MAKALAH bermain kel 4 (1)

MAKALAH
PENGARUH TELEVISI DAN FILM TERHADAP ANAK USIA DINI
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Bermain dan Permainan Anak Usia Dini
Dosen pengampu Matsuri, M.Pd dan Warananingtyas Palupi, MA

DISUSUN OLEH
MUTIARA NURSINTA

(K8110032)

REFINA SITA

(K8110044)

RIRIN LISTYAWATI

(K8110045)

ROIHANAH HARDIANI

(K8110048)


YULINDA WAHYUNINGTYAS (K8110062)
PAUD 6B

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maraknya film dan sinetron yang menghiasi layar kaca di Indonesia ini memberikan
dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Setiap hari stasiun-stasiun televisi swasta selalu
menyuguhkan begitu banyak film dan sinetron yang notabene mempunyai alur cerita yang
sama. Cerita-cerita mengenai percintaan, kehidupan glamour, hedonisme, dan kriminalitas
merupakan tema wajib bagi semua film dan sinetron di Indonesia. Bahkan film-film dan
sinetron-sinetron yang berlatar keagamaan juga tak luput dari tema-tema tersebut.
Bagi sebagian masyarakat film dan sinetron merupakan konsumsi wajib sehari-hari

khususnya kaum ibu. Namun, yang memprihatinkan para kaum ibu membiarkan anakanaknya yang masih berusia dini untuk ikut menikmati film dan sinetron tersebut. Banyak
dari para kaum ibu tersebut yang tidak mengerti bahwa film dan sinetron dapat memberikan
dampak yang sangat buruk bagi perilaku anak usia dini.
Tahap perkembangan anak usia dini adalah tahap pra operasional kongkrit. Di mana
pada tahap ini anak-anak akan meniru dari apa yang dilihatnya. Menyerahkan anak pada
televisi tentu akan memberikan kesempatan yang sangat besar bagi si anak untuk menirukan
perilaku-perilaku tokoh dari sinetron yang dilihatnya. Jika si anak melihat tokoh yang baik si
anak akan meniru kebaikannya, namun jika si anak melihat tokoh yang buruk ia juga akan
menirukan perilaku yang buruk pula. Ironisnya, sinetron-sinetron di Indonesia lebih banyak
menampilkan adegan-adegan kejahatan, dan justru adegan-adegan yang baik itu disampaikan
dengan cara yang sangat membosankan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan televisi?
2. Apa saja tujuan dan fungsi dari televsi?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi minat anak pada televisi?
4. Apa yang menyebabkan timbulnya kebiasaan menonton televisi?
5. Bagaimanakah frekuensi menonton televisi?

6. Apa saja pengaruh positif dan negatif televisi terhadap anak ?

7. Bagaimana cara mengatasi dampak negatif menonton televisi
pada anak serta peran orangtua dalam mengatasi dampak
negatif acara televisi?
8. Apakah yang dimaksud dengan film?
9. Bagaimana pengaruh film terhadap anak?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya
penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambargambar melalui gelombang radio. (Kamus Internasional Populer: 196)1
Sedangkan menurut KBBI (2001:919)2 televisi adalah pesawat system penyiaran
gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel
atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar)
dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi
berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk
penyiaran pertunjukan, berita, dan sebagainya.

Televisi sangat menarik


karena tersedia berbagai macam acara, dan televisi sekarang
acaranya dapat dilihat 24 jam nonstop. Televisi juga merupakan
salah satu hiburan yang paling populer selama masa kanakkanak. Kenyataannya televisi disebut “electronoc pied Piper”
atau sebuah label yang menyatakan bahwa secara harfah ia
menyita perhatian anak terhadap bentuk bermain lainnya.
B. Tujuan dan Fungsi Televisi
 Tujuan Televisi
Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB
II pasal 43, bahwa penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan makmur.
Jadi sangat jelas tujuan secara umum adanya televisi di Indonesia
sudah diatur dalam undang-undang penyiaran ini. Sedangkan tujuan secara
khususnya dimiliki oleh stasiun televise yang bersangkutan. Dari uraian di
atas penulis dapat mengklarifikasikan mengenai tujuan secara umum
adanya televise atau penyiaran di Indonesia, adalah sebagai berikut:

 Menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
3 UndangUndang Penyiaran No. 24 Tahun 1997, Sinar Gratika,
Jakarta
 Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan
 Mengembangkan masyarakat adil dan makmur
 Fungsi Televisi
a. Fungsi rekreatif
Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan
hiburan yang sehat kepada pemirsanya, karena manusia
adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.
b. Fungsi edukatif
Selain untuk menghibur, televisi juga berperan
memberikan pengetahuan kepada pemirsanya lewat
tayangan yang ditampilkan.
c. Fungsi informatif
Televisi

dapat

mengerutkan


dunia

dan

menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya
media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk
memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang
terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan
menambahkan wawasan.
C. Faktor yang Mempengaruhi Minat Anak pada Televisi
a. Usia
Anak prasekolah menunjukkan minat yang lebih besar
pada televisi ketimbang anak usia sekolah yang mempunyai
perhatian bermain yang lebih luas dan teman bermain yang
lebih banyak, serta lebih kritis mengenai segala sesuatu yang
dilihatnya di televisi.
b. Jenis kelamin
Anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk menonton televisi daripada anak perempuan. Anak laki-


laki menganggap membaca lebih sulit ketimbang anak
perempuan, juga siaran televisi yang berpusat pada adegan
yang menegangkan lebih disukai anak laki-laki.
c. Inteligensi

Pada semua usia, anak yang pandai kurang memperoleh
kepuasan dari telvisi ketimbang teman sebayanya yang
kurang pandai dan mereka lebih cepat kehilangan minatnya.
d. Status sosioekonomi

TV lebih populer bagi anak yang berasal dari kelompok
sosioekonomi rendah daripada kelompok yang lebih tinggi. hal
ini terutama benar dengan meningkatnya usia anak, yang
sebagian karena anak dalam kelompok lebih rendah kurang
memiliki kesempatan untuk dapat melakukan bentuk bermain
yang lain.
e. Prestasi akademik

Pada setiap tingkatan usia, siwa yang pandai kurang

tertarik pada televisi ketimbang siswa yang kurang pandai.
Mereka sering menganggapnya pemborosan waktu untuk
menonton acara yang disajikan.
f. Penerimaan sosial

Terdapat

hubungan

yang

erat

antara

jumlah

penerimaan sosial yang dinikmati anak dan perhatian mereka
pada


TV.

Semakin

mereka

diterima

semakin

kurang

perhatiannya pada televisi dan sebaliknya.
g. Kepribadian

Televisi lebih menaarik anak yang penyesuaiannya
buruk secara pribadi dan sosial ketimbang mereka yang baik
penyesuaiannya. Anak yang introvert lebih banyak menonton
televisi daripada anak extrovert.
D. Penyebab Timbulnya Kebiasaan Menonton Televisi

1. Faktor Internal

Timbulnya kebiasaan menonton televisi sebenarnya bisa
saja datang dari dalam anak itu sendiri. Penyebab timbulnya
kebiasaan yang terbesar adalah iseng dan rasa ingin tahu dari
anak itu sendiri. Iseng dan rasa ingin tahu sebenarnya saling
berkaitan

erat

dalam

penyebab

timbulnya

kebiasaan

menonton televisi pada anak. Rasa ingin tahu yang besar
yang memang lazim terdapat pada anak-anak mendorong

mereka untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam
acara-acara televisi yang di siarkan. Mereka penasaran
mengenai tokoh ataupun cerita yang ada di dalamnya.
Kemudian

alasan

iseng

sebagai

penyebab

timbulnya

kebiasaan juga sering digunakan. Anak-anak pada awalnya
hanya ingin mencoba hal baru yang belum pernah mereka
coba sebelumnya, dalam hal ini menonton televisi. Saat di
waktu luang dimana tidak ada yang ingin mereka kerjakan,
mereka iseng menyalakan televisi, mencari saluran televisi
yang

menurut

menyaksikannya.

