standarisasi pakan ternak deptan pdf
PUSAT STANDARDISASI DAN AKREDITASI
SETJEN - DEPARTEMEN PERTANIAN
Berita Standardisasi Mutu dan Keamanan Pangan
Mari kita tingkatkan
produktivitas, mutu
dan keamanan
pangan produk
daging dan susu
kita....!
Edisi Maret 2003
Dipersembahkan oleh ISPI
(Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia ) DKI Jaya
Edisi ini...
hal. 5
NOTIFIKASI PERSYARATAN
PRODUK IMPOR KE JEPANG
hal. 7
AWAS SALMONELLOSIS!!!
dok.: informasi
STANDAR INTERNASIONAL PAKAN TERNAK
Pada tanggal 25 -28 Maret 2003, di Copenhagen
Denm ark diselenggarakan Sidang Codex Ad Hoc
Intergovermental Task Force On animal feeding yang dihadiri
oleh 129 peserta dari 41 negara anggota dan 15 organisasi
internasional. Sidang ini dipimpin oleh Direktur Jenderal of
Danish Plant.
Sidang ini merupakan pembahasan terakhir untuk
standar /code of practice on Good Animal Feeding yang akan
diajukan pada bulan juli 2003 pada sidang komisi Codex di
Roma. Pengajuan ini dilakukan untuk mengesahkan
pemberlakuan nya dalam perdagangan internasional untuk
pakan ternak.
Draft pedoman ini mencakup :
1. Pendahuluan,
2. Tujuan dan ruang lingkup,
3. definisi,
4. Prinsip prinsip dan persyaratan umum
5. Produksi, Proses, penyimpanan, Transport dan Distribusi
pakan ternak dan bahan bahan pakan ternak.
6. Peternakan dan penggunaan pakan
ternak
dan bahan pakan ternak.
Klik.......
Pada pendahuluan dan tujuan serta
ruang lingkup, berisi penjelasan tentang
maksud dan tujuan ditetapkannya
standar pemberian yang baik pada
ternak. Sedangkan ruang lingkup menyatakan mengenai
lingkup kegiatan yang dicakup didalam standar ini. Istilah istilah
yang berkaitan dengan standar ini, dinyatakan didalam definisi.
Klausul prinsip dan persyaratan umum merupakan
persyaratan standar untuk produksi, proses, penyimpanan,
transportasi dan distribusi pakan ternak untuk menjamin pakan
ternak yang dihasilkan memenuhi standar pakan ternak yang
disyaratkan. Beberapa hal penting yang tercakup dalam klausul
ini antara lain :
a. bahan baku pakan ternak,
b. pelabelan,
c. ketertelusuran produk pakan ternak dan pemeliharaan
rekaman bahan baku pakan ternak,
d. keadaan darurat,
e. prosedur kontrol dan inspeksi,
f. hubungan pakan dengan bahaya kesehatan ,
g. feed additive dan obat obatan yang digunakan dalam pakan
ternak,
h. substansi yang tidak diperbolehkan ada didalam pakan
ternak,
i. produksi proses produksi, transport dan distribusi pakan
ternak dan baha baku pakan ternak.
j. Bangunan produksi pakan ternak
k. Penerimaan, penyimpanan dan transportasi
l. Pelatihan personal.
m. Sanitasi dan pengendalian hama
n. Unjuk kerja perlengkapan dan pemeliharaan
bersambung ke hal: 7........
Edisi Maret 2003
2
Profil Laboratorium Lingkup Pertanian
Dari Redaksi….
Draft terakhir dari usulan
pedoman
pemberian
pakan yang baik, telah
dibahas pada sidang
CODEX
Ad-Hoc
Intergovernmetal Task
Force on Animal Feeding
pada tanggal 25 - 28 Maret
2003.
Tingginya standar pakan
ternak yang diusulkan,
menimbulkan
tanda
tanya; apakah industri
pakan ternak nasional
mampu menerapkannya?
Akan tetapi mau tidak
mau, suka tidak suka
sebagai anggota WTO
kita harus mau menerima
pemberlakuan pedoma
tersebut dalam dunia
p e r d a g a n g a n
internasional.
Kalau tidak sekarang,
kapan lagi kita mulai
mempelajari
dan
menerapkan pemberian
pakan ternak yang baik.
Redaksi Infomutu:
Penanggung jawab:
Kepala Pusat Standardisasi
dan Akreditasi,
Pemimpin Redaksi:
Sri Bintang K
Redaksi:
Erna, Iin, Slamet Hartanto,
Chandra, Apriadi
Design:
M. Nurman
Nara sumber/reporter:
Erry Wardhana
Alamat:
Gedung E Lantai 7,
J.l Harsono RM No. 3, Pasar
Minggu, Jakarta 12550,
1.
Nama Laboratorium
Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang Pekanbaru
Alamat
Jl. Dr. Sutomo No. 108 Pekanbaru
28011
No. telp / fax
Telp. (0761) 21325, Fax. (0761) 22173
Ruang Lingkup
Komoditi
Kakao / Biji Kakao
Parameter Pengujian
- Kadar air
- Kadar kulit dan keeping biji
- Kadar biji pecah, pecahan biji dan
pecahan kulit
- Ukuran biji
- Kadar biji cacat
- Kadar lemak total
- Kadar asam lemak bebas
- pH
Personil Kunci / Contact Person
Dra. Paulina Azis
Status Akreditasi
Terakreditasi
2.
Nama Laboratorium
Laboratorium Pengujian Alat dan Mesin
Pertanian
Alamat
Balai Besar Pengembangan Alat dan
Mesin Pertanian Situgadung , Legok ,
Tromol Pos Serpong 15310 –
Tangerang
No. telp / fax
(021) 5376780 , 5376787 (T) ; (021)
5376784 (F)
Personil Kunci / Contact
Person
Dr. Handaka, M. Eng
Status Akreditasi
Proses Akreditasi (Tahap
Implementasi)
3.
Nama Laboratorium
Laboratorium Pengamatan Hama dan
Penyakit (Balai Proteksi Tanaman Pangan
dan Hortikultura XIX DKI Jakarta)
Alamat
Jl. Raya Jambore No. 1 Cibubur Jakarta
Timur
No. telp / fax
(021) 8730666 (T), (021) 8730666 (F)
Status Akreditasi
Belum Terakreditasi
4.
Nama Laboratorium
Laboratorium Tipe B Balai Karantina
Tumbuhan Tanjung Priok
Alamat
Jl. Padamarang No. 6 Tanjung Priok, Jakarta
Utara
No. telp / fax
(021) 491511 (T) ; (021) 4367269 (F)
Ruang Lingkup
Komoditi
1.Produk Pertanian (Tanaman, Biji, Buah,
Benih)
2.Kompos
3.Media Biakan Organik
4.Tanah
Parameter Pengujian
Produk Pertanian (Tanaman, Biji, Buah,
Benih) :
Deteksi OPT (Hama, cendawan, bakteri,
nematode, bakteri berupa organisme)
Personil Kunci / Contact Person
1.Ir. Derhani Lumban Gaol (Kepala
Laboratorium)
2.Ir. Andreas Maryanto
Status Akreditasi
Proses Akreditasi (Tahap Implementasi)
Bersambung.................
3
Edisi Maret 2003
Penerapan sistem manajemen mutu SNI 19-17025-2000
di Laboratorium Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari
Laboratorium Balai Inseminasi Buatan Singosari atau
yang lebih dikenal dengan nama BIB Singosari merupakan
salah satu Balai Inseminasi Buatan tertua di Indonesia selain
dari BIB Lembang, yang merupakan
Institusi yang dibebani tugas untuk menguji
semen (benih) sapi, kambing, babi dan ikan
yang dihasilkan oleh Unit Produksi Balai
Inseminasi Buatan Singosari dan semen
yang dihasilkan oleh institusi lainnya. BIB
Singosari merupakan UPT dibawah
Direktorat Perbibitan Ditjen Petemakan.
Saat ini BIB Singosari telah
mem ulai m engekspor produksinya
kemanca negara, antara lain kenegara
lingkup ASEAN. Untuk menjamin akurasi
hasil uji yang dilakukan Laboratorium BIB
Singosari terhadap semen yang dihasilkan
untuk kemudian diekspor, Laboratorium
BIB Singosari mulai menerapkan sistim manajemen mutu
mulai tahun 2003.
Sebagai persiapan, pada tahun 2001, telah dilakukan
apresiasi sistim manajemen mutu laboratorium berdasarkan
SNI 19-17025-2000. Apresiasi ini diteruskan dengan fasilitasi
penyusunan dokumentasi sistim mutu yang terdiri dari
Panduan mutu, Dokumen Prosedur, Instruksi Kerja dan fomat
dan rekaman rekaman. Fasilitasi ini baru
dilakukan pada tahun 2002, setelah dibentuk
tim persiapan akreditasi yang terdiri dari
personel dari PSA dan Direktorat Perbibitan
Ditjen Petemakan. Fasilitasi penyusunan
dokumentasi sistim mutu, berlangsung relatif
lebih cepat dibandingkan dengan laboratorium
sejenis lainnya. Penyusunan dokumentasi
sistim mutu ini berlangsung kurang lebih lima
(5) bulan.
Pada Bulan Januari 2003, sistim mutu ini
mulai diterapk an setelah dilakukan
beberapakali sosialisasi kepada personel
laboratorium. Audit internal sebagai salah satu
persyaratan sistim manajemen mutu
berdasark an SNI 19-17025-2000 direncanakan
pelaksanaannya pada bulan Mei 2003. (Bintang/AK/05/03/
03)
Laboratorium Balitsa Lembang dan Puslitbangtanak Menjelang asesmen
Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan
Laboratorium Pusat Penelitian dan pengembnagan tanah dan
agroklimat, merupakan dua diantara enam (6) laboratorium
lingkup litbang, yang dipersiapkan untuk diakreditasi.
Persiapan telah dilakukan sejak tahun 2001.
