PENGARUH DOSIS DAN INTERVAL WAKTU SEMPROT ANTI INVERSI TERHADAP KARAKTERISTIK BIBIT TEBU KEPRASAN Effect of Time Interval and Dosage Spray Anti Inversion of Characteristic Cane Breeding Keprasan

  

PENGARUH DOSIS DAN INTERVAL WAKTU SEMPROT ANTI INVERSI

TERHADAP KARAKTERISTIK BIBIT TEBU KEPRASAN

Effect of Time Interval and Dosage Spray Anti Inversion of Characteristic

Cane Breeding Keprasan

  

1*

  1 M. Roekaqo Taufiqul H , Wahono Hadi Susanto

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email: kaqoroe@gmail.com

  

ABSTRAK

  Kerusakan nira pada bibit tebu keprasan banyak disebabkan karena kontaminasi mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya reaksi invertasi. Cara penghambatan proses invertasi ini dengan pemberian anti inversi pada bibit tebu keprasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dan interval waktu semprot yang optimal dalam penghambatan inversi sukrosa nira bibit tebu keprasan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor dengan 3 kali pengulangan. Data hasil pengamatan dianalisa dengan menggunakan ANOVA. Apabila dari hasil uji menunjukkan adanya interaksi kedua perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan selang kepercayaan 5%. Jika tidak ada interaksi maka dilakukan uji BNT dengan selang kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akibat dosis dan interval waktu semprot anti inversi memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan asam total, nilai pH dan jumlah anakan hari ke 30. Sedangkan terhadap kandungan klorofil, jumlah anakan hari ke 15 dan Total Plate Count tidak memberikan pengaruh yang nyata. Kata Kunci: Anti Inversi, Bibit Tebu Keprasan, Germinasi Tebu, Reaksi Inversi

  

ABSTRACT

Damage on seed cane juice keprasan mostly due to contamination of

microorganisms. The microorganism contamination will cause a reaction invertasi on

sugarcane. Inhibition of this invertasi process needs to be done in order to obtain good

germination in sugarcane. The trick is the provision of anti-inversion on keprasa seed

cane. This study aimed to determine the effect of dose and time interval spray on seed

cane keprasan characteristics and to determine the optimal provision of anti-inversion

in the inhibition of sucrose inversion keprasan seed cane juice. This study uses a

randomized block design (RBD) is arranged with 2 factors with 3 repetitions. The data

were analyzed using ANOVA. If the test results indicate the presence of the interaction

of the two treatments, then tested further by Duncan's Multiple Range Test ( DMRT ) at

5 % confidence interval. If there is no interaction then tested LSD with 5 % confidence

interval. The results showed that the treatment caused dose and time interval spray

anti inversion gives significant effect on total acid content, pH value and the number of

tillers 30 day. Whereas the chlorophyll content, number of tillers 15 day and Total Plate

Count no real effect.

Keyword: Anti Inversion, Germination of Sugarcane, Inversion Reaction, Sugarcane

Keprasan Seed

  

PENDAHULUAN

  Data produksi tebu hingga pekan kedua September mengalami penurunan 10- 20% dibanding produksi 2012 atau kira-kira maksimum hanya 2.3 juta ton. Produksi sebanyak itu baru mencukupi 40% kebutuhan gula nasional [1].

  Masalah yang terjadi pada kurangnya produksi gula nasional karena semakin terbatasnya lahan untuk pertanian tebu di Indonesia yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Oleh karena itu salah satu solusi yang bisa diberikan adalah dengan peningkatan kualitas bibit tebu. Diharapkan dari kualitas bibit yang baik akan semakin meningkatkan jumlah produksi gula nasional.