mereka
Dari

awal

menarik
iseng

dan
tersebut

kemudian
kemudian

berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa disadari sudah
menjadi bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.
2. Faktor Eksternal
Selain faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri,
tentu saja faktor yang berasal dari luar atau eksternal juga
berpengaruh dalam pembentukan kebiasaan, diantaranya
adalah kebiasaan orang tua, teman, waktu luang dan acara
televisi yang ditayangkan.
Kebiasaan menonton televisi pada orang tua tidak dapat
dipungkiri bahwa hal tersebut menyumbang banyak dalam
membentuk kebiasaan anak yang sama. Sebagian besar anak,
mereka menonton televisi dikarenakan orang tua mereka
menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai hobi. Anak
juga menyatakan bahwa orang tua mereka hanya menasihati

untuk tidak terlalu sering menonton televisi namun orang tua
mereka

tetap

menjadikan

menonton

televisi

sebagai

kebiasaan.
Faktor teman juga membentuk kebiasaan tidak jauh
berbeda dengan faktor sebelumnya yaitu orang tua. Teman
seringkali

mempengaruhi

anak

untuk

menonton

televisi

dengan mensugestikan acara-acara yang menurut teman
tersebut tergolong acara yang menarik. Untuk anak usia dini
mereka juga masih sering saling mengajak satu sama lain
untuk menonton televisi bersama-sama sepulang sekolah.
Waktu luang dan acara televisi cukup menyumbang dalam
pembantukan kebiasaan. Apabila ada waktu luang, anak
cenderung mencari kegiatan yang bisa dia lakukan dan saat
melihat ada acara televisi yang menarik maka ia langsung
memilih menghabiskan waktu dengan menonton televisi.
E. Frekuensi Menonton Televisi
Kebiasaan menonton televisi telah menyita banyak waktu
anak dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut data penelitian
pada tahun 2002, jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari
atau 1.560 ± 1.820 jam/tahun. Bagi kebanyakan anak, waktu
yang digunakan untuk menonton televisi melebihi proporsi
jumlah waktu yang digunakannya bagi bentuk bermain lainnya.
Murray memberi komentar mengenai berapa banyak waktu yang
dihabiskan anak prasekolah untuk menonton televisi : “Rata-rata
anak prasekolah menghabiskan setengah dari waktu kerja orang
dewasa selama seminggu untuk duduk di depan layar televisi”.
Sejak berusia 3 tahun sampai masuk sekolah usia 6 tahun
terdapat

peningkatan

tajam

dalam

jumlah

waktu

yang

dihabiskan untuk menonton televisi. Akan tetapi,jumlah waktu
yang dihabiskan anak untuk menonton televisi bukan merupakan
bukti sesungguhnya tentang besar kecilnya perhatian anak
terhadap televisi. Jumlah waktu itu mungkin juga ditentukan oleh

peraturan keluarga, tuntutan pekerjaan sekolah atau tugas di
rumah, jumlah televisi yang dimiliki atau tidak ada televisi sama
sekali, berapa banyak anggota keluarga yang berbagi waktu
menonton, dan berbagai kondisi lainnya.
F. Pengaruh Positif dan Negatif Televisi terhadap Anak
Pengaruh Negatif :
a) Pengaruh fsik
Menonton televisi sering mengganggu jadwal makan
dan tidur. Pencernaan akan terganggu dan kurang tidur.
b) Pengaruh pada bentuk bermain lainnya
Menonton televisi mengurangi waktu yang tersedia bagi
kegiatan bermain lainnya, terutama bermain di luar dengan
anak lain. Menonton televisi juga mengurangi waktu untuk
bermain kreatif atau berbagai bentuk hiburan lain.
c) Pengaruh pada pekerjaan sekolah
Televisi

menyajikan

informasi

dengan

cara

yang

menggairahkan dan hidup sehingga buku pelajaran hampir
tidak

dapat

menyainginya

untuk

menarik

minat

anak.

