55. 4. H e m a n a and Soetedja. Advances in the preparation of tempeh. - PICUNG (PANGIUM EDULE) SEBAGAI BAHAN PENGAWET IKAN

sebagai medium untuk menjimpan spora dan sebagai bahan pengentjer untuk menumnkan kepekatan lam. L a m dapat pula dibuat dari
tempe jang dikeringkan dan didjadikan hubuk.
Dari ketiga djenis lam tersehut, laru jang dibuat dengan nasi
sebagai bahan baku ialah jang terhaik, mudah dihuat dan murah.
Kekuatannja tidak berkurang setelah disimpan pada suhu mang
(25'C) dalam tempat tertutup selarna enam hulan.
KEPUSTAKAAN
1. Yap, Bwee-Hwa. Report on special problem: nutritional and chemical studies on tempeh, an Indonesian soybean product.
Ithaca, Cornell University, 1960.
2. Stanton, W.R. and A. Wallbridge. Fermented food processes.
Process biochemistry, April, 1969.
3. Prawiranegara, Dradjat D. Food and utilization of food resources.
Proc. Fourth Pan Indian Ocean Science Congress. Section
G, Human Ecology, p. 55.
4. H e m a n a and Soetedja. Advances in the preparation of tempeh.
I. New method of preparing tempeh. Gizi Indonesia, 2 :
167, 1970.

5. Mossel, D.A.A. and M. Ingram. The physiology of the microbial
spoilage of foods. J. Appl. Bateriol, 18 : 233, 1955.


PITJUNG (PANGIUM EDULE) SEBAGAI BAHAN
PENGAWET IKAN
HEFU.fANA

Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja,
Bogor
KUTJUT SUBARIAH

Bag. Gizi dan Makanan
Dep. IKK, Faperta IPB, Bogor
DARWIN KAIWADI

Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja,
Bogor
Konsumsi protein telutama protein hewani, di Indonesia masih
rendah. Masalah defisiensi protein mempakan salah satu masalah
gizi jang belum teratasi (1).
Salah satu sumber bahan makanan pengandung protein jang
berpotensi tinggi ialah laut jang mengeliliugi kepulauan kita. Tetapi
Data penelitian In1 digunakan untuk menjusun thesls Sardjaua Pertaninn

oleh lIutjut Subariah.

60

djika diinginkan meningkatkan produksi ikan dan h a i l laut lainnja,
perlu pula dikembangkan teknologi pengawetaanja. Hal ini perlu, agar
ikan dapat dibawa ketempat-tempat konsumen jang djauh dari pantai.
hlengawet ikan dapat dilakukan dengan bzrbagai tjara, dan jang
dianggap paling murah untuk Indonesia ialab pengeringan. Namun
tjara inipun masih menghadapi kesulitan. Dibeberapa daerah penangkapan ikan garam tidak tjukup tersedia.
Tjara mengawet ikan seperti dilakukan orang di Labuan Djawa
Barat, menggunakan pitjung (Pangium edule) dan garam. Dengan
tjara ini garam jang digunakan lebih sedikit dari pada jang diperlukan untuk mengasin. Keuntungan lain ialah: untuk djangka waktu
tertentu ikan tidak mendjadi asin dan tetap mempunjai sifat seperti
ikan segar. Pada pengangkutannja tidak diperlukan suhu rendah,
djadi tidak diperlukan es, jang dibeberapa daerah djuga sukar diperoleh, atau alat transport bersuhu rendah.
Pitjung terdapat aiseluruh Indonesia, (2) memungkinkan penggunaan tjara ini didaerah-daerah penangkapan ikan jang kekurangan
es atau garam.
Penelitian ini bertudjuan menilai kegunaan tjala tenebut sehuhungan dengan kesukaan konsumen.
BAHAN DAN TJARA

Ikan jang dipakai dalam penelitian ialah ikan tambakan (Helostoma temmincki C . V . ) . Ikan dibeli di Pasar Anjar Bogor dalam
keadaan hidup. Setiba dilaboratorium ikan segera dibenihkan dan
langsung ditjampur bahan pengawet.
Bahan pengawet terdiri dari tjampuran pitjung dan garam dalam
perbandingan seperti terlihat dalam Tabel 1.