  Penelitian ini mengacu pada proses penghambatan kerusakan cadangan makanan tanaman tebu oleh mikroorganisme. Cara yang dilakukan adalah dengan pemberian bahan anti inversi. Selain itu anti inversi juga bisa digunakan sebagai zat pemacu tumbuh yang berfungsi sebagai anti mikroba atau buffer nutrisi dan juga berfungsi sebagai perangsang tumbuh pada bibit tebu. Anti inversi merupakan bahan anti inversi yang mengandung senyawa carboxylic benzene dan mono unsaturated

  

fatty acid yang keduanya merupakan jenis bahan pengawet yang termasuk golongan

GRAS (Generalty Recognized as Safe). Kedua senyawa ini mampu merusak membran

  sel bakteri yang mampu mengeluarkan enzim invertase. Penyemprotan larutan anti inversi dapat mengurangi jumlah mikroba yang tidak diinginkan sehingga akan meningkatkan jumlah cabang pada tunas bibit tebu.

  Proses penghambatan pertumbuhan mikroorganisme terjadi karena adanya denaturasi membran sel mikroorganisme oleh carboxylic benzene dan penghambatan pertumbuhan dan reproduksi khamir oleh mono unsaturated fatty acid. Proses invertase tersebut dapat menyebabkan pemecahan nira tebu menjadi sukrosa dan fruktosa yang diubah alkohol oleh Saccharomyces dan selanjutnya oleh Acetobacter akan diubah menjadi asam cuka. Proses tersebut akan mengakibatkan pH menurun sehingga cadangan makanan akan rusak. Bahan cadangan makanan yang masih baik akan menyebabkan penyerapan unsur-unsur cadangan makanan optimal sehingga menghasilkan germinasi yang baik.

  

BAHAN DAN METODE

Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu bahan dalam laboratorium dan pada lahan peercobaan. Bahan pada lahan percobaan terdiri dari tebu var. PS 861, Anti inversi, pupuk tunggal urea, pupuk majemuk NPK, pupuk biokompos. Bahan pada Laboratorium terdiri dari Media PCA (Plate Count Agar), pepton, akuades, alkohol 70%, amonium sulfat, HCl 4N, asam sitrat, dibasik sodium fosfat, dinitrosalisilat, sukrosa 4% dan NaOH.

  Alat

  Alat yang digunakan terbagi dua yaitu alat glass ware dan non glass ware. Alat glass wareterdiri dari Cawan petri (pyrex) , Erlenmeyer (pyrex) , pipet volum 25 ml

  

(pyrex) , beaker glass 500 ml (pyrex) , beaker glass 200 ml (pyrex) , beaker glass 250 ml

(merk Turbo Mixer)

  

(pyrex) . Alat non glass ware terdiri dari vortex , autoklaf, toples,

  ember plastik, pisau stainless steel, mikropipet, tip hot plate, inkubator, mikroskop, tabung reaksi, rak, lampu spirtus, tissue, kapas, colony counter, stomacher, pH meter (merk Hanna), timbangan analitik (merk Denver Instrument XP-1500) .

  Desain Penelitian

  Penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) yang disusun secara faktorial, terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I adalah dosis Anti inversi (0, 1000, 2000 dan 3000 ppm). Faktor II adalah interval waktu penyemprotan Anti inversi pada tebu keprasan (0 dan 24 jam setelah kepras). Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara statistik dengan menggunakan analisa ragam (ANOVA), jika terdapat pengaruh akibat perlakuan maka diteruskan dengan uji beda BNT (Beda Nyata Terkecil) atau DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% tergantung dari tingkat uji signifikansinya.

  Tahapan Penelitian 1) Preparasi Pertumbuhan Tebu

  Tebu yang telah dipanen/dikepras dibersihkan dari daun dan kotoran-kotoran lain yang menempel pada batangnya. Tebu yang telah disemprot Anti inversi dibiarkan tumbuh dengan pengairan secukupnya kemudian dilakukan pedot toyot untuk diberikan pupuk kompos, pupuk tunggal (N) dan pupuk majemuk (NPK) dengan dosis yang sama. Setelah itu dilakukan penyemprotan Anti inversi sesuai dengan dosis dan interval waktu yang telah ditentukan.

2) Cara Pengambilan Sampel dilahan

  Tebu yang telah di semprot Anti inversi dilakukan pengambilan sampel dengan cara tebu yang telah disemprot dipotong sekitar 20 gram per batang dalam satu rumpun tanaman tebu untuk dilakukan uji analisa pH, total asam, aktivitas enzimatis

  o

  dan Total Plate Count. Potongan tebu ditaruh pada cool box bersuhu 0 C untuk mengurangi pertumbuhan bakteri selama perjalanan ke laboratorium kurang lebih 6 jam.

