Pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (orthosiphon stamineus benth) terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol

(1)

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96%

HERBA KUMIS KUCING (

Orthosiphon stamineus

Benth) TERHADAP PENURUNAN KADAR

KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN YANG

DIINDUKSI PAKAN HIPERKOLESTEROL

SKRIPSI

DINI FAUZANA M

1111102000070

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015


(2)

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96%

HERBA KUMIS KUCING (

Orthosiphon stamineus

Benth) TERHADAP PENURUNAN KADAR

KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN YANG

DIINDUKSI PAKAN HIPERKOLESTEROL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

DINI FAUZANA M

1111102000070

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

vi ABSTRAK

Nama : Dini Fauzana M

Program Studi : Farmasi

Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Pakan Hiperkolesterol

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol. Metode yang digunakan adalah dengan cara tikus diinduksi pakan hiperkolesterol (kuning telur ayam, sukrosa 65% dan lemak hewan) selama 14 hari terhadap semua kelompok perlakuan kecuali kontrol normal.Kemudian tikus diberi ekstrak herba kumis kucing (kelompok uji dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB) dan simvastatin (kelompok kontrol positif) selama 14 hari. Kadar kolesterol darah tikus diukur sebanyak tiga kali, kadar kolesterol sebelum pemberian pakan hiperkolesterol (hari ke-0), kadar kolesterol setelah pemberian pakan hiperkolesterol (hari ke-15), dan kadar kolesterol setelah pemberian ekstrak uji (hari ke-29). Kadar kolesterol darah tikus diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar kolesterol total pada kelompok kontrol positif dan uji dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB berbeda secara bermakna terhadap kelompok kontrol normal dan kontrol negatif

(p ≤ 0,05).

Kata kunci : Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth), Kolesterol Total, Hiperkolesterolemia


(7)

vii ABSTRACT

Name : Dini Fauzana M

Study program : Pharmacy

Title : Effect of Ethanol Extract 96% Of Cats Whisker (Orthosiphon stamineus Benth) Herb Against ADecrease Total Cholesterol Levels On Male Rats Induced Hypercholesterolemia Feed.

This study was conducted to examine the effect of ethanol extract 96% of Cats Whisker (Orthosiphon Stamineus Benth)herbagainst a decrease total cholesterol levels on male rats induced hypercholesterolemia feed. The Method used is by rats were induced hypercholesterolemia feed (chicken yolk, sucrose 65% and animal fat) for 14 days to all treatment groups except normal control. Then, the rats were given extractsof Orthosiphon Stamineus Benth (test group dose of 250, 500, and 1000 mg / kg body weight) and simvastatin (positive control group) for 14 days. Blood cholesterol levels were measured three times, cholesterol levels before given hypercholesterolemia feed (day 0), cholesterol levels after given hypercholesterolemia feed (day 15), and cholesterol levels after given test extract (day 29). Blood cholesterol levels were measured using a spectrophotometer UV-Vis at 500 nm. The results showed a decrease total cholesterol levels on the positive control group and test dose of 250, 500, and 1000 mg / kg body weight was significantly different against normal control group and negative control group (p ≤ 0.05).

Keywords: Orthosiphon Stamineus Benth herb, Total Cholesterol, Hypercholesterolemia


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur selalu terpanjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari akhir nanti semoga kita mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin yaa rabbal

‘alamin.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Terhadap Penurunan Kadar

Kolesterol Total Tikus Jantan Yang Diinduksi Pakan Hiperkolesterol” ini disusun

dalam rangka memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya, mendidik dan membimbing, memberikan secercah harapan, dan mendoakan yang terbaik kepada penulis. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

ix

3. Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.Si., Apt dan ibu Nurmeilis, M.Si., Apt sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II serta Dr.Azrifitria, M.Si., Apt dan Ibu Eka Putri, M.Si., Apt yang dengan sabar senantiasa meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan berberkah dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

5. Papa tercinta Drs.Muhardis, M.M. dan Ibunda tercinta Wendra Wartis, Adikku Fajri Fauzan M dan Fakhrul Fauzan M serta keluarga besar yang

selalu memberikan do’a, kasih sayang, semangat, dan motivasi kepada

penulis. Semoga segala amalan dan jerih payah semuanya mendapat balasan yang jauh lebih baik dari-Nya.

6. Sahabat-sahabatku Fitri Rahmadani, Firda Khanifah, Novila Tari, Mazaya Fadhila, Nurul Hikmah Tanjung, dan Resky Yuliandari yang selalu ada disisi penulis dan memberikan motivasi, semangat, bantuan kepada penulis, serta telah memberi pelajaran dan pengalaman baru dan persahabatan yang hangat.

7. Sahabat-sahabatku “SG-X” Silvia Elzadinita, Asmaul Husna Sholatia, Bela Islami Putri, Nadia Ibrahim dan Yuni Rafika Rahmi yang selalu memberi motivasi dan semangat kepada penulis. Mudah-mudahan persahabatan kita takkan pernah lekang oleh keadaan apapun.

8. Teman seperjuangan penelitian Rizki Hidayanti Rambe yang selalu bekerja keras saat penelitian dan memberi banyak bantuan kepada penulis. 9. Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang telah

memberikan pelajaran dan pengalaman baru kepada penulis.

10.Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Eris, Mba Rani, dan Kak Rahmadi yang telah membantu keseharian penulis selama penelitian di laboratorium.

11.Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuandan dukungannya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam


(10)

x

penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan.Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini.

Jakarta, 5 Juni 2015


(11)

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) 4

2.1.1. Klasifikasi Tanaman ... 4

2.1.2. Deskripsi Tanaman ... 4

2.1.3. Kandungan Kimia Tanaman ... 5

2.1.4. Khasiat Tanaman ... 5

2.1.5. Ekologi dan Penyebaran Tanaman ... 7

2.2. Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi ... 7

2.2.1. Pengertian Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi... 7

2.2.2. Metode Ekstraksi ... 8

2.3. Kolesterol ... 9

2.3.1. Definisi dan Biosintesis Kolesterol ... 9

2.3.2. Pengangkutan Kolesterol ... 10


(13)

xiii

2.4. Simvastatin ... 15

2.4.1. Definisi ... 15

2.4.2. Farmakodinamik ... 15

2.4.3. Farmakikinetik ... 16

2.4.4. Efek Samping ... 16

2.5. Hewan Uji ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Tempat dan Waktu Penellitian ... 20

3.2. Alat dan Bahan ... 20

3.2.1. Alat ... 20

3.2.2. Bahan ... 20

3.3. Prosedur kerja ... 21

3.3.1. Pembuatan Ekstrak ... 21

3.3.2.Penapisan Fitokimia ... 21

3.3.3.Pengujian Parameter Ekstrak ... 24

3.3.4.Penyiapan Hewan Uji ... 24

3.3.5.Rancangan Penelitian ... 24

3.3.6. Perhitungan Dosis dan Pembuatan Larutan Uji ... 25

3.3.7. Uji Efek Antihiperkolesterol ... 26

3.3.8. Cara Pengambilan Darah ... 27

3.3.9.PengukuranKadar Kolesterol Total Darah ... 27

3.3.10.Uji Statistik ... . 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Determinasi Tanaman ... 29

4.2. Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing ... 29

4.3. Hasil Pengujian Parameter Ekstrak ... 30

4.4. Hasil Uji Penapisan Fitokimia ... 32

4.5. Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol... 34

BAB V PENUTUP ... 40

5.1. Kesimpulan ... 40

5.2. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kandungan Kimia Kumis Kucing ... 5

Tabel 2.2. Klasifikasi Kolesterol Total, HDL ,LDL dan Trigliserida ... 14

Tabel 2.3. Nilai Fsiologis Tikus ... 17

Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Hewan Uji Berdasarkan Perlakuan ... 25

Tabel 3.2. Analisa Kadar Kolesterol Total ... 27

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Parameter Ekstrak ... 30

Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Herba Kumis Kucing ... 32

Tabel 4.3. Rata-Rata Kadar Kolesterol ... 37

Tabel 4.4. Persentase Penurunan Kadar Kolesterol ... 37

Tabel 6.1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak ... 51

Tabel 11.1. Conversion Animal Doses to HED on BSA ... 59

Tabel 12.1. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-0 ... 61

Tabel 12.2. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-15 ... 62

Tabel 12.3. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-29 ... 63

Tabel 12.4. Hasil Perhitungan Kadar Kolesterol ... 64

Tabel 15.1. Hasil Uji Normalitas Kadar Kolesterol ... 67

Tabel 15.2. Hasil Uji Homogenitas Kadar Kolesterol ... 68

Tabel 15.3. Hasil Uji ANOVA Kadar Kolesterol ... 69

Tabel 15.4. Hasil Uji Post Hoc Kadar Kolesterol ... 70

Tabel 16.1. Hasil Uji Normalitas Berat Badan Tikus ... 74

Tabel 16.2. Hasil Uji Homogenitas Berat Badan Tikus ... 75


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Orthosiphon stamineus Benth ... 4

Gambar 2. Jalur Biosintesis Kolesterol ... 10

Gambar 3. Jalur Pengangkutan Kolesterol ... 12

Gambar 4. Simplisia herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) .. 45

