BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Deploment Index (HDI) merupakan Salah satu cara dalam menilai keberhasilan pembangunan suatu Negara, khususnya terkait dengan keberhasilan meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah dengan menggunakan indikator sebagaimana yang digunakan oleh

  United Nation Development Program (UNDP) (Ali, Mohammad, 2009).

  Angka IPM disajikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten atau kota. Penyajian angka IPM menurut daerah memungkinkan setiap provinsi dan kabupaten atau kota mengetahui gambaran pembangunan manusia baik pencapaian, posisi, maupun disparitas antar daerah. Dengan mengetahui gambaran pembangunan manusia di seluruh daerah, maka diharapkan setiap daerah dapat berpacu untuk berupaya meningkatkan kinerja pembangunan melalui peningkatan kapasitas dasar penduduk. Berdasarkan standar ketetapan yang di gunakan UNDP, skala IPM berkisar 0-100 dengan jabaran sebagai berikut: a)

  ≤ 50 artinya terbelakang (kesejahteraan rendah)

  b) 51-64 artinya kesejahteraan menengah ke bawah

  c) 65-79 artinya kesejahteraan menengah ke atas

  d) ≥ 80 kesejateraan tinggi Menurut laporan pembangunan manusia 2003 oleh program pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNDP sebagaimana dikutip oleh Mar’ei muhammad (2003) menyatakan bahwa IPM di indonesia 2001 mengalami penurunan dibandingkan 2000 yaitu dari 175 negara Indonesia berada diperingkat ke-112 lebih rendah ketimbang tahun 2000 yang menempati urutan ke 110. Dan peringkat Indonesia lebih rendah dibandingkan Philipina, Thailand bahkan Vietnam tetapi lebih baik daripada Kamboja dan Myanmar.

  Berdasarkan data BPS tahun 2012, untuk urutan Nasioanal Provinsi Sumatera Utara berada pada urutan ke-7 setelah Kalimantan Tengah di posisi ke- 6, Riau urutan ke-5 dan Kalimanan Timur diurutan ke-4. Dari tahun ke tahun IPM Sumatera Utara terus mengalami kenaikan. Di tahun 2004 dengan angka 71,40 menjadi 72,03 di tahun 2005 dan ditahun 2006 menjadi 72,5 kemudian meningkat menjadi 72,78 tahun 2007 dan 73,29 ditahun 2008 dan mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan angka 73,58. Komponen-komponen IPM Sumatera Utara juga terus mengalami kenaikan.

  Menurut skala IPM yang ditetapkan oleh UNDP maka provinsi Sumatera Utara berada pada kesejahteraan menegah keatas. Sehingga rencana pemerintah untuk menjadikan Sumatera Utara menjadi pelopor penyusunan rancangan atau

  

grand design merupakan suatu kebijakan yang tepat. Sekretaris Daerah Provinsi

  Sumatera Utara, Nurdin Lubis menyatakan Apabila Sumatera Utara dijadikan sebagai pedoman dengan pergub (peraturan gubernur) untuk dilaksanakan maka kebijakan tersebut akan diikuti oleh provinsi lain (Koran Kompas 04 maret 2014).

  Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2008 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.613.800 orang, atau sebesar 12,55% terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Namun, kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan pada tahun 2007 karena jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun sekitar 154.600 orang. Pada tahun 2007, penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak 1.768.400 orang, atau 13,90 persen dan turun menjadi 1 613 800 orang atau 12,55 persen ditahun 2008 dari jumlah penduduk pada saat itu. Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengindikasikan bahwa dampak dari program-program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini (BPS Sumatera Utara).

  Sementara itu petumbuhan ekonomi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan. Meskipun pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% lebih buruk jika dibandingkan tahun 2003 sebesar 7,4%. Namun, pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar 6,5% yang terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 sebesar 9,3%. Sedangkan pada triwulan I-2007 perekonomian Sumatera Utara mengalami kenaikan sebesar 2,97% dibandingkan triwulan sebelumnya yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 dan ditahun 2009 tumbuh sebesar 5,07% (BPS Sumatera Utara).

