BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Dinas Pendapatan Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus

  dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Progaram Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan melakukan riset dan pengumpulan data yang diperlukan untuk pembuatan Tugas Akhir melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang akan saya laksanakan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan, dalam hal ini saya tertarik untuk membahas dan melakukan riset mengenai Prosedur pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Dinas Pendapatan Kota medan.

  Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang berhubungan dengan Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan yang selanjutnya disebut BPHTB merupakan “Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan”.

  Sebelum membahas Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan tersebut, ada sebaiknya bila mengetahui defenisi pajak yaitu : Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh suatu negara kepada warga negaranya berdasarkan Undang- Undang dimana atas pungutan tersebut negara tidak memberikan kontraprestasi langsung kepada pembayar pajak, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara dalam menyelenggarakan Pemerintahan, seperti : Pembangunan Jalan, Sarana Transportasi Umum, Sarana Pendidikan, dan Pembangunan Lainnya yang digunakan untuk kepentingan masyarakat umum. Selain itu, Pajak merupakan sarana untuk melaksanakan pemerataan dan keadilan bagi masyarakat, maka pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan (BPHTB) juga memperhatikan aspek keadilan dengan menentukan Nilai Perolehan Objek Pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) yang berbeda sesuai dengan Nilai Objek Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak tersebut.

   Undang-undang perpajakan indonesia sejak tahun 1984 menganut sistem Self Assesment

  yang memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak (WP) untuk melaksanakan hak dan kewajibannya, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Dalam pemberlakuaan Sistem Self

  Assesment

  kepatuhan Wajib Pajak (WP) diharapkan dapat meningkat, yang ditandai dengan pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak secara sukarela. Tarif yang ditetapkan Pemerintah untuk Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan adalah tarif tunggal sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NJOPKP) atas Tanah Dan atau Bangunan. Tarif tersebut ditetapkan secara tunggal agar Wajib Pajak (WP) dapat lebih mudah untuk melaksanakan Sistem Self

  Assesment

  yang diberlakukan oleh Pemerintah.Dalam pemberlakuan sistem ini Pemerintah membuat Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (SSB) agar Wajib Pajak (WP) dapat meyetorkan secara langsung BPHTB yang terutang. SSB ini digunakan sebagai bukti dalam proses pengalihan hak bagi pejabat , Bank Persepsi, Kantor Pos, atau Tempat Pembayaran yang dilakukan.

  

Self Assesment

  Dalam pelaksanaan sistem terutama dalam Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau bangunan masih terdapat banyak kesalahan hitung dan tidak lengkapnya dalam Pengisian SSB oleh Wajib Pajak (WP), seperti kesalahan dalam pengisian Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) khususnya dikota Medan, atau kesalahan dalam mengisi Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) sehingga terjadi kesalahan jumlah Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan yang harus dibayar, hal tersebut dapat mengakibatkan Wajib Pajak (WP) terkena Sanksi Administrasi berupa Surat Tagihan Pajak (STP) akibat kesalahan hitung atas Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan atau Bangunan yang terutang, ditindaklanjuti oleh Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan Kurang Bayar (SKBKB) dan Sanksi lainnya yang dapat merugikan Wajib Pajak (WP).Untuk menghindari hah-hal tersebut diatas yang dapat merugikan Wajib Pajak (WP) dan Pemerintah maka dari itu penulis Mengambil Judul Tugas Akhir dengan Judul :“ Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di Dinas Pendapatan Kota Medan “.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.1.

   Untuk mengetahui mengenai Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan.

  1.2. Untuk mengetahui perkembangan penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di kota Medan.

  1.3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

  pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan.

  1.4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi

  hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan 2.

   Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1. Bagi Mahasiswa/i.

  a.

  Mahasiswa/i dapat mengetahui proses pelaksanaan penerimaan negara di Kota Medan yang diperoleh dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan.

  b.

  Meningkatkan profesionalitas, memperluas wawasan dan memantapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa/i dalam menerapkan ilmu di bidang perpajakan khususnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. c.

  Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah diperoleh kedalam permasalahan perpajakan.

  d.

  Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan dalam bekerja.

  e.

  Meningkatkan kerja sama Dinas Pendaptan Kota Medan dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

  2.2. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan a.

  Memperoleh ide–ide dan upaya untuk mengoptimalisasi penerimaan pajak Khususnya dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan.

  b.

  Membiana hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

  2.3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara a.

  Meningkatkan hubungan Kerja sama dengan instansi-instansi Pemerintah, khususnya dengan Dinas Pendapatan Kota Medan.

  b.

  Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

  c.

  Membuka Interaksi antara dosen dan instansi Pemerintah khususnya Dinas Pendapatan Kota Medan. d.

  Meningkatkan ide-ide dan masukan untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mammpu mencapai standar mutu pendidikan yang baik.

  e.

  Promosi Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian teoritis

  Pada uraian teoritis ini akan diberi penjelasan segala hal yang berkaitan tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) secara teori demi teori dan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB.

  1. Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

  Menurut Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 BPHTB atau Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan.

  2. Subjek dan Objek BPHTB

  menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB subjek dan objek BPHTB :

  2.1. Subjek BPHTB Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan, dikenakan kewajiban membayar pajak dan disebut juga wajib pajak.

  2.2. Objek BPHTB Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang meliputi: a. Pemindahan hak , karena :

   Jual beli  Tukar menukar  Hibah  Hibah wasiat  Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya  Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan  Penunjukan pembeli dalam lelang  Pelaksanaan keputusan hakim mempunyai kekuatan hukum tetap  Hadiah  Waris  Penggabungan usaha  Peleburan usaha  Pemekaran usaha b.

