PENGEMBANGAN SISTEM ANGGARAN DAN AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA:PERSPEKTIF INSTITUSIONALIS

Mirna Amirya Ali Djamhuri Unti Ludigdo

Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang.

Email: mirna.amirya@gmail.com

Abstract: Budget and Accounting System of Badan Layanan Umum of

Brawijaya University: Institutional Perspective. This research attempts to un- derstand the development and the implications of budget and accounting system of BLU of Brawijaya University from organizational change. Budget and accounting system include the change from traditional budgeting to performance-based bud- geting and the cash basis (modified accrual basis) to accrual basis.This research uses interpretive research paradigm. Analysis and interpretation development areconducted through the New Institutionalism Theory.The results of this study in- dicate that the development of budget and accounting system of BLUof Brawijaya Universitycan encourage organizational change, including changes in the values of management, human resources, procedural, technological, and organizational structure.

Abstrak: Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi Badan Layanan

Umum Universitas Brawijaya: Perspektif Institusional. Penelitian ini beru- saha untuk memahami pengembangan dan implikasi sistem anggaran dan akuntansi Badan Layanan Umum Universitas Brawijaya melalui perubahan organisasi dengan menggunakan perspektif teori institusional. Pengembang- an sistem dan anggaran termasuk perubahan dari penganggaran tradisional menjadi penganggaran berbasis kinerja dan kas (modifikasi basis akrual) men- jadi basis akrual. Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian interpretif. Analisis dan interpretasi pengembangan anggaran dan sistem akuntansi den- gan menggunakan Teori Institusional Baru. Hasil dari penelitian ini mengindi- kasikan bahwa pengembangan anggaran dan sistem akuntansi Badan Layanan Umum Universitas Brawijaya dapat mendorong perubahan organisasi, terma- suk perubahan dalam nilai-nilai manajemen, sumber daya manusia, prosedur, teknologi dan struktur organisasi.

Kata Kunci: Akuntansi Akrual, Badan Layanan Umum, Teori Institusional Baru, Perubahan Organisasi, Penganggaran Berbasis Kinerja

pleks tersebut, PTN memerlu- ri (PTN) merupakan salah satu kan pendanaan dalam rangka lembaga sosial yang bertugas membiayai aktivitasnya dengan mengembangkan ilmu pengeta-

Perguruan Tinggi Nege-

menekankan pada asas good uni- huan dan teknologi. Dunia usa-

versity governance yang mengan-

dung prinsip transparansi, akun- menuntut PTN untuk memenuhi

ha, pemerintah, dan masyarakat

tabilitas dan mampu menerapkan kebutuhan mereka akan ilmu pengelolaan keuangan yang fleksi- pengetahuan dan teknologi yang bel dengan menonjolkan produk-

Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL

lebih tinggi. Konsekuensinya, PTN tivitas, efisiensi dan efektivitas.

Volume 3 Nomor 3

harus mengikuti perubahan (Ef- Pola Pengelolaan Keuangan (PPK)

Halaman 334-501 Malang, Desember 2012

fendi 2003). tersebut dikenal sebagai Badan

ISSN 2086-7603

Untuk memenuhi tuntutan Layanan Umum (BLU). Pola Peng yang semakin global dan kom-

elolaan Keuangan (PPK) tersebut

Amirya, Djamhuri, Ludigdo, Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi...344

sangat didukung oleh instrumen pertang- gungjawaban, diantaranya yaitu anggaran dan akuntansi.

Pengelolaan keuangan PTN yang mene- rapkan BLU diatur oleh Peraturan Perun- dang-undangan di bidang keuangan negara. Beberapa peraturan utama yang secara khu- sus mengaturnya yaitu: (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun2003 tentang Keuangan Negara, (2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, (3) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan La- yanan Umum, (4) Peraturan Pemerintah No- mor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akun- tansi Pemerintahan, (5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuan- gan Badan Layanan Umum, (6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran Ser- ta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum dan (7) Peraturan Pemerintah Nomor

71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pada umumnya peraturan- peraturan tersebut menegaskan bahwa se- buah instansi yang menggunakan model BLU harus menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja dan akuntansi berbasis akrual.

Universitas Brawijaya (UB), sebagai salah satu PTN di Indonesia bertekad untuk meningkatkan pelayanan kepada masyara- kat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bang- sa. Untuk mencapai hal tersebut, UB men- gajukan diri menjadi BLU. Pada tahun 2008, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 361/KMK.05/2008 tanggal 17 De- sember 2008, UB secara resmi berstatus se- bagai BLU penuh.

Sistem anggaran dalam PPK BLU men- syaratkan Satuan Kerja (Satker) BLU untuk menyusun dokumen anggaran Rencana Bis- nis dan Anggaran (RBA). RBA merupakan bagian dari Rencana Kerja Anggaran-Ke- menterian/Lembaga (RKA-KL) BLU. Dengan demikian, dalam penyusunan anggaran, Satker BLU selain menyusun RBA juga RKA- KL. Sementara itu, akuntansi dan laporan keuangan Satker BLU diselenggarakan ses- uai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Penggabungan laporan keuangan BLU pada laporan keuangan kementerian negara/lembaga dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) se- hingga Satker BLU selain menyusun laporan

keuangan berdasarkan SAK juga tetap ber- dasarkan SAP.

Untuk memenuhi persyaratan sebagai Satker BLU, UB melakukan pengembangan sistem anggaran dan akuntansi. Pengem- bangan tersebut diindikasikan dapat men- dorong perubahan organisasi. Dalam studi organisasi, para ahli new institutionalism menyatakan bahwa penerapan faham new institutionalism berkaitan dengan sebuah kenyataan bahwa struktur suatu organisasi dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat ia berada (Carruthers1995). Sebuah organ- isasi biasanya terbentuk ke dalam struktur formal yang terdiri dari berbagai prosedur, proses dan aturan yang rasional

Pembentukan struktur organisasi for- mal tersebut diharapkan dapat mendorong kesuksesan sebuah organisasi. Menurut Meyer dan Rowan (1977:53), kesuksesan or- ganisasi bergantung pada faktor-faktor lain (terutama legitimasi) selain koordinasi yang efisien dan pengendalian kegiatan produktif. Pembentukan struktur organisasi formal ini lebih menekankan diperolehnya legitimasi atas segala kegiatan organisasi selain untuk meningkatkan efisiensi ataupun mencapai outcome yang lebih baik.

Untuk memperoleh legitimasi, sebuah organisasi berupaya untuk melembagakan unsur-unsur lingkungan (ide, logika, prak- tik, teknik dan kebiasaan) ke dalam organ- isasi sehingga unsur-unsur lingkungan menjadi bagian dari lembaga organisasi tersebut (Djamhuri 2009). Salah satunya, organisasi berupaya menjadi mirip (isomor- phism) dengan lingkungan kelembagaan. Ada tiga cara yang dilakukan oleh organisasi untuk menjadi mirip (isomorphism) dengan lingkungan kelembagaannya, yakni coercive, mimetic dan normative (DiMaggio dan Powell 1983:67; Carruthers 1995; Lippi 2000 dan Sewing 2010:123). Menurut Lippi (2000), ketiga faktor eksogen (coercive, mimeticdan normative) bersifat top-down sementara allo- morphism lebih bersifat bottom-up. Berbagai upaya yang dilakukan organisasi tersebut dapat mendorong perubahan organisasi.

