PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

(1)

i

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN

ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

SKRIPSI

Oleh:

RINA BUDI ASTUTI NIM 09390281

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul:

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN

ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

Oleh:

RINA BUDI ASTUTI NIM 09390281

Telah memenuhi persyaratan untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji dan disetujui

pada tanggal 11 Oktober 2014

Menyetujui, Pembimbing I

Dr. Yuni Pantiwati, M.M, M.Pd

Pembimbing II


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Dan Diterima untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pada Tanggal: ... 2014

Mengesahkan:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Dekan,

Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Drs.Rohmad Widodo M.Si 1. ……….

2. Arina Restian, M.Pd 2. ……….

3. Dr. Yuni Pantiwati, M.M, M.Pd 3. ……….


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rina Budi Astuti

Tempat Tanggal Lahir : Wonogiri, 25 Mei 1991

NIM : 09390281

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Skripsi dengan judul “Penyesuaian osial Siswa Reguler Dengan Adanya Anak Berkebutuhan Khusus Di SD Inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian atau keseluruhan, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan atau daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh dibatalkan, serta diproses dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Skripsi ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan hak bebas royalti non eksklusif.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 11 Oktober 2014 Yang menyatakan,

Rina Budi Astuti. NIM. 09390281


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul ” Penyesuaian Sosial Siswa Reguler dengan Adanya Anak Berkebutuhan Khusus di SD Inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang”

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan kerja keras, doa, dukungan, dan bantuan dari semua pihak (baik yang disadari atau tidak) sangatlah berperan penting dalam terselesaikannya tugas akhir ini. Secara khusus penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: Ibu Dr. Yuni Pantiwati, M.M, M.Pd dan Bapak Dr. H. Ichsan Ansyori AM, M.Pd. sebagai pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tugas akhir ini.

Penulis juga berterima kasih kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Muhadjir Efendy, M.AP, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes, beserta segenap jajaran yang telah berupaya meningkatkan situasi kondusif pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tak lupa peneliti berterima kasih kepada Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dr. Ichsan Anshory AM, M.Pd. demikian juga penulis menyampaikan terimakasih kepada seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, termasuk rekan-rekan mahasiswa PGSD


(6)

vi

angkatan 2009 yang telah menaruh simpati dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua Orangtua serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan moral, doa, dan perhatian sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Teriring doa semoga amal kebaikan berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin.

Malang, 11 Oktober 2014


(7)

vii

MOTTO

inna ma'a al'usri yusraan fa-idzaa faraghta fainshab

wa-ilaa rabbika fairghab

Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan

kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu

urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap”

(QS Al-Insyiroh : 6-8)

nuun walqolami wamaa yasthuruun

Nun, Demi Pena dan Apa yang Mereka Tulis (Al-Qalam : 1)

Bukanlah hidup kalau tidak ada masalah, bukanlah sukses

kalau tidak melalui rintangan, bukanlah menang kalau tidak

dengan pertarungan, bukanlah lulus kalau tidak ada ujian, dan

bukanlah berhasil kalau tidak berusaha”

fastabiqul khoirot”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan hati yang tulus kupersembahkan karya kecil ini kepada: Yang Utama dari Segalanya

Sembah sujud serta syukur atas nikmat dan rahmat-Mu yang agung ini, Ya Allah Kini aku tersenyum dalam iradat-Mu

Sebuah perjalanan panjang dan gelap telah kau berikan secercah cahaya terang Di tengah malam aku bersujud, kupinta kepada-Mu di saat aku kehilangan arah,

kumohon petunjuk-Mu

Aku sering tersandung, terjatuh, terluka dan terkadang harus kutelan air mata Namun aku tak pernah takut, aku takkan pernah menyerah karena aku tak mau kalah, aku akan terus melangkah, bermimpi, berusaha dan berdo’a tanpa mengenal putus asa.

Syukur alhamdulillah...

Kini baru kumengerti arti kesabaran dalam penantian. Sungguh tak kusangka Ya Allah Kau menyimpan sejuta makna dan rahasia, sungguh berarti hikmah yang Kau beri.

