PROFIL LITERASI SAINS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YANG DIPEROLEH DARI UJIAN BERBASIS KOMPUTER

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

  “Mengintregasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi ” Surakarta, 27 Oktober 2018

  

PROFIL LITERASI SAINS SISWA SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA YANG DIPEROLEH DARI UJIAN BERBASIS

1 KOMPUTER 1 2 3 1 Asniar , Anna Permanasari , Harry Firman , Taufik Rahman

Program Studi Pendidikan IPA, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

2 Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia

Departemen Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia,

3 Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia

Departemen Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia,

  

Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia

Email Korespondensi: niarktp@gmail.com

  

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik instrumen soal literasi sains berbasis

multimedia untuk siswa sekolah menengah pertama. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian

deskriptif di salah satu sekolah swasta di kota Bandung dengan sampel siswa kelas tiga berjumlah 99 orang

yang sedang mengikuti ujian nasional. Alur penelitian yang dilakukan yaitu melakukan kunjungan ke

sekolah menengah pertama yang sudah menerapkan ujian nasional berbasis komputer, mengkaji literatur

yang berhubungan dengan fokus penelitian, wawancara dengan guru IPA mengenai pembelajaran dan

evaluasi yang dilakukan memberikan angket kepada siswa dan wawancara dengan bagian kurikulum

sekolah. Instrumen penelitian berupa angket (angket mengenai metode pembelajaran dan variasi evaluasi

pembelajaran) dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini kegiatan

pembelajaran menggunakan teknologi seperti komputer hanya dilakukan oleh guru untuk

mempresentasikan pembelajaran. Sedangkan untuk kegiatan evaluasi seperti ulangan harian ataupun tugas,

masih menggunakan kertas dan pensil. Siswa berpendapat keterampilan menggunakan teknologi seperti

komputer diperlukan oleh siswa terutama oleh siswa kelas tiga (SS = 80,8%, S = 9,1%), untuk dapat

memiliki keterampilan menggunakan komputer dalam menghadapi UNBK diperlukan suatu pembiasaan

atau pengkondisian (SS = 70,7%, S = 29,3%) serta penggunaan komputer dalam evaluasi memungkinkan

soal tidak terbatas pada visual saja tetapi juga audio visual (SS = 90,9%, S = 9,1%) Kata kunci: UNBK, instrumen, multimedia, IPA

  (Rakhmawan, 2015). IPA adalah salah satu

  Pendahuluan

  rumpun disiplin ilmu yang memiliki tujuan untuk meningkatkan ketiga dimensi Pemerintah menetapkan Peraturan kemanusiaan paling elementer yaitu afektif,

  Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang kognitif, dan psikomotor. Agar standar pendidikan nasional yang dijadikan pembelajaran IPA ini lebih bermakna serta acuan dalam menjalankan proses pendidikan dapat berguna dalam meningkatkan kualitas di Indonesia agar tujuan pendidikan tercapai.

  SDM, maka perlu diciptakan pembelajaran Standar tersebut mencakup standar isi,

  IPA yang membuat siswa dapat standar proses, standar kompetensi lulusan, mengaplikasikan ilmunya dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan, menghadapi permasalahan di kehidupan standar sarana dan prasarana, standar sehari-hari. Dalam kata lain, dengan pengelolaan, standar pembiayaan dan pembelajaran ini siswa menjadi melek sains standar penilaian. atau memiliki literasi sains yaitu mampu

  Mewujudkan tujuan pendidikan mengaitkan dan menggunakan konsep sains sebagai upaya meningkatkan kualitas dalam kehidupan sehari-hari (Yore & sumber daya manusia salah satunya dapat

  Treagust, 2006). Literasi sains dibutuhkan dicapai dengan pembelajaran sains atau Ilmu untuk seseorang untuk bisa mengaitkan dan

  Pengetahuan Alam (IPA) yang bermakna

  Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2018 | 128 menggunakan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari (Nentwig, 2002).

  Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang bearti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf (Echols dan Shadily, 2003). Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa Inggris Science yang berarti ilmu pengetahuan. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Mahyuddin, 2007). Pudjiadi mengatakan bahwa “sains merupakan sekelompok pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah”. Dengan demikian, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2009). Literasi sains juga dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat (Yusuf, 2008). Selain dalam pembelajarannya, untuk dapat memperbaiki sistem pendidikan nasional sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM perlu dievaluasi hasil pencapaian proses belajar siswa dan dibandingkan dengan standar internasional.