Gambar 5. Pelarut Etanol 96% ... 45

Gambar 6. Bejana Maserasi ... 45

Gambar 7. Rotary evaporator ... 45

Gambar 8. Ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) ... 45

Gambar 9. Sample tube ... 45

Gambar 10. Reagen dan standar kolesterol ... 45

Gambar 11. Tube EDTA ... 45

Gambar 12. Sentrifugasi ... 45

Gambar 13. Spektrofotometer UV-Vis ... 46

Gambar 14. Tikus putih jantan galur Sprague-dawley ... 46

Gambar 15. Proses maserasi ... 46

Gambar 16.. Proses pengentalan ekstrak ... 46

Gambar 17. Penimbangan berat badan tikus ... 46

Gambar 18. Pengambilan darah ... 46

Gambar 19. Pemberian larutan melalui oral ... 46

Gambar 20. TLC-Scanner ... 46


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bahan dan Alat Penelitian ... 45

Lampiran 2. Determinasi Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) ... 47

Lampiran 3. Sertifikat Hewan Uji ... 48

Lampiran 4. Alur Penelitian ... 49

Lampiran 5. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) ... 50

Lampiran 6. Hasil Penapisan Fitokimia ... 51

Lampiran 7. Pemeriksaan Parameter ekstrak ... 52

Lampiran 8. Perhitungan kadar sinensetin ... 54

Lampiran 9. Skema Kerja Uji Antihiperkolesterolemia ... 56

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba Kumis Kucing ... 57

Lampiran 11. Perhitungan Dosis Simvastatin ... 59

Lampiran 12. Hasil Spektrofotometer plasma uji ... 61

Lampiran 13. Grafik Rata-Rata Kadar Kolesterol ... 65

Lampiran 14. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 66

Lampiran 15. Hasil Statistik Uji Antikolesterol ... 67


(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

USDA : United States Department of Agriculture

LDL : Low Density Lipoprotein

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

IDL : Intermediate Density Lipoprotein

LPL : Lipoprotein lipase HED : Human Equivalent Dose

VAO : Volume Administrasi Obat

EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetic Acid

CYP450 : Cytochrome P450

HMG-Koa : Hidroksi Metil Glutamil Koenzim A cAMP : Cyclic Adenosine Monophosphate

SREBP : Sterol Regulatory Element Binding Protein

NaCMC : Natrium Carboxy Methyl Cellulose

UV : Ultra Violet

KLT : Kromatografi Lapis Tipis


(18)

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung dan stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia yang mengakibatkan kematian 328.500 orang di tahun 2012 (WHO, 2012).

World Health Organization (2008) melaporkan bahwa kolesterol darah yang tinggi diperkirakan menjadi penyebab 2,6 juta kematian dan merupakan faktor risiko utama timbulnya penyakit jantung dan stroke di negara maju dan negara berkembang. Menurut Dipiro et al. (2009) kadar

kolesterol total darah ≥ 200 mg/dl dinyatakan kondisi kolesterol total darah yang melebihi normal atau sering disebut juga dengan hiperkolesterolemia.

Davison and Bonnie (2012) mengungkapkan bahwa kadar kolesterol dipengaruhi oleh asupan serat, sayuran, buah, lemak jenuh, karbohidrat, dan protein. Sedangkan menurut Waloya, Rimbawan dan Nuri (2013) asupan serat pangan, asupan lemak, aktivitas fisik dan perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah.

Indonesia dan beberapa negara lain, telah menggunakan tanaman obat secara luas dalam mengatasi berbagai penyakit. Salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth). Beberapa penelitian telah menyebutkan tentang manfaat tanaman kumis kucing sebagai agen hipoglikemik (Sriplang et al., 2007), antihiperlipid (Umbare et al., 2009) anti-angina (Sahib et al., 2009), hepatoprotektif (Maheswari et al., 2008), hipertensi dan diuretik (Himani et al., 2013) serta penyakit lainnya.

Menurut Himani et al. (2013) ekstrak daun kumis kucing banyak mengandung senyawa flavon, polifenol, protein aktif, glikosida, minyak atsiri dan kalium serta sedikit senyawa terpenoid. Wulandari (2011) juga menyatakan bahwa kandungan kimia ekstrak daun kumis kucing adalah saponin, flavonoid, dan polifenol. Rajasekaran, Anandan, and Nishad (2013) menyebutkan bahwa flavonoid dan polifenol dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan VLDL, trigliserida serta meningkatkan kadar kolesterol


(19)

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HDL serum. Utama-ang (2006) juga menyebutkan bahwa saponin memiliki aktivitas dalam mereduksi kolesterol.

Penelitian yang dilakukan oleh Umbare et a.l (2009) menyatakan bahwa ekstrak alkohol-air kulit batang kumis kucing dengan dosis 500 dan 750 mg/kgBB menunjukkan aktivitas antihiperlipidemia secara signifikan pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak. Senyawa utama dari ekstrak alkohol-air kulit batang kumis kucing adalah senyawa flavonoid yang diduga memberikan efek antihiperlipidemia.

Pelarut ideal yang sering digunakan dalam mengekstraksi senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi adalah alkohol atau campurannya dengan air, karena merupakan pelarut pengekstraksi yang terbaik untuk hampir semua senyawa dengan berat molekul rendah seperti saponin dan flavonoid (Wijasekera,1991 dikutip dari Arifianti et al. 2014). Arifianti et al. (2014) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa ekstrak alkohol 96% daun kumis kucing menghasilkan ekstrak dengan kadar sinensetin tertinggi dibandingkan ekstrak alkohol 50% dan 70%. Sinensetin merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid yang menjadi senyawa marker karena ditemukan dengan kadar tertinggi pada ekstrak daun kumis kucing (Himani et al., 2013), selain itu sinensetin juga berperan dalam metabolisme lipid dalam jaringan adiposa. Penelitian yang dilakukan oleh Kang S.I., Shin H.S., and Kim S.J. (2015) menyatakan bahwa sinensetin dapat meningkatkan adipogenesis dan lipolisis dengan meningkatkan kadar cAMP dalam jaringan adiposa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan penelitian untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) yang diberikan secara peroral terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol.


(20)

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1.2 Perumusan Masalah

Apakah pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menguji aktivitas ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat umum : Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan di bidang fitofarmaka dan ilmu-ilmu lain yang terkait dalam penggunaan tanaman obat sebagai terapi, dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dalam rangka mencari dosis yang tepat, aman, dan efektif bagi manusia serta pengembangan formulasinya.

b. Manfaat khusus : Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai potensi herba kumis kucing sebagai pilihan terapi alternatif alami yang mudah didapat dan ekonomis untuk mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke yang disebabkan oleh hiperkolesterol.


(21)

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kumis Kucing

2.1.1Klasifikasi Tanaman

Sinonim : Orthosiphon aristatus Miq., Orthosiphon spicatus B.B.S., dll

Divisi : Spermathophyta

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Tubiflorae

Suku : Labiatae / Lamiaceae

Marga : Orthosipon

Jenis : Orthosipon stamineus Benth. Nama umum : Kumis Kucing

Nama daerah : Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), songkot koceng (Madura) (Depkes, 1980; USDA, 2015).

2.1.2 Deskripsi Tanaman

Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2 m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1-10 cm dan lebarnya 7,5 mm-1,5 cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7-29 mm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang 13-27 mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10-18 mm, panjang bibir 4,5-10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1,75-2 mm (Depkes, 1980).

4

Gambar 1. Orthosipon stamineus Benth. (USDA, 2015)


(22)

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.1.3 Kandungan Kimia Tanaman

Himani et al., (2013) melaporkan tentang beberapa studi yang menjelaskan tentang kandungan kimia tanaman kumis kucing. Kumis kucing banyak mengandung flavon, polifenol, protein aktif, glikosida, minyak atsiri dan kalium. Lebih dari 12 senyawa fenolik yang telah diisolasi dari tanaman kumis kucing seperti : flavon lipofilik, glikosida flavonol, turunan asam kafeat (asam rosmarinat dan 2,3-dicaffeoyltartaric acid), asam oleanolat, asam ursolat dan β-sitosterol. Sinensetin merupakan senyawa fitokimia paling penting dan menjadi senyawa marker dari tanaman kumis kucing.

Tabel 2.1.Kandungan kimia kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) (Himani et al., 2013).

Senyawa Flavonoid

Sinensetin, Tetramethylscutellarein,

Eupatorin, Salvigenin, Cirsimaritin, Pilloin, Rhamnazin, Trimethylapigenin, Tetramethylluteolin.

Senyawa Diterpen

Orthosiphonone, Orthosiphonone-B, A, B, Orthosiphol-F, Orthosiphol-G, Orthosiphol-H,

Neoorthosiphols-A, Staminol-A.

Benzochromenes Orthochromene-A, Methylripariochromene-A, Acetovaillochromene

Essential oils

β-elemene, β-caryophyllene, α-humulene, β -caryophyllene oxide, Can-2-one, Palmitic acid

2.1.4 Khasiat Tanaman

Beberapa penelitian pra klinik tentang manfaat tanaman kumis kucing dalam pengobatan beberapa penyakit, seperti berikut :

a. Sebagai antihiperlipidemia (Umbare et al., 2009)

b. Sebagai antimikroba dan antioksidan (Basheer and Abdil, 2010). c. Sebagai anti-angiogenic agent (Basheer and Abdil, 2010).