Yang Tak Kan Pernah Terlupakan

 Orang tuaku ibu Sumarni dan Bapak Ngatijo, Abah Dedi dan Umi inti yang tiada henti-hentinya mendoakan serta memberikan dukungan spiritual serta material.

 Keluarga dan sahabat ku patrick, kehadiran kalian sungguh telah menghidupkan hidupku. Pertengkaran kecil, perselihan, diskusi kecil, berandai-andai bersama, dan saling memberi motivasi.

 Tercinta yang telah bertahun-tahun bersamaku, selalu memberiku semangat dan dukungannya hingga aku menyelesaikan pendidikan ini.

 Seluruh teman-teman PGSD 2009, khususnya kelas F Bersinar dan lebih terkhusus Kidung, Widi, Ondel, Anggit, Mail , Latif, Nopek, Nuzzi, Chatur, Meme, Mia, Nungky, Ari, Eva dkk. Semoga ikatan persaudaraan kita tetap terjaga hingga kapanpun.


(9)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ...v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ...x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Batasan Penelitian ... 9

G. Definisi Istilah ... 10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA... 12

A. Kajian Teori ... 12

1. Kajian Teori Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.. 12

2. Penyesuaian Sosial ... 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27


(10)

xii

BAB III : METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Subyek Penelitian ... 33

D. Pengumpulan Data ... 35

E. Instrumen... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

G. Definisi Operasional Variabel ... 39

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Aspek-Aspek Penyesuaian Sosial... 42

2. Hasil Uji Validitas ... 48

B. Pembahasan ...56

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN ...59

A. Simpulan ...59

B. Saran ...60

DAFTAR PUSTAKA ...62


(11)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian... 34

Tabel 3.2 : Kisi Kisi Kuesioner . ... 36

Tabel 3.3 : Kategori Tingkat Penyesuaian Sosial Siswa . ... 39

Tabel 4.1 : Deskripsi Penampilan Nyata Siswa Reguler . ... 42

Tabel 4.2 : Deskripsi Penampilan Nyata Siswa Reguler ... 44

Tabel 4.3 : Deskripsi Aspek Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok ... 44

Tabel 4.4 : Deskripsi Aspek Sikap Sosial... 46

Tabel 4.5 : Deskripsi Aspek Kepuasan Pribadi. ... 47

Tabel 4.6 : Deskripsi Aspek Kepuasan Pribadi . ...48

Tabel 4.7 : Hasil Uji Validitas Penyesuaian Sosiak ... 49

Tabel 4.8 : Hasil Ujia Reliabilitas ... 50

Tabel 4.9 : Persentase Aspek Penampilan Nyata Siswa Reguler ... 50

Tabel 4.10 : Presentase Aspek Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok ...52

Tabel 4.11 : Persentase Aspek Sikap Sosial ... 53

Tabel 4.12 : Persentase Aspek Kepuasan Pribadi... 54

Tabel 4.13 : Persentase Variabel Penyesuaian Sosial... 55 Halaman


(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir... 28 Gambar 3.1 : Teknik Pengambilan Sampel ... 34


(13)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :

Lampiran 2 :


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Delphie, Bandi. 2009. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting

Pendidikan Inklusif. Klaten: PT. Intan Sejati.

Efendi, Muhammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Fahmi, Mustafa. 1982. Penyesuaian Diri: Pengertian dan Peranannya Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

Gerungan, WA. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Handayani, Indar Mery. 2013. Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus di SDN 016/016 Inklusif Samarinda (Studi Kasus Anak Penyandang Autis). eJournal Sosiatri-Sosiologi, Vol. 1, No. 1, 2013: 1-9.

Hidayat. 2009. Model dan Strategi Pembelajaran ABK Dalam Setting Pendidikan Inklusif. Makalah disajikan dalam Workshop "Pengenalan & Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) & Strategi Pembelajarannya“ di Hotel Pacific Balikpapan tanggal 25 Oktober 2009.

Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta. Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.

Nurdin. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol. IX, No. 1, April 2009: 86-108.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.


(15)

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Andi Offset.

Puri, Madhumita. 2004. Handbook of Inclusive Education for Educators, Administrators, and Planners. India: Sage Publications.

