Pengaruh Suplementasi Yogurt Sinbiotik Terhadap Kadar Kolesterol Serum Darah dan Total Bakteri Asam Laktat Pada Tikus Percobaan - repository civitas UGM

  Program Studi S2/S3 Bioteknologi Sekolah Pascasarjana UGM

Prosiding

  

Seminar Nasional Bioteknologi

Universitas Gadjah Mada

PENGUATAN PENGUASAAN BIOTEKNOLOGI

MENUJU KEMANDIRIAN BANGSA

  KEYNOTE SPEAKERS

  

Prof. Hiroyuki Ohta

  (Graduated School of Agriculture, Ibaraki University)

  

Prof. Kazuhito Fujiyama

  (International Center for Biotech, Osaka University)

  

Prof. Widya Asmara

  (Universitas Gadjah Mada) REVIEWERS

  Prof. drh. Widya Asmara, SU, Ph.D Ir. Donny widianto, Ph.D

  Dr. Rarastoeti Pratiwi, M.Sc Dr. Yekti Asih Purwestri, M.Si

  Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55281,

  Telp : 0274-564239, 544975, 555881 E-mail : sps@ugm.ac.id http://pasca.ugm.ac.id

  

Keynote Speaker : - Prof. Hiroyuki Ohta (Graduated School of

Agriculture, Ibaraki University)

  PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA TEMA PENGUATAN PENGUASAAN BIOTEKNOLOGI MENUJU KEMANDIRIAN BANGSA SEKOLAH PASCA SARJANA UGM, 11 MEI 2013

  • Prof. Kazuhito Fujiyama (International Center for Biotech, Osaka University)
  • Prof. Widya Asmara (Universitas Gadjah Mada) Reviewer : - Prof. drh. Widya Asmara, SU,
  • Ir. Donny widianto, Ph.D
  • Dr. Rarastoeti Pratiwi, M.Sc
  • Dr. Yekti Asih Purwestri, M.Si Editor :
  • Kukuh Madyaningrana, S.Si, M.Biotech
  • Dinar Mindrati Fardhani, SP Cover Design dan Lay Out : Suji (Lintang Pustaka Utama) Publisher : Sekolah Pascasarjana UGM Alamat : Jl. Teknika Utara, Pogung, Sleman,

    Yogyakarta 55281

  Email : sps@ugm.ac.id Website : http://pasca.ugm.ac.id

  

All right reserved

No part of this publication may be reproducted without written

permission of the publisher

  

The Effect of Total Lipid, Protein, Reducing Sugar, Phycocyanin

and Chlorophyll Content on CO Aeration in Spirulina platensis

2

Culture (Puji Norbawa, Nurul Mafrihah, Syarif Hidayatullah dan Ervia Yudiati) ............................................................................. 78 Peningkatan Hasil Fermentasi Bioetanol dari Nira Sorgum Manis dengan Menggunakan Biakan Campuran Dua Galur Khamir (Jasman, Irfan D. Prijambada, Chusnul Hidayat, dan Donny Widianto) ............................................................................... 91 Karakterisasi Isolat Bakteri Amilolitik dengan Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis (ARDRA) (Annas Rabbani, Endah Retnaningrum dan Yekti Asih Purwestri) ....... 110 Imobilisasi dan Aktivitas Papain Pepaya Gunung (Carica pubescens Linne & K. Koch) (Risna Nur Fajriani Maulina dan Rarastoeti Pratiwi) ..................................................................... 121

  

Kategori Bioteknolgi Kesehatan dan Umum ................................... 139

Biotechnology for Young Learner: Program Pengenalan

Bioteknologi dalam Mengatasi Masalah Perilaku Anak Berbakat

di SD Inklusif Tumbuh, Yogyakarta (Wahyu Wido Sari dan Admila Rosada) ................................................................................ 140 Pengaruh Suplementasi Yogurt Sinbiotik Terhadap Kadar Kolesterol Serum Darah dan Total Bakteri Asam Laktat pada Tikus Percobaan (Widodo, Alifah Nurrohmah, dan Endang Wahyuni) ............................................................................. 157

Terminalia’s Tea : Teh Herbal Pereda Stress dari Daun Ketapang

(Terminalia catappa L.) dengan Nilai Kesehatan Tinggi (Uji Toksisitas, Uji Fungsi Organ, dan Uji Perilaku) (Priscilia, Yonathan, Steward Septian, Steven Sitongan, Doni Marisi Sinaga, Rachmat Riyadi, Beatrix Trikurnia Gasong, Laksmindra Fitria) ............................................................................. 178

  

Pengaruh Suplementasi Yogurt Sinbiotik Terhadap

Kadar Kolesterol Serum Darah dan Total Bakteri

Asam Laktat Pada Tikus Percobaan

1,2 1 1 1 Widodo , Alifah Nurrohmah , dan Endang Wahyuni 2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada

  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi

yogurt sinbiotik terhadap kadar kolesterol serum darah dan total bakteri

asam laktat (BAL) feses pada tikus percobaan. Penelitian menggunakan 25

ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 5 kelompok

perlakuan selama 42 hari, yaitu: 1) kelompok tikus diberi pakan basal

komersial; 2) kelompok tikus diberi pakan basal ditambah lemak sapi

10%; 3) kelompok tikus diberi pakan basal ditambah lemak sapi 10% dan

ekstrak inulin umbi dahlia sebanyak 0,4 gram/hari/ekor; 4) kelompok tikus

diberi pakan basal ditambah lemak sapi 10% dan yogurt prebiotik berbasis

ekstrak inulin umbi dahlia sebanyak 2 ml/hari/ekor; 5) kelompok tikus

diberi pakan basal ditambah lemak 10% dan yogurt sinbiotik mengandung

probiotik Bifidobacterium bifidum dan ekstrak inulin umbi dahlia sebanyak

2 ml/hari/ekor. Uji kolesterol serum dilakukan setiap 2 minggu dan total

BAL pada feses dihitung pada awal, pertengahan dan akhir perlakuan. Data

dianalisis menggunakan analisis variansi faktorial 5x4 yaitu lima macam

perlakuan pakan dan empat periode waktu analisis kadar kolesterol serum

dan faktorial 5x3 untuk lima macam kelompok perlakuan dan tiga periode

waktu penghitungan total BAL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

suplementasi yogurt sinbiotik mampu menurunkan kolesterol serum darah

sebesar 20,5% dan peningkatan BAL feses sebesar 19,7%.