Pada tahun-tahun sebelumnya (2001 dan 2002)
persiapan dilakukan dari aspek dokumentasi sistem mutu
dalam bentuk apresiasi dan penyusunan
dokumen mutu dan dari aspek teknis
pengujian dilakukan persiapan berupa
kalibrasi peralatan, persiapan personel
kalibrator internal, validasi metoda dan uji
banding dan atau uji profisiensi serta
persiapan SDM sesuai dengan persyaratan
SNI 19-17025-2000.
Setelah persiapan ini dilakukan
secara matang, maka tahun 2003 dilakukan
audit internal oleh laboratorium tersebut
sebagai persyaratan penerapan sistem
manajemen laboratorium. Audit internal ini
dilakukan oleh personel-personel yang telah
terlatih dan independen.
Sebagai persiapan terakhir sebelum dilaksanakan
asesmen oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang
rencananya akan dilakukan pada pertengahan bulan Maret,
pada awal februari dilakukan praasesmen di Laboratorium
Balitsa dan Puslitbangtannak dalam bentuk monitoring dan
evaluasi kesiapan asesmen. Monitoring ini dilakukan oleh
personel-personel yang telah membina kedua laboratorium
ini sebelumnya.
Temuan pada monitoring ini antara lain: secara
umum kedua laboratorium ini siap untuk dinilai (diases),
walaupun masih ada beberapa hal yang masih harus
dilengkapi untuk menghindari adanya temuan major fatal,
yaitu temuan yang memakan waktu
perbaikan lebih dari tiga (3) bulan yang dapat
berakibat pada ditundanya status
terakreditasi. Temuan yang sama yang
ditemukan pada kedua laboratorium ini
adalah : Belum dilakukannya perhitungan
pada validasi metoda, untuk menentukan
apakah metode tidak baku yang
dipergunakan telah valid untuk digunakan
sebagai metoda uji sehari hari, beberapa hal
dalam dokumentasi ada yang masih harus
dilengkapi, seperti rekaman personel penguji,
serta sosialisasi penerapan sistim mutu yang
masih
harus
dilak ukan
secara
berkesinambungan untuk menjamin penerapan sistim
manajemen mutu laboratorium secara efektif dan efisien.
Dengan hasil dari monitoring ini diharapkan pada
asesmen yang akan dilakukan oleh KAN pada pertengahan
bulan Maret, kedua laboratorium ini akan dapat memperoleh
status terakreditasi. (Bintang/AK/05/03/03)
Edisi Maret 2003
4
NOTIFIKASI PERSYARATAN
PRODUK IMPOR KE JEPANG
Importir pangan memerlukan undang-undang kesehatan
pangan untuk mengajukan notifikasi impor pada stasiun
karantina (Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan). Pada
saat produk akan
diim por
untuk
dipasarkan atau untuk
keperluan bisnis di
Jepang, notifikasi impor
harus diajukan.
2. Penerimaan Hasil Pengujian
Hasil pengujian disiapkan oleh
organisasi yang berkompeten
atau memenuhi persyaratan
seperti yang disebutkan di atas
akan diberi perlakuan yang sama
seperti yang disiapkan oleh
Stasiun Karantina dsb, di
Jepang.
3. Pengecualian
1.
2.
3.
4.
5.
Pangan (termasuk
obat-obatan dan
obat terlarang yang
diatur oleh UndangUndang
yang
berkaitan dengan
farmasi)
Bahan tambahan
makanan
Peralatan
Kemasan botol
Mainan untuk bayi
(di bawah 6 tahun)
Dalam
h
a
l
inspeksi,
u n t u k
kondisi kebersihan yang
dapat berubah selama
transportasi melalui kapal
atau pesawat (bakteri,
mycotoxin, dst) akan
mendapat mengecualian
dari batas
penerimaan.
Kunci untuk Keamanan Pangan
Pangan yang harus diuji
1. Pangan pada yang dipertanyakan karena pelanggaran
2. Pangan yang untuk pertama kali diimpor ke Jepang
3. Pangan yang didesain menjadi target pengujian oleh Menteri
Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan.
4. Pangan yang dalam catatannya ada kecelakaan selama
transportasi.
5. Pangan yang dikembalikan oleh negara lain karena masalah
keamanan pangan.
Penerimaan Hasil Inspeksi Disiapkan oleh Laboratorium
Resmi Negara Pengekspor
Pangan dan sebagainya yang telah diuji oleh laboratorium resmi
negara pengekspor dan hasil pengujiannya diajukan ke Stasiun
Karantina akan dibebaskan dari pengujian di Jepang. Laboratorium
resmi negara pengekspor telah memenuhi persyaratan dan didaftar
oleh Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan (Tabel
1)
1. Kualifikasi
Laboratorium harus sesuai dengan salah satu kriteria di bawah
ini, kemam puan m elaksanakan pengujian dengan
kelengkapan metode menurut US Association of Official
Analytical Chemists (AOAC).
a. Laboratorium yang di bawah pengawasan langsung oleh
pemerintah pusat atau negara bagian pada negara
pengekspor.
b. Laboratorium yang diakui atau ditunjuk oleh pemerintah
pusat atau negara bagian pada negara pengekspor.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Pendidikan
Analisa Pangan
a. Penggabungan dan validasi pada metode analisa
b. Peralatan untuk analisa
Undang-Undang Perlindungan Produk
Pengawasan mutu dalam ketepatan pengujian
GMP. GLP, HACCP, ISO dll
Harmonisasi Internasional
Laboratorium Resmi Negara Pengekspor yang telah
Memenuhi Persyaratan dan Didaftar oleh Menteri
Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang
adalah sebagai berikut :
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
NEGARA JUMLAH LABORATORIUM
Iceland
5
Irlandia
11
Amerika
53
Argentina
2
Inggris
110
Italia
212
India
8
Indonesia
4
Australia
31
Austria
18
Belanda
24
Kanada
53
Cyprus
1
Kuba
2
Hellenic
11
Edisi Maret 2003
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Guatemala
Kolombia
Singapura
Swiss
Swedia
Spanyol
Srilangka
Thailand
Korea
Taiwan
China
Chekoslovakia
Chille
Denmark
Jerman
Turki
New Zealand
5
1
3
4
26
30
286
3
10
36
7
30
2
13
20
644
4
90
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Norwegia
Hungaria
Philipina
Finlandia
Brasil
Prancis
Bulgaria
Belgia
Hongkong
Portugis
Honduras
Meksiko
Maroko
Yoguslavia
Rumania
Luxemburg
108
22
5
5
2
358
12
75
2
10
5
27
3
17
1
3
Tabel 2. Laboratorium Resmi Indonesia yang telah
Memenuhi Persyaratan dan Didaftar oleh Menteri
Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang
NO
Nama Laboratorium
1 Laboratorium Balai Pengujian
Mutu Barang Ciracas,
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan
2 PT. SUCOFINDO INDONESIA
3 Laboratorium Pengujian dan
Pengawasan Mutu Hasil
Perikanan
4 Pusat Pengawasan Obat dan
Makanan Nasional, Badan POM
Alamat
Jl. Raya Bogor Km 26
CiracasJakarta TimurTlp.
(021) 8710321-3
Jl. Letjen S. Parman No.
102 Jakarta
Jl. Muara Baru Ujung,
Pluit Jakarta
Jl. Percetakan Negara
No. 23 Jakarta Pusat
(Erna)
Regional Workshop on
Sanitary and Phytosanitary Measures
S ejak kurun waktu bergabung ke dalam Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO), untuk kali pertama Indonesia
menyelenggarakan sebuah event bertajuk Regional Workshop
on Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) yang secara
khusus mengupas segala aspek komprehensive yang terdapat
di dalam SPS Agreement. Kegiatan yang terselenggara atas
kerjasama Indonesia National Notification Authority –baca; Pusat
Standardisasi dan Akreditasi, Departemen Pertanian- dengan
Sekretariat SPS-WTO berlangsung pada tanggal 5 – 7 Maret
2003 bertempat di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta dan dihadiri
oleh delegasi dari sejumlah negara anggota ASEAN serta
tentunya beberapa instansi terkait lainnya ditanah air.
Seperti diketahui, Sanitary and Phytosanitary Measures
merupakan salah satu dari sejumlah agreement yang
disepakati dan selanjutnya digunakan sebagai rambu bagi
negara anggota WTO sebagai frame aturan main di dalam
perdagangan global dewasa ini yang diratifikasi pada awal
pembentukannya tahun 1994 yang lalu. Adapun substansi dari
perjanjian ini menekankan pada aspek keamanan pangan,
kesehatan hewan, perlindungan tanaman serta perlindungan
wilayah dari segala ancaman intorduksi penyakit.
Event tersebut menjadi special dengan hadirnya sejumlah
pembicara dari 3 organisasi dunia yang selama ini menjadi
rujukan justifikasi bagi WTO dan seluruh negara anggota
dalam pengimplementasian SPS measures. Ketiga organisasi
yang lebih akrab dikenal dengan istilah three sister tersebut
adalah International Plant Protection Commissions (IPPC),
Codex Alimentarius Commissions (CAC), Official International
des Epizootics (OIE) serta ditambah seorang expert dari
sekretariat SPS-W TO di Jenewa. Dalam kesempatan
Workshop kali ini, ketiga pembicara tersebut menguraikan
secara lengkap tentang :
Potensi Bahaya
Bahaya keamanan pangan dapat dibagi menjadi tiga bidang kategori yaitu biologi, kimia dan fisika. Di bawah ini Tabel Daftar
Potensi Bahaya untuk setiap kategori dan sumber yang memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi. Kontaminasi produk dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung terhadap produk hubungan kontaminasi permukaan atau zat
Biologi
Mikroorganisme
(mikrobia) pada produk
di populasi tersebut
yang disebabkan oleh
penyakit tular pangan
pada konsumen yang
rentan terhadap :
§ bakteri
§ virus
§ parasit
§ ragi
§ jamur
§
§
§
§
§
§
§
§
kotoran dari atau sisa liar dan binatang dalam negri dan kotoran manusia yang
terkontaminasi dengan air yang digunakan untuk pengairan, penerapan pestisida,
pemanenan, pembongkaran, pencucian, tetesan air dari atas, pendinginan air,
pembersihan.