Smith, David J. 2006, Inklusi, Sekolah yang Ramah untuk Semua. Bandung: Nuansa.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suparno, Heri Purwanto, dan Edi Purwanto. 2007. Modul Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PJJ PGSD.

Surya, Moh. 1985. Psikologi Pendidikan. Bandung: Unit Percetakan Offset IKIP. Winarsih, Sri. 2013. Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi

Pendamping (Orang Tua, Keluarga, dan Masyarakat). Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Warsito, Hermawan. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan sangat lama dan menjadi kebiasaan umum bahwa anak-anak biasanya belajar di sekolah umum, sementara anak-anak-anak-anak berkebutuhan khusus (ABK)/difabel belajar di SLB.

Isu pendidikan untuk semua (education for all) menjadikan pendidikan inklusi sebagai salah satu model pendidikan yang disarankan untuk berbagai tipe anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi bersifat terbuka terhadap perbedaan karakter peserta didik dan berupaya mengakomodasi setiap perbedaan tersebut dengan cara-cara yang tidak merugikan peserta didik lain. Bahkan, dalam pendidikan inklusi diharapkan perbedaan karakteristik siswa menjadi pembelajaran tersendiri dan bernilai manfaat bagi setiap peserta didik. Usaha saling memahami perbedaan antar peserta didik dan upaya untuk memperlakukan

perbedaan antar peserta didik secara semestinya memberi nilai plus bagi

pendidikan inklusi.

Amanat hak atas pendidikan bagi anak penyandang kelainan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,


(17)

2

mental, dan sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa . Ketetapan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran.

Sesuai dengan amanat dalam undang-undang pokok pendidikan, pemberdayaan anak berkelainan melalui pendidikan harus tetap menjadi salah satu agenda pendidikan nasional agar anak berkelainan memiliki jiwa kemandirian. Dalam arti, tumbuhnya kemampuan untuk bertindak atas kemauan sendiri, keuletan dalam mencapai prestasi, mampu berpikir dan bertindak secara rasional, mampu mengendalikan diri, serta memiliki harga dan kepercayaan diri. Di atas semua itu, agar keberadaan anak berkelainan di komunitas anak normal tidak semakin terpuruk (Efendi, 2006:2).

Sekarang ini, pendidikan inklusi di Indonesia menjadi gagasan yang telah dipayungi oleh kebijakan pemerintah yakni Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Peraturan menteri tersebut memuat dengan lengkap rambu-rambu mengenai pendidikan inklusi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Salah satu hal signifikan yang tercatat dalam Peraturan Menteri tersebut adalah mengenai kewajiban pemerintahan daerah kabupaten/kota untuk menunjuk minimal satu sekolah yang harus menyelenggarakan pendidikan inklusi.


(18)

3

Hal ini terjadi karena pola pikir masyarakat sudah mengarah kepada pendidikan khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus, yang menempatkan

mereka berbeda dengan siswa lain yang normal. Banyak hal yang

mempengaruhinya, mulai dari sikap orang tua yang tidak menerima kehadirannya, atau menerima tetapi menjadi overprotective, hingga stigma masyarakat yang menempatkan mereka dalam kelas terpinggirkan, yang menjadikan anak-anak berkebutuhan khusus kurang dapat mengakses pendidikan yang luas (Efendi, 2006:17). Perlakuan seperti inilah yang kemudian membuat sebagian anak berkebutuhan khusus di Indonesia mempunyai sensitivitas yang sangat tinggi, minder, tertutup, dan menganggap dirinya hanya menjadi beban orang lain serta tidak berguna (Muhammad Efendi, 2006:15). Dalam kondisi seperti ini, pendidikanlah yang mampu menjembatani segala pola pikir kita untuk berubah dan mencoba memahami bahwa setiap anak mempunyai potensi masing-masing untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing (Efendi, 2006:27).

Terdapat sejumlah 50 SD inklusi di Kota Malang (Surya, 15 Mei 2014). Namun berdasarkan gugus wilayahnya terbagi menjadi 7 Gugus, yakni Gugus 1 di wilayah Blimbing, Gugus 2 di wilayah Dinoyo, Gugus 3 di wilayah Arjowinangun, Lowokwaru, Klojen, Gugus 4 di wilayah Sumbersari, Gugus 5 di wilayah Mojolangu, Gugus 6 di wilayah Sawojajar, Madyopuro, dan Gugus 7 di wilayah Sukun (MBC Center, 2013).

