Makalah perilaku terpuji. docx (1)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahukah kamu bahwa manusia menjalani beberapa proses
perjalanan kehidupan. Perjalanan pertamanya adalah kelahiran,
kedua adalah kematian, berikutnya dibangkitkan untuk hidup
kembali, dan kemudian sesudahnya adalah perhitungan amal
(hisab).
Kelak
ada
manusia
yang
beruntung
dan
tempat
kembalinya adalah syurga, tetapi ada pula manusai yang merugi
sehingga tempatnya adalah neraka. Mereka yang beriman dan
beramal shalehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan
kehidupan diakhirat kelak.
Dalam
menjalani
kehidupan,
seseorang
tentu
harus
mempersiapkan bekal untuk kemudian hari. Bekalnya adalah
iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh
akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia
maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji
seperti berotbat, raja’ (menunjukkan sikap menghara keridhaan
Allah), optimis, dinamis, mampu berfkir kritis, dan mampu
mengendalikan diri.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian taubat?
2. Apa sajakah kriteria orang yang bertaubat?
3. Bagaimana cara bertaubat?
4. Apa sajakah syarat-syarat bertaubat?
5. Apa sajakah tingkatan taubat?
ii
6. Apa sajakah hikmat bertaubat?
7. Apakah pengertian dari raja’?
8. Bagaimanakah cara menerapkan sikap raja’?
9. Apakah manfaat sifat raja’?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui
dan memahami perilaku beberapa contoh dari sekian banyak
perilaku terpuji, yaitu tobat dan raja’. Selain itu agar kita tahu
bagaimana
cara
menerapkannya,
hikmahnya,
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
ii
dan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tobat
Hawa nafsu merupakan sesuatu yang melekat dalam diri
setiap manusia. Seringkali hawa nafsu membawa seseorang
cenderung ke arah keburukan sehingga setiap orang harus
mampu
mengendalikannya.
kebaikan
selama
ia
Hawa
mampu
nafsu
dapat
diarahkan,
membawa
tetapi
akan
menjerumuskan pada kejahatan bila dibiarkan dan terus diikuti
tanpa
arah
yang
jelas.
Orang yang menurutkan hawa nafsunya sangat dimurkai
Allah dan disamakan dosa dan bahayanya dengan orang-orang
yang menyembah berhala dan memuja benda-benda yang ada di
bumi. Nafsu mengandung ketertarikan syahwat untuk mencari
kelezatan jasmani dan rohani sehingga mudah menerima godaan
serta bujukan setan. Nafsu manusia ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
1. Nafsu
amarah
yaitu
nafsu
yang
menyuruh
kepada
keburukan.
2. Nafsu lawamah yaitu nafsu yang suka mencela atau
mengecam.
3. Nafsu mutma’innah yaitu nafsu yang tenang dan tentram.
Berikut ini merupakan beberapa perilaku yang dapat
melatih diri kita agar mampu bersikap mengendalikan diri :
1. Tidak
suka
mengolok-ngolok
dan
berburuk
sangka
terhadap orang lain (QS Al-Hujurat: 11-12)
2. Tidak iri dan dengki (QS Muhammad;29 dan An-Nisa:32)
3. Tidak sombong (QS Luqman:18 dan Sad:74)
4. Tidak kikir dan pelit (QS Al-Furqon; 67 dan Al-Hadid:24)
ii
5. Tidak tamak (QS Ali Imran:130)
6. Tidak memftnah (QS Al-Baqarah:191-192)
7. Tidak melakukan kejahatan (QS Al-Bagarah:169 dan AlHajj:3)
8. Ikhlas (QS An-Nisa:125,146 dan Al-maidah:58)
9. Sabar (QS Al-Baqarah:153 dan Al-Anfal :46,66)
10.
Suka berkorban (QS Al-Kausar:1-3 dan Al-Hajj:34-37)
11.
Pandai bersyukur (QS Ibrahim:7 dan An-Nahl:14,78)
12.
Mau bertobat dan mengadakan perbaikan (QS Al-
Baqarah:60, Hud:3, dan Ar-Ra’ad:27)
13.
Mampu mengendalikan hawa nafsu (QS Jasiyah:23
dan Yusuf:53)
ب
ِ ُ وي
ِ ُه ي
ّ ِإ
ّ ح
ّ ح
َ ِ واب
َ ّ ن الل
َ ين
ّ ّ ب الت
)222(ين
ّ َمتَط
َ ر
ُ ْ ال
ِ ه
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang
tobat
kepada-Nya
dan
dia
menyukai
orang-orang
yang
membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
Kata tobat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang
kerjanya adalah ruju’, kembali. Menurut istilah tobat adalah
kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan dengan niat sungguhsungguh dan berjanji tidak akan pernah mengulangi perbuatan
maksiat tersebut.
Hukum bertobat adalah wajib bagi setiap Muslim atau
Muslimah yang sudah mukalafaf (baligh dan berakal). Tobat
nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh
atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah yang dinilai paling
tinggi. Dasar
hukum
bertobat
ii
kepada
Allah termaktub
didalam kitab suci Al-Quran pada Q.S. An-Nisa:17-18, Q.S. AlBaqarah : 222 , Q.S. At-Thamrin :8, dan Q.S. An-Nur : 31.
Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain,
diantaranya seperti hal-hal berikut.
1. Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan
dan memberi makan orang miskin, memakan harta dengan
mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil dan
mencintai harta yang berlebihan (lihat QS Al Fajr: 15-20)
2. Bakhil, merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang
baik (lihat QS Al Lail : 1-13)
3. Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok (lihat QS Al
humazah : 1, dan Al Hujurat : 11-13)
4. Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan
salat.
Ada beberapa kriteria orang yang bertaubat.
1. Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan.
Orang ini diampuni dosanya. “Selain orang-orang yang
tobat
sesudah
berbuat
kesalahan
dan
mengadakan
perbaikan, sesungguhnya Allah maha pengampun dan
maha penyayang.” (QS Ali Imran : 89)
2. Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat
semacam ini sudah tidak dapat diterima “Dan tidaklah
tobat
itu
diterima
Allah
dari
orang-orang
yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal
dan setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia
mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan
tidak pula (diterima tobat) orang-orang yang mati sedang
mereka dalam kekafran. Bagi orang-orang itu telah kami
sediakan siksaan yang pedih.” (QS An Nisa : 18
ii
3. Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat
nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sungguhsungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah
yang dinilai paling tinggi (lihat Al Qur’an aurah At Tahrim :
8)
Tobat nasuha dapat dilakukan degan cara sebagai
berikut.
1) Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada
Allah (QS An Nahl : 53)
2) Meminta perlindungan dari perbuatan setan atau iblisdan
ari kejahatan makhluk lainnya. (QS An Nas : 1-6, Al Falaq :
1-5, dan An Nahl : 98)
3)
Bersegera berbuat baik atau mengadakan perbaikan,
dengan
sungguh-sungguh,
sesuai
keadaan,
tidak
melampaui batas, dan hasilnya tidak boleh diminta segera
(QS Al A’raf : 35, Hud : 112, Al Isra’ : 17-19, Al Anbiya :
90&37, Az Zumar : 39) serta sadar karena tidak semua
keinginan dapat dicapai. (QS An Najm : 24-25)
4)
Menggunakan akal dengan sebaik-baiknya agar tak
dimurkai Allah (QS Yunus : 100) dan menggunakan
pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang buruk (QS Hud :
46 dan Ar Rum : 29) serta selalu membaca ayat-ayat alam
semesta Al Qur’an (QS Ali Imran : 190-191), mendengarkan
perkataan lalu memilih yang terbaik (QS Az Zumar : 18),
dan bertanya kepada yang berpengetahuan jika tidak tahu
(QS An Nahl : 43)
5) Bersabar (QS Al Baqarah : 155-157) karena kalau tidak
sabar orang beriman dan bertakwa tidak akan mendapat
pahala (QS Al Qasas : 30)
ii
6)
Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan
munkar (QS Al Ankabut : 45) dan bertebaran di muka bumi
setelah selesai salat untuk mencari karunia Allah dengan
selalu mengingatnya agar beruntung (QS Al Jumuah : 9-10)
7) Terus menerus berbuat baik agar terus menerus diberi
hikmah (QS Yusuf : 22, Al Qasas : 4, Al Furqan : 69-71, At
Taubah : 11 dan Al mukmin : 7)
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus
memenuhi tiga syarat sebagai berikut :
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya.