  Analisis Prosedur

  Analisa yang dilakukan meliputi analisa sebagai berikut :

  a. Analisa pH [2] 6 jam setelah disemprot

  b. Analisa Total Asam Terlarut [3] 6 jam setelah disemprot

  c. Analisa Total Mikroba, metode Total Plate Count [4] 6 jam setelah disemprot

  d. Analisa Aktivitas Enzim [5] 6 jam setelah disemprot

  e. Analisa Klorofil setelah umur bibit 30 hari setelah dikepras

  f. Perhitungan Jumlah anakan pada 15 dan 30 hari setelah dikepras

  HASIL DAN PEMBAHASAN 1. pH Nira Tebu Setelah Pemberian Anti Inversi pH merupakan salah satu indikasi untuk mengetahui kerusakan nira tebu.

  Derajat keasaman nira tebu yang kurang dari 5 dianggap tidak baik untuk diolah lebih lanjut [6]. Semakin rendah nilai pH nira tebu. penguraian sukrosa akan terjadi lebih cepat dan kualitas nira menurun. Rerata nilai pH nira tebu setelah penyemprotan bahan anti inversi mengalami peningkatan pada perlakuan jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyemprotan anti inversi. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa rerata pH cenderung meningkat pada semua perlakuan. Pada pH sebagai pengaruh dosis dan interval waktu berkisar antara

  4.82

  • – 5.43. pH tertinggi diperoleh dari perlakuan penyemprotan anti inversi dengan dosis 3000 ppm dan interval waktu 24 jam. sedangkan pH terendah diperoleh pada perlakuan tanpa penyemprotan dan interval waktu 0 jam.

  Penurunan pH pada batang tebu selama interval disebabkan oleh adanya penambahan asam hasil penguraian gula reduksi. Gula reduksi merupakan komponen nira. dimana semakin lama penyemprotan anti inversi semakin asam kondisi pH-nya. Setelah tebu terpotong, terjadi aktivitas mikroorganisme antara lain bakteri

  

Leuconostoc mesenteroides yang terjadi mulai dari invertase sukrosa dan akan

  menghasilkan dekstran. Meskipun dalam jumlah kecil berarti ada kehilangan gula dan dekstran yang akan memberikan efek menyulitkan dalam proses pembentukan makanan pada bibit tebu [7].

  6.00

  5.50 pH

  5.00

  4.50 0 jam

0 ppm 1000 2000 3000

24 jam ppm ppm ppm

  

Dosis anti inversi

  Gambar 1. Grafik pH Nira Bibit Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

2. Total Asam Nira Tebu Setelah Pemberian Anti Inversi

  Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa rerata total asam cenderung meningkat pada semua perlakuan. Kandungan total asam sebagai pengaruh metode penyemprotan dan interval waktu penyemprotan berkisar antara 1.09 – 1.36. Kandungan total asam tertinggi diperoleh dari tanpa perlakuan penyemprotan anti inversi dan interval waktu 24 jam. sedangkan total asam terendah diperoleh pada perlakuan penyemprotan dengan dosis 3000 ppm dan interval waktu 0 jam.

  1.50

1.00 Asam

  0.50

tal 0 jam

  0.00 To 0 ppm 1000 2000 3000 24 jam ppm ppm ppm

  

Dosis anti inversi

  Gambar 2. Grafik Rerata Total Asam Bibit Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Hal ini sesuai dengan literatur yang menjelaskan tentang salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas media perkecambahan pada tebu keprasan adalah kandungan total asam. Media perkecambahan tebu yang terkontaminasi oleh mikroorganisme dapat mengalami reaksi fermentasi lanjut yang disebut reaksi invertasi. Proses inversi dapat terjadi secara sempurna selama 48

  • – 72

  o

  jam pada suhu 50 C dengan pH 4.20 [8]. Nira tebu yang mempunyai suasana asam merupakan tempat optimal bagi berkembangnya mikroorganisme [9].