Penggunaan produk organik binatang yang tanpa perlakuan untuk pemupukan dan
perbaikan tanah yang berhubungan langsung dan tidak langsung melalui tanah.
pengambilan produk yang berhubungan atau jatuh terkontaminasi dengan tanah.
kurangnya kebersihan pada pengambilan wadah dan pemanenan, peralatan pemilihan
dan pengemasan yang terkontaminasi dengan tanah, pembusukan bahan dan kotoran
binatang pengerat, burung dan serangga.
tumpukan jerami, peti kayu dan tempat penyimpanan gandum yang terkontaminasi
dengan tanah dan kotoran pada tingkat produk yang tidak terlindungi.
pengemasan dan pegepakan bahan yang terkontaminasi dengan kotoran dari binatang
pengerat, burung dan serangga.
penanganan produk oleh pekerja terinfeksi karena kurangnya fasilitas toilet dan pencuci
tangan, kurangnya praktek kebersihan dan gejala penyakit pada personil – contohnya
hepatitis.
kebocoran air yang terkontaminasi dari sistem sirkulasi pendingin pada ruang pendingin
(Erry)
Edisi Maret 2003
6
Regional Workshop.......
(a) key provisions of the SPS Agreement and its practice; ·
(b) the three standard setting bodies: IPPC, OIE and
Codex;
(c) Risk analyses;
(d) Transparency.
·
Diakhir kegiatan, delegasi dari masing-masing negara
sepakat untuk merumuskan suatu usulan kepada Sekretariat
SPS-WTO yang selanjutnya diajukan sebagai agenda usulan ·
bersama negara ASEAN. Point-poin penting dari usulan
tersebut antara lain :
·
Menggali kemungkinan adanya bantuan teknis bagi ·
Kamboja dan Vietnam serta negara2 anggota ASEAN lain
yang mempunyai situasi sama, dengan tenaga ahli dan
konsultan berasal dari negara2 ASEAN lain sedangkan
sumber dana berasal dari dana internasional termasuk
STDF yang baru saja dibentuk.
Menyampaikan usulan melalui organisasi2 internasional
termasuk WTO, untuk pemberian bantuan teknis berupa
pengadaan peralatan2 berteknologi tinggi dalam upaya
untuk dapat memenuhi persyaratan2 teknis dari negara2
maju.
Mengusulkan adanya bantuan teknis khususnya untuk area
yang lebih spesifik seperti analisa resiko, ekuivalensi dan
penerapannya, dll.
Memperkuat keinginan negara2 ASEAN untuk dapat
berpartisipasi secara lebih efektif dalam pertemuan2
organisasi standar internasonal, khususnya melalui Codex
Trust Fund.
Merangsang negara2 ASEAN peserta workshop ini untuk
bersama-sama aktif dalam forum-forum dalam tiga
organisasi standar internasional : CODEX, OIE dan IPPC
(Upre&wandi)
CUCI TANGAN :
CEGAH SALMONELLOSIS
Salmonellosis adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella. Infeksi akibat Salmonella setelah 12 – 72
jam dapat menyebabkan diare, demam dan kram perut,
biasanya berlangsung selama 4 – 7 hari. Meskipun sebagian
besar penderita dapat sembuh tanpa perawatan khusus,
namun untuk sebagian orang (manula, bayi dan orang dengan
sistem kekebalan tubuh bermasalah ) dapat mengalami diare
yang berat sehingga memerlukan perawatan khusus dirumah
sakit. Infeksi salmonella bermula dari usus yang kemudian
menyebar ke aliran darah, selanjutnya ke bagian tubuh yang
lain dan dapat menyebabkan kematian jika tidak mendapatkan
pengobatan dengan antibiotik secara dini.
tahunan dan dapat menjadi arthitis (penyakit tulang) kronis yang
sukar untuk disembuhkan. Pemberian antibiotik pada kasus
ini tidak dapat membantu.
Biasanya Salmonella masuk ke tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi oleh feces manusia ataupun
hewan. Makanan yang terkontaminasi oleh salmonella terlihat
normal dan tidak berbau. Produk hewani (terutama yang mentah)
seperti daging sapi, daging ayam, susu, telur lebih sering dan
mudah untuk terkontaminasi Salmonella. Namun semua
makanan termasuk sayuran dan buah-buahan dapat
terkontaminasi Salmonella, akibat dari tangan kita yang tidak
dibersihkan dengan benar setelah dari kamar mandi.
Salmonella juga ditemukan pada feces hewan
piaraan terutama yang mengalami diare. Oleh
karena itu setelah memegang hewan piaraan
terutama jenis Reptiles meskipun sehat harus
mencuci tangan sampai bersih.
Salmonella merupakan sekelompok
bakteri yang dapat menyebabkan diare pada
manusia. Bakteri yang sejak ratusan tahun
lalu dikenal sebagai penyebab penyakit ini
diberi nama Salmonella sesuai dengan nama
penemunya “Salmon” seorang ilmuwan
Bagaimana Mencegah Salmonellosis?
Amerika. Salmonella hidup di dalam usus
manusia atau hewan dan menyebar ke
Tidak ada Vaccine (Vaksin) untuk
manusia atau hewan lainnya melalui feces.
mencegah Salmonellosis. Untungnya melalui
Salmonella serotype Typhimurium dan
Salmonella serotype Enteritidis merupakan jenis Salmonella proses pemasakan Salmonella mati. Oleh karena itu upaya
untuk mencegah Salmonellosis adalah tidak mengkonsumsi
yang sangat populer di Amerika Serikat.
makanan atau telur yang mentah atau yang belum masak
Penyebab penyakit diare, demam dan kram perut sempurna. Penggunaan telur mentah untuk berbagai macam
sebenarnya sangat beragam. Untuk menentukan bahwa makanan seperti ice cream, hollandaise sauce, salad sebaiknya
bakteri Salmonella adalah penyebabnya harus melalui uji dihindari. Ayam dan daging termasuk hamburger harus
laboratorium yang dapat mengidentifikasi Salmonella di feces dimasak sampai matang (tidak berwarna pink ditengahnya).
penderita. Jika Salmonella sudah diidentifikasi maka tes Susu mentah atau yang tidak dipasteurisasi sebaiknya tidak
selanjutnya dilakukan untuk menentukan tipe atau jenis dikonsumsi. Selain itu untuk mencegah terjadinya cross
Salmonella, sehingga jenis antibiotik yang digunakan dapat contamination maka daging mentah harus disimpan terpisah
ditentukan. Antibiotik yang biasa digunakan adalah ampicilin, dari makanan yang matang dan siap untuk dimakan. Tangan
gentamicin, trimethoprim/sulfamethoxazole, atau ciprofloxacin. dan peralatan masak dicuci setelah digunakan untuk bahan
Sayangnya beberapa jenis Salmonella menjadi resistant pangan mentah atau belum matang. Penderita yang mengalami
terhadap antibiotik, akibat dari maraknya penggunaan antibiotik infeksi akibat Salmonella tidak seharusnya menyiapkan
pada pakan ternak untuk memacu pertumbuhan hewan. makanan minuman untuk orang lain.
Penderita diare yang mengalami dehidrasi memerlukan
Untuk kegiatan sehari-hari upaya pencegahan
rehydrasi (diinfus). Beberapa penderita penyakit akibat infeksi
Salmonella mengalami Reiter’s Syndrome (sakit pada salmonellosis dapat dilakukan dengan selalu membersihkan
persendian, iritasi mata dan sakit pada saat buang air kecil). tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi, setelah
Syndrom ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan
Edisi Maret 2003
7
memegang hewan piaraan (reptil, burung dll) terutama
setelah menyentuh fecesnya. Biasakan mencuci peralatan dapur
setelah dipakai untuk daging maupun sayuran mentah. Jangan
sekali-kali menyajikan makanan untuk bayi tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu apalagi setelah menyentuh daging atau ayam
mentah. Susu ibu merupakan makanan paling aman untuk bayi
dan dapat mencegah terjadinya salmonellosis pada bayi.
Dalam lingkup yang lebih besar upaya pencegahan
salmonellosis akibat makanan yang terkontaminasi dapat
dilakukan mulai dari peternakan-peternakan dengan menerapkan
Farm Animal Hygiene. Di tempat pemotongan hewan, tempat
penampungan hasil panen buah-buahan dan sayuran, juga tempat
pengepakan upaya pencegahan salmonellosis dapat dilakukan
dengan menerapkan good handling practices. Pengetahuan dasar
mengenai “basic food safety” bagi pekerja industri makanan
maupun minuman dan prosedur inspeksi di restoran-restoran
dapat mencegah terjadinya cross contamination dan penanganan
pangan yang salah yang dapat memicu mewabahnya
salmonellosis. Pada masa yang akan datang penanganan pangan
dengan radiasi “irradiation treatment” dapat mengurangi
kontaminasi pada daging mentah.
Upaya Pemerintah Amerika Serikat untuk Mencegah
Salmonellosis?
salmonellosis yang sebenarnya jauh lebih besar sebab banyak
kasus salmonellosis yang tidak didiagnosa dan tidak
dilaporkan. Di AS kasus salmonellosis lebih banyak terjadi
pada musim panas daripada musim dingin. Setiap tahunnya
diperkirakan sekitar 1000 orang meninggal akibat
salmonellosis.