Perubahan organisasi didefinisikan Senge et al. (1999) sebagaimana dikutip oleh Heller (2003) sebagai: “Combines ‘inner’ shifts in people’s values, aspirations, and behaviors with ‘outer changes’ in processes, strategies, and systems” (p.15). Perubahan organisasi tersebut diartikan sebagai kombinasi pe- rubahan internal dalam nilai-nilai masyara- kat, aspirasi dan perilaku dengan perubahan

345 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 3, Desember 2012, Hlm. 343-356 eksternal terkait proses, strategi dan sistem.

Sementara Jones (2001:389) mendefinisikan perubahan organisasi sebagai sebuah proses di mana berbagai organisasi beranjak dari keadaan yang sudah ada dan stabil kepada keadaan baru yang diinginkan dengan tu- juan untuk meningkatkan efektivitas.

Pada dasarnya apabila institusi melaku- kan suatu perubahan maka harus memu- tuskan unsur-unsur apa dalam organisasi yang akan diubah. Jones (2001:389-390) menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui perbaikan SDM, sumber daya fung- sional, kemampuan teknologi dan kemam- puan organisasi.

Lewin (1951) sebagaimana dirujuk oleh Jones (2001:399) mengemukakan tentang force field theory of change yang digunakan untuk menggambarkan dinamika perubah- an yang terjadi dalam suatu organisasi. Teori ini menyatakan bahwa selalu akan ada berbagai kekuatan yang menentang ada- nya perubahan selain kekuatan yang meng- inginkan dilakukannya perubahan. Model perubahan Lewin (1951) lebih dimaknai se- bagai kekuatan tarik menarik antara pihak/ faktor yang menginginkan atau mendukung terjadinya perubahan dengan pihak/faktor yang menentangnya.

Hasil ini juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya yang pernah dilakukan oleh Hood (1991 dan1995); Carruthers (1995); Lippi (2000); Wijayanti (2006); Rahayu (2007); Taukid (2009); Djam- huri (2009), Firmanto (2011), Amirya (2011 dan 2012). Intinya, penelitian-penelitian tersebut membahas tentang anggaran ber- basis kinerja, akuntansi berbasis akrual dan kaitannya dalam mendorong perubahan or- ganisasi sektor publik.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan yaitu: Pertama, penelitian ini berfokus pada pengembangan sistem angga- ran dan akuntansi BLU UB dengan meng- gunakan analisis new institutional theory. Kedua, berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum membawa UB untuk menerapkan PPK-BLU ke dalam situasi perubahan, yakni dengan diadop- sinya performance based budgeting yang berorientasi output dan akuntansi berbasis akrual. Bertitik tolak dari hal tersebut, per- tanyaan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bagaimana implikasi sistem anggaran dan akuntansi BLU UB dapat mendorong

perubahan organisasi. Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah memahami im- plikasi sistem anggaran dan akuntansi BLU UB dalam mendorong perubahan organisasi.

Dalam studi organisasi, para ahli new institutionalism percaya bahwa orang-orang hidup dalam dunia, terbentuk secara sosial yang dipenuhi dengan aturan-aturan dan pemaknaan yang sebenarnya. Kebanyakan dari tindakan mereka baik yang disengaja maupun tidak, biasanya dilakukan secara tidak sadar ataupun karena sudah menjadi suatu rutinitas atau kebiasaan (Berger dan Luckmann 1967 sebagaimana dirujuk oleh Carruthers 1995).

Para ahli new institutionalism me- nyatakan bahwa penerapan faham new insti- tutionalism dalam studi organisasi berkaitan dengan sebuah kenyataan bahwa struktur suatu organisasi dipengaruhi oleh lingkun- gan sosial tempat ia berada (Carruthers 1995). Sebuah organisasi biasanya terben- tuk ke dalam struktur formal yang terdiri dari berbagai prosedur, proses dan aturan yang rasional (termasuk sistem akuntansi formal). Fitur tersebut juga mencakup hal- hal seperti otorisasi dan prosedur pengambi- lan keputusan yang jelas, kebijakan personil, teknik-teknik pengukuran, pengawasan dan pengendalian kinerja organisasi, pernyataan misi dan sasaran organisasi, penggunaan dokumen tertulis untuk mencatat aktivi- tas organisasi, peramalan ekonometrik dan lain sebagainya (Carruthers 1995). Hal ini menjelaskan bahwa pengembangan sistem anggaran dan akuntansi dalam sebuah or- ganisasi berperan untuk membentuk struk- tur formal yang terdiri dari berbagai prose- dur, proses dan aturan yang rasional (ter- masuk sistem anggaran, akuntansi, visi dan misi organisasi dan lain sebagainya).

Pembentukan struktur organisasi for- mal tersebut diharapkan dapat mendorong kesuksesan sebuah organisasi. Menurut Meyer dan Rowan (1977:53), kesuksesan or- ganisasi bergantung pada faktor-faktor lain (terutama legitimasi) selain koordinasi yang efisien dan pengendalian kegiatan produktif. Pembentukan struktur organisasi formal ini lebih menekankan diperolehnya legitimasi atas segala kegiatan organisasi selain untuk meningkatkan efisiensi ataupun mencapai outcome yang lebih baik.

Untuk memperoleh legitimasi, sebuah organisasi berupaya untuk melembagakan unsur-unsur lingkungan (ide, logika, prak- tik, teknik dan kebiasaan) ke dalam orga-

Amirya, Djamhuri, Ludigdo, Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi...346

nisasi sehingga unsur-unsur lingkungan menjadi bagian dari lembaga organisasi tersebut (Djamhuri 2009). Untuk melem- bagakan unsur-unsur lingkungan tersebut, organisasi berupaya menjadi mirip (isomor- phism) dengan lingkungan kelembagaan. Ada tiga cara yang dilakukan oleh organisasi untuk menjadi mirip (isomorphism) dengan lingkungan kelembagaannya, yakni coercive, mimetic dan normative (DiMaggio dan Powell 1983:67; Carruthers 1995; Lippi 2000 dan Sewing 2010:123).

Coercive (paksaan) merupakan isomor- phism yang terjadi sebagai akibat adanya tekanan-tekanan formal ataupun informal yang diterima suatu organisasi, tekanan tersebut berasal dari organisasi lainnya atau- pun dari harapan-harapan kultural di ma- syarakat sekitar di mana organisasi tersebut berdiri. Institutional isomorphism tidak selalu terjadi karena adanya paksaan. Adanya keti- dakpastian yang dihadapi suatu organisasi kadang kala juga bisa menjadi tekanan yang kuat untuk melakukan perubahan organ- isasi dengan cara mengimitasi (mimetic)or- ganisasi lain pada field yang sama. Semen- tara normative merupakan bentuk pengaruh yang berasal dari profesionalisasi. Profesi- onalisasi yang dimaksudkan di sini adalah adanya berbagai upaya dari anggota organ- isasi untuk menentukan kondisi dan metode kerja mereka, mengendalikan “the production of producers ” (Larson 1977:49-52) dan untuk menetapkan dasar kognitif dan legitimasi.