  Peningkatan total asam dalam tebu tanpa perlakuan penyemprotan anti inversi yang lebih curam menunjukkan bahwa aktifitas mikroorganisme yang mengkontaminasi tebu tersebut lebih tinggi daripada yang mengkontaminasi tebu dengan penyemprotan anti inversi. Hal tersebut disebabkan karena adanya komponen anti mikroba dalam bahan yang ditambahkan sehingga aktifitas mikroorganisme kontaminan dapat dihambat. Sehingga dapat disimpulkan perlakuan penyemprotan anti inversi dan dengan interval yang terendah efektif untuk mengurangi kerusakan sumber makanan bagi germinasi tebu.

  3 y = -2.534x + 14.54 sam

2 R² = 0.658

  A

  1 tal To

  4.6

  4.8

  5

  5.2

  5.4

  5.6 pH

  Gambar 3. Hubungan Analisa pH dan Total Asam Bibit Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Berdasarkan Gambar 3, menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.66 dengan mengikuti persaman non linier y = -2.53 x

  • – 14.54. Hal ini menunjukkan belum adanya korelasi antara pH dan total asam. Namun dari grafik dapat disimpulkan bahwa semakin rendah nilai pH maka nilai total asamnya juga semakin menurun. Penurunan pH dan menurunnya kadar total asam disebabkan oleh adanya proses inversi sukrosa oleh mikroba yang menyebabkan sukrosa terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Suasana asam yang terjadi karena aktifitas mikroorganisme pada bahan semakin meningkat.

3. Total Plate Count (TPC) Bibit Tebu Keprasan

  Mikroba merupakan penyebab terbesar terjadinya inversi karena menyumbang sebagian besar enzim invertase yang mampu memecah sukrosa menjadi gula reduksi yaitu glukosa dan fruktosa. Grafik rerata jumlah mikroba dapat dilihat pada Gambar 4.

  15.00 t n

  10.00 u l) Co

  5.00 0 jam ate

0.00 Pl

  (CFU/m 0 ppm 1000 2000 3000 24 jam tal ppm ppm ppm

  To Dosis anti inversi

  Gambar 4. Grafik Rerata Jumlah Mikroba Bibit Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Gambar 4 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah mikroba pada semua perlakuan setelah mengalami penyemprotan bahan anti inversi jika dibandingkan dengan tebu yang tidak disemprot. Jumlah mikroba terbesar terdapat pada tebu yang tanpa disemprot, dimana dari semua perlakuan jumlah mikroba terbesar terdapat pada perlakuan tanpa penyemprotan dengan interval waktu 24 jam. Jumlah mikroba terkecil terdapat pada perlakuan tebu yang disemprot bahan anti inversi dengan dosis 3000 ppm dan interval waktu 0 jam. Adanya penurunan jumlah mikroba pada tebu untuk perlakuan penyemprotan bahan anti inversi. Semakin banyak penyemprotan maka jumlah mikroba semakin rendah. Hal ini dikarenakan bahan anti inversi memiliki senyawa aktif yang mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Hasil total plate count yang dihasilkan tidak terlalu besar, hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa mikroba dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner, yaitu dari satu sel membelah menjadi 2 sel baru. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu generasi. Tiap mikroba mempunyai waktu generasi yang berbeda beda, dari yang beberapa menit, beberapa jam, sampai beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya [10]. Jika semakin lama interval waktu penyemprotan maka akan memberikan waktu yang cukup bagi mikroba penginversi khususnya saccharomyces untuk terus tumbuh dan merusak sukrosa dalam nira.

4. Analisa Aktivitas Enzimatis Enzim merupakan katalis yang mampu mempercepat reaksi enzim invertase.

  Meskipun katalis hanya berjumlah sedikit, namun mempunyai kemampuan unik untuk mempercepat berlangsungnya reaksi kimiawi tanpa enzim itu sendiri terkonsumsi atau berubah setelah reaksi selesai. Sekalipun semua enzim dihasilkan di dalam sel, beberapa diekskresikan melalui dinding sel dan dapat beraktivitas di luar sel. Grafik rerata jumlah aktivitas enzimatis dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

  40 )