Pemerintah Amerika Serikat melalui The Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) memonitor frekuensi
infeksi Salmonella dan membantu Departemen Kesehatan
untuk meneliti wabah dan menyusun Langkah-Langkah
Pengontrolan. CDC juga melakukan penelitian untuk
menentukan tipe Salmonella. Selain itu Food and Drug
Administration (FDA) melakukan inspeksi terhadap produkproduk pangan impor, tempat pasteurisasi susu, pabrik-pabrik
pengolahan pangan dan mengatur perdangan kura-kura. FDA
juga mengatur penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan
hewan pada pakan ternak. Departemen Pertanian Amerika
Serikat memonitor aspek hygienis dari pakan ternak, melakukan
inspeksi terhadap tempat pasteurisasi telur, dan bertanggung
jawab terhadap mutu daging potong dan daging olahan. Badan
Perlindungan Lingkup AS (The US Environmental Protection
Agency) mengatur dan memonitor keamanan supplai air
minum. (Iin)
Di negara maju seperti AS setiap tahun kurang lebih 40.000
kasus salmonellosis dilaporkan setiap tahunnya. Jumlah kasus
sambungan dari hal. 1
Standar Internasional ...............
o. Pengendalian produksi.
p. Penarikan kembali
q. Penggunaan pakan ternak dan bahan baku pakan ternak
dipeternakan.
r. Budidaya pakan ternak
s. Tempat seleksi
t. Penggunaan penyubur
u. Pestisida dan berbagai senyawa kimiawi
v. Pembuatan pakan ternak terdiri dari bahan bahan pakan
ternak dan pencampuran, monitor rekaman.
w. Praktek pemnerian pakan ternak yang benar mencakup
ketentuan ketentuan : Air, penggembalaan dipadang
rumput, dan pemberian pakan ternak.
x. Pemberian pakan yang stabil dan intensif, mencakup
ketentuan ketentuan : kesehatan.
y. Metode sampling dan analisa mencakup ketentuan
ketentuan kesehatan dan analisa.
Pada sidang Codex Ad Hoc Intergovermental Task
Force On animal feeding ini, Utusan dari Indonesia mengusulkan
beberapa hal prinsip yang apabila tidak dirubah akan
mempengaruhi kemampuan daya saing pakan ternak Indonesia
secara signifikan. Aspek-aspek yang diusulkan Indonesia untuk
dirubah diantaranya adalah : keharusan untuk
menggunakan air irigasi yang bebas residu bagi bahan
bak u ternak dan keharusan menerapkan Good
Manufacturing Practices (GMP) dan sistim jaminan mutu
HACCP bagi semua pabrik pakan ternak.
Untuk usulan pertama, kata bebas residu diganti
dengan dibawah batas maksimum residu (MRL) sesuai
dengan standar internasional. Kalimat ini bermakna air
irigasi dapat digunakan sepanjang residu yang dikandung
masih dalam ambang batas sesuai dengan ketentun
standar Internasional. Usulan ini muncul akibat sulitnya
negara berkembang termasuk Indonesia memenuhi
persyaratan air irigasi bebas residu.
Usulan kedua kata “dan” diantara GMP dan
HACCP diganti dengan “bila memungkinkan”. Usulan ini
dilontarkan mengingat hampir semua pabrik pakan di
Indonesia telah menerapkan GMP, tetapi belum mampu
menerapkan HACCP. Kata bila memungkinkan merupakan
usulan yang paling dapat diterima, kerana HACCP sudah
menjadi standar jaminan mutu Internasional. Kedua usulan
ini didukung dan disetujui oleh Komite. Informasi
selengkapnya hubungi redaksi Infomutu. (Sumber Laporan
Sidang Codex on Animal Feeding ke 4, Syukur Iwantoro).
ANDA INGIN BER-IKLAN DI INFOMUTU ?
HUB : REDAKSI INFOMUTU
TELP.: (021) 78842042 EXT.103
FAX.: (021)78842042 EXT.116
e-mail : [email protected]
8
Edisi Maret 2003
Spesifikasi Persyaratan Mutu
anak ayam ras pedaging
Sesuai SNI 01-3930-1995
DOC : Masalah dan Solusinya
(bagian 1)
Beberapa minggu terakhir ini industri unggas khususnya industri
ayam potong broiler mendapat guncangan hebat, dan membuat mati
suri para produsen DOC (Day old Chicken) atau bibit anak ayam umur
sehari. Pasalnya DOC yang biasanya diminati oleh peternak dan breeder
untuk dibesarkan sebagai ayam potong, saat ini nyaris tidak berharga.
Harga DOC pada keadaan normal adalah 2500 - 3000 rupiah perekor,
dan saat ini DOC hanya dihargai 500 - 600 rupiah perekornya. Itupun
masih banyak peternak yang enggan membelinya. Apa gerangan yang
terjadi, sehingga menyebabkan gunjang ganjing industri ayam broiler.
Menurut beberapa praktisi unggas, masalah ini merupakan
masalah yang klasik terjadi, tetapi formula pemecahan masalahnya belum
ditemukan. Masalah ini konon berawal dari meningkatnya impor Grand
Parents Stock (GPS) untuk memproduksi DOC 18.000.000 perminggunya.
Rekomendasi ini diberikan setelah memperhitungkan kebutuhan
k o ns u m en d an d a ya s erap p e t e rn a k d o m es t i k . Namun pa d a
kenyataannya saat ini dihasilkan 24.000.000 DOC tiap minggunya,
sehingga terjadi oversupply
DOC. Dengan demikian sesuai dengan
teori de m an d supply
harga akan segera turun
drastis.
A d a
s at u fenomena
yang be r s i f a t
p a r a d o k s
d e n g a n
kenyataan ini.
D e n g a n
membanjirnya
DOC dipasaran,
otomatis diikuti
d e n g a n
penurunan
harga DOC yang
t erju n b e ba s
s am p a i n y aris
t ak b erharg a
l ag i .
Denga n
k on d i s i h arga
pakan da n ob a t
o b at a n
ya n g
stabil, semestinya
h a rg a di t i n gk a t
konsumen ayam potong
j ug a turun s e suai
dengan p e n urunan h arga
DOC. Na m u n k e nya t aa n
dipasaran menunjukkan bahwa harga ayam potong masih stabil pada
angka 8000- 9000 rupiah perkilonya, tetapi harga ayam dikandang turun
3000 rupiah.
Permasalahan harga DOC ini akan makin kompleks, bila dilihat
dari akibatnya. Dengan DOC yang nyaris tidak berharga ini maka produsen
DOC akan lebih senang menjual telur-telur calon DOC, dalam bentuk
telur. Telur ini dikenal sebagai telur putih. Padahal sampai saat ini pasokan
telur dipasaran telah dianggap sesuai dengan permintaan konsumen.
Bisa dibayangkan dengan dijualnya telur bibit sebagai telur konsumsi
dengan segera akan memukul pelaku bisnis ayam petelur karena
berlebihnya supply dibandingkan permintaan akan mengakibatkan
turunnya harga telur dengan segera.
Permasalahan lain yang terkait dan membuat masalah ini makin
bak benang kusut, adalah dengan rendahnya harga ayam potong
dikandang, akan membuat produsen ayam potong lebih memilih
Lengkapi koleksi
referensi anda...
Bulletin
INFOMUTU 2002
Hubungi
Redaksi INFOMUTU :
Gd.E Lt.7 Kanpus Deptan, Jl. Harsono
RM3, Ragunan Jakarta Selatan 12550
Telp.021-78842042 ext.103
Email : [email protected]
Harga :
Rp.50.000,(persediaan terbatas)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
14,0 %
18,0 - 23,0 %
2,5 - 7,0 %
5,0 %
5,0 - 8,0 %
0,9 - 1,2 %
0,7 - 1,0 %
50 ppb
1,10 %
0,50 %
mengistirahatkan kandangnya, daripada harus menanggung kerugian
yang terus menerus. Berhentinya peternak-peternak ini berproduksi,
otomatis akan membuat pelaku yang terkait dengan usaha ternak ayam
potong ini akan mati suri. Industri yang juga akan terpukul dengan mati
surinya peternak ayam broiler antara lain industri obat hewan
khususnya unggas, dan industri pakan ternak terutama perusahaan
dengan skala menengah kecil.
Beberapa praktisi unggas mensinyalir bahwa oversupply
terjadi akibat permainan kartel kartel besar produsen DOC. Permainan
itu sendiri disebabkan karena munculnya breeder-breeder menengah
kecil, yang dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi industri DOC
itu sendiri. Dengan cara ini hanya industri yang bermodal kuat yang
dapat bertahan dan dengan demikian jaringan industri DOC mampu
meyakinkan bahwa usaha peternakan ayam potong, belum dapat
dijadikan dengan skala usaha kecil dan menengah.
Pada rantai tata niaga ayam potong, terdapat perantara
diantara peternak dan konsumen yang disebut sebagai pedagang
perantara (Brooker). Pada tingkat konsumen brooker memegang
peranan dalam menentukan harga. Brooker menjadi penentu pada
harga ditingkat konsumen, karena selama ini hanya brooker yang
mengetahui rantai tataniaga yang terkait dengan pemasaran ayam
broiler. Pada keadaan seperti saat ini, dimana terjadi oversupply
ditingkat kandang, dan permintaan ditingkat konsumen stabil maka
yang paling banyak meraup keuntungan adalah para brooker ini.
Sesungguhnya apabila ditarik benang merah permasalahan
DOC, akar permasalahan sampai saat ini Grand Parents Stock masih
diimpor dari mancanegara, tergantung dari spesies yang diinginkan.
Grand Parents Stock memiliki life time tertentu. Dengan demikian tanpa
upaya menghasilkan strain local pedaging, DOC akan tetap menjadi
masalah klasik yang akan terjadi dikemudian hari, dikarenakan
kebutuhan protein hewani yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan kesejahteraan dan jumlah penduduk Indonesia. (Bintang/
10/03/03)
Edisi 02
2002
Kadar air (maksimum)
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar (maksimum)
Abu
Calcium (Ca)
Phosphor (P)
Aflatoxin (maksimum)
L-Lysine (minimum)
DL-Methionine (minimum)
01
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
Headline
SNI Pertanian dan Penerapannya.
Peningkatan Mutu Pangan untuk
Internasional
Hambatan produk hortikultura di Taiwan
Alasan FMD dipertanyakan Argentina
Komite SPS Nasional
Akreditasi di Departemen Pertanian
Dilema : Pemberlakuan SNI Pertanian
Sertifikasi Bertahap menuju Pertanian
Organik
Peraturan Baru Produk Pangan ke AS
Era AFTA : Laboratorium Domestik
Penerapan ISO 9001:2000
SETJEN - DEPARTEMEN PERTANIAN
Berita Standardisasi Mutu dan Keamanan Pangan
Mari kita tingkatkan
produktivitas, mutu
dan keamanan
pangan produk
daging dan susu
kita....!