Akibatnya, mereka sering menganggap buku dan pekerjaan
sekolah membosankan.
d) Pengaruh pada hubungan keluarga
Menonton televisi sering membatasi interaksi sosial
antar anggota keluarga dan membatasi percakapan.
e) Motivasi untuk memperoleh pengetahuan
Beberapa anak termotivasi untuk mengikuti apa yang
dilihatnya di layar televisi dengan membaca untuk mengisi
kesenjangan pengetahuan mengenai hal tersebut.
f) Pengaruh pada sikap
Tokoh

di

televisi

biasanya

digambarkan

dengan

berbagai stereotip. Anak kemudian berpikir bahwa semua
orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama

dengan orang di layar televisi, ini mempengaruhi sikap anak
terhadap mereka.
g) Pengaruh pada nilai
Menu acara yang terus-menerus menunjukkan adegan
pembunuhan, penyiksaan, dan kekejaman pada saatnya akan
menumpulkan kepekaan dan mendorongpengembangan nilai
anak yang tidak sejalan dengan nilai mayoritas kelompok
sosial. Apabila anak terbiasa dan tidak peka terhadap
kekerasan, mereka akan menerima perilaku itu sebagai pola
hidup yang normal.
h) Pengaruh pada perilaku
Karena anak suka meniru, mereka merasa bahwa apa
saja yang disajikan dalam acara televisi tentunya merupakan
cara yang dapat diterima baginyadalam bersikap sehari-hari.
Karena para pahlawan yang patuh kepada hukum kurang
menonjol ketimbang mereka yang memenangkan perhatian
dengan kekerasan dan tindakan sosial lainnya, anak-anak
cenderung

menggunakan

cara

yang

terakhir

untuk

mengidentifkasi diri dan menirunya.
i) Pengaruh pada cara berbicara
Cara berbicara anak sangat dipengaruhi oleh apa yang
didengarnya diucapkan orang di televisi dan bagaimana cara
mengucapkannya. Ini akan meningkatkan pelafalan dan tata
bahasa, namun belum tentu akan memberi pola yang baik
dalam pengungkapan hal-hal yang dikatakan anak.
j) Model untuk peran dalam hidup
Tokoh televisi memberi model untuk berbagai peran
dalam kehidupan, perilaku yang sesuai dengan jenis kelamin,
dan karir. Hal ini memberi mereka wawasan mengenai apa
yang diharapkan kelompok sosial dari mereka.
k) Pengaruh pada keyakinan
Banyak anak yakin bahwa apa saja yang dikatakan di
televisi merupakan hal yang benar dan bahwa penyiar televisi

lebih mengetahui segala sesuatu ketimbang para orang tua,
guru, dan dokter. Hal ini cenderung membuat anak mudah
tertentu.
Pengaruh Positif :
Terlepas dari dampak buruknya, memang televisi tetap saja tidak bisa
dilepaskan dari keseharian anak dan orangtuanya. Televisi pun tidak melulu
memberikan efek buruk terhadap anak, asalakan orangtua bisa mendampingin dan
bersikap bijak. Berikut manfaat dari menonton televisi:
1. Meningkatkan kosakata anak
2. Anak bisa belajar hal baru
3. Meningkatkan minat anak pada hal baru
4. Memiliki ikatan dengan tokoh atau acara yang ditonton.
5. Menciptakan momen kebersamaan keluarga
Baik anak-anak yang gemar menonton televisi dan orang tua sebagian
besar menyadari bahwa pengaruh positif yang paling menonjol dari menonton
televisi adalah sebagai salah satu media belajar anak dan sebagai sumber
informasi yang dapat membantu anak untuk mengenal dunia luar lebih luas.
 Sebagai salah satu media belajar anak Televisi bisa menjadi salah satu
media belajar anak apabila tayangan yang ditonton merupakan tayangan
yang bersifat edukatif. Sekitar 85% dari data angket menyatakan bahwa,
anak-anak yang gemar menonton televisi tersebut memperoleh cukup
banyak pengetahuan dari acara yang mereka saksikan di televisi. Acara
kuis, program bimbingan rohani, talk show pendidikan atau bidang
pengetahuan lain sangat berguna bagi anak-anak. Bagi sebagian anak yang
memiliki pola belajar audio visual, menonton televisi bias dijadikan
sebagai alternatif pembelajaran. Tentunya program televisi itu haruslah
benar-benar mendidik dan tidak ada unsur ±unsur di dalamnya yang dapat
merugikan pemirsa. Pengaruh positif televisi sebagai media pembelajaran
ini juga tidak lepas dari peran orang tua. Sekitar 80% orang tua yang
diwawancarai mengenai pemilihan acara yang baik untuk anak
menyatakan bahwa mereka memilihkan acara yang bersifat mendidik dan