2) Harus menyesalai perbuatannya.
3) Niat
bersungguh-sungguh
tidak
akan
mengulangi
perbuatan dosa itu lagi. Dan mengganti dengan perbuatan
yang baik, dan apabila ada hubungan dengan hak-hak
orang
lain,
maka
ia
harus
meminta
maaf
dan
mengembalikan hak pada orang tersebut.
Syarat-Syarat Diterimanya Tobat
Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila
telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa itu
terhadap Allah SWT, maka syarat tobat, yaitu :
1. Menyesal
terhadap
perbuatan
maksiat
yang
telah
diperbuat (nadam)
2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu.
3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan
lagi mengulangi perbuatan maksiat itu.
4. Mengikuti dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik
akan menghapus keburukan
5. Taubat harus dilakukan seketika itu juga.
6. Harus
dilakukan
dalam
keadaan
tidak
tanggungan (hutang).
7. Taubat harus merupakan taubat nashuha.
ii
mempunyai
8. Taubat harus disertai dengan pengakuan dan kesadaran.
Namun, apabila dosanya terhadap sesama manusia, maka
syarat tobat selain yang diatas tersebut ditambah dua syarat
yaitu:
1.
Meminta
maaf
terhadap
orang
yang
telah
dizalimi
(dianiaya) atau dirugikan.
2.
Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang
dialaminya,
yang
diakibatkan
perbuatan
zalim
atau
meminta kerelaannya.
Beberapa amalan yang dapat menghapus dosa :
1. Berwudhu.
2. Mengerjakan shalat fardhu dan shalat jumat
3. Bersujud dalam shalat.
4. Mengerjakan puasa ramadhan.
5. Mengerjakan shalat taraweh.
6. Mengerjakan haji dan umrah.
7. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat.
8. Bersabar dalam penderitaan.
9. Mendoakan orang tua.
10. Bersedekah.
.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
penjabaran
makalah
ini,
maka
dapat
disimpulkan bahwa ada dua perilaku terpuji yang dibahas di
kelas XI semester 1, yaitu tobat dan raja’. Tobat adalah
kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan dengan niat
ii
sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan pernah mengulangi
perbuatan maksiat tersebut. Tobat memiliki syarat, criteria,
cara, tingkatan, dan hikmah tersendiri. Sedangkan raja’ adalah
mengharap keridhoan Allah SWT dan rahmat-Nya. Perbuatan
raja’
meliputi
mengendalikan
optimis,
diri.
Raja’
dinamis,
juga
berpikir
memiliki
kritis,
dan
manfaat,
yaitu
mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.2
Saran
Kita perlu mengamalkan perilaku tobat dan raja’ dalam
kehidupan sehari-hari. Kita perlu mengamalkan perilaku tobat
karena tanpa sepengetahuan kita, kita sering berbuat salah
kepada orang lain, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Untuk itulah kita perlu memohon ampun kepada-Nya, yang
Maha Menerima Tobat. Kita perlu mengamalkan perilaku raja;
agar kita tidak mudah menyerah ketika bertemu dengan
masalah, agar kita optimis ketika banyak rintangan yang
menghadang, agar kita dinamis, berpikir kritis terhadap suatu
persoalan, dan agar kita dapat mengendalikan diri kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar, Junaidi. 2007. Pendidikan Agama Islam 2.
Jakarta : PT Ghalia Indonesia.
2. www.muslimah.or.id
ii
3. http://saef-jaza.blogspot.com/2009/05/akhlakterpuji.html
4. cacawitarsa.blogspot.com
5. agama.kompasiana.com
ii
PERILAKU TERPUJI
Disusun Oleh
KELOMPOK : 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama Anggota :
SOFIANI KHOIR
INDAH SARI
NITA ARSILA
REFENDI
HERU KURNIAWAN
RAFIKA DEWI
AYU ASRINA HARAHAP
KELAS : XII – 4 AP
SMK YASPI LABUHAN DELI
2017
ii
Kata Pengantar
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah akhirnya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Makalah
ini disusun untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Agama Islam dengan
pokok bahasan Perilaku Terpuji.
Dalam
penyusunan
makalah
ini,
tidak
sedikit
hambatan yang kami hadapi, namun dengan semangat
dan kerja keras dan dengan bantuan semua pihak akhirnya
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini berisi tentang pembahasan mengenai
perilaku terpuji, yaitu tobat dan raja’ (mengharap keridaan
Allah).
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa
terima kasih kepada Pak Julisman, selaku Guru mata
pelajaran
Agama
Islam
yang
telah
membantu
mengarahkan dan memberi batasan penyusunan materi
makalah, serta terima kasih kepada teman- teman yang
turut memberikan informasinya, dan yang terakhir kami
mengucapkan terima kasih kepada keluarga kami yang
telah mendukung kami dalam membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan sarannya
yang membangun sangat kami harapkan agar dapat
berbuat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
ii
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
pada khususnya dan dapat memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya.
Penulis
Daftar Isi
Halaman
Judul………………………………………………………………………………
.
i
Kata
Pengantar………………………………………………………………………
……..
ii
Daftar
Isi……………………………………………………………………………........
....iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
………………………………………………………… 1
1.2
Rumu
san
Masalah……………………………………………………
1
1.3
Tujua
n………………………………………………………………
……….
2
ii
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Tobat
……………………………………………………………………….
2.2
Raja’(Mengharap
……………………………
3
Keridaan
Allah)
9
BAB III PENUTUP
3.3
Kesimpulan……………………………………………………………….
17
3.4
Saran………………………………………………………………………..
17
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..
18
ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahukah kamu bahwa manusia menjalani beberapa proses
perjalanan kehidupan. Perjalanan pertamanya adalah kelahiran,
kedua adalah kematian, berikutnya dibangkitkan untuk hidup
kembali, dan kemudian sesudahnya adalah perhitungan amal
(hisab).
Kelak
ada
manusia
yang
beruntung
dan
tempat
kembalinya adalah syurga, tetapi ada pula manusai yang merugi
sehingga tempatnya adalah neraka. Mereka yang beriman dan
beramal shalehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan
kehidupan diakhirat kelak.
Dalam
menjalani
kehidupan,
seseorang
tentu
harus
mempersiapkan bekal untuk kemudian hari. Bekalnya adalah
iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh
akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia
maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji
seperti berotbat, raja’ (menunjukkan sikap menghara keridhaan
Allah), optimis, dinamis, mampu berfkir kritis, dan mampu
mengendalikan diri.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian taubat?
2. Apa sajakah kriteria orang yang bertaubat?
3. Bagaimana cara bertaubat?
4. Apa sajakah syarat-syarat bertaubat?
5. Apa sajakah tingkatan taubat?
ii
6. Apa sajakah hikmat bertaubat?
7. Apakah pengertian dari raja’?
8. Bagaimanakah cara menerapkan sikap raja’?
9. Apakah manfaat sifat raja’?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui
dan memahami perilaku beberapa contoh dari sekian banyak
perilaku terpuji, yaitu tobat dan raja’. Selain itu agar kita tahu
bagaimana
cara
menerapkannya,
hikmahnya,
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
ii
dan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tobat
Hawa nafsu merupakan sesuatu yang melekat dalam diri
setiap manusia. Seringkali hawa nafsu membawa seseorang
cenderung ke arah keburukan sehingga setiap orang harus
mampu
mengendalikannya.
kebaikan
selama
ia
Hawa
mampu
nafsu
dapat
diarahkan,
membawa
tetapi
akan
menjerumuskan pada kejahatan bila dibiarkan dan terus diikuti
tanpa
arah
yang
jelas.