Sementara Lippi (2000) menjelaskan bahwa dampak dari ketiga faktor eksogen (coercive, mimetic, dan normative) menjadi- kan institutional isomorphism sebagai contoh dari perubahan yang sifatnya top-down yang lebih dipengaruhi oleh faktor eksogen. Menu- rutnya, selain faktor eksogen, pada proses isomorphism juga terdapat faktor endogen berupa aktor-aktor, institusi, sistem berpikir dan bahasa, yang kesemuanya dapat men- dukung proses institusionalisasi. Dengan keterlibatan faktor endogen tersebut, institu- sionalisasi bukan lagi semata-mata sebagai fenomena top-down tetapi bersifat bottom-up. Fenomena ini oleh Lippi (2000) disebut seb- agai allomorphism, yakni terdapatnya re-con- textualization dari elemen-elemen asing yang asli yang terjadi pada proses institusional- isasi dalam tiap field organisasi tertentu. Re-contextualization tersebut terjadi karena adanya faktor-faktor endogen (aktor-aktor, institusi, sistem berpikir dan bahasa).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif/non-positivistik. Penelitian terse- but bertujuan untuk memahami realitas le- bih mendalam, memiliki cara pandang yang subjektif dan membangun teori berdasarkan logika induktif. Paradigma yang digunakan adalah interpretif. Paradigma interpretif leb- ih menekankan pada makna atau interpreta- si seseorang terhadap sebuah simbol. Tugas teori dalam paradigma ini adalah memaknai (to interpret atau to understand). Kualitas teori dalam paradigma ini diukur dari ke- mampuannya untuk memaknai serta lebih cenderung mengungkapkan temuan-temuan yang sifatnya lokal (Triyuwono 2009:217).

Lokasi penelitian yang diambil adalah Universitas Brawijaya (UB) Malang. Dipi- lihnya lokasi ini, didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu, pertama, UB sejak ta- hun 2008, setelah ditetapkan sebagai BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 361/KMK.05/2008 tanggal 17 De- sember 2008, telah memulai proses pengem- bangan sistem anggaran dan akuntansi BLU pada tahun 2009. Kedua, karena tersedianya akses untuk melakukan penelitian di sana.

Untuk lebih memahami realitas pengembangan sistem anggaran dan akun- tansi BLU UB dari sisi perubahan organ- isasinya, maka penelitian ini tidak terlepas dari perilaku aktor-aktor yang menjalankan organisasi di UB. Aktor-aktor yang dijadi- kan informan dalam penelitian ini adalah beberapa pihak yang mewakili UB (Pusat), Fakultas dan Jurusan. Diantaranya yaitu:

1) Pembantu Rektor II UB; 2) Kepala Bagian Akuntansi Biro Administrasi Keuangan (Ka- bag Akuntansi BAK UB); 3) Kepala Sub Ba- gian (Kasubbag) Akuntansi Keuangan BAK UB; 4) Kasubbag Monitoring dan Evaluasi BAK UB; 5) Tim Pendamping Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) UB; 6) Pegawai di Bagian Akuntansi BAK UB; 7) Kepala Biro Adminis- trasi Keuangan UB; 8) Kabag Anggaran dan Perbendaharaan BAK UB; 9) Kepala Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Infor- masi UB; 10) Pegawai di Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi UB; 11) Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB dan 12) Sekretaris Jurusan Akun- tansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB.

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari informan melalui wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan

347 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 3, Desember 2012, Hlm. 343-356 pada bulan November 2010 dan selesai pada

bulan Mei 2011. Pengamatan yang dilaku- kan adalah pengamatan semi aktif, di mana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, namun juga memiliki peran dalam situasi tertentu terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti ikut berparti- sipasi dalam penyusunan RBA 2009 tingkat UB, penyusunan RBA 2010 tingkat FEB-UB, penyusunan Standard Operational Procedure (SOP), pelaksanaan anggaran (penatausa- haan) dan pendampingannya di FEB-UB ta- hun 2010, penyusunan lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) UB tahun 2010, dan penyusunan DraftStandard Operational Procedure (SOP) pelaksanaan anggaran (penatausahaan) UB tahun 2011. Peneliti melakukan observasi mulai tahun 2009 dan selesai pada bulan Mei 2011.

Sementara data sekunder diperoleh dari data-data yang sudah tersedia mis- alnya dokumen-dokumen yang terkait dengan pengembangan sistem anggaran dan akuntansi BLU. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas (1) peratu- ran perundang-undangan terkait PK-BLU, (2) RBA Tahun Anggaran 2009-2011, (3) RKA-KL Tahun Anggaran 2010, (4) Laporan Keuangan berdasarkan SAK dan SAP Tahun 2009-2010, (5) catatan internal pelaksanaan anggaran (penatausahaan) FEB-UB Tahun 2010, (6) laporan pendampingan penyusu- nan lampiran LAKIP Tahun 2010 dan (7) Draft Standard Operational Procedure (SOP) kegiatan pelaksanaan anggaran (penatau- sahaan) UB Tahun 2011. Selain itu, peneliti juga menggunakan berbagai dokumen yang memiliki relevansi dengan fokus penelitian antara lain adalah buku, majalah ilmiah, ar- sip dan dokumen pendukung lainnya.

Peneliti menggunakan tiga langkah da- lam proses analisis data kualitatif sebagai- mana yang disebutkan Miles dan Huberman (1992:20), yaitu 1) Reduksi data (data reduc- tion); 2) Penyajian data (data display) dan 3) Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification). Peneliti telah mere- duksi data sebelum melakukan pengumpu- lan data yaitu memilih kasus terkait peng- embangan sistem anggaran dan akuntansi BLU UB, membuat pertanyaan penelitian dan menentukan cara pengumpulan data. Setelah mengumpulkan data, peneliti juga melakukan reduksi data dalam bentuk mentransformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan,

mengambil data yang pokok dan penting kemudian merangkumnya, membuat peng- elompokan atas data yang telah dikumpul- kan, dan menulis kesimpulan sementara. Selanjutnya, peneliti melakukan penyajian data dengan teks yang bersifat naratif, tabel dan gambar. Penyajian data tidak terlepas dari tujuan penelitian yaitu memahami im- plikasi sistem anggaran dan akuntansi BLU UB terhadap perubahan organisasi. Peneliti mengimplementasikan langkah ini dengan mencari arti kata dan perilaku dari para in- forman kemudian menulis kesimpulan dari bukti-bukti yang telah diperoleh. Peneliti menggunakan konsep teori institusional un- tuk mengemukakan kesimpulan. Hasilnya, sistem anggaran dan akuntansi BLU yang diterapkan di UB mampu mendorong peru- bahan organisasi yang digambarkan melalui New Institutionalism Theory, yakni terdapat- nya gejala institutional isomorphism (coercive, mimetic, dan normative) serta allomorphism. Kesimpulan diverifikasi terus menerus mela- lui pengujian keabsahan data.

