhadap hasil belajar siswa. Hal ini Berdasarkan rumusan masalah, hasil

  diketahui dari rata-rata nilai hasil belajar siswa penelitian dan pembahasan dalam penelitian pada saat posttest sebesar 76,9 dan pada saat ini dapat disimpulkan bahwa uji hipotesis hasil

  

pretest hanya 69,28. belajar siswa dengan perhitungan menggunakan

  Jadi, secara keseluruhan Problem Based uji t berpasangan melalui program SPSS versi

  Marsini &amp; Ita Afri Lusiana, Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Laerning... 1143

  Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannnya dalam KBK. Malang:

  Margetson, D. 1994. Current Educational Reform

  and The Significance of Problem Based Learning, Occasional Papers, Publication No.1 , Queensland: Griffith University.

  Marsh, Colin. 1996.

  Handbook for beginning teachers. Sydney: Addison Wesley

  Longman Australia Pry Limited. Nurhadi, Yasin, Burhan &amp; Senduk, A.G.

  2009.

  Universitas Negeri Malang. Resnick, L. B., &amp; Klopfer, L. E. (1989). Toward

  Time expenditure, workload, and student satisfaction in problem-based learning. In L. Wilkerson

  the thinking curriculum. In L. B. Resnick &amp;

  L. E. Klopfer (Eds.), Toward the thinking curriculum: Current cognitive research (pp. 1-18). Reston, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. Sardiman, A. M. 2004.

  Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.

  Sudjana, Nana.2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: ROSDA. Sugiyono. 2013.

  Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&amp;D. Bandung: ALFABETA.

  Suwito. 2011. Perbandingan Hasil Belajar

  Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving Dan Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Geografi Semester Gasal Kelas Xi Di MAN 1 Jember. Malang: Universitas Negeri Malang.

  &amp; W. H. Gijselaers (Eds.), Bringing problem-based learning to higher education: Theory and practice (pp. 73- 81). San Francisco: Jossey-Bass.

  Education of the Gifted, 20 (4), 332-362. Kingsland, A. J. (1996).

  0,000. Dengan demikian Ho ditolak, karena nilai signifikansi yang diperoleh &lt; 0,05. Maka dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Problem

  Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sebaiknya menguji terlebih dahulu validitas dari semua instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini bertujuan supaya hasil yang di dapatkan benar-benar valid. Selain itu guru juga harus mampu merencanakan dan mengelola waktu pembelajaran menggunakan model Problem

  Based Learning. Hal ini karena siswa memiliki

  kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga lebih mudah memahami materi.

  Model pembelajaran Problem Based

  Learning dikemas secara menarik sehingga siswa

  mudah memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal tersebut membuat siswa tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar kognitif siswa menjadi lebih baik. Hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar pada saat posttest siswa sebesar 76,90 dan pada saat pretest hanya 69,28.

  SARAN

  Penelitian ini hanya menggunakan satu variable bebas dan satu variable terikat. Untuk penelitian selanjutnya demi mengembangkan penelitian ini variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian masih bisa ditambah lagi. Hal ini agar memperdalam kajian dan hasil-hasil penelitian yang ingin dicapai.

  Based Learning dengan baik.

  Where did it come from, what does it do, and where is it going? Journal for the

  Di samping itu guru juga harus menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran agar siswa tidak kebingungan. Selain itu juga bertujuan agar tidak banyak waktu yang terbuang.

  Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan

  melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana.

  Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach.

  Yogyakarta: Pustaka Pelajar Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi

  dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Ketrampilan Berfikir Edisi Keenam. Jakarta: Indeks.

  Gallagher, S. A. (1997). Problem-based learning: