Makalah Sejarah Organisasi Pergerakan Na

Makalah Sejarah
Organisasi Pergerakan
Nasional
Muncul dan Berkembangnya Pergerkan
Nasional Indonesia
Pada masa kolonial Belanda, rakyat Indonesia sangat
menderita. Penderitaan rakyat tersebut diakibatkan oleh
kebijakan-kebijakan kolonial yang merugikan rakyat. Sebagai
rakyat kecil yang ditindas oleh penjajah, tentu rakyat Indonesia
ingin memberontak, demikian pula para mahasiswa dan pemuda
masa itu. Khususnya mahasiswa STOVIA yang berusaha
mengadakan perlawanan dengan cara halus mengingat
pertempuran fisik selalu mengalami kegagalan. Berangkat dari
kesadaran dan kemauan untuk melawan, maka mulai muncul
berbagai organisasi pergerakan. Meskipun masing-masing
organisasi memiliki cara perjuangan yang berbeda, mereka tetap
mempunyai satu tujuan yaitu mencapai kemerdekaan. Kebulatan
tekad para pemuda untuk bersatu mencapai puncaknya dengan
dicetuskannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Latar Belakang Tumbuhnya Kesadaran Nasional

Sebenarnya, kesadaran nasional telah tumbuh sejak lama, terbuti dengan
adanya paham nasionalisasi saat itu. Namun, perjuangan bangsa Indonesia
untuk mencapai kemerdekaan saat itu masih bersifat kedaerahan, nah halhal berikut inilah yang memicu rakyat Indonesia untuk akhirnya bersatu dan
tidak lagi bersifat kedaerahan:
·

Buku Max Havelaar dan Baron van Hoevel karangan Douwes Dekker
(Multatuli) menentang dan mengkritik penyelewengan tanam paksa.

·

Theodore van Deventer, menuntut penghapusan tanam paksa.
Dikenal sebagai politik etis atau politik balas budi. Dilaksanakan tahun 1901
(edukasi, irigasi, transmigrasi)

·

Didirikannya sekolah HIS, MULO, AMS, Kweekschool, STOVIA, dan THS
hanya untuk anak-anak kelas atas Eropa dan bumiputera


·

Dianggapnya pendidikan sebagai status sosial anak

·

Adanya pendidikan yang menimbulkan terbentuknyagolongan
cendekiawan/pelajar

Selain Latar Belakang Seperti Poin-Poin Di Atas,
Ada Pula Faktor Intern dan Ekstern Yang
Mendorong Perjuangan Bangsa Indonesia.
Faktor Intern
a. Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya.
Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara nasional
yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan
angan-angan bangsa Indonesia untuk dapat merebut kekuasaan itu kembali.
b. Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan

bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran

nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Perjuangan tidak lagi
menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
c.

Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Perubahan di negeri Indonesia banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri
Belanda. Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi dengan tujuan untuk
mendapat pekerja yang dibayar murah.

d. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur
penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang
bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun
kekuatan bangsa.
e.

Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk

pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah
untuk kaum pribumi. Sekolah ini dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk
menanamkan rasa nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang
terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya.

f.

Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak
dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu
membangkitkan persatuan yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi
secara bersama pengaruh dari pedagang Cina.

g. Peranan Bahasa Melayu
Bangsa Indonesia memiliki bahasa pergaulan umum, yakni bahasa Melayu. Dengan posisi
sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan
semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.

h. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa

Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia,
Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh
kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan
lain-lain.

Faktor Ekstern
a. Kemenangan Jepang atas Rusia
Perjalanan sejarah dunia menunjukkan ketika tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara
Jepang melawan Rusia, yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang.
Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia,
bahwa tak selamanya orang berkulit putih lebih hebat dari orang berkulit warna.
b. Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India
National Congress (Partai Kongres India). Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai
ini menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal.
Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak
inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
c.

Filipina di bawah Jose Rizal

Tahun 1892, tokoh ternama, Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah terhadap
penindasan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember
1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang

ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela berkorban bagi para cendekiawan di
Indonesia.
d. Gerakan Nasionalisme Cina
Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping
(1850 – 1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas
semangatnya di tanah air Indonesia.

e.

Gerakan Turki Muda
Gerakan Turki Muda pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakan Turki
Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada
pembaruan-pembaruan dan modernisasi.

Perkembangan Pergerakan Nasional
Masa pergerakan nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut:

1.

Masa pembentukan (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan
Indische Partij.

2.

Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia
(PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).

3.

Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi.
Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi
perempuan.

a. Budi Utomo (BU)
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye
menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin
ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan

dana. Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi

Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik.
Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang
hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang
mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah
pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi
putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat
yang layak. Dalam perkembangannya, dalam organisasi Budi Utomo muncul dua aliran berikut.



Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak
bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.



Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan
kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto

Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi
Utomo semakin lamban. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi
Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.

b. Sarekat Islam (SI)
Awalnya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat
Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai
suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih
terbatas, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki
anggota lebih banyak dan luas ruang lin gkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI
diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto,
Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama
Islam. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1913, para
pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk
memperjuangkan SI berbadan hukum. Namun, Idenburg menyetujui SI menjadi badan hukum.
Anehnya, yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur Jenderal


Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini merupakan taktik pemerintah
kolonial Belanda untuk memecah belah persatuan SI. Dalam kongres SI yang dilaksanakan
tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh
merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI
pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.



SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.



SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di
Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang
merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).


c.

Indische Partij (IP)
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E
Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. IP sebagai organisasi
campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera. Karena jumlah orang
Indo sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan
organisasinya makin bertambah kuat. Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi
pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai
Indonesia merdeka. Tujuan Indische Partij adalah untuk membangun patriotisme terhadap
tanah air. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar ‘De Expres’
pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan
cinta tanah air Indonesia. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang
berjudul ‘Als ik een Nederlander was’, Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu
R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang
dimuat dalam De Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees? Berisi tentang
kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, E.F.E. Douwes Dekker pun
turut mengkritik dalam tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze

Helden: Tjipto Mangoenkoesoemoen Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan kita: Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat). Akhirnya ketiga tokoh dari Indische Partij
pun ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Pada tahun 1914 Cipto
Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan
E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919. Suwardi Suryaningrat
terjun dalam dunia pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan
Taman Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan
mendirikan yayasan pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam
perkembangannya, E.F.E Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika
Latin.

d. Perhimpunan Indonesia
Tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi bernama Indische Vereeniging. Pelopor
pembentuknya adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Melalui rapat pada 3
Februari 1925 sebuah organisasi bernama Indonesische Vereeniging diganti menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI). Kegiatan internasional, dunia internasional pun akhirnya
mengetahui aktivitas perjuangan para pemuda Indonesia.
e.

Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya
PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya
seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische
Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang
bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya
mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis
Indonesia mengadakan pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pemberontakan ini sia-sia karena organisasinya masih kacau. Walaupun PKI dinyatakan
sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan kegiatan politiknya.
Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk tetap memperjuangkan aksi
revolusioner di Indonesia.

f.

Partai Nasional Indonesia (PNI)

Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
menggunakan tiga asas yaitu self, help, dan nonmendiancy (berjuang dengan usaha sendiri),
sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Kongres Partai Nasional
Indonesia yang pertama kali diadakan di Surabaya, tanggal 27 – 30 Mei 1928. Peranan PNI
dalam pergerakan nasional Indonesia sangat besar. Ketika pengawasan terhadap kegiatan
politik dilakukan semakin ketat, berkembanglah desas desus bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo, Markun
Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung.
Dalam suatu kongres luar biasa di Jakarta tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk
membubarkan PNI. Mr. Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju
dengan pembubaran masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan
oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih
memakai asas PNI yang lama yaitu self, help, dan nonkooperasi
g. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan organisasiorganisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan,
Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia.
h. Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI
pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun
1929. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia
merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan nonkooperasi. Partindo semakin kuat
setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara.
Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah melakukan
pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
i.

Partai Indonesia Raya (Parindra)

Parindra didirikan di Solo oleh dr. Sutomo tanggal 26 Desember 1935. Tujuan Parindra adalah
mencapai Indonesia Raya. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan
rakyat di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup
berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.

j.

Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh.
Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga
menganut asas insidental yang sama dengan Parindra dengan tujuan mencapai Indonesia
Merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia, mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
memberi bantuan bagi kaum pengangguran.

k. Gabungan Poilitik Indonesia (Gapi)
Tanggal 21 Mei 1939, dibentuk Gabungan Politik Indonesia dengan tujuan agar bangsa
Indonesia berdiri sendiri sebagai negara parlemen.
l.

Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18
November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah
menghadapi tantangan dari golongan Islam konservatif. Mereka melihat Muhammadiyah begitu
terbuka terhadap kebudayaan Barat sehingga khawatir kemurnian Islam akan dirusakkan. Oleh
karena itu para ulama mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926. Gerakan NU dipelopori
oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Gerakan Muhammadiyah banyak mendapat simpati termasuk
pemerintah kolonial Belanda karena perjuangannya tidak bersifat konfrontatif (menentang).
Dalam Kongres Muhammadiyah yang berlangsung dari tanggal 12 - 17 Maret 1925 di

Yogyakarta, diperbincangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengajaran Islam, mass
media Islam, dan buku-buku tentang Islam yang berbahasa Jawa.
m. Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Diprakarsai oleh dr.
Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Organisasi kepemudaan lainnya banyak
bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong
Ambon, Jong Celebes, R.A. Kartini Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya. Di samping
gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau ketinggalan. Pergerakan wanita dipelopori
oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini.
n. Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI
(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat
dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond,
Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan
penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini
menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang
ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Oleh karena itu mereka bergabung dalam
organisasi Sumpah Pemuda.

Kesimpulan


Penderitaan karena dijajah, membuat kepercayaan diri dan semangat rakyat Indonesia bangkit,
melihat berbagai macam faktor ekstern dan faktor intern yang menekan, akhirnya berbagai
macam organisasi untuk memperjuangkan kemerdekaan pun muncul.



Budi Utomo, organisasi yang berdiri pada 20 Mei 1908, diketuai Dr. Sutomo, dan bergerak
dalam bidang pendidikan, pada perjalanannya Budi Utomo akhirnya bergerak dalam bidang
politik, dan organisasi ini diakhiri degan terpecahnya Budi Utomo menjadi 2 aliran, pihak
kanan dan pihak kiri.



Sarekat Islam (SI), organisasi dari Solo, didirikan pada 18 September 1912 oleh H.O.S
Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim, merupakan organisasi massa pertama di
Indonesia yang akhirnya terpecah menjadi 2 aliran, SI Merah yang beraliran komunis (PKI)
dan SI Putih (PSII) yang beraliran nasionalisme dn islam



Indische Partij, organisasi Bandung, didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat, bertujuan untuk membentuk kerja sama orang Indobumi putera dalam membangun patriotisme terhadap tanah air. Dalam perjuangannya, E.F.E
Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat sempat ditangkap dan
diasingkan Belanda, hanya Suwardi Suryaningrat yang dikembalikan ke Indonesia dan
kemudian membangun Perguruan Taman siswa



Perhimpunan Indonesia, merupakan organisasi yang dulunya dibangun Belanda, melalui
rapat pada 3 Februari 1925 akhirnya nama Indische Vereeniging diubah menjadi Perhimpunan
Indonesia, dari situ masyarakat internasional mengetahui perjuangan pemuda Indonesia untuk
kemerdekaan.



Partai Komunis Indonesia, berdiri pada 23 Mei 1920, tokoh Indonesia yang bergabung dalam
organisasi ini adalah Semaun, Darsono, dan Alimin, organisasi ini terus melakukan
pemberontakan karena ingin Indonesia menjadi negara komunis, walau telah dinyatakan
sebagai organisasi illegal, namun mereka tetap melakukan kegiatan politiknya



Partai Nasional Indonesia, organisasi yang bertujuan untuk mencapai Indonesia Merdeka,
dalam perjuangannya tokoh PNI, Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo,
dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Pada akhirnya,
dalam kongres di Jakarta, 25 April 1931, PNI dibubarkan, kemudian Mr. Sartono mendirikan
Partindo untuk mereka yang tidak setuju atas dibubarkannya PNI, sedangkan Moh.Hatta dan
Sutan Syahrir mendirikan PNI baru.



Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI),
organisasi Bandung yang beranggotakan organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan
Kaum Studi Indonesia.



Partai Indonesia, organisasi yang didirikan dr.Sartono ketika Ir. Soekarno sang tokoh PNI
ditangkap, saat itu PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan
oleh Sartono pada tahun 1929. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo
bubar.



Partai Indonesia Raya, didirikan dr.Sutomo, dengan tokoh terkenalnya M.H Thamrin,
tujuannya untuk mencapai Indonesia raya, dan perjuangan Parindra dalam volksraad cukup
berhasil. Pemerintah Belanda akhirnya mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.



Gerakan Rakyat Indonesia, didirikan oleh orang-orang bekas Partindo, Tokoh-tokohnya
antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan
mencapai Indonesia Merdeka.



Gabungan Politik Indonesia, Tanggal 21 Mei 1939, dibentuk Gabungan Politik Indonesia
dengan tujuan agar bangsa Indonesia berdiri sendiri sebagai negara parlemen.



Organisasi Keagamaan, Muhammadiyah adalah organisasi islam yang paling maju, sebab
mereka tidak menunjukkan adanya pertentangan, namun atas terlalu terbukannya mereka,
dikhawatirkan kemurnian islam menjadi rusak, oleh karena itu dibentuk pula Nahdatul Ulama
sebagai pengawas.



Organisasi Pemuda dan Wanita, perkumpulan pertama yang berdiri adalah Tri Koro Dharmo,
kemudian muncul organisasi kepemudaan lainnya seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond,
Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes,Timorees Ver Bond, PPPI, Pemuda
Indonesia, Jong Islamienten Bond, dan kepanduan. Sedangkan Pergerakan wanita dipelopori
oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini.



Sumpah Pemuda, berawal dari PPPI yang mendapat dukungan dari sejumlah organisasi
kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong

Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond. Para pemuda ini menginginkan penyatuan
untuk kemerdekaan. Oleh karena itu mereka bergabung menjadi organisasi Sumpah Pemuda.