Tabel I. PERBANDINGAN DAN DJUMLAH BAHAN
PENGAWET UNTUK SATU KILOGRAM IKAN,
DALAM GRAM
Garam

Pitjung

0

31,25

62.50

93.75


Pitjung diperoleh langsung dari pohon dan baru dikeluarkan
dari buahnja apabila akan dipakai. Setelah ditumbuk sehingga mendjadi butir-butir seperti beras, ditjampur garam medja.
61

Ikan jang telah ditjampur bahan pengawet ditempatkan dalam
wadah plastik bertutup (lunch box) dan diletakkan pada suhu ruang
( 2 5 T ) . Setiap wadah berisi 250 g a m ikan. Lihat Gambar 1.
Yemeriksaan ikan dilakukan setiap hari untuk mengetahui pembusukan atau timbulnja ulat, dengan membuka tutup wadahnja.

Gambar I .

Tjara ~ n e n j i m p a n ikan
$enelition

parln

Daja awet suatu kombinasi pitjung dan garam dinjatakan dalam
t~ari. Hari terachir pengawetan ialah waktu timbul bau busuk atau
ada ulat. Dengan tjara ini ditjari: ( a ) kombinasi pitjung dan gararn

jang mempunjai daja awet paling besar, dan ( b ) djumlab bahan
pengawet jang diperlukan untuk satu kilogram ikan.
Untuk mengetahui pengaruh pitjung terliadap pertumbuhan
mikroorganisme, sepotong ketjil pitjung diletakkan diatas biakan
mikroorganisme pembusuk ikan.
Ikan jang diawet setjara diuraikan diatas dimasak sebagai pepes
dengan tjara sebagai berikut. Ikan ditjutji untuk menghilangkan
hahan pengawet. Ditambah bumhu terdiri dari: bawang merah, bawang putih, kunjit, tjabe merah, sernua ditumbuk halus. Sebagian
tjabe merah dan tornat diiris. Ditambahkan djuga daun bawang,
daun salam dan sereh jang dipotong-potong. Garam ditambahkan
0.025'j%. Setiap perlakuan dibungkus djadi satu dengan daun pisang,
kemudian dikukus dalam dandang langseng selama 45 menit.
Udji organoleptik dilakukan dengan tjara Face Hedonic Scale
( 3 ) . lkan pepes dihidangkan setelah dingin, dalam piring ketjil dengan kode menurut nomor perlakukan. Pentjitjip diminta menjatakan kesukaannja dalam lima tingkat, jang pada pengolahan statistik

dinilai dengan a n ~ k a -2,
:
-1, 0,
dapat dilihat dalam Garnbar 2.


+ 1, + 2. F o m u l i r jang digunakan

Penilaian tjita rasa

pJ@f5J@0
n

n

o

n

0

u

u

0


0

Beri tanda ( V ) pada kotak dibawah gambar jang menggambarkan
kesukaan anda terhadap makanan ini.

I

Gambar 2. Formulir untuk udji orpanoleptik
Nilai: dari kiri kekanan mnsingmasing -2, -1, 0, +I, +2
FIASIL DAN PEMBAHASAN
Daja tahan sirnpan ikan pada tiap kombinasi pitjung dan garam
terlihat dalam Tabel 2. Ternjata bahwa rnakin banjak pitjung makin
lama ikan dapat disimpan. Begitu pula pengaruh garam. Dalam
Tabel 3 clan Tabel 4 ditundjukkan perbedaan pertarnbahan daja tahan
sirnpan karena pengaruh pitjung sadja dan karena gararn sadja. Dje-

Tabel 2. DAJA TAHAN SIMPAN IKAN PADA T I A P KOMBINASI PITJUNG DAN GARAM (RATA-RATA H A R I )
Garam


Pitjung
0

SE

= 0,496

31.25

HSD:

5%: 2 3 1

62.50

1%:

93.75

3,08


las terlihat bahwa pengamh pitjung lebih besar dari pada pengamh
garam. Dengan hanja menambahkan 3% garam, daja tahan simpan
ikan segar dapat diperpandjang sampai enam hari bila ditambahkan
6% pitjung.

Tabel 3.

PENGARUH GARAM TERHADAP DATA
" TAHAN
SIMPAN (BEDA DALAM HARI)
Caram

Pitjung
0
0
R2.50
187.50
312.50


Tabel 4.