  Kata kunci : Yogurt sinbiotik, Inulin, Bifidobacterium bifidum, serum kolesterol

  Pendahuluan

  Pangan sinbiotik adalah salah satu bentuk pengembangan pangan fungsional berbasis kombinasi antara penambahan probiotik dan prebiotik (Gibson dan Roberfroid, 1995). Probiotik didefinisikan sebagai bakteri hidup yang ditambahkan untuk meningkatkan kesehatan tubuh melalui beberapa mekanisme seluler dan molekuler pada saluran pencernaan adalah Lactobacilli dan

  Bifidobacteria, dua

  genus bakteri yang mampu bertahan hidup dalam kondisi saluran pencernaan manusia dan berkembang biak dalam usus kecil dan usus besar (Lee dan Salminen, 2009).

  Bifidobacteria diketahui mampu

  memberikan efek bifidogenik untuk kesehatan (Ong et al., 2007), diantaranya: 1) mempertahankan keseimbangan mikroflora dalam usus agar tetap normal, terutama pada orang tua (manula) dan bayi serta anak kecil (Khan dan Ansari, 2007); 2) memperbaiki pencernaan protein susu dan mencegah lactose intolerance (Collado, 2009; de Vrese dan Marteau, 2007); 3) mempunyai aktivitas anti-karsinogenik (Wollowski et al., 2001; Xiao et al., 2006); 4) menurunkan kadar kolesterol dalam plasma darah; serta 5) meningkatkan penyerapan kalsium (Kaur dan Gupta, 2002).

  Prebiotik adalah komponen bahan pangan yang tidak tercerna oleh enzim-enzim pencernaan dan mampu menstimulasi proliferasi dan aktivitasi bakteri pada usus besar (Wells et al., 2008; Parvez et al., 2006). Prebiotik seperti inulin dan fruktooligosakarida diketahui mampu mengubah komposisi mikroflora dalam sistem pencernaan ke arah dominasi Bifidobacterium (Fooks et al., 1999). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambahan Galakto Oligosakarida (GOS), Frukto Oligosakarida (FOS) atau inulin dalam produk susu mampu menghasilkan efek bifidogenik dalam saluran pencernaan. Inulin masuk dalam kategori serat yang disebut fruktan, yaitu suatu polisakarida yang dibangun oleh unit-unit monomer fruktosa melalui ikatan

  β-2-1 fruktofuranosida

  yang diawali oleh satu molekul glukosa. Inulin memiliki derajat polimerisasi diatas 30 (Nakamura

  et al., 1995). Inulin bersifat

  larut dalam air dan tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim dalam sistem pencernaan mamalia namun dapat mengalami fermentasi akibat aktivitas probiotik di dalam usus besar, sehingga dapat digunakan sebagai prebiotik (Widowati et al., 2005). Dosis penggunaan inulin untuk manusia sebanyak 20 dan 40 gram per hari dapat meningkatkan

  Bifidobacteria dan mampu menurunkan

Enterococci dan Fusobacteria selama konsumsi 19 hari (Klessen et

  inulin sebagai prebiotik dengan dosis antara 4 sampai 20 gram per hari mampu meningkatkan

  Bifidobacteria pada feses manusia

  sejumlah 10 log cfu/gram. Inulin adalah kelompok polisakarida alami yang dihasilkan oleh berbagai jenis tanaman, salah satunya terdapat dalam umbi dahlia. Dalam penelitian ini, pemanfaatan ekstrak inulin umbi dahlia sebagai prebiotik untuk mendukung pertumbuhan

Bifidobacteria dicoba dikembangkan.

  Yogurt adalah produk susu fermentasi berbentuk semi solid yang dihasilkan melalui proses fermentasi susu oleh Lactobacillus

  

bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Yogurt mengandung

  nilai nutrisi yang lebih baik daripada susu segar (Hidayat et al., 2006), dan keasaman yogurt hasil proses fermentasi mampu mencegah pertumbuhan bakteri patogen. Yogurt sinbiotik merupakan salah satu produk susu fermentasi yang dibuat dengan penambahan strain probiotik seperti Lactobacillus achidophilus dan Bifidobacterium bifidum, serta dikombinasikan dengan prebiotik seperti fruktooligosakarida (FOS) untuk memberikan efek kesehatan (Ooi dan Liong, 2010). Abd El-gawad et al. (2005) melaporkan penurunan kadar kolesterol total 50,3%,

  low density

cholesterol (LDL) 56,3% dan trigliserida 51,2% pada 48 ekor tikus

  albino jantan setelah diberi pakan yogurt sinbiotik dengan kadar 50 gram yogurt (0,07%

Bifidobacterium longum Bb-46). Xiao et al

  (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diet yogurt yang 8 mengandung 10 CFU/g B. longum BL1 pada 32 orang (total kolesterol serum 220-280 mg/dL, berat badan 55,4-81,8 kg, umur 28-60) selama 4 minggu menurunkan total kolesterol, LDL dan trigliserida, serta mampu meningkatkan HDL 14,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi yogurt sinbiotik terhadap kadar kolesterol serum darah dan total BAL feses pada tikus percobaan. Yogurt sinbiotik dihasilkan dengan kombinasi penambahan probiotik

  Bifidobacterium bifidum dan prebiotik ekstrak inulin umbi dahlia (Dahlia pinnata L.).