  Salah satu standar internasional yang dipakai oleh Indonesia adalah standar yang diperoleh dari hasil PISA-OECD (Programme for International Student

  Assesment

  • – Organisation for Economic Co- Operation and Development) yang

  menyatakan bahwa hasil literasi anak Indonesia masih tergolong rendah dengasrfn skor rata-rata di bawah 400, berbeda dengan negara peserta OECD lain yang mendapatkan rerata skor di atas 500 (OECD, 2009; OECD, 2012).

  Pada tahun 2006 PISA mengembangkan aspek penilaiannya pada teknologi. Siswa tidak hanya dituntut untuk memahami fenomena ilmiah yang terjadi di sekitarnya tetapi juga dapat menggunakan teknologi yang telah berkembang dalam mendukung siswa untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah dan dapat bersaing dalam era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan sains dan teknologi (Erdogan dan Dede, 2015).

  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Pengembangan komputer sebagai media pembelajaran telah lama dilakukan. Berbagai kelebihan yang dimiliki komputer membuat komputer merupakan media yang menarik untuk digunakan dan dikembangkan (Suwondo, 2008).

  Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia juga tak terlepas dari perkembangan teknologi, khususnya komputer. Salah satu yang sudah terlihat jelas adalah adanya perubahan sistem ujian nasional sejak tahun 2014 yang semula dalam bentuk paper and pencils menjadi berbasis komputer. Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) disebut juga Computer

  Based Test (CBT) adalah sistem

  pelaksanaan ujian nasional dengan menggunakan komputer sebagai media ujiannya. Dalam pelaksanaannya, UNBK berbeda dengan sistem ujian nasional berbasis kertas atau Paper Based Test (PBT) yang selama ini sudah berjalan. Penyelenggaraan UNBK pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014 secara online dan terbatas di SMP Indonesia Singapura dan SMP Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Hasil penyelenggaraan UNBK pada kedua sekolah tersebut cukup menggembirakan dan semakin mendorong untuk meningkatkan literasi siswa terhadap TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Selanjutnya secara bertahap pada tahun 2015 dilaksanakan rintisan UNBK dengan mengikutsertakan sebanyak 556 sekolah yang terdiri dari 42 SMP/MTs, 135 SMA/MA, dan 379 SMK di 29 Provinsi dan Luar Negeri. Pada tahun 2016 dilaksanakan UNBK dengan mengikutsertakan sebanyak 4382 sekolah yang tediri dari 984 SMP/MTs, 1298 SMA/MA, dan 2100 SMK. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2018 | 130

  Jumlah sekolah yang mengikuti UNBK tahun 2017 melonjak tajam menjadi 30.577 sekolah yang terdiri dari 11.096 SMP/MTs, 9.652 SMA/MA dan 9.829 SMK (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).

  Penggunaan komputer dalam kegiatan evaluasi masih menjadi sesuatu yang baru di dunia pendidikan Indonesia, karena selama ini penggunaan komputer terbatas pada kegiatan pembelajaran. Penggunaan komputer sebagai sistem evaluasi masih berada pada tataran sistem evaluasi di pemerintahan dalam bentuk ujian nasional. Sedangkan pada tataran sekolah maupun kelas, sistemnya masih konvensional dalam bentuk kertas dan pensil. Literasi sains yang mencakup konten, proses, konteks, dan nilai tentu saja tidak cukup jika hanya dievaluasi secara tertulis di atas kertas yang hanya menampilkan sisi visual, tetapi akan menjadi lebih komprehensif jika disajikan dalam bentuk multimedia yang mencakup audio visual untuk bisa melihat dan mengevaluasi apakah siswa memahami peristiwa atau kejadian yang terjadi di sekitar mereka.

  Metode Penelitian

  Penelitian yang dilakukan menggunakan desain penelitian deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi terkati profil literasi sains siswa yang telah mengikuti ujian nasiona berbasis komputer. Metode penelitian yang dilakukan dalam bentuk wawancara terhadap subjek penelitian, survey dalam bentuk pembagian angket dan kuesioner yang diberikan kepada siswa.