Dalam menganalisis teori new institu- tionalism dalam penelitian ini, peneliti meng- gunakan analisis sebagai berikut:

Institutional Isomorphism: Untuk men- getahui terjadi tidaknya institutional isomor- phism, peneliti melihat proses dan hasil dari penginstitusionalan (pelembagaan) sistem anggaran dan akuntansi BLU yang terjadi di UB. Identifikasi terjadinya institutional iso- morphism yakni dengan melihat UB dalam memandang organisasi lain sebagai pesaing- nya. Persaingan bukan hanya dikarenakan sumber daya dan konsumen namun juga karena adanya kepentingan politik dan le- gitimasi institusi, serta kemampuan sosial dan ekonomi. Umumnya institutional iso- morphism ini merupakan bentuk perubahan yang sifatnya top-down dan lebih dipenga- ruhi oleh tiga faktor eksogen, antara lain:

Coercive isomorphism: hal ini ter- jadi karena adanya faktor kekuasaan yang mengikat, misalnya negara. Keputusan UB untuk memulai mengembangkan sistem anggaran dan akuntansinya secara jelas dilakukan oleh karena adanya desakan produk hukum baik berupa undang-un- dang, peraturan pemerintah, sampai kepada peraturan menteri.

Mimetic isomorphism: hal ini terjadi ke- tika sebuah organisasi meniru praktik yang ada pada organisasi lain yang dinilai lebih baik dan berhasil. Dalam penelitian ini, UB melalui peran Kasubbag Akuntansi BAK dan

Amirya, Djamhuri, Ludigdo, Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi...348

tim pendamping implementasi PPK-BLU, melakukan diskusi dengan PTN yang telah berstatus BLU untuk menerapkan praktik BLU yang lebih baik sesuai dengan karak- teristik UB.

Normative isomorphism: hal initerjadi karena suatu organisasi melibatkan aktor- aktor profesional dalam upayanya men- gadopsi konsep tertentu. Peneliti melihat keterlibatan aktor-aktor profesional dalam proses penerapan BLU. Hasil menunjukkan bahwa normative isomorphism terjadi dalam penerapan sistem anggaran dan akuntansi BLU UB yang ditandai dengan kehadiran konsultan PPAB, tim pendamping imple- mentasi PPK BLU, dan Kasubbag Akuntansi.

Allomorphism: Untuk mengetahui ada tidaknya allomorphism, peneliti melihat ket- erlibatan faktor-faktor endogen yang sifat- nya bottom-up. Suatu organisasi dinyatakan mengalami gejala allomorphism apabila ter- jadi re-contextualization dari elemen-elemen asing pada proses institusionalisasi dalam tiap field organisasi tertentu oleh adanya faktor-faktor endogen, seperti aktor-aktor, institusi, sistem berpikir dan bahasa, yang mempengaruhi proses institusionalisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, pemahaman tentang realitas sosial atas pengembangan sistem anggaran dan akuntansi yang di- pandang dari sisi perubahan organisasinya tidak bisa dipisahkan dari aspek perilaku individual diri manusia. Aspek tersebut dicerminkan pada perilaku aktor-aktor yang menjalankan organisasi di UB. Peneliti meya- kini bahwa perubahan organisasi dengan perilaku aktor-aktor di dalamnya merupak- an dua hal yang saling berhubungan karena perubahan organisasi akan ditentukan oleh perilaku aktor-aktor yang menjalankannya begitu juga sebaliknya. Kecermatan pene- liti dalam menggambarkan realitas tersebut merupakan faktor penentu dalam upaya mendapatkan pemahaman yang sebenarnya mengenai proses pelembagaan (institution- alitation) sistem anggaran dan akuntansi di lingkup UB.

Perubahan organisasi yang menjadi fokus bahasan dalam penelitian ini dise- babkan oleh kenyataan bahwa mulai akhir tahun 2008, UB telah menyandang status BLU. Konsekuensinya, pada tahun 2009, UB dituntut untuk mengembangkan sistem anggaran berbasis kinerja dan akuntansi

berbasis akrual selaku Satker BLU yakni menyusun RBA dan laporan keuangan ber- dasarkan SAK. Namun, dalam pelaksanaan- nya, UB masih tetap harus menyusun RKA- KL dan laporan keuangan berdasarkan SAP.

Pemberlakuan PK-BLU yang dilegal- kan melalui UU Nomor 1 Tahun 2004 ten- tang Perbendaharaan Negara, PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuan- gan BLU yang kemudian diturunkan lagi ke dalam PMK Nomor 44/PMK.05/Tahun 2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran Serta Pelaksanaan Anggaran Badan Lay- anan Umum dan PMK No 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU, mengatur secara khusus bagaimana Satker BLU harus menyusun anggaran, mengelola dan mempertanggung- jawabkan keuangannya. Peraturan ini se- benarnya cukup jelas mengatur mekanisme pengelolaan keuangan mulai dari pengangg- aran, pelaksanaan hingga pertanggungjawa- bannya. Meskipun peraturan tersebut tidak serta merta memuat prosedur rinci tentang mekanisme pengelolaan keuangan yang di- inginkan, secara tegas dinyatakan bahwa Satker BLU harus menyusun RBA sebagai pendukung RKA-KL.

Selain itu, Satker BLU juga harus mem- pertanggungjawabkan pengelolaan keuang- annya dengan membuat laporan keuang- an berdasarkan SAK dan laporan kinerja. Laporan keuangan berdasarkan SAK terdiri atas Laporan Aktivitas, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuang- an. Pengembangan sistem anggaran sampai akuntansi ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keberhasilan yang satu akan mempengaruhi keberhasilan yang lain.