  Metode Penelitian Hewan percobaan, bakteri starter dan media pertumbuhan

  jantan (Rattus norvegicus) keturunan

Sprague dawley umur dua

  bulan sebanyak 25 ekor. Pakan yang digunakan untuk tikus menggunakan pakan basal AD-II (PT. JAPFA COMFEED

  INDONESIA) dengan komposisi sebagai berikut: air 12%; protein kasar 19%; lemak kasar 4%; serat kasar 5%; abu 6,5%; kalsium 1,1% dan phosphor 0,9%. Penambahan 10% lemak pada pakan basal menggunakan metode yang digunakan oleh Djojosengojo (1995). Kultur bakteri yang digunakan untuk produksi yogurt adalah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus, dan probiotik

  Bifidobacterium bifidum. Media untuk pertumbuhan

  BAL adalah MRS agar (Sigma), dan untuk

  Bifidobacterium bifidum

  ditambahkan Bile salt dan L-cystein (0,5 g/L). Bahan lain untuk penelitian adalah: umbi bunga dahlia (Dahlia pinnatta L), susu sapi segar, susu bubuk skim

, dan jus tomat.

  Ekstraksi inulin umbi dahlia (Dahla pinnatta L.)

  Ekstraksi inulin umbi dahlia dilakukan menurut metode Widowati et al. (2005). Umbi dahlia dibersihkan, dikupas dan dicuci, kemudian dipotong dan diblender dengan penambahan air °

  1:2 (b/v) dan dipanaskan pada penangas air suhu 80 - 90 C sekitar 30 menit. Setelah dingin, ekstrak disaring, diambil filtratnya dan didinginkan dalam refrigerator selama 18 jam. Filtrat diambil dari refrigerator dan dibiarkan pada suhu ruang selama kurang lebih 2 jam kemudian disentrifugasi pada 1500 rpm selama 15 menit. Endapan (ekstrak inulin basah I) ditambah air (perbandingan ° 1:2) kemudian dipanaskan di penangas air suhu 70 C selama 30 menit, dan ke dalam larutan ini ditambahkan karbon aktif sebanyak 1-2% (b/v). Larutan kemudian disaring, diukur volumenya dan didinginkan pada suhu ruang. Sebanyak 40% (v/v) Etanol konsentrasi 30% ditambahkan ke dalam larutan dan didinginkan di dalam freezer selama 18 jam. Setelah pendinginan tahap II, larutan dikeluarkan dari freezer dan dicairkan kemudian disentrifugasi 1500 rpm selama15 menit sampai diperoleh endapan putih (ekstrak inulin basah II). Endapan dikeringkan pada suhu ° dinamakan ekstrak inulin umbi Dahlia.

  Persiapan starter dan fermentasi yogurt

  Pembuatan starter fermentasi dilakukan menurut metode Ouwehand et al. (2001). Sebanyak 2% kultur cair diinokulasikan ke dalam 100 ml susu skim steril (v/v) yang telah disterilisasi ° pada suhu 110 C dengan tekanan 13 psi selama 10 menit dan ° diinkubasi pada suhu 37 C selama 20 jam sehingga berbentuk curd.

  Sebanyak 5% dari kultur ini diinokulasikan ke dalam susu skim ° steril dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 20 jam dan siap untuk fermentasi yogurt. Proses pembuatan yogurt mengikuti metode Dave and Shah (1997). Media untuk fermentasi memiliki total solid (TS) 18% yang tersusun atas susu segar (TS 12%) ditambah susu skim 6% (w/v). Ekstrak inulin umbi dahlia sebanyak 40 mg/g total solid ditambahkan dalam bentuk bubuk sebagai prebiotik, ° kemudian dipasteurisasi pada suhu 85 C selama 30 menit. Kultur probiotik

  Bifidobacteria bifidum sebanyak 2% diinokulasikan pada °

  media yogurt dan diinkubasi pada suhu 41 C selama 2 jam, dilanjutkan inokulasi Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

  

thermophilus sebanyak 2% (1:1) (v/v), dan diinkubasi pada suhu

  42°C selama 6 jam. Pengujian kualitas yoghurt meliputi uji asam laktat menurut metode Mann’s Acid Test (Hadiwiyoto, 1994) dan penghitungan total BAL menggunakan metode Total Plate Count (TPC) (Hadiwiyoto, 1994).

  Pengujian kadar lemak dan kolesterol pakan.

  Kadar lemak bahan pakan diuji menggunakan metode soxhlet (Sudarmadji et al., 1998). Pengujian kadar kolesterol dilakukan menggunakan metode Liebermann-Burchard (Kenny, 1952).

  Pemberian diet pada tikus

  Tikus putih (Rattus norvegicus) keturunan

Sprague dawley

  secara acak dalam lima kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor dan dikandangkan secara individu. Sebelum tikus diberikan perlakuan, berat badan tikus ditimbang dan diambil sampel darahnya untuk mendapatkan data kolesterol awal sebelum perlakuan. Tikus diadaptasikan selama 1 minggu dengan diberi pakan basal standar dan air minum secara ad libitum. Pengelompokan tikus dan perlakuan terdiri atas : 1) Tikus diberi pakan basal komersial AD-II; 2) Pakan basal ditambah lemak sapi 10%; 3) pakan basal ditambah lemak sapi 10% dan ekstrak inulin umbi dahlia sebanyak 0,4 gram/ekor/hari; 4) Pakan basal ditambah lemak sapi 10% dan yogurt prebiotik sebanyak 2 ml/ekor/hari; 5) Pakan basal ditambah lemak 10% dan yogurt sinbiotik sebanyak 2 ml/ekor/hari. Pemberian perlakuan pakan pada tikus dilakukan selama 42 hari. Pemberian ekstrak inulin dan yogurt diberikan dengan metode secara oral menggunakan spet sonde ukuran 2,5 ml. Tikus ditimbang bobotnya setiap satu minggu sekali, untuk mendapatkan data peningkatan bobot badan selama pemeliharaan.

  Pengujian kolesterol serum darah

  Pengujian kolesterol terdiri dari: 1) pengambilan sampel darah tikus menggunakan microhematokrit melalui mata atau retroorbital

  

venous (Hrapkiewicz, 1998) setiap 2 minggu sekali selama 42

  hari; 2) pemisahan serum darah menggunakan sentrifuge 3000 rpm selama 20 menit dan; 3) pengukuran konsentrasi kolesterol serum dengan menggunakan metode

  Enzymatic Colorimetric test, CHOD-POP (James, 2006).