(23)

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Sebagai penyeimbang level nitrat oksida (Basheer and Abdil, 2010). e. Sebagai antipiretik dan analgesik (Basheer and Abdil, 2010).

f. Sebagai pengatur gula darah sehingga digunakan untuk pengobatan alternatif diabetes (Himani et al., 2013).

g. Memiliki aktivitas dalam menghambat penempelan platelet-platelet darah dan memiliki sifat hemolitik kuat yang dapat menurunkan tekanan darah sehingga dapat menjadi alternatif pengobatan untuk tekanan darah tinggi serta untuk mengurangi kolesterol, yang sering digunakan dalam obat tradisional (Himani et al., 2013).

h. Berguna untuk membersihkan racun dalam darah sehingga telah digunakan sebagai obat herbal tradisional dalam proses detoksifikasi dan juga dapat menghapus sisa metabolisme di dalam tubuh sehingga berguna dalam upaya penurunan berat badan (Himani et al., 2013).

i. Sebagai diuretik sehingga bermanfaat dalam pengobatan batu ginjal dan pembilasan ginjal serta saluran kemih (Himani et al., 2013).

j. Sebagai penghambat produksi asam urat yang dapat digunakan dalam membantu kondisi seperti gout dan radang sendi karena tingginya kadar asam urat dalam tubuh (Himani et al., 2013).

k. Sebagai anti-inflamasi yang dapat digunakan dalam pengobatan herbal untuk arthritis dan rematik (Himani et al., 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Yam et al. (2013) menyatakan bahwa ekstrak metanol 50% daun kumis kucing tidak menimbulkan kematian dan tidak memperlihatkan efek samping terhadap kondisi umum, seperti pertumbuhan, berat badan dan berat organ, hematologi dan nilai biokimia lain pada dosis 1250, 2500 dan 5000 mg/kg pada tikus jantan dan betina galur Sprague Dawley. Dosis oral yang dapat menyebabkan kematian pada tikus jantan dan betina yaitu pada dosis lebih dari 5000 mg/kg.

Committee on Herbal Medicinal Products/HMPC (2010) menyebutkan tentang manfaat daun kumis kucing yang telah melalui uji klinik yaitu sebagai diuretik, peningkat sekresi empedu dari hati dan pengobatan batu ginjal. Ekstrak air daun kumis kucing yang diberikan 5x100 ml sekali sehari selama 10-15 hari, dapat meningkatkan volume urin serta


(24)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

meningkatkan eliminasi urea dan klorida pada 14 pasien dengan kondisi

azotaemic ureamia. Ekstrak daun kumis kucing juga dapat meningkatkan produksi empedu dan eliminasi asam empedu dari kandung empedu pada sukarelawan sehat.

Kumis kucing telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai antihipertensi, hipolipidemik, hipoglikemik rematik, antiinflamasi, antibakteri, dan antijamur, tetapi belum ada studi farmakologi atau studi klinis yang mendukung tentang manfaat kumis kucing tersebut (Committee on Herbal Medicinal Products, 2010).

2.1.5Ekologi dan Penyebaran Tanaman

Tumbuh di dataran rendah dan daerah ketinggian sedang. Ditemukan di Indonesia, Asia tengah, Cina, Kepulauan pasifik dan Australia (Depkes. 1980).

2.2 Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi

2.2.1 Pengertian Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Simplisia segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Depkes, 2008).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes, 2008).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. (Depkes, 2000).


(25)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.2.2Metode Ekstraksi

Menurut Depkes (2000), metode ekstraksi menggunakan pelarut dibagi menjadi dua cara yaitu cara dingin dan cara panas.

1) Cara Dingin a. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan atau pengocokan pada temperatur ruang (kamar). Maserasi kinetik merupakan maserasi yang dilakukan dengan cara pengadukan secara kontinu (terus menerus). Remaserasi berarti dilakukannya pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat. Prinsip maserasi penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap tiga hari sekali. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap maserasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak), yang dilakukan terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2) Cara Panas a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selang waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif


(26)

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

konstan dengan adanya pendinginan balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus (seperangkat alat soxhlet) sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur 40-50oC.

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih), temperatur terukur 96-98oC selama 15-20 menit.

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air (≥ 30o

C).

2.3 Kolesterol

2.3.1 Definisi dan Biosintesis Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang dibentuk oleh hati dan digunakan dalam pencernaan lemak. Selama pencernaan, kolesterol bergabung dengan garam empedu, fosfolipid dan trigliserida menjadi suspensi kecil yang disebut misel (Corwin, 2009).

Biosintesis kolesterol melalui jalur Asetil-KoA dengan HMG-KoA reduktase sebagai rate-limiting enzyme yang membatasi sintesis kolesterol (Dipiro et al., 2005).


(27)

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2. Jalur Biosintesis Kolesterol

2.3.2 Pengangkutan Kolesterol

Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas yang tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut dimodifikasi dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya ke tempat penggunaannya (Suyatna, 2011).

Pemeliharaan penyaluran kolesterol darah ke sel melibatkan interaksi antara kolesterol dari makanan dan sintesis kolesterol oleh hati. Apabila jumlah kolesterol dari makanan meningkat, sintesis kolesterol oleh hati dihentikan karena kolesterol dalam darah secara langsung menghambat suatu enzim hati yang penting untuk sintesis kolesterol. Dengan demikian, semakin banyak kolesterol yang dimakan, semakin sedikit kolesterol yang

Squalen sintetase HMG-KoA Reduktase Asetil-KoA

HMG-KoA

Isopentanil pirofosfat Mevalonat

Mevalonat pirofosfat

Geranil pirofosfat

Farnesil pirofosfat

Squalen Dolikol

Ubikuinon


(28)

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibentuk oleh hati. Sebaliknya, apabila asupan kolesterol melalui makanan berkurang, hati mensintesis lebih banyak kolesterol karena efek inhibisi kolesterol pada enzim hati tersebut tidak ada (Sherwood, 2003).

Lipid darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen (Suyatna, 2011):

a. Jalur eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini diangkut ke dalam saluran limfe lalu ke dalam darah via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak, trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat di permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan kilomikron remnant. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali (sebagai cadangan) atau dioksidasi (sebagai energi).

Kilomikron remnant adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian besar trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tapi jumlah ester kolesterolnya tetap. Kilomikron remnant ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai struktur (membran plasma, mielin, hormon steroid dsb.), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi, diekskresi ke dalam empedu atau diubah menjadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke dalam plasma. Kolesterol juga dapat disintesis dari asetat dengan pengaruh enzim HMG-KoA reduktase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari darah juga diatur oleh jumlah reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel hati.

b. Jalur endogen

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis oleh LPL menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL.


(29)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen.

Gambar 3. Jalur Pengangkutan Kolesterol (Suyatna, 2011) Terdapat 5 golongan besar lipoprotein (Suyatna, 2011):

a. Kilomikron, merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar yang terdiri dari 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester. Trigliserida dari kilomikron akan dihidrolisis oleh LPL (lipoprotein lipase) sehingga diameternya jadi mengecil. Komponen lipid permukaan dan apoprotein akan ditransfer ke HDL sedangkan kilomikron remnant mengalami endositosis lewat reseptor di hepatosit. Adanya kilomikron dalam plasma sewaktu puasa dianggap kondisi abnormal.

b. Lipoprotein berdensitas tinggi (high-density lipoprotein, HDL), memiliki protein lebih banyak dan kolesterol lebih sedikit. HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Efek protektifnya diduga karena mengangkut kolesterol dari perifer untuk


(30)

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dimetabolisme di hati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase (suatu protein antioksidan yang berasosiasi dengan HDL). c. Lipoprotein berdensitas rendah (low-density lipoprotein, LDL), memiliki

protein lebih sedikit dan kolesterol lebih banyak. LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar pada manusia (70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. Jalur utama katabolisme LDL berlangsung lewat receptor mediated endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolesterol dari LDL dihidrolisis menjadi kolesterol bebas untuk sintesis membran dan hormon steroid. Produksi enzim HMG-KoA reduktase dan reseptor LDL diatur lewat transkripsi genetik berdasarkan tinggi rendahnya kadar kolesterol dalam sel. d. Lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low-density lipoprotein, VLDL),

mengandung 60% trigliserida dan 10-15% kolesterol. VLDL disekresi hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adiposa serta bahan oksidasi di jantung dan otot skelet. Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari karbohidrat, maka makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL. Hipertrigliseridemia merupakan tanda bahwa kadar HDL kolesterol rendah dan sering dikaitkan dengan kegemukan, intoleransi glukosa dan hiperurisemia.

e. Lipoprotein densitas sedang (IDL, Intermediate Density Lipoprotein). IDL mengandung trigliserida 30% dan kolesterol 20%. IDL adalah zat perantara yang terbentuk sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL. Kadar tidak terlalu besar kecuali jika terdapat hambatan konversi lebih lanjut.