SD inklusi yang berada di Gugus 4 Sumbersari merupakan pionir SD inklusi yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2005. Terdapat 3 SDN di Gugus 4


(19)

4

Sumbersari Malang yakni SDN Sumbersari I, SDN Sumbersari II, dan SDN Sumbersari III. Hasil wawancara peneliti dengan Guru Pendamping Khusus (GPK) di ketiga sekolah tersebut menunjukkan bahwa menjadi sekolah inklusi membutuhkan berbagai hal yang berbeda dengan sekolah lainnya yang bukan sekolah inklusi. Sebagaimana layaknya sekolah umum, SDN Sumbersari I, II, dan III Malang melaksanakan pembelajaran dengan sistem yang sama dengan sekolah umum. Tetapi ketiga SDN tersebut mampu menerima dan menampung siswa anak berkebutuhan khusus. Sekolah dasar ini sudah cukup lama membina anak didik difabel yang disatukan dengan siswa normal. Sebagai anak yang sedang

mengalami pertumbuhan dan perkembangan, kondisi lingkungan sangat

mempengaruhinya. Apa yang ia dapatkan dalam masa kecilnya, akan membekas dalam dirinya yang kemudian ikut mewarnai segala aspek pemikiran, moral, mental, dan sikapnya (Sukmadinata, 2009:47).

Hasil wawancara antara peneliti dengan Guru yang ada di SDN Sumbersari I, II, dan III Malang menunjukkan bahwa menjadi sekolah inklusi seperti sekolah tersebut memang tidak mudah. Tidak mudah disini maksudnya adalah bahwa sekolah inklusi harus mempersiapkan diri dengan inovasi-inovasi agar siswa ABK dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Di samping itu, sekolah inklusi juga harus bisa memberikan penyadaran kepada semua civitas akademika bahwa siswa-siswi ABK juga bisa mengikuti pendidikan di sekolah

umum. Penyusunan kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran,

kompetensi guru, evaluasi, dan layanan akademik maupun nonakademik harus disusun sedemikian rupa yang tentunya memerlukan waktu dan biaya yang tidak


(20)

5

sedikit. Hal ini karena pembelajaran model inklusi memerlukan adanya media, sarana prasarana, kurikulum, kompetensi guru, layanan akademik dan non akademik sedemikian rupa, sehingga mampu melayani semua siswa tanpa terkecuali.

Dengan adanya ABK yang turut dalam pembelajaran bersama anak reguler, maka hal ini tentu berdampak pula bagi anak-anak reguler. Kebijakan sekolah yang menggabungkan anak-anak regular dengan ABK dalam satu

lingkungan pembelajaran membuat anak-anak regular bereaksi untuk

menyesuaikan diri dengan ABK tersebut. Menurut Fahmi (1982:20) salah satu faktor yang mempengaruhi terciptanya penyesuaian diri individu adalah reaksi-reaksi individu terhadap stimulasi dari lingkungan. Salah satu aspek dari penyesuaian diri adalah penyesuaian sosial, maka aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri juga berlaku untuk penyesuaian sosial.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian siswa di sekolah terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal dengan faktor kekuatan yang ada dalam diri individu yang meliputi kondisi jasmaniah, penentu psikologis seperti kematangan, perkembangan sosial, moral, emosional kecerdasan, bakat, dan minat. Sedangkan faktor eksternal sebagai faktor kekuatan yang berada di luar individu seperti iklim kehidupan keluarga, kehidupan sekolah dan masyarakat (Hurlock, 1994:213).