  Penghitungan total Bakteri Asam Laktat dalam feses tikus

  Penghitungan total BAL dilakukan pada awal sebelum tikus diberikan perlakuan, pertengahan dan setelah akhir perlakuan. Pengambilan sampel feses tikus sesuai dengan metode Nuraida

  

et al. , (2008). Jumlah total BAL dihitung pada media MRS agar

  yang disuplementasi bile salt 0,15% menggunakan metode Total o sampai 48 jam.

  Analisis data

  Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan split- unit faktorial 5x4 yaitu lima macam perlakuan pemberian pakan dan empat periode waktu untuk analisis kadar kolesterol serum. Analisis untuk total BAL menggunakan rancangan split-unit faktorial 5x3 dimana terdapat lima macam kelompok perlakuan dan tiga periode waktu. Data dianalisis menggunakan analisis variansi blok lengkap untuk efek periode waktu pada masing- masing kelompok kemudian dilanjutkan dengan analisis uji beda mean Duncan (Duncant’s Multiple Range Test) (Astuti, 1980).

  Hasil dan Pembahasan Kualitas yoghurt untuk diet

  Sebelum digunakan sebagai diet tikus percobaan selama pemeliharaan, produk yogurt yang dihasilkan dianalisa total bakteri asam laktat (BAL), pH dan keasaman setara dengan asam laktat pada yogurt. Hasil pengujian total BAL dalam yogurt prebiotik dan yogurt sinbiotik dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Rerata total BAL (log CFU/ml) yogurt prebiotik dan sinbiotik Parameter Yogurt ns Prebiotik Sinbiotik

pH 4,83±0,41 4,97±0,48

ns Keasaman 0,93±0,17 0,95±0,38 ns ns Total BAL 9,12±0,99 9,06±0,73 non significant: berbeda tidak nyata

  Hasil analisis statistik pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara yogurt prebiotik (disuplementasi ekstrak inulin umbi Dahlia 40 mg/g total solid) dengan yogurt sinbiotik

  (disuplementasi ekstrak inulin umbi Dahlia 40 mg/g total solid dan diinokulasikan

  Bifidobacterium bifidum) terhadap pH, keasaman

  sinbiotik secara berurutan adalah 9,12±0,99 dan 9,06±0,73 log CFU/ ml. Total BAL penelitian ini lebih rendah dibanding dengan hasil penelitian Dwiyaningsih (2011) yang melaporkan bahwa total BAL 10,27 log CFU/ml dalam yogurt dengan penambahan ekstrak inulin umbi Dahlia. Sementara itu, Anindita (2010) melaporkan total BAL 10,37 log CFU/ml dalam yogurt hasil penambahan ekstrak inulin umbi Dahlia 40 mg/g dan diinokulasikan

Bifidobacterium bifidum

  Beberapa peneliti melaporkan jumlah total probiotik berbeda pada produk akhir yogurt. Buckle et al. (1987) melaporkan bahwa jumlah 7 minimal BAl pada yogurt adalah 10 CFU/ml. Farnworth (2008), menambahkan bahwa jumlah sel hidup yang terkandung dalam 9 yogurt setelah proses fermentasi selesai dapat mencapai 10 per ml setara dengan 9 log CFU/ml. Berdasarkan hal tersebut, hasil total BAL yogurt dalam penelitian ini masih sesuai dengan standar yang ditetapkan peneliti lain.

  Tabel 1 juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara yogurt prebiotik dan sinbiotik terhadap pH dan keasaman yoghurt. Nilai pH yogurt prebiotik dan yogurt sinbiotik secara berurutan adalah 4,83±0,41 dan 4,97±0,48 (Tabel 1). Menurut Buckle

  

et al. (1987), nilai pH yogurt yang dikehendaki berkisar antara

  4,0 sampai 4,5. Hal serupa dinyatakan oleh Kolling (1999), yang menyatakan rata-rata nilai pH pada yogurt adalah 4,2 sampai 4,5. Nilai pH mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan kadar keasaman. Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai keasaman yogurt prebiotik dan sinbiotik secara berurutan adalah 0,93±0,17 dan 0,95±0,38%. Tidak adanya perbedaan nyata antara kadar keasaman antara yogurt prebiotik dan sinbiotik mengindikasikan bahwa penambahan

Bifidobacterium bifidum dalam yogurt sinbiotik

  tidak mempengaruhi kadar keasaman yogurt. Total BAL pada produk akhir yogurt prebiotik dan sinbiotik mempunyai jumlah populasi sama (Tabel 1), hal ini berimplikasi terhadap keasaman yogurt yang dihasilkan juga sama. Keasaman titrasi yogurt berkisar antara 0,7 sampai 1,2% (Farnworth, 2008), dan berkisar 0,5 sampai 2% menurut Dewan Standarisasi Nasional (1992). Hal ini berarti Nasional Indonesia (SNI) yogurt.

  Bobot badan tikus percobaan selama pemeliharaan

  Bobot badan tikus selama pemeliharaan 42 hari dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bobot badan tikus untuk semua perlakuan selama pemeliharaan 42 hari (P<0,05), namun tidak terdapat perbedaan antar perlakuan. Hal ini berarti pemberian jenis pakan berbeda antara kelompok tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan bobot badan tikus. Peningkatan bobot badan sangat dipengaruhi oleh

  Tabel 2. Hasil analisis bobot badan tikus selama pemeliharaan 42 hari Bobot badan (gram) Waktu PST PLK PID PYP PYS

  0 hari 173,32 162,78 169,88 181,46 166,70 7 hari 193,06 186,04 185,88 191,48 181,94 14 hari 224,64 210,02 203,26 199,44 206,68 21 hari 234,56 223,74 216,08 223,50 222,14 28 hari 247,26 237,54 232,38 231,00 237,70 35 hari 261,36 250,80 248,12 242,22 254,52 42 hari 277,54 264,42 263,68 257,96 266,96 ns ns

Rerata 230,25±40,2 219,62±34,37 217,04±34,5 218,15±40,6 219,52±43,6

a,b,c,d,e : tidak berbeda nyata : superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan

  (P<0,05) PST : tikus diberi pakan basal AD II PLK : tikus diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% PID : tikus diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan ekstrak inulin umbi Dahlia 400 mg/ekor/hari

  PYP : tikus diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt prebiotik 2 ml/ekor/hari PYS : tikus diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt sinbiotik 2 ml/ekor

  

feed intake dan tingkat kecernaan, hal ini terlihat dari korelasi

  positif perlakuan pakan basal (PST) terhadap bobot badan tikus semakin besar pula asupan pakan yang masuk. Menurut Smith dan Mangkuwidjojo (1988), kecepatan peningkatan bobot badan tikus dapat mencapai 5 gram per hari, dan rerata berat tikus percobaan dewasa adalah 200 sampai 250 gram.