Kolesterol total plasma tersusun atas turunan kolesterol dari VLDL, LDL dan HDL. Pemeriksaan kadar dari VLDL, LDL dan HDL dapat menentukan ada atau tidaknya peningkatan kolesterol plasma. Peningkatan kadar LDL dan VLDL serta penurunan kadar HDL merupakan indikasi terjadinya hiperkolesterolemia. VLDL = Trigliserida/5, LDL = kolesterol total – (VLDL + HDL) (Dipiro et al., 2009).


(31)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 2.2. Klasifikasi Kolesterol Total, HDL, LDL dan Trigliserida (Dipiro et al., 2009).

2.3.3 Hiperlipidemia dan Hiperkolesterolemia

Hiperlipidemia adalah kondisi dimana terjadi akumulasi berlebih salah satu atau lebih lipid utama dalam plasma, sebagai manifestasi kelainan metabolisme atau transportasi lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia dinyatakan sebagai hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau kombinasi keduanya. Hiperlipidemia dapat terjadi karena efek transportasi lipid atau karena produksi lipid endogen yang berlebihan. Kelainan ini dapat terjadi secara primer maupun sekunder akibat penyakit lain (Sherwood, 2003).

Hiperkolesterolemia merupakan kondisi saat konsentrasi kolesterol di dalam darah melebihi batas normal. Kadar kolesterol serum yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Hal ini diawali dengan oksidasi kolesterol-LDL pada lapisan subendotel arteri kemudian dilanjutkan dengan berbagai reaksi inflamasi hingga pembentukan lesi (Corwin, 2009).

Kolesterol Total < 200 mg/dl 200-239 mg/dl

≥ 240 mg/dl

Diinginkan Cukup tinggi Tinggi Kolesterol HDL

< 40 mg/dl

≥ 60 mg/dl

Rendah Tinggi Kolesterol LDL

< 100 mg/dl 100-129 mg/dl 130-159 mg/dl 160-189 mg/dl

≥ 190 mg/dl

Optimal

Jauh dan diatas optimal Cukup tinggi Tinggi Sangat Tinggi Trigliserida <150 mg/dl 150-199 mg/dl 200-499 mg/dl

≥ 500 mg/dl

Normal Cukup tinggi Tinggi Sangat tinggi


(32)

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hiperkolesterolemia juga dapat disebabkan oleh penghambatan aktivitas enzim HMG-KoA reduktase. Peningkatan jumlah kolesterol intraseluler dari katabolisme kolesterol LDL dapat menghambat aktivitas enzim HMG-KoA reduktase sebagai pembatas biosintesis kolesterol, sehingga dapat menyebabkan biosintesis kolesterol berlebih dan terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia) (Dipiro et al., 2005).

Hiperkolesterolemia juga dapat disebabkan oleh kombinasi faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan termasuk obesitas dan pengaturan diet. Kontribusi genetik biasanya karena efek aditif dari beberapa gen, meskipun dapat pula karena cacat gen tunggal seperti dalam kasus hiperkolesterolemia familial. Sejumlah penyebab sekunder adalah Diabetes melitus tipe 2, obesitas, alkohol, dialisis, sindrom nefrotik, ikterus obstruktif, hipotiroid, anoreksia nervosa, obat-obatan (diuretik tiazid, siklosporin, glukokortikoid, beta bloker, asam retinoat) (Bhatnagar et al., 2008).

2.4 Simvastatin 2.4.1 Definisi

Simvastatin merupakan obat golongan statin, yang digunakan untuk menurunkan kolesterol (agen hipolipidemik) dan pada dosis tinggi juga dapat menurunkan trigliserida yang disebabkan oleh peninggian VLDL. Statin saat ini merupakan hipolipidemik yang paling efektif dan aman (Suyatna, 2011). Dosis simvastatin yang lazim diberikan dalam kisaran 5-80 mg/hari (Sweetman, 2009).

2.4.2 Farmakodinamik

Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim KoA reduktase (Suyatna, 2011). HMG-KoA reduktase memperantarai langkah pertama biosintesis sterol (Katzung, 1997). Akibat penurunan sintesis kolesterol ini maka SREBP (sterol regulatory element binding protein) yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian


(33)

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL meningkat (Suyatna, 2011). Obat ini diekstraksi paling banyak di dalam hati sehingga efek utama obat ini adalah pada hati (Katzung, 1997).

2.4.3 Farmakokinetik

Semua statin, kecuali lovastatin dan simvastatin berada dalam bentuk

asam β-hidroksi. Kedua statin tersebut merupakan prodrug dalam bentuk lakton dan harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktifnya yaitu

asam β-hidroksi. Statin diabsorpsi sekitar 40-75%, kecuali fluvastatin yang diabsorpsi hampir sempurna (Suyatna, 2011). Semua obat mengalami metabolisme lintas pertama di hati oleh CYP450 isoenzim CYP3A4. Obat-obat ini sebagian besar terikat protein plasma. Sebagian besar produk degradasi dieksresi melalui feses, via empedu dan kurang dari 10-15% dalam urin dalam bentuk tidak aktif. Sebesar 95% metabolit simvastatin terikat protein plasma. Waktu paruh simvastatin adalah 1,9 jam (Sweetman, 2009).

2.4.4 Efek Samping

Efek samping simvastatin meliputi sakit kepala, penglihatan kabur, insomnia, lemah otot. Reaksi hipersensitivitas, kerusakan hati dan pankreatitis juga telah dilaporkan. Efek samping statin secara umum lainnya adalah trombositopenia, proteinuria, gagal ginjal serta disfungsi ereksi (Sweetman, 2009).

2.5 Hewan Uji

Tikus (Ratus norvegicus) merupakan hewan yang relatif sehat, mudah dipelihara dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Tikus putih jantan sering digunakan sebagai hewan uji karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina.


(34)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tingginya kadar estrogen pada tikus betina daripada tikus jantan dapat mempengaruhi metabolisme kolesterol plasma. Tikus putih jantan mempunyai metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina. Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu, salah satunya yaitu Sprague Dawley bewarna putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada badannya, serta memiliki sifat yang lebih tenang dibandingkan jenis Wistar. (Malole & Sri, 1989).

Tikus jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus putih lebih menguntungkan daripada mencit. Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih memiliki sifat tenang dan tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit (Harmita & Maksum, 2004).

Tabel 2.3. Nilai fisiologis tikus (Malole & Sri, 1989).

Kriteria Nilai normal

Berat badan dewasa Jantan

Betina

450 – 520 gram 250 – 300 gram

Berat lahir 5 – 6 gram

Luas permukaan tubuh 50 gram : 130 cm2 130 gram : 250 cm2

Temperature tubuh 35,9 – 37,5oC

Jumlah diploid 42

Harapan hidup 2,5 – 3,5 tahun

Konsumsi makanan 10 gram/100 gram/ hari

Konsumsi air 10 – 12 ml/100 gram/hari

Saat dikawinkan Jantan

Betina

65 – 110 hari 65 – 110 hari


(35)

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Sambungan)

Lama kehamilan 21 – 23 hari

Lama siklus birahi 4-5 hari

Oestrus postpartum Fertil

Jumlah anak/kelahiran 6 – 12

Umur sapih 21 hari

Waktu pemeliharaan

komersial

4 – 5 bulan

Komposisi air susu Lemak 13%

Protein 9,7% Laktosa 3,2 %

Jumlah pernapasan 70 – 115/menit

Volume tidal 0,6 – 2 ml

Penggunaan oksigen 0,68 – 1,1 ml/g/hari

Detak jantung 250 – 450/menit

Volume darah 54 – 70 ml/kg

Tekanan darah 84 – 134/60 mmHg

Butir darah merah 7 – 10 x 106/mm

Hematokrit 36 – 48%

Hemoglobin 11 – 18 mg/dl

Leukosit 6 – 17 x 103/mm

Neutrofil 9 – 34%

Limfosit 65 – 85%

Eosinofil 0 – 6%

Monosit 0 – 5%

Basofil 0 – 1,5%

Platelet 500 – 1300 x 103/mm

Protein serum 5,6 – 7,6 g/dl

Globulin 1,8 – 3,0 mg/dl

Kreatinin 0,2 – 0,8 mg/dl


(36)

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Sambungan)

Nitrogen urea darah 15 – 21 mg/dl

Lemak serum 70 – 415 mg/dl

Fosfolipid 36 – 130 mg/dl

Trigliserida 26 – 145 mg/dl

Kolesterol 40 – 130 mg/dl

Kalsium serum 5,3 – 13 mg/dl


(37)

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Biokimia/Patologi Klinik dan Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Februari hingga Mei 2015.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : blender, timbangan, rotary evaporator, oven, timbangan analitik, waterbath, hot plate, bejana maserasi, cawan porselen/penguap, pipet tetes, kertas label, kapas, kertas saring, aluminium foil, batang pengaduk, spatula, corong, penjepit kayu, gelas piala, tabung reaksi, erlenmeyer, spatula, gelas ukur, labu ukur, rak tabung reaksi, sonde, sample tube, tabung EDTA, pipa kapiler, spuit 3 ml, sentrifugasi, spektrofotometer UV, TLC-Scanner

(Camag), Plat KLT, masker, sarung tangan, kandang tikus, tempat makan dan botol minum tikus.

