Return on Equity , Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Assets Growth, Inflasi dan Return Saham Perusahaan Property dan Real Estate

1 Eka Budi Yulianti 2 , Suratno

¹ Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640

JEL Classification

G10 F62

This paper aims to analyze return on equity , debt to equity ratio, price earning ratio , asset growth, and inflation on stock return on Property and Real

Keywords :

Estate companies. Sample collection techniques in this study is purposive sampling return on equity,

to produce 25 samples property and real estate companies. The data required in debt to equity ratio ,

this study were obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD , price earning ratio,

Indonesia Stock Exchange ( IDX ) and Bank Indonesia (BI). Data analysis method asset growth, inflation,

used is multiple linear regression using SPSS . The study concluded that simulta- and stock return.

neous return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, asset growth, and inflation significant effect on stock return. While the partial test results show return on equity, price earning ratio, and inflation significant effect on stock return and debt to equity ratio and assets growth does not significantly affect the stock return

.The results of this study indicate that the return on equity, price earning ratio, and inflation are used by investors to predict the stock return of property and real estate

company listed on the Indonesia Stock Exchange 2007-2012 period.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji return on equity , debt to equity ratio, price earning ratio, assets growth , dan inflasi terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate. Teknik pengambilan Sampel dalam peneli- tian ini adalah purposive sampling sehingga menghasilkan 25 sampel perusahaan property dan real estate. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI). Metode analisis data yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda dengan program SPSS. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan return on equity , debt to equity ratio, price earning ratio, assets growth, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan hasil pengu- jian secara parsial menunjukkan return on equity, price earning ratio, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap return saham dan debt to equity ratio dan assets growth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on equity, price earning ratio, dan inflasi yang di- gunakan oleh investor untuk memprediksi return saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012.

*Email Korespondensi: 1 eka122281@gmail.com, 2 soeratno_54@yahoo.com

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Eka, Suratno: Return on Equity , Debt to Equity Ratio...

1. Pendahuluan

makro.

Investor yang akan melakukan investasi Bisnis property dan real estate adalah

dengan membeli saham di pasar modal akan bisnis yang dikenal memiliki karakteristik

menganalisis kondisi perusahaan terlebih cepat berubah (volatile), persaingan yang ketat,

dahulu agar investasi yang dilakukannya dapat persisten,dan kompleks. Kenaikan harga properti

memberikan keuntungan (return). Memperoleh disebabkan karena harga tanah yang cenderung

return (keuntungan) merupakan tujuan utama naik, dan supply tanah bersifat tetap sedangkan dari aktivitas perdagangan para investor di demand nya akan selalu bertambah besar pasar modal. Para investor menggunakan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk

berbagai cara untuk memperoleh return yang serta bertambahnya kebutuhan manusia akan

diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan,

perilaku perdagangan saham, maupun dengan taman hiburan dan lain-lain. Sudah selayaknya

memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para apabila perusahaan pengembang mendapatkan

analisis pasar modal, seperti broker, dealer dan keuntungan yang besar dari kenaikan harga

manajer investasi. Pola perilaku perdagangan properti tersebut, dan dengan keuntungan yang

saham di pasar modal dapat memberi kontribusi diperolehnya maka perusahaan pengembang

bagi pola perilaku harga saham di pasar modal dapat memperbaiki kinerja keuangannya sehingga

tersebut. Pola perilaku harga saham akan dapat menaikkan harga saham.

menentukan pola return yang diterima dari saham Ada beberapa fenomena yang muncul

tersebut (Budi dan Nurhatmini, 2003). akhir-akhir ini pada bisnis property dan real

Return saham merupakan hasil yang estate dilingkungan global maupun regional diperoleh dari kegiatan investasi. Return

yang menarik untuk diamati, antara lain: dibedakan menjadi dua, yaitu return realisasi

(1) Tingginya tingkat pertumbuhan industri (return yang terjadi atau dapat juga disebut

property dan real estate di Indonesia pasca krisis sebagai return sesungguhnya) dan expected

moneter. Peningkatan ini terutama digerakkan return (return yang diharapkan oleh investor)

oleh banyaknya pembangunan pusat-pusat (Jogiyanto, 2003). Harapan untuk memperoleh

perdagangan, hunian mewah serta gedung-gedung return juga terjadi dalam asset financial. Suatu

perkantoran. (2) Industri property dan real estate asset financial menunjukkan kesediaan investor dikenal sebagai bisnis yang memiliki siklus yang menyediakan sejumlah dana pada saat ini untuk

cepat berubah, persisten dan kompleks. Gambaran memperoleh sebuah aliran dana pada masa yang

fenomena ini tentunya dapat mempengaruhi akan datang sebagai kompensasi atas faktor

tingkat return saham dalam perusahaan property waktu selama dana ditanamkan dan risiko yang dan real estate. ditanggung. Dengan demikian para investor

Berinvestasi di pasar modal tidak sedang mempertaruhkan suatu nilai sekarang

saja memerlukan pemikiran yanglebih rumit untuk sebuah nilai yang diharapkan pada masa

dan informasi yang lebih kompleks, namun juga menghadapiresiko yang relatif besar bila mendatang.

Investor dalam asset financial juga dibanding dengan bentuk-bentuk simpanan pada

mengharapkan return yang maksimal. Harapan sistem perbankkan. Oleh karena itu, tidak semua

untuk memperoleh return yang maksimal saham dari perusahaan yang memiliki profil

tersebut diusahakan agar dapat terwujud dengan yang baik akan memberikan return yang baik

mengadakan analisis dan upaya tindakan- pada investor sehingga diperlukan analisis yang

tindakan yang berkaitan dengan investasi dalam lebih baik dan mendalam mengenai perusahaan

sahamnya. Oleh karena itu, perlu diketahui tersebut. Perusahaan mungkin saja mengalami

faktor-faktor yang mempengaruhi return saham return yang fluktuatif setiap saat karena berbagai

sehingga harapan untuk memperoleh return yang macam faktor baik yang bersifat mikro maupun

maksimal bisa dicapai.