  Feed intake pakan selama pemeliharaan

  Berdasarkan hasil analisis statistik feed intake (Tabel 3), asupan pakan pada semua perlakuan tidak berbeda nyata pada hari ke-0 dan hari ke-7, akan tetapi terdapat perbedaan pada

  Tabel 3. Hasil analisis feed intake pakan selama pemeliharaan 42 hari Feed intake (gram)

  Waktu PST PLK PID PYP PYS Rerata ab

0 hari 13,73 13,23 13,58 14,12 13,49 13.63±1,22

ab

7 hari 13,64 13,68 13,04 12,22 13,34 13,18±2,07

b

14 hari 16,18 14,88 12,82 12,67 14,07 14,12±2,10

a

21 hari 15,10 12,85 12,28 11,93 12,00 12,83±2,08

b

28 hari 15,77 14,03 13,91 12,71 13,83 14,05±1,93

ab

35 hari 14,84 12,97 13,39 12,05 13,97 13,44±1,81

ab

42 hari 15,81 12,92 13,36 13,04 13,09 13,64±1,72

y x Rerata 15,01 ±1,74 13,51 ±1,27 13,20 12,68 13,40 x x x a,b ±1,56 ±1,92 ±2,07 : superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan x, y perbedaan (P<0,05) : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,05) PST : tikus yang diberi pakan basal AD II

  PLK : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10%

PID : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan ekstrak inulin umbi Dahlia 400 mg/ekor/hari

PYP : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt prebiotik 2 ml/ekor/hari

PYS : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt sinbiotik 2 ml/ekor/hari hari ke-14 sampai ke-42 (P<0,05). Hari ke-0 sampai hari ke-7 merupakan masa adaptasi dengan pemberian pakan standar kelompok satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti bahwa setelah masa adaptasi pada hari ke-14 sampai hari ke-42, pemberian jenis pakan dan perlakuan yang berbeda mempengaruhi banyaknya asupan (feed intake) antar kelompok tikus.

  Kelompok PST dengan pemberian pakan basal standar dan kelompok PLK dengan pemberian pakan basal ditambah lemak 10% mempunyai perbedaan asupan pakan mulai hari ke-0 sampai dengan hari ke 42 (P<0,05). Sedangkan pada kelompok PID, PYP dan PYS tidak terdapat perbedaan asupan pakan, dan asupan pakan cenderung stabil. Secara keseluruhan feed intake pakan untuk semua kelompok berkolerasi positif terhadap bobot badan (Tabel 2). Menurut Smith dan Mangkuwidjojo (1988), asupan pakan tiap hari tikus dewasa adalah 12 sampai 20 gram.

  Analisis Kolesterol

  Hasil pengujian kadar kolesterol pada pakan standar adalah 4,63 mg/g dan pada pakan basal ditambah lemak sapi 10% adalah 41,98 mg/g. Feed intake kolesterol pakan selama pemeliharaan pada tikus dapat dilihat pada Tabel 3.

  Feed intake kolesterol dihitung berdasarkan kolesterol

  pakan standar dan lemak sapi dengan feed intake pakan. Feed

  

intake kolesterol pakan hari ke-0, 7, 14, 21, 28, 35 dan 42 terdapat

  perbedaan (P<0,05) pada semua kelompok perlakuan. Hal ini berarti perbedaan jenis pakan yang diberikan mempengaruhi jumlah feed intake kolesterol. Kelompok tikus yang diberi pakan basal (PST) dan pakan basal ditambah lemak 10% (PLK ) pada hari ke-0 sampai hari ke-42 terdapat perbedaan (P<0,05), sedangkan pada kelompok yang diberi pakan basal ditambah lemak 10% dan ekstrak inulin (PID), pakan basal ditambah lemak 10% dan yogurt prebiotik (PYP), dan pakan basal ditambah lemak 10% dan yogurt sinbiotik (PYS) tidak terdapat perbedaan. Feed intake kolesterol pada kelompok PST mengalami peningkatan setelah

  14 hari sedangkan kelompok PLK mengalami peningkatan pada hari ke-7 dan 14, kemudian mengalami penurunan pada hari ke-

  Tabel 3. Rerata feed intake kolesterol pakan pada tikus percobaan 42 hari Feed intake kolesterol pakan (mg) Rerata

  Waktu PST PLK PID PYP PYS b

0 hari 63,55 555,53 570,22 592,64 566,41 469,67±212,68

ab

7 hari 63,11 574,17 547,22 512,88 559,82 451,44±212,62

b

14 hari 74,85 624,80 538,07 531,69 590,54 471,99±216,28

a

21 hari 69,82 539,41 515,57 500,96 503,90 425,94±193,96

b

28 hari 72,98 588,78 584,08 533,45 580,72 472,00±214,15

ab

35 hari 68,67 544,37 562,00 505,83 586,26 453,64±206,48

ab

42 hari 73,13 542,18 560,74 574,56 549,57 454,64±200,06

Rerata 69,45 ± 567,18 ± 553,99 532,15 ± 562,46 x z yz y yz 8,06 53,51 ± 65,65 80,69 ± 86,92 Keterangan: a,b : superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan x, y,z perbedaan (P<0,05) : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan

  (P<0,05) PST : tikus yang diberi pakan basal AD II PLK : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10%