3.2.2Bahan

Bahan Uji : Simplisia herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) yang diperoleh dari Pusat Pengembangan Tanaman Obat Karyasari.

Hewan Uji : 36 ekor tikus putih galur Sprague-Dawley yang berumur ± 3 bulan dengan berat badan sekitar 150-250 gram.

Bahan Kimia : Reagen Kit Cholesterol PAP SL dari Elitech Clinical Systems, etanol 96%, toluen, metanol, etil asetat, NaCMC 1%, eter, pereaksi Libermann-Burchard (2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat),

FeCl3, HCl pekat, kloroform, amilalkohol, tablet simvastatin 10 mg dari

Kimia Farma.


(38)

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahan penginduksi hiperkolesterol : Makanan tinggi kolesterol dibuat dengan komposisi kuning telur (80%), larutan sukrosa 65% dalam air (15%), dan lemak hewan (5%) (Purwanti, 2012).

Bahan lainnya : aquadest dan makanan tikus G511

3.3 Prosedur Kerja 3.3.1Pembuatan Ekstrak

Metode pembuatan ekstrak herba kumis kucing adalah dengan cara maserasi dalam pelarut etanol 96%. Sebelum melakukan proses maserasi, simplisia herba kumis kucing yang telah di sortasi kering, dihaluskan terlebih dahulu dengan blender. Serbuk yang diperoleh ditimbang sebanyak 1500 gram dan dimasukkan kedalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan etanol 96% kedalam bejana tersebut kurang lebih hingga 2 cm di atas permukaan serbuk. Maserat diaduk rata dan kemudian mulut bejana maserasi ditutup dengan aluminium foil. Perendaman dilakukan selama 3 hari pada suhu kamar dan pengadukan dilakukan setiap harinya 2-3 kali/hari. Setelah 3 hari, maserat disaring dengan kertas saring dan kapas. Ampas hasil maserasi direndam lagi dengan etanol 96% selama 3 hari selanjutnya (perlakuan sama dengan maserasi pertama). Filtrat yang diperoleh dari hasil penyaringan maserat kentalkan dengan vakum rotary evaporator. Ekstrak yang didapatkan berupa ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak kental dikeringkan dengan oven vakum di laboratorium fitokimia Universitas Indonesia selama 5 hari hingga didapatkan ekstrak kering.

3.3.2Penapisan Fitokimia

1. Identifikasi golongan alkaloid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian disaring. Larutan ammonia sebanyak 2 ml ditambahkan kedalam filtrat, kemudian ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk mengekstraksi basa alkaloid. Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi dengan 10 ml asam asetat, kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Pada bagian pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua


(39)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditambahkan reagen Dragendorff. Terbentuk warna krem dengan reagen Mayer dan endapan coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid (Ayoola et al., 2008)

2. Identifikasi golongan flavonoid

0,5 gram ekstrak ditambah 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring, filtrat digunakan sebagai larutan percobaan. 5 ml larutan percobaan ditambahkan sedikit serbuk magnesium, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amilalkohol, dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah, terbentuknya warna orange, merah, kuning pada lapisan amilalkohol menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Wijono, 2003).

3. Identifikasi golongan saponin

0,5 gram ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan aquadest, larutan dikocok secara vertikal selama 3-5 menit. Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit menunjukkan adanya senyawa golongan saponin (Farnsworth, 1966)

4. Identifikasi golongan tanin

0,5 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung reaksi, lalu disaring. Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

adanya tanin (Ayoola et al., 2008)

5. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid

0,5 gram ekstrak ditambahkan 2 ml kloroform, kemudian 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard). Jika terbentuk warna hijau kehitaman menunjukkan adanya golongan steroid dan jika terbentuk warna merah yang cepat hilang menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid (Ayoola et al., 2008).


(40)

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.3.3Pengujian Parameter Ekstrak

1. Parameter Spesifik

a. Identitas

Diidentifikasi dengan tata nama yang meliputi nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan (Depkes, 2000).

b. Organoleptik

Diidentifikasi menggunakan panca indera untuk mengetahui bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes, 2000).

c. Pengukuran Kadar Sinensetin

Ekstrak ditimbang sebanyak 0,2 gram dilarutkan dalam etanol 96% dalam labu ukur 10 ml (larutan ekstrak 2%). Selanjutnya standar sinensetin 10 ppm ditotolkan pada plat KLT (ukuran 6x10 cm) dengan seri volume 10 µL; 30 µL;50µ L; dan 70 µL. Masing-masing ditotolkan pada titik totolan 1-4 secara berurutan dan sampel ekstrak 2% ditotolkan pada titik ke-5 dengan volume 20 µl. Plat KLT dieluasi dengan eluen metanol : etil asetat : toluen (5:40:55) yang telah jenuh didalam wadah yang tertutup rapat. Plat KLT kemudian dikeringkan dan dilihat bercak hasil elusi pada lampu UV dengan panjang gelombang 365 nm (British Pharmacopoeia Commission, 2009).

Plat KLT dimasukkan ke dalam alat TLC-Scanner (Camag) dan ditentukan luas area puncak bercak standar dan sampel pada panjang gelombang maksimum yang dikontrol melalui komputer dengan program software winCATS. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dari perbandingan volume penotolan terhadap luas area puncak dan ditentukan persamaan regresinya. Persamaan regresi yang diperoleh digunakan untuk menentukan kadar sinensetin pada sampel ekstrak.

2. Parameter Non-Spesifik

a. Susut Pengeringan

Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan kedalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang ekstrak


(41)

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diratakan dalam botol timbang dengan bantuan batang pengaduk, kemudian dimasukkan kedalam oven. Sebelumnya tutup botol timbang dibuka dan dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup dalam desikator pada suhu kamar (Depkes, 2000).

b. Kadar Abu Total

1 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang (Depkes, 2000).

3.3.4Penyiapan Hewan Uji

Sebelum digunakan untuk penelitian, 36 tikus diaklitimasi selama 4 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selama aklitimasi, tikus diberi minum dan makanan standar G511 serta mengontrol kesehatan dan berat badan tikus.

3.3.5Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini digunakan hewan uji tikus putih jantan yang dipilih secara acak sebanyak 36 ekor untuk dibagi menjadi 6 kelompok. Penentuan jumlah tikus dalam tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus federer :

(n-1)(t-1) ≥ 15 Dimana :

(n-1)(6-1) ≥ 15 n = jumlah hewan uji

5n-5 ≥ 15 t = jumlah kelompok

5n ≥ 20 n≥ 4 ekor

Dari jumlah perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa pada 6 kelompok percobaan terdapat minimal 4 ekor tikus untuk masing-masing kelompok. Dalam penelitian ini digunakan 6 ekor tikus pada masing-masing kelompok.


(42)

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Hewan Uji Berdasarkan Perlakuan (Raj C.D. et al., 2012)

Kelompok Jumlah Tikus Perlakuan

I 6 Kontrol normal, diberi minum dan

makanan standar selama 14 hari dan diberi NaCMC 1% selama 14 hari berikutnya.

II 6 Kontrol negatif, diberi pakan

hiperkolesterol selama 14 hari dan hanya diberikan minum dan makanan standar 14 hari berikutnya.

III 6 Kontrol positif, diberi pakan

hiperkolesterol selama 14 hari dan diberi suspensi simvastatin selama 14 hari berikutnya.

VI 6 Uji dosis 250 mg/kgBB, diberi pakan

hiperkolesterol selama 14 hari dan diberi suspensi ekstrak herba kumis kucing dosis 250 mg/kgBB tikus selama 14 hari berikutnya.

V 6 Uji dosis 500 mg/kgBB, diberi pakan

hiperkolesterol selama 14 hari dan diberi suspensi ekstrak herba kumis kucing dosis 500 mg/kgBB tikus selama 14 hari berikutnya.

VI 6 Uji dosis 1000 mg/kgBB, diberi pakan

hiperkolesterol selama 14 hari dan diberi suspensi ekstrak herba kumis kucing dosis 1000 mg/kgBB tikus selama 14 hari berikutnya.

3.3.6Perhitungan Dosis dan Pembuatan Larutan Uji 1. Dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing

Dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing yang yang digunakan yaitu 250, 500, dan 1000 mg/kgBB. Volume larutan uji yang diberikan dibuat ± 2 ml yang disesuaikan dengan berat badan tikus. (Lampiran 10)


(43)

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Pembuatan suspensi NaCMC 1%

NaCMC 1 g didispersikan dalam aquadest hangat sebanyak 20 ml hingga homogen di dalam lumpang, kemudian di tambahkan aquadest hingga 100 ml.

3. Dosis simvastatin sebagai kontrol positif

Dosis simvastatin yang digunakan untuk manusia adalah 5-10 mg/hari. Dosis yang digunakan untuk penelitian yaitu 10 mg/hari. Konversi dosis manusia ke dosis tikus ditentukan berdasarkan rumus HED adalah 1,03 mg/kgBB (Lampiran 11). Simvastatin diberikan melalui oral dalam bentuk suspensi.