  30 atis m m zi

  20 zi n n E l

  10 0 jam E m itas 24 jam it/ n iv

  0 ppm 1000 2000 3000 (u kt A ppm ppm ppm

  Dosis Anti Inversi

  Gambar 5. Grafik Rerata Aktivitas Enzimatis Bibit Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat bahwa rerata aktivitas enzimatis cenderung menurun pada semua perlakuan. Rerata aktivitas enzimatis sebagai pengaruh metode penyemprotan dan interval waktu penyemprotan berkisar antara

  12.44

  • – 22.84. Aktivitas enzimatis terendah diperoleh dari perlakuan penyemprotan anti inversi dosis 3000 ppm dan interval waktu 0 jam jam. Sedangkan aktivitas enzimatis tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa penyemprotan dan interval waktu 24 jam. Semakin lama waktu penyemprotan maka jumlah mikroba dan aktivitas enzim invertase semakin besar [11]. Secara garis besar mekanisme penghambatan reaksi inversi secara enzimatis adalah terjadinya denaturasi protein enzim yang mengakibatkan terganggunya proses metabolisme enzim tersebut. Denaturasi terjadi karena Bahan anti inversi yang terdisosiasi mudah terionisasi dan menghasilkan ion Hidrogen yang menambah keasaman protoplasma [12]. Adanya peningkatan jumlah mikroba dan aktivitas enzim meskipun telah dihambat dengan bahan anti inversi disebabkan karena masih ada enzim invertase yang aktif dan mikroba yang mampu bertahan untuk memanfaatkan sisa substrat sehingga dapat memproduksi enzim invertase seperti S. cerevisiae yang mampu menghasilkan enzim invertase yang dapat memecah sukrosa dan merombak gula sederhana menjadi alkohol.
y = 4.153x - 20.54

  30.00 ) m R² = 0.577 m zi

  20.00 zi n n E e l

  10.00 m itas iv it/

  0.00 kt A (Un

  7.50

  8.00

  8.50

  9.00

  9.50

  10.00 Total Plate Count (CFU/ml)

  Gambar 6. Hubungan Aktivitas Enzim dan Total Plate Count Bibit Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Berdasarkan Gambar 6, menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.58 dengan mengikuti persaman non linier y = 4.15 x

  • – 20.54. Hal ini menunjukkan tidak adanya korelasi antara log jumlah mikroba dan aktivitas enzim. Namun dari dari grafik dapat dilihat bahwa semakin tinggi log jumlah mikroba maka aktivitas enzimnya juga meningkat.

5. Perhitungan Jumlah Anakan Tebu Keprasan

5.1 Jumlah Anakan Hari ke 15

  Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang disebabkan oleh pembelahan sel tanaman. Bibit tebu yang baik adalah bibit keprasan yang dapat segera berkecambah bila ditanam dan kecambah tersebut mampu tumbuh menjadi tunas tebu yang normal [13]. Perkecambahan mulai kelihatan antara 7

  • – 20 hari setelah tanam. Grafik jumlah rerata anakan dapat dilihat pada gambar 7.

  80.00

  60.00 akan

  40.00 n

  20.00 A 0 jam

  0.00 lah m

  0 ppm 1000 2000 3000 24 jam Ju ppm ppm ppm

  

Dosis anti inversi

  Gambar 7. Grafik Rerata Jumlah Anakan Tebu Hari 15 pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Dari gambar 7, menunjukkan bahwa rerata jumlah anakan tebu terjadi peningkatan pada interval waktu 0 jam dan 24 jam. Dimana jumlah rerata anakan terbesar terdapat perlakuan penyemprotan 3000 ppm dengan interval waktu penyemprotan 0 jam. Sedangkang jumlah rerata anakan terkecil pada perlakuan tanpa penyemprotan dengan interval waktu 24 jam. Adanya peningkatan rerata jumlah anakan pada perlakuan disebabkan karena bahan anti inversi memiliki zat pemacu tumbuh yang berupa unsur nitrogen, phospat, kalium dan boron dimana dapat membantu pertumbuhan germinasi pada tebu. y = 0.022x + 4.326

  5.6 i

  R² = 0.735

5.4 Har

  5.2

  5 akan

  4.8

   15 n ke A

  4.6 lah

  0.00

  10.00

  

20.00

  30.00

  40.00

  50.00 m Ju Analisa pH

  Gambar 8. Hubungan Analisa pH dan Jumlah Anakan Hari ke 15 Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Antara hasil analisa pH dan Jumlah Anakan Hari ke 15 menunjukkan adanya korelasi positif dimana dengan semakin tinggi pH tebu keprasan maka jumlah anakan akan semakin tinggi dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0.74 dengan mengikuti persaman regresi linier y = 6.97 x

  • – 28.32.