PID : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan ekstrak

inulin umbi Dahlia 400 mg/ekor/hari

PYP : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt

prebiotik 2 ml/ekor/hari

PYS : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt

sinbiotik 2 ml/ekor

  Feed intake kolesterol kelompok PST lebih rendah daripada

  kelompok PLK, PID, PYP dan PYS (P<0,05) pada hari ke-0, sampai ke-42. Penambahan lemak sapi pada pakan dapat meningkatkan

  

feed intake kolesterol. Menurut Mayes (2003), hampir separuh dari

  jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700 mg/hari) dan sisanya berasal dari makanan. Pada manusia, hati menghasilkan kurang lebih 10% dari total sintesis sementara usus sekitar 10%, sehingga untuk mengurangi kadar kolesterol dalam darah perlu mengurangi asupan kolesterol dari makanan. Kolesterol dalam mengetahui pengaruh suplementasi yogurt sinbiotik terhadap kadar kolesterol serum darah maka dilakukan analisa kadar serum darah dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.

  Hasil analisis menunjukkan bahwa hari ke-0, 14, 28 dan 42, rerata total kolesterol serum darah tikus tidak terdapat perbedaan antara kelompok yang diberi pakan basal (PST), pakan basal ditambah lemak 10% (PLK), pakan basal ditambah lemak 10% dan suplementasi bubuk ekstrak inulin (PID), pakan basal ditambah lemak 10% dan suplementasi yogurt prebiotik (PYP) serta pakan basal ditambah lemak 10% dan suplementasi yogurt sinbiotik (PYS). Selama 42 hari pemberian pakan terjadi penurunan kolesterol pada

  

Tabel 4. Efek suplementasi pakan yang berbeda terhadap kadar kolesterol (mg/

dl) serum darah tikus percobaan Kadar kolesterol (mg/dl) Tikus ns 0 hari 14 hari 28 hari 42 hari Rerata

  

PST 88,00 72,94 73,84 68,88 75,91±11,25

PLK 77,33 77,64 64,61 64,44 71,00±11,11

PID 84,00 77,64 80,00 79,99 80,41±15.52

PYP 70,67 68,23 81,53 66,66 71,77±19,77

PYS 86,66 80,00 73,84 68,88 77,35±11,32 y xy xy x Rerata 81,33±13,61 75,29±13,15 74,76±16,84 69,77±11,79 Keterangan: ns x, y : tidak berbeda pada kolom dan pada baris rerata yang sama : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan ( P<0,05). PST : tikus yang diberi pakan basal AD II PLK : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10%

PID : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan ekstrak inulin umbi Dahlia 400 mg/ekor/hari.

PYP : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt prebiotik 2 ml/ekor/hari.

PYS : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt sinbiotik 2 ml/ekor kelompok tikus yang diberi pakan basal AD-II (PST) dan tikus yang diberi pakan basal ditambah lemak 10% ditambah yogurt sinbiotik dan PYP. Kelompok tikus yang diberi pakan basal AD-II (PST) menunjukkan adanya perbedaan kadar kolesterol antara hari ke-0 sampai hari ke-42 (P<0,05).

  Kelompok (PID) dengan suplementasi ekstrak inulin umbi dahlia selama 42 hari mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Tabel 4 menunjukkan penurunan 4,77% kolesterol serum darah dari 84,00 mg/dl menjadi 79,99 mg/dl. Penurunan kolesterol karena penambahan prebiotik inulin terjadi secara tidak langsung melalui aktivitas bakteri kolon yang memfermentasi inulin menjadi asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai pendek produk degradasi prebiotik menyebabkan pH intestinal menurun, diikuti dengan penurunan siklus asam empedu bersamaan dengan itu terjadi regulasi lipogenesis hepatik, sehingga menurunkan lemak dan kolesterol dalam serum.

  Suplementasi yogurt prebiotik pada kelompok (PYP) tidak menyebabkan penurunan kolesterol dari hari ke-0 sampai dengan ke-42. Suplementasi yogurt prebiotik sampai dengan hari ke-42 belum berpengaruh nyata terhadap kolesterol serum. Menurut Akalin et al. (1997), penambahan L. bulgaricus belum berpengaruh terhadap kadar kolesterol serum darah tikus pada hari ke-28 dan mulai berpengaruh pada hari ke-56. Lebih lanjut Djide (2006) menambahkan, penurunan kadar kolesterol dapat berasal dari pemanfaaan sejumlah kolesterol oleh BAL sebagai bahan dalam pembentukan membran sitoplasmanya. Lebih lanjut disampaikan bahwa BAL juga mempunyai kemampuan untuk mendekonjugasi asam empedu.

  Suplementasi yogurt sinbiotik pada kelompok PYS menunjukkan perbedaan antara hari ke-0 sampai dengan hari ke-42 (P<0,05). Pada kelompok ini terjadi penurunan kolesterol sebesar 20,52% dari kadar kolesterol awal 86,66 mg/dl menjadi 68,88 mg/dl. Hal ini dimungkinkan karena adanya hubungan simbiosis antara ekstrak inulin umbi dahlia (Dahlia pinnata L) sebagai prebiotik dan Bifidobacterium bifidum sebagai probiotik. Penurunan kolesterol terjadi karena inulin didegradasi di dalam kolon menjadi fruktosa yang diubah menjadi fruktosa-6-fosfat

  Mayerhof menghasilkan

  piruvat dan laktat. Dalam laju metabolisme penggunaan piruvat oleh mikrobia usus besar akan menghasilkan asam lemak rantai pendek (asetat, propionat dan butirat) (Roberfroid, 2005). Kaur dan Gupta (2002) menambahkan bahwa, keberadaan propionat akan menjadi penghambat (inhibitor) Hidroksi Metilglutaril CoA (HMGCoA) yang merupakan enzim yang berperan dalam sintesis kolesterol sehingga biosintesis kolesterol melambat.

  

Analisis total bakteri asam laktat (BAL) pada feses tikus

percobaan

  Bakteri asam laktat pada feses dapat menjadi indikasi terhadap total BAL dalam saluran pencernaan. Hasil analisis rata- rata total BAL feses tikus percobaan terdapat pada Tabel 5.