  Pengeluaran pemerintah provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun juga cenderung mengalami peningkatan. Besar kecilnya pengeluaran sangat dipengaruhi atau sangat tergantung pada besar kecilnya penerimaan. Anggaran tahun 2001 pengeluaran mengalami peningkatan sebesar Rp 916,2 milyar naik ditahun 2002 menjadi Rp. 1021,3 milyar atau naik sebesar 9,40 persen. Anggaran tahun 2003 realisasi pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 1352 milyar pada tahun anggaran 2003. pada tahun 2004, tahun 2005, tahun 2006 dan tahun 2007 secara berurut angka ini meningkat menjadi Rp.

  1.501,5 milyar, Rp. 1.830,6 milyar, Rp 2184,6 milyar dan Rp 2717,9 milyar (BPS Sumatera Utara).

  Selain itu, PDB di provinsi Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan yang fantastik. Meskipun ditinjau pada tahun 1991 angka PDB 16.387,0 Milyar kemudian tahun selanjutnya, 1992 angka PDB hanya mampu mencapai angka 16.855,1 Milyar suatu peningkatan yang sangat rendah. Namun pada tahun 2002 angka PDB mampu mencapai angka 89.670,1 Milyar kemudian disusul 2003 yang mencapai angka 103.401,3 Milyar (BPS Sumatera Utara).

  Berdasarkan latar belakang, maka penulis mengusulkan judul “Faktor-

  

Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera

Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

  Adapun yang menjadi rumusan masalah yang akan diambil dalam tugas akhir ini adalah:

  1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di Sumatera Utara.

  2. Berapakah besar nilai faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di Sumatera Utara.

  3. Bagaimana hubungan korelasi antara faktor-faktor IPM di Sumatera Utara.

1.3 Batasan Masalah

  Terdapat begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi IPM dan penelitian diharapkan menghasilkan data atau informasi yang lebih jelas serta mudah dimengerti bagi setiap pembaca, maka penulis membatasi pokok permasalahan kepada empat variabel yang mempengaruhi IPM dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabel tersebut antara lain, persentase jumlah penduduk miskin (%), laju pertumbuhan ekonomi (%), pengeluaran pemerintah (Rp.Milyar) dan Produk Domestik Bruto (Rp.Milyar). Penulis beranggapan bahwa keempat variabel inilah yang lebih berperan penting terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

  1.4.1 Maksud

  Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengamati dan memberikan penyajian data mengenai IPM di Sumatera Utara selama 20 tahun berdasarkan tahun 1990-2009 yang diharapkan dapat dipergunakan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya agar dapat mengambil suatu keputusan atau kebijakan yang sifatnya membangun.

  1.4.2 Tujuan

  Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Agar dapat menentukan model regresi linier berganda yang dapat digunakan untuk pemodelan IPM di Sumatera Utara berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhinya. b.

  Agar dapat mengetahui perkembangan IPM khususnya di wilayah Sumatera Utara.

  c.

  Agar pemerintah pusat dan daerah Sumatera Utara dapat mengambil tindakan yang akan dilaksanakan untuk tahun-tahun berikutnya guna meningkatkan angka IPM di Sumatera Utara.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi orang lain mengenai IPM di Sumatera Utara.

  1.6 Metode Penelitian

  Metode penelitian adalah suatu cara yang terdiri dari langkah-langkah atau urutan kegiatan yang berfungsi sebagai pedoman umum yang digunakan untuk melaksanakan penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian itu terwujud.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara sebagai berikut: a.

  Penelitian Kepustakaan, yaitu penulis melakukan dengan mencari informasi di internet, membaca buku-buku di perpustakaan dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang berkaitan dengan IPM khususnya di wilayah Sumatera Utara.

  b.

  Penelitian Laporan, yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi

  Penelitian ini dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu: 1.

  Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.

  2. Data Sekunder, yaitu data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti tetapi dikumpulkan oleh pihak lain, misalnya dari internet, Badan Pusat Statistik (BPS), kantor-kantor yang ada hubungannya atau publikasi lainnya.

  Data yang digunakan penulis adalah data sekunder yang diperoleh dari internet dan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan tersebut kemudian diatur, disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang data tersebut.