cocok untuk usia anak mereka. Beberapa dari mereka juga menggunakan
fasilitas TV kabel yang memiliki paket khusus acara untuk anak-anak.
Contoh acara yang bersifat mendidik tersebut antara lain Barney and
friends, Sesame Street atau Jalan sesama, Dora the explorer, Laptop si
Unyil, Upin dan Ipin, Surat Sahabat, Are You Smarter than a 5th grader
dsb.
 Sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar 60% dari data
angket menyatakan bahwa selain sebagai media pembelajaran, televisi
juga berpengaruh positif sebagai sumber informasi bagi anak untuk
mengenal dunia luar lebih luas. Sebenarnya fungsi ini tidak terlalu jauh
berbeda dengan fungsi televisi sebagai media pembelajaran. Sumber
informasi disini juga dapat diartikan dengan informasi informasi yang
didapat dari menyaksikan tayangan televisi yang bersifat mendidik dan
informative. Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita
sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh
kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa
yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan
wawasan. 70% orang tua murid yang diwawancarai mengatakan bahwa
anak mereka menjadi lebih tahu mengenai dunia luar dan saat ditanya,
anak tersebut menjawab Aku tahu dari TV ma’. Hal tersebut
membuktikan bahwa fungsi televisi sebagai sumber informasi untuk
mengenal dunia luar cukup berhasil. Namun hal ini perlu didukung
dengan adanya pengawasan dari orang tua agar informasi yang diterima
oleh anak sesuai dengan usia mereka.
G. Cara Mengatasi Dampak Negatif Menonton Televisi pada
Anak
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk televisi dan memaksimalkan manfaatnya, seperti
berikut:

a. Perhatian penempatan televisi. Jangan berikan anak televisi
khusus di kamarnya. Sebaiknya televisi ditaruh di tempat yang
anak tetap bisa diawasi dan didampingi saat menonton.
b. Batasi waktu anak menonton televisi, cukup 1-2 jam sehari.
c. Dampingi anak saat menonton televisi.
d. Seleksi acara yang ditontonnya.
e. Seleksi perannya. Jangan sampai Anda malah menjadikan
televisi sebagai babysitter.
f. Pastikan selalu ada alternative kegiatan selain menonton
televisi, misal bermain sepeda, puzzle, berkebun dan lain-lain.
g. Orang tua harus memberi contoh pada anak, seperti ketika
baru pulang kerja, jangan langsung duduk di depan televisi
berjam-jam.
 Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi

Setiap orang tua memiliki tanggungjawab untuk selalu mengawasi
anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu hal-hal yang
sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai
dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang
bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata
dampak negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan
senjata untuk mengantisipasinya.
Dari begitu banyak dampak yangdiakibatkan oleh tontonan televisi,
ada beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu:
1)

Pilih acara yang sesuai dengan usia anak

Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai
dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak,
perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada
unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia
mereka).
2)

Dampingi anak memonton TV

Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu
terkontrol dan orangtua bisa memperhatikan apakah acara tersebut
masih layak atau tidak untuk di tonton.
3)

Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV

dikamar anak.
Dengan meyimpan TV diruang tengah, akan mempermudah
orang tua dalam mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa
mengantisipasi

hal

yang

tidak

orang

tua

inginkan,

karena

kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.
4)

Tanyakan acara favorit mereka dan buntu memahami

pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah
menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara
bijaksana dan positif
5)

Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan

lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya,
siraturahim tempat sanak keluarg dan hal lainnya yang bisa
membangun jiwa sosialnya.
6)

Perbanyak membaca buku, letakkan buku ditempat yang

mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko dan perpustakaan
7)