  Tabel 5. Rerata total BAL feses tikus percobaan selama 42 hari Total BAL (log CFU/ml) Tikus ns 0 hari 21 hari 42 hari Rerata

  PST 9,35 8,78 9,78 9,30±0,53 PLK 9,43 9,29 10,03 9,58±0,58 PID 8,77 10,11 10,30 9,73±0,98 PYP 8,57 9,25 10,76 9,53±1,11

  PYS 8,98 9,18 10,75 9,64±1,05

x x y

Rerata 9,02±0,77 9,32±0,70 10,32±0,55 Keterangan: ns x, y : tidak berbeda pada kolom dan pada baris rerata yang sama : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan ( P<0,05). PST : tikus yang diberi pakan basal AD II PLK : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10%

PID : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan ekstrak

inulin umbi Dahlia 400 mg/ekor/hari.

PYP : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt

prebiotik 2 ml/ekor/hari.

PYS : tikus yang diberi pakan basal AD II ditambah lemak 10% dan yogurt

sinbiotik 2 ml/ekor.

  Tabel 5 menunjukkan bahwa pada perbedaan perlakuan pakan tidak menyebabkan perbedaan total BAL pada feses tikus nyata dengan hari percobaan ke-21 yaitu berturutan 9,02±0,77 dan 9,32±0,70 (Tabel 5). Total BAL setelah hari ke-42 sebesar 10,32±0,55 menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan total BAL pada hari ke-0 dan ke-21 (Tabel 5). Bielecka et al. (2001) melaporkan bahwa asupan oligofruktosa dapat meningkatkan jumlah

  Bifidobacteria dalam feses, serta menurunkan Bacteriodes,

Fusobacteria dan Clostridia dalam feses, tetapi tidak mempengaruhi

  total mikrobia feses.

Menurut Fuller (1989), mikroflora usus adalah ekosistem yang kompleks yang terdiri dari sedikitnya 400 spesies bakteri

  12 yang berbeda, dengan jumlah total mencapai 10 sel/gram bahan terlarut. Lebih lanjut Gibson dan Roberfroid (2008), menambahkan bahwa mikrobia feses 75% didominasi oleh 3 grup spesies yaitu: 10

  1) (30 sampai 53%); 2)

   firmicutes dengan populasi 3 sampai 5,3x10 10 Bakteriodes dengan populasi 0,9 sampai 4,2x10 (9 sampai 42%); 3) Actinobacteria seperti Bifidobacteria dan Collinsea-Atopodium dengan 10

  populasi 0,7 sampai 1,0x10 (1 sampai 14%). Sisanya didominasi 9 oleh Enterobacteriacae dengan populasi 0,4 sampai 1x10 (0,3 sampai 8 3,7%) dan Lactobacilli dan Streptococci dengan populasi 2x10 sel/ gram bahan terlarut (2%).

  Kelompok tikus yang diberi pakan basal ditambah lemak 10% dan suplementasi ekstrak umbi dahlia (PID) dari hari ke-0, 21 dan hari ke-42 mengalami perbedaan nyata dengan adanya peningkatan total BAL feses sebesar 17,45% (P<0,05) dari 8,77 sampai 10,30 log cfu/g. Hal ini disebabkan karena inulin merupakan oligosakarida yang dapat berperan sebagai prebiotik dan merangsang pertumbuhan BAL dalam saluran pencernaan. Inulin dapat mengalami fermentasi akibat aktivitas mikrobia yang terdapat di dalam usus besar, sehingga berimplikasi positif terhadap kesehatan inangnya (Widowati et al., 2005).

  Kelompok PYP yang diberi pakan basal ditambah lemak 10% dan suplementasi yogurt prebiotik dari hari ke-0, 21 dan 42 menunjukkan perbedaan (P<0,05) dengan mengalami peningkatan total BAL feses sebesar 25,55% dari 8,57 sampai 10,76 log cfu/g. lemak 10% dan suplementasi yogurt sinbiotik dengan perlakuan suplementasi dari hari ke-0, 21 dan 42 mengalami peningkatan total BAL feses sebesar 19,71% (P<0,05) dari 8,98 sampai 10,75 log cfu/g (Tabel 5). Peningkatan BAL feses pada perlakuan ini berkorelasi positif terhadap penurunan kolesterol (Tabel 4). Menurut Ooi dan Liong (2010), pengaruh hiperkolseterolemik oleh probiotik karena probiotik mampu mengikat kolesterol pada usus halus dan ini tergantung pada phase pertumbuhan dan spesifitas strain bakteri.

  Kesimpulan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi yogurt sinbiotik secara teratur selama 42 hari mampu memberikan efek bifidogenik dalam hal penurunan kolesterol serum darah sebesar 20,52% dan peningkatan total BAL dalam feses sebesar 19,71%.

  Berdasar hasil penelitian ini, perlu penelitian lanjutan efek bifidogenik lainnya seperti pengaruh terhadap penghambatan sel kanker kolon, peningkatan daya imunitas dan peningkatan penyerapan kalsium.

  Daftar Pustaka

  Abd El-Gawad, I.A., El-Sayed, E.M., Hafez, S.A., El-Zeini, H.M., Saleh, F.A. 2005. The Hypocholesterolaemic Effect of Milk Yoghurt and Soy-Yoghurt Containing Bifidobacteria in Rats Fed on a Cholesterol-Enriched Diet.

  Int. Dairy J. 15: 37-44.

  Akalin, A.S., S. Gonc dan S. Duzell. 1997. Influence of yogurt and achidophilus yogurt on serum cholesterol levels in mice.

  J. Dairy Sci. 80:271.

  Anindita, N.S. 2010. Viabilitas Probiotik

Bifidobacterium bifidum

  ATCC 29521 dalam Yogurt yang Disuplementasi Ekstrak Inulin Umbi Dahlia (Dahlia pinnata L). Skripsi Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Astuti, M. 1980. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik.

  Bagian Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas

Bielecka, M., Biedrzycka, E., Majkowska, A. 2001. Selection of probiotics and prebiotics for synbiotics and confirmation of

  their in vivo effectiveness. Food Res.Int.. 35:125-131. Buckle, K.A., R.A. Edwards., G.H. Fleet and M. Wooton. 1987.