Edisi Maret 2003
Dipersembahkan oleh ISPI
(Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia ) DKI Jaya
Edisi ini...
hal. 5
NOTIFIKASI PERSYARATAN
PRODUK IMPOR KE JEPANG
hal. 7
AWAS SALMONELLOSIS!!!
dok.: informasi
STANDAR INTERNASIONAL PAKAN TERNAK
Pada tanggal 25 -28 Maret 2003, di Copenhagen
Denm ark diselenggarakan Sidang Codex Ad Hoc
Intergovermental Task Force On animal feeding yang dihadiri
oleh 129 peserta dari 41 negara anggota dan 15 organisasi
internasional. Sidang ini dipimpin oleh Direktur Jenderal of
Danish Plant.
Sidang ini merupakan pembahasan terakhir untuk
standar /code of practice on Good Animal Feeding yang akan
diajukan pada bulan juli 2003 pada sidang komisi Codex di
Roma. Pengajuan ini dilakukan untuk mengesahkan
pemberlakuan nya dalam perdagangan internasional untuk
pakan ternak.
Draft pedoman ini mencakup :
1. Pendahuluan,
2. Tujuan dan ruang lingkup,
3. definisi,
4. Prinsip prinsip dan persyaratan umum
5. Produksi, Proses, penyimpanan, Transport dan Distribusi
pakan ternak dan bahan bahan pakan ternak.
6. Peternakan dan penggunaan pakan
ternak
dan bahan pakan ternak.
Klik.......
Pada pendahuluan dan tujuan serta
ruang lingkup, berisi penjelasan tentang
maksud dan tujuan ditetapkannya
standar pemberian yang baik pada
ternak. Sedangkan ruang lingkup menyatakan mengenai
lingkup kegiatan yang dicakup didalam standar ini. Istilah istilah
yang berkaitan dengan standar ini, dinyatakan didalam definisi.
Klausul prinsip dan persyaratan umum merupakan
persyaratan standar untuk produksi, proses, penyimpanan,
transportasi dan distribusi pakan ternak untuk menjamin pakan
ternak yang dihasilkan memenuhi standar pakan ternak yang
disyaratkan. Beberapa hal penting yang tercakup dalam klausul
ini antara lain :
a. bahan baku pakan ternak,
b. pelabelan,
c. ketertelusuran produk pakan ternak dan pemeliharaan
rekaman bahan baku pakan ternak,
d. keadaan darurat,
e. prosedur kontrol dan inspeksi,
f. hubungan pakan dengan bahaya kesehatan ,
g. feed additive dan obat obatan yang digunakan dalam pakan
ternak,
h. substansi yang tidak diperbolehkan ada didalam pakan
ternak,
i. produksi proses produksi, transport dan distribusi pakan
ternak dan baha baku pakan ternak.
j. Bangunan produksi pakan ternak
k. Penerimaan, penyimpanan dan transportasi
l. Pelatihan personal.
m. Sanitasi dan pengendalian hama
n. Unjuk kerja perlengkapan dan pemeliharaan
bersambung ke hal: 7........
Edisi Maret 2003
2
Profil Laboratorium Lingkup Pertanian
Dari Redaksi….
Draft terakhir dari usulan
pedoman
pemberian
pakan yang baik, telah
dibahas pada sidang
CODEX
Ad-Hoc
Intergovernmetal Task
Force on Animal Feeding
pada tanggal 25 - 28 Maret
2003.
Tingginya standar pakan
ternak yang diusulkan,
menimbulkan
tanda
tanya; apakah industri
pakan ternak nasional
mampu menerapkannya?
Akan tetapi mau tidak
mau, suka tidak suka
sebagai anggota WTO
kita harus mau menerima
pemberlakuan pedoma
tersebut dalam dunia
p e r d a g a n g a n
internasional.
Kalau tidak sekarang,
kapan lagi kita mulai
mempelajari
dan
menerapkan pemberian
pakan ternak yang baik.
Redaksi Infomutu:
Penanggung jawab:
Kepala Pusat Standardisasi
dan Akreditasi,
Pemimpin Redaksi:
Sri Bintang K
Redaksi:
Erna, Iin, Slamet Hartanto,
Chandra, Apriadi
Design:
M. Nurman
Nara sumber/reporter:
Erry Wardhana
Alamat:
Gedung E Lantai 7,
J.l Harsono RM No. 3, Pasar
Minggu, Jakarta 12550,
1.
Nama Laboratorium
Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang Pekanbaru
Alamat
Jl. Dr. Sutomo No. 108 Pekanbaru
28011
No. telp / fax
Telp. (0761) 21325, Fax. (0761) 22173
Ruang Lingkup
Komoditi
Kakao / Biji Kakao
Parameter Pengujian
- Kadar air
- Kadar kulit dan keeping biji
- Kadar biji pecah, pecahan biji dan
pecahan kulit
- Ukuran biji
- Kadar biji cacat
- Kadar lemak total
- Kadar asam lemak bebas
- pH
Personil Kunci / Contact Person
Dra. Paulina Azis
Status Akreditasi
Terakreditasi
2.
Nama Laboratorium
Laboratorium Pengujian Alat dan Mesin
Pertanian
Alamat
Balai Besar Pengembangan Alat dan
Mesin Pertanian Situgadung , Legok ,
Tromol Pos Serpong 15310 –
Tangerang
No. telp / fax
(021) 5376780 , 5376787 (T) ; (021)
5376784 (F)
Personil Kunci / Contact
Person
Dr. Handaka, M. Eng
Status Akreditasi
Proses Akreditasi (Tahap
Implementasi)
3.
Nama Laboratorium
Laboratorium Pengamatan Hama dan
Penyakit (Balai Proteksi Tanaman Pangan
dan Hortikultura XIX DKI Jakarta)
Alamat
Jl. Raya Jambore No. 1 Cibubur Jakarta
Timur
No. telp / fax
(021) 8730666 (T), (021) 8730666 (F)
Status Akreditasi
Belum Terakreditasi
4.
Nama Laboratorium
Laboratorium Tipe B Balai Karantina
Tumbuhan Tanjung Priok
Alamat
Jl. Padamarang No. 6 Tanjung Priok, Jakarta
Utara
No. telp / fax
(021) 491511 (T) ; (021) 4367269 (F)
Ruang Lingkup
Komoditi
1.Produk Pertanian (Tanaman, Biji, Buah,
Benih)
2.Kompos
3.Media Biakan Organik
4.Tanah
Parameter Pengujian
Produk Pertanian (Tanaman, Biji, Buah,
Benih) :
Deteksi OPT (Hama, cendawan, bakteri,
nematode, bakteri berupa organisme)
Personil Kunci / Contact Person
1.Ir. Derhani Lumban Gaol (Kepala
Laboratorium)
2.Ir. Andreas Maryanto
Status Akreditasi
Proses Akreditasi (Tahap Implementasi)
Bersambung.................
3
Edisi Maret 2003
Penerapan sistem manajemen mutu SNI 19-17025-2000
di Laboratorium Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari
Laboratorium Balai Inseminasi Buatan Singosari atau
yang lebih dikenal dengan nama BIB Singosari merupakan
salah satu Balai Inseminasi Buatan tertua di Indonesia selain
dari BIB Lembang, yang merupakan
Institusi yang dibebani tugas untuk menguji
semen (benih) sapi, kambing, babi dan ikan
yang dihasilkan oleh Unit Produksi Balai
Inseminasi Buatan Singosari dan semen
yang dihasilkan oleh institusi lainnya. BIB
Singosari merupakan UPT dibawah
Direktorat Perbibitan Ditjen Petemakan.
Saat ini BIB Singosari telah
mem ulai m engekspor produksinya
kemanca negara, antara lain kenegara
lingkup ASEAN. Untuk menjamin akurasi
hasil uji yang dilakukan Laboratorium BIB
Singosari terhadap semen yang dihasilkan
untuk kemudian diekspor, Laboratorium
BIB Singosari mulai menerapkan sistim manajemen mutu
mulai tahun 2003.
Sebagai persiapan, pada tahun 2001, telah dilakukan
apresiasi sistim manajemen mutu laboratorium berdasarkan
SNI 19-17025-2000. Apresiasi ini diteruskan dengan fasilitasi
penyusunan dokumentasi sistim mutu yang terdiri dari
Panduan mutu, Dokumen Prosedur, Instruksi Kerja dan fomat
dan rekaman rekaman. Fasilitasi ini baru
dilakukan pada tahun 2002, setelah dibentuk
tim persiapan akreditasi yang terdiri dari
personel dari PSA dan Direktorat Perbibitan
Ditjen Petemakan. Fasilitasi penyusunan
dokumentasi sistim mutu, berlangsung relatif
lebih cepat dibandingkan dengan laboratorium
sejenis lainnya. Penyusunan dokumentasi
sistim mutu ini berlangsung kurang lebih lima
(5) bulan.
Pada Bulan Januari 2003, sistim mutu ini
mulai diterapk an setelah dilakukan
beberapakali sosialisasi kepada personel
laboratorium. Audit internal sebagai salah satu
persyaratan sistim manajemen mutu
berdasark an SNI 19-17025-2000 direncanakan
pelaksanaannya pada bulan Mei 2003. (Bintang/AK/05/03/
03)
Laboratorium Balitsa Lembang dan Puslitbangtanak Menjelang asesmen
Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan
Laboratorium Pusat Penelitian dan pengembnagan tanah dan
agroklimat, merupakan dua diantara enam (6) laboratorium
lingkup litbang, yang dipersiapkan untuk diakreditasi.
Persiapan telah dilakukan sejak tahun 2001.
