STUDI KOMPARATIF KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMITE AUDIT DAN GENDER TERHADAP AUDIT REPORT LAG DI INDONESIA,MALAYSIA DAN SINGAPURA ARTIKEL ILMIAH
STUDI KOMPARATIF KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMITE AUDIT DAN GENDER TERHADAP AUDIT
REPORT LAG DI INDONESIA,MALAYSIA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana
Program Studi Akuntansi Oleh:
YULIA FRISCHANITA
NIM : 2014311027
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2017
STUDI KOMPARATIF KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMITE AUDIT DAN
DAN SINGAPURA
Yulia Frischanita
STIE Perbanas Surabaya Email:
ABSTRACT
The purpose of this research are to analyst the negative effect of institutional ownership,
audit committee and gender to audit report lag of mining company in Indonesia, Malaysia
and Singapore for 2012-2016. Gender is proxied by gender of CEO and gender of Committee
Audit’s Head. Not only that, the research also analyst the difference mean value of audit
report lag in Indonesia, Malaysia and Singapore. This research use random purposive
sampling technique because the amount company gap after purposive sampling between
three counties are high. Total of population of three countries are 67 companies and mining
company which fulfill the criteria of purposive sampling is 43 companies. That are consist of
34 Indonesia’s mining companies, 3 Malaysia’s mining companies and 6 Singapore’s mining
companies. The final sample is 13 companies consist of 5 Indonesia’s company, 5
Singapore’s company and 3 Malaysia’s Company. Multiple Linear Regression is used to
examine the effect of independent variable to dependent variable, while One Way-Anova is
used to examine the difference mean value of audit report lag. The result of this research are
institutional ownership have negative effect to audit report lag, while audit committee and
gender don’t have effect to audit report lag. Beside that, there is no difference mean value of
audit report lag in Indonesia, Malaysia and Singapore because they have same regulation
about maximal day of company to publish their financial report.Key words: Audit Report Lag, Institutional Ownership, Audit Committee, Gender of CEO and
Gender of Committee Audit’s Head PENDAHULUANInstrumen pengambilan keputusan yang diverifikasi (verifiable), tepat waktu paling penting adalah laporan keuangan (timely), dan dapat dipahami auditan yang diekspresikan melalui (understandable) agar laporan keuangan opini.Laporan keuangan harus memiliki tersebut relevan dan mampu karakteristik kualitatif seperti yang merepresentasikan secara tepat apa yang disyaratkan dalam Standar Akuntansi akan direpresentasikan. Keuangan (SAK) agar memiliki nilai Atribut kualitatif yang sangat penting kemanfaatan.Menurut Exprosure Draft adalah ketepatwaktuan yang mensyaratkam Kerangka Pelaporan Konseptual (2016) laporan keuangan harus bisa digunakan oleh nilai kemanfaatan tersebut bisa dicapai pengguna sesegera mungkin (Carslaw and apabila laporan keuangan mengandung Kaplan, 1991). Laporan keuangan auditan di unsur-unsur kualitatif yaitu dapat Indonesia harus dipublikasikan sesuai dibandingkan (comparable), dapat dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/Pojk.04/2016 tentang Laporan Tahunan Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik pada pasal 7 menyatakan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan tahunan sebagaimana dimaksud kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir.
Audit Report Lag masih terjadi di
beberapa negara seperti di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Di Indonesia masih terdapat
70 emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan hingga akhir April 2017, bahkan 18 emiten yang belum melaporkan laporan keuangan pada tahun 2017 juga ada yang belum menyampaikan laporan keuangan Di Malaysia sendiri beberapa penelitian menunjukkan nilai audit
report lag maksimal yang melebihi
peraturan Listing Requirement Bab 9.23 (a)Bursa Malaysia dimana perusahaan harus menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit maksimal empat bulan setelah tutup buku perusahaan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah yang dilakukan oleh Che-Ahmad dan Abidin (2008) selama 442 hari, Hashim dan Rahman (2011) selama 184 hari dan penelitian Apadore dan Noor (2013) selama 148 hari.Sedangkan di Singapura, penelitian yang dilakukan oleh Conover et al. (2008) menunjukkan nilai
audit report lag tahun 1986-1996 sebesar
1.41%, padahal saat itu Buursa Efek Singapura menetapkan perusahaan paling lambat menyampaikan laporan keuangannya selama enam bulan setelah tutup tahun buku dan saat ini peraturan tersebut berubah menjadi empat bulan setelah tutup tahun buku yang diatur dalam Listing Requirement
Bab 2 Nomor 707 Bursa Efek Singapura. Audit report lag merupakan hal yang buruk karena dapat menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak relevan yang bisa mempengaruhi keputusan yang akan dibuat oleh pemakai laporan keuangan. Menurut Sulthoni (2013) investor menanggapi audit report lag dengan baik yang ditunjukkan dengan abnormal return dan trading volume acticity. Sebaliknya jika audit report lag bisa dihindari maka pengambilan keputusan akan semakin baik dan asimetri informasi juga dapat dikurangi (Alkhatib and Marji, 2012).