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hal 153- 166 ISSN 2339 - 1545

Dari data yang diperoleh peneliti dari signalling mendorong manajemen menyajikan Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai

laporan laba yang dapat mencerminkan laba dengan tahun 2012 pada perusahaan property

sesungguhnya (Sunarto, 2008). Menurut Hapyani dan real estate terlihat adanya pergerakan return

P. N. (2009), dalam membangun signaling teory saham yang fluktuatif dan terjadi kenaikan

berdasarkan adanya assimetric information maupun penurunan return saham yang cukup

antara wellinformed manager dan poorinformed signifikan, dimana return saham dari tahun 2007

stockholder Teori ini berdasarkan pemikiran ke tahun 2008 telah terjadi penurunan rata-

bahwa manajer akan mengumumkan kepada rata sebesar 191,86%, pada tahun 2009 terjadi

investor ketika mendapatkan informasi yang kenaikan rata-rata sebesar 48,05%, tahun 2010

baik, bertujuan menaikkan nilai perusahaan, return saham terus menunjukkan grafik positif

namun investor tidak akan mempercayai dengan kenaikan rata-rata sebesar 27,96%

tersebut, karena manajer merupakan interest dan tahun 2011 return saham menunjukkan

party . Solusinya perusahaan bernilai tinggi akan kenaikan rata-rata sebesar 11,74%, akan tetapi

berusaha melakukan signalling pada financial pada tahun 2012 return saham menunjukkan

policy mereka yang memakan biaya besar terjadi penurunan rata-rata sebesar 31,25% yang

sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang disebabkan dengan tingginya inflasi pada saat

memiliki nilai lebih rendah. itu.

Signal adalah proses yang memakan biaya berupa deadweight costing, bertujuan

2. Telaah Teori dan Pengembangan

untuk meyakinkan investor tentang nilai

Hipotesis

perusahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang memiliki

Teori pensinyalan menjelaskan tentang nilai lebih rendah, karena faktor biaya. Teori bagaimana para investor memiliki informasi ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat yang sama tentang prospek perusahaan manajer membedakan antara perusahaan yang memiliki perusahaan ini disebut informasi asimetris. nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki Namun dalam kenyataannya manajer sering nilai rendah dengan mengobservasi kepemilikan & memiliki informasi lebih baik dari investor struktur permodalannya serta menandai evaluasi luar. Hal ini disebut informasi asimetris dan ini tinggi untuk perusahaan yang hightly levered. memiliki dampak penting pada struktur modal Equilibrium stabil karena perusahaan bernilai yang optimal (Brigham, 2010). Signalling rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih theory juga menjelaskan mengapa perusahaan tinggi. Kelebihan teori ini adalah kemampuan mempunyai dorongan untuk memberikan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga informasi laporan keuangan pada pihak internal. salam sebagai tanggapan terhadap peningkatan Dorongan perusahaan untuk memberikan financial leverage. Kelemahan dari model ini informasi tersebut adalah karena terdapat adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan asimetris informasi antara perusahaan dan pihak hubungan kebalikan antara profitabilitas dan investor karena perusahaan mengetahui lebih leverage . Kelemahan lain adalah tidak dapat banyak mengenai perusahaan dan prospek yang menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki akan datang dibanding pihak luar (investor, potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset kreditor ) (Minar Simanungkalit, 2009). Menurut tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang teori sinyal kegiatan perusahaan memberikan dan pada perusahaan yang mature (tangible asset informasi kepada investor tentang prospek return tinggi) yang tidak menggunakan utang, akan masa depan yang substansial. Informasi sebagai tetapi di dalam teori diperlukan untuk mengurangi sinyal yang diumumkan pihak manajemen kepada efek dari ketidaksimetrisan informasi. publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus Salah satu jenis informasi yang dimasa depan (Yeye Susilowati, 2006). Motivasi dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Eka, Suratno: Return on Equity , Debt to Equity Ratio...

signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi solvabilitas; dan (5) rasio pasar. Analisis pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi

kinerja keuangan sendiri sering digunakan yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat

untuk memprediksi dari perkiraan return saham berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang

ke depan. Pada penelitian ini, faktor kinerja berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi

keuangan yang digunakan untuk melakukan non akuntansi yaitu informasi yang tidak

prediksi tersebut berupa rasio keuangan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Perusahaan

terdiri atas Asset Growth (AG), Price Earning dengan prospek yang cerah lebih memiliki untuk

Ratio (PER), Return on Equity (ROE), dan Debt tidak melakukan pendanaan melalui penawaran

to Equity Ratio (DER).

saham baru, sedangkan perusahaan dengan Asset growth menunjukkan pertumbuhan prospek buruk akan memilih untuk melakukan

asset di mana asset merupakan aktiva yang pendanaan dengan ekuitas pihak luar (Brigham

digunakan untuk aktiva operasional perusahaan. dan Houston, 2010).