-

93.75
1,67
5.33
3,66
1.00

Pitjung
0

l'abel 5.

62,50
1,OO
2.67
3,OO
0.66


PENGARUH PITJUNG TERHADAP DAJA TAHAN
SIMPAN (BEDA DALAM HARI)

Garam
0
3125
62.50
93.75

3125
0,33
2.33
1.00
0.66

-

-

62,50
2.00
4,OO
3.67
5,66

187,50
8,67
7,34
10.67
10,66

312,50
12.67
13.00
12,33
12.00

PENGARUH PITJUNG TERHADAP PERTUMBUHAN
MIICROORGANISME PEMBUSUK IKAN (GARIS
TENGAH HALO DALAM mm)
Mikroorganisme

Pseudomonas neruginoss
Bacillus sp.
Escherichia eoli
Proteus sp.
Serratis sp.
Snrcins sp.

Dalam Tabel 5 dapat dilihat pengaruh pitjung terhadap pertumbuhan mikroorganisme pembusuk ikan (4) jang djuga diperlihatkan
dalam Gambar 3.
64

Hasil udji organoleptik disadjikan dalam Tabel 6. Ternjata
bahwa pitjung mengakibatkan penurunan kesukaan. Walaupun demikian, 6% pitjung dikombinasikan dengan 3 atau 6 penen garam
masih dapat disukai.

Gambar 3. Pengaruh pitjung terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa

Tabel 6. RATA-RATA NILAI KESUKAAN TERHADAP IKAN
JANG DIAWET DENGAN KOMBINASI PITJUNG
DAN GARAM
Pitjung
(glkg
ikan 1
0

Lama penjimpanan
(hari)
0

Garam (gwg ikan)
0

31,25

62,50

93,75

- 0.62

0.24

1.14

0.71

Menurunnja kesukaan orang terhadap ikan jang diawet dcngan
pitjung seperti didjumpai dalam penelitian ini mungkin disebabkan
karena faktor tidak biasu. Semua pentjitjip belum pernah makan
ikan seperti itu sehelumnja.
Daja mengawet pada pitjung disebabkan oleh adanja zat jang
bersifat antiseptik. Untuk mengetahui susunnn kimiawi zat ini perlu
dilakukan penelitian chusus.

Dalam pitjung terkandung pula zat ratjun berupa asam cyanida

(HCN) jang berupa ikatan glucosida gynocardin. Asam cyanida ini
baru terbebaskan bila terdjadi reaksi antara gynocardin dengan enzym
gynocardase ( 5 ) . Ratjun akan hilang bila pitjung dipanaskan, jang
rnenonaktipkan gynocardase. Peranan HCN dalam pitjung pada
pengawetan ikan penting pula untuk diteliti.

Gambnr 4 .

(atas) T j a r a rnenamhaltkan pitjung kedalam ikan di Labaan
Gambar 5. (bawah) Ikan berpitjung dipasar
Labuon

Daja tahan simpan ikan jang ditemukan dalam penelitian ini
paling lama dua minggu. Pada tjara jang dilakukan orang di Labuan
daja tahan simpannja mentjapai dua-tiga bulan, karena setiap minggu
ditambahkan pitjung baru. Ikan jang diawet setjara ini keadaannja
srtdah berlainan dari ikan segar.