Tuntutan dari banyak pihak khususnya investor atau pemilik menyebabkan manajer harus segera mempublikasikan laporan keuangan.Konflik dapat terjadi karena adanya asimetri informasi antara keduanya dimana manajer memiliki kendali dan mengetahui seluruh aktivitas perusahaan, sedangkan pemilik atau investor hanya dapat mengawasi melalui laporan keuangan perusahaan konflik tersebut sejalan dengan teori agensi (Jensen and Meckling, 1976). Bentuk asimetri informasi bisa terjadi ketika perusahaan sebelumnya mendapatkan opini selain unqualified yang dianggap sebagai “bad news” sehingga perusahaan akan meminta prosedur audit tambahan yang akan memakan waktu lama (Nelson and Sukheri, 2011). Hal tersebut akan membuat perusahaan lebih lama menyampaikan laporan keuangannya sehingga akan menyebabkan pemegang saham curiga jika perusahaan sedang berada dalam kondisi tidak baik, sedangkan manajer akan menyampaikan laporan keuangan yang telah mendapat opini unqualified meskipun sebelumnya mendapat opini selain itu. Asimetri informasi akan berkurang jika perusahaan memiliki investor institusional, komite audit dan pemimpin perempuan karena ketiga faktor tersebut dapat memperpendek audit report lag.
Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh perusahaan atau institusi lain yang terdiri dari organisasi keuangan, perusahaan asuransi dan dana pensiun, perusahaan dana kuliah, bank komersial, reksadana dan perusahaan manajemen asset bank (Al-Malkawi et al., 2012).Menurut (Alfraih, 2016) dan (Rose, 2007) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional merupakan alat corporate
governance yang efektif, karena
kepemilikan institusional mampu mengawasi tindakan manajer saat menjalankan bisnisPenelitian yang dilakukan oleh (Suparsada and Putri, 2017) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap audit report lag karena semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin efektif pengawasan terhadap manajer sehingga laporan keuangan akan tersampaikan tepat waktu. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Alfraih, 2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berkaitan dengan tepat waktu atau tidaknya penyampaian laporan keuangan.
Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek baik Bursa Efek Indonesia, Bursa Malaysia dan Bursa Efek Singapur diwajibkan membentuk komite audit untuk menjaga kualitas pelaporan keuangan dengan minimal anggota tiga orang.Komite audit melakukan fungsi pengawasan dan memberikan saran kepada manajemen bagaimana membuat laporan keuangan secara tepat waktu (Ika and Ghazali, 2012). Menurut Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia (2006), komite audit
harus memastikan apakan laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar atau tidak, dengan begitu salah saji material pada laporan keuangan akan rendah, tingkat materialitas yang ditetapkan rendah dan bukti audit semakin banyak sehingga dapat memberikan keyakinan kepada auditor eksternal bahwa laporan keuangan disajikan secara memadai. Hal tersebut akan mengurangi waktu auditor eksternal untuk melakukan substantive tes dan audit akan berjalan lebih cepat. Beberapa penelitian mengenai hubungan audit komite yang dilakukan oleh (Ika and Ghazali, 2012) dan (Rianti and Sari, 2014) menyatakan bahwa dengan adanya komite audit dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Namun penelitian yang dilakukan oleh (Tias and Triani, 2014) dan (Nelson and Shukeri, 2011) yang meyebutkan bahwa komite audit tidak berpengaruh dengan audit report lag karena komite audit dibatasi dalam mengkases informasi yang berguna untuk mengawasi laporan keuangan.
Gender seorang pemimpin komite audit
dan Chief Executive Officer (CEO) diduga pula memiliki pengaruh dengan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Menurut Harjoto et al. (2015) perempuan yang menjabat sebagai CEO akan mempublikasikan laporan keuangan lebih tepat waktu. Hal tersebut dikarenakan perempuan lebih sensitif terhadap tekanan pasar modal dan tenaga kerja untuk sesegera mungkin menyampaikan laporan keuangnnya, sehingga kepemimpinan seorang perempuan mampu memperpendek
audit report lag . Perempuan yang menjabat
sebagai ketua komite audit akan menginginkan jasa asurans yang lebih baik sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan mempercepat auditor eksternal melakukan pekerjaannya. Maka dari itu, genderdiduga berhubungan dengan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.
Penelitian ini penting dilakukan mengingat bahwa audit report lag yang masih terjadi di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Terdapat variabel yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya audit report
lag, namun belum pernah dilakukan
penelitian di Indonesia yaitu variabel gender. Selain itu variabel kepemilikan institusional dan komite audit masih terdapat ketidakkonsistenan hasil sehingga masih terdapat ruang untuk diuji lagi secara empiris. Penelitian Studi Komparatif
Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit dan Gender Terhadap Audit Report Lag di Indonesia, Malaysia dan Singapura diharapkan dapat memberi
pengetahuan yang lebih agar pihak-pihak terkait dapat mempublikasikan laporan keuangannya tepat waktu.
RERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Audit Report Lag Audit report lag didefinisikan
sebagai periode dari tutup buku tahun fiskal hingga tanggal laporan audit (Hassan, 2016).Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/Pojk.04/2016 tentang laporan tahunan perusahaan emiten atau perusahaan publik pada pasal 6 menyatakan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan tahunan sebagaimana dimaksud kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir.Apabila perusahaan melaporkan laporan keuangan lebih dari empat bulan maka terjadi audit
report lag yang menyebabkan perusahaan
tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.
Menurut Ashton, (1987) persyaratan agar laporan keuangan diaudit oleh pihak eksternal bertentangan dengan persayaratan agar laporan keuangan dipublikasikan secara tepat waktu, mengingat audit merupakan proses panjang yang membutuhkan waktu. Selain itu, konflik yang sering muncul setelah proses audit yang menyebabkan audit semakin lama adalah karena perusahaan mendapatkan opini qualified sehingga timbul ketidaksetujuan antara keduanya (Ashton et al., 1987). Beberapa hal dapat menimbulkan audit report lag, namun hal utama yang mendasari terjadinya audit
report lag adalah lamanya proses audit (Givoly and Palmon, 1982).
. Laporan keuangan yang tidak tepat waktu dipublikasikan maka akan kehilangan keandalannya dan relevansinya. Jika laporan keuangan kehilangan keandalan dan relevansinya maka laporan keuangan tersebut kurang akurat untuk pengambilan keputusan.
Audit report lag dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh investor. Hal tersebut dibuktikan dari
abnormal return dan trading volume activity suatu perusahaan yang telat
menyampaikan laporan keuangannya(Sulthoni, 2013). Kesimpulannya, audit report lag merupakan sesuatu yang harus dihindari oleh perusahaan agar perusahaan tetap memperoleh kepercayaan dari publik utamanya investor dan agar terhindar dari sanksi PT. BEI yang dapat merugikan perusahaan.
Audit report lag dibagi menjadi tiga
(Knechel and Payne, 2001). Berikut ini adalah proses terjadinya audit report lag:
Gambar 1
Proses Audit Report Lag
Sumber: (Knechel and Payne, 2001)Penutupan tahun buku Dimulainya pekerjaan lapangan
Diakhirinya pekerjaan lapangan
Laporan audit terbit
Scheduling lag Fieldwork lag Reporting lag
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Audit Report Lag
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, perusahaan reksadana dan perusahaan manajemen aset bank.Menurut Suparsada and Putri (2017) para investor institusional mengawasi manajemen perusahaan dan mendorong pengawasan yang lebih optimal dengan tujuan agar kemakmuran pemegang saham tetap terjamin.Kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi yang cukup besar dalam perusahaan tersebut sehingga semakin banyak investor yang berasal dari institusi maka semakin besar pula pengawasan mereka terhadap tindakan manajer agar tidak berperilaku menyimpang. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Alfraih (2006) yang menyatakan bahwa investor institusional yang efektif merupakan alat corporate governance yang penting yang dapat mengurangi biaya agensi melalui pemberian insentif untuk mengawasi tindakan manajer perusahaan.
Investor institusional membutuhkan laporan keuangan sebagai alat pengambil keputusan dan sebagai alat untuk memonitor tindakan manajer. Investor akan mendukung keberadaan manajemen yang berupaya menunjukkan informasi dan keadaan perusahaan, sehingga investor menuntut agar manajer segera mempublikasikan laporan keuangannya tepat waktu. Selain itu, menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (2006), perusahaan wajib melaporkan laporan keuangannya secara tepat waktu dan pemegang saham juga mempunyai hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan melalui laporan keuangan secara tepat waktu agar pemegang saham dapat membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan berdasarkan informasi yang akurat.Akibatnya, dengan adanya kepemilikian institusional dapat mengurangi waktu penyampaian laporan keuangan auditan, sehingga konflik kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajer
(agen) karena asimetri informasi dapat berkurang.Berdasarakan uraian diatas maka muncullah hipotesis sebagai berikut:
H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap audit report lag Pengaruh Komite Audit Terhadap Audit Report Lag
Komite audit merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan. Tugas komite audit menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55 /POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit secara umum yaitu menelaah informasi laporan keuangan apakah sudah wajar dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Komite audit yang terdiri dari pihak independen dan tidak mempunyai hubungan istimewa dengan perusahaan, menanggapi setiap pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan temuan-temuan audit yang ditemukan oleh auditor internal. Komite audit kemudian memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengani hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan serta penunjukan akuntan yang kompeten, independen dan berintegritas.
Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (2006), komite audit memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan memastikan bahwa struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik. Jika komite audit mampu memastikan pengendalian internal perusahaan itu bagus, maka risiko bawaan dan risiko pengendalian rendah sehingga salah saji laporan keuangan juga rendah. Beberapa penelitian lain menyebut bahwa jumlah komite audit memliki kekuatan yang lebih besar dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan, sehingga salah saji semakin kecil (Rianti and Sari, 2014). Auditor juga akan menentukan tingkat materialitas yang rendah pada laporan keuangan, sehingga bukti audit yang dikumpulkan lebih banyak. Meskipun bukti audit yang diperlukan banyak, namun bukti tersebut dapat memberi keyakinan kepada auditor eksternal bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar. Hal tersebut dapat mengurangi waktu auditor eksternal untuk melakukan substantif tes karena komite audit sudah menjamin kualitas laporan keuangan perusahaan sehingga auditor dapat bekerja lebih cepat (Nelson and Shukeri, 2011). Ketika proses audit berjalan lebih cepat, maka laporan keuangan juga akan terbit lebih cepat sehingga dapat mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham yang menyebabkan terjadinya konflik kepentingandiantara keduanya.Dari uraian diatas muncullah hipotesis sebagai berikut:
H2 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag Pengaruh Gender Terhadap Audit Report Lag
Perempuan cenderung lebih teliti dan mampu menholah informasi dengan baik dibandingkan laki-laki yang cenderung memproses informasi secara menyeluruh. Perempuan lebih teliti dalam menelaah laporan keuangan sehingga mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dapat mempercepat proses audit
(Rianti and Sari, 2014). Selain itu, perempuan yang menjabat sebagai komite audit cenderung menginginkan jasa asurans yang lebih tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan pada laporan keuangannya (Harjoto et al., 2015). Jika kesalahan dalam laporan keuangan dapat dikurangi, maka kualitas laporan keuanganpun meningkat sehingga proses audit dapat berjalan lebih cepat dan memperpendek audit report lag.
Perempuan yang menjabat sebagai CEO juga diduga dapat memperpendek laporan keuangan.Menurut Harjoto et al. (2015) perempuan lebih sensitif terhadap tekanan pasar dan pemilik saham yang menginginkan laporan keuangan dipublikasikan secara tepat waktu. Selain itu, perempuan berfokus pada reputasinya sehingga CEO perempuan akan cenderung mempublikasikan laporan keuangan auditan secara tepat waktu. Hal-hal tersebut yang menyababkan adanya CEO dan ketua komite audit perempuan dapat mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham karena laporan keuangan auditan dapat segera dipublikasikan.Dari uraian diatas muncullah hipotesis dibawah ini:
H3 : Gender berpengaruh negatif terhadap audit report lag
Gambar 2
Kerngka Peneliian
Kepemilikan Institusional (X1) Komite Audit (X2) Gender (X3) Audit Report Lag
(Y)
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 45 perusahaan di sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoneisa, 3 perusahaan pertambangan yang terdaftar Bursa Efek Malaysia dan 17 perusahaan di sektor pertambangan yang terdaftar Bursa Efek Singapura tahun 2012- 2016 secara berturut-turut dengan total sampel sebesar 67 perusahaan.
Pengambilan sampel menggunakan random purposive sampling yaitu memilih sampel secara acak setelah dilakukan proses eliminasi berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria purposive sampling adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek pada 2012
- – 2016 secara berturut-turut, (2) Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen atau laporan tahunan selama tahun 2012-2016, (3) Perusahaan yang menyampaikan laporan keuangannya untuk periode 12 bulan, (4) Perusahaan yang menyampaikan informasi yang lengkap pada laporan keuangan dan laporan tahunan. Sampel yang memenuhi kriteria purposive
sampling kemudian di acak dan didpilih
sampel jumlah masing-masing negara dipilih lima perusahaan kecuali Malaysia yang hanya tiga perusahan. Sampel akhir yang digunakan adalah 13 perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melainkan dari beberapa sumber seperti laporan keuangan auditan dan laporan tahunan perusahaan sektor pertambangan tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016 yang berasal dari website www.idx.co.id, www.bursamalaysia.com, www.sgx.com, jurnal ilmiah, simposium nasional, dan lain- lain. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari catatan atas dokumen-dokumen yang sudah ada.
Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan ada dua yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel indepnden adalah varaibel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab besar kecilnya nilai variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu kepemilikan institusonal (X1), komite audit (X2) dan gender (X3) yang diproksikan dengan gender CEO dan gender ketua komite audit. Variabel dependen adalah variabel yang variasinya dipengaruhi oleh variabel independen. Peneltian ini menggunakan audit report lag (Y) sebagai variabel dependennya.