Asset growth yang tinggi akan berimplikasi Menurut Jogiyanto (2009), faktor

pada tingkat resiko yang tinggi pula, hal ini fundamental adalah faktor yang berhubungan

dapat dijelaskan bahwa pemakaian aktiva dengan kondisi perusahaan, yang meliputi

yang tinggi akan memberikan tanggungan kondisi manajemen, organisasi, dan keuangan

terhadap pengembalian investasi yang tinggi perusahaan yang tercermin dalam kinerja

dan merupakan resiko yang yang tinggi apabila perusahaan. Analisis rasio merupakan alat untuk

tidak dapat menutup pengembalian investasi memberi pemahaman awal terhadap kondisi yang

tersebut. (Utami, 2001). Hartono (2009) dalam terjadi dan membantu untuk mengidentifikasi

penelitiannya menyimpulkan secara empiris area yang memerlukan investigasi lebih lanjut

bahwa Income Growth Asset Growth Sales diinterpretasi. Analisis rasio dapat dikelompokkan

Growth dan Debt to Equity Ratio (DER) ke dalam 5 macam kategori: Rasio Likuiditas

mempunyai signifikansi terhadap return saham (Liquidity ratio ), Rasio Solvabilitas (Solvency

secara bersamasama meskipun hanya mampu ratio) , Rasio Aktivitas (activity ratio), Rasio

menjelaskan 5,9% variasi pada return saham. Profitabilitas (profitability ratio) atau rasio

Pipit (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan rentabilitas, Rasio Paw (market ratio). Menurut

secara parsial hanya variabel Return on Equity Bodie (2005) Analisis rasio pasar adalah rasio

saja yang mempunyai pengaruh secara signifikan yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai

terhadap harga saham sementara Return on buku berdasarkan pada sudut pandang investor.

Asset, Rentabilitas Ekonomi, dan Pertumbuhan Ada beberapa macam rasio pasar. Price Earning

Asset tidak mempunyai pengaruh terhadap harga Ratio, Dividend yield, Dividen pay out, Earnings

saham. Secara simultan, empat rasio keuntungan yield, Price to book value. Dengan demikian

Return on Equity, Return on Asset, Rentabilitas dapat dipahami bahwa faktor fundametal adalah

Ekonomi, dan Pertumbuhan Asset mempunyai faktor yang berhubungan dengan kondisi internal

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu

Asset Growth adalah ratarata pertumbuhan kondisi dalam perusahaan tersebut. Faktor ini

kekayaan perusahaan. Bila kekayaan awal suatu sering disebut dengan kinerja perusahaan, baik

perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada kinerja keuangan maupun kinerja non keuangan.

tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi besarnya Kinerja keuangan biasa diwujudkan dengan rasio

kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin rasio keuangan yang diperoleh dari hasil analisis

besar. Demikian pula sebaliknya. Pada tingkat laporan keuangan yang diekspos kepada publik.

pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya Hanafi & Abdul Halim (2009)

kekayaan akhir tinggi berarti kekayaan awalnya mengkategorikan analisa rasio dalam lima

rendah.

kelompok, yaitu: (1) rasio likuditas; (2) rasio Price Earning Ratio (PER) adalah cara aktivitas; (3) rasio profitabilitas; (4) rasio

mengukur seberapa besar investor menilai laba

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hal 153- 166 ISSN 2339 - 1545

yang dihasilkan perusahaan. Price Earning Ratio perusahaan. Indikator Return on Equity (ROE) (PER) penting karena jumlah laba yang dihasilkan

sangat penting diperhatikan untuk mengetahui perusahaan sebetulnya akan menentukan jumlah

investasi yang akan dilakukan investor di suatu dividen yang akan bisa dibayarkan di masa yang

perusahaan mampu memberikan return yang akan datang. Jika labanya naik maka dividen

sesuai dengan tingkat yang diharapkan, Return juga akan naik. Secara umum saham dengan

on Equity (ROE) akan berubah jika earning after Price Earning Ratio (PER) yang rendah sering

tax atau equity berubah.

biasa terjadi jika ada penurunan laba bersih yang Dalam menentukan pilihannya, investor menjadi elemen pembagi dalam kalkulasi Price

biasanya akan mempertimbangkan perusahaan Earning Ratio (PER). Saham dengan Price

yang mampu memberikan kontribusi Return on Earning Ratio (PER) yang tinggi menunjukkan

Equity (ROE) yang lebih besar. Bagi investor penerbit saham tersebut tumbuh dengan pesat.

semakin tinggi Return on Equity (ROE) Zaenal Arifin (2005) mendefinisikan price

menunjukkan risiko investasi semakin kecil. earning ratio sebagai cerminan dari seberapa

Indikator Return on Equity (ROE) yang meningkat besar uang yang berani dibayar oleh investor

sangat penting diperhatikan untuk mengetahui untuk setiap lembar saham. Dengan demikian,

investasi yang akan dilakukan investor. Dengan apabila P/E ratio menunjukkan angka yang tinggi

Return on Equity (ROE) yang tinggi suatu maka investor bersediaan membayar lebih mahal

perusahaan mampu memberikan return sesuai untuk setiap lembar saham.

dengan tingkat yang diharapkan; meningkatnya Rasio ini menggambarkan ketersediaan

Return on Equity (ROE) akan meningkatkan investasi membayar suatu jumlah tertentu untuk

return saham.

setiap perolehan laba perusahaan. Price earning Tingkat kewajiban yang tinggi menjadikan ratio dapat dihitung dengan prbandingan anatara

pihak manajemen perusahaan menjadi lebih sulit harga pasar per lembar saham dan laba bersih

dalam membuat prediksi jalannya perusahaan per lembar saham. Semakin meningkatnya Price

ke depan. Financial leverage dipertimbangkan Earning Ratio (PER) mencerminkan kinerja

sebagai variabel keuangan dalam penelitian perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan

ini karena secara teoritis financial leverage memberikan respon positif bagi investor, yang

menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga mengakibatkan meningkatnya harga saham.

berdampak pada ketidakpastian suatu harga Semakin menigkatnya harga saham dengan

saham Financial leverage yang digunakan dalam sendirinya meningkatnya abnormal return saham.

penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Hal ini berarti bahwa jika Price Earning Ratio

Finacial leverage menujukkan kemampuan (PER) meningkat, return juga akan meningkat.

perusahaan dalam membayar hutang dengan Return on Equity adalah rasio untuk

equity yang dimilikinya. Tingginya finacial mengukur

leverage meunjukkan risiko finacial atau risiko memanfaatkan kontribusi pemilik dan atau

kegagalan perusahaan untuk mengembalikan seberapa efektifnya perusahaan memanfaatkan

pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. sumber-sumber lain untuk kepentingan pemilik.