  3 i

  2 Har y = -0.051x + 3.426 R² = 0.408

  1 akan

   15 n A ke lah

  0.00

  10.00

  

20.00

  30.00

  40.00

  50.00 m Ju Analisa Total Asam

  Gambar 9. Hubungan Analisa Total Asam dan Jumlah Anakan Hari ke 15 Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Antara hasil analisa total asam dengan jumlah anakan hari ke 15 menunjukkan tidak adanya korelasi dimana dengan semakin tinggi total asam tebu keprasan maka jumlah anakan akan semakin rendah dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0.41 dengan mengikuti persaman regresi non linier y = -1.66 x

  • – 9.82.

5.2 Jumlah Anakan Hari ke 30

  Keadaan perkecambahan dapat mencerminkan hasil panen. Perkecambahan yang kurang baik akan banyak mempengaruhi hasil panen. Oleh karena itu keadaan kebun harus dipelajari secara cepat dengan diikuti tindakan yang mengarah kepada baiknya pertumbuhan tebu dan jangan asal sulam. Grafik jumlah rerata anakan dapat dilihat pada gambar 10.

  100.00

  80.00 akan

  60.00 n

  40.00 A 0 jam

  20.00 lah

  0.00 m

  24 jam Ju

  0 ppm 1000 2000 3000 ppm ppm ppm Dosis anti inversi

  Gambar 10. Grafik Rerata Jumlah Anakan Tebu Hari ke 30 Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

   30 Analisa Total Asam

  20.00

  60.00 Ju m lah A n akan Har i ke

  40.00

  20.00

  0.00

  3

  2

  1

   30 Analisa pH y = -0.039x + 3.362 R² = 0.551

  60.00 Ju m lah A n akan Har i ke

  40.00

  0.00

  Dari gambar 10 terlihat bahwa grafik perkecambahan pada tebu mengalami peningkatan jumlah anakanan tebu. Dari gambar juga bisa dlihat bahwa pada interval waktu 0 jam lebih besar jika dibandingkan dengan interval waktu 24 jam dengan jumlah anakan terbesar terdapat pada penyemprotan anti inversi dengan dosis 3000 ppm dan interval waktu 0 jam yakni sebesar 11.88 sedangkan jumlah anakan terkecil terdapat pada perlakuan tanpa penyemprotan dan interval waktu 24 jam yakni 5.42. tidak terjadi perubahan grafik pertumbuhan pada perhitungan jumlah perkecambahan pada hari ke 30 ini dibandingkan dengan perhitungan hari ke 15, namun terjadi jumlah peningkatan jumlah rerata anakan pada perlakuan tiap interval waktu penyemprotan.

  5.6

  5.4

  5.2

  5

  4.8

  4.6

  y = 0.014x + 4.451 R² = 0.74

  Antara hasil analisa pH dan jumlah anakan hari ke 30 menunjukkan adanya korelasi positif dimana dengan semakin tinggi pH tebu keprasan maka jumlah anakan akan semakin tinggi dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0.74 dengan mengikuti persaman regresi linier y = 10.60 x

  Gambar 11. Hubungan Analisa pH dan Jumlah Anakan Hari ke 30 Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Selain itu pada anti inversi juga dikombinasikan dengan pupuk NPK yang akan menghasilkan jumlah anakan yang tinggi. Karena pupuk tersebut mengandung unsur P dengan mikroba pelarut fosfat akan menghasilkan asam organik yang mengikat Al, Fe, Ca dan Mg sehingga melepasakan P yang tersedia yang dibutuhkan tanaman tebu [14].