4. Pembuatan makanan hiperkolesterol

Kuning telur 80%

Larutan sukrosa 65% 15%

Lemak hewan 5%

Makanan hiperkolesterol dibuat dalam bentuk emulsi, semua bahan dicampur dan diaduk hingga homogen. Makanan dibuat baru setiap hari. Volume administrasi oral yang diberikan adalah 2 ml/200gramBB tikus. Pakan dibuat dengan total volume 100 ml, perhitungan komposisi pakan sebagai berikut :

Kuning telur : 80 g / 100 ml x 100 ml = 80 g Larutan sukrosa 65% : 15 g / 100 ml x 100 ml = 15 g Lemak hewan : 5 g / 100 ml x 100 ml = 5 g

3.3.7Uji Efek Antihiperkolesterolemia

1. Semua tikus setiap hari diberikan makanan standar 20 g/tikus dan aquadest. 2. Sebelum pemberian pakan hiperkolesterol, diambil darah masing-masing

tikus dan dilakukan pengukuran kadar kolesterol total.

3. Selama 14 hari, semua kelompok (kecuali kelompok kontrol normal) diberikan pakan hiperkolesterol sebanyak 2 ml/200gramBB tikus sekali sehari, makanan standar 20 g/tikus dan aquadest.


(44)

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Pada hari ke-15, semua tikus yang telah hiperkolesterolemik diambil darahnya untuk pemeriksaan kadar kolesterol total darah setelah pemberian pakan hiperkolesterol.

5. Pada hari selanjutnya semua kelompok diberi perlakuan sesuai dengan pembagian kelompok hewan uji (Tabel 3.1)

6. Pada hari ke-29, diambil darah masing-masing tikus untuk pemeriksaan kadar kolesterol total darah setelah pemberian ekstrak.

3.3.8Cara Pengambilan Darah

Tikus dipuasakan ± 12 jam sebelum pengambilan darah. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sebelum pemberian pakan hiperkolesterol (hari 0), setelah pemberian pakan hiperkolesterol (hari ke-15) dan setelah pemberian ekstrak (hari ke-29).

Darah tikus diambil dengan cara tikus di anastesi menggunakan eter didalam tempat khusus, kemudian diambil darah tikus pada bagian pleksus retro-orbital menggunakan mikrohematokrit bersih (Raj C.D. et al., 2012). Darah yang mengalir melalui mikrohematokrit ditampung dengan tabung EDTA 3 ml. Darah didiamkan 15 menit dalam suhu ruangan. Kemudian darah di sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan plasma darah. Plasma darah dipindahkan ke dalam sample tube 1,5 ml dan disimpan dalam lemari pendingin suhu -20oC.

3.3.9Pengukuran Kadar Kolesterol Total Darah

Kadar kolesterol total tikus diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm.

Tabel 3.2. Analisa kadar kolesterol total (Elitech, 2014):

Blanko Standar Uji

Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl

Aquadest 10 µl - -

Standar - 10 µl -


(45)

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kadar kolesterol total tikus ditentukan dengan rumus :

Keterangan : A = Absorbansi

3.3.10Uji Statistik

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, uji statistik homogenitas menggunakan Levene dan uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov test. Apabila hasil sebaran data normal, maka untuk melihat perbedaan kadar dari masing-masing kelompok perlakuan dianalisis dengan uji statistik One way ANOVA.

Hipotesis :

Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok Pengambilan keputusan :

Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan

Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan (Santoso, 2009).

A sampel A standar


(46)

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tanaman

Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menunjukkan bahwa jenis simplisia yang digunakan pada penelitian adalah Orthosiphon stamineus Benth suku Lamiaceae (Lampiran 2). Determinasi dilakukan dengan tujuan untuk memastikan jenis simplisia yang digunakan dalam penelitian.

4.2 Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)

Dari 1500 gram serbuk herba kumis kucing yang diekstraksi, diperoleh ekstrak kental sebanyak 133 gram dari hasil remaserasi sebanyak 11 kali. Berdasarkan hasil perhitungan, rendemen yang diperoleh yaitu sebesar 8,87% (lampiran 7).

Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi yang dipilih karena metode maserasi lebih sederhana dalam preparasi dan pengerjaannya dibandingkan metode lain. Metode ini juga baik digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak tahan dengan pemanasan.

Etanol 96% dipilih sebagai pelarut untuk ekstraksi karena etanol merupakan pelarut semipolar yang dapat menarik senyawa polar dan non-polar yang terkandung dalam simplisia serta dapat menarik senyawa-senyawa dengan bobot molekul rendah seperti saponin dan flavonoid (Wijasekera, 1991 dikutip dari Arifianti et al. 2014). Selain itu, etanol 96% dapat menghasilkan ekstrak dengan kadar sinensetin tertinggi dibanding alkohol 50% dan 70% (Arifianti et al., 2014). Sinensetin merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid yang menjadi senyawa marker dalam tanaman kumis kucing (Himani et al., 2013) dan juga memiliki peran dalam metabolisme lipid dalam jaringan adiposa (Kang S.I., Shin H.S., and Kim S.J., 2015).


(47)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.3 Hasil Pengujian Parameter Ekstrak

Tabel 4.1. Hasil pengujian parameter ekstrak

No Parameter Ekstrak

1 Spesifik a. Identitas

Nama latin Bagian tumbuhan Nama Indonesia b. Organoleptik

Bentuk Warna Bau Rasa

c. Susut pengeringan

Orthosiphon stamineus Benth Herba

Kumis kucing

Kering lengket Coklat tua Khas Agak pahit 0,948% 2 Non-spesifik

Kadar abu total Kadar sinensetin

12,587% 0,075%

Pengujian parameter spesifik ekstrak yang dilakukan adalah penentuan identitas, identifikasi organoleptik dan pengukuran kadar sinensetin ekstrak. Identitas ekstrak dapat diketahui dari hasil determinasi tanaman. Ekstrak dibuat dari herba kumis kucing yang terdiri dari seluruh bagian tanaman yang tumbuh diatas tanah. Organoleptis ekstrak diidentifikasi menggunakan panca indera.

Pengukuran kadar sinensetin dalam ekstrak herba kumis kucing dilakukan untuk memastikan ekstrak yang digunakan dalam penelitian mengandung senyawa marker (sinensetin) dengan kadar sesuai standar yang telah ditetapkan. Kadar sinensetin yang diperoleh dalam ekstrak herba kumis kucing adalah sebesar 0,075%. Hasil pengukuran kadar sinensetin tersebut menunjukkan nilai yang lebih rendah dari standar ekstrak daun kumis kucing yang menurut Depkes (2008) adalah tidak kurang dari 1,10%. Hal ini dapat disebabkan oleh ekstrak yang digunakan dalam penelitian adalah


(48)

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstrak herba kumis kucing yang terdiri dari semua bagian tanaman yang berada diatas tanah, sedangkan sinensetin lebih banyak terdapat dalam ekstrak daun (Olah et al., 2003). Beberapa faktor lain seperti bagian tanaman yang diambil, umur tanaman, kondisi tempat tumbuh, waktu pemanenan dan proses pengeringan simplisia juga dapat mempengaruhi kadar senyawa kimia dalam tanaman (Wulandari, 2011).

Secara kualitatif dapat dilihat bercak yang berfluororesensi biru pada sinar UV panjang gelombang 365 nm. Bercak sinensetin dalam ekstrak terletak pada Rf 0,53 dan bercak standar 1, 2, 3 dan 4 sinensetin secara berurutan terletak pada Rf 0,53; 0,49; 0,49; dan 0,50. Perhitungan kadar sinensetin dan kurva kalibrasi standar dapat dilihat pada lampiran 8.

Pengujian parameter non-spesifik ekstrak meliputi susut pengeringan dan kadar abu total. Pengukuran susut pengeringan ekstrak dilakukan untuk memastikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan simplisia dan proses pengentalan ekstrak. Pengukuran kadar abu total bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal didalam ekstrak.

Hasil susut pengeringan adalah sebesar 0,948% dan kadar abu total sebesar 12,587%. Standar susut pengeringan ekstrak kumis kucing adalah tidak lebih dari 10% dan kadar abu total tidak lebih dari 9% (Depkes, 2008). Rendahnya nilai susut pengeringan pada ekstrak menjelaskan bahwa senyawa yang hilang pada proses pengeringan simplisia dan proses pengentalan ekstrak sangat kecil. Tingginya kadar abu ekstrak dapat dikarenakan tingginya kandungan mineral internal (seperti kalium) pada tanaman kumis kucing (Himani et al., 2014), ataupun mineral eksternal yang bisa saja bercampur dengan ekstrak saat proses pengerjaan pengujian kadar abu ekstrak. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar mineral dalam ekstrak seperti perbedaan genetik, tempat tumbuh, proses sortasi basah dan sortasi kering. Perhitungan uji parameter ekstrak dapat dilihat pada lampiran 7.