Orang yang menurutkan hawa nafsunya sangat dimurkai
Allah dan disamakan dosa dan bahayanya dengan orang-orang
yang menyembah berhala dan memuja benda-benda yang ada di
bumi. Nafsu mengandung ketertarikan syahwat untuk mencari
kelezatan jasmani dan rohani sehingga mudah menerima godaan
serta bujukan setan. Nafsu manusia ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
1. Nafsu
amarah
yaitu
nafsu
yang
menyuruh
kepada
keburukan.
2. Nafsu lawamah yaitu nafsu yang suka mencela atau
mengecam.
3. Nafsu mutma’innah yaitu nafsu yang tenang dan tentram.
Berikut ini merupakan beberapa perilaku yang dapat
melatih diri kita agar mampu bersikap mengendalikan diri :
1. Tidak
suka
mengolok-ngolok
dan
berburuk
sangka
terhadap orang lain (QS Al-Hujurat: 11-12)
2. Tidak iri dan dengki (QS Muhammad;29 dan An-Nisa:32)
3. Tidak sombong (QS Luqman:18 dan Sad:74)
4. Tidak kikir dan pelit (QS Al-Furqon; 67 dan Al-Hadid:24)
ii
5. Tidak tamak (QS Ali Imran:130)
6. Tidak memftnah (QS Al-Baqarah:191-192)
7. Tidak melakukan kejahatan (QS Al-Bagarah:169 dan AlHajj:3)
8. Ikhlas (QS An-Nisa:125,146 dan Al-maidah:58)
9. Sabar (QS Al-Baqarah:153 dan Al-Anfal :46,66)
10.
Suka berkorban (QS Al-Kausar:1-3 dan Al-Hajj:34-37)
11.
Pandai bersyukur (QS Ibrahim:7 dan An-Nahl:14,78)
12.
Mau bertobat dan mengadakan perbaikan (QS Al-
Baqarah:60, Hud:3, dan Ar-Ra’ad:27)
13.
Mampu mengendalikan hawa nafsu (QS Jasiyah:23
dan Yusuf:53)
ب
ِ ُ وي
ِ ُه ي
ّ ِإ
ّ ح
ّ ح
َ ِ واب
َ ّ ن الل
َ ين
ّ ّ ب الت
)222(ين
ّ َمتَط
َ ر
ُ ْ ال
ِ ه
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang
tobat
kepada-Nya
dan
dia
menyukai
orang-orang
yang
membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
Kata tobat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang
kerjanya adalah ruju’, kembali. Menurut istilah tobat adalah
kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan dengan niat sungguhsungguh dan berjanji tidak akan pernah mengulangi perbuatan
maksiat tersebut.
Hukum bertobat adalah wajib bagi setiap Muslim atau
Muslimah yang sudah mukalafaf (baligh dan berakal). Tobat
nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh
atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah yang dinilai paling
tinggi. Dasar
hukum
bertobat
ii
kepada
Allah termaktub
didalam kitab suci Al-Quran pada Q.S. An-Nisa:17-18, Q.S. AlBaqarah : 222 , Q.S. At-Thamrin :8, dan Q.S. An-Nur : 31.
Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain,
diantaranya seperti hal-hal berikut.
1. Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan
dan memberi makan orang miskin, memakan harta dengan
mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil dan
mencintai harta yang berlebihan (lihat QS Al Fajr: 15-20)
2. Bakhil, merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang
baik (lihat QS Al Lail : 1-13)
3. Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok (lihat QS Al
humazah : 1, dan Al Hujurat : 11-13)
4. Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan
salat.
Ada beberapa kriteria orang yang bertaubat.
1. Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan.