  • – 44.94. Gambar 12. Hubungan Analisa Total Asam dan Jumlah Anakan Hari ke 30 Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi Antara hasil analisa total asam dengan jumlah anakan hari ke 30 menunjukkan tidak adanya korelasi dimana dengan semakin tinggi total asam tebu keprasan maka jumlah anakan akan semakin rendah dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0.55 dengan mengikuti persaman regresi non linier y = -2.93 x – 13.78.

6. Kandungan Klorofil pada Tanaman Tebu 30 Hari Setelah Tanam

  Kandungan Klorofil pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya kandungan karbohidrat terutama dalam bentuk gula yang diperlukan dalam pembentukan klorofil dalam daun-daun yang tumbuh dalam keadaan gelap (etiolasi). Selain itu diperlukan unsur nitrogen, magnesium, besi, Unsur-unsur tersebut sudah menjadi keharusan dalam pembentukan klorofil [15]. Grafik kandungan klorofil dapat dilihat pada gambar 20.

  60.00 l fi

  40.00 ro

  20.00 lo K

  0 jam

  0.00 0 ppm 1000 2000 3000 24 jam ppm ppm ppm

  

Dosis anti inversi

  Gambar 13. Grafik Rerata Kandungan Klorofil Bibit Tebu Keprasan Pada Perlakuan Dosis dan Interval Waktu Semprot Anti Inversi

  Berdasarkan Gambar 13, dapat dilihat bahwa rerata klorofil cenderung meningkat pada semua perlakuan. Kandungan klorofil sebagai pengaruh metode penyemprotan dan interval waktu penyemprotan berkisar antara 35.03 – 45.38. kandungan klorofil terendah diperoleh dari tanpa perlakuan penyemprotan anti inversi dan interval waktu 24 jam. sedangkan klorofil tertinggi diperoleh pada perlakuan penyemprotan dengan dosis 3000 ppm dan interval waktu 1 hari.

  Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap klorofil diantaranya adalah faktor bawaan dari tebu, cahaya, oksigen, karbohidrat, nitrogen, magnesium, besi, air dan suhu. Kandungan klorofil akan tinggi apabila terdapat karbohidrat dalam jumlah yang banyak yang digunakan dalam sintesis klorofil [15]. Kandungan klorofil yang tinggi karena anti inversi sangat efektif untuk digunakan dalam penghambatan aktifitas bakteri dan khamir sebagai penyebab reaksi inversi sukrosa pada batang tebu karena enzim invertase yang disintesanya [13]. Sehingga pada tanaman tebu memiliki cadangan karbohidrat yang cukup untuk pertumbuhan germinasinya.

  

SIMPULAN

  Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin lama waktu penundaan dan semakin kecil konsentrasi Anti inversi maka jumlah mikroba dan aktivitas enzim invertase semakin besar. Hasil penghambatan terbaik dicapai dengan menggunakan konsentrasi anti inversi terbesar yaitu 3000 ppm namun tidak berbeda nyata dengan penghambatan dengan menggunakan konsentrasi anti inversi dosis 1000 ppm dan 2000 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

  1) Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Kebutuhan Gula Nasional Mencapai 5.7 juta ton tahun 2014. http:www.dirjenbun.deptan.go.id/sekretariat/index.php. Tanggal akses:13/04/2013

  2) Yuwono, S.S. dan Susanto, T. 1998. Pengujian Fisik Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang

  3) Apriyantono, A. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor

  4) Lay, W. B. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Edisi I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

  5) Siswoyo, Tri Agus dkk. 2007. Sintesa Secara Enzimatis Non-ionik Surfaktan Sebagai Bahan Coating untuk Meningkatkan Masa Simpan Buah Mangga Mangifera Indica L

  6) Praptiningsih, G.A. 1990. Pengaruh Bahan Pengawet Terhadap Ketahanan Nira Kental Tebu (Saccharum officinarum). Tesis. Fakultas Pasca Sarjana UGM.