(49)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.4 Hasil Uji Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak herba kumis kucing dengan tujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang ada dalam ekstrak herba kumis kucing. (Lampiran 6)

Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Herba Kumis Kucing

Golongan Hasil

Alkaloid -

Flavonoid +

Saponin +

Tanin +

Steroid +

Dari hasil pengujian penapisan fitokimia diketahui bahwa ekstrak herba kumis kucing mengandung senyawa, flavonoid, saponin, steroid, terpenoid dan tanin. Menurut Himani et al., (2013) tanaman kumis kucing banyak mengandung flavon, polifenol, protein aktif, glikosida, minyak atsiri dan kalium serta sedikit senyawa terpenoid. Sedangkan Wulandari (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan kimia ekstrak daun kumis kucing adalah saponin, flavonoid dan polifenol.

Senyawa golongan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak herba kumis kucing diduga merupakan senyawa utama yang berperan aktif dalam menurunkan kadar kolesterol. Umbare et al. (2009) menyebutkan bahwa senyawa utama dari ekstrak hidro-alkohol kumis kucing adalah senyawa golongan flavonoid yang memberikan efek antihiperlipidemia. Rajasekaran, Anandan, and Nishad (2013) juga menjelaskan bahwa flavonoid dan polifenol dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan VLDL, trigliserida serta meningkatkan kadar kolesterol HDL serum. Faizah et al. (2009) menyatakan bahwa Trimethylapigenin, Eupatorin dan Tetramethylluteolin

merupakan senyawa fitokimia dari kumis kucing yang paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa plasma, kadar trigliserida dan dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL plasma.


(50)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Nijveldt et al. (2001) reaktivitas yang tinggi dari kelompok hidroksil flavonoid dapat mengikat radikal dan membuat radikal reaktif menjadi tidak aktif. Kemampuan flavonoid dalam mengikat radikal dapat mencegah oksidasi LDL secara invitro dan secara teoritis flavonoid mungkin memiliki kemampuan preventif terhadap aterosklerosis. Luteolin dapat menginduksi sekresi kolesterol dan mereduksi kadar kolesterol. Mekanisme efek secara tidak langsung dari flavonoid diduga mengatur jaringan kompleks dari aktivitas HMG-Koa reduktase.

Reaksi yang terjadi antara flavonoid dan radikal sebagai berikut (Nijveldt et al., 2001) :

Flavonoid (OH) + R+> Flavonoid (O+) + RH

Senyawa golongan polifenol dan saponin juga diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol. Menurut Umarudin dkk. (2012) Tanin merupakan golongan senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan. Polifenol dilaporkan mampu menurunkan kadar kolesterol total dan menghambat pembentukan aterosklerosis melalui efek antioksidannya terhadap oksidasi kolesterol LDL serta dapat meningkatkan produksi nitrat oksida (NO). Nitrat oksida merupakan vasodilator endogen yang mempunyai kemampuan sebagai antiaterosklerosis. Menurut Chang et al. (2001), beberapa turunan tanin dari herbal tradisional diketahui efektif dalam penghambatan HMG-Koa reduktase yang mungkin dapat menjadi agen hipolipidemia.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa saponin menurunkan kadar kolesterol serum dalam berbagai hewan termasuk manusia (Avci et al., 2006). Menurut Utama-ang (2006) suatu penelitian menyatakan tentang beberapa mekanisme efek saponin dalam mereduksi kolesterol. Mekanisme tersebut adalah pembentukan kompleks tidak larut dengan β-hidroksisteroid sehingga dapat menurunkan penyerapan kolesterol intestinal dan meningkatkan ekskresi sterol dalam feses. Saponin juga dapat meningkatkan adsorpsi asam empedu kedalam serat dengan cara pembentukan kompleks, sehingga pembentukan bobot misel yang besar dapat mencegah reabsorpsi


(51)

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asam empedu dan menyebabkan kehilangan asam empedu yang diimbangi oleh peningkatan konversi kolesterol menjadi asam empedu dalam hati.

4.5 Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol

Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan sebagai hewan uji karena mudah dipelihara, relatif sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian (Malole & Sri, 1989) dan tidak begitu fotofobik seperti halnya mencit (Harmita & Maksum, 2004).

Tikus diaklitimasi selama dua minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat penelitian. Tikus diberikan makanan standar G511 20 gram/tikus/hari dan aquadest 25 ml/tikus/hari. Selama proses aklitimasi, dilakukan pemantauan aktivitas dan kondisi fisik tikus, menimbang berat badan serta membersihkan kandang tikus. Penimbangan berat badan tikus dilakukan setiap 3 hari sekali selama masa aklitimasi hingga perlakuan akhir. Selama masa penelitian, berat badan tikus menunjukkan kenaikan setiap harinya. Grafik kenaikan berat badan tikus dapat dilihat pada lampiran 14. Kenaikan berat badan tikus setelah diberi induksi pakan hiperkolesterol dan setelah masa pemberian ekstrak tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna berdasarkan hasil uji statistik (Lampiran 16). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan hiperkolesterol dan ekstrak uji yang digunakan dalam penelitian, tidak mempengaruhi kenaikan berat badan tikus.

Setelah masa aklitimasi, tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, uji dosis 250 mg/kgBB, uji dosis 500 mg/kgBB, dan uji dosis 1000 mg/kgBB. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus.

Pada penelitian ini digunakan 3 kelompok pembanding yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif. Kelompok kontrol normal diperlukan untuk membandingkan kenaikan kadar kolesterol total tikus yang tidak diberi pakan hiperkolesterol dan membandingkan penurunan kadar kolesterol total tikus setelah diberi ekstrak. Selain itu, kelompok kontrol normal juga diperlukan untuk melihat pengaruh larutan


(52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pensuspensi dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus. Larutan pensuspensi simvastatin dan ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah suspensi NaCMC 1%. Kelompok kontrol negatif berguna untuk membandingkan penurunan kadar kolesterol total tikus setelah pemberian pakan hiperkolesterol dihentikan pada semua kelompok tikus. Sedangkan kontrol positif berguna untuk membandingkan efektivitas penurunan kadar kolesterol oleh simvastatin dengan ekstrak uji. Dosis simvastatin yang digunakan adalah 10 mg untuk manusia. Dosis ini kemudian dikonversi ke dosis hewan menggunakan rumus HED (Lampiran 11).

Metode yang digunakan untuk uji penurunan kadar kolesterol darah tikus yaitu dengan cara tikus dibuat hiperkolesterol yang diinduksi dengan pemberian makanan hiperkolesterol dengan komposisi makanan yang terdiri dari kuning telur (80%), larutan sukrosa 65% dalam air (15%), dan lemak hewan (5%) (Purwanti, 2012). Komposisi makanan hiperkolesterol tersebut dipilih karena mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Ayuningtyas dan Arifah (2012) menyebutkan pada penelitian sebelumnya, bahwa penambahan lemak dalam pakan dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan trigliserida tikus. Tikus diinduksi dengan makanan hiperkolesterol selama 14 hari terhadap semua kelompok perlakuan kecuali kelompok normal. Selanjutnya tikus diberikan suspensi ekstrak uji dalam berbagai dosis. Metode ini digunakan karena merupakan metode yang mudah dan umum digunakan pada uji efek penurunan kadar kolesterol total darah tikus.

Pengukuran kadar kolesterol total darah tikus dilakukan dengan metode enzimatis menggunakan spektrofotometer. Plasma darah yang diperoleh setelah disentrifugasi kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sehingga terjadi reaksi seperti berikut :

Cholesterol ester + H2O

Cholesterol esterase

Cholesterol ester + Fatty acids

Cholesterol ester + O2

Cholesterol oxidase

Cholest-4-en-3-one + H2O2

2H2O2+ Phenol + 4-Aminoantipyrine

Poroxidase


(1)

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel. 15.4. Hasil uji post hoc

Multiple Comparisons LSD

Dependent Variable

(I) Kelompok Perlakuan

(J) Kelompok Perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound Kadar Kolesterol

Hari Ke-0

normal Negatif 12.088500 1.354170E1 .384 -16.36156 40.53856 Positif 32.920000* 1.354170E1 .026 4.46994 61.37006

dosis 250

mg/kgBB 10.062750 1.354170E1 .467 -18.38731 38.51281 dosis 500

mg/kgBB 21.134250 1.354170E1 .136 -7.31581 49.58431 dosis 1000

mg/kgBB 19.824750 1.354170E1 .160 -8.62531 48.27481 Negatif Normal -12.088500 1.354170E1 .384 -40.53856 16.36156 Positif 20.831500 1.354170E1 .141 -7.61856 49.28156 dosis 250

mg/kgBB -2.025750 1.354170E1 .883 -30.47581 26.42431 dosis 500

mg/kgBB 9.045750 1.354170E1 .513 -19.40431 37.49581 dosis 1000

mg/kgBB 7.736250 1.354170E1 .575 -20.71381 36.18631 Positif Normal -32.920000* 1.354170E1 .026 -61.37006 -4.46994