Perbandingan pitjung dengan garam jang digunakan orang di
Labuan ialah 4 : 1. Djumlah tjampuran pitjung dan garam jang
digunakan untuk berat ikan tertentu tidak pasti, karena penambahannja sembarang sadja, tetapi kira-kira 1 : 2,5
Tjara menambahkan tjampuran ~ i t j u n gdan garam kedalam ikan
terlitlat dalam Gambar 4. Ikan berpitjung itu disimpan dalam kerandjang bambu seperti menjimpan ikan asin, didjual dalam keadaan
terbuka seperti terlihat dalam Gambar 5. Karena itu, walaupun
kebusukan dapat dihambat, infestasi ulat tidak dapat dihindarkan.
RINGKASAN
Pitjung (Pangium edule) mengandung zat jang berdaja antiseptik
dan dapat digunakan untuk mengawet ikan dengan kombinasi dengan
garam. Dengan hanja menambahkan 3% garam, daja tahan simpan
ikan segar dapat diperpandjang sampai enam hari bila ditambahkan
6% pitjung.
Menurut udji organoleptik, kombinasi 6% pitjung dengan 3 atau
6 persen garam dapat mempertahankan kwalitas ikan sebagai ikan
segar, djadi berguna untuk pengawetan selama pengangkutan dari
damah penangkapan ikan ketempat konsumen.
UTJAPAN TERIMA KASIH
Kepada Sdr. Suhadi Hardjo, M.Sc., Dekan, dan Sdr. Ir. H. C.
Lopulalan, Kepala Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor,
atas bantuan fasilitas alat-alat penelitian; kepada Drh. Hastowo, M.Sc.,
Kepala Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan I.P.B.
atas bantuan fasilitas mikrobiologis; kepada staf dan karjawan Balai
Penelitian Gizi Unit Sembodja dan Departemen Ilnlu Kesedjahteraan
Keluarga, Fakultas Pertanian I.P.B. atas bantuan dalam udji organoleptik.
KEPUSTAKAAN
1. Prawiranegara, Dradjat D. and Lie Goan Hong. Main nutrition
problems in Indonesia. Paediat. Indon., 2 : 7, 1962.
2. Hevne,
, . K. De nut.tige ~ l a n t e n van Indonesie. Bandung, Van
Hoeve, 1959.
i 135.
3. Ellis, Barbara Hall. Guide-book for sensory testing. 3rd ed. Chicaeo.
.. . Continental Can. 1966. D. 31.
4. Frazier, William Carroll. Food microbiol,ogy. New York, hlcGra\e
Hill, 1958. p. 288.
5. Burkill. I.H. A dictionarv of the economic wroducts of the Malav
peninsula. Crown Agents, 1935. Vol. 2 p. 1652.

b.

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN DAN NASKAH SAWER TENTANG HIVAIDS MELALUI PELATIHAN JURU SAWER (Studi di Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa Barat) Development Training Module and Manuscript Sawer About HIVAIDS Through Training Wedding Adviser (Study i

0 2 6

FENOMENA SIDANG UMUR TERHADAP KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA SIDENGOK, KECAMATAN PEJAWARAN, KABUPATEN BANJARNEGARA Age Session in Court Phenomena Associated with Low Birth Weight Infants in Sidengok Village, Pejawaran Sub District, Banja

0 0 8

PENGARUH STATUS KESEHATAN IBU TERHADAP DERAJAT PREEKLAMPSIAEKLAMPSIA DI KABUPATEN GRESIK Infl uence of Maternal Health to Degree of PreeclampsiaEclampsia in Gresik District

0 0 7

FAKTOR ORANG TUA DAN STATUS IMUNISASI DPT ANAK 12–36 BULAN DI KECAMATAN KETAPANG DAN KECAMATAN SOKOBANAH KABUPATEN SAMPANG Factor of Parents and DPT Immunization Status in Ketapang and Sokobanah Sub District, Sampang District

0 0 9

PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN ODHA DAN TERAPI ARV DI KALANGAN PECANDU NARKOBA SUNTIK Health Seeking Behavior and Antiretroviral Theraphy among Injecting Drug Users Who Living with HIVAIDS

0 0 10

DESAIN ALAT BANTU PENUNJANG LAPORAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS TINGKAT PUSKESMAS KOTA SURABAYA Design of Supporting Tools for Early Warning Alert and Response System at Primary Health Center Level in Surabaya City

0 0 9

PERBEDAAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PADA PERNIKAHAN USIA DINI DAN PERNIKAHAN USIA IDEAL DI KECAMATAN SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR TAHUN 2016 Differences of Food Security between Early and Ideal Marriages in Songgon Sub-district Banyuwangi

0 0 9

FAKTOR DETERMINAN DEPRESI POSTPARTUM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Determinants Factors of Postpartum Depression in East Lombok

1 1 7

1. Association of Official Agricultural Chemists. Official methods of - KADAR AFLATOXIN DALAM KACANG TANAH DAN HASIL OLAHANNYA

0 0 7

2. Kesehatan, Cepartemen., Bagian Gizi. Daftar Analisa Bahan Ma- - NILAI GIZI BERAS LIMA VARITAS PADI UNGGUL

0 0 6