Namun, untuk memenuhi pengem- bangan sistem anggaran dan akuntansi BLU, yang dicerminkan dalam penyusunan RBA dan laporan keuangan berdasarkan SAK, UB menghadapi beberapa kendala terutama terkait “paradigma” aktor-aktor, di mana ter- dapat beberapa pihak yang di awalnya kon- tra terhadap pengembangan sistem terse- but di samping kurangnya informasi terkait prosedur rinci penyusunan RBA dan laporan keuangan berdasarkan SAK. Kendala penyu- sunan RBA yang paling dominan adalah mengubah “paradigma” aktor-aktor yang menjalankannya. Realitas ini digambarkan oleh Bapak Helmi, selaku Sekretaris Jurus- an Akuntansi FEB-UB dan tim pendamping implementasi PPK-BLU berikut ini:

349 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 3, Desember 2012, Hlm. 343-356 “RBA sudah disusun dengan

catatan akuntansi berbasis akrual. Pada ta- menggunakan anggaran berbasis

hun 2010, UB belum menerapkan akuntansi kinerja, namun perilaku pihak

berbasis akrual. Meskipun diakui oleh salah yang menyusun anggaran belum

seorang staf Akuntansi di BAK (mbak Diana) 100% memahami anggaran ber-

bahwa laporan keuangan UB tahun 2010 basis kinerja. Ada yang masih

telah menerapkan pencatatan secara akru- berpikir, mau belanja ini dicantol-

al, namun sejauh yang bisa diamati, laporan cantolkan (baca: dikait-kaitkan)

keuangan UB masih berdasarkan basis kas ke kegiatan... seharusnya disusun

(kas menuju akrual). Jika melihat pernyata- berdasarkan kegiatan dulu...”.

an mbak Diana, bisa jadi akrual menunjuk- Senada dengan Bapak Helmi, Bapak kan bahwa neraca sudah disusun, namun

Warkum, selaku Pembantu Rektor II UB, pada kenyataannya pencatatan secara ak- menilai bahwa pola pikir aparatur sampai rual tersebut hanya melibatkan komponen saat ini belum memahami anggaran ber-

neraca.

basis kinerja. Menurutnya, mengubah pola Hal ini dapat dilihat pada kasus dimana pikir aparatur yang sudah terbiasa dengan

terjadi kekurangan belanja tunjangan beras “sistem lama” merupakan hal yang tidak PNS. Bagian Akuntansi BAK mengakuinya

mudah. Hal ini membutuhkan proses yang dalam neraca (laporan keuangan berdasar- cukup lama. Berikut penjelasannya:

kan SAK). Sebaliknya sesuai kebijakan Biro Kemendiknas, transaksi tersebut tidak di-

“Pola pikir aparatur belum men- masukkan secara akrual ke dalam neraca jiwai atau berubah, masih proses

(laporan keuangan berdasarkan SAP) dan karena mengubah budaya itu kan

menyarankan untuk dimasukkan ke dalam tidak gampang... Mereka masih

penjelasan lampiran. Berikut penuturan proses... Mereka masih ada ke-

mbak Diana:

cenderungan yang saya pakai, “Pencatatan akrual sampai saat padahal sebetulnya BLU bukan ini seperti pencatatan tunjangan berorientasi pada pemakaian, tapi beras... Informasi akrual di SAP tercapainya target kinerja, target kegiatan...itu yang sebetulnya”. tidak dimasukkan ke neraca tapi

CaLK. Kalau SAK dimasukkan Terkait dengan pihak-pihak yang kon-

dalam laporan keuangan (nera- tra, dimana pada saat itu, pelaksana teknis

ca). Pencatatan akrualnya diatur seperti BAK dan Fakultas merasa keberatan

dalam Perdirjen 62... karena menambah beban kerja dan masih

Pencatatan yang berbeda ini merupa- kuatnya paradigma bahwa RBA itu hanya kan hal yang kontradiktif. Ketidakseraga- sebagai pendukung atau pelengkap RKA-KL. man pencatatan dalam SAK dan SAP ini Seperti yang diutarakan Bapak Suhartono, tidak dipahami oleh Bagian Akuntansi selaku Kasubbag Akuntansi Keuangan BAK: BAK karena bagian tersebut hanya melak-

“RBA itu dibuat sebagai pendu- sanakan tugas sesuai peraturan dan saran kung RKA-KL saja. Yang wajib

dari pimpinan.

dan tidak bisa ditinggalkan justru Lebih lanjut, upaya yang dilakukan UB RKA-KL. Tetapi orang-orang pada

tersebut dapat dikaitkan dengan gejala yang saat itu disibukkan membuat

dalam teori new institutionalism disebut se- RBA dan tidak mau ambil pusing

bagai institutional isomorphism dan allomor- membuat RKA-KL. Kita (BAK) su-

phism.Pengembangan sistem anggaran dan dah bilang bahwa RKA-KL itulah

akuntansi BLU di lingkup UB terjadi memang yang diminta ...”.

karena ada tuntutan peraturan pemerintah Namun karena dorongan dari pimpi-

yang mau tidak mau memang harus dilak- nan UB dan tim pendamping implementasi

sanakan secara tanggap dan tepat waktu. PPK BLU yang begitu kuat, akhirnya mereka

Hal ini mendorong UB untuk menyesuaikan (BAK dan Fakultas) bersedia untuk menyu-

diri terhadap perubahan lingkungan sosial, sun RBA.

khususnya lingkungan hukum (legal envi- Sementara kendala penyusunan lapo-

ronment ), yang menuntut efisiensi, efektivi- ran keuangan berdasarkan SAK terletak tas, produktivitas, transparansi dan akun- pada pemahaman aktor-aktor terkait pen-

tabilitas yang dipertegas dengan diberlaku- kannya PP No 23 Tahun 2005 tentang Pe-

Amirya, Djamhuri, Ludigdo, Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi...350

ngelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. pada akhir tahun 2008. Hal ini dilakukan Tuntutan peraturan tersebut dipandang UB

karena dalam instansi BLU dipersyaratkan sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan-

ada tiga unsur yaitu unsur Pimpinan, unsur nya. Dengan kata lain, pengadopsian struk-

Pengelola Keuangan dan unsur Pelaksana tur formal ke dalam sebuah organisasi agar

Teknis. Struktur organisasi UB ditunjukkan menjadi aturan yang terinstitusionalisasi dalam Gambar 1. ini lebih ditujukan untuk mendapatkan le-

Upaya lain yang dilakukan UB adalah gitimasi atas berbagai kegiatan organisasi. berdiskusi dengan PTN yang telah bersta- Gambaran ini mencerminkan gejala coercive

tus BLU. Hal ini dilakukan untuk mencapai isomorphism.

praktik yang lebih baik dan mampu mem- Agar sistem tersebut dapat terinstitu-

berikan dampak positif bagi kelancaran pe- sionalisasi, UB melaksanakan berbagai taha-

ngelolaan keuangan di UB. Kasubbag Akun- pan yang menimbulkan berbagai perubahan

tansi BAK dan tim pendamping implemen- dalam organisasi. Salah satu langkah awal

tasi PPK-BLU mengungkapkan bahwa tinda- yang dilakukannya adalah mengubah struk-

kan yang diambilnya untuk melakukan pe- tur organisasi dengan memecah Biro Admin-

nyusunan RBA dan pelaksanaan anggaran istrasi Umum dan Keuangan (BAUK) menjadi

(penatausahaan) tidak terlepas dari adaptasi dua Biro yaitu Biro Administrasi Keuangan

yang diambil dari beberapa PTN yang bersta- (BAK) dan Biro Administrasi Umum (BAU) tus BLU disesuaikan dengan karakteristik

Unsur Pimpinan/Pemimpin BLU

PJM

SPI

Unsur Pemantau dan Evaluasi

Pusat Bisnis

Biro Unsur Pelaksana Administrasi

Unsur Usaha Bisnis

Unit Lain

Unit Pemb.