Hasil observasi peneliti di lapangan menemukan adanya beberapa siswa yang seakan keberatan menerima kehadiran siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) di kelasnya. Hal ini ditandainya dengan terkadang terjadi keributan atau


(21)

6

pertengkaran antara siswa reguler dengan siswa ABK. Kondisi ini patut dipahami karena terdapat perbedaan baik secara fisik maupun mental antara siswa reguler dengan siswa ABK sehingga dapat menimbulkan benturan-benturan kecil dalam penyesuaian diri di antara keduanya dalam proses belajar mengajar. Hal ini jika dibiarkan akan berdampak terhadap hasil belajar keduanya. Pada tahap perkenalan awal, tentu siswa reguler dengan siswa ABK masih dalam tahap saling mengenal, memahami, dan beradaptasi atau menyesuaikan diri di antara keduanya. Para guru sebenarnya sangat mengharapkan agar siswa reguler dapat menerima kehadiran dan membantu siswa ABK dalam proses belajar mengajar di kelas. Keharmonisan hubungan antara siswa reguler dengan siswa ABK akan menentukan tercapai tidaknya tujuan dari pendidikan inklusi di sekolah tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya penyesuaian sosial siswa reguler agar tercipta hasil belajar yang lebih baik dan tercapainya tujuan dari pendidikan inklusi di sekolah tersebut.

Berdasarkan data dan fakta dari hasil observasi dan wawancara di sekolah yakni adanya siswa reguler yang merasa keberatan dengan kehadiran siswa ABK di kelasnya yang kemudian mengakibatkan terjadinya benturan-benturan kecil dalam penyesuaian diri di antara siswa reguler keduanya dalam proses belajar mengajar, maka dengan adanya ABK yang turut serta dalam satu lingkungan pembelajaran di kelas bersama dengan anak-anak reguler, maka dapat mempengaruhi penyesuaian sosial anak-anak reguler terhadap ABK tersebut. Adapun penyesuaian sosial menurut Chaplin (dalam Nurdin, 2009:87) adalah penjalinan secara harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial dan mempelajari


(22)

7

tingkah laku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan yang ada sedemikian rupa sehingga cocok bagi suatu masyarakat sosial.

Siswa reguler yang yang berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik akan membangun sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu anak-anak ABK. Penyesuaian yang tidak baik akan menimbulkan masalah seperti bersikap agresif atau menarik diri dari pergaulan dengan anak-anak ABK. Dengan adanya penyesuaian sosial yang baik pada siswa reguler maka dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Begitu pula sebaliknya. Hal ini menunjukkan pentingnya mengetahui sejauhmana kemampuan penyesuaian sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK di sekolah mereka selama ini.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang penyesuaian sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang.

B. Identifikasi/Fokus Masalah

Penelitian ini difokuskan pada kemampuan penyesuaian siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang. Penyesuaian sosial difokuskan pada kemampuan siswa reguler untuk berinteraksi dengan siswa ABK di lingkungan sekolah secara efektif dan sehat sehingga siswa reguler memperoleh kepuasan dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang dapat dirasakan oleh dirinya dan siswa ABK di lingkungan sekolahnya. Aspek-aspek penyesuaian sosial yang diteliti adalah penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi. Penelitian ini tidak


(23)

8

meneliti penyesuaian sosial dari siswa ABK, melainkan siswa reguler yang bersama dengan siswa ABK.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah penampilan nyata siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

2. Bagaimanakah penyesuaian diri terhadap kelompok siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

3. Bagaimanakah sikap sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

4. Bagaimanakah kepuasan pribadi siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis penampilan nyata siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang? b. Untuk mengetahui dan menganalisis penyesuaian diri terhadap kelompok

siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?


(24)

9

c. Untuk mengetahui dan menganalisis sikap sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

d. Untuk mengetahui dan menganalisis kepuasan pribadi siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan di tingkat sekolah dasar, khususnya tentang pendidikan inklusi. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi peneliti untuk mengembangkan dan menyempurnakan lebih jauh lagi hasil temuannya pada masalah yang sama.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi SDN Sumbersari I, II, dan III Malang dalam mengevaluasi penerapan pendidikan inklusi berdasarkan penyesuaian sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK.

F. Batasan Penelitian

a. Penelitian ini dilakukan di SD inklusi pada Gugus 4 Sumbersari Malang, dan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian adalah SDN Sumbersari I, SDN Sumbersari II, dan SDN Sumbersari III Malang.