  1.7 Metode Analisis yang Digunakan

  Agar dapat mengetahui seberapa besar pengaruh persentase jumlah penduduk miskin, laju pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah dan PDB terhadap angka IPM, maka data yang telah diperoleh penulis akan dianalisis menggunakan regresi linier berganda.

  1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian atau pengumpulan data yang dilakukan penulis mengenai faktor -faktor yang mempengaruhi angka IPM diperoleh dari buku tahunan yaitu Sumatera Utara Dalam Angka 2012 di BPS Sumut. Pengambilan data diatas dilakukan pada saat penulis melakukan riset yang berlangsung mulai tanggal 17 Maret 2014.

1.9 Tinjauan Pustaka

  IPM merupakan indikator komposit tunggal walaupun tidak mengukur semua dimensi yang ada dari pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot

  per kapita

  sepertiga), tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran yang telah disesuaikan (BPS, Sumatera Utara dalam angka 2012).

  Menyatakan perubahan nilai variabel itu dapat pula disebabakan oleh berubahnya variabel lain yang berhubungan dengan variabel tersebut. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh variabel lain diperlukan alat analisis yang memungkinkan kita untuk membuat perkiraan nilai variabel tersebut pada nilai tertentu variabel yang mempengaruhinya. (Algifri, 2000).

  Dalam ilmu statistika, teknik yang umum digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua atau lebih variabel adalah analisa regresi. Model matematis dalam menjelaskan hubungan antara variabel dalam analisis regresi menggunakan persamaan regresi. Prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam membangun suatu persamaan regresi adalah bahwa antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai sifat hubungan sebab akibat, baik yang didasarkan pada teori, hasil penelitian sebelumnya, ataupun yang berdasarkan pada penjelasan

  u logis tertent (David H. Voelker, MA, Peter Z. Orton, Ed M. 2004).

    Hubungan antara variabel dapat berupa linear ataupun tidak linear. Hubungan antara dua variabel pada persamaan linear jika digambarkan secara grafis (scatter diagram), semua nilai Y dan X akan berada pada suatu garis lurus.

  Garis itu disebut dengan garis regresi. Regresi yang berarti peramalan, penaksiran, atau pendugaan. Analisa regresi digunakan untuk menetukan bentuk dari hubungan natar variabel. Tujuan utama analisis ini adalah untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari satu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain yang diketahui melalui persamaan garis regresinya. (Hasan, 2003).

  Regresi linear merupakan pengaruh hubungan linear antara variabel satu dengan yang lainnya dalam bentuk ketergantungan (dependency) satu dengan yang lain. Tujuan regresi linear adalah membuat model hubungan antara variabel terikat (dependent) dengan variabel bebas (independent) dan meramalkannya.

  (Adiningsih, 1993).

  Untuk analisa regresi akan dibedakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (predictor variable) dan variabel tidak bebas (variabel respon). Variabel yang mudah didapat atau tersedia sering digolongkan dalam variabel bebas, sedangkan variabel yang terjadi karena variabel bebas itu merupakan variabel tidak bebas (Sudjana, 2002).

  Analisis hubungan antarvariabel secara garis besar ada dua, yaitu analisis korelasi dan analisis regresi. Kedua analisis tersebut saling terkait. Analisis korelasi menyatakan derajat keeratan hubungan antarvariabel, sedangkan analisis regresi digunakan dalam peramalan variabel dependent berdasar variabel-variabel independennya (Trihendradi, 2009). Setelah mengetahui hubungan fungsional antara variabel-variabel dimana persamaan regresinya telah ditentukan dan telah melakukan pengujian maka persoalan berikutnya yang dirasakan perlu, jika data hasil pengamatan terdiri dari banyak variabel adalah seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel itu.

  Dengan kata lain perlu ditentukan derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut. Studi yang membahas derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut dikenal dengan nama analisis korelasi. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama data kuantitatif dinamakan koefisien korelasi (Iswardono, 1981).