JPC Agama

Unsur Penunjang Akademik

Unsur Penunjang Non Akademik

FTP FISIP

Fakultas/Program setara Fakultas Lembaga

Program

Gambar 1. Struktur Organisasi UB

Sumber: Organisasi dan Tata Kerja Universitas Brawijaya (2010).

351 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 3, Desember 2012, Hlm. 343-356 Gambaran ini mencerminkan apa yang

disebut oleh DiMaggio dan Powell (1983) sebagai mimetic isomorphism, yakni isomor- phism yang terjadi ketika sebuah organisasi meniru praktik yang ada pada organisasi lain yang dinilai lebih baik dan berhasil. Meskipun faktor mimetic bukanlah faktor utama yang menyebabkan UB mengadopsi sistem anggaran dan akuntansi sehingga terjadi gejala isomorphism, peneliti melihat bahwa faktor mimetic memberikan dukung- an dan melengkapi dorongan coercive yang telah lebih dulu ada.

Memasuki tahun 2010, UB juga mem- perbaiki prosedur dalam penyusunan RBA dengan lebih menekankan pada keterlibatan peran Pimpinan (Universitas, Fakultas, Ju- rusan), Senat (Universitas, Fakultas) dan tingkat sub unit (jurusan) dengan ber- dasarkan pada Rencana Strategis (Renstra) UB dan Kementerian. Diharapkan dengan adanya Renstra tersebut, maka RBA yang disusun sudah benar-benar mencerminkan kepentingan dan keinginan stakeholders. Meskipun pelaksanannya belum menerap- kan anggaran partisipatif secara optimal.

Pada perkembangannya, UB juga melakukan berbagai perbaikan berkelanju- tan terhadap prosedur dan teknologi yang ada, yakni dengan mengembangkan fungsi aplikasi SIPAA agar saling terintegrasi (mulai dari penganggaran, pelaksanaan anggaran/ penatausahaan, sampai pelaporan). Pen- gadopsian aplikasi software SIPAA dengan sistem terintegrasi yang dilakukan melalui kerja sama antara BAK, tim pendamping implementasi PPK-BLU dan pihak PPAB ini memudahkan dan mengefisiensikan penge- lolaan keuangan karena akan menghasil- kan output berupa informasi yang saling menyatu dan berhubungan. Untuk menso- sialisasikan aplikasi SIPAA, UB melakukan pelatihan dan pendampingan kepada setiap pelaksana teknis di tingkat universitas-unit kerja (fakultas). Selain itu, juga dilakukan pengembangan sistem akuntansi BLU oleh Kasubbag Akuntansi. Teknis dan format laporan keuangan SAK lebih ditentukan dan diarahkan oleh Kasubbag Akuntansi.

Kehadiran konsultan PPAB, tim pendamping implementasi PPK-BLU dan Kasubbag Akuntansi dalam pelaksanaan sistem pengelolaan keuangan (penyusunan RBA, sosialisasi pelaksanaan anggaran/pe- natausahaan dan akuntansi) mengisyarat- kan adanya pengaruh faktor normative dalam penerapan pengembangan sistem

anggaran dan akuntansi di UB. DiMaggio dan Powell (1983) menyatakan bahwa gejala isomorphism dapat terjadi karena adanya faktor normative yakni suatu organisasi mel- ibatkan aktor-aktor profesional dalam upay- anya mengadopsi konsep tertentu. Keterli- batan aktor-aktor tersebut akan menjadikan konsep yang tadinya sulit untuk diterapkan menjadi lebih mudah untuk diterapkan.

Pihak tim pendamping implementasi PPK-BLU, Kasubbag Akuntansi, dan PPAB dilibatkan UB di awal proses pengembangan sistem anggaran dan akuntansi BLU, yakni pada saat penyusunan RBA sampai laporan keuangan berdasarkan SAK. Hal ini meru- pakan salah satu bentuk faktor endogen dan eksogen berupa kehadiran aktor-aktor yang mendukung terjadinya proses institu- tionalisasi sistem anggaran baru ke dalam lingkungan UB. Keputusan untuk melibat- kan pihak tersebut ke dalam proses pengem- bangan sistem anggaran dan akuntansi BLU di lingkup UB tidak terlepas dari kebutuhan akan bantuan dari pihak yang lebih mema- hami praktik aplikasi pengelolaan keuangan dengan sistem yang baru.

Keterlibatan tim pendamping imple- mentasi PPK-BLU dan PPAB sangat domi- nan karena keterbatasan pemahaman dari para pegawai UB untuk menyusun anggaran baik secara manual maupun aplikasi. Hal ini menjadikan “teknis” dan “format” sistem anggaran lebih ditentukan dan diarahkan oleh tim pendamping implementasi PPK- BLU dan PPAB. Salah satu gambaran seperti penerapan “format” formulir RBA (Formulir

1, 2, 2.1, 2.1.1, 2.2., 2.2.1, 3.1, 3.2) dalam aplikasi SIPAA (Gambar 2.), pengadopsian aplikasi SIPAA, serta menyusun “teknis” dan “format” sinkronisasi kegiatan RBA dengan RKA-KL. Hal ini tidak diatur dalam per- aturan mana pun termasuk dalam PMK No 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.

Di sisi lain, “teknis” dan “format” lapo- ran keuangan SAK lebih ditentukan dan diarahkan oleh Kasubbag Akuntansi BAK.

“Format” laporan keuangan SAK telah disesuaikan dari PMK No 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelapo- ran Keuangan BLU dengan laporan keuan- gan SAP. Penyesuaian ini dapat dilihat dari beberapa akun dari laporan keuangannya yang tidak murni mengadopsi PMK No 76/ PMK.05/2008 seperti akun Ekuitas (Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi).

Amirya, Djamhuri, Ludigdo, Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi...352

RBA-UK RBA 2.2.1

Gambar 2. Formulir RBA Tahun 2011

Keterangan: Kode

Nama Formulir

RBA UK Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Unit Kerja

RBA 1

Rincian Anggaran Pendapatan Unit Kerja

RBA 2

Rekapitulasi Anggaran Belanja Kegiatan Unit Kerja

RBA 2.1 Rekapitulasi Anggaran Belanja Rutin Penyelenggaraan Layanan Unit Kerja Rincian Anggaran Belanja Rutin Penyelenggaraan Layanan Per

RBA 2.1.1

Kegiatan Unit Kerja Rekapitulasi Anggaran Belanja Pengembangan Layanan Unit

RBA 2.2

Kerja

RBA 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Pengembangan Layanan Per Kegiatan Unit Kerja

RBA 3.1

Rincian Penerimaan Pembiayaan Unit Kerja

RBA 3.2

Rincian Pengeluaran Pembiayaan Unit Kerja

Sumber: Data diolah Keberadaan pihak-pihak tersebut dalam tutionalisasi. Dengan keterlibatan faktor en-

rangka penerapan pengembangan sistem dogen tersebut, institusionalisasi bukan lagi anggaran di lingkup UB mampu mendorong

semata-mata sebagai fenomena top-down hadirnya faktor yang bersifat normative.