(25)

10

c. Penelitian ini hanya meneliti penyesuaian sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK dalam pendidikan inklusi.

d. Penyesuaian sosial yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek-aspek penyesuaian sosial yang terdiri dari aspek penampilan nyata siswa reguler, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi (Hurlock, 2002).

G. Definisi Istilah

a. Penyesuaian sosial adalah kemampuan siswa reguler untuk berinteraksi dengan siswa ABK di lingkungan sekolah secara efektif dan sehat sehingga siswa reguler memperoleh kepuasan dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang dapat dirasakan oleh dirinya dan siswa ABK di lingkungan sekolahnya. Penyesuaian sosial dalam penelitian ini diukur berdasarkan aspek-aspek penyesuaian sosial yang dikemukakan oleh Hurlock (2002), antara lain penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

b. Penampilan nyata siswa reguler yaitu perilaku yang diperlihatkan oleh siswa reguler dalam menerima adanya siswa ABK di sekolah atau di kelasnya, yang ditunjukkan siswa reguler dengan bersedia mengobrol, bersedia berteman, dan bersedia bermain bersama siswa ABK.

c. Penyesuaian diri terhadap kelompok adalah perilaku siswa reguler yang membantu siswa ABK agar dapat menyesuaikan diri dalam kelompok belajarnya, yang ditunjukkan siswa reguler dengan bersedia duduk bareng,


(26)

11

bersedia meminjamkan alat tulis, dan bersedia mengerjakan tugas bersama siswa ABK.

d. Sikap sosial yakni perilaku siswa reguler yang menunjukkan sikap mau membantu/menolong, tidak mengganggu (usil/jahil), dan tidak menyakiti badan siswa ABK.

e. Kepuasan pribadi yakni perasaan yang dirasakan siswa reguler dengan adanya siswa ABK, seperti merasa tidak takut (rasa aman), senang berteman (rasa puas), dan tidak menghina siswa ABK (empati).

f. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang memiliki

keunikan tersendiri dalam kondisi fisik atau mental sehingga membutuhkan pelayanan khusus untuk metode penyampaian.


(1)

pertengkaran antara siswa reguler dengan siswa ABK. Kondisi ini patut dipahami karena terdapat perbedaan baik secara fisik maupun mental antara siswa reguler dengan siswa ABK sehingga dapat menimbulkan benturan-benturan kecil dalam penyesuaian diri di antara keduanya dalam proses belajar mengajar. Hal ini jika dibiarkan akan berdampak terhadap hasil belajar keduanya. Pada tahap perkenalan awal, tentu siswa reguler dengan siswa ABK masih dalam tahap saling mengenal, memahami, dan beradaptasi atau menyesuaikan diri di antara keduanya. Para guru sebenarnya sangat mengharapkan agar siswa reguler dapat menerima kehadiran dan membantu siswa ABK dalam proses belajar mengajar di kelas. Keharmonisan hubungan antara siswa reguler dengan siswa ABK akan menentukan tercapai tidaknya tujuan dari pendidikan inklusi di sekolah tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya penyesuaian sosial siswa reguler agar tercipta hasil belajar yang lebih baik dan tercapainya tujuan dari pendidikan inklusi di sekolah tersebut.

Berdasarkan data dan fakta dari hasil observasi dan wawancara di sekolah yakni adanya siswa reguler yang merasa keberatan dengan kehadiran siswa ABK di kelasnya yang kemudian mengakibatkan terjadinya benturan-benturan kecil dalam penyesuaian diri di antara siswa reguler keduanya dalam proses belajar mengajar, maka dengan adanya ABK yang turut serta dalam satu lingkungan pembelajaran di kelas bersama dengan anak-anak reguler, maka dapat mempengaruhi penyesuaian sosial anak-anak reguler terhadap ABK tersebut. Adapun penyesuaian sosial menurut Chaplin (dalam Nurdin, 2009:87) adalah penjalinan secara harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial dan mempelajari


(2)

tingkah laku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan yang ada sedemikian rupa sehingga cocok bagi suatu masyarakat sosial.