  Program KPK UGM-UB 7) Sulaiman, S. 2009. Pabrik Gula Mini Efisiensikah?. http://pabrikgulamini. blogspot.com/2009/09/pabrik-gula-mini-efisiensi-kah.html. Tanggal akses: 15/09/2012 8) Chaplin, Martin. 2004. Sucrose. di dalam Columbia Encyclopedia, Sixth Edition. 2006. Tanggal akses: 15/09/2013

  9) Kuswurj, Risvank. 2009. Mikroorganisme Pada Proses Pengolahan Gula. http ://www.risvank.com/?p=471. Tanggal akses: 14/04/2013

  10) Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah: Mikrobiologi Dasar. Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta

  11) Untara, Bayu. 2011. Skripsi: Pengaruh Carboxyl Benzene dan Monounaturated

  Fatty Acid (Buffer Sucrose) Terhadap Jumlah Mikroorganisme dan Aktivitas Enzim

  Invertase Selama Penyimpanan Tebu Pasca Panen (Kajian Lama Penundaan dan Konsentrasi Buffer Sucrose). Malang; Jurusan THP FTP UB

  12) Susanto. W. H. 2010. Strategi Peningkatan Rendemen Di Jawa Timur Melalui Teknologi Pasca Panen Dengan Buferos. Malang

  13) Kuntohartono, T. 1999. Perkecambahan tebu. Gula Indonesia XXIV (1): 56

  • – 61 14) Anonymous. 2007. Sucrose. http:// www. wikipedia. org./ wiki/ sucrose. Tanggal akses: 15/09/2012 15) Dwijoseputro D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN TEPUNG KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium) SEBAGAI BAHAN BAKU COOKIES (KAJIAN PROPORSI TEPUNG DAN PENAMBAHAN MARGARIN)

0 0 9

BAHAN DAN METODE Bahan

0 1 7

EKSTRAKSI ANTIBAKTERI DARI DAUN BERENUK (Crescentia cujete Linn.) MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIK Extraction of Antibacterial from Berenuk (Crescentia cujete Linn.) Leaves Using Ultrasonic Method

0 0 8

UJI EFEK EKSTRAK AIR DAUN PANDAN WANGI TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN HISTOPATOLOGI TIKUS DIABETES MELLITUS The Effect of Water Extract of Pandan Wangi Leaf to Decrease Blood Glucose Levels and Pancreas Histopathology at Diabetes Mellitus Rats

0 0 12

UJI EFEKTIFITAS PELEPASAN RETRONASAL AROMA JELI PISANG AMBON PUTIH TERHADAP PERSEPSI KENYANG PANELIS OVERWEIGHT DAN OBESITAS Effectiveness Bioassay of Retronasal Aroma Release Jelly With Dwarf Cavendish Aroma on Perception Satiation in Overweight and Obes

0 0 7

FORMULASI BISKUIT TINGGI SERAT (KAJIAN PROPORSI BEKATUL JAGUNG : TEPUNG TERIGU DAN PENAMBAHAN BAKING POWDER) High-Fiber Biscuit Formulations (Study of The Proportions of Corn Bran : Wheat Flour and Addition of Baking Powder)

0 1 8

PROPORSI TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) : TEPUNG MAIZENA TERHADAP KARAKTERISTIK SOSIS AYAM The Effect of Porang Flour (Amorphophallus muelleri): Cornstarch Flour towards Chicken Saussage Characteristic

0 2 10

PENDUGAAN UMUR SIMPAN MINUMAN BERPERISA APEL MENGGUNAKAN METODE ACCELERATED SHELF LIFE TESTING (ASLT) DENGAN PENDEKATAN ARRHENIUS Shelf Life Determination of Apple Flavored Drink Using Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) Method by Arrhenius Equation App

0 5 10

PERANAN SENYAWA BIOAKTIF MINUMAN CINCAU HITAM (Mesona palustris Bl.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI: KAJIAN PUSTAKA The Role of Black Jelly Grass Drinks (Mesona palustris Bl.) for High Blood Pressure Reduction: A Review

0 0 5

EKSTRAKSI OSMOSIS PADA PEMBUATAN SIRUP MURBEI (Morus alba L.) KAJIAN PROPORSI BUAH : SUKROSA DAN LAMA OSMOSIS The Influence of Sucrose Proportion and Osmotic Period toward Osmotic Extracted Mulberry (Morus alba L.) Syrup

0 0 7