  Pemberian hak baru, karena :  Kelanjutan pelepasan hak  Di luar pelepasan hak

  Jenis-jenis hak atas tanah adalah sebagai berikut :  Hak milik  Hak guna usaha  Hak guna bangunan  Hak pakai  Hak milik atas satuan rumah susun  Hak pengelolaan 3.

   Objek yang tidak dikenakan BPHTB

  Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB objek yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh:

3.1. Perwakilan diplomatik, konsulat dengan asas timbal 3.2.

  Balik Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum.

  3.3. Badan/perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut.

  3.4. Orang pribadi/badan karena konversi hak/perbuatan hukum lain tanpa perubahan nama.

  3.5. Orang pribadi atau badan karena wakaf.

  3.6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

  4. Dasar Pengenaan BPHTB

  Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) yang berupa :

  4.1. Harga Transaksi untuk : a.

  Jual beli b.

  Penunjukan pembeli dalam lelang 4.2.

  Nilai Pasar, untuk : a. Tukar menukar b.

  Hibah c. Hibah wasiat d.

  Waris e. Pemberian hak baru, dan lain-lain 4.3.

  Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB dalam hal apabila NPOP tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP PBB

  5. Tarif Bea Perolehsn Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan 5.1.

  Tarif BPHTB adalah sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak.

  

6. Nilai Perolehan Objek PajakTidak kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan

dengan Peraturan Daerah dengan ketentuan sebagai berikut :

  6.1. hak waris dalam satu darah, sedarah atau keturunan garis lurus satu derajat ke atas atau ke bawah dengan pemberian hibah termasuk istri atau suami NJOPTKP atau Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp. 300.000.000.

  6.2. Nilai perolehan objek pajak atau NPOP tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp.60.000.000 (enam puluh juta rupiah) yang sewaktu-waktu besarnya dapat dirubah oleh peraturan Daerah.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

  Dalam ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis mengadakan penelitian (riset) di Dinas Pendapatan Kota Medan. Penulis membahas mengenai : 1.

  Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan pada tahun 2012 melalui Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembayaran Bea

  Perolehan Hak Atas tanah Dan Atau Bangunan di kota Medan pada tahun 2012 melalui Dinas Pendapatan Kota Medan.

  3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mengatasi Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas tanah Dan Atau Bangunan di kota Medan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

  Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai, maka metode yang digunakan sebagai berikut :

  1. Tahap Persiapan Pada tahap ini penulis melakukan pengajuaan judul kepada Ketua Program studi Diploma III Administasi Perpajakan serta penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

  2. Studi Literatur Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti undang-undang,buku-buku pajak, dan literatur lain yang berhubungan dengan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.

  3. Observasi Lapangan Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Dinas Pendapatan Kota Medan, mengenai penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan yang diperoleh, dalam hal ini penulis memberikan suatu pengantar unuk melaksanakan data yang akan diminta pada Dinas Pendapatan Kota Medan 4. Pengumpulan Data

  Penulis melakukan pengumpulan data mngenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan melalui data Primer yaitu : data yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami dan menguasai dari objek kajian dan Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari referensi Ilmiah dan Dokumentasi di Dinas Pendapatan Kota Medan.

5. Analisis dan Evaluasi

  Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan keterangan mengenai pajak yang berhubungan dengan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan di Kota Medan.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan (PKLM)

  Adapun cara pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Pertanyaan (Interview)

  Kegiatan mengumpulkan,mencari data dan informasi engan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan objek kajian secara langsung baik lisan maupun tulisan kepada pihak-pihak yang memahami objek kajian, khususnya kepada pihak Dinas Pendapatan Kota Medan.

  2. Daftar Observasi (Observation Guide) Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

  3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

  Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Bea Perolehan Hak Tas Tanah Dan Bangunan dan data lain yang diperlukan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan dan Instansi yang terkait.

  G.

  

Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

  Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir Ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan secara sigkat alasan penulis

  melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), uraian teoritis Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM), ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM), metode pengumpulan data dan sistematika Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

  

BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA

MEDAN Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Dinas Pendapatan Kota Medan, Stuktur Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta gambaran data pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA BEA PEROLEHAN HAK TANAH

DAN BANGUNAN (BPHTB) Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian

  pajak, pengertian Bea Perolehan Hak atas tanah dan Atau

  Bangunan, objek Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Atau Banguanan, Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan, tarif pajak, Nilai perolehan Objek pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) di kota Medan, Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan beserta contoh-contohnya, cara perhitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan, Bangunan. Saat, Tempat, dan cara pembayaran pajak terutang, hak-hak wajib pajak pada Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB). Dalam hal ini Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan yang terutang, Instansi yang terkait dalam pelaksanaan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan,.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori

  yang ada dengan data yang diperoleh dilapangan melalui riset di Dinas Pendapatan Kota Medan, yaitu mengenai Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan DI Kota Medan Melalui Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya

  yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat memberikan informasi kepada Wajib Pajak dan meningkatkan pembayaran pajak khususnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

                               

Dokumen yang terkait

Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Dinas Pendapatan Kota Medan

1 77 71

Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

4 73 69

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Prosedur Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23 Atas Jasa Penyelenggara Kegiatan Pada Dinas Pendidikan Kota Medan

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Metode Penetapan Pajak Hotel pada Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga

0 1 15

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan - Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Dinas Pendapatan Kota Medan

0 0 17