Perbanyak mendengarkan radio, memutar kaset atau

mendengarkan musik sebagai mengganti menonton TV
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mendenganrkan
radio, anak akan terlatih kemampuan mendengarnya, jika kita bandingkan
denga menonton televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur
cerita tampa menganalisis lebih lanjut dari apa yang dialihat dan dengar.
Begitu juga dengan mendengarkan musik lebih baik dilakukan bila
dibandingkan

dengan

menonton

televisi

karena

bisa

melatih

perkembangan imajinasi anak.
Orang tua sebaiknya mengajarkan anak-anaknya un tuk menulis agar
daya imajinasinya lebih kreatif un tuk berpikir, mengingat banyaknya
manfaat kegiatan menulis bagi anak, budaya menulis tentu perlu
ditumbuhkembangkan. Untuk itu, pertama-tama, tumbuhkan dulu
kecintaan dan kebiasaan anak dalam hal membaca. Satu hal yang perlu

diingat, menulis sangat berbeda dengan berbicara. Tentunya komunikasi
melalui tulisan cenderung lebih sulit. Meskipun demikian, bukan tidak
mungkin bisikan dan teriakan, seperti ketika berbicara, diwujudkan dalam
bentuk tulisan. Hanya saja, untuk mengungkapkannya dibutuhkan
kecerdasan bahasa. Dan membaca menjadi solusinya. Dengan banyak
membaca, rasa kebahasaan anak akan berkembang.
Ketika anak baru memulai menulis, tidak perlu mengajarkan tata
bahasa pada anak. Sebagian besar pengetahuan ketatabahasaan ini sifatnya
berkembang sehingga bisa dikuasai anak sedikit demi sedikit. Secara
alami, anak akan belajar berbicara dari bahasa yang mereka dengar. Anak
juga akan belajar menulis dalam bahasa yang mereka baca, tentunya bila
mereka banyak membaca karena buku adalah masukan untuk tulisan yang
baik.
Dari kegiatan menulis ini pula anak dapat memperoleh manfaat, di
antaranya sebagai berikut: anak dapat menyatakan perasaannya tentang
apa yang dialami dalam bentuk tulisan, anak dapat menyatukan pikiran
ketika menuangkan ide dengan kata-kata, anak dapat menunjukkan kasih
kepada sesama, misalnya dengan menulis surat ucapan terima kasih atau
ulang tahun kepada orang tua, teman, atau bahkan guru, anak bisa
meningkatkan daya ingat dengan cara membuat dan menulis informasi
tentang sesuatu.
H. Pengertian Film
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, film diartikan selaput tipis yang dibuat
dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret), atau untuk
tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).
Sedangkan pengertian film secara luas adalah tampilan yang diproduksi
secara khusus untuk pertunjukkan di gedung atau bioskop. Pengertian film jenis
ini

juga

disebut

dengan

istilah

teatrikal.

Film

ini

berbeda

dengan

Film Televisi atau sinetron yang dibuat khusus untuk siaran televisi.
Pada dasarnya film merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang
banyak, karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga
adanya sejumlah kombinasi antara suara, tata warna, costum, dan panorama yang
indah. Film memiliki daya pikat yang dapat memuaskan penonton.

Minat terhadap film sebagai bentuk rekreasi berkembang lebih lambat
ketimbang berbagai minat bermain lainnya. Kebanyakan anak prasekolah kurang
mengerti apa yang diperlihatkan di layar film sehingga tidak dapat memuaskan
perhatiannya sepanjang pertunjukkan. Akhirnya mereka merasa bosan dan
gelisah. Tentu saja hal ini tidak berlaku bagi film yang diputar khusus bagi
tingkat usia mereka.
Selanjutnya,

karena

banyak

flm

mempunyai

unsur

“menegangkan” yang menampakkan adegan tembakan dan
keributan,

banyak

anak

prasekolah

menjadi

takut.

