LEMBAGA KEMASYARAKATAN LEMBAGA SOSIAL. docx

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL)

1. Pendahuluan
Norma masyarakat yang mengatur pergaulan hidup masyarakat,
bertujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Norma-norma tersebut,
apabila diwujudkan dalam hubungan antar manusia, dinamakan
social-organization (organisasi social). Di dalam perkembangan
selanjutnya, norma-norma tersebut berkelompok-kelompok pada
berbagai keperluan pokok kehidupan manusia. Sebagai contoh
antara lain:
a. Kebutuhan
hidup
kekerabatan
menimbulkan
lembaga
kemasyarakatan seperti: keluarga batih, pelamaran, perkawinan,
perceraian dll.
b. Kebutuhan akan mata pencaharian hidup menimbulkan lembaga
kemasyarakatan : pertanian, peternakan, koperasi, industry dll.
c. Kebutuhan
akan

pendidikan
menimbulkan
lembaga
kemasyarakatan: pesantren, taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah menengah, perguruan tinggi dll.
d. Kebutuhan untuk menyatakan rasa keindahan menimbulkan
kesusasteraan, seni rupa, seni suara dll.
e. Kebutuhan
jasmaniah
manusia
menimbulkan
olahraga,
pemeliharaan kesehatan, kedokteran dll.
Jadi lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan normanorma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkret lembaga
kemasyarakatan tersebut adalah Asosiasi.
Fungsi lembaga kemasyarakatan adalah: sebagai pedoman
untuk bertingkah laku atau bersikap, menjaga keutuhan
masyarakat dan memberikan pedoman bagi masyarakat untuk
mengadakan system pengendalian social.

2. Norma-Norma Masyarakat.
Supaya hubungan antar manusia di dalam masyarakat terlaksana
sebagaimana diharapkan, dirumuskan norma-norma masyarakat.
Berdasarkan kekuatan mengikatnya, norma dapat dibedakan
menjadi: Cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores)
dan adat istiadat (custom). Cara, menunjukkan pada suatu bentuk
perbuatan seseorang. Kebiasaan, merupakan perbuatan yang
diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa
orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Tata kelakuan,
mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang
dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak
sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Adat istiadat,

merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan
pola perilaku masyarakat. Norma-norma tersebut mengalami proses
yang pada akhirnya menjadi bagian tertentu dari lembaga
kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan proses pelembagaan
(institutionalization) apabila diketahui, dipahami, ditaati dan
dihargai oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pelembagaan

norma
dalam
masyarakat
tidak
hanya
institutionalized dalam masyarakat tetapi juga internalized, yaitu
para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berperilaku
demikian (norma tersebut telah mendarah daging dalam diri
anggota masyarakat).
3. Sistem Pengendalian Sosial ( Social Control)
Pengendalian social merupakan pengawasan masyarakat terhadap
jalannya pemerintahan. Pengertian ini mengandung pengertian
yang luas termasuk segala proses yang bersifat mendidik,
mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai social yang berlaku. Tujuan pengendalian
social adalah untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan
perubahan-perubahan masyarakat. Agar anggota masyarakat taat
pada norma yang berlaku, diciptakan system pengendalian social
yang bersifat preventif (pencegahan terjadinya gangguan) maupun
represif (mengembalikan keseimbangan yang terganggu). Alat-alat

pengendalian social dapat digolongkan dalam beberapa golongan
antara lain:
a. Mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan
norma-norma kemasyarakatan.
b. Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat
pada norma- norma kemasyarakatan.
c. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota
masyarakat bila mereka menyimpang/menyeleweng dari norma
kemasyarakatan dan nilai yang berlaku.
d. Menimbulkan rasa takut.
e. Menciptakan system hukum, yaitu system tata tertib dengan
sanksi yang tegas bagi para pelanggar.
4. Ciri-Ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan.
Menurut Gillin dan Gillin, ciri-ciri lembaga kemasyarakatan yaitu :
a. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi polapola pikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
b. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga
kemasyarakatan.
c. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa
tujuan tertentu.


d. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan.
e. Lambang biasanya juga merupakan ciri khas lembaga
kemasyarakatan.
f. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis
atau yang tidak tertulis.
5. Conformity dan Deviation.
Conformity adalah proses penyesuaian diri dengan masyarakat
dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat.
Deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai dalam
masyarakat. Penyimpangan yang dilakukan oleh anggota
masyarakat akan dicela oleh anggota masyarakat yang lainnya.
Namun demikian, terjadinya deviation kadang-kadang dianggap
sebagai pertanda bahwa struktur sosial perlu diubah karena struktur
yang ada tidak mencukupi dan tidak dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan kebutuhan yang terjadi. Pada masyarakat
yang homogen dan tradisional, conformity cenderung kuat.
Penyimpangan terhadap kaidah dalam masyarakat tradisional dapat

terjadi tetapi memerlukan keberanian dan kebijakan tersendiri.
Biasanya terjadi apabila masyarakat merasakan manfaat dari suatu
penyimpangan dan umumnya dimulai oleh generasi muda yang
merantau dan membawa kebiasaan-kebiasaan dari luar dan ditiru
oleh masyarakat.
Pada masyarakat perkotaan yang heterogen dan kompleks,
comformity sangat kecil. Hal ini terjadi karena anggota masyarakat
selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di kota. Selain itu, penduduk kota yang bermacammacam serta kota sebagai pintu gerbang masuknya pengaruhpengaruh dari luar menyebabkan orang-orang kota mengikuti
perubahan-perubahan yang terjadi di luar kota. Hal ini perlu
mendapat perhatian, disamping terdapat nilai positif, terdapat nilai
negative apabila penyimpangan yang terjadi justru menjadikan
pudarnya pegangan pada kaidah yang ada. Contoh mengenai hal ini
antara lain: mentalitas “jalan pintas”( ingin mencapai tujuan dengan
cepat tanpa melalui proses yang benar) , mentalitas ‘merasa
berhak’ ( menuntut hak tanpa memperhatikan kewajiban),
mentalitas ‘peminta-minta’( merasa miskin sehingga pantas
dikasihani dan diberi sesuatu) dan lain-lain.
Sumber referensi: Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”


Pertanyaan untuk Mahasiswa:
1. Di lingkungan anda, ada berbagai lembaga social.
Sebutkan lembaga social yang anda ketahui.
2. Apakah lembaga social tersebut sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi saat ini? Jelaskan jawaban
saudara.