Definisi Operasional Variabel Audit Report Lag (Y)
Audit report lag didefinisikan sebagai periode dari tutup tahun buku fiskal hingga tanggal laporan audit dipublikasikan (Hassan, 2016). Batas penyampaian waktu laporan keuangan auditan adalah empat bulan atau 120 hari setelah perusahaan tersebut tutup buku sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/Pojk.04/2016 Tentang Laporan Tahunan Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik pada pasal 6. Pengukuran audit report lag dilakukan secara kuantitatifdalam jumlah hari sebagai berikut:
Audit Report Lag: jumlah hari antara
tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. (Suparsada and Putri, 2017)
Kepemilikan Institusional (X1)
Kepemilikan institusional adalah saham yang dimiliki oleh institusi lain seperti perusahaan keuangan, perusahaan asuransi, dana pension, perusahaan dana kuliah, bank komersial, reksadana dan perusahaan manajemen aset bank (Al-Malkawi et al., 2012). Kepemilikan institusional memberikan tekanan kepada manajer agar segera mempublikasikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi audit report lag (Rose,
2007). Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah perusahaaan sebagai berikut: (Suparsada and Putri, 2017)
Komite Audit (X2)
Komite audit menurut Peraturan Jasa Keuangan Nomor 55 /POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tias dan Triani (2014) menyebutkan bahwa semakin banyak perusahaan yang mempunyai komite audit maka diduga perusahaan tersebut mempunyai sistem pengendalian internal yang baik sehingga dapat memudahkan auditor dalam proses audit atas laporan keuangan klien. Komite audit diukur dengan menggunakan:
Komite Audit: Jumlah komite audit suatu
perusahaan (Tias and Triani, 2014)
Gender (X3) Gender adalah suatu konsep yang
membedakan sudut pandang perilaku dan emosional antara laki-laki dan perempuan (Jamilah et al., 2007). Perempuan yang menjabat sebagai ketua komite audit cenderung menginginkan jasa asurans yang lebih agar reputasinya tetap terjaga dan kualitas laporan keuangan menjadi baik. Jika kualitas laporan keuangan tersebut baik maka proses audit berjalan lebih cepat dan dapat memperpendek audit report lag (Rianti and Sari, 2014). Perempuan yang menjabat sebagai CEO lebih sensitif terhadap tekanan pasar dan pemilik yang menginginkan laporan keuangan disajikan dengan tepat waktu (Harjoto et al., 2015). Pengukuran gender menggunakan variabel dummy sebagai berikut: 1: CEO wanita 1: ketua komite audit wanita 0: CEO laki-laki 0: ketua komite audit wanita (Harjoto et al., 2015)
Alat Analisis
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linear berganda, karena penelitian ini menguji pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.Selain itu, analisis ini dapat menunjukkan arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya. Berikut ini adalah persamaan model regresi penelitian:
ARL = α + β1(INSTI) + β2(KOMITE) + β3(GENDER_CEO) + β4(GENDER_KETUA) +
εKeterangan: ARL : Audit Report Lag Α
: Konstanta β1,2,3
: Koefisien Regresi X1, X2, X3, X4
INSTI : Kepemilikan Institusional KOMITE : Komite Audit GENDER_CEO : Jenis Kelamin CEO GENDER_KETUA : Jenis Kelamin Ketua Komite Audit ε
: Nilai residu atau eror
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
0.15
INSTI_INDO
INSTI_SGR
INSTI_MAY
18
23
6
0.60
0.17
Kepemilikan Institusional Tabel 2 Statistik Deskriptif Kepemilikan Institusional
0.93
0.78
0.64 0.7739 0.5117 0.4933
0.12636 0.17647 0.21097
Valid N (listwise)
43 Sumber: hasil olah data SPSS Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa di
Indonesia kepemilikan institusional terkecil adalah 60% sedangkan yang terbesar adalah adalah 93% dengan rata- rata kepemilikan institusional sebesar 0.77%. Kepemilikan institusional terkecil di Singapura adalah 15% sedangkan yang terbesar adalah 78% dengan rata-rata kepemilikan institusional sebesar 0.52%.
Sedangkan di Malaysia kepemilikan institusional terkecil adalah 18% hari dan yang terbesar adalah 64% dengan rata-rata sebesar 0.49%. Hal tersebut dapat diketahui dari besaran nilai minimum, maximum dan meannya.Dari ketiga negara tersebut kepemilikan institusional terkecil adalah Singapura sebesar 15%sedangkan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel dalam penelitian ini.jumlah data awal yang digunakan adalah sejumlah
65 perusahaan,kemudian dilakukan outlier data dengan membuang data-data yang memiliki nilai ekstrim sehingga terdapat 18 data yang terbuang dan hanya 47 data saja yang dapat dilakukan pengujian lebih lanjut. Berikut ini adalah hasil analisis deksriptif:
77.00
Audit Report Lag (Y) Tabel 1 Statistik Deskriptif Audit Report Lag
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ARL_INDO ARL_SGR ARL_MAY
18
23
6
76.00
80.00
91.00
lag tercepat adalah Indonesia selama 76
99.00
97.00
85.33
86.22
86.33 4.959 5.893 6.919
Valid N (listwise)
47 Sumber: hasil olah data SPSS Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa di Indonesia audit report lag terpendek adalah 76 hari sedangkan yang terlama adalah 91 hari. Audit report lag tercepat di Singapura adalah 80 hari sedangkan yang terlama adalah 99 hari. Sedangkan di Malaysiaaudit report lag tercepat adalah 77 hari dan yang terlama adalah 97 hari. Hal tersebut dapat diketahui dari besaran nilai minimum dan maximumnya.