Debt to Equity ratio menunjukkan Rumus untuk Return on Equity (ROE) yaitu dengan

seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh membagi Net Income After Tax (NIAT) dengan

hutang atau seberapa besar hutang perusahaan share holder equity (Brigham dan Houston dalam

berpengaruh terhadap pengelolaan akuitas. Ali Akbar Yulianto(2004)). Dari sudut pandang

Debt to Equity Ratio diperoleh dengan total investor Return on Equity (ROE) merupakan

hutang dibagi dengan total ekuitas, setiap rupiah salah satu indikator penting untuk menilai prospek

modal dijadikan jaminan untuk keseluruhan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan

utang. (Van Horme dalam Heru sutojo). Debt mengetahui tingkat Return on Equity (ROE),

to Equity Ratio (DER) yang semakin besar investor dapat melihat pertumbuhan profitabilitas

akan mengakibatkan risiko financial peusahaan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Eka, Suratno: Return on Equity , Debt to Equity Ratio...

semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang dalam suatu perekonomian. semakin besar akan mengakibatkan semakin

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya tinggi risiko untuk tidak mampu membayar

dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu hutang. Investor biasanya menghindari risiko,

panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi maka semakin tinggi Debt to Equity Ratio

mengalami permintaan atas produk yang melebihi (DER) akan mengakibatkan saham perusahaan

kapasitas penawaran paroduknya, sehingga tersebut dihindari investor, sehingga harga saham

hargaharga cenderung mengalami kenaikan. semakin rendah. dengan meningkatnya Debt to

Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan Equity Ratio (DER) berarti akan meningkatkan

penurunan daya beli uang (purchasing power of risiko berinvestasi, dengan demikian investor

money). Di samping itu, inflasi yang tinggi juga merespon negatif terhadap kinerja perusahaan.

bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang Rendahnya kinerja perusahaaan berakibat harga

diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya saham akan mengalami penurunan. Menurunnya

jika tingkat inflasi suatu negara mengalami harga saham akan mengakibatkan return yang

penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal semakin menurun

yang positif bagi investor seiring dengan turunnya Faktor-faktor yang mempengaruhi harga

resiko daya beli uang dan resiko penurunan saham yang berasal dari luar perusahaan yang

pendapatan riil (Tandelilin, 2010). menerbitkan saham. Faktor makro ekonomi ini ada yang terjadinya sepanjang waktu suku bunga

3. Metode

bank, nilai kurs valuta asing, inflasi, tapi juga ada Populasi dalam penelitian ini adalah yang terjadinya tidak menentu seperti kebijakan perusahaan property dan real estate yang ekonomi, kondisi ekonomi, statment pemerintah, tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), sesuai isuisu politik, dan informasiinformasi yang dengan publikasi ICMD 2012 untuk kelompok menyesatkan. Dalam penelitian ini, faktor makro usaha property dan real estate yang terdiri dari ekonomi yang digunakan untuk melakukan empat puluh sembilan (49) perusahaan untuk prediksi tersebut berupa inflasi. periode tahun 2007 sampai dengan 2012. Alasan Inflasi adalah ukuran ekonomi yang digunakannya data mulai dari tahun 2007 memberikan gambaran tentang meningkatnya adalah karena adanya pergerakan fluktuatif pada harga ratarata barang dan jasa yang diproduksi return saham, dan data yang digunakan adalah pada suatu sistem perekonomian (Suseno, dalam laporan keuangan enam tahun yang terakhir. Sugeng, 2004). Inflasi merupakan kecenderungan Dari empat puluh sembilan (49) perusahaan terjadinya peningkatan harga produk secara tersebut terdapat delapan belas (18) perusahaan keseluruhan (Tandefilin, 2010). Samuelson (2001) yang tidak menerbitkan data secara berturut- memberikan definisi bahwa inflasi sebagai suatu turut, mka dipilih sebanyak tiga puluh satu (31) keadaan dimana terjadi kenaikan tingkat harga perusahaan yang ada dan data yang cukup untuk umum, baik barang-barang, jasajasa maupun keperluan penelitian ini. Dan dari tiga puluh faktorfaktor produksi. Dari definisi tersebut satu (31) perusahaan yang ada tercatat enam (6) mengindikasikan keadaan melemahnya daya beli perusahaan dengan data outlier sehingga tersisa yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai dua puluh lima (25) perusahaan saja. Sedangkan riil (intrinsik) mata uang suatu negara. Inflasi Kriteria yang digunakan untuk penentuan sampel menurut Rimsky K. Judisseno (2002) adalah salah dalam penelitian ini adalah: satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu

1. Perusahaan property dan real estate yang kecenderungan akan naiknya harga barangbarang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun secara umum, yang berarti terjadinya penurunan

nilai uang. Sedangkan Sadono Sukimo (2006)

2. Data laporan keuangan tersedia untuk periode mengemukakan definisi inflasi yaitu inflasi adalah

tahun 2007 2012.

suatu proses kenaikan hargaharga yang berlaku

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hal 153- 166 ISSN 2339 - 1545

3. Perusahaan mempublikasikan laporan

Y = a + bl X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5

keuangan auditan dengan menggunakan

X5 + b6 X6 + e.