  Lokasi penelitian dilakukan di salah satu sekolah menengah pertama swasta di kota Bandung. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

  sampling . Sampel penelitian yang terlibat

  dalam penelitian ini ada sebanyak 99 orang siswa kelas tiga sekolah menengah pertama yang sudah menerapkan ujian nasional berbasis komputer. Sampel diambil menggunakan metode purposive sampling. Sampel dipilih karena sampel sudah pernah melakukan latihan menggunakan komputer untuk persiapan ujian nasional berbasis komputer. Dengan demikian sampel sudah tidak asing lagi dengan tes berbasis komputer yang diberikan dalam penelitian ini. Sehingga mereka sudah memiliki kesiapan karena persiapan mandiri yang dilakukan.

  Alur penelitian yang dilakukan yaitu melakukan kunjungan ke sekolah menengah pertama yang sudah menerapkan ujian nasional berbasis komputer, mengkaji literatur yang berhubungan dengan fokus penelitian, wawancara dengan guru IPA mengenai pembelajaran dan evaluasi yang dilakukan memberikan angket kepada siswa dan wawancara dengan bagian kurikulum sekolah. Instrumen penelitian berupa angket (angket mengenai metode pembelajaran dan variasi evaluasi pembelajaran) dan pedoman wawancara.

  Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara untuk guru, siswa dan bagian kurikulum sekolah, serta angket siswa. Angket yang digunakan berisi pertanyaan seputar metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah serta berbagai variasi dalam penerapan sistem evaluasi pembelajaran. Angket yang digunakan terdiri atas 26 pernyataan yang perlu dijawab siswa terkait proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang biasa diberikan di kelas.

  Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Profil literasi sains siswa yang diperoleh dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pentingnya teknologi yang bisa mendukung kemampuan literasi sains mereka. Teknologi khususnya komputer merupakan instrumen yang sudah tidak asing bagi siswa di zaman sekarang. Dengan demikian, kecenderungan siswa zaman sekarang sudah cenderung merasa bahwa tekonolgi informasi itu adalah hal vital bagi hidup mereka. Semenjak kecil pun mereka sudah diperkenalkan dengan komputer. Siswa zaman sekarang mengenal lingkungan mereka melalui komputer dan dunia maya (internet).

  Beberapa informasi yang menunjukkan beberapa data penting terkait profil literasi sains siswa saat menggunakan ujian berbasis komputer.

  Gambar 1. Siswa yang berpendapat keterampilan menggunakan komputer diperlukan oleh siswa

  Berdasarkan Gambar 1, pelaksanaan sistem evaluasi berbasis kertas yang berdampak kurang baik bagi siswa khususnya saat siswa tersebut harus mengikuti ujian nasional berbasis komputer yang diselenggarakan oleh pemerintah. Saat siswa harus melaksanaan ujian nasional berbasis komputer, kebanyakan siswa harus mengikuti serangkaian pelatihan untuk mengetahui bagaimana metode pengisian lembar jawabannya dan juga waktu yang diberikan. Siswa 80,8% siswa berpendapat sangat setuju jika keterampilan menggunakan teknologi seperti komputer diterapkan lebih sering lagi dan lebih luas, bukan hanya saat pembelajaran saja, tetapi juga saat waktunya evaluasi pembelajaran. Hanya 9,1% saja yang menyatakan setuju saat ditanyakan perlu atau tidaknya penggunaan teknologi komputer untuk membangun keterampilannya.

  Gambar 2. Komposisi siswa yang berpendapat untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan komputer

dalam menghadapi UNBK diperlukan suatu pembiasaan atau pengkondisian

  Berdasarkan Gambar 2, diperoleh informasi bahwa penggunaan komputer ini memerlukan pembiasaan khusus dalam keseharian siswa. Sebanyak 70,7% siswa sangat setuju jika penggunaan komputer itu harus lebih sering lagi untuk mempersiapkan ujian nasional berbasis komputer yang akan datang. Siswa menyadari bahwa sistem evaluasi yang berlangsung secara periodik kurang mendukung siswa dalam mempersiapkan siswa menghadapi UNBK. Hal ini disebabkan karena siswa masih sangat asing dengan ujian berbasis komputer. Siswa yang sering menggunakan komputer pun bisa jadi masih asing dalam penggunaan ujian berbasis komputer.

  Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2018 | 132

  Dengan demikian, ujian nasional yang berkaitan dengan penggunaan komputer dapat terhindar dari masalah teknis seperti kekakuan siswa dalam membaca soal di depan layar komputer atau permasalahan teknis seperti tidak mengerti bagaimana cara mengisi pertanyaan demi pertanyaan dalam UNBK. Hanya sekitar 29,3% yang menyatakan hanya setuju terhadap pernyataan untuk membangun pembiasaan. Siswa berpendapat bahwa menggunakan komputer untuk setiap ujian di sekolah tidak terlalu penting disebabkan karena siswa harus memiliki komputer dalam pembelajaran, selain itu 29,3% siswa tersebut diketahui mayoritas tidak memiliki laptop untuk digunakan dalam evaluasi berbasis komputer.

  Gambar 3. Komposisi siswa yang berpendapat penggunaan komputer dalam evaluasi memungkinkan soal

tidak terbatas pada visual saja tetapi juga audio visual

  Berdasarkan Gambar 3, diperoleh informasi bahwa dalam penelitian ini pun ditemukan bahwa terdapat 90,9% siswa yang berpendapat sangat setuju terhadap penggunaaan komputer dalam evaluasi yang lebih memungkinkan soal tidak terbatas hanya pada visual saja tetapi juga audio visual. Hal ini membuat siswa lebih mampu memahami soal lebih baik lagi, tidak hanya sebatas bahasa verbal saja, tapi siswa dengan gaya belajar visual maupun auditori pun bisa memahami maksud dari soal yang diberikan. Selain itu, soal yang diberikan pun siswa merasakan lebih kontekstual ada dalam kehidupan sehari-hari mereka.

  Berdasarkan data hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah sangat tidak asing dengan teknologi komputer, karena kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan banyak menggunakan teknologi seperti komputer. Teknologi seperti komputer ini diterapkan guru untuk mempresentasikan bahan ajar di dalam pembelajaran. Sekolah tempat penelitian dilakukan ini memiliki sarana dan prasarana di atas standar dan termasuk kategori sekolah yang berkembang cukup pesat. Dengan demikian, hampir setiap kelasnya memiliki fasilitas minimal in focus untuk media pembelajarannya. Dengan demikian, di sekolah ini pembelajaran dengan menggunakan media power point sudah tidak asing lagi. Laboratorium komputer pun tersedia secara lengkap. Siswa diperbolehkan membawa laptop mereka masing-masing dan disimpan di laboratorium komputer, namun harus meminta izin terlebih dahulu jika ingin dibawa ke kelas pembelajaran.

  Sistem evaluasi yang diterapkan di sekolah masih cenderung menggunakan ujian berbasis kertas. Walaupun teknologi komputer sudah sangat sering digunakan dalam pembelajaran, namun siswa mengatakan belum pernah guru mengadakan ujian atau tes berbasis komputer. Hal ini berlaku juga untuk evaluasi pekanan atau bulanan seperti ulangan harian ataupun tugas. Siswa masih sangat terbiasa dengan ujian berbasis kertas. Ditambah lagi guru pun masih asing dengan ulangan harian, atau dalam bentuk UTS dan UAS yang didesain menggunakan komputer pada tataran pelaksanaannya. Padahal penggunaan sistem evaluasi berbasis komputer dapat membantu siswa untuk memahami konteks permasalahan seperti apa secara nyata (Fitriani, Achmad dan Kasmadi, 2012).

  Simpulan, Saran, dan Rekomendasi

  Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam

  OECD. (2012). PISA 2012 Result in Focus

  Framework: Key Competencies in Reading, Mathematics, and Science.

  OECD. (2009). PISA 2009 Assesment

  IPN-YSEG Oktober 2002. Keil, Jerman.

  Nentwig, P. (2002). “Chemie im Context- From situated learning in relevant contexts to a systematic development of basic chemical concepts”. Simposium Internasional

  Retrieved from KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN, Ujian Nasional Berbasis Komputer 2017/2018: https://unbk.kemdikbud.go.id/tenta ng

  Bandung: Tesis Sekolah Pascasarjana UPI. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2018, Oktober 20). Tentang UNBK.