Siswa reguler yang yang berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik akan membangun sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu anak-anak ABK. Penyesuaian yang tidak baik akan menimbulkan masalah seperti bersikap agresif atau menarik diri dari pergaulan dengan anak-anak ABK. Dengan adanya penyesuaian sosial yang baik pada siswa reguler maka dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Begitu pula sebaliknya. Hal ini menunjukkan pentingnya mengetahui sejauhmana kemampuan penyesuaian sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK di sekolah mereka selama ini.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang penyesuaian sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang.

B. Identifikasi/Fokus Masalah

Penelitian ini difokuskan pada kemampuan penyesuaian siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang. Penyesuaian sosial difokuskan pada kemampuan siswa reguler untuk berinteraksi dengan siswa ABK di lingkungan sekolah secara efektif dan sehat sehingga siswa reguler memperoleh kepuasan dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang dapat dirasakan oleh dirinya dan siswa ABK di lingkungan sekolahnya. Aspek-aspek


(3)

meneliti penyesuaian sosial dari siswa ABK, melainkan siswa reguler yang bersama dengan siswa ABK.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah penampilan nyata siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

2. Bagaimanakah penyesuaian diri terhadap kelompok siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

3. Bagaimanakah sikap sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

4. Bagaimanakah kepuasan pribadi siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis penampilan nyata siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang? b. Untuk mengetahui dan menganalisis penyesuaian diri terhadap kelompok

siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?


(4)

c. Untuk mengetahui dan menganalisis sikap sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

d. Untuk mengetahui dan menganalisis kepuasan pribadi siswa reguler dengan adanya siswa ABK di SD inklusi Gugus 4 Sumbersari Malang?

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan di tingkat sekolah dasar, khususnya tentang pendidikan inklusi. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi peneliti untuk mengembangkan dan menyempurnakan lebih jauh lagi hasil temuannya pada masalah yang sama.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi SDN Sumbersari I, II, dan III Malang dalam mengevaluasi penerapan pendidikan inklusi berdasarkan penyesuaian sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK.

F. Batasan Penelitian

a. Penelitian ini dilakukan di SD inklusi pada Gugus 4 Sumbersari Malang, dan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian adalah SDN Sumbersari I, SDN Sumbersari II, dan SDN Sumbersari III Malang.


(5)

c. Penelitian ini hanya meneliti penyesuaian sosial siswa reguler dengan adanya siswa ABK dalam pendidikan inklusi.

d. Penyesuaian sosial yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek-aspek penyesuaian sosial yang terdiri dari aspek penampilan nyata siswa reguler, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi (Hurlock, 2002).

G. Definisi Istilah

a. Penyesuaian sosial adalah kemampuan siswa reguler untuk berinteraksi dengan siswa ABK di lingkungan sekolah secara efektif dan sehat sehingga siswa reguler memperoleh kepuasan dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang dapat dirasakan oleh dirinya dan siswa ABK di lingkungan sekolahnya. Penyesuaian sosial dalam penelitian ini diukur berdasarkan aspek-aspek penyesuaian sosial yang dikemukakan oleh Hurlock (2002), antara lain penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

b. Penampilan nyata siswa reguler yaitu perilaku yang diperlihatkan oleh siswa reguler dalam menerima adanya siswa ABK di sekolah atau di kelasnya, yang ditunjukkan siswa reguler dengan bersedia mengobrol, bersedia berteman, dan bersedia bermain bersama siswa ABK.

c. Penyesuaian diri terhadap kelompok adalah perilaku siswa reguler yang membantu siswa ABK agar dapat menyesuaikan diri dalam kelompok belajarnya, yang ditunjukkan siswa reguler dengan bersedia duduk bareng,


(6)

bersedia meminjamkan alat tulis, dan bersedia mengerjakan tugas bersama siswa ABK.

d. Sikap sosial yakni perilaku siswa reguler yang menunjukkan sikap mau membantu/menolong, tidak mengganggu (usil/jahil), dan tidak menyakiti badan siswa ABK.

e. Kepuasan pribadi yakni perasaan yang dirasakan siswa reguler dengan adanya siswa ABK, seperti merasa tidak takut (rasa aman), senang berteman (rasa puas), dan tidak menghina siswa ABK (empati).

f. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam kondisi fisik atau mental sehingga membutuhkan pelayanan khusus untuk metode penyampaian.