Orang ini diampuni dosanya. “Selain orang-orang yang
tobat
sesudah
berbuat
kesalahan
dan
mengadakan
perbaikan, sesungguhnya Allah maha pengampun dan
maha penyayang.” (QS Ali Imran : 89)
2. Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat
semacam ini sudah tidak dapat diterima “Dan tidaklah
tobat
itu
diterima
Allah
dari
orang-orang
yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal
dan setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia
mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan
tidak pula (diterima tobat) orang-orang yang mati sedang
mereka dalam kekafran. Bagi orang-orang itu telah kami
sediakan siksaan yang pedih.” (QS An Nisa : 18
ii
3. Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat
nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sungguhsungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah
yang dinilai paling tinggi (lihat Al Qur’an aurah At Tahrim :
8)
Tobat nasuha dapat dilakukan degan cara sebagai
berikut.
1) Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada
Allah (QS An Nahl : 53)
2) Meminta perlindungan dari perbuatan setan atau iblisdan
ari kejahatan makhluk lainnya. (QS An Nas : 1-6, Al Falaq :
1-5, dan An Nahl : 98)
3)
Bersegera berbuat baik atau mengadakan perbaikan,
dengan
sungguh-sungguh,
sesuai
keadaan,
tidak
melampaui batas, dan hasilnya tidak boleh diminta segera
(QS Al A’raf : 35, Hud : 112, Al Isra’ : 17-19, Al Anbiya :
90&37, Az Zumar : 39) serta sadar karena tidak semua
keinginan dapat dicapai. (QS An Najm : 24-25)
4)
Menggunakan akal dengan sebaik-baiknya agar tak
dimurkai Allah (QS Yunus : 100) dan menggunakan
pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang buruk (QS Hud :
46 dan Ar Rum : 29) serta selalu membaca ayat-ayat alam
semesta Al Qur’an (QS Ali Imran : 190-191), mendengarkan
perkataan lalu memilih yang terbaik (QS Az Zumar : 18),
dan bertanya kepada yang berpengetahuan jika tidak tahu
(QS An Nahl : 43)
5) Bersabar (QS Al Baqarah : 155-157) karena kalau tidak
sabar orang beriman dan bertakwa tidak akan mendapat
pahala (QS Al Qasas : 30)
ii
6)
Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan
munkar (QS Al Ankabut : 45) dan bertebaran di muka bumi
setelah selesai salat untuk mencari karunia Allah dengan
selalu mengingatnya agar beruntung (QS Al Jumuah : 9-10)
7) Terus menerus berbuat baik agar terus menerus diberi
hikmah (QS Yusuf : 22, Al Qasas : 4, Al Furqan : 69-71, At
Taubah : 11 dan Al mukmin : 7)
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus
memenuhi tiga syarat sebagai berikut :
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya.
2) Harus menyesalai perbuatannya.
3) Niat
bersungguh-sungguh
tidak
akan
mengulangi
perbuatan dosa itu lagi. Dan mengganti dengan perbuatan
yang baik, dan apabila ada hubungan dengan hak-hak
orang
lain,
maka
ia
harus
meminta
maaf
dan
mengembalikan hak pada orang tersebut.
Syarat-Syarat Diterimanya Tobat
Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila
telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa itu
terhadap Allah SWT, maka syarat tobat, yaitu :
1. Menyesal
terhadap
perbuatan
maksiat
yang
telah
diperbuat (nadam)
2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu.
3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan
lagi mengulangi perbuatan maksiat itu.
4. Mengikuti dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik
akan menghapus keburukan
5. Taubat harus dilakukan seketika itu juga.
6. Harus
dilakukan
dalam
keadaan
tidak
tanggungan (hutang).
7. Taubat harus merupakan taubat nashuha.
ii
mempunyai
8. Taubat harus disertai dengan pengakuan dan kesadaran.
Namun, apabila dosanya terhadap sesama manusia, maka
syarat tobat selain yang diatas tersebut ditambah dua syarat
yaitu:
1.
Meminta
maaf
terhadap
orang
yang
telah
dizalimi
(dianiaya) atau dirugikan.
2.
Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang
dialaminya,
yang
diakibatkan
perbuatan
zalim
atau
meminta kerelaannya.