1.10 Sistematika Penulisan

  Adapun sistematika penulisan yang akan dikemukakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

  BAB 1 : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, maksud dan Bab ini menjelaskan latar belakang pengambilan judul, perumusan

  masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penelitian.

  BAB 2 : LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang klasifikasi mengenai faktor-faktor yang

  mempengaruhi angka IPM. Dan menguraikan mengenai pengertian regresi, regresi linier sederhana, regresi linier berganda, membentuk persamaan regresi linier berganda, kesalahan baku regresi, koefisien determinasi, koefisien kolerasi, uji regresi linier berganda dan uji koefisien regresi berganda

  BAB 3 : GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Bab ini memaparkan tentang sejarah singkat tempat riset yaitu Badan Pusat Statistik (BPS). BAB 4 : PENGOLAHAN DATA Bab ini menguraikan tentang analisi data dengan metode ragresi

  linier berganda dan analisis korelasi untuk melihat hubungan antar variabel.

  BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini memaparkan tentang implementasi system yang digunakan

  untuk analisis penelitian yaitu program Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0 for windows.

  BAB 6 : PENUTUP Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang diambil

  setelah pengolahan data dan analisa perhitungan serta saran-saran yang berupa masukan-masukan yang mungkin dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Analisis Regresi

  Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang pengetahuan, terutama para peneliti yang dalam penelitiannya banyak menggunakan statistik sebagai dasar analisis maupun perancangan (Hartono, Drs.2004).

  Regresi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tantang apa yang paling mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Regresi dapat juga diartikan sebagai usaha memprediksi perubahan (Riduwan,Drs.

  M.B.A,2007).

  Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan. Dengan demikian analisis regresi juga dapat diartikan sebagai analisis perkiraan. Karena merupakan suatu prediksi maka nilai prediksi tidak memberikan jawaban pasti tentang apa yang sedang dianalisis, semakin kecil tingkat penyimpangan antara nilai prediksi dengan nilai rilnya, maka semakin tepat persamaan regresi yang dibentuk. Tujuan utama regresi adalah untuk membuat perkiraan nilai suatu variabel (variabel dependen) jika nilai variabel yang lain yang berhubungan dengannya (variabel lainnya) sudah ditentukan. Berikut beberapa defenisi regresi menurut ahlinya yaitu: 1.

  Analisis regresi merupakan suatu teknik untuk membangun sebuah persamaan garis lurus dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (Mason, 1996:489) 2. Persamaan regresi adalah suatu formula matematis yang menunjukkan hubungan keterkaitan antara satu atau beberapa variabel yang nilainya sudah diketahui dengan variabel yang nilainya belum diketahui (Algifri, 2002: 2) 3. Analisis regresi adalah hubungan yang didapat dan dinyatakan dalam bantuk persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antar variabel- variabel (Sudjana, 2005: 310).

2.2 Persamaan Regresi

  Model analisis regresi merupakan suatu model yang parameternya linier (biasanya fungsinya berbentuk garis lurus). Secara kuantitatif dapat digunakan untuk menganalisis pangaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Analisis regresi menyangkut studi tentang hubungan antara suatu variabel Y yang disebut variabel respon atau variabel dependen yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel X merupakan variabel predictor atau variabel independen yaitu variabel bebas (tidak dipengaruhi variabel lainnya) (Sugiyono. Dr, 2010).

  Sifat hubungan antara variabel dalam persamaan regresi merupakan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, sebelum menggunakan persamaan regresi dalam menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel, maka perlu dilakukan penganalisisan data agar dapat diketahui apakah variabel-variabel tersebut berkolerasi. Sehingga membentuk sebuah pola garis lurus seperti gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 pola garis lurus

  Antara variabel babas (X) dan variabel terikat (Y) membentuk pola sebuah garis yang lurus, dan dalam aplikasinya jika nilai X meningkat maka nilai Y juga akan meningkat, jika nilai X mengalami penurunan maka nilai Y juga akan mengalami penurunan. Untuk mengetahui hubungan-hubungan antara variabel bebas maka regresi linier terdiri dari dua bentuk, yaitu analisis regresi linier sederhana (simple analisis regresi) dan analisis regresi linier berganda (multiple analisis regresi).