Pada tahun-tahun sebelumnya (2001 dan 2002)
persiapan dilakukan dari aspek dokumentasi sistem mutu
dalam bentuk apresiasi dan penyusunan
dokumen mutu dan dari aspek teknis
pengujian dilakukan persiapan berupa
kalibrasi peralatan, persiapan personel
kalibrator internal, validasi metoda dan uji
banding dan atau uji profisiensi serta
persiapan SDM sesuai dengan persyaratan
SNI 19-17025-2000.
Setelah persiapan ini dilakukan
secara matang, maka tahun 2003 dilakukan
audit internal oleh laboratorium tersebut
sebagai persyaratan penerapan sistem
manajemen laboratorium. Audit internal ini
dilakukan oleh personel-personel yang telah
terlatih dan independen.
Sebagai persiapan terakhir sebelum dilaksanakan
asesmen oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang
rencananya akan dilakukan pada pertengahan bulan Maret,
pada awal februari dilakukan praasesmen di Laboratorium
Balitsa dan Puslitbangtannak dalam bentuk monitoring dan
evaluasi kesiapan asesmen. Monitoring ini dilakukan oleh
personel-personel yang telah membina kedua laboratorium
ini sebelumnya.
Temuan pada monitoring ini antara lain: secara
umum kedua laboratorium ini siap untuk dinilai (diases),
walaupun masih ada beberapa hal yang masih harus
dilengkapi untuk menghindari adanya temuan major fatal,
yaitu temuan yang memakan waktu
perbaikan lebih dari tiga (3) bulan yang dapat
berakibat pada ditundanya status
terakreditasi. Temuan yang sama yang
ditemukan pada kedua laboratorium ini
adalah : Belum dilakukannya perhitungan
pada validasi metoda, untuk menentukan
apakah metode tidak baku yang
dipergunakan telah valid untuk digunakan
sebagai metoda uji sehari hari, beberapa hal
dalam dokumentasi ada yang masih harus
dilengkapi, seperti rekaman personel penguji,
serta sosialisasi penerapan sistim mutu yang
masih
harus
dilak ukan
secara
berkesinambungan untuk menjamin penerapan sistim
manajemen mutu laboratorium secara efektif dan efisien.
Dengan hasil dari monitoring ini diharapkan pada
asesmen yang akan dilakukan oleh KAN pada pertengahan
bulan Maret, kedua laboratorium ini akan dapat memperoleh
status terakreditasi. (Bintang/AK/05/03/03)
Edisi Maret 2003
4
NOTIFIKASI PERSYARATAN
PRODUK IMPOR KE JEPANG
Importir pangan memerlukan undang-undang kesehatan
pangan untuk mengajukan notifikasi impor pada stasiun
karantina (Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan). Pada
saat produk akan
diim por
untuk
dipasarkan atau untuk
keperluan bisnis di
Jepang, notifikasi impor
harus diajukan.
2. Penerimaan Hasil Pengujian
Hasil pengujian disiapkan oleh
organisasi yang berkompeten
atau memenuhi persyaratan
seperti yang disebutkan di atas
akan diberi perlakuan yang sama
seperti yang disiapkan oleh
Stasiun Karantina dsb, di
Jepang.
3. Pengecualian
1.
2.
3.
4.
5.
Pangan (termasuk
obat-obatan dan
obat terlarang yang
diatur oleh UndangUndang
yang
berkaitan dengan
farmasi)
Bahan tambahan
makanan
Peralatan
Kemasan botol
Mainan untuk bayi
(di bawah 6 tahun)
Dalam
h
a
l
inspeksi,
u n t u k
kondisi kebersihan yang
dapat berubah selama
transportasi melalui kapal
atau pesawat (bakteri,
mycotoxin, dst) akan
mendapat mengecualian
dari batas
penerimaan.
Kunci untuk Keamanan Pangan
Pangan yang harus diuji
1. Pangan pada yang dipertanyakan karena pelanggaran
2. Pangan yang untuk pertama kali diimpor ke Jepang
3. Pangan yang didesain menjadi target pengujian oleh Menteri
Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan.
4. Pangan yang dalam catatannya ada kecelakaan selama
transportasi.
5. Pangan yang dikembalikan oleh negara lain karena masalah
keamanan pangan.
Penerimaan Hasil Inspeksi Disiapkan oleh Laboratorium
Resmi Negara Pengekspor
Pangan dan sebagainya yang telah diuji oleh laboratorium resmi
negara pengekspor dan hasil pengujiannya diajukan ke Stasiun
Karantina akan dibebaskan dari pengujian di Jepang. Laboratorium
resmi negara pengekspor telah memenuhi persyaratan dan didaftar
oleh Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan (Tabel
1)
1. Kualifikasi
Laboratorium harus sesuai dengan salah satu kriteria di bawah
ini, kemam puan m elaksanakan pengujian dengan
kelengkapan metode menurut US Association of Official
Analytical Chemists (AOAC).
a. Laboratorium yang di bawah pengawasan langsung oleh
pemerintah pusat atau negara bagian pada negara
pengekspor.
b. Laboratorium yang diakui atau ditunjuk oleh pemerintah
pusat atau negara bagian pada negara pengekspor.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Pendidikan
Analisa Pangan
a. Penggabungan dan validasi pada metode analisa
b. Peralatan untuk analisa
Undang-Undang Perlindungan Produk
Pengawasan mutu dalam ketepatan pengujian
GMP. GLP, HACCP, ISO dll
Harmonisasi Internasional
Laboratorium Resmi Negara Pengekspor yang telah
Memenuhi Persyaratan dan Didaftar oleh Menteri
Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang
adalah sebagai berikut :
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
NEGARA JUMLAH LABORATORIUM
Iceland
5
Irlandia
11
Amerika
53
Argentina
2
Inggris
110
Italia
212
India
8
Indonesia
4
Australia
31
Austria
18
Belanda
24
Kanada
53
Cyprus
1
Kuba
2
Hellenic
11
Edisi Maret 2003
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Guatemala
Kolombia
Singapura
Swiss
Swedia
Spanyol
Srilangka
Thailand
Korea
Taiwan
China
Chekoslovakia
Chille
Denmark
Jerman
Turki
New Zealand
5
1
3
4
26
30
286
3
10
36
7
30
2
13
20
644
4
90
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Norwegia
Hungaria
Philipina
Finlandia
Brasil
Prancis
Bulgaria
Belgia
Hongkong
Portugis
Honduras
Meksiko
Maroko
Yoguslavia
Rumania
Luxemburg
108
22
5
5
2
358
12
75
2
10
5
27
3
17
1
3
Tabel 2. Laboratorium Resmi Indonesia yang telah
Memenuhi Persyaratan dan Didaftar oleh Menteri
Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang
NO
Nama Laboratorium
1 Laboratorium Balai Pengujian
Mutu Barang Ciracas,
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan
2 PT. SUCOFINDO INDONESIA
3 Laboratorium Pengujian dan
Pengawasan Mutu Hasil
Perikanan
4 Pusat Pengawasan Obat dan
Makanan Nasional, Badan POM
Alamat
Jl. Raya Bogor Km 26
CiracasJakarta TimurTlp.
(021) 8710321-3
Jl. Letjen S. Parman No.
102 Jakarta
Jl. Muara Baru Ujung,
Pluit Jakarta
Jl. Percetakan Negara
No. 23 Jakarta Pusat
(Erna)
Regional Workshop on
Sanitary and Phytosanitary Measures
S ejak kurun waktu bergabung ke dalam Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO), untuk kali pertama Indonesia
menyelenggarakan sebuah event bertajuk Regional Workshop
on Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) yang secara
khusus mengupas segala aspek komprehensive yang terdapat
di dalam SPS Agreement. Kegiatan yang terselenggara atas
kerjasama Indonesia National Notification Authority –baca; Pusat
Standardisasi dan Akreditasi, Departemen Pertanian- dengan
Sekretariat SPS-WTO berlangsung pada tanggal 5 – 7 Maret
2003 bertempat di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta dan dihadiri
oleh delegasi dari sejumlah negara anggota ASEAN serta
tentunya beberapa instansi terkait lainnya ditanah air.
Seperti diketahui, Sanitary and Phytosanitary Measures
merupakan salah satu dari sejumlah agreement yang
disepakati dan selanjutnya digunakan sebagai rambu bagi
negara anggota WTO sebagai frame aturan main di dalam
perdagangan global dewasa ini yang diratifikasi pada awal
pembentukannya tahun 1994 yang lalu. Adapun substansi dari
perjanjian ini menekankan pada aspek keamanan pangan,
kesehatan hewan, perlindungan tanaman serta perlindungan
wilayah dari segala ancaman intorduksi penyakit.
Event tersebut menjadi special dengan hadirnya sejumlah
pembicara dari 3 organisasi dunia yang selama ini menjadi
rujukan justifikasi bagi WTO dan seluruh negara anggota
dalam pengimplementasian SPS measures. Ketiga organisasi
yang lebih akrab dikenal dengan istilah three sister tersebut
adalah International Plant Protection Commissions (IPPC),
Codex Alimentarius Commissions (CAC), Official International
des Epizootics (OIE) serta ditambah seorang expert dari
sekretariat SPS-W TO di Jenewa. Dalam kesempatan
Workshop kali ini, ketiga pembicara tersebut menguraikan
secara lengkap tentang :
Potensi Bahaya
Bahaya keamanan pangan dapat dibagi menjadi tiga bidang kategori yaitu biologi, kimia dan fisika. Di bawah ini Tabel Daftar
Potensi Bahaya untuk setiap kategori dan sumber yang memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi. Kontaminasi produk dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung terhadap produk hubungan kontaminasi permukaan atau zat
Biologi
Mikroorganisme
(mikrobia) pada produk
di populasi tersebut
yang disebabkan oleh
penyakit tular pangan
pada konsumen yang
rentan terhadap :
§ bakteri
§ virus
§ parasit
§ ragi
§ jamur
§
§
§
§
§
§
§
§
kotoran dari atau sisa liar dan binatang dalam negri dan kotoran manusia yang
terkontaminasi dengan air yang digunakan untuk pengairan, penerapan pestisida,
pemanenan, pembongkaran, pencucian, tetesan air dari atas, pendinginan air,
pembersihan.