Beberapa amalan yang dapat menghapus dosa :
1. Berwudhu.
2. Mengerjakan shalat fardhu dan shalat jumat
3. Bersujud dalam shalat.
4. Mengerjakan puasa ramadhan.
5. Mengerjakan shalat taraweh.
6. Mengerjakan haji dan umrah.
7. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat.
8. Bersabar dalam penderitaan.
9. Mendoakan orang tua.
10. Bersedekah.
.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
penjabaran
makalah
ini,
maka
dapat
disimpulkan bahwa ada dua perilaku terpuji yang dibahas di
kelas XI semester 1, yaitu tobat dan raja’. Tobat adalah
kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan dengan niat
ii
sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan pernah mengulangi
perbuatan maksiat tersebut. Tobat memiliki syarat, criteria,
cara, tingkatan, dan hikmah tersendiri. Sedangkan raja’ adalah
mengharap keridhoan Allah SWT dan rahmat-Nya. Perbuatan
raja’
meliputi
mengendalikan
optimis,
diri.
Raja’
dinamis,
juga
berpikir
memiliki
kritis,
dan
manfaat,
yaitu
mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.2
Saran
Kita perlu mengamalkan perilaku tobat dan raja’ dalam
kehidupan sehari-hari. Kita perlu mengamalkan perilaku tobat
karena tanpa sepengetahuan kita, kita sering berbuat salah
kepada orang lain, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Untuk itulah kita perlu memohon ampun kepada-Nya, yang
Maha Menerima Tobat. Kita perlu mengamalkan perilaku raja;
agar kita tidak mudah menyerah ketika bertemu dengan
masalah, agar kita optimis ketika banyak rintangan yang
menghadang, agar kita dinamis, berpikir kritis terhadap suatu
persoalan, dan agar kita dapat mengendalikan diri kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar, Junaidi. 2007. Pendidikan Agama Islam 2.
Jakarta : PT Ghalia Indonesia.
2. www.muslimah.or.id
ii
3. http://saef-jaza.blogspot.com/2009/05/akhlakterpuji.html
4. cacawitarsa.blogspot.com
5. agama.kompasiana.com
ii
PERILAKU TERPUJI
Disusun Oleh
KELOMPOK : 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama Anggota :
SOFIANI KHOIR
INDAH SARI
NITA ARSILA
REFENDI
HERU KURNIAWAN
RAFIKA DEWI
AYU ASRINA HARAHAP
KELAS : XII – 4 AP
SMK YASPI LABUHAN DELI
2017
ii
Kata Pengantar
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah akhirnya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Makalah
ini disusun untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Agama Islam dengan
pokok bahasan Perilaku Terpuji.
Dalam
penyusunan
makalah
ini,
tidak
sedikit
hambatan yang kami hadapi, namun dengan semangat
dan kerja keras dan dengan bantuan semua pihak akhirnya
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini berisi tentang pembahasan mengenai
perilaku terpuji, yaitu tobat dan raja’ (mengharap keridaan
Allah).
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa
terima kasih kepada Pak Julisman, selaku Guru mata
pelajaran
Agama
Islam
yang
telah
membantu
mengarahkan dan memberi batasan penyusunan materi
makalah, serta terima kasih kepada teman- teman yang
turut memberikan informasinya, dan yang terakhir kami
mengucapkan terima kasih kepada keluarga kami yang
telah mendukung kami dalam membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan sarannya
yang membangun sangat kami harapkan agar dapat
berbuat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
ii
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
pada khususnya dan dapat memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya.
Penulis
Daftar Isi
Halaman
Judul………………………………………………………………………………
.
i
Kata
Pengantar………………………………………………………………………
……..
ii
Daftar
Isi……………………………………………………………………………........
....iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
………………………………………………………… 1
1.2
Rumu
san
Masalah……………………………………………………
1
1.3
Tujua
n………………………………………………………………
……….
2
ii
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Tobat
……………………………………………………………………….
2.2
Raja’(Mengharap
……………………………
3
Keridaan
Allah)
9
BAB III PENUTUP
3.3
Kesimpulan……………………………………………………………….
17
3.4
Saran………………………………………………………………………..
17
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..
18
ii