2.3 Regresi Linier Sederhana

  Regresi linier sederhana digunakan untuk mendapatkan hubungan matematis dalam bentuk suatu persamaan antara variabel tak bebas dengan variabel bebas tunggal. Regresi linier sederhana hanya memiliki satu perubahan regresi linier untuk populasi adalah sebagai berikut:

  (2.1) keterangan: Y = Variabel tidak bebas (independent variabel)

  = Konstanta regresi atau paremeter intersep (nilai Y, bila X = 0) = Parameter slop (kemiringan garis regresi)

  = Variabel bebas (dependent variable) = Kesalahan ( Error )

  Persamaan model regresi sederhana hanya memungkinkan bila pengaruh yang ada itu hanya dari independent variabel (variabel bebas) terhadap dependent (variabel tak bebas). Jadi harga b merupakan fungsi dari koefisien

  variabel

  korelasi. Bila koefisien korelasi tinggi, maka harga b juga besar, sebaliknya bila koefisien korelasi negatif maka harga b juga negatif, dan sebaliknya bila koefisien korelasi positif maka harga b juga positif (Sudjana, 2005).

2.4 Regresi Linier Berganda

  Jika dalam regresi linier sederhana hanya memiliki dua variabel saja yaitu satu variabel terikat (Y) dan satu variabel bebas (X) dengan satu predictor (a). pada regresi linier berganda terdapat lebih dari dua variabel, satu variabel terikat, dan lebih dari satu untuk variabel bebas.

  Regresi berganda berguna untuk mencari pengaruh dua atau lebih variabel bebas atau untuk mencari hubungan fungsional dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikatnya. Dengan demikian multiple regression (regresi berganda) digunakan untuk untuk penelitian yang menyertakan beberapa variabel sekaligus. Dalam hal ini regresi juga dapat dijadikan pisau analisis terhadap penelitian yang diadakan, tentu saja jika diarahkan untuk menguji variabel- variabel yang ada (Supranto.J.MA.2009).

  Tujuan analisis regresi linier adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan memuat prediksi atau perkiraan nilai Y dan nilai X. bentuk umum persamaan regresi linier berganda yang mencakup dua atau lebih variabel, yaitu: Untuk populasi

  (2.2) Keterangan: adalah koefisien atau parameter model.

  Untuk Sampel

  (2.3) keterangan: = Variabel tidak bebas (dependent variable)

  = Koefisien regresi = Variabel bebas (indepent variable)

  = Kesalahan penggangu (disturbunce error) Persamaan regresi linear berganda merupakan penyajian secara matematis dari regresi dimana variabel terikatnya Y dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel bebas ( ) namun masih menunjukkan diagram hubungan yang linear. Bentuk umum persamaan penduga regresi linear berganda, yaitu:

  (2.4) Nilai dari koefisien dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut:

  (2.5) keterangan: = Variabel tidak bebas (dependent variable)

  = Koefisien regresi = Variabel bebas (independent variable)

2.5 Kesalahan Standart Estimasi

  Untuk mengetahui ketepatan persamaan estimasi dapat digunakan kesalahan standar estimasi (standard error of estimate). Besarnya kesalahan standar estimasi menunjukkan ketepatan persamaan estimasi untuk menjelaskan nilai variabel tidak bebas yang sesungguhnya. Semakin kecil nilai kesalahan standar estimasi, makin tinggi ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskan nilai variable tidak bebas sesungguhnya. Sebaliknya, semakin besar nilai kesalahan standar estimasi, makin rendah ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskan nilai variable tidak bebas sesungguhnya. Kesalahan standar estimasi dapat ditentukan dengan rumus:

  (2.6) Keterangan:

  = Kesalahan standar estimasi = Nilai sebenarnya = Nilai regresi (penduga) = banyak sampel = Jumlah variabel bebas (Independent variable)

2.5 Kesalahan Standar Estimasi

  Dalam persamaan model regresi linier yang diperoleh, maka antara nilai Y dan akan menimbulkan perbedaan hasil yang sering disebut sebagai kekeliruan. Untuk mengetahui ketepatan persamaan estimasi dapat digunakan kesalahan standar estimasi (standard error of estimate). Besarnya kesalahan standar estimasi menunjukkan ketepatan persamaan estimasi untuk menjelaskan nilai variabel tidak bebas yang sesungguhnya. Semakin kecil nilai kesalahan standar estimasi, makin tinggi ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskan nilai variabel terikat yang sesungguhnya. Sebaliknya, semakin besar nilai kesalahan standar estimasi, makin rendah ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskan nilai variabel terikat yang sesungguhnya.