  Ilmu Pangan. Terjemahan oleh Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Collado, M.C., 2009. Role of Probiotics in Health and Diseases, pp 257-

  375. In: Y.K. Lee and S. Salminen (Eds.) Handbook of Probiotics nd and Prebiotics 2 Edition. John Wiley & Sons Inc. Hoboken. Dave, R. I and N. P. Shah. 1997. Viability of yogurt and probiotics bacteria in yogurts made from commercial stater cultures. Int.

Dairy J. 7: 31-41

  De Vrese, M. and P.R. Marteau. 2007. Probiotics and Prebiotics: Effects on Diarrhea. J Nutrition. 137: 803S–811S. Dewan Standar Nasional. SNI 0717 1992. Yogurt. Jakarta: Standar Nasional Indonesia. Djide, M.N. 2006. Efek Hiperkolesterolemia Kultur Bakteri Asam

  Laktat dalam Soygurt terhadap Tikus Putih. J. Sains Teknol. 6: 13-18. Djojosengodjo, S. 1995. Pengaruh Teh Hijau (Camelia sinensis) terhadap Kolesterol Darah Tikus Putih dengan Diet

  Lemak. Laporan Penelitian Fak. Kedokteran Hewan. UGM. Yogyakarta. Dwiyaningsih, R. 2011. Pemanfaatan Inulin Umbi Dahlia (Dahlia

  pinnata L.) sebagai Prebiotik dalam Produk Yogurt. Skripsi Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.

  FAO/WHO. 2006. Probiotics in Food: Health and Nutritional Properties and Guidelines for Evaluation. Report of a Joint FAO/WHO Working Group on Drafting Guidelines for the Evaluation of Probiotics in Food, Ontario.

  Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.

  Farnworth, E.R. 2008. Handbook of Fermented Functional Food nd 2 ed. CRC Press. New York. and human gut microbiology. Probiotica. 9: 2-7. Fuller, R. 1989. A review: Probiotics in man and animal. J. Appl.

  Bacteriol. 66: 365-378.

  Gibson, G. R and M. B. Roberfroid. 1995. Dietary modulation of the human colonic microbiota: Introducing the concept of prebiotics. J. Nutrition. 1401-1412. Gibson, G. R and M. B. Roberfroid. 2008. Handbook of Prebiotics.

  CRC Press. Buca Raton, London and New York. Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur: Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Edisi kedua. Liberty, Yogyakarta.

  Hidayat, N., M. C. Padaga dan S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta. Hrapkiewicz, K., L. Medina and D. D. Holmes. 1998. Clinical nd

  Medicine of Small Mammals and Primates. 2 edition. Manson Publishing. London. James, W. 2006. Liquid Cholesterol CHOD-POD. Atlas Medical, Cambrige UK. Kaur, N and A. K. Gupta. 2002. Review: Applications of inulin and oligofructose in health and nutrition. J. Biosci. 27:703-714. Kenny, A.P. 1952. The Determination of Cholesterol by

  Liebermann-Burchard Reaction. Clinical Laboratories, the Victoria Infirmary of Glasgow. 52: 611-619. Khan, S.H. and F.A. Ansari. 2007. Probiotics: The Friendly Bacteria with Market Potential in Global Market. Pak. J. Pharm. Sci. 20:

  71-76.

Klessen B, Sykura B, Zunft HJ, Blaut M. 1997. Effects of inulin and lactose on fecal microflora, microbial activity and bowel habit in

  elderly constipated persons. Am. J. Clin. Nutr. 65:1397–402. Lee, Y. K and S. Salminen. 2009. Handbook of Probiotics and nd

  Prebiotics. t 2 edition. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken, New Jersey, Canada. Mayes, P. A. 2003. Biokimia Harper edisi ke-25: Pengangutan dan Penyimpanan Lipid. Penerbit Buku kedokteran, Jakarta.

  1995. Continuous productions of fructose syrups from inulin

  • - by immobilized inulase from Asprgillus niger mutan817. J. Fer ment. Bioeng 80: 164-169.

  Nuraida, L., Hana., S.R. Dwiari dan D.N. Faridah. 2008. Pengujian Sifat Prebiotik dan Sinbiotik Produk Olahan Ubi Jalar Secara In Vivo . JTIP. 19:89-96.

  Ong, L.A., Henrickson and N.P. Shah. 2007. Proteolytic pattern and organic acid profiles of probiotic cheddar flocreas influenced by probiotic strain of L. achidophilus, L. bulgaricus, Paracasei, L.

  casei or Bifidobacterium sp. J. Int. Dairy. 77:67-78.

  Ooi, I.G and M.T. Liong. 2010. Cholesterol-lowering Effects of Probiotics and Prebiotics: A Review of in vivo and in vitro Findings. Int. J. Mol. Sci. 11: 2499-2522.

  Ouwehand, A. C., S. Tolkko dan S. Salminen. 2001. The effect of digestive enzymes on the adhesion of probiotics bacteria in

  vitro . J. of Food Sci. 66: 856-859.

  Parvez, S., K.A. Malik, S. Ah Kang and H.-Y. Kim. 2006. Probiotics and their fermented food products are beneficial for health. J.

  Appl. Microbiol. 100: 1171–1185.

  Roberfroid, M.B., J.A.E. Van Loo and G.R. Gibson. 1998. The Bifi- dogenic Nature of Chicory Inulin and Its Hydrolisis Products.

  J. Nutrition : 11-19.

  Roberfroid, M.B. 2005. Inulin-Type Fructans Functional Food Ingredients. CRC Press, Boca Raton.

Roberfroid, M.B. 2008. Concept, Definition, Criteria, Methodologies, and Products. In: Handbook of Prebiotics. pp 39-68. G.R

  Gibson and M.B. Roberfroid, eds. Taylor & Francis Group, Boca Raton. Smith, J. B. dan S. Mangkuwidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan Daerah Tropis. Jakarta :

  UI Press. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1998. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Angkasa,