namun bottom-up, seperti halnya yang ter- Selanjutnya, proses pengadopsian PK-

jadi pada institutional isomorphism yang di- BLU di lingkup UB tidak hanya dipengaruhi

nyatakan oleh Lippi (2000). oleh faktor eksogen tetapi juga faktor endo-

Gambaran allomorphism dapat dilihat gen. Faktor endogen dan normative dapat di-

pada laporan anggaran RBA dan laporan kaitkan dengan terbentuknya gejala allomor-

keuangan SAK yang telah disusun UB. Selu- phism (Lippi 2000). Allomorphism merupak-

ruh laporan telah berhasil disusun dan disa- an gejala di mana terjadi re-contextualization

jikan mulai tahun 2009 namun apabila dili- dari elemen-elemen asing menjadi milik hat secara mendalam, maka terjadi rekon- organisasi pada proses institusionalisasi tekstualisasi oleh para aktor. dalam tiap field organisasi tertentu. Gejala

Salah satu wujud penerapan anggaran tersebut terjadi karena terdapatnya faktor-

berbasis kinerja direpresentasikan dalam faktor endogen yang relatif beragam berupa

laporan anggaran RBA. Kehadiran RBA ini aktor-aktor, institusi, sistem berpikir dan diharapkan mampu memberikan informasi bahasa, yang mempengaruhi proses insti-

tentang alokasi anggaran UB yang sangat

353 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 3, Desember 2012, Hlm. 343-356 “rinci”, “kompleks” dan lebih menggambar-

batkan banyak pihak, baik internal maupun kan kinerja UB sebagai Satker BLU. Dalam

eksternal organisasi.

pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, be- Kedua, perubahan SDM. Hal ini di- berapa aktor masih menerapkan paradigma

tunjukkan dengan a) ditambahnya pegawai lama, salah satunya yakni penyusunan ang-

yang berlatarbelakang pendidikan ekonomi garan yang masih menekankan pada be-

(akuntansi) mulai tahun 2009 di BAK dan b) lanja bukan kegiatan. Hal ini menunjukkan

dilakukannya tes kompetensi karyawan di bahwa meskipun pada tataran manajemen

FEB-UB awal tahun 2010. Tujuan tes terse- puncak telah berupaya keras agar dihasil-

but adalah untuk menempatkan karyawan kannya RBA namun di tingkat manajemen

sesuai dengan kompetensinya masing-ma- bawah masih belum sejalan dengan konsep

sing, di bidang keuangan, personalia, dan yang diinginkan manajemen puncak.

sebagainya.

Sementara itu, laporan keuangan SAK Ketiga, perubahan prosedural. Hal ini telah disusun dan disajikan UB sebagai pen-

ditunjukkan dengan: a) mengoptimalkan pe- dukung SAP. Laporan keuangan SAK ini nyusunan anggaran partisipatif dengan mel- diharapkan mampu memberikan informasi ibatkan seluruh elemen pengguna anggaran tentang realisasi anggaran yang telah dilaku-

(kombinasi bottom-up dan top-down)dengan kan oleh UB selama satu tahun anggaran menetapkan jadwal rutin penyusunan ang- sebagai Satker BLU. Dalam proses penyusu-

garan; b) melaksanakan sinkronisasi kegi- nannya, beberapa aktor yang berkecimpung

atan RBA dengan RKA-KL agar terjadi inte- di dalamnya belum memahami nilai-nilai grasi informasi keuangan, mulai dari angga- akuntabilitas. Salah satunya dapat dilihat ran, pelaksanaan anggaran (penatausahaan) dalam beberapa proses pengakuan transaksi

sampai pelaporan yang telah dilakukan pada pendapatan dan belanja kerja sama dengan

bulan April 2011; c) menerapkan prosedur pihak ketiga yang belum sesuai antara do-

pelaksanaan anggaran (penatausahaan) kumen dengan kas yang diterima.

tingkat universitas-unit kerja (fakultas). Dalam hal ini, gejala allomorphism ter-

UB mengadopsi prosedur ini dari peraturan jadi karena adanya keterbatasan pada UB perundang-undangan PK-BLU, belajar dari maka proses untuk menghasilkan laporan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang RBA dan laporan keuangan SAK tidak saja

dan berkoordinasi dengan tim pendam- memenuhi aturan, tetapi juga sekaligus bisa

ping implementasi PPK-BLU; d) tahun 2010, memenuhi kebutuhan manajemen. Pemenu-

FEB-UB berinisiatif untuk menjadi pilot proj- han ketentuan peraturan perundang-un-

ect terkait penerapan pelaksanaan anggaran dangan dan kebutuhan manajemen dalam (penatausahaan) antara unit kerja (fakultas) gambaran tersebut tidak lagi hanya bersifat

– sub unit (jurusan) dan e) mengembangkan top-down namun menjadi bottom-up karena

sistematika pencatatan akuntansi. Setelah sudah disesuaikan dengan keadaan dan ke-

universitas-unit kerja melaksanakan pe- mampuan UB.

natausahaan, proses selanjutnya adalah Pada dasarnya, pelembagaan sistem pencatatan akuntansi SAK. UB melakukan anggaran dan akuntansi BLU yang terjadi pencatatan SAK ketika UB mencairkan dana mampu mendorong perubahan organisasi. ke unit kerja (fakultas) dan menerima SPJ Perubahan organisasi di UB meliputi as-

dari unit kerja (fakultas) yang disusun setiap pek nilai-nilai manajemen, Sumber Daya bulannya. Selanjutnya setiap triwulan, UB Manusia (SDM), prosedural, teknologikal mengajukan SPP dan SPM Pengesahan ke dan struktural. Berikut uraian perubahan-

KPPN. KPPN menerbitkan SP2D pengesahan. nya: pertama, terjadi perubahan nilai-nilai Setelah mendapatkan SP2D pengesahan, UB manajemen. Hal ini ditunjukkan dengan: melakukan konsolidasi ke dalam SAP; f) pe-

a) dilakukannya pemahaman filosofi secara nyusunan LAKIP masih menggunakan justi- mendalam dan perubahan paradigma ten-

fikasi sebab informasi yang dibutuhkan be- tang makna, manfaat dan kebutuhan angga-

lum terintegrasi satu sama lain. ran berbasis kinerja pada RBA agar perilaku

Keempat, perubahan teknologikal. Hal pihak-pihak yang menyusunnya tidak “asal-

ini ditunjukkan dengan: a) Penggunaan ap- asalan” dan melaksanakannya dengan se-

likasi SIPAA untuk menyusun laporan RBA. baik-baiknya dan b) dilakukannya pemaha-

Meskipun saat ini masih terbatas dalam pe- man tentang nilai-nilai akuntabilitas lapo-

nyusunan anggaran di tingkat universitas- ran pertanggungjawaban. Pemahaman nilai

sub unit dan belum menyentuh tahap pelak- akuntabilitas ini sangat sulit karena meli-

sanaan anggaran (penatausahaan); b) Saat

Amirya, Djamhuri, Ludigdo, Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi...354

ini mulai menyosialisasikan integrasi sistem informasi sampai dengan tahap pelaksanaan anggaran (penatausahaan) menggunakan SIPAA. Agenda ke depan yakni memaksimal- kan aplikasi SIPAA agar terintegrasi mulai dari anggaran, pelaksanaan anggaran (pena- tausahaan), sampai akuntansi serta dapat mengintegrasikan SAK dengan SAI.