  Kesalahan standar estimasi atau selisih taksir standar regresi adalah nilai menyatakan seberapa jauh menyimpangnya nilai regresi tersebut terhadap nilai sebenarnya. Nilai ini digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan suatu pendugaan dalam menduga nilai. Jika nilai ini sama dengan nol maka penduga tersebut memiliki tingkat ketepatan 100%.

  Untuk mengetahui ketepatan persamaan estimasi dapat digunakan kesalahan standar estimasi (standard error of estimate). Kesalahan standar estimasi diberi simbol yang dapat ditentukan dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:

  (2.7) keterangan: = kesalahan baku = nilai data sebenarnya = nilai taksiran n = banyak ukuran sampel k = banyak variabel bebas

  2.6 Koefisien Determinasi

  2 Koefisien determinasi dinyatakan dengan R untuk pengujian regresi linier

  berganda yang mencakup lebih dari dua variabel, untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel tak bebes (Y) yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X) yang ada didalam model persamaan

  2

  regresi linier berganda secara bersama-sama. Maka R akan ditentukan dengan rumus, yaitu: 2.8 keterangan:

  = Koefisien determinasi = Regression Sum of Square

  SST = Total Sum of Square Semakin nilai dari kofisien determinasi mendekati positif 1, maka semakin baik nilai tersebut untuk meramalkan atau memprediksi dan akan lebih mendekati nilai yang sebenarnya.

  2.7 Koefisien Korelasi

  Setelah mendapatkan hasil tentang jumlah pengaruh pada variabel yang diteliti untuk selanjutnya penulis akan mencari seberapa besar hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas, atau antara variabel bebas itu sendiri. Studi yang membahas derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut dikenal dengan nama analisis korelasi.

  Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel yang lain.

  Umumnya analisis korelasi digunakan, dalam hubungan dengan analisis regresi, untuk mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan variasi nilai variabel dependent.

  Sandaran nilainya adalah, -1

  1. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi (semakin mendekati nilai 1) maka hubungan antara dua variabel tersebut semakin tinggi, jika nilai koefisiennya mendekati nilai 0 maka hubungannya semakin rendah. Adapun jika nilainya bertanda negative, maka terjadi hubungan yang berlawanan arah, artinya jika suatu nilai variabel naik maka nilai variabel lain akan turun.

  a.

  Korelasi Positif Jika suatu korelasi bertanda positif r > 0 maka gambar grafiknya seperti ditunjukkan oleh gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Korelasi Positif

  Terjadinya korelasi positif apabila pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama (berbanding lurus).

  b.

  Korelasi Negatif Jika suatu korelasi betanda negatif r < 0 maka contoh gambar grafikya seperti ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 2.3 Korelasi Negatif

  Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang berlawanan (berbanding terbalik).

  c.

  Korelasi Nihil Jika suatu korelasi tidak menunjukkan adanya hubungan r = 0 maka gambar grafiknya seperti ditunjukkan oleh gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 korelasi nol

  Korelasi nihil terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti perubahan pada variabel yang lain dengan arah yang tidak teratur (acak). Artinya apabila variabel yang satu meningkat, kadang diikuti dengan peningkatan pada variabel lain dan kadang diikuti dengan penurunan pada variabel lain.

  Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan “r”.

  Berikut ini nilai interval koefisien dan tingkat hubungannya.