tahun buku yang berakhir pada tanggal

Dimana :

31 Desember. Kriteria ini diambil guna

Y = Return saham

memudahkan peneliti sehingga tidak perlu

X = Asset growth

melakukan konversi ke dalam 31 Desember

apabila perusahaan menerbitkan laporan X 2 = Return On Equity keuangan bukan per 31 Desember. X 3 = Price Earning Ratio

X = Debt to Equity Ratio Data yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan data sekunder dimana metode X 5 = Inflasi

a = Konstanta

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan

1 ,b 2 = Koefisien regresi dari setiap variabel in

strategi langsung dan dengan mencatat atau

dependen

mendokumentasikan data, teknik ini digunakan

e = Faktor kesalahan

untuk data lapangan dan pengumpulan data Untuk menguji signifikan model,

dan basis data yang pada laporan keuangan digunakan pendekatan ANOVA (F-Test) dan

pemahaman dan yang dipublikasikan oleh untuk menguji signifikasi koefisien regresi setiap Indonesian Capital Market Directory (ICMD) variabel independen digunakan t-test.

ataupun Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis data penelitian ini adalah

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

analisis kuantitatif. Teknik analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan regresi linier

Berdasarkan jumlah sampel yang berganda (multiple linear regression). Sebelum

memenuhi syarat untuk digunakan dalam melakukan analisis regresi linier berganda

penelitian, dapat diketahui statistik deskriptif terlebih dahulu dilakukan uji statistik deskripsi

variabel yang berfungsi untuk mengetahui dan uji asumsi klasik. Uji statistik deskriptif

karakteristik sampel yang meliputi jumlah sampel, digunakan untuk mendeskripsikan secara ringkas

rata-rata sampel (mean). Berdasarkan hasil uji variabel-variabel dalam penelitian ini. Analisis

statistic deskriptif bahwa selama periode 2007 deskripsi dilakukan untuk mengetahui gambaran

– 2012 secara umum harga saham mengalami atau deskripsi suatu data yang akan dianalisis.

kenaikan. Standar deviasi return saham sebesar Ghozali (2012) menyebutkan bahwa statistik

0,91646 atau 9,2 %, standar deviasi return saham deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi

melebihi rata-rata return sahamnya, dengan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

besarnya simpangan data menunjukkan tingginya standar deviasi, varian, maksimum, minimum,

fluktuasi variabel return saham selama periode sum, range, kurtosis dan skewness (kemenangan

pangamatan. Berdasarkan nilai rata-rata dapat distribusi). Statistik deskriptif menyaikan ukuran-

disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan ukuran numerik yang sangat penting bagi data

menghasilkan laba bagi para pemegang saham, sampel. Ukuran numerik ini merupakan bentuk

yang dapat dilihat dari kemampuan modal sendiri penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

dalam menghasilkan laba sebesar 5,3074 kali. lebih ringkas dan sederhana yang pada akhirnya

Berdasarkan nilai rata-rata dapat disimpulkan mengarah pada suatu penjelasan dan penafsiran.

bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi Penelitian ini menggunakan analisis

kewajibannya dengan equity yang dimilikinya regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk

sebesar 0,8682 kali. Berdasarkan nilai rata-rata mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan

dapat disimpulkan bahwa apresiasi pasar terhadap juga menunjukkan arah hubungan antara variabel

kemampuan perusahaan menghasilkan laba terikat dengan variabel independen. Adapun

sebesar 383,68 % atau pasar menghargai 3,8368 rumus dari regresi linier berganda (multiple linier

kali atas kemampuan perusahaan menghasilkan regesion ) adalah sebagai berikut :

laba. Berdasarkan nilai rata-rata dapat

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Eka, Suratno: Return on Equity , Debt to Equity Ratio...

disimpulkan bahwa kemampuan aset perusahaan 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. yang digunakan untuk aktiva perusahaan dalam

Hasil uji kolmogorov-Smirnov pada penelitian mempertahankan posisi ekonominya sebesar

ini menunjukkan Asymp.Sig.(2-tailed) = 0,615. 2,6581 . V ariabel inflasi merupakan ukuran

Dengan demikian, data yang digunakan pada ekonomi yang memberikan gambaran tntang

penelitian ini berdistribusi normal karena Asymp. mnngkatnya harga rata-rata barang dan jasa yang

Sig .(2-tailed) lebih besar (>) dari 0,05 dan dapat diproduksi pada suatu sistem perekonomian

digunakan untuk melakukan Uji-t dan Uji-F memiliki nilai minimum (terkecil) 2,71 dan

karena 0,615>0,05 (H˳di terima). maksimal (terbesar) 12,14, mean (nilai rata-rata)

Menurut Ghozali (2012), uji ini bertujuan 7,0139 dan standart deviation (simpangan baku)

menguji apakah pada model regresi ditemukan variabel ini adalah 2,74897.

adanya korelasi antar variabel independen. Uji asumsi klasik dilakukan untuk

Pada model regresi yang baik antar variabel memastikan bahwa model yang diuji dengan

independen sahammya tidak terjadi korelasi. uji linier berganda memenuhi syarat best, linier,

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas unbiased, dan estimated. Pengujian yang dilakukan

dalam model regresi dilakukan dengan melihat mencakup uji normalitas, multikolinearitas,

nilai tolerance dan nilai Variance Factor (VIF) heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pengujian

yang dapat dilihat dari output SPSS. Sebagai normalitas data dengan hanya melihat gafik

dasar acuannya dapat disimpulkan: dapat menyesatkan kalau tidak melihat secara

1) Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai seksama, sehingga kita perlu melakukan uji

VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa normalitas data dengan menggunakan statistik

tidak ada multikolinieritas antar variabel agar lebih meyakinkan. Untuk dapat memastikan

independen dalam model regresi. apakah data yang digunakan sepanjang garis

2) Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan

> 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada uji kolmogorov-Smirnov (1 sample KS) dengan

multikolinieritas antar variabel independen melihat data residualnya apakah berdistribusi

dalam model regresi.

normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih Hasil pengujian terhadap multikolinearitas

besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi pada penelitian ini dapat dilihat nilai VIF<10

normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari yaitu 1,151; 1,041; 1,060; 1,043; 1,091. Pada

Tabel 1. Uji White Heterokedasticity Variable

Coefficient

Std. Error

C -0.591144

AG -0.035824

0.037200 Adjusted R-squared

Mean dependent var

0.916463 S.E. of regression

S.D. dependent var

2.474333 Sum squared resid

Akaike info criterion

2.594758 Log likelihood

Schwarz criterion

2.523258 F-statistic

Hannan-Quinn criter.

1.705433 Prob(F-statistic)

Durbin-Watson stat

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hal 153- 166 ISSN 2339 - 1545

umumnya terjadinya multikolinieritas apabila nilai DW test sebagai bagian dari statistik VIF>10. berarti dapat disimpulkan bahwa dalam

nonparametrik dapat digunakan untuk menguji penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.

korelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya Uji

intercept dalam model regresi dan tidak ada menguji apakah dalam model regresi terjadi

heteroskedastisitas

bertujuan

variabel lag diantara variabel independen. Untuk variance dan residual satu pengamatan

menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka kepengamatan lain. Aka variance dari residual

dapat dideteksi dengan uji DurbinWaston test satu pengamatan kepengamatan lain tetap,

(DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda

autokorelasi pada Tabel 2.

disebut heterokedastisitas. Model regresi yang

Tabel 2. Durbin Watson d test

baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak

Pengambilan Keputusan

terjadi heterokedastisitas. Uji white dilakukan untuk menguji heteroskedastisitas dengan

NILAI DW

HASIL

Tolak Ho, korelasi serial negatif dependen dengan variabel dependen ditambah

meregresikan residual kuadrat sebagai variabel

4-dI<DW<4

4-du<DW<4-dl Hasil tidak dapat ditentukan dengan kuadrat variabel independen, kemudian

Terima Ho, tidak ada korelasi ditambahkan lagi dengan perkalian dua

2<DW<4-du

serial

variabel independen, pada Tabel 1 hasil output

Terima Ho, tidak ada korelasi menunjukkan nilai Obs*R-squared dibawah

du<DW<2

serial

Hasil tidak dapat ditentukan lebih besar daripada α = 0,05, dengan demikian

0,05, sedangkan nilai probabilitas (chi-square)

dl<DW<du

Tolak Ho, korelasi serial positif kita dapat menerima hipotesis nol bahwa data tidak mengandung masalah heteroskedastisitas .

0<DW<dl

Hasil Uji Hipotesis

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji Pengujian hipotesis mencakup uji model

apakah dalam suatu model regresi linier ada penelitian dengan menggunakan uji F dan

korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) Adjusted R-Squared serta Uji pengaruh masing-

pada periode t dengan kesalahan pada periode masing variable terhadap dependen variable.

t1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka Rangkuman hasil pengujian tersebut dapat dilihat

dinamakan ada problem auto korelasi (Ghozali,

pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis Keterangan

B Std. Error

0.009 ASSET GROWTH

Adjusted R-Square

Sig. F

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Eka, Suratno: Return on Equity , Debt to Equity Ratio...

Uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen Uji t dilakukan untuk menguji koefisien yang dimasukkan dalam model mempunyai

regresi secara parsial dari variabel independennya. pengaruh secara bersamasama terhadap variabel

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan terikat (Ghozali, 2012). Pada tabel anova dapat

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen diketahui dengan nilai signifikan dalam penelitian

secara individual dalam menerangkan variasi ini adalah 0,000 yang berarti angka ini berada

variabel dependen (Ghozali, 2012). Tingkat dibawah 0,05. Diketahui bahwa F tabel adalah

signifikansi yang digunakan sebesar 5%, dengan sebesar 2,28 sedangkan F hitung adalah sebesar

derajat kebebasan df = (k1), dimana (n) adalah 8,641 yang berarti F hitung >F tabel (8,641 > 2,28).

jumlah observasi dan (k) adalah jumlah variabel. Kesimpulan yang dapat diambil adalah H˳ ditolak

Uji ini dilakukan dengan membandingkan t sehingga variabel return on equity (ROE), price

hitung dengan t tabel dengan ketentuan Ho earning ratio (PER), debt to equity ratio (DER),

diterima jika t hitung < t tabel untuk a = 5%, asset growth (AG) , dan inflasi secara simultan

untuk mengetahui pengaruh masing-masing (bersama-sama) berpengaruh sinifikan terhadap

variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu return saham.

antara variabel return on equity (ROE), debt to Besarnya kontribusi antara variabel return

equity ratio (DER), price earning ratio (PER), on equity (ROE), price earning ratio (PER), debt

asset growth (AG) , dan inflasi terhadap return to equity ratio (DER), asset growth (AG), dan

saham dalam penelitian ini dilakukan pengujian inflasi terhadap return saham pada perusahaan

terhadap koefisien regresi yaitu dengan uji t. property dan real estate yang terdaftar di bursa

Dapat diketahui nilai probabilitas value masing- efek indonesia dapat diketahui dari nilai koefisien

masing variabel independen terhadap variabel determinasi ganda atau R². Dalam penelitian

dependen. Jika probabilitas value > 0,05 maka ini penulis menggunakan pengukuran dengan

H˳ ditolak dan jika probabilitas value < 0,05 adjusted R². Koefisien Determinasi adalah

maka Hа diterima. Atau Jika t hitung >t tabel yaitu ta bagian dari variasi total dalam variabel dependen

(k-1,n-k), maka H0 ditolak yang berarti variabel yang dijelaskan oleh variasi dalam variabel

independen (ROE, PER , DER , AG , dan Inflasi) indepen, disebut juga dengan RSquared dan

secara individu (parsial berpengaruh terhadap

dinotasikan dengan R 2 . Koefisien deteterminasi

variabel dependen (RS).