  Basa Dengan Pendekatan Konstektual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA.

  Unnes Science Education Journal, 1 (2), 111-118.

  Melalui penelitian ini diperoleh informasi bahwa siswa secara keseluruhan memiliki kesadaran bahwa teknologi khususnya komputer akan lebih mampu meningkatkan literasi sains mereka. Hal ini dikarenakan keseharian siswa tidak jauh dari sentuhan teknologi komputer ini. Generasi siswa sekarang adalah generasi yang tidak bisa terlepas dari kebutuhan akan teknologi. Melalui teknologi komputer ini juga siswa mampu memahami lingkungan dan memperoleh berbagai informasi tentang lingkungan mereka dengan cepat.

  (2012). Penerapan Model Connected Bervisi Science Environment Technology Society pada Pembelajaran IPA Terpadu.

  Fitriani, S., Achmad, B., & Kasmadi, I.

  Erdoğan, Y., & Dede, D. (2015). Computer Assisted Project-Based Instruction: The effects on Science Achievement, Computer Achievement and Portfolio Assessment. International Journal of Instruction, 8 (2), 177-188.

  Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

  Echols, J. M., & Shadily, H. (2003). Kamus

  Daftar Pustaka

  Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, khususnya dari keluasan sampling yang dilakukan. Penelitian ini hanya mengambil sampel penelitian dilingkup kecil suatu wilayah lewat perwakilan dari satu sekolah. Dengan demikian, tingkat kemampuan hasilnya untuk digeneralisir itu sangat rendah. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk penelitian berikutnya agar dapat mengambil data lebih luas lagi sehingga data yang diperoleh dapat lebih mampu di generalisir.

  Pembelajaran yang baik tentu saja adalah pembelajaran yang sangat kontekstual dengan kehidupan siswa sehari- hari. Begitu juga dengan sistem evaluasi, semakin kontekstual permasalahan yang diajukan guru kepada siswa dalam sistem evaluasinya, maka siswa evaluasi pun akan semakin valid dalam mengukur kemampuan yang dimiliki siswa. Namun untuk bisa merealisasikannya, maka dibutuhkan keinginan kuat dari sekolah untuk bisa memfasilitasi siswa dengan teknologi komputer sebagai sarana sistem evaluasi yang baik, disamping untuk kepentingan pembelajaran.

  What Is Year-Olds Know and What

  They Can Do With What They Know.

  Rakhmawan, A., Setiabudi, A., & Mudzakir,

  A. (2015). Perancangan pembelajaran literasi sains berbasis inkuiri pada kegiatan laboratorium.

  Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, 1 (1), 145-154.

  Yore, L. D., & Treagust, D. F. (2006).

  Current realities and future possibilities: language and science literacy —empowering research and informing instruction. International

  Journal of Science Education, 28 (2- 3), 291 –314.

  Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2018 | 134

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERSAMAAN REAKSI KIMIA MELALUI PERMAINAN KARTU ION PADA SISWA KELAS XI KI C SMK NEGERI 2 SUKOHARJO SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 20182019

0 1 25

PERBANDINGAN CAPAIAN TIGA LEVEL REPRESENTASI KIMIA UNTUK DIMENSI KECERDASAN MAJEMUK YANG BERBEDA PADA SISWA SMA

0 0 7

UPAYA MENINGKATAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI MEDIA GARIS BILANGAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI LEREP 04 UNGARAN BARAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 6

IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA 2 KELAS VI SD 01 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2018/2019

0 0 6

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA MELALUI MODEL JIGSAW PADA KELAS VI SEMESTER 1 SDNEGERI WONOREJO 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

0 0 7

IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KD MENGIDENTIFIKASI CARA MAKHLUK HIDUP MENYESUAIKAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN TEMA PERSATUAN DALAM TAHUN AJARAN 20182019 PERBEDAAN SISWA KELAS VI SEMESTER 1 SDN 01 KARANGANYA

0 1 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)

0 0 13

Utamagaut25gmail.com Abstrak - UPAYA MENGHADAPI KRISIS LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PENGEMBANGAN MODUL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH DASAR

0 0 8

EVALUASI BERBASIS HIGH ORDER THINGKING SKILLS DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK di SD KELAS TINGGI

0 1 6

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SEBAGAI PEMBIASAAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

0 0 8