Tabel 2.1. Interpretasi Koefisien Kolerasi Nilai r

  

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

  Sangat Kuat Kuat

  Cukup Kuat Rendah

  Sangat Rendah Koefisien korelasi antara variabel yang satu dengan yang lainnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

  (2.9) keterangan: r yx = koefisien korelasi X = Variabel independent

  ki

  Y i = Variabel bebas dependent Rumus koefisien korelasi antara variabel satu dengan variabel lainnya dapat dilihat sebagai berikut:

  1. Koefisi en kolerasi antara X dengan Y

  1

  (2.10) 2.

  2 dengan Y

  Koefisien kolerasi antara X (2.11) 3.

  3 dengan Y

  Koefisien kolerasi antara X (2.12)

  Koefisien kolerasi antara X dengan Y 4.

  4

  keterangan: = Koefisien korelasi antara variabel dan Y = Koefisien korelasi antara variabel dan Y

  = Koefisien korelasi antara variabel dan Y = Koefisien korelasi antara variabel dan Y

2.8 Uji Regresi Linier Berganda

  Pengujian hipotesis bagi koefisien-koefisien regresi linear berganda dapat dilakukan secara serentak atau keseluruhan.

  Uji regresi linier berganda perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sekelompok variabel bebas secara bersamaan mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas. Pengujian Hipotesis Serentak. Pengujian ini dapat dicari dengan menggunakan rumus uji statistik F, yaitu:

  (2.14)

                                                           

  keterangan: JK : Jumlah kuadrat regresi

  reg

  JK res : Jumlah kuadrat residu (sisa) (n-k-1) : Derajat kebebasan

  (2.15) keterangan: x - 1i = X 1i

  • x 2i = X 2i x - ki = X ki

  (2.16) Dalam pengujian persamaan regresi terutama menguji hipotesis tentang parameter koefisien regresi secara keseluruhan melibatkan intersep serta k buah variabel penjelasan sebagai berikut:

  (2.17) Dengan persamaan penduganya adalah:

  (2.18) keterangan: merupakan penduga bagi parameter

  Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Menentukan formulasi hipotesis

  H :

  1 = 2 = … = k = 0 (X 1 , X 2, ... , X k tidak mempengaruhi Y)

  β β β H

  1 : (X 1 , X 2, ... , X k mempengaruhi Y)

  2. tabel Menentukan taraf nyata α dan F

  Pilih taraf nyata α yang diinginkan, biasanya 5%, 1%, dan 10%

  F dapat dilihat dari daftar tabel dengan V = k dan V = n – k – 1

  tabel

  1

  2 3.

  Menentukan kriteria pengujian H diterima apabila

  H ditolak apabila 4. Menentukan nilai statistik F

  (2.19)

  5. diterima atau ditolak Membuat kesimpulan apakah H

2.9 Uji Koefisien Regresi Linier Berganda

  Keberartian adanya variabel-variabel bebas dalam regresi berganda perlu diuji untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh yang diberikan variabel tak bebas.

  Dan cara yang tepat untuk mengujinya adalah dengan menggunakan uji statistik t (t student).

  Secara umum rumus uji t adalah: (2.20)

  Untuk menguji hipotesis yang ada digunakan kekeliruan baku taksiran

  2 s y,1,2,3,…,k .

  Jadi, untuk melihat kekeliruan baku dari koefisien b i adalah: (2.21)

  Dimisalkan populasi mempunyai model regresi berganda sebagai berikut: (2.22)

  Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: 1.

  Hipotesis

  , i = 1,2,…,k (Variabel independen (X

  1 ,X 2 ,X 3 , X 4 )

  tidak mempengaruhi variabel dependen (Y)) , i = 1,2,…,k (Minimal ada satu parameter koefisien regresi yang tidak mempengaruhi variabel dependen (Y))

  2. tabel dengan derajat kebebasan df = n – k. Pilih Menentukan taraf nyata α dan t taraf nyata

  α yang diinginkan.

3. Kriteria Pengujian:

  H diterima jika H ditolak jika atau 4.

  Menentukan nilai statistik t (2.23)

  2 Untuk menguji hipotesis yang ada digunakan kekeliruan baku taksiran s . y,1,2,3,…,k

  Jadi, untuk melihat kekeliruan baku dari koefisien b i adalah: (2.24) keterangan:

  5. diterima atau ditolak Membuat kesimpulan apakah H