Dari ketiga negara tersebut audit report
hari sedangkan yang terlama adalah Singapura selama 99 hari. Kemudian rata- rata audit report lag antara ketiga negara tersebut hampir sama yaitu berkisar antara 85-86 hari. yang terlama adalah Indonesia sebesar 93%.
Komite Audit Tabel 3 Statistik Deskriptif Komite Audit
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KOMITE_INDO
18
3.00
3.00 3.00 0.000 KOMITE_SGR
23
3.00
4.00 3.43 0.507 KOMITE_MAY
6
3.00
7.00 4.50 1.643 Valid N (listwise)
43 Sumber: hasil olah data SPSS orang (4.5). Hal tersebut dapat diketahui Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa di dari besaran nilai minimum, maximum dan
Indonesia banyaknya komite audit selama meannya.Ketiga negara tersebut memiliki tahun penelitian adalah sama yaitu 3 komite audit yang paling seikit sebayak 3 orang. Komite audit yang paling sedikit di orang. Hal tersebut dikarenakan ada Singapura adalah 3 orang sedangkan yang peraturan yang mengharuskan setiap terbanyak adalah 4 orang dengan rata-rata perusahaan memiliki komite audit minimal banyaknya komite audit berkisar atara 3-4 3 orang. Sedangkan Malaysia memiliki orang (3.43). Sedangkan di Malaysia komite audit paling banyak yaitu 7 orang. komite audit yang paling sedikit adalah 3 orang dan yang terbanyak adalah 7 orang dengan rata-rata komite audit sebanyak 4-5
Gender Tabel 4 Statistik Deskriptif Gender CEO di Indonesia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent .00
14
77.8
77.8
77.8 Valid
1.00
4
22.2 22.2 100.0 Total 18 100.0 100.0
Sumber: hasil olah data SPSS
Tabel 5
Statistik Deskriptif Gender Ketua Komite Audit di IndonesiaFrequency Percent Valid Percent Cumulative Percent .00
17
94.4
94.4
94.4 Valid
1.00
1
5.6 5.6 100.0 Total 18 100.0 100.0
Sumber: hasil olah data SPSS Berdasarkan tabel 4 angka 0 memiliki perusahaan tambang di Indonesia diketuai frekuensi sebesar 14 atau 77.8% yang berarti oleh CEO perempuan. sekitar 77.8% perusahaan tambang di Berdasarkan tabel 5 angka 0 memiliki Indonesia diketuai oleh seorang CEO laki- frekuensi sebesar 17 atau 94.4% yang berarti laki. Sedangkan angka 1 pada tabel diatas sekitar 94.4% komite audit di perusahaan- memiliki frekuensi sebanyak empat atau perusahaan Indonesia diketuai oleh seorang 22.2%, yang berarti bahwa sebanyak 22% CEO laki-laki. Sedangkan angka 1 pada tabel diatas memiliki frekuensi sebanyak 22% perusahaan komite audit di perusahaan satu atau 5.6%, yang berarti bahwa sebanyak Indonesia diketuai oleh perempuan.
Tabel 6
Statistik Deskriptif Gender CEO dan Ketua Komite Audit di Singapura
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 23 100.0 100.0 100.0 Valid 23 100.0 100.0 100.0
Sumber: hasil olah data SPSS Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa baik dapat dilihat dari angka 0 memiliki frekuensi Gender CEO dan Ketua Komite Audit di 23 atau 100%.
Singapura 100% adalah laki-laki. Hal ini
Tabel 7
Statistik Deskriptif Gender CEO dan Ketua Komite Audit di Singapura
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 8 100.0 100.0 100.0 Valid 8 100.0 100.0 100.0
Sumber: hasil olah data SPSS Berdasarkan tabel deskriptif diatas diketahui Hal ini dapat dilihat dari angka 0 memiliki bahwa baik Gender CEO dan Ketua Komite frekuensi 0 atau 100%.