Negatif -20.831500 1.354170E1 .141 -49.28156 7.61856 dosis 250

mg/kgBB -22.857250 1.354170E1 .109 -51.30731 5.59281 dosis 500

mg/kgBB -11.785750 1.354170E1 .396 -40.23581 16.66431 dosis 1000

mg/kgBB -13.095250 1.354170E1 .346 -41.54531 15.35481 dosis 250

mg/kgBB

Normal -10.062750 1.354170E1 .467 -38.51281 18.38731 Negatif 2.025750 1.354170E1 .883 -26.42431 30.47581 Positif 22.857250 1.354170E1 .109 -5.59281 51.30731 dosis 500

mg/kgBB 11.071500 1.354170E1 .424 -17.37856 39.52156 dosis 1000

mg/kgBB 9.762000 1.354170E1 .480 -18.68806 38.21206

70


(2)

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dosis 500 mg/kgBB

Normal -21.134250 1.354170E1 .136 -49.58431 7.31581 Negatif -9.045750 1.354170E1 .513 -37.49581 19.40431 Positif 11.785750 1.354170E1 .396 -16.66431 40.23581 dosis 250

mg/kgBB -11.071500 1.354170E1 .424 -39.52156 17.37856 dosis 1000

mg/kgBB -1.309500 1.354170E1 .924 -29.75956 27.14056 dosis 1000

mg/kgBB

Normal -19.824750 1.354170E1 .160 -48.27481 8.62531 Negatif -7.736250 1.354170E1 .575 -36.18631 20.71381 Positif 13.095250 1.354170E1 .346 -15.35481 41.54531 dosis 250

mg/kgBB -9.762000 1.354170E1 .480 -38.21206 18.68806 dosis 500

mg/kgBB 1.309500 1.354170E1 .924 -27.14056 29.75956 Kadar Kolesterol

Hari Ke-15

Normal Negatif -29.167000* 9.619158 .007 -49.37610 -8.95790

Positif -53.385500* 9.619158 .000 -73.59460 -33.17640

dosis 250

mg/kgBB -36.173000

*

9.619158 .001 -56.38210 -15.96390 dosis 500

mg/kgBB -68.750000

*

9.619158 .000 -88.95910 -48.54090 dosis 1000

mg/kgBB -24.479250

* 9.619158 .020 -44.68835 -4.27015

Negatif Normal 29.167000* 9.619158 .007 8.95790 49.37610

Positif -24.218500* 9.619158 .021 -44.42760 -4.00940

dosis 250

mg/kgBB -7.006000 9.619158 .476 -27.21510 13.20310 dosis 500

mg/kgBB -39.583000

* 9.619158 .001 -59.79210 -19.37390

dosis 1000

mg/kgBB 4.687750 9.619158 .632 -15.52135 24.89685 Positif Normal 53.385500* 9.619158 .000 33.17640 73.59460

Negatif 24.218500* 9.619158 .021 4.00940 44.42760

dosis 250

mg/kgBB 17.212500 9.619158 .090 -2.99660 37.42160 dosis 500


(3)

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dosis 1000

mg/kgBB 28.906250

* 9.619158 .008 8.69715 49.11535

dosis 250 mg/kgBB

Normal 36.173000* 9.619158 .001 15.96390 56.38210

Negatif 7.006000 9.619158 .476 -13.20310 27.21510 Positif -17.212500 9.619158 .090 -37.42160 2.99660 dosis 500

mg/kgBB -32.577000

*

9.619158 .003 -52.78610 -12.36790 dosis 1000

mg/kg 11.693750 9.619158 .240 -8.51535 31.90285 dosis 500

mg/kgBB

Normal 68.750000* 9.619158 .000 48.54090 88.95910

Negative 39.583000* 9.619158 .001 19.37390 59.79210

Positif 15.364500 9.619158 .128 -4.84460 35.57360 dosis 250

mg/kgBB 32.577000

*

9.619158 .003 12.36790 52.78610 dosis 1000

mg/kgBB 44.270750

* 9.619158 .000 24.06165 64.47985

dosis 1000 mg/kgBB

Normal 24.479250* 9.619158 .020 4.27015 44.68835

Negatif -4.687750 9.619158 .632 -24.89685 15.52135 Positif -28.906250* 9.619158 .008 -49.11535 -8.69715

dosis 250

mg/kgBB -11.693750 9.619158 .240 -31.90285 8.51535 dosis 500

mg/kgBB -44.270750

* 9.619158 .000 -64.47985 -24.06165

Kadar Kolesterol Hari Ke 29

normal Negatif -3.545250 4.943150 .482 -13.93042 6.83992 Positif 21.931500* 4.943150 .000 11.54633 32.31667

dosis 250

mg/kgBB 20.674000

* 4.943150 .001 10.28883 31.05917

dosis 500

mg/kgBB 18.529000

* 4.943150 .001 8.14383 28.91417

dosis 1000

mg/kgBB 20.033250

*

4.943150 .001 9.64808 30.41842 negatif Normal 3.545250 4.943150 .482 -6.83992 13.93042 Positif 25.476750* 4.943150 .000 15.09158 35.86192

dosis 250

mg/kgBB 24.219250


(4)

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dosis 500

mg/kgBB 22.074250

* 4.943150 .000 11.68908 32.45942

dosis 1000

mg/kgBB 23.578500

*

4.943150 .000 13.19333 33.96367 positif Normal -21.931500* 4.943150 .000 -32.31667 -11.54633

Negatif -25.476750* 4.943150 .000 -35.86192 -15.09158

dosis 250

mg/kgBB -1.257500 4.943150 .802 -11.64267 9.12767 dosis 500

mg/kgBB -3.402500 4.943150 .500 -13.78767 6.98267 dosis 1000

mg/kgBB -1.898250 4.943150 .705 -12.28342 8.48692 dosis 250

mg/kgBB

Normal -20.674000* 4.943150 .001 -31.05917 -10.28883

Negatif -24.219250* 4.943150 .000 -34.60442 -13.83408

Positif 1.257500 4.943150 .802 -9.12767 11.64267 dosis 500

mg/kgBB -2.145000 4.943150 .669 -12.53017 8.24017 dosis 1000

mg/kgBB -.640750 4.943150 .898 -11.02592 9.74442 dosis 500

mg/kgBB

normal -18.529000* 4.943150 .001 -28.91417 -8.14383

negatif -22.074250* 4.943150 .000 -32.45942 -11.68908

positif 3.402500 4.943150 .500 -6.98267 13.78767 dosis 250

mg/kgBB 2.145000 4.943150 .669 -8.24017 12.53017 dosis 1000

mg/kgBB 1.504250 4.943150 .764 -8.88092 11.88942 dosis 1000

mg/kgBB

Normal -20.033250* 4.943150 .001 -30.41842 -9.64808

negatif -23.578500* 4.943150 .000 -33.96367 -13.19333

positif 1.898250 4.943150 .705 -8.48692 12.28342 dosis 250

mg/kgBB .640750 4.943150 .898 -9.74442 11.02592 dosis 500

mg/kgBB -1.504250 4.943150 .764 -11.88942 8.88092 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.


(5)

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Hasil Uji Statistik Berat Badan Tikus

1.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data berat badan tikus

Hipotesis :

Ho : Data berat badan tikus terdistribusi normal

Ha : Data berat badan tikus tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima

Tabel 16.1. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Induksi Hiperkolesterol

(14 hari)

Perlakuan (14 hari)

N 24 24

Normal Parametersa Mean 196.1250 227.5000

Std. Deviation 19.01741 25.01951 Most Extreme Differences Absolute .147 .098

Positive .123 .098

Negative -.147 -.055

Kolmogorov-Smirnov Z .721 .479

Asymp. Sig. (2-tailed) .676 .976

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : Data berat badan tikus terdistribusi normal

1.

Uji Homogenitas (Levene)

Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data berat badan tikus

Hipotesis :

Ho : Data berat badan tikus bervariasi homogen

Ha : Data berat badan tikus tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima


(6)

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Tabel 16.2. Hasil Uji Homogenitas

K

eputusan : data berat badan tikus bervariasi homogen.

4.

Uji One-Way ANOVA

Tujuan : untuk melihat data berat badan tikus antar kelompok terdapat

perbedaan secara bermakna atau tidak.

Hipotesis :

Ho : Data berat badan tikus tidak berbeda secara bermakna

Ha : Data berat badan tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Bila nilai signifika

nsi ≥ 0,05 Ho diterima

Tabel 16.3. Hasil Uji ANOVA

Keputusan : data berat badan tikus tidak berbeda secara bermakna.

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. Induksi Hiperkolesterol

(14 hari) 2.252 5 18 .093

Perlakuan (14 hari) 2.450 5 18 .073

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Induksi

Hiperkolesterol (14 hari)

Between Groups 3430.595 5 686.119 2.527 .067 Within Groups 4887.630 18 271.535

Total 8318.225 23

Perlakuan (14 hari)

Between Groups 3959.220 5 791.844 1.365 .283 Within Groups 10438.220 18 579.901


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba KumisKucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Normal

6 85 99

Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Krim Anti-inflamasi Ekstrak Etanol 70% Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)

9 41 106

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ALO

0 4 14

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN

0 3 15

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus

0 3 17

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus

0 2 16

PENDAHULUAN UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

0 2 4

DAFTAR PUSTAKA UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

0 3 5

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR.

9 71 93

Pengaruh Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pria Dewasa.

2 6 28