Tanpa

menyadari bahwa adegan itu hanya sandiwara, mereka sering
menutup mata dan menangis ketakutan. Hal ini menyusutkan
minatnya untuk menonton flm anak-anak di bioskop atau
bahkan menonton flm di televisi.
I. Pengaruh Film terhadap Anak
Menonton film animasi adalah hal lazim untuk para anak-anak,bahkan remaja
dan dewasa memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap animasi,mulai dari tv
sampai komik,semuanya tak lepas dari alur cerita yang imajinatif dan terkesan
heroik,namun tau kah kalian beberapa fakta kini telah didapatkan seputar dampak
positif dan negatif dari menonton film animasi,mempengaruhi imajinasi dan
kreativitas, yah okelah pasti ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan ide
anak,tapi tak jarang justru dampek negatif yang muncul mulai dari hal kecil
sampai yang besar,simak ulasan kematian Revino Siahaya, anak berusia 10 tahun,
yang disinyalir bunuh diri akibat meniru gaya dalam film kartu Naruto.
Berdasarkan hasil penyelidikan pihak yang berwajib, memang itdak ada
indikasi adanya pengaruh film tersebut terhadap kematian Revino. Tetapi menurut
KPI kasus ini menimbulkan keresahan dari masyarakat akan sinyalemen bahwa
film kartun Naruto mempunyai pengaruh buruk terhadap perilaku anak.
Kasus Naruto tersebut menambah panjang catatan ihwah film animasi kartun
televisi yang mendapat protes masyarakat. Kita tentu masih ingat, beberapa waktu
silam film animasi kartun Sinchan dan Doraemon, banyak mendapat kritik bagi
masyarakat karena dinilai kurang edukatif dan tidak sesuai untuk anak-anak.

Sinchan dalam beberapa serialnya menampilkan perilaku yang menjurus ke
arah pornografi. Sementara film animasi kartun Doraemon banyak disoroti karena
memanjakan tokoh Nobita dengan hal-hal yang bersifat instan. Ini menyebabkan
tokoh Nobita menjadi sosok anak yang malas dan kurang mandiri, selalu
mengandalkan Doraemon dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi.
Perilaku kedua tokoh kartun tersebut, dikhawatirkan pihak orangtua bisa memberi
pengaruh negatif bagi perkembangan anak.
Kembali pada Naruto, pada dasarnya film ini memang cukup menarik.
Bercerita tentang petualangan seorang bocah dari perkampungan ninja bernama
Konoha. Film animasi kartun ini menampilkan hal yang berbeda dari sosok ninja
pada umumnya. Tokoh-tokoh ninja dalam kisah Naruto tampil lebih terbuka,
fashionable, lepas dari mainstream figur ninja klasik yang cenderung berpenutup
wajah dan misterius. Begitu pula dengan persenjataan. Kalau ninja klasik banyak
mengandalkan kepiawaian dalam memainkan jurus samurai, tombak dan senjata
rahasia, maka Naruto dan kawan-kawan digambarkan lebih hebat dari itu. Mereka
tidak lagi tergantung pada senjata konfensional karena memiliki kesaktian luar
biasa.
Dengan menggunakan teknis animasi modern, ilmu-ilmu yang ditampilkan
menjadi tampak hebat, dramatik, dan heroik. Wajar apabila banyak disukai oleh
anak-anak. Tapi, di lain sisi, harus diakui, sepanjang film ini selalu tak lepas dari
adegan kekerasan. Pertempuran yang tak jarang berujung pada pembunuhan,
selalu menjadi pilihan dalam menyelesaikan setiap masalah, yang diangkat
sebagai inti cerita. Tidak berlebihan apabila orangtua menjadi khawatir.
Bila kita cermati, sebenarnya memang banyak film animasi kartun di televisi
yang menampilkan adegan kekerasan. Ironisnya, animasi kartun di televisi bagi
sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai film anak-anak. Padahal kita
tidak tahu, film impor tersebut di negara asalnya apakah memang jelas-jelas untuk
konsumsi anak-anak, atau tidak?
Sebagai contoh, film animasi kartun ‘Tom and Jerry’ yang populer dan sangat
digemari oleh anak-anak. Banyak orangtua yang merasa aman-aman saja dan
membiarkan buah hati mereka menonton animasi kartun tanpa perlu
mendampinginya. Padahal, film animasi karya duo animator William Hanna dan
Joseph Barbera ini bila diperhatikan sarat dengan adegan kurang terpuji. Film
kartun legendaris yang pertama kali diproduksi tahun 1940 ini, hampir di setiap

penayangannya tampil penuh kekerasan maupun keisengan yang cenderung
ekstrem. Perseteruan abadi tokoh kucing dan tikus ini selalu diwarnai dengan
upaya