Audit di Malaysia 100% adalah laki-laki.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 8
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model Unstandardized Standardized T Sig.Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 96.505 4.268 22.610 0.000
INSTI -9.511 4.364 -0.353 -2.180 0.035
1 KOMITE -1.419 1.009 -0.203 -1.407 0.167
GENDER_CEO 0.846 3.242 0.043 0.261 0.795 GENDER_KETUA -2.542 5.451 -0.066 -.0466 0.643 Sig. F 0.126Adjusted R Square 0.074
Sumber: hasil olah data SPSS
Tabel 9
Uji One Way-AnovaARL Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 9.222 2 4.611 0.143 0.867 Within Groups 1421.246 44 32.301 Total 1430.468
46 Sumber: hasil olah data SPSS
Tabel 10 Statistik Deskriptif One Way-Anova
ARL N Mean Std. Deviation Std. Error Indonesia
18 85.33 4.959 1.169 Singapura
23 86.22 5.893 1.229 Malaysia
6 86.33 6.919 2.824 Total
47 85.89 5.576 0.813 Fixed Effects 5.683 0.829
Model
a
Random Effects 0.829
Sumber: hasil olah data SPSS Sampelpenelitian yang digunakan menunjukkan nilai 7.4%.Hal itu berarti sebanyak 13 sampel dengan jumlah data variabel dependen dipengaruhi oleh
65.Data-data tersebut tidak memenuhi uji variabel lain diluar model sebesar 92.6% asumsi klasik karena hanya memenuhi sehingga model regresi tidak memiliki syarat multikolinearitas, maka dari itu kemampuan yang baik dalam menjelaskan dilakukan outlier data.Outlier dilakukan variabel dependen. dengan melihat tabel Casewise Uji t bertujuan untuk mengetahui kemudian membuang data- pengaruh variabel independen secara
Diagnostics data ekstrim dimana data-data tersebut individual terhadap variabel dependen.
memiliki nilai ARL yang berbeda jauh Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa dengan predictive value.Data yang di Kepemilikan Instituisonal berpengaruh
outlier berjumlah 18 sehingga didapatkan negatif terhadap audit report lag ,
data akhir sebanyak 47 data.Data yang sedangkan Komite Audit dan Gender tidak tidak memiliki nilai ekstrim kemudian berpengaruh terhadap audit report lag. dilakukan uji asumsi klasik kembali. Berikut ini adalah pembahasan dari Setelah dilakukan uji kembali didapati masing-masing variabel: hasil bahwa data-data memenuhi syarat uji asumsi klasik sehingga dapat dilakukan
Kepemilikan Institusional Berpengaruh
Uji F, koefisien determinasi dan uji t. Hasil Negatif Terhadap Audit Report Lag dari Uji F dapat disimpulkan bahwa model Dari hasil olah data dengan SPSS 21 regresi tidak fit, hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 8 diketahui nilai sig. 0.035 > dari nilai sig. 0.126 > 0.05. Secara 0.05 dan nilai T sebesar -2.180, sehingga simultan variabel independen yang.Hasil ditarik kesimpulan bahwa H1 diterima ini juga diperkuat dengan hasil dari uji yang berarti kepemilikan institusional koefisien determinasi (R2) yang berpengaruh negatif terhadap audit report lag .
Sesuai dengan hipotesis bahwa investor institusional mengawasi manajemen perusahaan dan mendorong pengawasan yang lebih optimal dengan tujuan agar kemakmuran pemegang saham terjamin (Suparsada and Putri, 2017).Investor intitusional membutuhkan laporan keuangan sebagai alat pengambil keputusan dan sebagai alat untuk memonitor tindakan manajer. Investor melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) akan mendukung keberadaan manajemen yang berupaya menunjukkan informasi dan keadaan perusahaan, sehingga investor menuntut agar manajer segera mempublikasikan laporan keuangannya secara tepat waktu. Selain itu perusahaan juga memiliki kewajiban kepada investor untuk segera mempublikasikan lapoan keuangannya secara tepat waktu sesuai dengan Pedoman Umum Good Corporate Governance tahun 2006. Sehingga semakin tinggi kepemilikan intitusional maka audit report
lag akan semakin cepat. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Suparsada dan Putri (2017) namun tidak sejalan dengan penelitian Alfraih (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi lama atau cepatnya audit report lag.
Komite Audit Tidak Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag
Berdasarkan tabel 8 diketahu nilai sig. 0.167 > 0.05, sehingga ditarik kesimpulan bahwa H
2 ditolak yang berarti komite audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
Menurut data yang ada sebagian besar perusahaan pertambangan memiliki komite audit berjumlah 3
Central Omega Resources Tbk. hanya memiliki tiga orang komite audit namun dapat menyampaikan laporan keuangannya dalam jangka waktu 76 hari setelah tutup buku.