Kelima, perubahan struktur organisa- si. Hal ini ditunjukkan dengan: a) pemeca- han Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK) menjadi dua Biro yaitu Biro Adminis- trasi Keuangan (BAK) dan Biro Administrasi Umum (BAU) pada akhir tahun 2008 dan b) Pembentukan Bendahara Pengeluaran Pem- bantu, Bendahara Penerimaan Pembantu, dan Bagian Akuntansi di tingkat unit kerja (fakultas).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa UB harus memenuhi persyaratan sebagai Satker BLU, salah satunya yaitu melaku- kan pengembangan sistem anggaran dan akuntansi. Pengembangan tersebut dilaku- kan UB, utamanyauntuk memperoleh legiti- masi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Meyer dan Rowan1977; Wijayanti 2006 dan Djam- huri 2009).

Untuk melembagakan unsur-unsur lingkungan (ide, logika, praktik, teknik dan kebiasaan) ke dalam UB, maka UB berupaya menjadi mirip (isomorphism)dengan lingkun- gan kelembagaan. Menurut teori new insti- tutionalism, ada tiga cara yang dilakukan oleh organisasi untuk menjadi mirip (isomor- phism) dengan lingkungan kelembagaan- nya, yakni coercive, mimetic dan normative (DiMaggio dan Powell 1983:67; Carruthers 1995; Lippi 2000 dan Sewing 2010:123). Menurut Lippi (2000), ketiga faktor eksogen (coercive, mimetic dan normative) bersifat top- down sementara allomorphism lebih bersifat bottom-up. Dari pemaparan hasil dan pem- bahasan diperoleh suatu pemahaman bah- wa berbagai upaya yang dilakukan UB terse- but mendorong perubahan organisasi di UB meliputi aspek nilai-nilai manajemen, SDM, prosedural, teknologikal dan struktural.

SIMPULAN

Untuk memenuhi persyaratan sebagai Satker BLU, UB melakukan pengembangan sistem anggaran dan akuntansi. Pengem- bangan sistem anggaran dan akuntansi BLU menekankan penerapan sistem anggaran berbasis kinerja dan akuntansi berbasis a- krual. Pengembangan tersebut mendorong

terjadinya perubahan organisasi mencakup perubahan nilai-nilai manajemen, SDM, prosedural, teknologikal dan struktur organ- isasi. Proses institusionalisasi pengemban- gan sistem mencakup tahap penganggaran, pelaksanaan anggaran (penatausahaan) dan akuntansi.

Berdasarkan hasil analisis dan inter- pretasimelalui New Institutionalism Theory, penerapan sistem anggaran dan akuntansi BLU menggambarkan terjadinya gejala in- stitutional isomorphism di lingkungan UB. Dalam penelitian ini, coerciveisomorphism merupakan tipe isomorphism utama yang terjadi karena adanya faktor pendorong dalam bentuk desakan dan aturan-aturan hukum yang mengikat dan diberlakukan oleh Pemerintah Pusat. Meskipun demiki- an, faktor eksogen yang bersifat coercive tersebut ternyata tidak berdiri sendiri. Ber- dasarkan penelitian yang ada, institution- alisasi sistem anggaran dan akuntansi BLU pada UB juga didukung oleh faktor mimetic (pengimitasian) dan normative (keterlibatan para profesional).

Dalam perkembangannya, faktor yang sifatnya normative tersebut dapat menun- jukkan gejala allomorphism. Sampai saat ini UB masih menunjukkan allomorphism. Gejala ini terjadi karena keterbatasan UB dalam menghasilkan laporan RBA dan lapo- ran keuangan SAK yang tidak saja berusaha untuk memenuhi aturan, tetapi juga sekal- igus memenuhi kebutuhan manajemen se- hingga pemenuhan tersebut tidak lagi hanya bersifat top-down namun menjadi bottom-up karena sudah disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan UB.

Implikasi atas hasil penelitian ini mem- berikan kontribusi teoritis dan aplikasi ke- bijakan. Secara teoritis, hasil penelitian menjelaskan bahwa teori institusionalis masih relevan digunakan untuk memaha- mi dan menganalisis pengembangan sistem anggaran dan akuntansi BLU UB dalam mendorong perubahan organisasi. Penelitian ini juga berkontribusi terhadap aplikasi ke- bijakan terkait BLU bagi Universitas Brawi- jaya, PTN yang menerapkan model BLU dan- Pemerintah. Diantaranya yaitu memberikan gambaran tentang pengaruh dan reaksi atas ditetapkannya kebijakan model BLU dalam mendorong perubahan organisasi yang men- cakup nilai-nilai manajemen, SDM, prose- dural, struktural dan teknologikal sehingga dapat dijadikan sebagai evaluasi atas pelak- sanaan saat ini. Selain itu, temuan peneli-

355 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 3, Desember 2012, Hlm. 343-356 tian sangat mungkin dapat diterapkan di in-

System of Universitas Brawijaya-In- stitusi yang sejenis.

donesia: Institutionalist Perspectives”. Beberapa keterbatasan penelitian ini

Proceeding The 4th IACSF (International adalah, pertama, berkaitan dengan obyek

Accounting Conference and Students Re- pengamatan. Obyek pengamatan hanya me-

search Forum). Universitas Indonesia. liputi BAK, BAPSI, dan FEB-UB ke bawah,

Carruthers, B. G. 1995. “Accounting, Am- sedangkan peneliti tidak melakukan pen-

biguity and The New Institutionalism”. dalaman terhadap fungsi pelaksana teknis

Accounting, Organizational and Society. lainnya (selain BAK, BAPSI, dan FEB-UB ke

Vol 20 (4), hal 313-328. bawah) yang juga memiliki peran terkait ma-

DiMaggio, P. J., dan Powell, W. W. 1983. salah tersebut. Kedua, keterbatasan keikut-

“The Iron Cage Revisited: Institutional sertaan. Selama di lapangan, peneliti tidak

Isomorphism and Collective Rationality melaksanakan seluruh kegiatan yang ber-

in Organizational Fields”dalam W. W. hubungan dengan pengelolaan keuangan.

Powell & P. J. DiMaggio (editor). The Peneliti hanya mengikuti sebagian kegiatan

New Institutionalism in Organizational seperti peng-entry-an RBA ke dalam aplikasi

Analysis, hal 63-82.

SIPAA tahun 2009 tingkat universitas dan Djamhuri, A. 2009. A Case Study Of Gov- tahun 2010 tingkat FEB-UB. Untuk pelak-

ernmental Accounting And Budgeting sanaan anggaran (penatausahaan), peneliti