saling

mengalahkan

dengan

melakukan

pemukulan,

penusukan,

pembakaran, jebakan, peledakan, penyiksaan terhadap masing-masing tokoh
maupun perusakan materi seperti melempar piring, membanting gelas dan lain
sebagianya. Meski semua itu dikemas dalam balutan humor, sehingga tampak
jenaka, namun bagi anak-anak yang belum bisa berpikir panjang bisa jadi apa
yang diperagakan oleh tokoh Tom dan Jerry dianggap sebagai legalitas bagi
mereka untuk melakukan hal serupa dalam pergaulan sehari-hari.
 Film menyenangkan anak dengan membawa mereka ke
dunia manusia dan hewan yang baru yang melakukan halhal yang tidak dapat dilakukannya.
 Dalam flm, anak menemukan kegembiraan yang tidak
diperolehnya

dalam

kegembiraan

yang

kehidupan
lebih

sehari-hari,

hidup

suatu

ketimbang

yang

diperolehnya dari membaca, bahkan dari komik.
 Gagasan yang dapat digunakan dalam kegiatan bermain
lainnya diperoleh dari flm tentang koboi, makhluk luar
angkasa, orang Indian, dan sebagainya.
 Film menyediakan informasi tentang bagaimana bersikap
dalam situasi sosial, dan anak menggunakan ini untuk
meningkatkan penerimaan sosialnya.
 Informasi lebih lama diingat bila dilihat di layar yang
disertai dengan suara ketimbang bila dicetak dengan
sedikit ilustrasi seperti dalam buku, surat kabar, dan
majalah.
 Film menyediakan informasi tentang berbagai jenis orang
yang tidak mempunyai hubungan pribadi yang dekat
dengan

mereka.

Apakah

hal

ini

akan

mempertinggi

toleransi, prasangka, atau rasa suka sebagian besar akan
bergantung pada cara penggambaran orang di layar.
 Gambar yang bergerak menimbulkan pengaruh emosional
yang

nyata

pada

anak.

Anak

kecil

mungkin

mengekspresikannya dengan impian buruk, atau sikap
gelisah. Pada anak yang lebih besar pengaruhnya lebih
sedikit dan jarang karena mereka menyadari yang mereka
lihat di layar hanya adegan yang dibuat seolah-olah benar.
 Menonton flm terlalu lama secara terus-menerus dapat
menyebabkan

kelelahan

umum.

Film

melelahkan secara fsik dan emosional.

horor

terutama

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Televisi merupakan media audio visual yang digunakan manusia
sebagai sarana menambah pengetahuan, hiburan dll. Dalam televisi terdapat
berbagai tayangan yang menarik yang berisi tentang informasi serta
pengetahuan baru. Selain bermanfaat baik televisi juga berdampak negatif,
dampak negatif tersebut bisa datang dari melihat tayangan yang tidak
sepantasnya dilihat. Misalnya untuk anak kita harus memilihkan acara tv yang
berlabel kan tulisan anak anak, sebab acara yang bertuliskan label anak anak
itu merupakan acara yang khusus ditayangkan untuk anak dan sesuai dengan
porsi anak untuk melihat suatu tayangan dan memperoleh informasi. Orang
tua disini harus berperan dalam membimbing anak melihat suatu tayangan
televisi agar anak selalu terkontrol dan berada dalam pengawasan yang baik.
B. Saran
Sebagai guru atau orang tua atau orang yang lebih dewasa, seharusnya
kita mengawasi anak dalam melihat suatu tayangan dalam televisi. Sebab
tayangan dalam televisi tidak semuanya boleh ditonton oleh anak. Kita hanya
boleh menontonkan anak sebuah tayangan yang sesuai untuk anak dan
berlabel untuk anak anak. Disitu kita juga harus mengawasi dan
memmbimbing anak dalam melihat tayangan di televisi, sebab bimbingan dari
kita bisa mengarahkan anak untuk mengetahuai apakah yang telah anak tonton
itu baik atau buruk. Hal tersebut dilakukan agar anak tidak menirukan
informasi apa yang telah ia lihat.

DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama.
http://eyangkartoredjo.blogspot.com/2012/12/efek-buruk-nonton-tv-bagi-anakanak.html
http://unexo-unexo.blogspot.com/2011/03/pengaruh-tayangan-televisi-terhadap.html
http://tashwirulafkar.com/pengaruh-televisi-terhadap-anak/
http://warrel04.blogspot.com/2012/11/dampak-positif-dan-negatif-menonton.html
http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-film.html