Penggunaan produk organik binatang yang tanpa perlakuan untuk pemupukan dan
perbaikan tanah yang berhubungan langsung dan tidak langsung melalui tanah.
pengambilan produk yang berhubungan atau jatuh terkontaminasi dengan tanah.
kurangnya kebersihan pada pengambilan wadah dan pemanenan, peralatan pemilihan
dan pengemasan yang terkontaminasi dengan tanah, pembusukan bahan dan kotoran
binatang pengerat, burung dan serangga.
tumpukan jerami, peti kayu dan tempat penyimpanan gandum yang terkontaminasi
dengan tanah dan kotoran pada tingkat produk yang tidak terlindungi.
pengemasan dan pegepakan bahan yang terkontaminasi dengan kotoran dari binatang
pengerat, burung dan serangga.
penanganan produk oleh pekerja terinfeksi karena kurangnya fasilitas toilet dan pencuci
tangan, kurangnya praktek kebersihan dan gejala penyakit pada personil – contohnya
hepatitis.
kebocoran air yang terkontaminasi dari sistem sirkulasi pendingin pada ruang pendingin
(Erry)
Edisi Maret 2003
6
Regional Workshop.......
(a) key provisions of the SPS Agreement and its practice; ·
(b) the three standard setting bodies: IPPC, OIE and
Codex;
(c) Risk analyses;
(d) Transparency.
·
Diakhir kegiatan, delegasi dari masing-masing negara
sepakat untuk merumuskan suatu usulan kepada Sekretariat
SPS-WTO yang selanjutnya diajukan sebagai agenda usulan ·
bersama negara ASEAN. Point-poin penting dari usulan
tersebut antara lain :
·
Menggali kemungkinan adanya bantuan teknis bagi ·
Kamboja dan Vietnam serta negara2 anggota ASEAN lain
yang mempunyai situasi sama, dengan tenaga ahli dan
konsultan berasal dari negara2 ASEAN lain sedangkan
sumber dana berasal dari dana internasional termasuk
STDF yang baru saja dibentuk.
Menyampaikan usulan melalui organisasi2 internasional
termasuk WTO, untuk pemberian bantuan teknis berupa
pengadaan peralatan2 berteknologi tinggi dalam upaya
untuk dapat memenuhi persyaratan2 teknis dari negara2
maju.
Mengusulkan adanya bantuan teknis khususnya untuk area
yang lebih spesifik seperti analisa resiko, ekuivalensi dan
penerapannya, dll.
Memperkuat keinginan negara2 ASEAN untuk dapat
berpartisipasi secara lebih efektif dalam pertemuan2
organisasi standar internasonal, khususnya melalui Codex
Trust Fund.
Merangsang negara2 ASEAN peserta workshop ini untuk
bersama-sama aktif dalam forum-forum dalam tiga
organisasi standar internasional : CODEX, OIE dan IPPC
(Upre&wandi)
CUCI TANGAN :
CEGAH SALMONELLOSIS
Salmonellosis adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella. Infeksi akibat Salmonella setelah 12 – 72
jam dapat menyebabkan diare, demam dan kram perut,
biasanya berlangsung selama 4 – 7 hari. Meskipun sebagian
besar penderita dapat sembuh tanpa perawatan khusus,
namun untuk sebagian orang (manula, bayi dan orang dengan
sistem kekebalan tubuh bermasalah ) dapat mengalami diare
yang berat sehingga memerlukan perawatan khusus dirumah
sakit. Infeksi salmonella bermula dari usus yang kemudian
menyebar ke aliran darah, selanjutnya ke bagian tubuh yang
lain dan dapat menyebabkan kematian jika tidak mendapatkan
pengobatan dengan antibiotik secara dini.
tahunan dan dapat menjadi arthitis (penyakit tulang) kronis yang
sukar untuk disembuhkan. Pemberian antibiotik pada kasus
ini tidak dapat membantu.
Biasanya Salmonella masuk ke tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi oleh feces manusia ataupun
hewan. Makanan yang terkontaminasi oleh salmonella terlihat
normal dan tidak berbau. Produk hewani (terutama yang mentah)
seperti daging sapi, daging ayam, susu, telur lebih sering dan
mudah untuk terkontaminasi Salmonella. Namun semua
makanan termasuk sayuran dan buah-buahan dapat
terkontaminasi Salmonella, akibat dari tangan kita yang tidak
dibersihkan dengan benar setelah dari kamar mandi.
Salmonella juga ditemukan pada feces hewan
piaraan terutama yang mengalami diare. Oleh
karena itu setelah memegang hewan piaraan
terutama jenis Reptiles meskipun sehat harus
mencuci tangan sampai bersih.
Salmonella merupakan sekelompok
bakteri yang dapat menyebabkan diare pada
manusia. Bakteri yang sejak ratusan tahun
lalu dikenal sebagai penyebab penyakit ini
diberi nama Salmonella sesuai dengan nama
penemunya “Salmon” seorang ilmuwan
Bagaimana Mencegah Salmonellosis?
Amerika. Salmonella hidup di dalam usus
manusia atau hewan dan menyebar ke
Tidak ada Vaccine (Vaksin) untuk
manusia atau hewan lainnya melalui feces.
mencegah Salmonellosis. Untungnya melalui
Salmonella serotype Typhimurium dan
Salmonella serotype Enteritidis merupakan jenis Salmonella proses pemasakan Salmonella mati. Oleh karena itu upaya
untuk mencegah Salmonellosis adalah tidak mengkonsumsi
yang sangat populer di Amerika Serikat.
makanan atau telur yang mentah atau yang belum masak
Penyebab penyakit diare, demam dan kram perut sempurna. Penggunaan telur mentah untuk berbagai macam
sebenarnya sangat beragam. Untuk menentukan bahwa makanan seperti ice cream, hollandaise sauce, salad sebaiknya
bakteri Salmonella adalah penyebabnya harus melalui uji dihindari. Ayam dan daging termasuk hamburger harus
laboratorium yang dapat mengidentifikasi Salmonella di feces dimasak sampai matang (tidak berwarna pink ditengahnya).
penderita. Jika Salmonella sudah diidentifikasi maka tes Susu mentah atau yang tidak dipasteurisasi sebaiknya tidak
selanjutnya dilakukan untuk menentukan tipe atau jenis dikonsumsi. Selain itu untuk mencegah terjadinya cross
Salmonella, sehingga jenis antibiotik yang digunakan dapat contamination maka daging mentah harus disimpan terpisah
ditentukan. Antibiotik yang biasa digunakan adalah ampicilin, dari makanan yang matang dan siap untuk dimakan. Tangan
gentamicin, trimethoprim/sulfamethoxazole, atau ciprofloxacin. dan peralatan masak dicuci setelah digunakan untuk bahan
Sayangnya beberapa jenis Salmonella menjadi resistant pangan mentah atau belum matang. Penderita yang mengalami
terhadap antibiotik, akibat dari maraknya penggunaan antibiotik infeksi akibat Salmonella tidak seharusnya menyiapkan
pada pakan ternak untuk memacu pertumbuhan hewan. makanan minuman untuk orang lain.
Penderita diare yang mengalami dehidrasi memerlukan
Untuk kegiatan sehari-hari upaya pencegahan
rehydrasi (diinfus). Beberapa penderita penyakit akibat infeksi
Salmonella mengalami Reiter’s Syndrome (sakit pada salmonellosis dapat dilakukan dengan selalu membersihkan
persendian, iritasi mata dan sakit pada saat buang air kecil). tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi, setelah
Syndrom ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan
Edisi Maret 2003
7
memegang hewan piaraan (reptil, burung dll) terutama
setelah menyentuh fecesnya. Biasakan mencuci peralatan dapur
setelah dipakai untuk daging maupun sayuran mentah. Jangan
sekali-kali menyajikan makanan untuk bayi tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu apalagi setelah menyentuh daging atau ayam
mentah. Susu ibu merupakan makanan paling aman untuk bayi
dan dapat mencegah terjadinya salmonellosis pada bayi.
Dalam lingkup yang lebih besar upaya pencegahan
salmonellosis akibat makanan yang terkontaminasi dapat
dilakukan mulai dari peternakan-peternakan dengan menerapkan
Farm Animal Hygiene. Di tempat pemotongan hewan, tempat
penampungan hasil panen buah-buahan dan sayuran, juga tempat
pengepakan upaya pencegahan salmonellosis dapat dilakukan
dengan menerapkan good handling practices. Pengetahuan dasar
mengenai “basic food safety” bagi pekerja industri makanan
maupun minuman dan prosedur inspeksi di restoran-restoran
dapat mencegah terjadinya cross contamination dan penanganan
pangan yang salah yang dapat memicu mewabahnya
salmonellosis. Pada masa yang akan datang penanganan pangan
dengan radiasi “irradiation treatment” dapat mengurangi
kontaminasi pada daging mentah.
Upaya Pemerintah Amerika Serikat untuk Mencegah
Salmonellosis?
salmonellosis yang sebenarnya jauh lebih besar sebab banyak
kasus salmonellosis yang tidak didiagnosa dan tidak
dilaporkan. Di AS kasus salmonellosis lebih banyak terjadi
pada musim panas daripada musim dingin. Setiap tahunnya
diperkirakan sekitar 1000 orang meninggal akibat
salmonellosis.