(R 2 ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh Variabel Return on equity (ROE) kemampuan model dalam menerangkan variasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap return variabel dependen.

saham. Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikan Nilai koefisien korelasi antara variabel

0,000 dibawah (lebih kecil) dari 0,05 . Variabel

Debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif INFLASI (X 5 ) terhadap rs (Y) adalah 0,780, dan

ROE (X 1 ), DER (X 2 ), PER (X 3 ) AG (X 4 ) dan

dan tidak signifikan terhadap return saham. besarnya koefisien determinasi (Adjusted R²)

Hal ini terlihat dari nilai signifikan 0.972 diatas diperoleh sebesar 0,640, sedangkan dari tabel

(lebih besar) dari 0.05. Variabel Price earning

ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan 0,654, artinya 65% variasi yang terjadi terhadap

dapat dibaca pula bahwa nilai R square (R 2 ) adalah

terhadap return saham. Hal ini terlihat dari nilai tinggi atau rendahnya return saham disebabkan

signifikan 0.009 dibawah (lebih kecil) dari 0.05. variasi ROE, DER, PER, AG dan INFLASI

Variabel aseets growth (AG) berpengaruh negatif sedangkan sisanya (35%) dipengaruhi variabel

dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal lain diterangkan Adjusted R square merupakan

ini terlihat dari nilai signifikan 0.249 diatas (lebih nilai R 2 yang disesuaikan sehingga gambarannya besar) dari 0.05. Variabel inflasi berpengaruh

lebih mendekati mutu penjajakan model dalam positif dan signifikan terhadap return saham. populasi. Std. Error of the Estimation merupakan kesalahan standar dari penaksiran dan bernilai

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hal 153- 166 ISSN 2339 - 1545

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Pembahasan

Hasil uji berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS 17 maka dapat diperoleh hasil bahwa penelitian ini bebas dari uji asumsi klasik, dan dilihat dari uji f semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, hasil dari uji t secara parsial variabel Variabel Return on equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, variabel Debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. ,variabel Price earning ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

Hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel return on equity (ROE) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham . Hal ini menunjukkan bahwa besarnya return on equity (ROE) pada perusahaan property dan real estate berpengaruh signifikan terhadap return saham , dan mengindikasikan bahwa investor memandang return on equity (ROE) memiliki peranan dalam melakukan/ membuat keputusan investasi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sunarto (2001), menemukan bahwan ROA, ROE, Leverage berpengaruh sinifikan terhadap return saham; ROA dan ROE berpengaruh paling konsisten terhadap return saham, sedang leverage tidak konsisten berpengaruh terhadap return saham. Penelitian serupa juga dilakukan oleh nainggolan (2004), menemukan bahwa EPS, DER, PER, ROI dan ROE berpengaruh terhadap harga saham sektor properti. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan noersasongko dan nila wulandari, mereka menemukan secara parsial EVA dan ROA, ROE, Return on Sale, Basic Earning Power tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa variabel debt to equity ratio (DER), secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya debt to equity ratio (DER) pada perusahaan property dan real estate berpengaruh

tidak signifikan terhadap return saham , dan mengindikasikan bahwa investor memandang debt to equity ratio (DER) tidak memiliki peranan dalam melakukan/membuat keputusan investasi. Hasil penelitian ini medukung penelitian Abidin J (2009), menemukan bahwa ROA, ROE, PER dan DER berpengaruh yang rendah terhadap harga saham, sedangkan EPS, BV, ROI, OPM dan beta secara simultan berepngaruh terhadap harga saham. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nainggolan (2004), menemukan bahwa EPS, DER,PER,ROI dan ROE berpengaruh terhadap harga saham sektor properti.

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa variabel price earning ratio (PER) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya price earning ratio (PER) pada perusahaan property dan real estate berpengaruh signifikan terhadap return saham , dan mengindikasikan bahwa investor memandang price earning ratio (PER) memiliki peranan dalam melakukan/ membuat keputusan investasi. Hasil penelitian ini medukung penelitian Aydogan dan Gursoy (2002) yang menyatakan bahwa rasio PER dan PBV memiliki kemampuan signifikan dalam menjelaskan ekspekted return saham sepanjang waktu di pasar modal negara berkembang. Hasil penelitian ini juga senada dengan penelitian Nainggolan (2004), menemukan bahwaEPS, DER,PER,ROI dan ROE berpengaruh terhadap harga saham sektor properti. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Abidin J (2009), menemukan bahwa ROA, ROE, PER dan DER berpengaruh yang rendah terhadap harga saham, sedangkan EPS, BV, ROI, OPM dan beta secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

Hipotesis keempat menyatakan bahwa variabel asset growth (AG) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya asset growth (AG) pada perusahaan property dan real estate berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham , dan mengindikasikan bahwa investor memandang asset growth (AG) tidak memiliki

Eka, Suratno: Return on Equity , Debt to Equity Ratio...

peranan dalam melakukan/membuat keputusan terhadap return saham , dan mengindikasikan investasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan

bahwa investor memandang debt to equity penelitian Irianto Warsito (2003) menemukan

ratio (DER) tidak memiliki peranan dalam bahwa pengujian secara simultan dan parsial

melakukan/membuat keputusan investasi. pengaruh pertumbuhan aktiva, rasio prifitabilitas