Komite audit tidak memiliki pengaruh diduga karena setiap negara sudah memiliki piagam komite audit yang telah mengatur tugas komite audit. Secara umum tugas komite audit adalah memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan memastikan bahwa struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, sehingga baik sedikit atau banyaknya komite audit, para anggota komite audit hanyalah menjalankan tugas yang memiliki tujuan seperti yang tertera pada piagam komite audit. Selain itu, jika dilihat dari laporan tahunan perusahaan yang diteliti, komite audit memiliki varian jumlah pertemuan yang berbeda. PT. Central Omega Resources Tbk. yang memiliki tiga orang komite audit, melakukan pertemuan sebanyak 8 kali selama satu periode pelaporan keuangan dengan tingkat kehadiran setiap anggotanya sebesar 100%. Sedangkan Malaysia Smelting Berhad yang memiliki tujuh orang komite audit, melakukan pertemuan sebanyak 5 kali dan tidak dihadiri 100% oleh anggotanya. Komite audit melakukan rapat untuk membahas bila ditemukan masalah dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga semakin banyak pertemuan dilakukan dan seluruh anggota selalu mengahadiri rapat tersebut, maka permasalahan dalam penyusunan laporan keuangan dapat segera diatasi dan laporan keuangan dapat diselesaikan dengan cepat serta laporan keuangan cenderung benar. Namun jika perusahaan memiliki jumlah anggota komite audit yang banyak sedangkan frekuensi rapat jarang dan tidak dihadiri oleh anggota seluruhnya, maka permasalahan dalam penyusunan laporan keuangan tidak segera terselesaikan dan penyusunan laporan keuangan menjadi lama. Sehingga diduga
- – 4 orang, meskipun terdapat satu perusahaan yang memiliki jumlah komite audit sebanyak tujuh orang yaitu Malaysia Smelting Berhad, tetapi jangka waktu perusahaan tersebut menyampaikan laporan keuangan selama 77 hari. Sedangkan perusahaan lain yaitu PT.
Gender Tidak Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag
lag pada tabel 10 dimana Indonesia
public menyampaikan laporan
Nomor 707 tentang Laporan Tahunan sama-sama menetapkan bahwa perusahaan yang go public harus menyampaikan laporan keuangannya maksimal empat bulan setelah tutup tahun buku perusahaan. Jika perusahaan-perusahaan yang telah go
Requirement Bursa Efek Singapura Bab 2
Bab 9.23 (a) dan regulasi di Singapura dalam Listing
Listing Requirement
Tidak adanya perbedaan rata-rata ketiga negara tersebut diduga karena regulasi penyampaian laporan keuangan. Regulasi di Indonesia yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/Pojk.04/2016 tentang Laporan Tahuna Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik, regulasi di Bursa Malaysia dalam
memiliki nilai mean sebesar 85 hari dan 86 hari untuk Malaysia dan Singapura.
Uji One Way-Anova digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata pada dua populasi atau lebih. Sebelum melakukan uji one way-anova, data-data yang diuji harus berdistribusi normal, data harus homogeny, memiliki variansi yang sama dan sampel yang diuji harus independen. Dari hasil uji One Way- Anova pada tabel 9 diketahi nilai sig 0.867 > 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H diterima yang berarti tidak ada perbedaan rata-rata audit report lag antara Indonesia, Singapura dan Malaysia. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean audit report
Hasil olah data menggunakan SPSS 21, pada tabel 8 diketahui bahwa GENDER_CEO memiliki nilai sig. 0.795 > 0.05 dan GENDER_KETUA 0.643 > 0.05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H3 ditolak yang berarti baik gender CEO dan gender ketua komite audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
Tidak Ada Perbedaan Rata-Rata Audit Report Lag di Indonesia, Malaysia dan Singapura
berpengaruh karena dari semua sampel penelitian selama periode penelitian memiliki ketua komite audit laki-laki dan yang memiliki komite audit perempuan hanya PT. Dian Swastika Sentosa Tbk. pada tahun 2013 saja, sehingga hal tersebut kurang mencerminkan adanya perbedaan antara ketua komite audit laki- laki dan perempuan.
gender ketua komite audit tidak
keuangan dalam jangka waktu empat bulan setelah perusahaan tutup buku, sehingga baik CEO perempuan maupun laki-laki akan menyampaikan laporan keuangan sebelum jangka waktu tersebut karena sudah ada peraturan yang mengikat. Selain itu dari sampel penelitian hanya terdapat satu perusahaan saja yang dipimpin oleh CEO perempuan yaitu PT. Toba Bara Sejahtera Tbk. sehingga tidak mencerminkan perbedaan yang signifikan antar perbedaan gender.Sedangkan untuk
go public menyampaikan laporan
peraturan yang mengharuskan perusahaan
Gender CEO tidak mempengaruhi audit report lag diduga karena terdapat
keuangannya melebihi jangka waktu yang ditentukan, maka perusahaan tersebut terancam akan dikeluarkan (delisting) dari papan Bursa Efek. Sehingga perusahaan pertambangan di Indonesia, Singapura dan Malaysia akan menyampaikan laporan keuangannya sebelum 120 hari setelah tutup tahun buku.
SIMPULAN DAN SARAN
- – 226.
Determinants Of Audit Report Lag And Corporate Governance In Malaysia. International Journal Of Business And Management, 8, 151- 163.
A. 2008. The Timeliness Of Accounting Disclosures In
Conover, C. M., Miller, R. E. & Szakmary,