Pemerintah Amerika Serikat melalui The Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) memonitor frekuensi
infeksi Salmonella dan membantu Departemen Kesehatan
untuk meneliti wabah dan menyusun Langkah-Langkah
Pengontrolan. CDC juga melakukan penelitian untuk
menentukan tipe Salmonella. Selain itu Food and Drug
Administration (FDA) melakukan inspeksi terhadap produkproduk pangan impor, tempat pasteurisasi susu, pabrik-pabrik
pengolahan pangan dan mengatur perdangan kura-kura. FDA
juga mengatur penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan
hewan pada pakan ternak. Departemen Pertanian Amerika
Serikat memonitor aspek hygienis dari pakan ternak, melakukan
inspeksi terhadap tempat pasteurisasi telur, dan bertanggung
jawab terhadap mutu daging potong dan daging olahan. Badan
Perlindungan Lingkup AS (The US Environmental Protection
Agency) mengatur dan memonitor keamanan supplai air
minum. (Iin)
Di negara maju seperti AS setiap tahun kurang lebih 40.000
kasus salmonellosis dilaporkan setiap tahunnya. Jumlah kasus
sambungan dari hal. 1
Standar Internasional ...............
o. Pengendalian produksi.
p. Penarikan kembali
q. Penggunaan pakan ternak dan bahan baku pakan ternak
dipeternakan.
r. Budidaya pakan ternak
s. Tempat seleksi
t. Penggunaan penyubur
u. Pestisida dan berbagai senyawa kimiawi
v. Pembuatan pakan ternak terdiri dari bahan bahan pakan
ternak dan pencampuran, monitor rekaman.
w. Praktek pemnerian pakan ternak yang benar mencakup
ketentuan ketentuan : Air, penggembalaan dipadang
rumput, dan pemberian pakan ternak.
x. Pemberian pakan yang stabil dan intensif, mencakup
ketentuan ketentuan : kesehatan.
y. Metode sampling dan analisa mencakup ketentuan
ketentuan kesehatan dan analisa.
Pada sidang Codex Ad Hoc Intergovermental Task
Force On animal feeding ini, Utusan dari Indonesia mengusulkan
beberapa hal prinsip yang apabila tidak dirubah akan
mempengaruhi kemampuan daya saing pakan ternak Indonesia
secara signifikan. Aspek-aspek yang diusulkan Indonesia untuk
dirubah diantaranya adalah : keharusan untuk
menggunakan air irigasi yang bebas residu bagi bahan
bak u ternak dan keharusan menerapkan Good
Manufacturing Practices (GMP) dan sistim jaminan mutu
HACCP bagi semua pabrik pakan ternak.
Untuk usulan pertama, kata bebas residu diganti
dengan dibawah batas maksimum residu (MRL) sesuai
dengan standar internasional. Kalimat ini bermakna air
irigasi dapat digunakan sepanjang residu yang dikandung
masih dalam ambang batas sesuai dengan ketentun
standar Internasional. Usulan ini muncul akibat sulitnya
negara berkembang termasuk Indonesia memenuhi
persyaratan air irigasi bebas residu.
Usulan kedua kata “dan” diantara GMP dan
HACCP diganti dengan “bila memungkinkan”. Usulan ini
dilontarkan mengingat hampir semua pabrik pakan di
Indonesia telah menerapkan GMP, tetapi belum mampu
menerapkan HACCP. Kata bila memungkinkan merupakan
usulan yang paling dapat diterima, kerana HACCP sudah
menjadi standar jaminan mutu Internasional. Kedua usulan
ini didukung dan disetujui oleh Komite. Informasi
selengkapnya hubungi redaksi Infomutu. (Sumber Laporan
Sidang Codex on Animal Feeding ke 4, Syukur Iwantoro).
ANDA INGIN BER-IKLAN DI INFOMUTU ?
HUB : REDAKSI INFOMUTU
TELP.: (021) 78842042 EXT.103
FAX.: (021)78842042 EXT.116
e-mail : [email protected]
8
Edisi Maret 2003
Spesifikasi Persyaratan Mutu
anak ayam ras pedaging
Sesuai SNI 01-3930-1995
DOC : Masalah dan Solusinya
(bagian 1)
Beberapa minggu terakhir ini industri unggas khususnya industri
ayam potong broiler mendapat guncangan hebat, dan membuat mati
suri para produsen DOC (Day old Chicken) atau bibit anak ayam umur
sehari. Pasalnya DOC yang biasanya diminati oleh peternak dan breeder
untuk dibesarkan sebagai ayam potong, saat ini nyaris tidak berharga.
Harga DOC pada keadaan normal adalah 2500 - 3000 rupiah perekor,
dan saat ini DOC hanya dihargai 500 - 600 rupiah perekornya. Itupun
masih banyak peternak yang enggan membelinya. Apa gerangan yang
terjadi, sehingga menyebabkan gunjang ganjing industri ayam broiler.
Menurut beberapa praktisi unggas, masalah ini merupakan
masalah yang klasik terjadi, tetapi formula pemecahan masalahnya belum
ditemukan. Masalah ini konon berawal dari meningkatnya impor Grand
Parents Stock (GPS) untuk memproduksi DOC 18.000.000 perminggunya.
Rekomendasi ini diberikan setelah memperhitungkan kebutuhan
k o ns u m en d an d a ya s erap p e t e rn a k d o m es t i k . Namun pa d a
kenyataannya saat ini dihasilkan 24.000.000 DOC tiap minggunya,
sehingga terjadi oversupply
DOC. Dengan demikian sesuai dengan
teori de m an d supply
harga akan segera turun
drastis.
A d a
s at u fenomena
yang be r s i f a t
p a r a d o k s
d e n g a n
kenyataan ini.
D e n g a n
membanjirnya
DOC dipasaran,
otomatis diikuti
d e n g a n
penurunan
harga DOC yang
t erju n b e ba s
s am p a i n y aris
t ak b erharg a
l ag i .
Denga n
k on d i s i h arga
pakan da n ob a t
o b at a n
ya n g
stabil, semestinya
h a rg a di t i n gk a t
konsumen ayam potong
j ug a turun s e suai
dengan p e n urunan h arga
DOC. Na m u n k e nya t aa n
dipasaran menunjukkan bahwa harga ayam potong masih stabil pada
angka 8000- 9000 rupiah perkilonya, tetapi harga ayam dikandang turun
3000 rupiah.
Permasalahan harga DOC ini akan makin kompleks, bila dilihat
dari akibatnya. Dengan DOC yang nyaris tidak berharga ini maka produsen
DOC akan lebih senang menjual telur-telur calon DOC, dalam bentuk
telur. Telur ini dikenal sebagai telur putih. Padahal sampai saat ini pasokan
telur dipasaran telah dianggap sesuai dengan permintaan konsumen.
Bisa dibayangkan dengan dijualnya telur bibit sebagai telur konsumsi
dengan segera akan memukul pelaku bisnis ayam petelur karena
berlebihnya supply dibandingkan permintaan akan mengakibatkan
turunnya harga telur dengan segera.
Permasalahan lain yang terkait dan membuat masalah ini makin
bak benang kusut, adalah dengan rendahnya harga ayam potong
dikandang, akan membuat produsen ayam potong lebih memilih
Lengkapi koleksi
referensi anda...
Bulletin
INFOMUTU 2002
Hubungi
Redaksi INFOMUTU :
Gd.E Lt.7 Kanpus Deptan, Jl. Harsono
RM3, Ragunan Jakarta Selatan 12550
Telp.021-78842042 ext.103
Email : [email protected]
Harga :
Rp.50.000,(persediaan terbatas)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
14,0 %
18,0 - 23,0 %
2,5 - 7,0 %
5,0 %
5,0 - 8,0 %
0,9 - 1,2 %
0,7 - 1,0 %
50 ppb
1,10 %
0,50 %
mengistirahatkan kandangnya, daripada harus menanggung kerugian
yang terus menerus. Berhentinya peternak-peternak ini berproduksi,
otomatis akan membuat pelaku yang terkait dengan usaha ternak ayam
potong ini akan mati suri. Industri yang juga akan terpukul dengan mati
surinya peternak ayam broiler antara lain industri obat hewan
khususnya unggas, dan industri pakan ternak terutama perusahaan
dengan skala menengah kecil.
Beberapa praktisi unggas mensinyalir bahwa oversupply
terjadi akibat permainan kartel kartel besar produsen DOC. Permainan
itu sendiri disebabkan karena munculnya breeder-breeder menengah
kecil, yang dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi industri DOC
itu sendiri. Dengan cara ini hanya industri yang bermodal kuat yang
dapat bertahan dan dengan demikian jaringan industri DOC mampu
meyakinkan bahwa usaha peternakan ayam potong, belum dapat
dijadikan dengan skala usaha kecil dan menengah.
Pada rantai tata niaga ayam potong, terdapat perantara
diantara peternak dan konsumen yang disebut sebagai pedagang
perantara (Brooker). Pada tingkat konsumen brooker memegang
peranan dalam menentukan harga. Brooker menjadi penentu pada
harga ditingkat konsumen, karena selama ini hanya brooker yang
mengetahui rantai tataniaga yang terkait dengan pemasaran ayam
broiler. Pada keadaan seperti saat ini, dimana terjadi oversupply
ditingkat kandang, dan permintaan ditingkat konsumen stabil maka
yang paling banyak meraup keuntungan adalah para brooker ini.
Sesungguhnya apabila ditarik benang merah permasalahan
DOC, akar permasalahan sampai saat ini Grand Parents Stock masih
diimpor dari mancanegara, tergantung dari spesies yang diinginkan.
Grand Parents Stock memiliki life time tertentu. Dengan demikian tanpa
upaya menghasilkan strain local pedaging, DOC akan tetap menjadi
masalah klasik yang akan terjadi dikemudian hari, dikarenakan
kebutuhan protein hewani yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan kesejahteraan dan jumlah penduduk Indonesia. (Bintang/
10/03/03)
Edisi 02
2002
Kadar air (maksimum)
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar (maksimum)
Abu
Calcium (Ca)
Phosphor (P)
Aflatoxin (maksimum)
L-Lysine (minimum)
DL-Methionine (minimum)
01
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
Headline
SNI Pertanian dan Penerapannya.
Peningkatan Mutu Pangan untuk
Internasional
Hambatan produk hortikultura di Taiwan
Alasan FMD dipertanyakan Argentina
Komite SPS Nasional
Akreditasi di Departemen Pertanian
Dilema : Pemberlakuan SNI Pertanian
Sertifikasi Bertahap menuju Pertanian
Organik
Peraturan Baru Produk Pangan ke AS
Era AFTA : Laboratorium Domestik
Penerapan ISO 9001:2000