Penelitian ini medukung penelitian Abidin J dan beta akuntansi terhadap beta saham. Hasil

(2009), dan penelitian Nainggolan (2004). penelitian ini berbeda dengan wiwik Utami (2006)

2. Variabel price earning ratio (PER) secara yang menyimpulkan bahwa faktor fundamental

parsial berpengaruh positif dan signifikan perusahaan yang terdiri dari leverage ratio,

terhadap return saham. Hal ini menunjukkan deviden payout ratio, debt to equity ratio, asset

bahwa besarnya price earning ratio (PER) growth, operating ratio, sales growth berpengaruh

pada perusahaan property dan real estate secara signifikan

berpengaruh signifikan terhadap return Hipotesis kelima menyatakan bahwa

saham , dan mengindikasikan bahwa variabel inflasi secara parsial berpengaruh positif

investor memandang price earning ratio dan signifikan terhadap return saham . Hal

(PER) memiliki peranan dalam melakukan/ ini menunjukkan bahwa besarnya inflasi pada

membuat keputusan investasi. Penelitian ini perusahaan property dan real estate berpengaruh

medukung penelitian Aydogan dan Gursoy signifikan terhadap return saham , dan

(2002), dan penelitian Nainggolan (2004). mengindikasikan bahwa investor memandang

3. Variabel asset growth (AG) berpengaruh inflasi memiliki peranan dalam melakukan/

positif dan tidak signifikan terhadap return membuat keputusan investasi. Hasil penelitian ini

saham. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan

asset growth (AG) pada perusahaan property yang dilakukan oleh tarazi dan gallato (2012)

dan real estate berpengaruh tidak signifikan serta sari dan soytas (2005) yang menyatakan

terhadap return saham , dan mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

bahwa investor memandang asset growth (AG) inflasi dan return saham.

tidak memiliki peranan dalam melakukan/ membuat keputusan investasi. Penelitian ini

5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Implikasi

sejalan dengan penelitian Irianto Warsito

Hasil Penelitian

4. Variabel inflasi secara parsial berpengaruh Variabel return on equity (ROE) secara

positif dan signifikan terhadap return saham . parsial berpengaruh positif dan signifikan Hal ini menunjukkan bahwa besarnya inflasi terhadap return saham . Hal ini menunjukkan pada perusahaan property dan real estate bahwa besarnya return on equity (ROE) pada berpengaruh signifikan terhadap return perusahaan property dan real estate berpengaruh saham , dan mengindikasikan bahwa investor signifikan terhadap return saham , dan memandang inflasi memiliki peranan dalam mengindikasikan bahwa investor memandang melakukan/membuat keputusan investasi. return on equity (ROE) memiliki peranan dalam Penelitian ini sejalan dengan dengan melakukan/membuat

keputusan

investasi.

penelitian yang dilakukan yang dilakukan Penelitian ini didukung oleh Sunarto (2001) dan oleh tarazi dan gallato (2012) serta sari dan oleh nainggolan (2004)

soytas (2005).

1. Variabel debt to equity ratio (DER), secara

5. Hasil pengujian secara simultan dengan parsial berpengaruh negatif dan tidak

menggunakan semua variabel independen signifikan terhadap return saham. Hal ini yaitu, return on equity (ROE), debt to equity menunjukkan bahwa besarnya debt to equity ratio (DER), price earning ratio (PER), ratio (DER) pada perusahaan property dan asset growth (AG) , dan inflasi menunjukkan real estate berpengaruh tidak signifikan pengaruh secara signifikan dan simultan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hal 153- 166 ISSN 2339 - 1545

terhadap return saham perusahaan property rasio fundamental terhadap harga saham dan real estate yang terdaftar pada bursa

sektor telekomunikasi periode 1997-2005 efek indonesia pada periode 2007 – 2012.

Di BEJ. Proceeding Seminar Nasional Dari penelitian sebelumnya sepengetahuan

SMART Membaca Jaman Dalam Perspektif penulis belum ada yang meneliti pengaruh

Manajemen. 99-116

return on equity (ROE), debt to equity ratio Husnan., & Suad. (2005). Dasar-Dasar Teori (DER), price earning ratio (PER), asset

Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: growth (AG) , dan inflasi terhadap return

UPP:AMP YKPN

saham secara simultan. Jones., & Charles. P, 2010. Investment: Analysis and Management . 8th edition. New York:

Daftar Pustaka

John Wiley and Sons, Inc Mais., Rini., & Gusliana. (2005). Pengaruh Arifin, Ali. (2009). Membaca Saham, Edisi

Rasio –Rasio Keuangan Utama Perusahaan Ketiga, Cetakan Keempat. Yogyakarta: CV.

Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Andi Offset.

Terdaftar Di JII tahun 2004 Brigham., Eugene, F., & Houston, Joel F. (2011).

Manao, H. & Nur, D. (2001) “Asosiasi Rasio Essential of Financial Management , Jakarta:

Keuangan dengan Return: Pertimbangan Salemba Empat

Ukuran Perusahaan Serta Pengaruh Krisis Bulzuardi, Aminudin. (2002). Pengaruh Rasio

Ekonomi di Indonesia”. Simposium Nasional Keuangan Terhadap Harga Saham . Thesis

Akuntansi IV.

Pascasarjana UI Meriewaty, D., & Setyani, A. Y., (2005), Basu, S, 2011. “The Information Content of Price-

“Analisis rasio keuangan terhadap perubahan Earnings Ratios.” Financial Management

kinerja pada perusahaan di industri food and

12. beverages yang terdaftar di BEJ,” Prosiding Brigham., Eugene., F & Joel F. Houston., (2010).

SNA VIII.